Disusun Oleh:
M. ARDIANSYAH
Semester : 4 MPI D
Abu al- Wafa menyimpulkan, bahwa zuhud islam pada abad I dan II
Hijriyah mempunyai karakter sebagai berikut:
2
Menjaukan diri dari dunia menuju akhirat yang berakar pada nas
agama, yang dilator belakangi oleh sosipolitik, coraknya bersifat sederhana,
praktis (belum berwujud dalam sistematika dan teori tertentu), tujuanya untuk
meningkatkan moral.
Motif zuhudnya ialah rasa takut yaitu rasa takut, yaitu rasa takut yang
muncul dari landasan amal keagamaan secara sungguh- sungguh. Sementara
pada akhir abad II Hijriyah, ditangan Rabi’ah al- Adawiyah muncul motif rasa
cinta, yang bebas dari rasa takut trhadap adhab- Nya maupun harapan terhadap
pahala Nya. Hal ini dicerminkan lewat penyucian diri dan abstraksinya dalam
hubungan antara manusia dengan Tuhan.
Sedangkan zuhud menurut para ahli sejarah tasawuf adalah fase yang
mendahului tasawuf. Menurut Harun Nasution, station yang terpenting bagi
seorang calon sufi ialah zuhd yaitu keadaan meninggalkan dunia dan hidup
kematerian. Sebelum menjadi sufi, seorang calon harus terlebih dahulu menjadi
zahid. Sesudah menjadi zahid, barulah ia meningkat menjadi sufi. Dengan
3
demikian tiap sufi ialah zahid, tetapi sebaliknya tidak setiap zahid merupakan
sufi.
Jadi zuhud merupakan hal yang tidak bisa terpisahkan dengan tasawuf
sebagai seorang zahid yang menjauhkan diri dari kelezatan duniaserta
mengingkarinya serta lebih mengutamakan kehidupan yang kekal
dengan mendekatkan diri untuk supaya tercapai keridhoan dan makrifat
perjumpaan dengan-Nya. Hal ini agar lebih mendekatkan diri sebagai
makhluk dengan Kholik sehingga dapat meraih keuntungan akhirat.
Kedua, zuhud sebagai moral (akhlak) Islam, dan gerakan protes yaitu
sikap hidup yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim dalam
menatap dunia fana ini. Dunia dipandang sebagai sarana ibadah dan
untuk meraih keridlaan Allah swt., bukan tujuan tujuan hidup, dan di
sadari bahwa mencintai dunia akan membawa sifat – sifat mazmumah
(tercela). Keadaan seperti ini telah dicontohkan oleh Nabi dan para
sahabatnya.
4
Zuhud disini mengandung makna tidak berbangga atas kemewahan
dunia dan tidak membuat ingkar terhadap Allah SWT serta tetap berusaha
bekerja. Hal ini hanyalah sebagai sarana ibadah meraih keridhoan-Nya, bukan
sebagai tujuan akhir hidup.
Sifat zuhud inilah yang menjadi salah satu akibat suatu peristiwa dan
lanjutan munculnya tasawuf, yaitu sebagai reaksi kaum muslimin terhadap
sistem social politik dan ekonomi di kalangan islam sendiri. Ketika islam mulai
tersebar ke berbagai penjuru dunia, setelah tempo sahabat (zaman tabiin abad
ke I dan II) baik pada masa Kholifah maupun masa daulah-daulah setelahnya
banyak terjadi pertikaian politik ataupun kemakmuran satu pihak, sudah mulai
beubah kondisinya dari masa sebelumnya. Sehingga menimbulkan pula
peperangan saudara antara Ali bin Abi Tholib dengan Mu’awiyah yang
bermula fitnah pada Utsman bin Affan. Dengan adanya peristiwa tersebut
membuat masyarakat dan ulama tidak ingin terlibat terhadap pergolakan yang
ada serta tidak mau kemewahan dunia. Mereka lebih memilih untuk
mengasingkan diri agar bisa mengembalikan kondisi lingkungan kehidupan
islam seperti dahulu, yaitu seperti masa Nabi SAW, para sahabat serta para
pengikutnya yang sesuai dengan berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadist pada
jalan yang benar menuju Rabb Yang Maha Esa.
B. Definisi Tasawuf
5
dimanfaatkan sebagai upaya memahaminya secara baik berdasarkan data
otentik. Dalam kitab Kasyfal-Mahjub, al-Hujwiri telah menjelaskan asal-usul
kata tasawuf. Pertama, istilah tasawuf berasal dari kata al-shuf yaitu wol.
Disebut sufi karena sufi mengenakan jubah yang terbuat dari bulu domba.
Kedua, istilah tasawuf berasal dari kata al-shaf, yaitu barisan pertama yang
bermakna bahwa kaum sufi berada pada barisn pertama di depan Tuhan, karena
besarnya keinginan mereka terhadap Tuhan, kecenderungan hati mereka
terhadap-Nya dan tinggalnya bagian-bagian rahasia dalam diri mereka di
hadapan-Nya. Ketiga, istilah tasawuf berasal dari kata ahl-alsuffah karena para
sufi mengaku sebagai golongan ahl al-shuffah yang diridai Allah. Mereke
disebut sufi karena sifat-sifat mereka menyamai sifat orang-orang yang tinggal
di serambi masjid(shuffah) yang hidup pada masa Nabi Muhammad Saw.
Keempat, istilah tasawuf berasal dari kata al-shafa yang artinya kesuacian,
sebagai makna bahwa para sufi telah menyucikan akhlak mereka dari noda-
noda bawaan, dan karena kemurnian hati dan kebersihan tindakan mereka.
Kaum sufi menjaga moral dan menyucikan diri mereka dari kejahatan dan
keinginan duniawi, sebab itulah mereka disebut sufi.
6
shafa’ kata waw bermakna wilayah(kewalian), dan kata fa’ bermakna fana’ fi
Allah.
1. Maqam Tobat
2. Maqam Wara’
3. Maqam Zuhud
4. Maqam Fakir
5. Maqam Sabar
6. Maqam Ridha
7. Maqam Tawakal
7
sepenuhnya qanaah tidak bias mencapai tawakal dan barang siapa yang belum
sepenuhnya tawakal tidak bisa sampai pada taslim. Barag siapa yang belum
sepenuhnya taubat tidak bisa sampai inabat dan barang siapa yang belum
sepenuhnya wara’ tidak bisa mencapai zuhud dan begitu seterusnya.
1. Tasawuf Sunni
2. Tasawuf Falsafi
Diantara sufi yang masuk kedalam kelompok ini adalah Suhrawardi al-
Maqtul (w.1191),Ibn’Arabi (w.1240), dan Mulla Shadra (w.1640). Para fukaha
dari mazhab sunni menolak banyak teori tasawuf yang dikembangkan oleh
sufi-sufi dari mazhab tasawuf falsafi yang ternyata yang lebih diterima dan
berkembang di dunia Syiah.
8
D. Tujuan Tasawuf
9
Sufisme adalah bunga atau getah dari pohon Islam. Atau dapat pula
dikatakan bahwa sufisme adalah permata diatas mahkota Islam. Ketika kita
berbicara sufisme, maka sebenarnya kita sedang berbicara mengenai aspek
tradisi Islam yang paling dalam dan universal. Kenyataan bahwa pada saat ini
di Barat banyak sekali perhatian yang tertuju kepada metafisika dan
spiritualitas Timur. Apa lagi di era modern seperti saat ini kebutuhan terhadaf
tasaawuf sangat dibutuhkan, karena manusia modern sangat haus dan dahaga
akan kebutuhan-kebutuhan spiritual untuk memperoleh kepastian
((yakin). Oleh sebab itu, dalam tasawuf ditunjukan tahapa-tahapan menuju
kesempurnaan spiritual untuk mendapatkan kepastian itu berdasarkan kata-kata
Al-Quran, yaitu : sains atau ilmu mengenai kepastian, mata kepastian, dan
kebenaran mengenai kepastian.
10
Kedua, sebagai metode untuk mencapai derajat ihsan, karena tasawuf
mempunyai sumber dan landasan yang kokoh, kuat dari ajaran Islam.
Ketiga, tasawuf sebagai sarana memperkuat mental, ketabahan dalam
beribadah.
Keempat, tasawuf sebagai landasan dalam mengaplikasikan rasa syukur
baik syukur secara lisan, tingkah laku atau kemantapan hati dalam
melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah.
Kelima, tasawuf sebagai ruang untuk menilai dan mempelajari serta
menelaah kelemahan diri didalam melaksanakan kewajiban atau perbuatan
baik dan kesukaran dalam menjauhi serta meninggalkan apa-apa yang
dilarang oleh Islam.
F. TASAWUF DI INDONESIA
11
Abdul Qadir al-Jailani (w. 561 H/1166 M) di Baghdad. Ajaran tarekatnya
menyebar ke seluruh penjuru dunia Islam, yang mendapat sambutan luas di
Aljazair, Ghinia dan Jawa. Sedangkan di Mesir, tarekat yang banyak
pengikutnya Tarekat Rifa’iyyah yang dibangun Sayid Ahmad al-Rifa’i. Dan
tempat ketiga diduduki tarekat ulama penyair kenamaan Parsi, Jalal al-Din al-
Rumi (w. 672 H/1273 M). Beliau membuat tradisi baru dengan
menggunakan alat-alat musik sebagai sarana dzikir. Kemudian sistem ini
berkembang terus dan meluas.
tasawuf itu ke dalam dua sisi, yaitu : tasawuf sisi negatif dan positif3,
agar umat Islam tidak mengikuti gaya tasawuf para shufi yang dalam
pengertiannya harus meninggalkan kehidupan dunia. Menurut Hamka itu
semua tidak sesuai dengan harapan Islam yang harus seimbang antara dunia
dan akhirat. Dan itu tidak sesuai dengan perkembangan zaman yang menuntut
umat Islam berusaha sekuat tenaga dan pikirannya untuk dunia sejauh tidak
lebih mementingkan dunia di banding akhirat. Dari itulah timbul pemmikiran
Hamka yang sangat relevan dengan zaman modern ini. Untuk mendefinisikan
tasawuf dengan memperbaiki budi dan men-shifa’-kan (membersihkan) batin.
meninjau kata Al-Junaid yaitu “Tasawuf adalah keluar dari budi perangai jelek
dan masuk kepada budi perangai yang terpuji” 4. Dengan adanya tawaran
12
seperti itu maka jelaslah pemikiran Hamka cocok sekali dengan zaman modern
ini, karena beliau tidak menyuruh untuk meninggalkan kehidupan dunia.
Bahkan Hamka menyuruh untuk kembali kepada tasawuf yang di ajarkan
Rasulullah yaitu “memegang sikap hidup yang hati tidak berhasil di kuasai
oleh hidup keduniaan”.
Pada dasarnya tasawuf itu baik dan benar, tetapi persepsi orang
terhadapnya sering keliru. Ini disebabkan oleh mentalitas masyarakat
Indonesia yang sudah rusak akibat berbagai pengalaman sejarah yang
menyakitkan selama ini. Mentalitas masyarakat yang rusak menyebabkan
persepsi terhadap ajaran agama kadang-kadang keliru, seperti persepsi
terhadap ajaran tasawuf.
13
1. Konsep etos kerja dalam tasawuf
Untuk meningkatkan semangat atau etos kerja dalam diri kita, para
ahli sufi telah mengajarkan kita melalui sikap yang mereka contohkan
dalam kehidupan mereka sesuai dengan ajaran dan konsep tasawuf. Di
antaranya, sikap optimisme, istiqamah, sabar, ikhlas, ridha, qana’ah,
takwa, takut, tawakal, taubat, zuhud, wara’, syukur, cinta, rindu, shidiq,
syaja’ah, takdir, malu, zikir, doa, tafakkur, uzlah, kemiskinan, dan
kematian.
14