Anda di halaman 1dari 8

KESADARAN TENTANG DIRI

DALAM KUALITAS PRIBADI KONSELOR

Oleh: Anggi Riyanti

5 BKI A / 1423101010

Kualitas konselor adalah semua kriteria keunggulan termasuk pribadi,


pengetahuan, wawasan keterampilan, dan nilai-nilai yang dimiliki konselor,
yang akan menentukan keberhasilan atau efektivitas proses bimbingan dan
konseling. Salah satu kualitas yang kurang dibicarakan adalah kualitas pribadi
konselor, yang menyangkut segala aspek kepribadian yang amat penting dan
menentukan efektivitas konseling.1 Dan salah satu kualitas pribadi konselor yaitu
“Kesadaran Tentang Diri”, Kesadaran diri yang kita miliki akan menyadarkan
kita untuk mau melakukan introspeksi bahwa segala sesuatu harus dimulai dari
diri sendiri, atas kehendak kita, dan berdasarkan pengendalian dari dalam diri
sendiri. Dengan demikian, di dalam diri kita ada kesadaran untuk memahami
bahwa kualitas pribadi dapat berkembang dengan optimal apabila kita
mempunyai kemauan untuk mewujudkannya.
Kesadaran diri untuk selalu memperbarui keadaan pengetahuan,
keterampilan, dan juga kepribadian, merupakan suatu langkah untuk
membangun kesadaran bahwa kesuksesan dalam bidang apapun tidak pernah
akan tercapai apabila kita tidak mempunyai kesadaran tentang potensi-potensi
yang kita miliki, baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun kepribadian
kita. Untuk mewujudkan kesuksesan tersebut kita harus membangun kesadaran
bahwa dibutuhkan suatu proses, bukan semata-mata ditentukan oleh hasil akhir
yang berhasil kita raih.2

1
Sofyan S Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2007),
hlm. 79.
E. Widijo Hari Murdoko, Personal Quality Management Mengefektifkan Pengelolaan
2

Diri dengan Mengaktifkan Empat Pilar Kualitas Pribadi, (Jakarta: Gramedia, 2006), hlm. 22.

1
A. KESADARAN TENTANG DIRI
1. Pengertian Kesadaran diri
Kesadaran, kata ini sering digunakan sebagai istilah yang mencakup
pengertian persepsi, pemikiran, perasaan, dan ingatan seseorang yang aktif pada
saat tertentu. Dalam pengertian ini kesadaran sama artinya dengan mawas diri
(awareness). Namun, seperti apa yang kita lihat, kesadaran juga mencakup
persepsi dan pemikiran yang secara samar-samar didasari oleh individu hingga
akhirnya perhatian terpusat. Oleh karena itu, ada tingkatan mawas diri dalam
kesadaran.3
Abraham Maslow dalam Teorinya Humasnistik mengemukakan tentang
kesadaran diri adalah mengerti dan memahami siapa diri kita, bagaimana
menjadi diri sendiri, apa potensi yang kita miliki, gaya apa yang anda miliki, apa
langkah-langkah yang anda ambil, apa yang dirasakan, nilai-nilai apa yang kita
miliki dan yakini, kearah mana perkembangan kita akan menuju. Menurut
Abraham Maslow tentang kebutuhan kesadaran diri yaitu kebutuhan pemenuhan
diri, untuk mempergunakan potensi diri, pengembangan diri semaksimal
mungkin. Kreativitas ekspresi diri dan melakukan apa yang paling cocok, serta
menyelesaikan pekerjaannya sendiri.4
Menurut Mayer, sadar diri adalah peka akan suasana hati mereka ketika
mengalaminya dan dapat dimengerti bila orang-orang ini memiliki kepintaran
tersendiri dalam kehidupan emosional mereka. Bila suasana hatinya sedang
jelek, mereka tidak risau dan tidak larut kedalamnya, dan mereka mampu
melepaskan diri dari suasana itu dengan lebih cepat.5
KBBI (kamus besar bahasa Indonesia, 1989), menjelaskan kesadaran diri
adalah kesadaran dimana seseorang bahwa dia sendiri berbeda dengan yang lain
disekitarnya.
Berdasarkan pemaparan para tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa
kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengakui atau mengenal perasaan diri

3
Imam Malik, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 45.
4
Rismawaty, Kepribadian dan Etika Profesi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hlm. 51.
5
Daniel Goleman, Emotional Intelligence Kecerdasan Emosional mengapa EI lebih
penting daripada IQ, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 65.

2
ataupun keadaan dimana seseorang bisa memahami dirinya sendiri dan juga
merupakan syarat agar kita dapat bekerja dengan orang lain secara efektif. 6
Kuncinya kesadaran diri yaitu rasa dahaga manusia terhadap spiritualisme tidak
akan pernah bisa dibendung karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial
sekaligus makhluk spiritual. Kesadaran diri membangun rasa tanggung jawab,
kesadaran diri berarti mengetahui dengan tepat apa yang sedang kita alami,
kesadaran diri menimbulkan respons dan sikap antisipasi, sehingga kita
mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi situasi yang sedang dan akan
terjadi. Kesadaran diri secara positif membangun sikap tanggung jawab yang
mampu memenangkan peperangan. Itulah cara individu yang punya karakter
memimpin dirinya.7
Kesadaran akan diri sendiri tercermin pada sikap jujur pada diri sendiri,
dan mengenal dengan baik perasaan dan suasana pikiran yang sedang dirasakan
yang akan mempengaruhi sikap dan perilaku dalam melakukan interaksi dan
komunikasi. Sadar akan diri sendiri merupakan hasil penilaian terhadap diri
sendiri, baik yang menyangkut kelebihan maupun keterbatasan dan kekurangan
yang dimiliki.8
Maksud dari mengembangkan keterampilan kesadaran tentang diri sendiri
didalam sesi konseling yaitu:
 Membedakan dunia internalnya sendiri dengan dunia internal klien
 Menggunakan kesadaran internalnya sendiri untuk membantu klien
lebih jauh
 Mengembangkan kesadaran tentang bagaimana perbedaan di dalam
budaya, ras, umur, dan lain-lain dapat memengaruhi interaksi dengan
klien.
Keterampilan-keterampilan yang digunakan dalam mengembangkan
keterampilan kesadaran tentang diri yaitu:
 Mengembangkan keterampilan memindai diri sendiri (self-scanning)
6
http://etheses.uin-malang.ac.id/2181/6/08410061_Bab_2.pdf
7
Indra Utoyo, Manajemen Alhamdulillah Melejitkan Kepemimpinan Diri dengan Teori
Quranik, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2011), hlm. 4.
8
Semba Biawan, Meraih keinginan melalui tehnik interaksi dan Komunikasi efektif Your
Words, Your Power berkata baik dan benar atau diam, (Jakarta: PT. Elex, 2007), hlm. 34.

3
 Menyortir sensasi-sensasi dan berkomunikasi dengan tepat-guna
 Mengembangkan kesadaran tentang “proses”
 Mengomunikasikan kesadaran dengan tepat-guna.
Mengembangkan “pribadi” konselor adalah salah satu maksud untuk
semua training cources. Hal yang penting terletak pada pengembangan pribadi
konselor tersebut dan kedalaman perkembangannya ditentukan oleh latar
belakang teoretik dan filosofis course.
a. Keterampilan self-scanning
Kerangka kerja keterampilan dapat digunakan untuk mengajar
trainee bagaimana cara memindai dirinya sendiri untuk berbagai sensasi
tubuh, emosi, pikiran, fantasi, gambaran-gambaran didalam pikiran, dan
memasukkan semuanya didalam cara kerja mereka. Saya menemukan
banyak orang tidak mengenali tubuhnya dan tidak menggunakan sensasi-
sensasi fisik yang dapat membuat mereka tanggap terhadap apa yang
sedang terjadi didalan sesi, dan mungkin terhadap kontratransferens. Hal
ini dapat diajarkan dan dipraktikkan, seperti halnya pemindaian untuk
emosi, pikiran, dan sebagainya.
b. Menyortir sensasi dan mengomunikasikannya dengan tepat-guna
Dibutuhkan keterampilan untuk menggunakan pengetahuan yang
kaya ini. Sekali lagi saya menanggap pelatihan IPR adalah sumber terbaik
untuk pembelajaran.
Modelling dan praktik di bidang keterampilan-keterampilan juga
dapat didorong di dalam kerja kelompok dalam course. Seringkali
membantu jika keterampilan-keterampilannya dapat diberi nama dan
didentifikasi didalam kelompok-kelompok sehingga trainees
mengembangkan perbendaharaan kata agar dapat merefleksikan dan
memonitor mereka untuk asesmen diri mereka.
c. Mengembangkan kesadaran tentang proses interaksi dan
mengomunikasikannya dengan tepat-guna
Keterampilan-keterampilan ini adalah yang paling sulit untuk
dikembangkan oleh trainee. “Proses” bisa menjadi sebuah konsep abstrak,

4
yang sulit untuk dideskripsikan, dicontohkan, dan diajarkan. Latar
belakang teoretik menentukan arti pentingnya bekerja bersama klien, tetapi
kesadaran bagaimana trainee memersepsi dan dipersepsi oleh klien, dan
kemampuan untuk menuangkannya ke dalam bentuk kata-kata, bila perlu,
adalah hal yang mendasar untuk mengembangkan aliansi kerja yang
terbuka dan bermanfaat.
Kesadaran tentang bagaimana interaksi antara konselor dan klien
dipengaruhi oleh perbedaan di dalam budaya, ras, umur, dan lain-lain,
tumpang-tindih dengan keterampilan-keterampilan dibagian berikutnya.9
2. Jenis-jenis Kesadaran Diri
 Kesadaran diri terdiri dari dua jenis antara lain:
1. Kesadaran diri pribadi (private self awarnness) : adalah pemfokusan pada
aspek yang relatif pada diri seperti mood, persepsi dan perasaan. Orang
yang memiliki kesadaran jenis ini yang dominan akan lebih. cepat
memroses informasi yang mengacu pada dirinya dan memiliki gambaran
tentang diri sendiri yang lebih konsisten.
2. Kesadaran diri publik (public self awarnnes) : adalah perhatian diarahkan
pada aspek tentang diri yang tampak atau kelihatan pada orang lain seperti
penampilan dan tindakan sosial. Orang yang memiliki kesadaran diri
publik yang tinggi akan cenderung menaruh perhatian pada identitas
sosialnya dan reaksi orang lain pada dirinya.
Konsep yang dibicarakan ini serupa dengan yan dibicarakan oleh
Rogers mengenai congruence. Konselor harus sadar akan:
1. Berbagai kebutuhannya, misalnya:
 Kebutuhan untuk memberi
 Mengasuh

 Disukai
 Menyenangkan orang lain
 Dicintai
9
Francesca Inskipp, Pelatihan Keterampilan Konseling, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012), hlm. 102-105.

5
 Dapat mengendalikan
2. Motivasinya untuk membantu, misalnya:
 Apa yang didapat dengan menolong orang lain?
3. Perasaan-perasaan yang dipunyainya, misalnya:
 Puas
 Sakit hati
 Bahagia
 Kecewa
 Bingung
 Takut
4. Kekuatan-kekuatan dan aset pribadi, limitasi diri dan keterampilan coping,
misalnya:
 Apa yang paling disukai dari diri sendiri
 Bagaimana menyelesaikan kesulitan dan stres.
Dengan menyadari dan memahami diri sendiri, konselor tidak menjadi
defensif menghadapi kliennya. Ia dapat menanggapi klien tanpa terbawa oleh
rasa tidak aman yang dipunyainya.10
Di dalam kesadaran tentang diri, adalagi yang namanya diri
berkomunikasi dengan diri. Yaitu bahwa diri mencoba menyingkirkan seluruh
wujud yang ada diluar diri dan kemudian secara aktif bertanya tentang
keberadaan dirinya. “Siapa aku, hendak kemana aku, apa yang telah aku lakukan
yang bermanfaat bagi diriku, apa yang perlu kulakukan agar diriku membaik
esok hari?” adalah beberapa pertanyaan yang sangat penting dalam kaitannya
dengan komunikasi internal diri.11

3. Meningkatkan Kesadaran Diri


Corey mengatakan bahwa Alat yang paling penting untuk dipakai
dalam pekerjaan seorang konselor adalah dirinya sendiri sebagai pribadi. Karena
10
Jeanette Murad Lesmana, Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 2013), hlm. 66-67.
11
Hernowo, Self Digesting Alat Menjelajahi dan Mengurai Diri, (Bandung: MLC, 2004),
hlm. 195.

6
itu Corey tidak ragu-ragu mengatakan pada bagian lain dari uraiannya mengenai
konseling pribadi untuk konselor, bahwa para konselor hendaknya mengalami
sebagai klien pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri bisa
menaikan tingkatan kesadaran diri.12
Setiap kali anda bertemu dengan orang lain dan membantunya, mereka
akan meihat anda sebagai sosok pribadi. Anda menunjukkan kekuatan dan
keterbatasan serta kepribadian anda dalam hubungan tersebut. Kepribadian
niscaya dibentuk oleh pengalaman-pengalaman hidup sebelumnya.
Jika ingin memberikan bantuan yang efektif dan mendorong orang lain
berkembang dan berubah, anda juga harus memupuk perkembangan anda sendiri.
Anda dapat melakukannya dengan lebih menyadari cara-cara untuk
mengembangkan potensi diri dan berubah jadi pribadi yang matang. Anda perlu
bertanya kepada diri sendiri, “Apakah saya melakukan apa yang saya yakin harus
dilakukan oleh orang lain”.13
 Cara meningkatkan kesadaran diri:
1. Mengenali kekuatan dan kelemahan pribadi
2. Melatih kepekaan untuk memahami situasi
3. Belajar berkonsentrasi dan fokus
4. Selalu mengevaluasi diri dan kondisi di sekitar kita
5. Memiliki nilai-nilai pribadi sebagai tolak ukur kehidupan.14

DAFTAR PUSTAKA

12
Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi,
2007), hlm. 60.
13
Tohari Musnawar, Membantu Memecahkan Masalah Orang Lain Dengan Teknik
Konseling, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 283.
14
Indra Utoyo, Manajemen Alhamdulillah Melejitkan Kepemimpinan Diri dengan Teori
Quranik, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2011), hlm. 4.

7
Biawan, Semba. 2007. Meraih keinginan melalui tehnik interaksi dan
komunikasi efektif Your Words, Your Power Berkata baik dan Benar atau Diam.
Jakarta: PT. Elex

Goleman, Daniel. 2003. Emotional Intelligence Kecerdasan


Emosional mengapa EI lebih penting daripada IQ. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama

Gunarsa, D Singgih. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. Ikrar


Mandiriabadi

Hari Murdoko, E.Widijo. 2006. Personal Quality Management


mengefektifkan pengelolaan diri dengan mengaktifkan empat pilar kualitas
pribadi. Jakarta: Gramedia

Hernowo. 2004. Self Digesting Alat Menjelajahi dan Mengurai Diri.


Bandung: MLC

http://etheses.uin-malang.ac.id/2181/6/08410061_Bab_2.pdf

Inskipp, Francesca. 2012. Pelatihan Keterampilan Konseling. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Malik, Imam. 2011. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Teras

Murad Lesmana, Jeanette. 2013. Dasar-Dasar Konseling. Jakarta:


Universitas Indonesia Press

Musnawar, Tohari. 2003. Membantu Memecahkan Masalah Orang Lain


Dengan Teknik Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rismawaty. 2008. Kepribadian dan Etika Profesi. Yogyakarta: Graha


Ilmu

Utoyo, Indra. Manajemen Alhamdulillah melejitkan kepemimpinan diri


dengan teori quranik. Bandung: PT. Mizan Pustaka

Willis S, Sofyan. 2007. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung:


Alfabet.

Anda mungkin juga menyukai