Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGERTIAN DAN SEJARAH ILMU TASAWUF

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Ilmu Tasawuf

Dosen Pengampu : Drs. H. Abbas, M.M

Di Susun Oleh :

• Ajat
• M. Rifki
• Kakang Hidayat

INSTITUT MADANI NUSANTARA


(IMN)

Jl. Lio Balandongan Sirnagalih No.74 Kel. Cikondang

Kec. CitamiangKota Sukabumi, Jawa Barat 43161


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pengertian Dan Sejarah
Ilmu Tasawuf.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

Muhsin Hasibuan pada mata kuliah Akhlak Tasawuf Selain itu, makalah ini juga

bertujuan untuk menambah wawasan tentang Tasawuf dalam pandangan ulama bagi para

pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Drs. H. Abbas, M.M selaku Dosen Ilmu

Tasawuf yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan

wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan

makalah ini.
DAFTAR ISI

BAB I.............................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 1

BAB II............................................................................................................................ 2

PEMBAHASAN............................................................................................................ 2

A. Pengertian Ilmu Tasawuf........................................................................................ 2

B. Dasar Dasar Ilmu Tasawuf....,................................................................................ 3

C. Sejarah Ilmu Tasawuf…………………………………………………….……….4

BAB III........................................................................................................................... 9

A. Kesimpulan............................................................................................................... 9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu ilmu yang dapat membantu terwujudnya manusia yang berkualitas adalah ilmu
tasawuf. Ilmu tersebut satu mata rantai dengan ilmu-ilmu yang lainnya dengan pada sisi luar
yang dhahir yang tak ubahnya jasad dan roh yang tak dapat terpisahkan keduanya, ilmu
tersebut dinamakan juga ilmu bathin.

Ilmu ada dua macam yaitu, ilmu yang ada dalam qalbu, itulah ilmu yang bermanfaat dan
ilmu yang diucapkan oleh lidah adalah ilmu hujjah/hukum.

Ilmu batin yang keluar dari qalbu itu adalah ilmu tasawuf yang dikerjakan dan diamalkan
oleh qalbu atau hati, dan ilmu dhahir yang keluar dari lidah adalah ilmu yang diucapkan oleh
lidah dan diamalkan oleh jasad yang di sebut ilmu syari’ah.

Kedua ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan karena ilmu dhahir diucapkan dan digerakkan
oleh jasad/tubuh dan ilmu bathin diamalkan oleh qalbu dan serentak pengalaman bersamaan
keduanya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan keduanya bahkan
makin dalam ilmu tasawuf seseorang makin dalam pula pengalaman syari’atnya, bahkan
keluar masuk nafasnya dan khatar (kata hatinya) itu, juga dipelihara

1.2 Rumusan Masalah

1) Apakah pengertian ilmu tasawuf?


2) Bagaimanakah dasar-dasar ilmu tasawuf?
3) Bagaimanakah sejarah tasawuf?

1.3 Tujuan Penulisan

1) Untuk Menetahui Pengertian Ilmu Tasawuf


2) Untuk Mengetahui Dasar Dasar Ilmu Tasawuf
3) Untuk Mengetahui Sejarah Ilmu Tasawuf
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Tasawuf


• Secara Lughawi

Dalam mengajukan teori tentang pengertian tasawuf, baik secara etimologi maupun
secara istilah, para ahli berbeda pendapat. Secara etimologi, pengertian tasawuf terdiri atas
beberapa pengertian seperti berikut.

Pertama, tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan “ahlu suffah” yang
berarti sekelompok orang pada masa rasulullah yang hidupnya diisi dengan banyak berdiam
di serambi serambi masjid, dan mereka yang mengabdikan hidupnya diisi dengan banyak
berdiam di serambi masjid, dan mereka mengabdikan hidupnya hanya kepada Allah.

Kedua, ada yang mengatakan tasawuf itu berasal dar kata “shafa”. Kata “shafa ini
berbentuk fi’il mabni majhul sehingga menjadi isim mulhaq dengan huruf ya’ nisbah, yang
berarti nama bagi orang orang yang bersih atau suci. Maksudnya adalah orang yang
menyucikan dirinya di hadapan Tuhannya.

Ketiga, ada yang mengatakan bahwa istilah tasawuf berasal dari kata shaf. Makna shaf
ini dinisbahkan kepada orang orang ysng ketika shalat selalu berada di saf paling depan.

Keempat, ada yang mengatakan bahwa istilah tasawuf dinisbahkan kepada orang orang bani
Shufah.

Kelima, tasawuf ada yang menisbahkan dengan kata istilah bahasa Grek atau Yunani
yakni saufi. Istilah ini disamakan maknyanya dengan kata hikmah, yang bersrti
kebijaksanaan. Orang yang berpendapat seperti ini adalah Mirkas, kemudian diikuti oleh Jurji
Zaidan, dalam kitabnya Adab Al Lughah Al ‘Arabiyyah. Dia menyebutkan bahwa para
filosof Yunani dahulu telah menjelaskan pemikiran atau kata kata yang dituliskan dalam buku
buku filsafat yang mengandung kebijaksanaan. Ia mendasari pendapatnya dengan
argumentasi bahwa istilah sufi atau tasawuf tidak ditemukan sebelm masa penerjemahan
kitab kitab yang berbahasa Yunani ke dalam Bahasa Arab terjadi proses asimilasi , misalnya
orang Arab mentransliterasikan huruf sin menjadi huruf shad, seperti dalam kata tasawuf
menjadi tashawuf.

Keenam, ada juga yang mengatakan tasawuf itu berasal dari kata “shaufanah”, yaitu
sebangsa buah buahan kecil yang berbulu, yang banyak sekali tumbuh di padang pasir di
tanah Arab, dan pakaian kaum sufi berbulu bulu seperti buah itu pula, dalam
kesederhanaanya.1

Ketujuh, ada juga yang mengatakan tasawuf itu berasal dari kata “shuf” yang berarti
bulu domba atau wol.2

• Secara Istilahi

Pengertian tasawuf secara istilahi telah banyak di formulasikan pula ahli yang satu dan
lainnya berbeda, sesuai dengan seleranya masing-masing.

1. Menurut Muhammad Ali Al-Qossab. Ia memberi ulasan, “tasawuf adalah


akhlak mulia yang timbul pada waktu mulia dari seorang mulia di tengah-
tengah kaumnya yang mulia pula.”
2. Menurut Syamnun. Ia mengungkapkan, “tasawuf adalah mengambil hakikat
dan tidak berharap terhadap apa yang ada di tangan makhluk.”
3. Menurut Al-Junaidi. Ia mendefinisikan, “tasawuf adalah membersihkan hati
dari apa saja yang mengganggu perasaan makhluk, berjuang menanggalkan
pengaruh budi yang asal pemikiran kita, memadamkan sifat-sifat kelemahan
kita sebagai manusia, menjauhi segala seruan hawa nafsu, mendekati sifat-
sifat kerohanian, tergantung pada ilmu-ilmu hakikat, memakai barang yang
penting dan terlebih kekal, menaburkan nasihat kepada semua orang,
memegang teguh janji dengan Allah dalam hal hakikat, dan mengikuti contoh
Rasulullah dalam hal syariat.3
2.2 Dasar-Dasar Ilmu Tasawuf

Dasar-dasar ilmu tasawuf ada 2 yaitu dasar al-qur’an dan dasar hadist

1
. Barmawie Umarie, Sistematika Tasawuf (sala: Penerbit Siti Syamsiyah. 1966), 9.
2
. Athoullah Ahmad, Diktat Ilmu Akhlak Dan Ilmu Tasawuf(serang: Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Gunung
Djati. 1985), 96.
3
. Ibid, 96-98.
1. Dasar Al-Qur’an

Al-qur’an dan as-sunnah adalah nash. Setiap muslim kapan dan dimana pun
dibebani tanggung jawab untuk memahami dan melaksanakan kandungannya dalam
bentuk amalan yang nyata. Pemahaman terhadap nash tanpa pengamalan akan
menimbulkan kesenjangan, ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah, Aisyah menjawab,
“Al-Qur’an.” Para shaabat terkenal sebagai orang-orang yang banyak menghafalkan isi
Al-Qur’an dan kemudian menyebarkannya kepada yang lain dengan disertai pengamalan
atau penjiwaan terhadap isinya. Mereka berusaha menerapkan akhlak atau perilaku
mereka dengan mencontoh akhlak Rasulullah yaitu akhlak Al-Qur’an.

Pada awal pembentukan tasawuf adalah manifestasi akhlak atau keagamaan.


Moral keagamaan ini banyak disinggung dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan
demikian, sumber pertama tasawuf adalah ajaran-ajaran islam, sebab tasawuf ditimba dari
Al-Qur’an, As-Sunnah dan amalan-amalan serta ucapan para saahabat. Amalan serta
ucapan para sahabat tentu saja tidak keluar dari luang lingkup Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Justru dua sumber utama tasawuf adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah itu sendiri.

Al-Qur’an merupakan kitab Allah yang didalamnya terkandung muatan-muatan


ajaran islam, baik aqidah, syari’ah maupun muamalah. Ketiga muatan tersebut banyak
tercermin dalam ayat-ayat yang tercantum dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat Al-Qur’an disatu
sisi memang ada yang perlu dipahami secara tekstual-lahiriah, tetapi disisi lain juga ada
hal yang perlu dipahami secara kontekstual-rohaniah. Sebab, jika ayat-ayat Al-Qur’an
dipahami secara lahiriah saja, akan terasa kaku, kurang dinamis, dan tidak mustahil akan
ditemukan persoalan yang yang tidak dapat diterima secara fisik.

Secara umum, ajaran islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan
batiniah. Pemahaman terhadap unsur kehidupan yang bersifat batiniah pada gilirannya
melahirkan tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapatkan perhatian yang cukup
besar dari sumber ajaran islam, Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta praktik kehidupan nabi
dan para sahabatnya.4

‫عن ِمن ُكمْ َيرتَدْ َمن آ َمنُواْ الذِينَْ أَ ُّي َها َيا‬
َ ‫ف دِي ِن ِْه‬ ُّْ ْ‫َوي ُِح ُّبي ُِح ُّب ُهمْ ِبقَوم‬
َ َ‫للا َيأ ِتي ف‬
َْ ‫سو‬
ُ‫علَى أَ ِعزةْ نِينَْ ال ُمؤ ِم َعلَى أَذِلةْ ونَ ْه‬
َ َْ‫ل يُ ِفي َجا ِهدُونَْ ال َكافِ ِرين‬ َ َْ‫للا َول‬
ِْ ‫س ِبي‬ ِّْ

4
. Prof. Dr. M. Solihin, M.Ag , Ilmu Tasawuf , (Bandung: Cv. Pustaka Setia.2008),16-19.
-٥٤- َْ ُ‫ل ذَ ِلكَْ آلئِمْ َيخَاف‬
‫ون‬ ُْ ‫للا فَض‬
ِّْ ‫للا َيشَا ُْء َمن يُؤتِي ِْه‬
ُّْ ‫اسعْ َو‬
ِ ‫ع ِليمْ َو‬
َ
Artinya :

“ Hai orang orang yang beriman , barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya ,
maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka
pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang orang yang mukmin , yang
bersikap keras terhadap orang orang kafir, yang berjihad di jalan Allah , dan yang tidak takut
kepada celaan mereka yang suka mencela. Itukah karunia Allah kepada siapa yang
dikehendaki-Nya , dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.5

2. Dasar Hadis

Sejalan dengan apa yang disitir dalam Al-Qur’an , sebagaimana dijelaskan diatas ,
ternyata tasawuf juga dapat dilihat dalam kerangka hadis. Umumnya yang dinyatakan sebagai
ajaran ajaran tasawuf adalah hadis hadis berikut.

a) Aisyah berkata :
“Adalah Nabi bangun shalat malam (qiyam al lail), sehingga bengkak kakinya. Aku
berkata kepadanya, ‘Gerangan apakah sebabnya, wahai utusan Allah, engkau sekuat
tenaga melakukan ini, padahal Allah berjanji akan mengampuni kesalahanmu baik
yang terdahulu maupun yang akan datang ?’ Beliau menjawab ‘Apakah aku tidak
akan suka menjadi seorang hamba Allah yang bersyukur?’
[H.R. Al-Bukhari dan Muslim]
b) Rasulullah bersabda :
“Demi Allah aku memohon ampunan kepada Allah dalam sehari semalam tak kurang
dari tujuh puluh kali”
[H.R. Al-Bukhari]
c) Rasulullah bersabda :
“Zuhudlah terhadap dunia maka Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang
ada di tangan orang lain maka mereka akan mencintaimu”
d) Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman , “siapa memusuhi kekasih-Ku ,maka Aku
menyatakan perang kepadanya; tida ada yang paling Aku sukai dari hamba-Ku yang
mendekatkan diri kepada-Ku selain menjalankan kewajibannya. Hendaklah hamba-
Ku mendekatkan diri dengan-Ku juga dengan menjalankan kesunahan kesunahan
sehingga aku mencintainya. Jika aku sudah mencintainya, maka aku akan menjadi

5
. Q.S. Al Maidah (5) : 54
pendengaran dan penglihatannya , juga akan menjadi tangan dan kakinya. Setiap
permohnannya pasti akan aku kabulkan. Jika meminta perlindungan, Aku akan
melindunginya.”

Selanjutnya dalam kehidupan Nabi Muhammad juga terdapat petunjuk yang menggambarkan
bahwa dirinya adalah sebgai seorang sufi. Nabi Muhammad telah melakukan pengasingan
diri ke Gua Hira menjelang datangnya wahyu. Beliau menjauhi pola hidup kebendaan saaat
orang Arab tengah tenggelam di dalamnya, seperti dalam praktik perdagangan yang
didasarkan pada prinsip menghalalkan segala cara.

Selama di Gua Hira, Rasulullah hanyalah bertafakur, beribadah , dan hidup sebagai seorang
zahid . Beliau hidup sangat sederhana, bahkan terkadang memakai pakaian tambalan, tidak
memakan makanan dan meminum, kecuali halal, dan setiap malam senantiasa beribadah
kepada Allah SWT.

Kalangan sahabat pun ada yang mengikuti praktik bertasawuf sebagaimana yang
dipraktikan Nabi Muhammad. Abu Bakar Ash Shiddiq, misalnya pernah berkata, “ Aku
mendapatkan kemuliaan dalam ketakwaan , ke – fana’an dalam keagungan dan kerendahan
hati.”

Uraian dasar dasar tasawuf di atas , baik Al Qur’an , Al – Hadist, maupun suri
tauladan sahabat, ternyata merupakan benih benih tasawuf dalam kedudukannya sebagai ilmu
tentang tingkata (maqamat) dan keadaan (ahwal). Dengan kata lain, ilmu tentang moral dan
tingkah laku manusia terdapat rujukannya dalam Al Qur’an. Dari sini, jelaslah bahwa
pertumbuhan pertamanya, tasawuf ternyata ditimba dari sumber Al Qur’an itu sendiri.

2.3 SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF

Timbulnya tasawuf dalam islam tidak bisa dipisahkan dengan kelahiran islam itu
sendiri,yaitu semenjak Nabi Muhammad SAWdiutus menjadi Rasul. Akan tetapi, istilah
tasawuf sama sekali tidak dikenal di zaman itu bahkan tidak dikenal di zaman tiga
generasi utama(generasi sahabat,tabi’in dan tabi’it al-tabi’an). Istilah ini baru muncul
sesudah zaman tiga generasi ini. Abdul hasan Al Fusyandi mengatakan “ pada zaman
Rasulullah SAW, tasawuf ada realitasnya,tetapi tidak ada namanya. Dan sekarang ia
adalah sekedar nama dan tidak ada realitasnya.” Ajaran rosulullah SAW seperti sikap
zuhud. Wara’Qona’ah sabar dan lain sebagainya.merupakan sifat-sifat mulia yang dapat
dirangkum menjadi satu yaitu tasawuf.
Dalam sejarah islam sebelum munculnya aliran tasawuf terlebih dahulu muncul aliran
zuhud pada abad ke 1 (permulaan abad ke 2). Pada abad ke 1 hijriyah lahirlah Hasan Al
Basri seorang zahid pertama yang termasyur dalam sejarah tasawuf. Dasar pendirian Al-
Basri adalah zuhud terhadap dunia, menolak segala kemegahannya dan hanya menuju
kepada Allah.

Sedangkan zuhud sendiri, menurut para ahli sejarah tasawuf adalah fase yang
mendahului tasawuf Harun Nasution. Stasiun yang terpenting bagi seorang calon suffi
adalah zuhud.yaitu keadaan meninggalkan dunia dan hidup dengan kematerian. Sebelum
menjadi suffi, seorang calon harus terlebih dahulu menjadi zahid.sesudah menjadi
zahid,barulah ia menjadi suffi. Dengan demikian setiap sufi ialah zahid,tetapi sebaliknya
tidak setiap zahid merupakan sufi.

Zuhud disini berarti tidak merasa bangga atas kemewahan dunia yang telah ada
ditangan dan tidak merasa sedih saat kehilangannya. Zuhud merupakan hikmah
pemahaman yang membuat seorang memiliki pandangan khusus terhadap kehidupan
duniawi itu. Mereka tetap bekerja dan berusaha akan tetapi kehidupan duniawi itu tidak
menguasai kecenderungan kalbunya dan tidak membuat mereka mengingkari Tuhannya.

Jadi zuhud merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dengan tasawuf sebagai seorang
zahid yang menjauhkan diri dari kelezatan dunia dan mengingkari nya serta lebih
mengutamakan kehidupan yang kekal dengan mendekatkan diri sebagai makhluk kepada
Tuhannya.

Selanjutnya menurut al-Dzahabi (1987:23), istilah sufi mulai dikenal pada abad ke-2
Hijriyah,tepatnya pada tahun 150H. Orang pertama yang dianggap memperkenalkan
istilah ini kepada dunia islam adalah Abu Hasyim Al-sufi. Tetapi ada pendapat lain yang
menyebutkan bahwa tasawuf baru muncul didunia islam pada awal abad ke-3 H. Tokoh
ini menggambarkan pemikiran bahwa cinta(mahabbah) kepada Allah adalah sesuatu yang
tidak diperoleh melalui belajar . melainkan karena faktor pemberian (mauhibah)dan
keutamaan dari-Nya. Adapun tasawuf baginya adalah mengambil kebenaran-kebenaran
hakiki.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan :

Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan diri
dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan
Allah SWT.

Ajaran tasawuf yang benar adalah yang tidak mengabaikan akhlak terhadap sesama manusia.
Jadi, bukan hanya hubungan vertikal dengan Tuhan saja yang harus di bina, namun perlu juga
hubungan dengan sesama manusia dengan akhlak yang terpuji. Dalam Islam, bahwa
walaupun tujuan hidup harus diarahkan ke alam akhirat, namun setiap muslim diwajibkan
untuk tidak melupakan urusan dunianya. Setiap muslim wajib kerja keras untuk menikmati
rezeki Tuhan yang telah dihalalkan untuk umat-Nya, asal diperoleh melalui jalan yang halal.
Yakni berlomba dengan cara yang jujur dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Akan tetapi
mengutamakan kehidupan dunia dan berpandangan materialis-sekuler sangatlah dicela dan
diharamkan dalam Islam.

Fungsi umum tasawuf:

- Agar kita itu mencontohi Rasulullah dalam perilaku kehidupan sehari-hari.

- Menyeimbangkan lahir dan batin dunia dan akhirat.

- Agar hati ini teduh redup biar tidak gelisah.

- Membuat kesadaran sosial menjadi lebih tinggi.

Fungsi khusus tasawuf:

- untuk membersihkan hati kepada Allah.

- membersihkan jiwa dari pengaruh keduniaan.

- menerangi jiwa dari kegelapan.

- memperteguhkan dan menyuburkan keimanan.


DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata, Dr. MA. Tasawuf. Jakarta: RadjaGrafindo Persada, 2002

al-Ghazali. Ihya’ Ulumu al-Din. Jilid III. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.

Asmaran As, Drs. MA. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta: RadjaGrafindo Persada, 1996

MAHJUDIN, Drs. 1991. Kuliah Akhlak-Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia.

MUSTOFA, Drs. H. A. 1999. Akhlak-Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia.

NATA, Prof. Dr. H. ABUDDIN, M.A. 2006. Tasawuf. Jakarta: PT. Taja Grafindo Persada.

Permadi, K.Drs. S.H. Pengantar Ilmu Tasawuf. Jakarta: Rineka Cipta, 2004

Rosihon Anwar, Drs. M.Ag. Drs. Mukhtar Solihin, M.Ag. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka
Setia, 2000.

Simuh. Tasawuf dan Perkembangannya Dalam Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996

Anda mungkin juga menyukai