Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TASAWUF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Teosofi

Yang Dibina Oleh Bapak Sugeng Ali Mansur, M.Pd

Disusun Oleh :

M. Auliyaun Nurusyifa (17510077)

Alfira Nor Amalia (17510176)

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2019/2020
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG

I.II RUMUSAN MASALAH

I.III TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

II.I TASAWUF PADA MASA NABI

II.II TASAWUF PADA MASA SAHABAT

II.III PERKEMBANGAN DARI MASA KE MASA

BAB III PENUTUP

III.I KESIMPULAN

III.II SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

tasawuf merupakan cabang ilmu dalam Islam yang menekankan dimensi


atau aspek spiritual dari islam. Dimana spiritualisasi dapat mengambil bentuk
yang beraneka ragam didalamnya. Tasawuf yang berkaitan dengan manusia lebih
mengedepankan aspek rohaninya dari pada aspek jasmaninya. Sedangkan yang
berkaitan dengan kehidupan lebih meneankan kehidupan akhirat dari pada
kehidupan dunia yang fana, dan juga dalam kaitannya dengan pemahaman
keagamaan, tasawuf lebih menekankan aspek asoterik dari pada eksoterik atau
lebih menekankan penafsiran bathini dari pada penafsiran lahiriyah.

Selain itu juga tasawuf merupakan salah satu tradisi keberagamaan dalam
islam. Dimana tasawuf mengajarkan arti penting pembersihan rohani manusia
dengan membersihkan diri dsri sikap dan perilaku yang tercela (takhalli),
menghiasi diri dengan membiasakan sikap dan perilaku yang terpuji (tahalli),
yang akan memberikan manusia pengalaman beragama berupa perasaan selalu
dekat dan bersama Tuhan (tajalli). Dalam salah satu hadits menyatakan bahwa
tasawuf menerangkan tentang Islam, Iman, dan Ihsan. Tasawuf merupakan
perwujudan dari salah satu ketiga pilar syari’at tersebut, yakni Ihsan. Sehingga,
tasawuf merupakan bagian dari syari’at Islam, atau dengan kata lain bahwa
Syari’at Islam juga memuat ajaran tentang tasawuf.

Mengenai lahirnya tasawuf, banyak pendapat yang berbeda. Akan tetapi


tasawuf yang merupakan ilmu ajaran dalam Islam muncul sejak lahirnya Islam itu
sendiri. Yang mana benih-benih tasawuf sudah mulai muncul sejak abad ke-I
Hijriah yang banyak ditemui pada sifat dan prilaku Rasulullah yang kemudian
diikuti oleh para sahabatnya. Gambaran sufi yang dapat dilihat pada diri
Rasulullah adalah ketika beliau berkhalwat di Gua Hira. Ketika berada di Gua
Hira Rasulullah hanya menghabiskan waktunya untuk bertafakur, beribadah serta
menjalani hidupnya sebagai seorang zahid, dimana beliau menjauhi pola hidup
dari kemewahan dunia, terkadang beliau hanya memakai pakaian yang tambal-
tambalan serta di setiap malamnya selalu beribadah kepada Allah dengan
melakukan sholat malam dan memperbanyak membaca Al-Qur’an. Tidak hanya
itu, terdapat pula lahirnya tasawuf pada masa sahabat, dan perkembangan dari
tasawuf yang akan di bahas lebih mendalam pada bab ini.

I.II RUMUSAN MASALAH


A. Bagaimana sejarah tasawuf pada masa Nabi Muhammad S.A.W?
B. Bagaimana sejarah tasawuf pada masa sahabat?
C. Bagaimana sejarah tasawuf dari masa ke masa?

I.III TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
memahami sejarah tasawuf mulai dari masa Nabi Muhammad S.A.W, sahabat
sampai dengan masa ke masa yang memiliki banyak sudut pandang tentang
sejarahnya.
BAB II
PEMBAHASAN

II.I TASAWUF PADA MASA NABI


Tasawuf atau sufisme itu lahir dari agama Islam sendiri. Hal ini bisa dlihat
dari ayat Al-Qur’an maupun hadits tentang ajaran tasawuf. Dalam surat Al-
Baqarah: 115 dijelaskan, “Dan kepunyaan Allah-lah arah timur dan barat, maka
kemanapun kalian mengarahkan (wajah kalian), di situ ada wajah Allah”. Dalam
ayat lain Allah juga menerangkan, “Telah Kami ciptakan manusia dan kami
mengetahui apa yang dibisikkan olehnya. Kami lebih dekat kepada manusia
ketimbang pembuluh darah yang ada pada lehernya”. ( Q.S. Qaff: 16). Selain itu,
dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari juga disebutkan hal serupa, yang
artinya “Jika seorang hamba mendekatiKu sejengkal, Aku akan mendekatinya
sehasta, jka ia medekatiKu sehasta, niscaya Aku akan mendekatinya sedepa, dan
jika ia mendekatiKu datang dengan berjalan, niscaya Aku akan mendatanginya
dengan berlari”.
Selain dalil diatas, masih banyak lagi ayat Qur’an maupun hadits yang dijadikan
dasar tasawuf oleh para sufi. Oleh karena itu, terlepas dari adanya pengaruh dari
luar atau tidak, Islam sendiri mengajarkan sufisme. Ini berarti kelahiran tasawuf
bersamaan dengan lahirnya Islam sendiri. Dapat disimpulkan bahwasannya
tasawuf sudah ada ketika zaman Nabi Muhammad S.A.W

II.II TASAWUF PADA MASA SAHABAT NABI


Pada paruh kedua Abad ke-1 Hijriyah, muncul nama Hasan Basri (642-
728M), seorang tokoh zahid pertama dan termasyhur dalam sejarah tasawuf.
Hasan Basri tampil pertama dengan mengajarkan ajaran khauf (takut) dan raja‟
(berharap), setelah itu diikuti oleh beberapa guru yang mengadakan gerakan
pembaharuan hidup kerohaniahan dikalangan muslimin. Ajaran-ajaran yang
muncul pada abad ini yakni khauf, raja‟, ju‟ (sedikit makan), sedikit bicara,
sedikit tidur, zuhud (menjauhi dunia) khalwat (menyepi), shalat sunnah sepanjang
malam dan puasa disiang harinya, menahan nafsu, kesederhanaan, memperbanyak
membaca al-Qur‟an dan lain-lainnya. Para zahid ketika ini sangat kuat memegang
dimensi eksteral Islam (Syari‟ah) dan pada waktu yang sama juga menghidupkan
dimensi internal (Bathiniyyah).
Kemudian pada abad II Hijriyah, muncul zahid perempuan dari Basrah-
Irak Rabi‟ah al-Adawiyah (w. 801M/185 H). Dia memunculkan ajaran cinta
kepada Tuhan (Hubb al-Ilah). Dengan ajaran ini dia menghambakan diri
sepenuhnya kepada Allah Swt tanpa atau menghilangan harapan imbalan atas
surga dan karena takut atas ancaman neraka. Pada abad ini tasawuf tidak banyak
berbeda dengan abad sebelumnya, yakni bercorak kezuhudan. Meski demikian,
pada abad ini juga mulai muncul beberapa istilah pelik yang antara lain adalah
kebersihan jiwa, kemurnian hati, hidup ikhlas, menolak pemberian orang, bekerja
mencari makan dengan usaha sendiri, berdiam diri, melakukan safar,
memperbanyak dzikir dan riyadlah. Tokoh yang mempernalkan istilah ini antara
lain Ali Syaqiq al-Balkhy, Ma‟ruf al-Karkhy dan Ibrahim ibn Adham.

II.III PERKEMBANGAN DARI MASA KE MASA

1. Abad III dan IV Hijriiyah

Pada abad ketiga dan keempat disebut sebagai fase tasawuf.


Praktisi kerohanian yang pada masa permulaan abad ketiga hijriyah
mendapat sebutan shufi. Hal itu dikarenakan tujuan utama kegiatan
ruhani mereka tidak semata – mata kebahagian akhirat yang ditandai
dengan pencapaian pahala dan penghindaran siksa, akan tetapi untuk
menikmati hubungan langsung dengan Tuhan yang didasari dengan cinta.
Cinta Tuhan membawa konsekuensi pada kondisi tenggelam dan mabuk
kedalam yang dicintai ( fana fi al-mahbub ). Kondisi ini tentu akan
mendorong ke persatuan dengan yang dicintai ( al-ittihad ). Di sini telah
terjadi perbedaan tujuan ibadah orang-orang syariat dan ahli hakikat.
Pada fase ini berdiri lembaga pendididkan yang khusus
mengajarkan pendidikan cara hidup sufisik dalam bentuk tarekat.
Kemudian dari beberapa tokoh lain muncul istilah fana`, ittihad dan
hulul. Fana adalah suatu kondisi dimana seorang shufi kehilangan
kesadaran terhadap hal-hal fisik ( al-hissiyat). Ittihad adalah kondisi
dimana seorang shufi merasa bersatu dengan Allah sehingga masing-
masing bisa memanggil dengan kata aku ( ana ). Hulul adalah masuknya
Allah kedalam tubuh manusia yang dipilih. Tokoh-tokohnya adalah:

 Abu Yazid Al-Busthami (w.261 H)


 Al-Junaid
 Al-Sari Al-Saqathi
 Al-Kharraz
 Al-Hussain bin Manshur Al-Hallaj (w. 309 H)

2. Abad V Hijriyah

Fase ini disebut sebagai fase konsolidasi yakni memperkuat


tasawuf dengan dasarnya yang asli yaitu al-Qur`an dan al-Hadits atau
yang sering disebut dengan tasawuf sunny yakni tasawuf yang sesuai
dengan tradisi (sunnah) Nabi dan para sahabatnya. Fase ini sebenarnya
merupakan reaksi terhadap fase sebelumnya dimana tasawuf sudah mulai
melenceng dari koridor syari’ah atau tradisi (sunnah) Nabi dan
sahabatnya. Tokoh yang paling terkenal adalah Abu Hamid al-Ghazali
(w. 505 H) atau yang lebih dikenal dengan al-Ghzali yang menjadi acuan
para tokoh sufi lainnya. Tokoh tasawuf pada fase ini adalah:

 Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H)


 Syaikh Ahmad Al-Rifa’i (w. 570 H)
 Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani (w. 651 H)
 Syaikh Abu Hasan Al-Syadzili (w. 650 H)
 Abu Al-Abbas Al-Mursi (w.686 H)
 Ibn Atha’illah Al-Sakandari (w. 709 H).

3. Abad VI Hijriyah

Fase ini ditandai dengan munculnya tasawuf falsafi yakni tasawuf


yang memadukan antara rasa ( dzauq ) dan rasio ( akal ), tasawuf
bercampur dengan filsafat terutama filsafat Yunani. Pengalaman –
pengalaman yang diklaim sebagai persatuan antara Tuhan dan hamba
kemudian diteorisasikan dalam bentuk pemikiran seperti konsep wahdah
al-wujud yakni bahwa wujud yang sebenarnya adalah Allah sedangkan
selain Allah hanya gambar yang bisa hilang dan sekedar sangkaan dan
khayalan. Dalam aliran ini para sufi lebih mengarahkan tasawuf pada
“kebersatuan” dengan Allah. Perhatian mereka sangat tertuju pada aspek
ini, sedangkan aspek praktik nyaris terabaikan. Para tokohnya antara lain:

 Muhyiddin Ibn Arabi atau yang lebih dikenal dengan Ibnu


Arabi ( 560 – 638 H.) dengan konsep wahdah al-Wujudnya.
 Al-Syuhrawardi Al-Maqtul (549 – 587 H.) dengan konsep
Isyraqiyahnya.
 Umar ibn Al-Faridh (w. 632 H)
 Abd Al-Haqqi ibn Sabi’in (w. 669 H)
BAB III
PENUTUP

III.I KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah dapat diketahui bahwasanya tasawuf
memiliki sejarah yang panjang dan banyak sudut pandang mengenai
lahirnya tasawuf. Tasawuf sudah ada ketika masa nabi Muhammad S.A.W,
yaitu dengan adanya ayat al-quran dan hadits yang memiliki keterkaitan
dengan tasawuf. Pada masa sahabat muncul nama Hasan Basri (642-
728M), seorang tokoh zahid pertama dan termasyhur dalam sejarah
tasawuf. Hasan Basri tampil pertama dengan mengajarkan ajaran khauf
(takut) dan raja‟ (berharap).
III.II SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Noer Iskandar Al Barsany, Tasawuf Tarekat Para Sufi, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2001), hal 8-14.
Mashar, Aly. (2015). Tasawuf : sejarah, Madzhab, dan Inti Ajarannya. Surakarta:
IAIN. Jurnal.
Rouf, Muhammad, dkk.Sejarah Perkembangan Tasawuf. Artikel
Ulya. (2015). Tasawuf dan Tarekat: Komparasi dan Relasi. Kudus: STAIN .
Jurnal.

Anda mungkin juga menyukai