Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Tentang

SEJARAH RINGKAS DAN KONSEP DASAR DAN


KARAKTERISTIK TASAWUF

Disusun Oleh:
Kelompok 10
Mutiana :2214050092
Rahmania :2214050098

Dosen Pengampu:
Dr. Susilawati, MA

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1444 H/2023 M
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tasawuf merupakan salah satu cabang ilmu keislaman yang lebih menekankan
pada dimensi atau aspek spiritual dalam Islam. Tasawuf adalah ilmu yang mulia
karena berkaitan dengan ma`rifah kepada Allah Ta`ala dan mahabbah kepada-Nya.
Dan tasawuf adalah ilmu yang paling utama secara mutlak. Lahirnya tasawuf
bersamaan dengan timbulnya agama Islam itu sendiri, maka dari itu ilmu tasawuf
tidak lepas dari pengaruh Al-Qur`an dan hadits. Inti untuk mencapai tasawuf adalah
beriman kepada Allah, menyerahkan diri kepada-Nya, mengamalkan amalan yang
sholeh dan menjauhi serta meninggalkan semua larangan-larangan Allah. Kajian
tasawuf merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kajian Islam di Indonesia.
Sejak masuknya Islam di Indonesia telah tampak unsur tasawuf mewarnai
kehidupan keagamaan masyarakat, bahkan hingga saat ini nuansa tasawuf masih
kelihatan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pengamalan keagamaan sebagian
kaum muslimin Indonesia, terbukti dengan semakin meraknya kajian Islam dan juga
melalui gerakan Tarekat Muktabarah yang masih berpengaruh dimasyarakat. Oleh
sebab itu, bukanlah suatu hal yang mengherankan, jika hingga sekarang, warna dan
nuansa tasawuf masih tetap merupakan warna yang dominan di dalam corak Islam
Indonesia.
Lahirnya tasawuf sebagai fenomena ajaran Islam, diawali dari ketidakpuasan
terhadap praktek ajaran Islam yang cenderung formalis dan legalis serta banyaknya
penyimpangan-penyimpangan atas nama hukum agama. Selain itu tasawuf juga
sebagai gerakan moral (kritik) terhadap ketimpangan sosial, moral, dan ekonomi yang
ada di dalam umat Islam. Solusi tasawuf terhadap Formalitas spiritualisasi ritual,
merupakan pembenahan dan elaborasi tindakan fisik kedalam tindakan batin.
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Lahirnya Tasawuf

Tasawuf sebagai ilmu pengetahuan baru muncul setelah masa sahabat dan
tabi’in. Nabi SAW dan para sahabat hakikatnya sudah sufi. Mereka mempraktekkan
selalu terhadap hal-hal yang tidak pernah mengagungkan kehidupan dunia, tapi juga
tidak meremehkannya.1
Pada masa Rasulullah SAW Islam tidak mengenal aliran tasawuf, demikian
juga pada masa sahabat dan tabi’in. Kemudian datang setelah masa tabi’in suatu kaum
yang mengaku zuhud yang berpakaian shuf (pakaian dari bulu domba), maka karena
pakaian inilah mereka mendapat julukan sebagai nama bagi mereka yaitu sufi dengan
nama tarekatnya tasawuf. Ilmu tasawuf datang belakangan sebagaimana ilmu yang
lain.
Ketika kekuasaan Islam makin meluas dan terjadi perubahan sejarah yang
fenomenal pasca Nabi dan sahabat, ketika itu pula kehidupan ekonomi dan social
makin mapan, mulailah orang-orang lalai pada sisi ruhani. Budaya hedonisme pun
menjadi fenomena umum. Saat itulah timbul gerakan tasawuf sekitar abad ke-2
Hijriyah. Pada masa ini belum bisa sepenuhnya disebut fase tasawuf tapi lebih
tepatnya disebut sebgai fase kezuhudan. Tasawuf pada fase ini lebih bersifat amaliah
dari pada bersifat pemikiran. Pada masa ini, terdapat fenomena kehidupan spiritual
yang cukup menonjol yang dilakukan oleh sekelompok sahabat Rasul SAW yang
disebut dengan ahl al-Suffah.
Abad ketiga dan keempat disebut sebagai fase tasawuf. Pada permulaan abad
ketiga hijriyah mendapat sebutan shufi. Hal itu dikarenakan tujuan utama kegiatan
ruhani tidak semata-mata kebahagiaan akhirat yang ditandai dengan pencapaian
pahala dan penghindaran siksa, akan tetapi untuk menikmati hubungan langsung
dengan Tuhan yang didasari dengan cinta. Cinta Tuhan membawa konsekuensi pada
kondisi tenggelam dan mabuk kedalam yang dicintai (fana fi al-mahbub). Pada fase
ini muncul istilah fana’, ittihad dan hulul. Fana adalah suatu kondisi dimana seorang
shufi kehilangan kesadaran terhadap hal-hal fisik (al-hissiyat). Ittihad adalah kondisi
dimana seorang shufi merasa bersatu dengan Allah sehingga masing-masing bisa
1
M. Alfatih Suryadilaga, Miftahus Sufi, (Yogyakarta: Teras, 2008), cet. I, h. 23.
memanggil dengan kata aku (ana). Hulul adalah masuknya Allah kedalam tubuh
manusia yang dipilih.
Pada abad kelima fase ini disebut fase konsolidasi yang memperkuat tasawuf
dengan dasarnya yang asli yaitu al-qur’an al-hadist atau yang sering disebut dengan
tasawuf sunny yakni tasawuf yang sesuai dengan tradisi {sunnah} Nabi dan para
sahabatnya fase ini sebenarnya merupakan reaksi pada fase sebelumnya dimana
tasawuf sudah mulai melenceng dari koridor syariah atau tradisi {sunnah} Nabi dan
sahabatnya
Tokoh tasawuf pada fase ini adalah Abu Hamid al-ghazali atau yang lebih
dikenal dengan al-ghazali. Tokoh laimya adalah Abu al-qasim Adb al-karim bin
Hawazin Bin Abd al-malik Bin Thalhah al-qussyairi atau yang lebih dikenal dengan
al-qusyairi, al qusyairi menulis risalah al-qusyairiyah terdiri dari dua jilid
Pada abad ke enam fase ini ditandai dengan munculnya tasawuf falsafi yakni
tasawuf yang yang memadukan antara rasa(dzauq) dan rasio(akal), tasawuf bercampur
dengan filsafat terutama filsafat Yunani. Pengalaman-pengalaman yang diklam
sebagai persatuan antara Tuhan dan hamba kemudian diteorisasika dalam bentuk
pemikiran seperti konsep wahdah al-wujud yakni bahwa wujud yang sebenarnya
adalah Allah sedangkan selain Allah hanya gambar yang bisa hilang dan sekedar
sangkaan dan khayalan.
Tokoh-tokoh pada fase ini adalah Muhyiddin Ibn Arabia tau yang lebih
dikenal denganIbnu Arabi(560-638H) dengan konsep wahdah al-wujudnya. Ibnu
Arabi yang dilahirkan pada tahun 560 H. dengan konsep isyraqiyahnya. Ia di hokum
bunuh dengan tuduhan telah melakukan kekufuran dan kezidikan pada masa
pemerintahan Shalahuddin al-ayubi, Diantara kitabnya adalah Hikmat al-israq. Tokoh
berikutnya adalah Ibnu Sab’in(667 H) dan Ibn al-farid (632 H).

2.2 Konsep Dasar dan Karakteristik Tasawuf

Dasar-dasar ilmu tasawuf ada 2 yaitu al-Qur’an dan Hadis.
A. Dasar Al-Qur’an
Setiap muslim dibebani tanggung jawab untuk memahami dan melaksanakan
kandungannya dalam bentuk amalan yang nyata. Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang
menjadi landasan munculnya kezuhudan dan menjadi jalan kesufian adalah ayat-ayat
yang berbicara tentang rasa takut kepada Allah dan hanya berharap kepada-Nya dan
berusaha mensucikan jiwa (QS. As-Sajadah [32]: 16, QS. Asy-Syams [91]:7-10).
Ayat yang berkenaan dengan dengan urgensi kezuhudan dalam kehidupan dunia (QS.
Asy- Syuraa [42]: 20). Pemahaman terhadap al-Qur’an tanpa pengamalan akan
menimbulkan kesenjangan. Sumber pertama tasawuf adalah al-Qur’an, Sunnah serta
ucapan-ucapan para sahabat.
Al-Qur’an merupakan kitab Allah SWT yang didalamnya terkandung muatan-
muatan ajaran Islam, baik aqidah, syari’ah, maupun mu’amalah. Ketiga muatan
tersebut banyak tercermin dalam ayat-ayat yang tercantum dalam al-Qur’an. Ayat-
ayat al-Qur’an disatu sisi memang ada yang perlu dipahami secara tekstual lahiriah,
tetapi disisi lain juga dipahami konstektual rohaniah. Sebab, jika ayat-ayat Al-Qur’an
dipahami secara lahiriah saja, akan terasa kaku, kurang dinamis, dan tidak mustahil
akan ditemukan persoalan yang tidak dapat diterima secara fisik.

B. Dasar Hadis
Dalam hadis banyak sekali keterangan yang membahas tentang kehidupan
rohaniah manusia. Berikut adalah matan hadis yang dapat dipahami dengan
pendekatan tasawuf.
a. Aisyah berkata:
“Nabi bangun shalat malam (qiyam al lail) sehingga bengkak kakinya. Aku
berkata kepadanya “Gerangan apakah sebabnya, wahai utusan Allah, engkau sekuat
tenaga melakukan ini, padahal Allah berjanji akan mengampuni kesalahanmu baik
yang terdahulu maupun yang akan datang?” Beliau menjawab “Apakah aku tidak
akan suka menjadi seorang hamba Allah yang bersyukur?” (H.R. al-Bukhari dan
Muslim).
b. Rasulullah bersabda:
“Demi Allah aku memohon ampun kepada Allah dalam sehari semalam tak
kurang dari tujuh puluh kali.”
c. Rasulullah bersabda:
“Zuhudlah terhadap dunia maka Allah akan mencintaimu, Zuhudlah pada apa
yang ada ditangan orang lain maka mereka akan mencintaimu.”
d. Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman: “Siapa memusuhi kekasih-Ku,
maka Aku menyatakan perang padanya, tidak ada yang paling Aku sukai dari hamba-
Ku yang sehingga aku mencintainya. Jika aku sudah mencintainya, maka aku akan
menjadi pendengar dan penglihatannya, juga akan menjadi tangan dan kakinya. Setiap
permohonannya pasti akan aku kabulkan. Jika meminta perlindungan, Aku akan
melindunginya.”

Ada 2 bentuk atau karaketeristik tasawuf yaitu tasawuf yang bercorak religius
dan tasawuf yang bercorak filosofis. Tasawuf yang bercorak religius adalah semacam
gejala yang timbul dalam semua agama, baik di dalam yang diakui di dunia maupun
agama yang tidak diakui dunia.
Begitu juga dengan tasawuf filosofis, yang sejak lama telah dikenal di dunia
timur sebagai warisan filsafat orang-orang Yunani. Maupun di Eropa abad
pertengahan ataupun modern. Hal ini dapat kita lihat pada beberapa sufi Muslim atau
banyak mistikus Kristen. Karena itu pada diri seorang filosof, terjadinya perpaduan
antara kecenderungan intelektual dan kecenderungan mistis merupakan suatu yang
tidak asing lagi.

Secara umum karakteristik tasawuf adalah sebagai berikut:
a. Tasawuf yang bertujuan untuk pembinaan aspek moral. Aspek ini meliputi
mewujudkan kestabilan jiwa yang berkesinambungan, penguasaan dan pengendalian
hawa nafsu sehingga konsisten dan komitmen hanya kepada keluhuran moral.
Tasawuf seperti ini bersifat praktis.

b. Tasawuf yang bertujuan untuk ma’rifatullah melalui penyingkapan langsung (kasyf


al-hijab). Tasawuf ini bersifat teoritis dengan seperangkat ketentuan khusus yang
diformulasikan secara sistematis analitis.

c. Tasawuf yang bertujuan membahas bagaimana sistem pengenalan dan pendekatan


diri kepada Allah secara mistis filosofis. Arti dekat dengan Tuhan terdapat tiga
simbolis, yaitu: dekat dalam arti melihat dan merasakan kehadiran Tuhan dalam hati,
dekat dalam arti berjumpa dengan Tuhan sehingga terjadi dialog antara manusia
dengan Tuhan, dekat dalam arti penyatuan manusia dengan Tuhan sehingga terjadi
monolog antara manusia yang telah menyatu dengan idarat Tuhan.
PENUTUPAN

Tasawuf sebagai ilmu pengetahuan baru muncul setelah masa sahabat dan
tabi’in. Nabi SAW dan para sahabat hakikatnya sudah sufi. Mereka mempraktekkan
selalu terhadap hal-hal yang tidak pernah mengagungkan kehidupan dunia, tapi juga
tidak meremehkannya. Ketika kekuasaan Islam makin meluas dan terjadi perubahan
sejarah yang fenomenal pasca Nabi dan sahabat, ketika itu pula kehidupan ekonomi
dan social makin mapan, mulailah orang-orang lalai pada sisi ruhani. Budaya
hedonisme pun menjadi fenomena umum. Saat itulah timbul gerakan tasawuf sekitar
abad ke-2 Hijriyah. Pada masa ini belum bisa sepenuhnya disebut fase tasawuf tapi
lebih tepatnya disebut sebgai fase kezuhudan. Tasawuf pada fase ini lebih bersifat
amaliah dari pada bersifat pemikiran. Pada masa ini, terdapat fenomena kehidupan
spiritual yang cukup menonjol yang dilakukan oleh sekelompok sahabat Rasul SAW
disebut dengan ahl al-Suffah.
Secara umum karakteristik tasawuf adalah sebagai berikut:
a. Tasawuf yang bertujuan untuk pembinaan aspek moral. Aspek ini meliputi
mewujudkan kestabilan jiwa yang berkesinambungan, penguasaan dan pengendalian
hawa nafsu sehingga konsisten dan komitmen hanya kepada keluhuran moral.
Tasawuf seperti ini bersifat praktis.

b. Tasawuf yang bertujuan untuk ma’rifatullah melalui penyingkapan langsung (kasyf


al-hijab). Tasawuf ini bersifat teoritis dengan seperangkat ketentuan khusus yang
diformulasikan secara sistematis analitis.

c. Tasawuf yang bertujuan membahas bagaimana sistem pengenalan dan pendekatan


diri kepada Allah secara mistis filosofis. Arti dekat dengan Tuhan terdapat tiga
simbolis, yaitu: dekat dalam arti melihat dan merasakan kehadiran Tuhan dalam hati,
dekat dalam arti berjumpa dengan Tuhan sehingga terjadi dialog antara manusia
dengan Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Badrudin. Pengantar Ilmu Tasawuf. Serang: Puri Kartika Banjarsari, 2015.

Bagir, Haidar. Buku Saku Tasawuf. Bandung: Mizan, Pustaka Iman, 2005

Kementrian Agama Republik Indonesia. Aqidah Akhlak Kelas XI. Jakarta:


Kementrian Agama, 2015.

Ni’am Syamsun, Tasawuf Studies: Pengantar Belajar Tasawuf. Depok: Ar-ruzz


Media, 2014.

Anda mungkin juga menyukai