Dosen pengampu :
M. Fazlurrahman, M.Pd.I
Disusun Oleh :
Nama : Aminatul Jannah
NIM : 20211550056
Dalam artikel jurnal ini penulis berusaha menjelaskan apa itu tasawuf, mengingat banyak
orang-orang sering memperdebatkan tentang kebenaran ajaran tasawuf. praktek-praktek tasawuf
sebenarnya sudah ada semenjak manusia ada. Semua para rasul, nabi dan wali adalah sufi. Hanya
saja istilah “tasawuf” baru ada ketika nabi sudah meninggal. Para ulama juga ada yang
mengatakan bahwa tasawuf hanya sebuah nama saja, jika seumpama ada orang yang tidak mau
mengikuti tasawuf kemudian dia mampu menemukan cara-cara tersendiri untuk melakukan
tazkiyatun nafs dengan cara membaca quran atau dengan hal yang lainnya, maka ini sudah
termasuk tasawuf. Tasawuf ini sebuah disiplin ilmu, yang didalamnya termasuk tazkiyatun nafs
(penyucian hati), ilmu akhlak, dan ilmu ihsan.
Penulis juga memberi satu contoh tarekat di Indonesia yang memiliki pengikut lumayan
banyak, yaitu Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah al-Utsmaniyah yang berpusat pada
Pondok Pesantren Al-Fithrah Kedinding, Surabaya. Thariqah ini adalah hasil penggabungan
Thariqah Qadiriyah dan Thariqah Naqsyabandiyah yang didirikan oleh Syeikh Ahmad Khotib
Sambas. Penulis juga memberikan ajaran dan amalan-amalan tentang apa yang ada dalam
Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah al-Utsmaniyah. Dan hasilnya adalah tidak ada
penyelewengan dengan ajaran dan amalan-amalan yang diterapkan, semua nya berada pada jalur
syariat, tidak ada yang keluar dari syari’at islam.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun-tahun belakangan ini tidak sedikit orang-orang yang mulai meningkatkan
spriritualisme mereka. Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini adalah karena perkembangan
teknologi yang sangat cepat, sehingga berdampak pada meningkatnya tekanan hidup. Pada
zaman ini kita dituntut seba cepat dan serba besar dalam menjalani hidup, barang siapa yang
tidak mengikuti perkembangan zaman yang serba cepat ini, maka akan tertinggal jauh di
belakang. Hal tersebut lah yang kemudian berdampak negatif pada perilaku akhlak dan
psikologis, Oleh karena itu masyrakat saat ini sangat rindu dengan adanya kesejukan batin dan
kedamaian jiwa.
Siapa yang mau hidup dengan jiwa yang tidak tentram? Tentu jawabannya tidak ada.
Jiwa yang tentram adalah hal yang sangat penting agar kita bisa menjalani hidup ini dengan
sehat. Nah disinilah kita butuh peran tuhan, tanpa tuhan kita tidak bisa mendapat jiwa yang
tentram. Seorang psikologis terkemuka abad ke -20. Yang bernama William James, dalam
sebuah bukunya yang terkenal dengan judul The Varieties of Regigious Experience. Dibuku ini
Wiliam menyatakan bahwa sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa menemukan kepuasan
kecuali dia bersahabat dengan kawan-kawan agung, kawan agung yang dimaksud disini adalah
tuhan. William juga mengatakan bahwa manusia butuh spiritualisme, selama manusia belum
berkawan dengan tuhan, maka selama itu pula dia hidup sepi dalam keramaian. Meskipun dia
memiliki relasi dan pergaulan yang luas, tetap saja sebenarnya dia merasa hampa, Dan salah satu
cara untuk menghilangkan rasa kehampaan itu dengan cara bercengkrama atau berbicara kepada
tuhan (berdoa dan berdzikir)1
Disinilah kemudian banyak orang islam yang tertarik dengan ilmu tasawuf, Ilmu tasawuf
sendiri mempunyai arti membersihkan hati, menyucikan hati yang bertujuan untuk bisa lebih
dekat dengan Allah SWT (Taqarrub illallah)
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
ISI
DAN
PEMBAHASAN
Lahirnya tasawuf bermula dari abad kedua dan ketiga yang dimana abad ini adalah
zaman kemajuan ekonomi di dunia islam. Pada abad ini kehidupan kaum materialistik mulai
mengemuka dalam perikehidupan masyarakat muslim. Karna sebab tersebut baru muncullah
orang-orang yang tidak mau terlalu pusing dengan urusan dunia, mereka hanya ingin fokus pada
beribadah dan menjauhkan diri dari hiruk pikuknya dunia. Nah mereka inilah yang disebut
dengan sufi. Terlepas dari semua itu, praktek-praktek tasawuf sebenarnya sudah ada semenjak
manusia ada. Semua para rasul, nabi dan wali adalah sufi. Yang kemudian tasawuf muncul
menjadi sebuah disiplin keilmuan islam pada abad 2H/8M atau dalam bentuk jelasnya pada abad
3M/10M. 2. Tetapi pada permulaannya istilah tasawuf belum dikenal, namun praktek-prakteknya
seperti puasa, zuhud, berdzikir atau yang sejalan dengan itu telah ada. Contoh seperti perilaku
Abdullah Ibn Umar yang sering melakukan puasa sepanjang hari, sholat dan membaca qur’an
pada malam harinya. Dan banyak sahabat-sahabat nabi atau bahkan nabi sendiri yang melakukan
itu .3
Orang yang belajar dan mendalami ilmu tasawuf disebut dengan sufi. Dalam filsafat sufi,
Roh yang masuk kedalam janin di kandungan ibu berasal dari alam rohani yang suci, tempat
yang suci. Yang kemudian setelah lahir ke dunia dipengaruhi oleh hawa nafsu yang terdapat
dalam tubuh manusia.4 Roh yang kotor dan telah terpengaruh oleh berbagai masalah-masalah
duniawi akan memberi dampak yang negative bagi hati, Timbulnya penyakit hati seperti riya’,
sombong, merasa diri paling benar, tidak suka melihat kesuksesan orang lain, mengharap balasan
yang setimpal setelah melakukan kebaikan, susah menerima kesalahan diri sendiri. Hal-hal
seperti Ini yang menyebabkan kita susah dekat dengan Allah. Bagaimana kita bisa sampai ke
Allah jika kita masih mempunyai penyakit hati ini, padahal sejatinya ruang lingkup hatilah yang
menjadi tempat untuk mendapat ketenangan, jika hati kita bersih, maka fikiran kita juga jernih,
baru kita bisa hidup dengan tenang. Nah disinilah tasawuf berperan, tasawuf mempunyai peran
dalam membersihkan hati agar bisa memperoleh suatu kenikmatan beribadah yang berujung
pada kedekatan dengan Allah (Taqarrub Illallah).
Para pakar memberikan definisi yang berbeda-beda terhadap tasawuf, dari sekian banyak
definisi, menurut Ibn Khaldun yang paling rajih adalah pendapat yang mengatakan bahwa
tasawuf berasal dari kata “suf” yang artinya “bulu domba”. Dengan argumentasi bahwa pada
masa lampau pakaian para sufi (orang yang telah mencapai ma’rifat) terbuat dari wool yang
kasar. Pakaian yang sederhana inilah yang menandakan mereka hidup dalam kesederhanaan.5
Kemudian ada juga yang dirujuk dari kata “shaff” (baris dalam sholat) hal ini dikarenakan kaum
sufi dianggap berada dalam shaff pertama. Juga dari kata sufi (suci). Ada juga ahl-alshuffah
(penghuni serambi) yakni para zahid (pe-zuhud) dan ‘abid (ahli ibadah) yang tidak punya rumah
2 Luthfatul Badriyah,Tesis:”Tasawuf Nazhari dalam prespektif KH.Sholeh darat semarang dalam Jurnal”
(Jakarta:Institut Ilmu Al-Qur’an,2021), Hal.1
3 Leni Andariati, “aliran-aliran dalam tasawuf” . FITUA,jurnal studi islam. Vol.1, No.2, Juni 2020, Hal.133
4 Sholeh Bahruddin Sengonagung, Sabilus Salikin jalan para salik (Pasuruan:Pondok pesantren Ngalah 2012)
H.1
5 Cecep Alba, Tasawuf dan tarekat dimensi esoteris ajaran islam (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2014) H.245
dan tinggal di serambi masjid nabi. Atau ada yang mengaitkannya dengan nama sebuah suku
badui yang memiliki gaya hidup sederhana, yakni Bani Shufa, Jika dilihat dari akar etimologi
istilah tasawwuf ini berasal dari tashawwafa, yatashawwafu, tashawwuf, yang maknanya adalah
(proses) “pemurnian”. 6. Semua kata-kata dapat saja dihubungkan dengan tasawuf, seperti kata
ahl-alshuffah (orang-orang yang ikut pindah dengan nabi dari kota Mekkah ke kota Madinah)
yaitu kondisi dimana dia mengorbankan jiwa dan raganya demi Allah SWT, Mereka memiliki
rasa kecintaan dan iman yang kuat terhadap Allah sampai-sampai mereka rela untuk meninggal
kan keluarga, kampung halamannya, kekayaan dan harta benda di mekkah. Kemudian kata shaff,
yang berarti selalu berada dalam barisan depan dalam melaksanakan ibadah kepada Allah, jika
iman seseorang besar dan memiliki rasa cinta yang besar pula terhadap Allah, maka mereka akan
selalu menjadi yang paling pertama menjalankan perintah-perintah Allah. Selanjutnya ada kata
sufi yang artinya suci, mereka yang senantiasa beristiqomah untuk melindungi dirinya dari
akhlak yang tercela, kemaksiatan dan penyakit hati.7
Makna tasawuf secara istilah juga banyak sekali, para ahli mendefinisikan tasawuf
menurut pandangan mereka masing-masing, sehingga timbul perbedaan, akan tetapi maknanya
tetap sama. Ada 3 prespektif yang ditimbulkan para ahli dalam mendefinisikan tasawuf , yakni
prespektif manusia sebagai insan tertentu, manusia sebagai insan yang wajib berjuang dan
manusia sebagai makhluk yang bertuhan8. Maksud dari manusia sebagi insane tertentu adalah
manusia yang berusaha menyucikan hati dan hanya memfokuskan perhatiannya terhadap allah
SWT. Kemudian kita tidak bisa menyusikan hati dan memfokuskan perhatian kita terhadap allah
jika tidak ada perjuangan, oleh karena itulah manusia sebagai insane yang wajib berjuang, dan
kita menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang butuh dengan tuhan.
Dari banyak definisi diatas, bisa disimpulkan tasawuf adalah sikap untuk selalalu
berusaha menjaga hati, membersihkan hati, Rela berkorban untuk Allah dengan menahan segala
hawa nafsu duniawi dan beristiqomah dalam beribadah. Tasawuf mempunyai tujuan untuk
membuang perbuatan buruk dan perbuatan doa, menjadi rem agar kita tidak terjerumus dalam
perbuatan maksiat yang sejatinya dapat merugikan diri kita sendiri, dan menghiasi hati dengan
Tasawuf ini sebuah disiplin ilmu, yang didalamnya termasuk tazkiyatun nafs (penyucian
hati), ilmu akhlak, dan ilmu ihsan. Tasawuf untuk membersihkan hati. Tasawuf juga sebagai
sarana untuk memperbaiki akhlak, baik akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap allah, dan
akhlak terhadap orang lain. Tasawuf juga menghasilkan ihsan. Para ulama mendifinisikan
tasawuf sebagai ilmu untuk mengetahui awal tazkiyatun nafs, kemudian ketika berbicara tasawuf
dasarnya tentang hadist ihsan, yang dibahas di dalamnya juga ilmu akhlak.
Para ulama juga ada yang mengatakan bahwa tasawuf hanya sebuah nama saja, jika
seumpama ada orang yang tidak mau mengikuti tasawuf kemudian dia mampu menemukan cara-
cara tersendiri untuk melakukan tazkiyatun nafs dengan cara membaca quran atau dengan hal
yang lainnya, maka ini sudah termasuk tasawuf, hanya namanya saja yang berbeda dan ulama
tidak mempermasalahkan itu. Karna sesungguhnya banyak jalan untuk menuju Allah, seperti
kata para ulama “bi’andati anfasil kholaqi” banyaknya jalan menuju Allah itu seperti hitungan
nafasnya makhluk. Hanya saja secara umum membersihkan hati itu melalui tasawuf dan thariqah
(Perjalanan).
Anjuran untuk membersihkan hati pun banyak dalam al-Qur’an dan hadist. Salah satu
ajaran Al-Qur’an untuk membersihkan hati terdapat dalam surah as-Syams ayat 7-10:
Nafs dari ayat tersebut bermaksud Jiwa, ayat itu menjelaskan bahwa siapa saja yang
membersihkan jiwanya maka termasuk orang-orang yang beruntung karena akan mendapatkan
ilham dari Allah, sebaliknya jika mengotori jiwanya maka termasuk orang-orang yang rugi dan
akan mendapat jalan-jalan kejahatan. Pada dasarnya para ahli tasawuf berusaha untuk
menemukan bagaimana cara-cara yang tepat untuk melakukan penyucian jiwa.
Kemudian ada juga hadist popular Nabi yang berbunyi : “Didalam diri manusia ada
segumpal organ. Jika baik segumpal organ tersebut, maka baiklah semua diri orang itu. Dan
jika buruk orang itu, akan buruklah semua diri orang yang memilikinya. Organ tersebut adalah
hati” . Dalam hadits yang lain, nabi bersabda : “Jika seorang mukim melakukan keburukan,
maka muncullah satu titik hitam dalam hatinya. Jika dia terus-menerus melakukan keburukan,
amaka makin banyak titik hitam yang melekat pada hatinya”. Nah jika sudah seperti itu, jika
seseorang sama sekali tidak membersihkan hati selama hidupnya maka tidak menutup
kemungkinan hatinya di penuhi lapisan warna hitam pekat yang akan menghalangi masuknya
ilham atau cahaya yang Allah ingin berikan.9 Pada dasarnya Allah itu baik, Allah ingin
memberikan ilham untuk seluruh hambanya agar tidak terjerumus dalam kesesatan, hanya saja
hati kita yang tidak dapat menerima nya karna pekatnya warna hitam dalam hati kita (penyakit
hati).
Kemudian mengenai Ihsan, Rasulullah sendiri mengajarkan kita tentang islam, iman dan
ihsan. Yang dimana ketiga-tiga nya ini adalah “Hadzaa Jibril yu’allimukum dinakum” yang
artinya malaikat jibril mengajarkan tentang agama. Jadi artinya Islam,iman dan ihsan ini
merupakan kompleksitas ataupun bagian-bagian dari ajaran agama. Lalu apa hubungan tasawuf
dengan 3 hal tersebut? Mari kita bahas satu-persatu,
Sebagaimana islam diyakini sebagai landasan dalam syariat, iman adalah landasan dalam
berakidah, dan ihsan adalah gabungan dari keduanya.10 Islam melahirkan madzhab, tanpa
bermadzhab kita tidak tahu apa yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan. Tanpa bermadzhab kita tidak tahu sholat kita sudah benar atau belum, kita tidak
tahu sholat kita diterima atau tidak. Imam Ghazali pernah berkata tentang hubungan islam dan
tasawuf, menurut beliau fiqih itu mengetahui mana yang shohih dan mana yang batil sedangkan
tasawuf itu para sufi bisa mengetahui apakah sholat mereka di terima atau tidak, Jadi jika ada
orang ahli fiqih yang mengatakan hanya Allah yang tau sholat kita diterima atau tidak, berarti
Ihsan sebagai pelengkap, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyah, bahwa Ihsan adalah
puncak tertinggi keagamaan manusia. Beliau juga menegaskan bahwa ihsan lebih meliputi
daripada Iman, karena ini pelaku ihsan lebih khusus dari pada pelaku iman, kemudian Iman
meliputi daripada islam, sehingga pelaku iman lebih khusus dari pelaku Islam. Sebab dalam
islam sudah terkandung iman dan islam sebagaima dalam iman telah terkandung islam.11 Ihsan
merupakan puncak tertinggi dalam tingkatan taqwa kepada allah, yang dimana ketika kita
beribadah, kita bisa seolah-olah melihat Allah SWT, itulah yang mnyebabkan sholat kita menjadi
khusyuk. Seperti percakapan nabi Muhammad SAW dengan malaikat Jibril:
Maksud melihat ini bukan penglihatan lahir, melainkan batin. Sedangkan tasawuf adalah
sikap mental yang selalu berusaha untuk memelihara kesucian diri, istiqomah beribadah, hidup
sederhana, tidak nafsu dengan dunia, Tasawuf sebagai pelaksana dari ihsan menggambarkan
pendalaman seseorang kepada akidahnya serta kemampuan besar demi mempromosikan
12
pelepasan spiritual, hingga mengajak manusia mengenal dirinya tasawuf adalah sebuah proses
untuk mendekat dan mengenal tuhannya, maka pada implikasinya akan bisa mengendalikan
tingkah laku maupun perbuatannya karena senantiasa melihat dan dilihat oleh Allah.
Dari hal-hal yang ada diatas, Dapat disimpulkan bahwa mempelajari tasawuf itu wajib
hukumnya. Ilmu tasawuf tetap berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits, Jadi penting untuk
disadari bahwa tasawuf bukanlah ilmu yang baru saja ada (bid’ah), Tasawuf ini disiplin ilmu
yang sudah ada sejak zaman Nabi, Ilmu ini diambil dari kehidupan-kehidupan nabi yang
kemudian dipelajari dan menemukan suatu metode untuk bisa mendekat kepada Allah.Seperti
11 Fakhrur Rizky, Tesis:“Tafsir ayat-ayat ihsan dan hubungannya dengan tasawuf” (Jakarta:Institut PTIQ,
2021), Hal.68
12 Darmawan Dwi Pamungkas, skripsi:”Konsep ihsan dalam Al-Qur’an prespektif tasawuf”,
13 Al-Dzikra, “Jurnal studi ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadits”. Vol.12. No.2, Desember 2018, hal.190
14 Taufiqur Rahman, “Sejarah perkembangan tasawuf amali”. Asy-Syari’ah: Jurnal Hukum Islam. Vol.5. No.1,
Januari 2019, Hal.71
15 Haidar Bagir, Mengenal tasawuf (Jakarta Selatan:PT Nizan Publica,2019),H.167
16 Wawancara dengan ustad Musyaffa’ selaku ustad di ponpes al-fithrah kedinding Surabaya, 10 Januari 2022
“Kenapa Thariqah ini mempunyai ada banyak macam? Kenapa tidak cukup satu saja?”
Thariqah yang mempunyai banyak macam ini disebabkan oleh mursyid yang berbeda-
beda, ini bisa dianalogikan dengan sekolah, nama-nama sekolah di Indonesia berbeda-beda,
namun setiap sekolah memiliki kurikulum yang sama. Dan gurunya pun berbeda, setiap guru
mempunyai cara atau metode mengajarnya masing-masing. Ini sama dengan thariqah, nama
Thariqah berbeda-beda, namum tetap pada dasar yang sama yaitu Al-Qur’an dan Hadits,
kemudian mursyidnya pun berbeda-beda, mursyid pun berbeda karena ia melihat kemampuan
murid-muridnya.
Lalu apakah kita harus berthariqah? jika kita ingin wushul ke Allah namun tidak
berthariqah, ini sama seperti kita ingin menjadi dokter namun tidak kuliah, para sufi
mengibaratkan dengan mutiara yang berada di dalam tengah lautan, didalam kerang, Kita tidak
bisa berada pada tengah laut tersebut tanpa perahu, dan perahu tersebut memiliki nahkoda
sebagai petunjuk arah. Kemudian kita harus berenang, tenggelamlah kita, basahlah kita, barulah
kemudian kita bisa mendapatkan mutiara. Laut adalah hakikat, perahu adalah syariat, nahkoda
adalah thariqah dan mutiara adalah ma’rifat. Apa itu ma’rifat? Imam al-ghazali ketika ditanya
arti dari sebuah ma’rifat beliau menjawab “cahaya yang ditembakkan oleh Allah dan
dipancarkan kehati seorang hamba” Nah inilah buah dari melawan hawa nafsu yang dhohir
maupun yang bathil.17
Maksud dari analogi tersebut adalah kita tidak bisa mendapat ma’rifat(mutiara) yang
berada dalam lautan hakikat, jika kita tidak menaiki syariat (perahu), yang dimana kita tidak bisa
mengetahui cara-cara nya tanpa berthariqah (nahkoda). Semua kapal-kapal yang sama dengan
nahkoda yang berbeda-beda ini berada pada satu lautan yang sama yaitu laa ilaaha illallah.
Semua thariqah berlandaskan pada Syariat, para sufi menentang keras jika ada yang mengatakan
bahwa thariqah ini keluar dari syariat dan merupakan ajaran sesat, orang yang seperti itu adalah
orang yang tidak paham dengan ilmu tasawuf. Bahkan orang-orang yang masih awam tentang
syari’at dilarang untuk tidak masuk ke dalam thariqah, mereka yang ingin berthariqah harus
paham dulu syari’at, sama halnya seperti anak-anak yang harus menyelesaikan tingkatan sd dulu
17 Wawancara dengan ustad Musyaffa’ selaku ustad di ponpes al-fithrah kedinding Surabaya, 10 Januari 2022
agar bisa naik ke tingkatan SMP. Kemudian dalam thariqah juga wajib ada mursyid yang
memegang sanad (ajarannya menyambung sampai rasulullah), pada zaman sekarang kita tidak
bisa berguru langsung kepada nabi, oleh karena itulah kita perlu mursyid-mursyid yang
memegang sanad sampai ke rasulullah.
Thariqah ini mempunyai banyak macam, antara lain: Thariqah uwaisiyah, Thariqah
junaidiyah, Thariqah Ghazaliya, Thariqah Qadiriyah, Thariqah Rifa’iyah, Thariqah
suhrawardiyah, Thariqah khalwatiyah, Thariqah Kubrawiyah, Thariqah histiyah, thariqah
akbariyah, Thariqah alawiyah, Thariqah syadziliyah, Thariqah ahmadiyah, Thariqah
maulawiyah, Thariqah Daqsuqiyah, Thariqah Naqsabandiyah, Tahriqah matbuliyah, Thariqah
syathariyah, Thariqah aidrusiyah. Dan masih banyak lagi18
Masing-masing thariqah punya tata cara nya sendiri-sendiri, namun disini saya akan
membahas tentang Thariqah Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Al-Utsmaniyah, yang dianut oleh
seorang mursyid KH.Achmad Asrori, yang juga menjadi pengasuh di Pondok Pesantren Al-
fithrah Kedinding, Surabaya.
18 Sholeh Bahruddin Sengonagung, Sabilus Salikin jalan para salik (Pasuruan:Pondok pesantren Ngalah,2012)
H.205-690
19 Wawancara dengan ustad Musyaffa’ selaku ustad di ponpes al-fithrah kedinding Surabaya, 10 Januari 2022
20 Martin Van Bruinessen, “Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia” (Bandung: Mizan, 1992) Hal.89
Syaikh Naqb al-Attas mengatakan bahwa Syaikh Sambas adalah seorang mursyid dari
kedua Thariqah ini yang kemudian syaikh Sambas mengajarkan satu versi dengan
menggabungkan 2 jenis dzikir sekaligus, yaitu dzikir dengan lisan (jahr) dalam Qadiriyah dan
dzikir dengan hati (khafi) dalam Naqsyabandiyah.21
Kemudian jauh sebelum wafatnya, KH.Utsman Al-Ishaqi telah memilih salah satu
putranya, K.H.Achmad Asrori Al-Ishaqi. Awalnya ia tidak ingin bertindak menjadi mursyid
selama ayahnya belum wafat, namun setelah itu ia baru melaksanakan tugasnya menjadi mursyid
dan memindahkannya pada Pondok Pesantren miliknya sendiri yaitu Pondok Pesantren Al-
Fithrah Surabaya,23 yang masih berdiri dan memiliki banyak peminat sampai sekarang. Thariqah
Qodiriyah wa Naqsyabandiyah semakin tersebar luas Dibawah kepemimpinan K.H.Achmad
Asrori Al-Ishaqi, sampai pada luar jawa atau bahkan sampai ke luar negeri. Seperti, Singapura,
Malaysia dan Brunei Darussalam24
Jika ditarik ke atas, K.H. Achmad Asrori memiliki sanad kepemimpinan thariqah
Qadariyah wa Naqsabandiyah hingga ke Rasululah SAW yang ke 39, berikut silsilahnya :
pemikiran islam dan filsafat, Vol.13, No.2, Juli 2016, Hal. 253
23 Ibid,,
24 M.Rosyid Habiburrahman, Tesis:“Kontribusi majelis tarekat qadiriyah wa naqsyabandiyah al utsmaniyah
terhadap pengendalian stress: studi eksplorasi jama’ah tarekat qadiriyah wa naqsyabandiyah al utsmaniyah di
pondok al-fitrah kelurahan kedinding kecamatan kenjeran Surabaya(Surabaya:Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya)
3. Hadrotusy-syaikh Abi Ishamuddin Muhammad Romliy At Tamimimiy
Bertalqin dan berbai’at dari :
4. Hadrotusy-syaikh Kholil Rejoso .
Bertalqin dan berbai’at dari :
5. Hadrotusy-syaikh Hasbullaah Madura
Bertalqin dan berbai’at dari :
6. Hadrotusy-syaikh Ahmad Khothib As Sambasiy
Bertalqin dan berbai’at dari :
7. Hadrotusy-syaikh Syamsuddyn
Bertalqin dan berbai’at dari :
8. Hadrotusy-syaikh Murod
Bertalqin dan berbai’at dari :
9. Hadrotusy-syaikh Abdul Fattaah
Bertalqin dan berbai’at dari :
10. Hadrotusy-syaikh Kamaluddiyn
Bertalqin dan berbai’at dari :
11. Hadrotusy-syaikh Utsman
Bertalqin dan berbai’at dari :
12. Hadrotusy-syaikh Abdur Rohim
Bertalqin dan berbai’at dari :
13. Hadrotusy-syaikh Abu Bakar
Bertalqin dan berbai’at dari :
14. Hadrotusy-syaikh Yahya
Bertalqin dan berbai’at dari :
15. Hadrotusy-syaikh Chisamuddin
Bertalqin dan berbai’at dari :
16. Hadrotusy-syaikh Waliuddin
Bertalqin dan berbai’at dari :
17. Hadrotusy-syaikh Nuruddin
Bertalqin dan berbai’at dari :
18. Hadrotusy-syaikh Zainuddin
Bertalqin dan berbai’at dari :
19. Hadrotusy-syaikh Syarofuddin
Bertalqin dan berbai’at dari :
20. Hadrotusy-syaikh Syamsuddin
Bertalqin dan berbai’at dari :
21. Hadrotusy-syaikh Muhammad Al Hataki
Bertalqin dan berbai’at dari :
22. Hadrotusy-syaikh Abdul ‘Aziz
Bertalqin dan berbai’at dari :
23. Hadrotusy-syaikh Abdul Qodir Al Jailani
Bertalqin dan berbai’at dari :
24. Hadrotusy-syaikh Abu Sa’id Al Mubarrok
Bertalqin dan berbai’at dari :
25. Hadrotusy-syaikh Abu Hasan Ali Al Hakari
Bertalqin dan berbai’at dari :
26. Hadrotusy-syaikh Abu Faraj Al Thurthusi
Bertalqin dan berbai’at dari :
27. Hadrotusy-syaikh Abdul Wahid Al Tamimi
Bertalqin dan berbai’at dari :
28. Hadrotusy-syaikh Abu Bakar As Shibi
Bertalqin dan berbai’at dari :
29. Hadrotusy-syaikh Abdul Qosim Junaiyd Al Baqhdadi
Bertalqin dan berbai’at dari :
30. Hadrotusy-syaikh Sari As Siqthi
Bertalqin dan berbai’at dari :
31. Hadrotusy-syaikh Al Ma’ruf Al Karkhi
Bertalqin dan berbai’at dari :
32. Hadrotusy-syaikh Abul Hasan Ali Ridlo
Bertalqin dan berbai’at dari :
33. Hadrotusy-syaikh Musa Kadzim
Bertalqin dan berbai’at dari :
34. Hadrotusy-syaikh Ja’far As Shodiq
Bertalqin dan berbai’at dari :
35. Hadrotusy-syaikh Imam Muhammad Baqir
Bertalqin dan berbai’at dari :
36. Hadrotusy-syaikh Zainal Abiddin
Bertalqin dan berbai’at dari :
37. Sayyidina Husain Rodliyallahu’anhu
Bertalqin dan berbai’at dari :
38. Sayyidina Ali Karromallaahu Wajhahu
Bertalqin dan berbai’at dari :
39. Rasulullah Muhammad SAW 25
1. Hush dar dam : artinya “sadar waktu bernafas” , yaitu dengan memusatkan
perhatian yang bersangkutan ketika menarik nafas ataupun berhenti diantaranya,
dengan memfokuskan fikiran dengan adanya Allah.
2. Nazar bar qaam : artinya “menjaga langkah”, yang bersangkutan harus menjaga
langkahnya ketika berjalan, dan ketika duduk memandang ke depan
Itulah asas-asas Thariqah Qadariyah wa Naqsyabandiyah yang harus menjadi dasar dalam
menjalankan ajaran islam bagi orang-orang yang ingin mengikuti thariqah ini. Adapun syarat-
syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang ingin mengikuti Thariqah Qadariyah wa
Naqsyabandiyah telah tertulis dalam kitab Manbaul Fadlail, Diantaranya :
26Hadrotus Syaikh Al-Murabi Al-Mursyid Achmad Asrori Al-Ishaqy RA, Setetes EmbunPenyejuk Hati., hal.
78.
1. Qoshdun Shohibun, artinya menjalankan sifat-sifat ubudiyah, yakni
menghambakan diri kepada Allah dan bukan untuk mendapatkan kekramatan,
pangkat, dan kedudukan.
2. Shidqun Shorikkhun, artinya mempunyai ‘iktikad yang benar, bahwa sang guru
akan dapat menghantarkan dirinya kehadirat Allah.
3. Adabun Mardhiyah, artinya akhlak yang diridloi. Maksudnya adalah orang yang
masuk tarekat hendaklah menjalankan budi pekerti sebagaimana yang
diperintahkan oleh syari’at agama, seperti belas kasihan kepada yang di bawah
dan hormat kepada mereka yang sepadan.
4. Ahwaluz Zakiyah, artinya menghiasi diri dengan akhlak yang baik.Segala
perbuatan, ucapan, dan tindakannya haruslah sesuai dengan yang apa
diperintahkan agama.
5. Raf’ul Himmah, artinya mempunyai cita-cita yang tinggi. Dalam memasuki
tarekat bukan karena ingin mendapatkan kemewahan dunia, tetapi mencapai
ma’rifat kepada Allah.
6. Hifdzul Hurmah, artinya selalu menjaga dan hormat kepada guru, baik dalam
keadaan hadir maupun ghaib/tidak ada, santun sesama muslim dan menjaga hak-
hak mereka, serta duduk dan patuh terhadap perintah dan larangan Allah.
7. Husnul Hikmah, artinya melayani dan mengabdi kepada guru dengan baik.
27Hadrotus Syaikh Al-Murabi Al-Mursyid Achmad Asrori Al-Ishaqy RA, Setetes EmbunPenyejuk Hati., hal.
23-25
bersambung pada Rasulullah . Sedangkan rabithah adalah menurut Syeikh Abdul Qodir
Jaelani adalah suatu wasilah yang berhubungan dengan adanya rasa cinta hati denan
seorang yang diberi Wasilah. Disini maksudnya ada rasa cinta terhadap Mursyid nya. 28
2. Dzikir
Pengucapan dzikir unruk mengingat Allah dalam batin dan lisan ini dibaiatkan
oleh mursyid yang mempunyai ketersambungan sanad dan berkahnya kepada rasululla.
Yang dalam tarekat ini ada 2 jenis dzikir, yaitu dzikir naïf isbat yang mempunyai tujuan
membersihkan diri dari pengendalian jiwa secara keseluruhan dan Dzikir ism dzat yang
mempunyai tujuan untuk membersihkan jiwa. 29
3. Muqarabah
Muqarabah adalah mengamati sesuatu dengan penuh rasa perhatian dan
keingingan untuk mencapai ma’rifat, disini harus menjaga kesadaran akan
makna,sifat,qudrat, dan iradat allah. Disinilah kemudian orang tersebut mencapai
keimanan yang sesungguhnya 30
4. Tafakur
Merenungkan dan berfikir makna hakikat, dan hikmat untuk menrmukan
31
keagungan Allah SWT. maksudnya adalah kita berdzikir sembari memahami makna
dengan penuh rasa tawadhu’ kepada Allah, dasar bahwa kita bukan siapa-siapa dan hanya
Allah-lah yang maha agung.
5. Adab para murid terhadap mursyid
Seorang murid harus mempunyai keyakinan bahwa guru yang diikutinya
mempunyai pengetahuan yang sangat luas dan memiliki ketersambungan sanad kepada
Rasulullah, dan murid haruslah patuh dan pasrah atas bimbingan murid dengan ikhlas
hanya karna Allah SWT. Kemudian seorang murid juga tidak boleh menentang dan
menyebarkan aib sang mursyid. 32
Setelah mewawancarai seorang ustad yang mengikuti Thariqah ini dan juga kitab
Mambaul Fadloil, cara ritual wirid dan dzikir yaitu dengan :
1. Membaca lafadz “La Ilaha Illallah” sebanyak 165 kali . ini disebut dengan dzikit tauhid
2. Membaca lafadz “Allah” sebanyak 1000 kali. Ini disebut dengan dzikir ismu dzat.
A. KESIMPULAN
jika seseorang sama sekali tidak membersihkan hati selama hidupnya maka tidak
menutup kemungkinan hatinya di penuhi lapisan warna hitam pekat yang akan menghalangi
33 Wawancara dengan ustad Musyaffa’ selaku ustad di ponpes al-fithrah kedinding Surabaya, 10 Januari 2022
dan karya ilmiah Hadrotus Syaikh Al-Murabi Al-Mursyid Achmad Asrori Al-Ishaqy RA, Setetes Embun
Penyejuk hati., hal. 45.
34 Wawancara dengan ustad Musyaffa’ selaku ustad di ponpes al-fithrah kedinding Surabaya, 10 Januari 2022
masuknya ilham atau cahaya yang Allah ingin berikan. Para ulama juga ada yang mengatakan
bahwa tasawuf hanya sebuah nama saja, jika seumpama ada orang yang tidak mau mengikuti
tasawuf kemudian dia mampu menemukan cara-cara tersendiri untuk melakukan tazkiyatun nafs
dengan cara membaca quran atau dengan hal yang lainnya, maka ini sudah termasuk tasawuf.
Tasawuf ini sebuah disiplin ilmu, yang didalamnya termasuk tazkiyatun nafs (penyucian
hati), ilmu akhlak, dan ilmu ihsan. Tasawuf untuk membersihkan hati. Tasawuf juga sebagai
sarana untuk memperbaiki akhlak, baik akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap allah, dan
akhlak terhadap orang lain. Tasawuf juga menghasilkan ihsan. Para ulama mendifinisikan
tasawuf sebagai ilmu untuk mengetahui awal tazkiyatun nafs, kemudian ketika berbicara tasawuf
dasarnya tentang hadist ihsan, yang dibahas di dalamnya juga ilmu akhlak.
Lalu apakah kita harus berthariqah? jika kita ingin wushul ke Allah namun tidak
berthariqah, ini sama seperti kita ingin menjadi dokter namun tidak kuliah. Kita tidak bisa
bertemu langsung dengan nabi, itulah sebab nya kita harus berthariqah dengan mursyid yang
mempunyai jalur sanad yang bersambung dengan Rasulullah
B. SARAN
Tidak banyak orang-orang yang memahami tentang tasawuf, sehingga banyak orang-
orang yang menganggap tasawuf sesat, padahal jika mereka mau belajar apa itu tasawuf, maka
mereka akan sadar bahwa tidak ada penyelewengan dalam tasawuf, semuanya berdasarkan
syariat, Qur’an dan Hadits Nabi. Oleh karena itu hendaklah kita memperdalam ilmu kita
terdahulu, bukan hanya sekedar ikut-ikutan dan begitu saja mempercayai apa yang dikatakan
orang lain, kemudian mengeluarkan statement yang merugikan banyak orang.
DAFTAR PUSTAKA
Aly Mashar, “Genealogi dan penyebaran thariqah qodiriyah wa naqsyabandiyah dijawa”. Al-
A’raf:jurnal pemikiran islam dan filsafat, Vol.13, No.2, Juli 2016,. 253
Sholeh Bahruddin Sengonagung, Sabilus Salikin jalan para salik (Pasuruan:Pondok pesantren
Ngalah 2012) H.655
Alba, Cecep, Tasawuf dan tarekat dimensi esoteris ajaran islam (Bandung:Remaja Rosdakarya,
2014) .245
Al-Dzikra, “Jurnal studi ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadits”. Vol.12. No.2, Desember 2018.190
Andariati, Len, “aliran-aliran dalam tasawuf” . FITUA,jurnal studi islam. Vol.1, No.2, Juni
2020. 133
Badriyah Luthfatul,Tesis:”Tasawuf Nazhari dalam prespektif KH.Sholeh darat semarang dalam
Jurnal” (Jakarta:Institut Ilmu Al-Qur’an,2021). 1
Bagir Haidar, Mengenal tasawuf (Jakarta Selatan:PT Nizan Publica,2019),.77
Bagir Haidar, Mengenal tasawuf (Jakarta Selatan:PT Nizan Publica,2019),.167
Bagir Haidar. Mengenal tasawuf (Jakarta Selatan:PT Nizan Publica,2019),.78
Bagir, haidar, Mengenal tasawuf (Jakarta Selatan:PT Nizan Publica,2019),26
Bruinessen Martin Van, “Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia” (Bandung: Mizan, 1992) Hal.89
Habiburrahman M.Rosyid, Tesis:“Kontribusi majelis tarekat qadiriyah wa naqsyabandiyah al
utsmaniyah terhadap pengendalian stress: studi eksplorasi jama’ah tarekat qadiriyah
wa naqsyabandiyah al utsmaniyah di pondok al-fitrah kelurahan kedinding kecamatan
kenjeran Surabaya(Surabaya:Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya)
Hadrotus Syaikh Al-Murabi Al-Mursyid Achmad Asrori Al-Ishaqy RA, Setetes Embun
Penyejuk Hati. 78.
Hadrotus Syaikh Al-Murabi Al-Mursyid Achmad Asrori Al-Ishaqy RA, Setetes Embun
Penyejuk Hati. 23-25
Ikrimah Tsaniyah Fan, Skripsi:”sejarah perkembangan tarekat qadiriyah wa naqsabandiyah di
pondok pesantren assalafi al fitrah kedinding surabaya” (Surabaya:Universitas islam
sunan ampel, 2019).52-55
karya ilmiah Hadrotus Syaikh Al-Murabi Al-Mursyid Achmad Asrori Al-Ishaqy RA, Setetes
Embun Penyejuk hati.45.
Kusairi, skripsi:”KH.Achmad Asrori, studi historis tentang kemursyidan tarekat qadariyah wa
naqsyabandiyah al utsmaniyah di pondok pesantren al-fithrah kedinding Surabaya)
Pamungkas Darmawan Dw, skripsi:”Konsep ihsan dalam Al-Qur’an prespektif tasawuf”,
(Lampung:Universitas negeri raden intan lampung,2019). 47
Rahman Taufiqur, “Sejarah perkembangan tasawuf amali”. Asy-Syari’ah: Jurnal Hukum Islam.
Vol.5. No.1, Januari 2019.71
Rizky Fakhru, Tesis:“Tafsir ayat-ayat ihsan dan hubungannya dengan tasawuf” (Jakarta:Institut
PTIQ, 2021), .68
RizkyFakhrur, Tesis:Tafsir ayat-ayat ihsan dan hubungannya dengan tasawuf (Jakarta:Institut
PTIQ, 2021). 17
Saihu Made, Suparto, Lilis Balgis, Jurnal pendidikan islam:“Nalar Tasawuf dalam pendidikan
islam: Kajian atas makna ihsan dan relevansinya dengan pendidikan karakter”
(Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah, 2021). 184
Sengonagung Sholeh Bahruddin, Sabilus Salikin jalan para salik (Pasuruan:Pondok pesantren
Ngalah,2012) H.205-690
Sengonagung, Sholeh Bahruddin, Sabilus Salikin jalan para salik (Pasuruan:Pondok pesantren
Ngalah 2012).1