Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


TASAWUF DALAM ISLAM

Kelompok 3:

1.Indah sukma dewi Fatimah

2.Chika Amelia

3.Nadhialifa syahda aghiya

4.Ramla husni

5.Lisa andriani

6.nuki Duta Nurhakim

Dosen pembimbing:Sawalludin,S.Pd.I.M.Pd

ADMINISTRASI PUBLIK 2019

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS RIAU
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan
rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “TASAWUF DALAM
ISLAM” ini dengan baik tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan
makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang
telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah
ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.

Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan


makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang telah kami susun ini masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan
dari para pembaca demi tersusunnya makalahlain yang lebih lagi. Akhir kata, kami berharap agar
makalah ini bisa memberikan banyak manfaat.
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL ………………………………………………. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………….. 1

A. Latar Belakang ………………………………………….. 2

B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2

C. Tujuan Penulisan ……………………………………….. 3

D. Manfaat Penulisan ……………………………………… 3

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………. 4

A. Pengertian Tasawuf …………………………………… 4

B. Sejarah Tasawuf ……………………………………….. 5

C. Ulama Tasawuf ….………………………………………. 7

D. Syariat,Hakikat dan Thorikat ……………………. 12

E. Urgensi tasawuf zaman milenial ………………. 16

BAB III PENUTUP ……………………………………………… 17

A. Simpulan …………………………………………………… 18

B. Saran ………………………………………………………… 19

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………. 20


BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Agama adalah persoalan keyakinan yang dipercaya mampu membawa
kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Masalah yang
berhubungan dengan agama terkadang menimbulkan konflik antar pemeluk
agama. Apalagi jika agamanya dibandingkan dengan agama lainnya dan jika
berkaitan dengan masalah keyakinan. Karena, beragama sudah menjadi darah
dan daging di dalam jiwa dan raga yang melekat erat dalam kehidupannya.
Sebagian pemeluk agama menyadari bahwa dari sekian banyak agama
yang ada di muka bumi pastilah ada agama yang paling benar dan lurus
karena tidaklah mungkin alam semesta ini mempunyai banyak Tuhan yang
dipercaya oleh masing-masing agama tersebut. Sehingga setelah menemukan
agama yang benar dan lurus itu, melakukan peralihan keyakinan (agama) dari
agama lamanya ke agama yang baru atau dalam psikologi agama disebut
konversi agama.

B. RUMUSAN MASALAH
Berangkat dari latar belakang di atas dan agar pembahasan dalam
penelitian ini tidak melebar kepada pembahasan yang lain, maka perlu adanya
perumusan dari masalah yang akan diteliti, yakni sebagai berikut:
1. Apa itu sebenarnya tasawuf?
2. Urgensi apa yang terjadi pada zaman milenial terhadap tasawuf?

C.TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Agar mampu mengetahui arti tasawuf dan memahaminya.


2. Mengetahui siapa saja ulama tasawuf.

D.MANFAAT PENULISAN

Dapat menambah wawasan tentang keagaan terlebih tentang tasawuf itu sendiri.
BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TASAWUF

Tasawuf adalah bagian dari perkembangan ajaran islam dari para sufi. Dalam rukun islam
dan rukun iman mengenai tasawuf memang tidak terdapat secara eksplisit. Ajaran
tasawuf sendiri dianggap berasal dari berbagai pengaruh ajaran agama atau filsafat lain
yang akhirnya diadopsi dan disesuaikan dengan konsep islam. Untuk itu terdapat pro
kontra mengenai hal tersebut.Tentu saja hal ini tidak boleh bertentangan dengan Fungsi
Iman Kepada Kitab Allah, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, dan Fungsi Al-quran Bagi
Umat Manusia.

Berikut adalah pengertian tasawuf dalam berbagai sudut pandang.


 Menurut Etimologi

Pengertian tasawuf menurut etimologi juga pendekatan lainnya, terdapat


perbedaan.Secara umum, diantara perbedaan tersebut tentu ada garis merah atau benang
merah yang dapat ditarik.

Berasal dari Kata Shuffah

Tasawuf berasal dari istilah shuffah.Shuffah berarti serambi tempat duduk. Suffah berasal
di serambi masjid Madinah yang disediakan untuk mereka yang belum memiliki tempat
tinggal atau rumah dan dari orang-orang muhajirin yang ada di Masa Rasulullah SAW.
Mereka dipanggi sebagai Ahli Suffah atau Pemilik Sufah karena di serambi masjid
Madinah itulah tempat mereka.

Berasal dari Kata Shaf

Selain itu, istilah tawasuf juga berasal dari kata Shaf.Shaf memiliki arti barisan. Istilah ini
dilekatkan kepada tasawuf karena mereka, para kaum sufi, memiliki iman yang kuat, jiwa
dan hati yang suci, ikhlas, bersih, dan mereka senantiasa berada dalam barisan yang
terdepan jika melakukan shalat berjamaah atau dalam melakukan peperangan.

Berasal dari Kata Shafa dan Shuafanah

Istilah Tasawuf juga ada yang mengatakan berasal dari kata shafa yang artinya bersih
atau jernih dan kata shufanah yang memiliki arti jenis kayu yang dapat bertahan tumbuh
di daerah padang pasir yang gersang.
Berasal dari Kata Shuf

Pengertian Tasawuf juga berasal dari kata Shuf yang berarti bulu domba. Pengertian ini
muncul dikarenakan kaum sufi sering menggunakan pakaian yang berasal dari bulu
domba kasar. Hal ini melambangkan bahwa mereka menjunjung kerendahan hati serta
menghindari sikap menyombongkan diri.Selain itu juga sebagai simbol usaha untuk
meninggalkan urusan-urusan yang bersifat duniawi.Orang-orang yang menggunakan
pakaian domba tersebut dipanggil dengan istilah Mutashawwif dan perilakunya disebut
Tasawuf.
 Menurut Terminologi

Pengertian tasawuf menurut terminologi dari para ahli sufi juga terdapat varian-varian
yang berbeda. Hal ini dapat dijelaskan dari berbagai pandangan sufi berikut:

Menurut Imam Junaid

Menurut seorang sufi yang berasal dari Baghdad dan bernama Imam Junaid, Tasawuf
memiliki definisi sebagai mengambil sifat mulia dan meninggalkan setiap sifat rendah.

Menurut Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili

Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili adalah seorang syekh yang berasal dari Afrika Utara.
Sebagai seorang sufi ia mendefinisikan tasawuf sebagai proses praktek dan latihan diri
melalui cinta yang mendalam untuk ibadah dan mengembailikan diri ke jalan Tuhan.

Sahal Al-Tustury

Sahal Al Tustury mendefinisikan tasawuf sebaai terputusnya hubungan dengan manusia


dan memandang emas dan kerikil.Hal ini tentu ditunjukkan untuk terus menerus
berhubungan dan membangun kecintaan mendalam pada Allah SWT.
Syeikh Ahmad Zorruq

Menurut Syeikh Ahmaz Zorruq yang berasal dari Maroko, Tasawuf adalah ilmu yang
dapat memperbaiki hati dan menjadikannya semata-mata untuk Allah dengan
menggunakan pengetahuan yang ada tentang jalan islam. Pengetahuan ini dikhususkan
pada pengetahuan fiqh dan yang memiliki kaitan untuk mempebaiki amalan dan
menjaganya sesuai dengan batasan syariah islam. Hal ini ditujukan agar kebikjasanaan
menjadi hal yang nyata.
Secara Umum

Dari pengertian tasawuf secara etimologi dan terminologi dapat diambil kesimpulan
bahwa Tasawuf adalah pelatihan dengan kesungguhan untuk dapat membersihkan,
memperdalam, mensucikan jiwa atau rohani manusia.Hal ini dilakukan untuk melakukan
pendekatan atau taqarub kepada Allah dan dengannya segala hidup dan fokus yang
dilakukan hanya untuk Allah semata.

B. SEJARAH TASAWUF

Dalam prespektif sejarah,tasawuf muncul dan berkembang sebagai akibat dari


kondisi sosio culture dan politik pada masa rezim pemerintahan kaum Umawi di
damaskus yang di anggap kurang religious dalam praktik kehidupan nya.

Dalam realitas historis menunjukan,kelahiran tasawuf dalam islam itu bermula


dari gerakan hidup zuhud atau dengan kata lain,cikal bakal aliran tasawuf islam adalah
gerakan hidup zuhud. Jadi, sebelum orang-orang sufi itu lahir dan berkiprah dalam pentas
sejarah, telah ditemukan orang orang zahid yang secara tekun mengamalkan dan
mengaktualisasikan ajaran ajaran estoris islam,yang kemudian dalam perkembangan nya
dikenal dalam sejarah tasawuf islam.

Lain daripada itu, Abu al-‘Ala Afifi berpendapat, ada 4 faktor yang menyebabkan
kelahiran gerakan hidup zuhud dalam islam, sebagai berikut.

1. Ajaran ajaran islam itu sendiri. Al quran telah mendorong manusia agar hidup saleh dan
taqwa kepada Allah
2. Revolusi rohaniah kaum muslimin terhadap sistem sosio politik yang berlaku.
3. Dampak asketisisme(hidup zuhud) masehi. Pada zaman pra islam bangsa arab terkena
dampak para pendeta masehi. Setelah lahirnya islam pun dampaknya tetap berlangsung.
Namun dampak aksetitisme masehi itu lebih banyak terhadap aspek organisasinya
ketimbang terhadap aspek prinsip prinsip umumnya sehingga asketisisme dalam islam
tetap bercorak islami.
4. Factor fiqih dan kalam, yang muncul karena tuntutan murni islam, sama halnya dengan
factor yang pertama dan kedua. Sebagian kaum muslimin yang saleh pada masa itu
merasa bahwa pemahaman para fuqaha’ dan ahli kalam tentang islam tidak dapat
sepenuhnya memuaskan perasaan keagamaan mereka sehingga mereka memasuki hidup
zuhud untuk memenuhi kehausan perasaan keagamaanya.
Menurut A.J.ARBERY,ALMUHASIBIH ini termasuk tokoh sufi pertama
terkemuka,yang ajaran-ajarannya dan tulisan-tulisannya memberikan pengaruh yang kuat
dan luas kepada sufi dan ahli sufi .sejak masa itu,juga masa –masa selanjutnya,para sufi
mulai mengemukakan terminology khusus tentang ilmu mereka.
Yunasril ali secara kronologis-historis membagi pertumbuhan dan perkembangan tasahuf
dari masa ke masa.
1.periode I masa rasullah SAW.
Jumhurt ulama sufi sepakat bahwa rasullah SAW dan kehidupannya sangat
utamadalam transmisi tasahuf di antara contoh dalam kehidupan rohani nabi Muhammad
SAWbahwa setiap bulan ramadhan nabi tidak pernah absen untuk melakukan thahannud
dan halwah di gua hira untuk mendapat perlindungan dari allah karna dengan
begitu,kebersihan hati dan jiwa akan terjaga sehingga kebenaran sejati akan cepat di
dapatkan sampai beliau di datangangi malaikat jibril untuk menyampaikan wahyu
pertama yaitu surah al-alaq 1-5.dan juga ketika nabi melakukan sholat di malam hari
sampai kaki nya bengkak,melakukan puasa dan sebagainya
2.periode II masa sahabat
Abu bakar di ceritakan pernah menyumbangkan untu kepada nabi Muhammad
SAW untuk kegiatan perjuangan islam,sehingga ia tidak meninggalkan satu ekorpun unta
untuk dirinya,dan akhirnya ia menjadi seorang miskin yang kadang –kadang menderita
kelaparan.
Umar bin khatab di riwayatkan sebagai khalifah,dia berpidato dengan memakai
baju bertambel 12 sobekan.dapat juga di saksikan makna ridho dan sabar,dalam sepucuk
surat yang di tunjukan kepada abu mussa asyary sebagai berikut:’’seluruh bajikan adalah
ridho.lalu engkau mampu engkau ridho,dan kalau tidak mampu bersabarlah ‘’umar di
kenal sebagai sahabat yang berhati luhur, ia menyediakan malamnya untuk beribadah
kepada allah dan siangnya untuk urusan negara.
Antara ucapan-ucapan usman bin afan yang mengandung tasahuf adalah:’’aku
dapatkan bajikan terhimpun dalam 4 hal.pertama cinta kepada allah.kedua,sabar dalam
melaksanakan hukum hukum allah.ketiga,ridho dalam menerima takdir allah
SWT.keempat,malu terhadap pandangan allah.usman di kenal sebagai hartawan
dermawan.usman telah memberikan sebahagian hartanya sebahagian hartanya untuk
kepentingan agama.bila usman di rumah ,tidak pernah lepas dari al-quran.
3.periode III masa tabi’in (41H-100H)

Diantara tabi’in yang di anggap sebagai peletak dasar jaringan tasawuf adalah
hasan al-basri,murid terdekat dari hudzaifah bin al yaman yang di besarkan di bawah
asuhan ali bin abi talibtasahuf pada masa ini menurut praktik rasullah saw.yang di tiru
dan di teladani oleh sahabat-sahabat beliau dari sahabat ini lah meneladani cara hidup
rasul yang di mulai dari bentuk disiplin ilmu

4.periode IV penyebaran tasahuf 100H-450H

Pada masa ini perkembangan tasawuf di bilang cukup pesat.hal ini di tandai
dengan hal segolangan ahli tasawuf yang mencoba menyelidiki inti ajaran tasawuf yang
berkembang pada masa itu,sehingga mereka membaginya dalam tiga macam,yakni
tasawuf iwa,aklak,dan metafisika.pada ajaran ini tasawuf juga mempunyai corak
tersendiri.di dalam mengabdikan diri kepada tuhan yang sudah banyak di pengaruhi oleh
perasaannya sendiri kadang merekan juga berlebih lebihkan beribadah.dunia sudah di
tinggal kan sama sekali.kalau di periode sebelumnya orang bukan benci kepada dunia
tetapi tidak mau terpengaruh olehnya

5.periode V masa pencerahan tasawuf 450H-550H

Kedatangan al-ghazali telah memberikan harapan baru bagi masa depan tasawuf
dari pada masa sebelumnya yang telah mengalami dinamika dan coraknya sendiri,dengan
hadirnya tokoh-tokoh sufi sebelumnya seakan memunculkan kesan bahwa taswuf sudah
terbela .

6.periode VI masa kejayaan tasawuf falsafi 550H-700H

Al-ghazali dalam perkembangan sejarah tasawuf telah di kenal sebagai tokoh


yang telah berhasilmengintegrasikan antara akidah,syariat,dan tasawuf.namun pada
perkembangan selanjutnya seorang tokoh sufi yang menggabungkan antara
tasawufdengan unsure filsafat sehingga berpengaruh pada dunia islam pada periode ini.di
antara tokoh sufi pada periode ini adalah

 As-suhrawardi
 Ibnu’arabi
 Ibn al-farid
 Ibnu sab’in
7.periode VII masa pemurnian tasawuf 700H

Memang secara historis,semenjak meninggalnya al-ghazali tasahuf telah


mengalami banyak bergesekan dan bahkan bercampur-baur dengan filsafat filsafat
yunani,hindu,persi dan filsafat filsafat lainnya.

Pada telah muncul ulama pemurni islam yang bertujuan untuk membersihkan dan
memurnikan ajaran tasawuf,agar kembali dari distori yang di anggap mengotori semangat
tasawuf tersebut.mereka ingin mengembalikan semangat tasawuf kepada al-quran dan al-
sunah.

C.ULAMA TASAWUF

Munculnya 2 tokoh tasawuf dari aceh yang bercorak falsafi adalah Hamzah al-Fansuri
dan Syamsudin as-Sumatrani kemudian disusul oleh para tokoh tasawuf berikutnya
yakni:

1. Nuruddin ar-Raniri
2. Abd Ra’uf an-sinkili
3. Abd shamad al- Palimbani
4. Wali songo
5. Abdul Muhyi Pamijahan
6. Muhammad Aidrus
7. Syaikh yusuf al-Makassari

Tanda-tanda ulama tasawuf


Habib Umar menjelaskan beberapa tanda ulama tasawuf:

1. Mengetahui Alquran dan hadis


2. Mementingkan hati dan sifat-sifat hati
3. Ikhlas
4. Jujur
5. Tawaduk hati
6. Mengetahui keutamaan bagi ahlinya (Habib Soleh Al Jufri menerjemahkan
menghormati kelebihan orang lain)
7. Banyak berzikir kepada Allah
8. Memberi penjelasan yang baik dan meninggal perdebatan
9. Membalas keburukan dengan kebaikan
10. Cinta dan mendahulukan hak Allah dibanding dengan lainnya
D. SYARIAT,HAKIKAT dan THARIKAT

1. SYARIAT :

Adalah hukum Islam yaitu Al qur’an dan sunnah Nabawiyah / Al Hadist yang
merupakan sumber acuan utama dalam semua produk hukum dalam Islam, yang
selanjutnya menjadi Madzhab-madzhab ilmu Fiqih, Aqidah dan berbagai disiplin
ilmu dalam Islam yang dikembangkan oleh para ulama dengan memperhatikan atsar
para shahabat ijma’ dan kiyas. Dalam hasanah ilmu keislaman terdapat 62 madzhab
fiqh yang dinyatakanmu’tabar (Shahih dan bisa dipertanggung jawabkan
kebenarannya) oleh para ulama. Sedangkan dalam hasanah ilmu Tauhid (keimanan),
juga dikenal dengan ilmu kalam. Ahirnya ummat Islam terpecah menjadi 73 golongan
/ firqah dalam konsep keyakinan. Perbedaan ini terdiri dari perbedaan tentang konsep
konsep, baik menyangkut keyakinan tentang Allah SWT, para malaikat, kitab kitab
Allah, para Nabi dan Rasul, Hari Qiamat dan Taqdir.Namun dalam masalah keimanan
berbeda dengan Fiqih. Dalam Fiqh masih ada toleransi atas perbedaan selama
perbedaan tersebut tetap merujuk pada Al Qur’an dan Sunnah, dan sudah teruji
kebenarannya serta diakui kemu’tabarannya oleh para ulama yang kompeten. Akan
tetapi dalam konsep keimanan, dari 73 golongan yang ada, hanya satu golongan yang
benar dan menjadi calon penghuni surga, yaitu golongan yang konsisten / istiqamah
berada dibawah panji Tauhidnya Rasulullah SWA dan Khulafa Ar Rasyidiin Al
Mahdiyyin yang selanjutnya dikenal dengan Ahlu As Sunnah wal Jamaah. Sedangkan
firqah / golongan lainnya dinyatakan sesat dan kafir. Jika tidak bertaubat maka
mereka terancam masuk dalam neraka. Na’udzubillah.

2. THARIQAH :

Adalah jalan / cara / metode implementasi syariat. Yaitu cara / metode yang ditempuh
oleh seseorang dalam menjalankan Syariat Islam, sebagai upaya pendekatannya
kepada Allah Swt. Jadi orang yang berthariqah adalah orang yang melaksanakan
hukum Syariat, lebih jelasnya Syariah itu hukum dan Thariqah itu prakteknya /
pelaksanaan dari hukum itu sendiri.

THARIQAH ADA 2 (DUA) MACAM :


Thariqah ‘Aam :
adalah melaksanakan hukum Islam sebagaimana masyarakat pada umumnya, yaitu
melaksanakan semua perintah, menjauhi semua larangan agama Islam dan anjuran
anjuran sunnah serta berbagai ketentuan hukum lainnya sebatas pengetahuan dan
kemampuannya tanpa ada bimbingan khusus dari guru / mursyid / muqaddam.

Thariqah Khas :
Yaitu melaksanakan hukum Syariat Islam melalui bimbingan lahir dan batin dari
seorang guru / Syeikh / Mursyid / Muqaddam. Bimbingan lahir dengan menjelaskan
secara intensif tentang hukum-hukum Islam dan cara pelaksanaan yang benar.
Sedangkan bimbingan batin adalah tarbiyah rohani dari sang guru / Syeikh / Mursyid
/ Muqaddam dengan izin bai’at khusus yang sanadnya sambung sampai pada Baginda
Nabi, Rasulullah Saw. Thariqah Khas ini lebih dikenal dengan nama Thariqah as
Sufiyah / Thariqah al Auliya’.Thariqah Sufiyah yang mempunyai izin dan sanad
langsung dan sampai pada Rasulullah itu berjumlah 360 Thariqah. Dalam riwayat lain
mengatakan 313 thariqah. Sedang yang masuk ke Indonesia dan direkomendasikan
oleh Nahdlatul Ulama’ berjumlah 44 Thariqah, dikenal dengan Thariqah Al
Mu’tabaroh An Nahdliyah dengan wadah organisasi yang bernama Jam’iyah Ahlu Al
Thariqah Al Mu’tabarah Al Nahdliyah.

Dalam kitab Mizan Al Qubra yang dikarang oleh Imam Asy Sya’rany ada sebuah
hadits yang menyatakan :

‫(ميزان الكبرى لالمام الشعرني‬. ‫ان شريعتي جا ئت على ثالثما ئة وستين طريقة ما سلك احد طريقة منها اال نجا‬
30 / 1 : )
“Sesungguhnya syariatku datang dengan membawa 360 thariqah (metoda pendekatan
pada Allah), siapapun yang menempuh salah satunya pasti selamat”. (Mizan Al
Qubra: 1 / 30 )Dalam riwayat hadits yang lain dinyakan bahwa :
‫) ان شريعتي جائت على ثالثمائة وثالث عشرة طريقة ال تلقى العبد بها ربنا اال دخل الجنة ( رواه الطبرني‬
“Sesungguhnya syariatku datang membawa 313 thariqah (metode pendekatan
pada Allah), tiap hamba yang menemui (mendekatkan diri pada) Tuhan dengan
salah satunya pasti masuk surga”. (HR. Thabrani)

Terlepas dari perbedaan redaksi dan jumlah thariqah pada kedua riwayat hadits diatas,
mau tidak mau, suka atau tidak suka, kita harus percaya akan adanya thariqah
sebagaimana direkomendasi oleh hadits tersebut. Kalau tidak percaya berarti tidak
percaya dengan salah satu hadits Nabi SAW yang Al Amiin (terpercaya dan tidak
pernah bohong). Lalu bagaimana hukumnya tidak percaya pada Hadits Nabi yang
shahiih?

Dari semua thariqah sufiyah yang ada dalam Islam, pada perinsip pengamalannya
terbagi menjadi dua macam. Yaitu thariqah mujahadah dan Thariqah Mahabbah.
Thariqah mujahadah adalah thariqah / mitode pendekatan kepada Allah SWT dengan
mengandalkan kesungguhan dalam beribadah, sehingga melalui kesungguhan
beribadah tersebut diharapkan secara bertahap seorang hamba akan mampu menapaki
jenjang demi jenjang martabah (maqamat) untuk mencapai derajat kedekatan disisi
Allah SWT dengan sedekat dekatnya. Sebagian besar thariqah yang ada adalah
thariqah mujahadah.

Sedangkan thariqah mahabbah adalah thariqah yang mengandalkan rasa syukur dan
cinta, bukan banyaknya amalan yang menjadi kewajiban utama. Dalam perjalanannya
menuju hadirat Allah SWT seorang hamba memperbanyak ibadah atas dasar cinta
dan syukur akan limpahan rahmat dan nikmat Allah SWT, tidak ada target maqamat
dalam mengamalkan kewajiban dan berbagai amalan sunnah dalam hal ini. Tapi
dengan melaksanakan ibadah secara ikhlash tanpa memikirkan pahala, baik pahala
dunia maupun pahala ahirat , kerinduan si hamba yang penuh cinta pada Al Khaliq
akan terobati. Yang terpenting dalam thariqah mahabbah bukan kedudukan / jabatan
disisi Allah. tapi menjadi kekasih yang cinta dan dicintai oleh Allah SWT. Habibullah
adalah kedudukan Nabi kita Muhammad SAW. (Adam shafiyullah, Ibrahim
Khalilullah, Musa Kalimullah, Isa Ruhullah sedangkan Nabi Muhammad SAW
Habibullah). Satu satunya thariqah yang menggunakan mitode mahabbah adalah
Thariqah At Tijany.

3. HAQIQAT

Yaitu sampainya seseorang yang mendekatkan diri kepada Allah Swt. di depan pintu
gerbang kota tujuan, yaitu tersingkapnya hijab-hijab pada pandangan hati seorang
salik (hamba yang mengadakan pengembaraan batin) sehigga dia mengerti dan
menyadari sepenuhnya Hakekat dirinya selaku seorang hamba didepan TuhanNya
selaku Al Kholiq Swt. bertolak dari kesadaran inilah, ibadah seorang hamba pada
lefel ini menjadi berbeda dengan ibadah orang kebanyakan.

Kebanyakan manusia beribadah bukan karena Allah SWT, tapi justru karena adanya
target target hajat duniawi yang ingin mereka dapatkan, ada juga yang lebih baik
sedikit niatnya, yaitu mereka yang mempunyai target hajat hajat ukhrawi (pahala
akhirat) dengan kesenangan surgawi yang kekal.Sedangkan golongan Muhaqqiqqiin
tidak seperti itu, mereka beribadah dengan niat semata mata karena Allah SWT,
sebagai hamba yang baik mereka senantiasa menservis majikan / tuannya dengan
sepenuh hati dan kemampuan, tanpa ada harapan akan gaji / pahala. Yang terpenting
baginya adalah ampunan dan keridhaan Tuhannya semata. Jadi tujuan mereka adalah
Allah SWT bukan benda benda dunia termasuk surga sebagaimana tujuan ibadah
orang kebanyakan tersebut diatas.
D.URGENSI TASAUF ZAMAN MILENIAL

Menurut Qomarudin Hidayat yang dikutip oleh Fakhruroji, salah satu identitas
masyarakat modern ialah sikapnya yang agresif terhadap kemajuan (progress) yang
didorong oleh berbagai prestasi yang dicapai melalui ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek), masyarakat modern berupaya mementahan kesakralan kosmos. Semua harus
tunduk oleh kedigjayaan iptek yang berforos pada rasionalitas. Karena sifatnya
mengunggulkan rasionalitas, karakteristik masyarakat modern ini sifatnya berubah-ubah
dimana masing-masing mereka berusaha untuk mencari makna tentang sesuatu secara
lebih rasional dan biasa berbentuk material (kebendaan).

Disisi lain sebagai akibat modernitas, dimensi spiritual keagamaan masyarakat modern
menjadi kering dan tereduksi sehingga proses pencarian akan spirutualitas semakin
meningkat. Masyarakat yang hanya mementingkan material cendrung akan merasa
gelisah dan tidak bahagia dengan kesenangan material yang diperolehnya. Kegelisahan
dan ketidak-puasan ini membawa pada hal-hal negatif dan tidak menguntungkan
masyarakat, bahkan dapat membawa kepada keruntuhan masyarakat.

Sebuah kenyataan dan adanya kecendrungan bahwa spiritualisme yang bersumber dari
agama semakin mendapat tempat tersendiri dalam masyarakat modern sangat menarik
untuk dicermati terutama di dunia Barat. Munculnya tasawuf atau sufisme sebagai
alternatif untuk merespon kekeringan spiritual masyarakat modern tampaknya cukup
beralasan. Karena krisis besar yang melanda umat manusia tidak dapat hanya diatasi
dengan keunggulan iptek sebagai ideologi besar yang dianut oleh negara-negara di dunia.
Ideologis sosialisme-komunisme, misalnya telah gagal total, demikian juga ideologi
kapitalisme-liberalisme, juga dianggap goyah dan rapuh, tinggal menuggu lonceng
kematiannya. Para pengamat khususnya futurology hampir sepakat terhadap hal itu.
Disinilah kemudian agama mulai dilirik, sebagai harapan dan benteng terakhir untuk
menyelamatkan peradaban manusia dari kehancuran.

Di era modern ini muncul gejala baru yang berbeda dari era sebelumnya. Tarekat
kesufian bermunculan di tempat yang tak terkirakan sebelumnya, seperti di Manhattan,
New York, kini banyak dibangun pusat kajian sufisme yang lengkap dengan
sufi bookstore-nya. Di Indonesia sendiri dalam beberapa tahun terakhir, gejala munculnya
penghayatan sufisme kepanggung kehidupan keagamaan juga terlihat dengan jelas. Media
masa sering melaporkan misalnya bahwa literatur sufisme termasuk buku-buku terlaris di
pasaran. Kursus-kursus tasawuf bagi kalangan sosial menengah ke atas yang
diselenggarakan oleh lembaga semacam LSAF (Lembaga Studi Agama dan Filsafat) dan
Paramadina menarik minat cukup tinggi, terutama di kalangan kaum kota dan terdidik
secara modern. Di Banjarmasin, tepatnya di Banjarbaru yang digagas oleh IAIN Antasari
juga dibangun pendidikan untuk lanjut usia, dimana meterinya juga berkaitan dengan
ilmu tasawuf. Kehidupan sufistik ini juga bahkan merambah ke dunia syair. Terdapat
seniman atau penyanyi yang tidak malu-malu lagi memproklamirkan dirinya sebagai
penyair sufistik. Sejalan dengan hal tersebut Sayyed Husein Nasr dalam suatu surveinya
(1990) menyimpulkan dalam beberapa dekade terakhir ini terjadi peningkatan signifikan
dalam minat terhadap sufisme, terutama di kalangan terdidik.

Alvin Toffler seperti dikutif oleh Munawwar dalam bukunya The Third Wave, John
Naisbitt dan istrinya Patricia Aburdence, mengatakan bahwa abad ke 21, akan terjadi
kebangkitan agama yang disebutnya dengan istilah The Age of Religion. Hal ini
dikarenakan ilmu pengetahuan dan teknologi modern tidak memberikan makna tentang
kehidupan sehingga di zaman ini muncul istilah Turning to the East, sebagai penomena
bahwa agama akan mengalami kebangkitan. Itulah sebabnya akhir-akhir ini banyak orang
Barat yang pergi ke India, Turki, Tibet, Srilangka, Cina dan Jepang untuk menggali
tradisi kearifan spiritual yang berakar dari ajaran Sufisme, Hinduisme, Budhisme
Zen, dan Taoisme, dalam rangka mencarai harmoni diri (the universal harmony) serta
makna dan hakikat kehidupan Lebih lanjut Dadang yang mengutip pandangan Naisbitt
bahwa kebangkitan agama di era post modernisme ini ialah agama dalam pengertian
spiritualitas, bukan organized religion.

Hal senada juga dikatakan oleh Said Agil Husin al- Munawawar bahwa tren kembali
kepada agama, lebih berorintasi spiritualisme, bukan religius formal yang konvensional.
Annemarie Schimmel dalam bukunya Mystical Dimensions of Islam yang dikutip
Munawwar mengakui bahwa masyarakat modern tampaknya enggan terikat dengan
agama-agama formal. Mereka lebih tertarik dengan meditasi, zikir, dan olah rohani
lainnya dibanding dimensi ritual, moral dan sosial pada agama-agama formal.
Penilaian ini boleh jadi didasarkan pada kegagalan agama-agama di Barat, khususnya
Kristen. Dari tiga agama besar penerus ajaran Iberahim, Kristenlah yang memiliki
reputasi terjelek dalam hal sikap toleransi, yang cendrung menuntut loyalitas dan
melahirkan sikap eksklusif dan akhirnya menimbulkan kesan berlawanan dan
pertentangan. Sementara itu alur pemikiran dan watak dari post modernisme menentang
kedua hal tersebut.

Kegagalan agama-agama di Barat dalam menangani perubahan sosial serta masalah


yang ditimbulkan terlihat dari merajalelanya kultus dan agama yang lebih rendah (sekte-
sekte) seperti, People’s Temple, Children of God, kelopmpok David Kores, Haven Gate,
dan Aryan Nations. Semua itu merupakan konpensasi dari dorongan keagamaan yang tak
tersalurkan secara wajar dan reflektif perasan prustasi masyarakat maju.
Pemahaman agama secara rasional ditambah dengan pelaksanaannya secara formal, tidak
cukup menjamin kesetiaan orang terhadap agama yang dianutnya. Pemahaman dan
formalitas agama tidak membawa orang merasa nikmatnya beragama. Bahkan mungkin
hanya membuat orang merasa terbebani dengan berbagai ketentuan normatif agama. Oleh
karena itu tasawuf atau dimensi spiritualitas agama menjadi pilihan karena bentuk
kebajikan spiritual dalam tasawuf telah dikemas dengan filsafat, pemikiran, ilmu
pengetehuan, dan disiplin kerohaniawan tertentu berdasarkan ajaran Islam
Amin Abdullah mengatakan: tasawuf ibarat seperti “magnet’. Dia (tasawuf) tidak
menampakkan diri dipermukaan, tapi mempunyai daya kekutan yang luar biasa. Potensi
ini dapat dimanfaatkan untuk apa saja. Dalam kehidupan modern yang serba meteri,
tasawuf bisa dikembangkan kearah yang konstruktif, baik yang menyangkut kehidupan
“pribadi” maupun “sosial”. Cepat atau lambat masyarakat Indoesia akan terkena apa yang
disebut penyakit alienasi (keterasingan) karena proses pembangunan dan modernisasi
yang begitu cepat. Orang butuh pedoman hidup yang bersifat “spiritual” yang mendalam
untuk menjaga integritas kepribadiannya. Penyakit alienasi tidak bisa dibiarkan terus
menjalar dengan merusak sendi-sendi kehidupan pribadi dan sosial. Dimensi Tasawuf
(bathiniyah) dalam Islam menurut Amin Abdullah dapat menjawab dan mencarikan
pemecahan dari kesulitan yang ada.

Dari beberapa pendapat diatas nampaknya dapat dipahami bahwa dimensi tasawuf
dalam Islam merupakan sebuah terapi dalam mengatasi berbagai problema masyarakat
modern yang perlu untuk digali dan dikembangkan serta dimasyarakatkan.

Tasawuf juga melatih manusia memiliki ketajaman batin dan kehalusan budi pekerti.
Sikap ketulusan bathin dan kehalusan budi pekerti menyebabkan ia akan selalu
mengutamakan pertimbangan kemanusian pada setiap masalah yang dihadapi. Dengan
demikain ia akan terhindar dari perbuatan-perbuatan tercela.

Tarikat yang ada dalam ajaran tasawuf akan membawa manusia memiliki jiwa
istiqamah, jiwa yang selalu diisi dengan nilai-nilai ketuhanan. Ia selalu mempunyai
pegangan dalam hidup. Keadaan demikian menyebabkan ia selalu tabah dan sabar dalam
menghadapi berbagai persoalan hidup. Terhindar dari kegelisahan jiwa, stres dan putus
asa. Ajaran tawakkal pada Tuhan, menyebabkan ia memiliki pegangan yang kokoh,
menggadaikan diri sepenuhnya pada Tuhan, sehingga hidupnya akan menjadi tenang.
Sikap frustasi dapat diatasi dengan sikap ridha yang diajarkan tasawuf yaitu selalu pasrah
dan menerima terhadap keputusan Tuhan tanpa banyak mengeluh. Ia menyadari bahwa
Tuhan berkuasa dalam segala hal. Sikap meterialistik dan hedonistik yang menggerogoti
manusia modern dapat diatasi dengan menerapkan konsep zuhud yakni sikap tidak mau
diperbudak oleh pengaruh materialistik atau keduniawiaan.
BAB III PENUTUP

A.PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

B. SARAN

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan


kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. HJ.Bakhtiar Nurhasanah,M,Ag.2016.Pendidikan agama islam.jl plosokuning v
No.73minomartani.Aswaja Yogyakarta
2. Handis Arina dan Afwah neneng.2010.Antalogi kajian islam.Surabaya.Pascasarjana
IAIN sunam ampel.
3. Huda sokhi.2008.tasauf kultural.jl parangtritis km 4,4.yogyakarta
4. Dr.h.ni’am syamsun,M.Ag.2014.tasauf studies.jl anggrek NO 126 sambilegi.AR-
RUZZ MEDIA
5. https://jirhanuddin.wordpress.com/2016/09/23/urgensi-tasawuf-di-era-modern/
6. https://dzat-alif-satunggal.blogspot.com/2015/11/pengertian-syariat-tarekat-hakikat-
dan.html

Anda mungkin juga menyukai