Aspek pokok yang terdapat pada bacaan ini yaitu bacaan ini mencermati perkembangan gerakan bimbingan dan penyuluhan atau konseling di tanah air yang telah berlangsung selama 45 tahun lalu. Tampak dengan jelas perkembangan yang menarik benar-benar prospektif. Periode demi periode perkembangan gerakan ini diwarnai oleh kemajuan- kemajuan yang signifikan. Tenaga profesional perlu dipersiapkan di perguruan tinggi, mulai dari pendidikan program sarjana sampai dengan objek praktik program pendidikan profesinya. Selain itu membahas profesionalisasi tenaga pendidik yang ditempuh melalui pendidikan sarjana yang berorientasi akademik yang kemudian dilanjutkan pada pendidikan profesi yang berorientasi keterampilan keahlian dalam bidang konseling. 2. Profesi dan kode etik konselor. Membahas tentang perlunya suatu etika yang harus melekat pada seorang konselor, karena ini akan langsung berhadapa dengan moral yang sering bertentangan, sehingga untuk mencapai suatu pendirian diperlukannya etika. Juga tentang profesi konselor dimana untuk mengembangkan profesi konseling itu ada tiga dimensi keprofesionalan, yaitu ilmu dan teknologi, pelayanan nyata kepada masyarakat, dan kode etik konselor. 3. Konsep Teoritis tentang toleransi. Toleransi menjadi salah satu hal yang kerap diperbincangkan ketika membahas isu sara. Kata tersebut sudah tidak asing di telinga kita, sikap toleran memang ditujukan untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang lain atau kelompok yang berbeda pendapat, agama, budaya, dan ras. Ada banyak manfaat dari sikap toleran, salah satunya adalah sikap toleran jika digunakan oleh seorang konselor pada konseli. Terlebih jika melakukan proses konseling pada konseling lintas budaya. Hal tersebut penting diterapkan karena seorang konselor dan konseli ada beberapa perbedaan, salah satunya yakni perbedaan bahasa, ras, dan budaya.
Mappiare-AT, M. Irtadji Seorang konselor dalam menjalankan fungsinya yakni dituntuk memiliki kompetensi yang mendukung kinerja konselor tersebut, agar dapat menjadi tenaga yang prosefional di bidangnya. Karakteristik pribadi konselor yang tidak hanya merujuk pada konsep barat saja tetapi juga timur. Dimana konsep barat ada yang bertentangan dengan nilai-nilai yang ada di Indonesia. Sehingga perlunya Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi konseor. 2. Mempersiapkan Kompetensi Kepribadian Calon Konselor untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN- Ulya Makhmudah. Menghadapi diberlakukannya MEA, seorang konselor juga harus mempersiapkan kompetensi kepribadian yang siap bersaing dengan konselor lainnya khususnya dengan memberikan layanan yang terbaik kepada klien atau konseli. Konselor di Indonesia harus mempunyai kepribadian yang efektif dan juga mampu bersaing dengan konselor- konselor lainnya dari berbagai negara.