Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA TASAWUF

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Akhlak Tasawuf yang
diampu oleh dosen Bapak Moch. Cholid Wardi, M.H.I.

Oleh:

Kelompok 4

Panji Maulana Panca Aji (21383041031)

Refki Firman Adinata (21383041037)

Safiratul Jannah (21383042044)

Triana Susanti (21383042051)

Ukhti Sayyidatul Ayyamah (21383042052)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan juga
Maha Penyayang. Kami panjatkan syukur kepada Allah SWT karena berkat
rahmat, taufik, hidayah dan inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
membuat makalah tentang “Sejarah Muncul dan Berkembangnya Tasawuf”
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Akhlak Tasawuf yang diampu
oleh dosen Bapak Moch. Cholid Wardi, M.H.I.

Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada


beberapa pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan makalah ini,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Makalah ini juga
telah kami susun secara maksimal untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Maka
dari itu, kami selaku penyusun banyak mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan partisipasi, saran, dan motivasinya selama ini yang
tidak bisa kami sebutkan satu per satu.

Saya menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
saya mengharapkan kritik dan juga saran dari pembaca yang dapat membangun
semangat kami untuk membuat makalah yang jauh lebih baik. Kami berharap
semoga makalah yang kami buat dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi
pembaca.

Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Pamekasan, 15 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Definisi Tasawuf ................................................................................ 3


B. Sejarah Munculnya Tasawuf .............................................................. 5
C. Perkembangan Tasawuf Dari Masa ke Masa ..................................... 7

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14

A. Kesimpulan .......................................................................................... 14
B. Saran .................................................................................................... 15

DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................... 16

LAMPIRAN ......................................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak pertama kali Islam dibawa oleh nabi Muhammad Saw. Rasulullah
telah mengedepankan akhlak yang baik, kehidupan yang sederhana dan selalu
mengedepankan ibadah. Islam memiliki 3 aspek terpenting yaitu sebagai
berikut: islam, iman, dan akhlak. Aspek terakhir tersebut, sangat penting
dalam Islam karena akhlak adalah bentuk implementasi usaha manusia untuk
mengenal tuhannya yang disebut dengan tasawuf. Tasawuf merupakan suatu
usaha dan upaya dalam rangka mensucikan diri (tazkiyatunnafs) dengan cara
menjauhkan diri dari pengaruh kehidupan dunia yang menyebabkan manusia
lalai dari Allah SWT, untuk kemudian memusatkan perhatiannya hanya
ditujukan kepada Allah SWT saja.1
Dalam hal ini, kedudukan tasawuf sama halnya dengan kedudukan agama
Islam itu sendiri, karena pada hakikatnya agama Islam bercorak seperti
tasawuf. Maka dari hal itu, tidak heran lagi apabila kehidupan tasawuf
muncul bersamaan dengan berkembangnya agama Islam. Tasawuf juga
merupakan salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan dimensi atau
aspek spiritual dalam Islam. Sehingga dalam kaitannya dengan manusia,
tasawuf lebih menekankan aspek rohaninya dari pada aspek jasmaninya.
Sedangkan, kaitannya dalam dengan kehidupan, tasawuf lebih menekankan
kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia yang fana (tidak kekal).2
Perkembangan tasawuf muncul pada zaman Rasulullah SAW, sebab misi
kerasulannya meliputi ajaran-ajaran yang berkaitan dengan keyakinan atau
keimanan (aqidah), ibadah dan akhlak (prilaku).3 Ajaran-ajaran akhlak inilah
yang nantinya menjadi ajaran-ajaran tasawuf yang diamalkan oleh kaum
muslim khususnya kaum sufi. Tasawuf ini merupakan aspek ajaran Islam

1
Badrudin, Akhlak Tasawuf (Pegantungan Serang: IAIB PRESS, 2015), 57.
2
Ahmad Bangun Nasution & Rayani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2013), 12.
3
Mohammad Muchlis Solichin, Akhlak Tasawuf (Surabaya: Pena Salsabila, 2014), 120.

1
yang paling penting dalam ajaran-ajaran agama Islam. Dalam hal inilah
tasawuf yang menjadi kunci kesempurnaan amaliah ajaran islam.4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari tasawuf?
2. Bagaimana sejarah munculnya tasawuf?
3. Bagaimana perkembangan tasawuf dari masa ke masa?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari tasawuf.
2. Untuk mengetahui sejarah munculnya tasawuf.
3. Untuk mengetahui perkembangan tasawuf dari masa ke masa.

4
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2019), 206.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Tasawuf
1. Arti secara etimologi (Bahasa)
Secara etimologi atau secara bahasa, tasawuf berasal dari kata shuf,
shifa, dan shufah. Kata shuf berarti bulu domba, sebagai lambang bagi
kehidupan yang sederhana pada masanya. Sedangkan kata shifa artinya
suci bersih. Kata ini memiliki makna bahwa orang-orang sufi selalu
diidentikkan dengan kehidupan suci. Kemudian, kata shufa berarti
golongan sahabat Nabi yang memencilkan diri dari suatu tempat terpencil
disamping masjid Nabi SAW.5
Namun, banyak perbedaan pendapat dari ulama tentang definisi
tasawuf secara etimologi yaitu:
a. Ada yang mengemukakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata shafa
yang berarti suci, bersih atau murni. Kata ini dinisbatkan kepada
orang-orang selalu menjaga kebersihan dan kesucian hatinya dengan
selalu menjauhi segala bentuk pelanggaran dan kamaksyiatan kepada
Allah serta selalu melakukan ketaatan kepada Allah.
b. Pandangan lain mengatakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata
shaff yang maknanya barisan. Barisan yang dimaksud ialah barisan
dalam sholat, barisan perang dan berjihad di jalan Allah SWT.
c. Demikian juga, ada yang mengemukakan bahwa kata tasawuf
disifatkan kepada kata ash-shufu yang bermakna bulu atau wol kasar.
d. Dalam pandangan lain ada pula yang mengemukakan bahwa kata
tasawuf diambil dari kata sufi yang berasal dari kata Yunani.
e. Selain pengertian diatas ada juga yang mengemukakan bahwa kata
tasawuf berasal dari kata “shaufanah” yang berarti sejenis buah-
buahan kecil dan berbulu yang banyak sekali tumbuh di padang pasir
atau tanah Arab. Dalam hal ini, juga dinisbatkan kepada kehidupan
kaum Sufi yang selalu sederhana.6

5
Amril, Akhlak Tasawuf (Bandung: PT Refika Aditama, 2015), 14.
6
Ibid, 1.

3
2. Arti secara terminologi (Istilahi)
Sama halnya dengan arti etimologi, terminologi atau secara istilah
juga memiliki arti tasawuf yang banyak dikemukakan oleh para ahli. Di
antara definisi yang dikemukakan sebagai berikut:
a. Definisi tasawuf dikemukakan oleh abu bakar al-Kattani, yang
disebutkan oleh imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ilya ulum ad-Din
bahwa:
“Tasawuf adalah budi pekerti. Barangsiapa yang memberikan bekal
budi pekerti atas kamu, berarti ia memberikan kekal kepadamu atas
dirimu dalam tasawuf. Maka hamba yang jiwanya menerima
(perintah) untuk beramal, karena sesungguhnya mereka melakukan
suluk dengan petunjuk (nur) Islam. Dan orang-orang zuhud yang
jiwanya menerima (perintah) untuk melakukan sebagai akhlak, karena
mereka telah melakukan suluk dengan petunjuk (nur) imannya.”7
b. Menurut Ma’ruf al-Kharkhi yang dinukil oleh as-Suhrawardi dalam
kitabnya Awarif Al-Ma’arif, mengemukakan:
“tasawuf adalah mengambil hakikat dan meninggalkan yang ada
ditangan makhluk.”
c. Abu Hasan al-Nuri juga berpendapat bahwa: “tasawuf adalah akhlaq.
Akhlaq hanya dapat dicapai dengan berakhlaq kepada Allah melalui
serangkaian ibadah dan penyucian batin, tidak bisa melalui belajar
dan penambahan wawasan.”8
d. Pengertian lain juga dikemukakan oleh Muhammad Amin Al-Kurdi, ia
mengemukakan:
“tasawuf adalah suatu ilmu yang dengannya diketahui hal ihwal
kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari yang
tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji, cara
melakukannya dengan suluk, dan perjalanan menuju (keridhaan) Allah
dan meniggalkan (larangan-larangannya) menuju kepada
(perintahnya).”9

7
Ibid, 203.
8
Imam Kanafi, Ilmu Tasawuf (Jawa Tengah: PT. Nasya Expanding Management, 2020), 7.
9
Ibid, 202.

4
Jadi lebih ringkasnya dalam defenisi tasawuf adalah usaha melatih jiwa
manusia yang dilakukan dengan bersungguh-sungguh untuk dapat
membebaskan manusia dari pengaruh kehidupan duniawi untuk
bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT. sehingga memiliki
jiwa yang bersih dan suci, mencerminkan akhlak mulia dalam
kehidupannya, dan menemukan kebahagiaan yang spiritualitas.
B. Sejarah Munculnya Tasawuf
Tasawuf dalam Islam, menurut ahli sejarah, sebagai ilmu yang berdiri
sendiri, lahir sekitar abad ke-2 atau awal abad ke-3 hijriyah. Sebagai sebuah
ajaran, tasawuf muncul pada zaman Rasulullah SAW, sebab misi
kerasulannya mengikuti ajaran-ajaran yang berkaitan dengan keyakinan atau
keimanan (aqidah), ibadah dan akhlak. Pada masa Rasulullah SAW Islam
tidak mengenal aliran tasawuf, demikian juga pada masa sahabat dan tabi’in.
Kemudian datang setelah masa tabi’in suatu kaum yang mengaku zuhud yang
berpakaian shuf (pakaian dari bulu domba), maka karena pakaian inilah
mereka mendapat julukan sebagai nama bagi mereka yaitu tasawuf.10
Sejarah munculnya tasawuf ini lebih banyak menyotori beberapa faktor
yang mendorong munculnya tasawuf. Faktor-faktor tersebut dibedakan
menjadi 2 macam, ada faktor eksternal dan faktor internal.
1. Faktor eksternal (faktor yang asalnya dari luar)
Di faktor eksternal ini banyak perbedaan pendapat yang telah
dikemukakan antara lain:
a. Tasawuf lahir karena pengaruh dari paham Kristen yang menjauhi
dunia dan hidup mengasingkan diri dari biara-biara.
b. Tasawuf lahir karena pengaruh filsafat phytagoras yang berpendapat
bahwa roh manusia kekal dan berada di dunia sebagai orang asing.
c. Munculnya tasawuf dalam Islam juga merupakan sebagai pengaruh
dari filsafat emanasi plotinus yang membawa paham wujud memancar
dari zat Tuhan. Masuknya ke dalam materi menyebabkan roh menjadi
kotor. Untuk kembali kepada roh Tuhan harus dibersihkan terlebih

10
Ibid, 111.

5
dahulu dengan sikap meninggalkan dunia dan mendekatkan diri
kepada Allah seerat mungkin.
d. Tasawuf juga lahir atas pengaruh nirwana. Menurut ajaran Buddha
bahwa seseorang meninggalkan dunia dan melakukan kontemplasi.
e. Tasawuf lahir karena pengaruh ajaran hinduisme yang mendorong
manusia meninggalkan dunia dan berupaya mendekatkan diri kepada
Allah SWT.11
2. Faktor Internal (faktor yang asalnya dari dalam)
Sebagian ahli menekankan faktor internal menurut mereka
mengenai lahirnya tasawuf Islam di di latar belakangi oleh faktor-faktor
yang ada dalam Islam itu sendiri bukan dari pengaruh luar. Faktor-faktor
internal ini ditemukan dalam Al-Qur’an, Hadits dan perilaku nabi
Muhammad SAW, di dalam Al-Qur’an ditemukan ayat-ayat tertentu
yang dapat membawa pada paham mistis. Hal inilah yang menyebabkan
timbulnya teori bahwa tasawuf muncul dan berkembang dari dalam Islam
sendiri bukan karena paham dari luar.
Selanjutnya faktor internal yang dapat dipandang sebagai penyebab
lahirnya tasawuf di dunia islam terlihat lebih jelas dalam perilaku
Rasulullah. Dengan demikian, tanpa adanya faktor eksternal tasawuf pun
tetap lahir di dunia Islam. Allah berfirman dalam surah al-Baqarah (2) :
186 yang berbunyi:
‫ساَلَكََ َواِذَا‬
َ َ‫عنِيَ ِعبَادِي‬ ُ ‫ان اِذَا الدَّاعَِ دَع َوَة َ ا ُ ِجي‬
َ َ‫بَ َۗ قَ ِريبَ فَاِنِي‬ َِ ‫ع‬ َ َ‫ِليَ فَليَست َِجيبُوا د‬
‫شدُونََ لَعَلَّ ُهمَ بِيَ َوليُؤ ِمنُوا‬
ُ ‫ يَر‬- ٦٨١
Artinya:
“Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang aku,
maka jawablah bahwasanya aku adalah dekat, aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi segala perintahku dan hendaklah
mereka beriman kepadaku agar mereka selalu berada dalam
kebenaran.”12

11
Ibid, 11
12
https://quran.kemenag.go.id/suratAl-Baqarah/ayat182.

6
C. Perkembangan Tasawuf
a. Pada Abad Pertama dan Kedua Hijriyah
Yunasril Ali secara kronologis dan historis membagi
perkembangan tasawuf dari masa ke masa yaitu:
1) Periode I Masa Rasulullah SAW. (13 sebelum Hijrah-11 H)
Dalam sejarah perkembangan tasawuf, kehidupan Rasulullah
SAW. Dianggap sebagai asal usul kehidupan rohani. Jumhur ulama sufi
(shuffiyun) sepakat bahwa Rasulullah SAW. Dan kehidupannya
merupakan sanad pertama dalam transmisi tasawuf. Memang, istilah
tasawuf pada masa Rasulullah SAW. Belum pernah dikenal bahkan jauh
setelah kehidupan Nabi, namun secara praksis (amaliyah), Nabi SAW.
Telah menunjukkan dan melakukan praktik kehidupan rohani (spiritual),
yang saat ini dikenal dengan praktik tasawuf. Terdapat banyak contoh
perilaku yang ditunjukkan nabi SAW. Dalam menginspirasi para sufi
untuk berbuat dan berperilaku, yang kemudian dijadikan landasan para
sufi dalam bertasawuf. Rasulullah tidaklah membenci dunia tetapi
Rasulullah tidak mau terpengaruh dalam urusan duniawi.
Dengan demikian, konsep zuhud yang dicontohkan oleh Nabi
SAW, perilaku zuhud ini mengajarkan tentang keseimbangan dua
kepentingan, yaitu kepentingan akhirat dan dunia. Tetapi nabi senantiasa
berperilaku sebagaimana dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Demikian
pula yang kemudian dilakukan oleh para zahid sesudah Nabi, yaitu para
sahabat, dan generasi sesudahnya.13
2) Periode II Masa Sahabat (11 H-40 H)
Para sahabat juga mencontohi kehidupan Rasulullah yang serba
sederhana dimana hidupnya hanya semata-mata diabdikan kepada
Tuhannya. Diantara beberapa sahabat yang tergolong sufi dan berfungsi
sebagai maha guru bagi pendatang dari luar kota madinah yang tertarik
kepada kehidupan sufi. Sahabat-sahabat nabi yang dimaksud diantaranya:
a. Abu Bakar As-Siddiq
b. Umar bin Khattab

13
Syamsun Ni’am, Tasawuf Studies (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017), 121.

7
c. Usman bin Affan
d. Ali bin Abi Thalib
e. Salman Al-Farisy14
Dan masih banyak lagi sahabat-sahabat nabi yang lain dan tidak bisa
disebutkan satu per satu.
Dengan demikian, ciri menonjol dari perilaku tasawuf pada masa
sahabat ini adalah senantiasa memegang teguh pada ajaran keruhanian
yang bersumber dari Al-Qur’an dan meneladani perilaku Rasulullah
SAW.
3) Periode III Masa Tabi’in (41 H-100 H)
Para sufi dikalangan tabi’in adalah murid-murid dari para sahabat
nabi SAW. Sebagai sebuah gerakan, tasawuf dimulai pada masa tabi’in,
yaitu ketika umat Islam berada dalam kekhalifahan Bani Umayyah.
Diantara tabi’in generasi ini yang sering dianggap sebagai peletak dasar
ajaran tasawuf adalah:
a. Hasan Al-Bashry
b. Rabi’ah Al-Adawiyah
c. Sufyan bin Said Ats-Tsaury
d. Saqieq Al-Balkhiy
e. Ibrahim bin Adzham
4) Periode IV Masa Penyebaran Tasawuf (100 H-450 H)
Pada Masa ini, perkembangan tasawuf dibilang cukup pesat. Hal
tersebut ditandai dengan adanya segolongan ahli tasawuf yang mencoba
untuk menyelidiki inti ajaran tasawuf yang berkembang pada masa
penyebaran tasawuf ini. Pada periode masa ini orang-orang sudah mulai
membenci dunia sebaliknya lagi dengan periode sebelumnya orang
bukan benci kepada dunia tetapi tidak mau terpengaruh dengannya.
tasawuf pada masa ini mulai mengembangkan sayapnya keluar tanah
Arab seperti ke Iran indika India Afrika dan lain-lain.15 Tokoh sufi yang
muncul di masa ini antara lain:

14
Ibid, 209.
15
Ibid, 126

8
a. Ma'ruf Al-Karkhi
b. Sulaiman ad-Darani
c. Abul Faidl Dzun Nun Bin Ibrahim Al-Mishri
d. Harits Al-Muhasibi
e. Abul Hasan Sirri as-Siqti
5) Periode V Masa Pencerahan Tasawuf (450 H-550 H)
Pada masa ini para ulama tasawuf untuk mengembangkan ajaran
tasawufnya telah menemukan momentum secara nyata. Tokoh-tokoh sufi
yang hadir pada periode ini yaitu Musa Al-Anshari, Abu Hamid bin
Muhammad Al Ghazali, Abu Zaid Al-Adami, Abu Ali Muhammad bin
Abdul Wahhab dan lain-lain. Tasawuf yang selama periode sebelumnya
di pertentangan dengan fiqih, ilmu kalam dan bahkan dengan filsafat,
maka atas perannya tokoh al-ghazali tasawuf dapat dipertemukan
kembali dengan domain kajian Islam lainnya khususnya dengan fiqih dan
kalam.
Maka dari itu, tokoh Al-Ghazali ini merupakan tokoh hebat yang
berhasil mengembalikan kondisi umat di saat Umar berada pada kondisi
tidak menentu dalam pemahaman dan pengalaman keberagamannya al-
ghazali telah berhasil mengembangkan konsep keilmuan kajian Islam
secara komprehensif dan integratif antara aqidah atau kalam syariat atau
fiqih dan tasawuf.16
6) Periode VI Masa Kejayaan Tasawuf (550 H-700 H)
Al-Ghazali dalam perkembangan sejarah tasawuf telah dikenal
sebagai tokoh yang berhasil mengintegrasikan antara aqidah, syariah dan
tasawuf. Namun perkembangan selanjutnya tampaknya pengaruh Husain
Mansur Al-Hallaj merupakan seorang tokoh yang telah menggabungkan
antara tasawuf dan unsur filsafat sehingga tasawuf tandingannya menjadi
tandingan Al Ghazali yang juga sangat berpengaruh pada dunia Islam.
Diantara tokoh sufi pada periode ini antara lain:
A. As-Suhrawardi
B. Ibnu 'Arabi

16
Lalu Muhammad Nurul Wathoni, Akhlak Tasawuf (Nusa Tenggara Barat, 2020), 93.

9
C. Ibnu Al-Farid
D. Ibnu Sab'in17

7) Periode VII Masa Pemurnian Tasawuf (700 H...)


Munculnya para pemurni tasawuf Islam ini menghapus ajaran-
ajaran tasawuf yang berbau syirik, bid'ah, dan khurafat. Bahkan, bukan
hanya bergerak pada aspek tasawuf semata melainkan pula bergerak pada
ilmu-ilmu lainnya. Para pemurni mengoreksi dan menghapuskan segala
hal yang dipandang bertentangan dengan Al-Qur’an dan al-Sunnah. Para
pemurni Islam tersebut antara lain Ibnu Taimiyah Al-Harrani, Ibnu
Qoyyim Al-Jauziyyah, Muhammad bin Abdul Wahab, Sidi Muhammad
as-Sanusi, Jamaluddin Al-Afghani dan lain-lain.18
b. Pada Abad Ketiga dan Keempat Hijriyah
1) Perkembangan Tasawuf pada Abad Ketiga Hijriyah
Pada abad ketiga Hijriyah terlihat adanya peralihan konkret dan
asketisme. Islam para asketis bahasa itu tidak lagi dikenal dengan
gelaran tetapi dikenal dengan sebutan sufi. Selain itu, mereka
menyusun prinsip-prinsip teoretis dan bahkan mereka juga
menyusun aturan-aturan praktis bagi tarekat mereka. Mereka juga
mempunyai bahasa simbol khusus yang hanya dikenal dengan
kalangan mereka yang asing bagi kalangan luar. Maka sejak itulah
karya-karya tentang tasawuf muncul. Dapat dikatakan juga abad ke-3
ini merupakan abad awal mula tersusunnya ilmu tasawuf. Tokoh-
tokoh sufi yang di yang terkenal pada abad ini antara lain sebagai
berikut: Abu Sulaiman ad-Darani, Ahmad bin Al-Hawary ad-
Damasqiy, Dzu An-Nun Al-Misri, Abu Yazid Al-Bustami, Junaid
Al- Baghdadi, dan Al-Hallaj.19
2) Perkembangan Tasawuf pada Abad Keempat Hijriyah
Ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat
dibandingkan dengan kemajuan pada abad ketiga karena usaha

17
Ibid, 131.
18
Ibid, 133.
19
Ibid, 177.

10
maksimal dari para ulama tasawuf ini mengembangkan ajaran
tasawufnya masing-masing. Sehingga kota baghbadlah yang hanya
satu-satunya kota yang terkenal dengan kegiatan tasawuf paling
besar sebelum masa itu tersaingi oleh kota-kota besar lainnya. Dalam
pengajaran tasawuf di berbagai negeri dan kota para ulama para
ulama menggunakan sistem tarekat sebagaimana yang dirintis oleh
ulama tasawuf pendahulunya. Beberapa ulama tasawuf yang terkenal
dalam mengembangkan tasawuf di luar kota Baghdad yaitu antara
lain: Musa Al-Anshary, Abu Hamid Bin Muhammad Ar-Rubazy,
Abu Zaid Al Adami, Dan Abu Al-Wali Muhammad Bin Abdul
Wahab As-Saqafy.20
c. Pada Abad Kelima Hijriyah
Masa ini semakin rawan ketika berkembangnya mazhab Syiah
ismailiyah yaitu suatu paham yang hendak mengembalikan kekuasaan
pemerintahan kepada keturunan Ali bin Abi Tholib karena dianggap
bahwa dunia ini harus diatur oleh imam karena dialah yang langsung
menerima petunjuk dari Rasulullah SAW. Pada abad ini tasawuf lebih
cenderung mengadakan pembaharuan yaitu dengan mengembalikannya
pada landasan Alquran dan as-sunnah. Tokoh-tokoh tasawuf pada abad
ini yaitu: Al-Qusyairi, Al-Harawi, dan Al-Ghazali. Abad ini telah terlihat
tanda-tanda semakin dekatnya corak tasawuf dengan ajaran tasawuf yang
diamalkan pada abad pertama Hijriyah tetapi pada abad sesudahnya
kembali terlihat tanda yang menjurus pada perbedaan pendapat ahli
tasawuf dengan fuqaha beserta mutakallim karena corak tasawuf falsafi
yang telah diamalkan pada abad ke-3 dan ke-4 hijriah kembali muncul di
kalangan umat Islam.21
d. Pada Abad Keenam, Ketujuh, Kedelapan Hijriyah
1) Perkembangan Tasawuf pada Abad Keenam Hijriyah
Para ulama yang sangat berpengaruh dalam perkembangan tasawuf
abad ini, yaitu:

20
Ibid, 182.
21
Ibid, 231.

11
a. As-Suhrawardi Al-Maqtul, Dalam ajaran tasawufnya ia
berpendirian bahwa Allah SWT, adalah nur (cahaya) dari segala
nur.
b. Al-Ghaznawy, pada abad ini Al-Ghaznawy mengamalkan ajaran
tasawufnya dengan dzikir. Pada abad kelima ini, Imam Al-
Ghazali telah mengembalikan citra ahli tasawuf dengan
dipertemukannya ilmu syariat dengan ilmu tasawuf. pada abad
keenam ini suasana menjadi kemelut antara ulama Syariah
dengan ulama tasawuf kembali memburuk karena dihidupkan
lagi pemikiran Al hulul wahdatul wujud dan wihdatul Adrian
yang di mana kebanyakan ulama tasawuf antara lain syihabuddin
Abul butuh as-suhrawardi dan algas Nawi yang timbul berbagai
protes dari ulama syariat dan mengajukan keberatannya kepada
pemerintah. Seketika itu, beberapa ulama yang sangat
berpengaruh dalam perkembangan tasawuf pada abad ini yaitu as
suhrawardi Al maqtul Asnawi.22
2) Perkembangan Tasawuf pada Abad Ketujuh Hijriyah
Ada beberapa ulama yang berpengaruh pada abad ini antara lain:
Ibnu Faridh, Ibnu Sabi’in, dan Jalaludin Ar-Rumy. Pada abad ini
terjadi penurunan gairah masyarakat Islam untuk mempelajari
tasawuf karena satu semakin gencarnya serangan ulama syariat
memerangi ahli tasawuf yang diiringi dengan serangan golongan
Syi'ah yang menekuni ilmu kalam dan ilmu fiqih yang kedua adanya
tekad pemerintah pada masa itu untuk melenyapkan ajaran tasawuf
di dunia islam karena menganggap bahwa kegiatan itulah yang
menjadi sumber perpecahan umat Islam. Akhirnya banyak ahli
tasawuf yang lari meninggalkan negerinya beserta murid-muridnya
untuk mencari tempat perlindungan di negara lain akan tetapi banyak
yang tertangkap lalu menjalani hukuman sehingga dapat dikatakan

22
Ibid, 187.

12
bahwa negeri Arab dan persia ketika itu sunyi dari kegiatan ahli
tasawuf.23
3) Perkembangan Tasawuf pada Abad Kedelapan Hijriyah
Ajaran tasawuf yang dominan ketika itu ialah ajaran tasawuf Ibnu
arabi, antara lain pemikiran wihdatul wujud, karena Ibnu Taimiyah
memandang bahwa ajaran yang diberikan oleh Ibnu arabi itu banyak
menyesuaikan masyarakat Islam. Maka dari hal itu, Ibnu Taimiyah
berupaya untuk memberantasnya dengan melalui kegiatan belajar
mengajar serta berbagai karyanya.24
e. Pada Abad Kesembilan, Kesepuluh Hijriyah serta Sesudahnya
Pada abad ini tasawuf mulai memudar di dunia Islam dikarenakan
ada dua faktor yang sangat menonjol yang menyebabkan runtuhnya
tasawuf yaitu:
1. Ali tasawuf sudah kehilangan kepercayaan di kalangan masyarakat
Islam sebab banyak diantara mereka yang selalu menyimpang dari
ajaran Islam yang sebenarnya.
2. Penjajah bangsa Eropa yang beragama Nasrani sudah menguasai
seluruh negeri Islam tentu saja paham sekularisme dan materialisme
sudah dibawa dan digunakan serta dihancurkan ajaran tasawuf yang
bertentangan dengan paham nya.25

23
Ibid, 190.
24
Ibid, 192
25
Ibid, 193.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
tasawuf dibagi menjadi 2 yaitu: secara etimologi tasawuf berasal dari kata
shuf, shifa, dan shufah. Kata shuf berarti bulu domba, sebagai lambang
bagi kehidupan yang sederhana pada masanya. Sedangkan kata shifa
artinya suci bersih. Kata ini memiliki makna bahwa orang-orang sufi
selalu diidentikkan dengan kehidupan suci. Kemudian, kata shufa berarti
golongan sahabat Nabi yang memencilkan diri dari suatu tempat terpencil
disamping masjid Nabi SAW. Sedangkan, secara terminologi, banyak
pendapat yang berbeda tentang definisi tasawuf tetapi lebih ringkasnya
tasawuf adalah usaha melatih jiwa yang dilakukan dengan bersungguh-
sungguh untuk dapat membebaskan manusia dari pengaruh kehidupan
duniawi untuk bertaqarrub kepada Allah SWT sehingga memiliki jiwa
yang bersih, mencerminkan akhlak mulia dalam kehidupannya, dan
menemukan kebahagiaan spiritualitas.
Untuk melihat sejarah tasawuf, perlu dilihat perkembangan peradaban
Islam sejak zaman Rasulullah SAW. Sebab, pada hakikatnya kehidupan
rohani itu telah ada pada dirinya sebagai panutan umat. Kesederhanaan
hidup dan upaya menghindari bentuk-bentuk kemewahan sudah tumbuh
sejak islam datang, pada masa Rasulullah SAW. Dan para sahabatnya
hidup dalam suasana kesederhanaan.
Dalam sejarah perkembangannya, tasawuf dapat di bedakan kedalam
beberapa periode, dan setiap periode mempunyai karakteristik dan
tokohnya masing-masing. Periode tersebut adalah (1) abad pertama dan
kedua Hijriah, yaitu periode masa Rasulullah, masa sahabat, masa tabi’in,
masa penyebaran tasawuf, masa pencerahan tasawuf, masa kejayaan
tasawuf, dan masa pemurniaan tasawuf. (2) Abad ketiga dan keempat
Hijriah. (3) Abad kelima Hijriyah. (5) abad keenam, ketujuh, dan
kedelapan Hijriah; dan (5) Abad kesembilan, kesepuluh Hijriah, dan
sesudahnya.

14
B. Saran
1. Agar terciptanya pribadi yang berakhlakul karimah, kita sebagai umat
Islam perbanyaklah mempelajari ilmu-ilmu tentang akhlak, dan jadikanlah
Rasulullah SAW sebagai cerminan dalam menjalankan kehidupan di
dunia.
2. Setelah mengetahui semua penjelasan diatas, kami berharap pembaca
dapat paham dan dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari
baik di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan manapun.

15
DAFTAR RUJUKAN
Badrudin. Akhlak Tasawuf (Pegantungan Serang: IAIB PRESS, 2015).
Nasution, Ahmad Bangun & Rayani Hanum Siregar. Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2013).
Solichin, Mohammad Muchlis. Akhlak Tasawuf (Surabaya: Pena Salsabila, 2014).
Mustofa, A. Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2019).
Amril. Akhlak Tasawuf (Bandung: PT Refika Aditama, 2015).
Wathoni, Lalu Muhammad Nurul. Akhlak Tasawuf (Nusa Tenggara Barat, 2020).
Kanafi, Imam. Ilmu Tasawuf (Jawa Tengah: PT. Nasya Expanding Management,
2020).

16
LAMPIRAN

Kerja Kelompok Penyusunan Makalah

17

Anda mungkin juga menyukai