KELOMPOK 2
Lilis Dwi Aryani (1817101071)
Miladia Zulfa (18171010)
Windi Astuti (18171010)
KELAS 4 BKI B
1
Rani Agias Fitri, sumber dan cara mengatasi rasa bersalah pada wanit perokok yang
memiliki anak balita ( Jakarta barat: HUMANIORA) Vol. 6, no. 1, Januari 2015, hal 12.
banyak wanita yang mengkonsumsi rokok jenis non-lights atau berkadar
nikotin yang lebih tinggi, ini terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan
peneliti pada November tahun 2005 yang menunjukkan bahwa dari 10 wanita
yang merokok kurang lebih 5 diantaranya mengkonsumsi rokok jenis non-
lights. Pada umumnya secara psikologis wanita cenderung lebih berhati-hati
dalam bertindak dan lebih selektif. Jika memang wanita berhati-hati dan lebih
selektif, maka tidak terkecuali dalam pemilihan jenis rokok. Ketika seorang
wanita sudah memutuskan untuk merokok, maka jenis rokokpun akan selektif
dipilihnya. Rokok dengan kadar nikotin lebih rendah/Lights seharusnya lebih
menarik, karena berarti juga kadar bahayanya lebih berkurang. Tetapi hal ini
bertentangan dengan hasil survey pada wanita dewasa muda pada tahun 2005,
dimana 50% dari wanita yang merokok masih mengkonsumsi rokok dengan
kadar nikotin yang lebih tinggi/Non-Lights.2
Lawrence Green (1980) mengatakan pengetahuan dan sikap seseorang
terhadap kesehatan merupakan salah satu faktor predisposisi yang
mempengaruhi perilaku seseorang.3
Menurut Harrell, Fredickckson, Pomerleau & Hoeksema Peningkatan jumlah
wanita perokok tersebut dipengaruhi oleh keuntungan yang diperoleh dengan
merokok. Bagi wanita, merokok dapat digunakan sebagai sarana mengontrol
berat badan dan emosi. Kenikmatan yang diperoleh dengan merokok akan
dirasakan segera dan berbeda dengan dampak negatifnya, yang dampak
tersebut akan dirasakan bertahun-tahun kemudian.
Menurut David & Zion Merokok berdampak buruk terhadap kesehatan. Para
perokok akan rentan terpapar kanker, terutama kanker paru, laring, faring,
esophagus, dan rongga mulut . Wanita perokok sendiri memiliki risiko yang
2
Karina M Brahmana, gambaran faktor faktor yang mempengaruhi wanita dewasa muda
dalam mengambil keputusan mengonsumsi rokok (jenis light\non light), 2009, hal, 91.
3
Septhin E. Mukuan, hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok bagi
kesehatan dengan tindakan merokok pelajar SMK Kristen kawangkoan, fakultas kesehatan
masyarakat universitas sam ratulangi, hal 2.
lebih besar daripada pria perokok. Hal ini terkait dengan perbedaan fisiologis
pada pria dan wanita. Wanita terpapar karsinogen dan racun lain dalam jumlah
yang lebih besar dari pria, meskipun keduanya merokok dalam jumlah yang
sama.4
Banyak sosiolog\psikolog memberi batasan bahwa sikap merupakan
kecenderungan individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap
stimulus yang ada dalam lingkungan sosial. Sikap merupakan suatu
kecenderungan untuk mendekat atau menghindar, positif atau negatif terhadap
berbagai keadaan sosial, apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan
sebagainya.Suatu sikap belum secara otomatis terwujud dalam suatu tindakan.
Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata dalam hal ini tindakan,
memerlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Istilah
adolescence atau remaja berasal dari kata-kata latin adolescere (kata Belanda,
adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah adolescence, seperti yang digunakan saat ini mempunyai arti
yang luas mencakup kematangan mental, emosional, spasial dan fisik. secara
psikologi masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak merasa di bawah tingkat orang-
orang yang lebih tua, melainkan berada di dalam tingkatan yang sama.5
4
Rani Agias Fitri, gambaran disonansi kognitif pada wanita perokok dewasa muda
berpendidikan tinggi, (Jakarta barat : april 2013) vol. 4, no. 1, hal 548.
5
Septhin E. Mukuan, hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok bagi
kesehatan dengan tindakan merokok pelajar SMK Kristen kawangkoan, fakultas kesehatan
masyarakat universitas sam ratulangi, hal 2.