Anda di halaman 1dari 16

RESENSI BUKU

ILMU TASAWUF “UNTUK MATA KULIAH ILMU TASAWUF


DI SELURUH JURUSAN PTAIN DAN PTAIS Karangan M.
Solihin dan Rosihon Anwar”

Tugas Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak dan Tasawuf
Dosen Pengampu: Dr. Malik Ibrahim, M. Ag.

Disusun oleh :

Nama: Ahmad Aliwafa

NIM: 17106040039

Prodi: Biologi

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penyusun panjatkan


kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
kepada penyusun, sehingga dapat menyelesaikan tugas resensi buku yang berjudul
“Ilmu Tasawuf untuk Mata Kuliah Ilmu Tasawuf di seluruh Jurusan PTAIN dan
PTAIS Karangan M. Solihin dan Rosihon Anwar” dengan sebaik-baiknya.
Shalawat serta salam tak lupa penyusun haturkan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang senantiasa kita tunggu syafa’atnya di Yaumul Qiyamah nanti. Setelah
melalui berbagai proses yang cukup panjang, dengan mengucap syukur akhirnya
tugas resensi buku yang berjudul “Ilmu Tasawuf untuk Mata Kuliah Ilmu
Tasawuf di seluruh Jurusan PTAIN dan PTAIS” dapat terselesaikan meskipun
jauh dari kesempurnaan. Penyusun menyadari bahwa tugas resensi buku yang
berjudul “Ilmu Tasawuf untuk Mata Kuliah Ilmu Tasawuf di seluruh Jurusan
PTAIN dan PTAIS M. Solihin dan Rosihon Anwar” masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu dengan hati terbuka penyusun menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun, semoga resensi buku yang berjudul “Ilmu Tasawuf
untuk Mata Kuliah Ilmu Tasawuf di seluruh Jurusan PTAIN dan PTAIS M.
Solihin dan Rosihon Anwar” dapat bermanfaat bagi yang membaca dan
mempelajarinya. Aamiin

Yogyakarta, 17 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

MATERI...........................................................................................................................1

A. Deskripsi Literatur...............................................................................................1
1. Tujuan Literatur..................................................................................................1
2. Garis Besar Kandungan Literatur.......................................................................1
3. Linieritas Metodologi.........................................................................................7
B. Urgensi Literatur..................................................................................................8
C. Kelebihan Literatur.............................................................................................8
D. Kekurangan Literatur.........................................................................................9
E. Kritik dan Saran terhadap Buku Primer.........................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11

CURRICULUM VITAE................................................................................................12

iii
MATERI

A. Deskripsi Literatur
1. Tujuan Literatur
Untuk bahan kuliah dan diskusi pada tatap muka perkuliahan di semua
jurusan PTAIN dan PTAIS.
2. Garis Besar Kandungan Literatur
Bab 1. Pengertian, dasar, dan ciri umum tasawuf
Secara etimologi, tasawuf berarti ahlu suffah, shafa (bersih
atau suci), shaf (barisan), shaufi, shaufanah, shuf (bulu domba).
Secara terminologi tasawuf menurut Al-junaidi adalah
membersihkan hati dari apa saja yang menganggu perasaan
makhluk, berjuang menanggalkan pengaruh budi (insting) kita,
memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi
segala seruan hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian,
bergantung pada ilmu hakikat, memakai barang yang penting dan
terlebih kekal, menaburkan nasihat kepada semua orang,
memegang teguh janji dengan Allah dalam hakikat, dan mengikuti
contoh Rasulullah dalam hal syariat.1 Pengertian tasawuf secara
istilah juga diungkapkan oleh Al-Junairi, Abu Hamzah, Amir bin
Usman Al-Makki, Muhammad Ali Al-Qassab, Syamnun, dan
Ma’ruf Al-Kurkhi.
Semakin berkembang dan meluasnya penduduk muslim,
kajian tasawuf semakin diminati, sehingga perlu adanya landasan
atau dalil naqli tentang tasawuf yang harus diketahui oleh umat
islam terutama Al-Qur’an dan Hadist. Dasar Al-Qur’an tentang
tasawuf dapat ditinjau pada surat Al-Maidah ayat 54, At-Takhrim
ayat 8, Al-Baqoroh ayat 115 dan 186, An-Nur ayat 25, Surat Qof
ayat 16, Surat Fatir ayat 5, dan lain sebagainya. Dasar hadist

Athoullah Ahmad, Diktat Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf, Fakultas Syari’ah IAIN Sunan
1

Gunung Jati, Serang, 1985, hlm. 96.

iv
tentang tasawuf dapat ditinjau pada hadist Imam Bukhori dan
Imam Muslim.
Tasawuf memiliki lima ciri umum, yaitu peningkatan
moral, pemenuhan fana’ dalam realitas mutlak, pengetahuan intuitif
langsung, timbulnya rasa kebahagian sebagai karunia Allah dalam
diri sufi, dan penggunaan simbol-simbol.2
Bab 2. Sejarah kemunculan tasawuf: kontak kebudayaan
Hindu, Persia, Yunani, dan Arab.
Tasawuf yang sering kita temui dalam khazanah islam, dari
segi perkembangannya ternyata memunculkan pro dan kontra.
Mereka yang kontra menganggap bahwa tasawuf islam merupakan
paham yang bersumber dari agama-agama lain antara lain dari
ajaran Hindu, agama persia, agama Masehi, pemikiran filsafat
Yunani, dan ajaran Neo Platonisme. Tasawuf yang memiliki unsur
Nasrani mendasarkan argumentasinya pada dua hal: pertama
adanya interaksi antara orang-orang Arab dengan Nasrani pada
masa jahiliyah, kedua kesamaan antara kehidupan para aksetis atau
sufi dalam hal ajaran serta melatih jiwa dan mengasingkan diri. 3
Tasawuf dan sistem kepercayaan agama Hindu dapat dilihat adanya
persamaan seperti sikap fakir, cara ibadah, dan maqomat sufiyah.
Tasawuf yang terkena pengaruh Yunani adalah tasawuf yang
bercorak filsafat.4
Sebenarnya tasawuf bersumber dari ajaran Islam,
mengingat Nabi Muhammad dan para sahabatnya pun telah
mempraktekkannya. Hal ini dapat dilihat dari asas-asasnya yang
banyak berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah. Akan tetapi tidak
dapat dipungkiri juga bahwa setelah berkembang menjadi aliran
pemikiran (misalkan, Tasawuf Filsafat), Tasawuf mendapat

2
M. solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf untuk Mata Kuliah Ilmu Tasawuf di
seluruh Jurusan PTAIN dan PTAIS (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), hlm. 36.
3
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),
hlm. 58
4
Ibid, hlm. 39-50.

v
pengaruh dari budaya filsafat Yunani, Hindu, Persia, dan
sebagainya.5
Untuk melacak sejarah perkembangan tasawuf, tidak hanya
memperhatikan ketika tasawuf mulai dikaji sebagai sebuah ilmu,
melainkan sejak zaman Rasullullah. Memang pada masa
Rasullullah dan masa sebelum datangnya Islam, Istilah Tasawuf itu
belum ada. Istilah itu sendiri baru pertama kali di gunakan oleh abu
Hasyim, seorang zahid dari Syria (wafat pada 780 M). Pada
masanya didirikan Takya (semacam Padepokan sufi) yang
pertama.6
Bab 3. Sejarah perkembangan tasawuf Salafi (Akhlaqi), Falsafi,
dan Syi’i
Pada perkembangannya, tasawuf yang berorientasi ke arah
pertama sering disebut sebagai tasawuf salafi, tasawuf akhlaqi, atau
tasawuf sunni. Tasawuf yang dikembangkang oleh kaum salaf. 7
Sejarah dan perkembangan tasawuf salafi dimulai pada abad ke
satu dan kedua hijriyah yang dinamakan dengan fase zuhud. Tokoh
yang populer pada abad kesatu dan kedua adalah Hasan Al-Basri
dan Robi’ah Al-Adawiyah. Pada abad keenam Hijriyah, sebagai
akibat pengaruh kepribadian Al-Ghazali, sehingga pengaruh
tasawuf Sunni semakin meluas ke seluruh pelosok dunia islam.
Tasawuf yang berorientasikan ke arah dua disebut tasawuf falsafi.
Tasawuf jenis kedua banyak dikembangkan oleh para sufi yang
berlatar belakang sebagai filosof, disamping sebagai sufi. Tasawuf
Syi’i atau Syi’ah ini didasarkan atas ketajaman pemahaman kaum
sufi dalam menganalisis kedekatan manusia dengan tuhan.8
Bab 4. Kerangka berpikir Irfani: dasar-dasar Falsafi Ahwal dan
Maqomat.

5
Ibid, hlm. 54.
6
Ibid, hlm. 55.
7
Ahmad Rofi Usmani, Madkhal Ila At-Tashawwuf Al-Islam (Bandung: Pustaka, 1985),
hlm. 140.
8
M. solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf untuk Mata Kuliah Ilmu Tasawuf di
seluruh Jurusan PTAIN dan PTAIS (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), hlm. 62-67.

vi
Lingkup perjalanan menuju Allah untuk memperoleh
ma’rifat yang berlaku dikalangan sufi sering disebut sebagai
kerangka sebuah ”irfani”. Lingkup irfani tidak dapat dicapai
dengan mudah atau secara spontanitas, tetapi melalui proses yang
panjang. Proses yang dimaksud adalah maqom-maqom dan ahwal.
Dua persoalan ini harus diliwati oleh orang yang berjalan menuju
tuhan.9
Yang dimaksud tingkatan (maqom) oleh para sufi ialah
tingkatan seorang hamba dihadapan-Nya, dalam hal ibadah,
latihan-latihan (riyadhoh) jiwa yang dilakukannya. Maqom-maqom
yang harus dijalani kaum sufi umumnya terdiri dari tobat, zuhud,
faqir. Sabar, syukur, rela, dan tawakal. Sedangkan ahwal yang
sering dijumpai dalam perjalanan kaum sufi antara lain waspada
dan mawas diri (muhasabah dan muroqobah), kehampiran atau
kedekatan (qarb), cinta, takut (khauf), berharap (roja’), rindu, intim
(uns), tentram, penyaksian, dan yakin.10
Bab 5. Hubungan tasawuf dengan ilmu kalam, filsafat, fiqh,
dan ilmu jiwa.
Ilmu kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang
banyak mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan
kalam tuhan, baik rasional (aqliyah) maupun naqliyah. Biasanya
yang membicarakan penghayatan sampai pada penanaman
kejiwaan manusia adalah ilmu tasawuf. Dalam kaitannya dengan
ilmu kalam, ilmu tasawuf mempunyai fungsi antara lain, sebagai
pemberi wawasan spriritual dalam pemahaman kalam, sebagai
pengendali ilmu tasawuf, dan sebagai pemberi kesadaran rohaniah
dalam perdebatan-perdebatan kalam. Dengan ilmu tasawuf, semua
persoalan yang berada dalam kajian ilmu tauhid terasa lebih
bermakna, tidak kaku, tetapi akan lebih dinamis dan aplikatif.
Ilmu fiqh dan ilmu tasawuf adalah dua disiplin ilmu yang
saling melengkapi. Setiap orang harus menempuh keduanya,
9
Ibid, hlm. 76.
10
Ibid, hlm. 78-86.

vii
dengan catatan bahwa kebutuhan perserorangan terhadap kedua
disiplin ilmu ini sangat beragam sesuai dengan kadar kualitas
ilmunya. Dari sini dapat dipahami bahwa ilmu fiqh, yang terkesan
sangat formalistik-lahiriyah, menjadi sangat kering, kaku, dan tidak
mempunyai makna yang berarti bagi penghambaan seseorang jika
tidak diisi dengan muatan kesadaran rohaniah yang dimiliki oleh
tasawuf. Begitu juga, sebaliknya. Tasawuf akan terhindar dari
sikap-sikap merasa suci sehingga tidak perlu lagi memperhatikan
kesucian lahir yang diatur dalam fiqh.11
Tasawuf selalu membicarakan persoalan-persoalan yang
berkaitan pada jiwa manusia. Hanya saja, dalam jiwa yang
dimaksud adalah jiwa manusia muslim, yang tentunya tidak lepas
dari sentuhan-sentuhan keislaman. Dari sinilah, tasawuf kelihatan
identik dengan unsur kejiwaan manusia muslim. Sederetan
intelektual muslim ternama juga banyak mengkaji jiwa dan roh,
diantaranya Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Al-Ghazali.
Kajian-kajian mereka tentang jiwa dalam pendekatan kefilsafatan
ternyata benyak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi
kesempurnaan tasawuf dalam dunia islam.12
Bab 6. Tasawuf Akhlaqi
Menurut Amin Syukur, ada dua aliran dalam tasawuf.
Pertama, aliran tasawuf sunni, yaitu bentuk tasawuf yang memagari
dirinya dengan Al-Quran dan Hadits secara ketat, serta mengaitkan
ahwal  (keadaan) dan maqamat (tingkatan rohaniah) mereka pada
dua sumber tersebut. Kedua, aliran tasawuf falsafi yaitu tasawuf
yang bercampur dengan ajaran filsafat kompromi, dalam
pemakaian terma-terma filsafat yang maknanya disesuaikan dengan
tasawuf. Oleh karena itu, tasawuf yang berbau filsafat ini tidak
sepenuhnya dapat dikatakan tasawuf dan juga tidak dapat dikatakan

11
Sa’id Hawwa, Tarbiyatuna Ar-Ruhiyyah (Mesir: Darussalam, 1997), hlm. 72-73.
12
M. solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf untuk Mata Kuliah Ilmu Tasawuf di
seluruh Jurusan PTAIN dan PTAIS (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), hlm. 104-105.

viii
sebagai filsafat.13 Berikut contoh sufi aliran Tasawuf akhlaki antara
lain Hasan Al-Bashri, Al- Muhashibi, Al-Qusyairi, dan Al-Ghazali.
Bab 7. Tasawuf Irfani
Tasawuf irfani tidak hanya membahas soal keikhlasan
dalam hubungan manusia, tetapi lebih jauh menetepakan bahwa
apa yang kita lakukan tidak pernah kita lakukan, ini tingkatan
ikhlas yang paling tinggi. Tokohnya antara lain: Rabi’ah Al-
Adawiah,  Dzu An-Nun Al-Misri, Abu Yazid Al-Bustami, dan Abu
Manshur Al-Hallaj.14
Bab 8. Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajaranya
menggunakan terminologis filosofis dalam pengungkapanya.
Tokohnya antara lain: Ibnu Arabi, Al-Jili, dan Ibnu Sab’in.15
Bab 9. Sejarah dan perkembangan tarekat
Asal kata “tarekat” dalam bahasa arab adalah thariqot yang
berarti jalan, keadaan, aliran atau garis pada sesuatu.16 Tarekat
adalah jalan yang ditempuh para sufi dan dapat digambarkan
sebagai jalan yang berpangkal dari syariat. Di dalam tasawuf,
istilah tarekat tidak saja ditujukan kepada aturan dan cara-cara
tertentu yang digunakan oleh seorang syekh tarekat dan bukan pula
kelompok yang menjadi pengikut salah seorang syekh tarekat,
tetapi meliputi segala aspek ajaran yang ada di dalam agama islam,
seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Semua itu
merupakan jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah.17
Aliran-aliran tarekat dalam islam diantaranya sebagai berikut
tarekat Qodiriyah, tarekat Syadziliyah, tarekat Naqsabandiyah,
tarekat Yasafiyah dan Khawajagawiyah, tarekat Khalwatiyah,
13
Amin Syukur, Rasionalisme dalam Tasawuf (Semarang: IAIN Wali Songo, 1994),
hlm. 22.
14
M. solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf untuk Mata Kuliah Ilmu Tasawuf di
seluruh Jurusan PTAIN dan PTAIS (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), hlm. 146-164.
15
Ibid, hlm. 174-192.
16
Luis Makluf, Al-Munjid fi Al-Lughot wa Al-Maysriq (Beirut, Dar Al-Masyriq, 1986),
hlm. 465.
17
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Sumatera Utara, Pengantar Ilmu Tasawuf,
1982, hlm. 273.

ix
tarekat Syatariyah, tarekat Rifa’iyah, tarekat Qodiriyah wa
Naqsabandiyah, tarekat Sammaniyah, tarekat Tijaniyah, tarekat
Chistiyah, tarekat Mawlawiyah, tarekat Ni’matullahi, dan tarekat
Sanusiyah.
Bab 11. Tasawuf di Indonesia
Tasawuf merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
kajian islam di Indonesia. Sejak masuknya islam di Indonesia,
unsur tasawuf telah mewarnai kehidupan keagamaan masyarakat.
Hal ini terbukti dengan semakin maraknya kajian islam di bidang
tasawuf dan juga melalui gerakan tarekat yang masih berpengaruh
di masyarakat.18 Para suri mengembara yang terutama melakukan
penyiaran islam di Nusantara. Para sufi ini berhasil mengislamkan
sebagian besar penduduk Nusantara setidaknya sejak abad ke-13.
Faktor utama keberhasilan konversi adalah kemampuan para sufi
menyajikan islam dalam kemasan antraktif, khususnya dalam
menekankan kesesuaian dengan islam atau kontinuitas, ketimbang
perubahan kepercayaan dan praktik keagamaan lokal.19 Berikut ini
beberapa tokoh tasawuf di Indonesia antara lain Hamzah Fansuri,
Nuruddin Ar-Raniri, Syekh Abdur Rouf As-Sinkili, Abd Shamad
Al-Palimbani, Syekh Yusuf Al-Makasari, Nawawi Al-Bantani, dan
Hamka.20
3. Linieritas Metodologi
Buku yang berjudul “Ilmu Tasawuf untuk Mata Kuliah Ilmu
Tasawuf di seluruh Jurusan PTAIN dan PTAIS” memiliki
kesinambungan antara judul dan isi buku tersebut dan disusun
secara sistematis, diantaranya mulai dari bab 1, yaitu tentang
pengertian, dasar, dan ciri umum tasawuf sampai bab 11, yaitu
tentang tasawuf di Indonesia. Penulis mampu menjelaskan secara
rinci mengenai tasawuf mulai dari bab 1 sampai bab 11.

18
Sri Mulyani, Tasawuf Nusantara (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 1.
19
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII
dan XVIII (Bandung: Mizan, 1995), hlm. 35.
20
M. solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf untuk Mata Kuliah Ilmu Tasawuf di
seluruh Jurusan PTAIN dan PTAIS (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), hlm. 243-269.

x
B. Urgensi Literatur
Buku ini membahas suatu permasalahan mengenai tasawuf itu
sendiri, sehingga perlu diperdalam lebih lanjut. Misalnya, para penentang
tasawuf menganggap bahwa tasawuf bukan ajaran yang berasal dari
Rasulullah dan bukan pula ilmu warisan dari para sahabat. Mereka
menganggap bahwa ajaran tasawuf merupakan ajaran sesat dan
menyesatkan.21 Ketahuilah bahwa tasawuf adalah proses untuk
membersihkan batin dengan sebersih-bersihnya melalui serangkaian
amalan ibadah dan dzikir. Intinya sebagai seorang muslim tetap harus
menjaga apa yang sudah rosulullah ajarkan kepada kita. Karena dengan
ketaatan seorang umat islam kepada Allah dan Rosulnya kelak akan
mendapatkan keindahan, kesempurnaan, dan kebanggaan hidup di dunia
dan di akhirat.

C. Kelebihan Literatur
Adapun kelebihan dari buku ini adalah
1. Terdapat footnote yang memudahkan para pembaca untuk
mencari referensi buku yang asli.
2. Bagi pemula yang ingin mempelajari ilmu tasawuf sangat
mudah karena buku tersebut mampu memberikan informasi
tentang ilmu tasawuf.
3. Dalam penyampaian bukunya tidak terlalu memakai bahasa-
bahasa ilmiah yang asing didengar oleh pembaca.
4. Setiap bab selalu dipaparkan tokoh-tokoh yang berkaitan
dengan masalah tersebut.
5. Penjelasan yang rinci.
Adapun kelebihan dari buku sekunder yang berjudul “Akhlak Tasawuf
Karangan Dr. H. Jamil, MA.” Adalah
1. Mampu memberikan informasi tentang akhlak, mulai dari
pengertian secara umum hingga hal-hal yang sangat penting
dalam proses pembentukan akhlakul karimah.

21
M. solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf untuk Mata Kuliah Ilmu Tasawuf di
seluruh Jurusan PTAIN dan PTAIS (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), hlm. 230.

xi
2. Terdapat keterangan pada kata-kata asing
3. Penjelasannya sangat rinci.
Adapun kelebihan dari buku sekunder yang berjudul “Akhlak
Tasawuf dan Karakter Mulia karya Prof. Dr. H. Abuddin
Nata, M. A” Adalah
1. Pemaparan isi dari buku ini sudah sistematis,
diawali dengan pembahasan tentang akhlak,
pembahasan tentang tasawuf, dan pembahasan
tentang pendidikan karakter. Dalam
pembahasannya juga terdapat contoh perilaku
yang bisa diterapkan.
2. Cara penulisan buku ini sesuai dengan EYD (Ejaan
Yang Disempurnakan), sehingga mudah dipahami
oleh pembaca. Dalam buku ini juga dilengkapi
glosarium, sehingga pembaca dapat mengetahui
arti kata-kata yang kurang dimengerti.
3. Dalam hal pemaparan materi, buku ini telah
merujuk langsung dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi
Muhammad saw. Penulisan buku ini juga berdasar
pada metode kualitatif atau merujuk kepada buku-
buku yang berkaitan.
4. Dari segi tata letak kelebihan dari buku ini adalah
penomeran halaman mirror serta margin yang
digunakan juga sudah sesuai sebelah kiri genap,
sebelah kanan ganjil. Buku ini juga sudah
menggunakan font standar yang umum digunakan dan
ukuran font juga sudah sesuai sehingga mudah untuk
dibaca.

D. Kekurangan Literatur
Adapun kekurangan dari buku ini adalah
1. Buku ini terlalu mengulang-ulang pembahasan sebelumnya
sehingga menyebabkan pembaca merasa bosan.

xii
2. Buku ini tidak memaparkan periwayat hadist dan hanya
memaparkan matan hadist.
3. Cover masih jadul.
4. Penggunaan tanda baca yang masih kurang efektif.
5. Tidak adanya Glosarium sebagai penjelasan dalam kalimat
yang sulit untuk dipahami.
Adapun kekurangan dari buku sekunder yang berjudul “Akhlak Tasawuf
Karangan Dr. H. Jamil, MA.” Adalah
1. Sebagian ayat Al-Qur’an dan lafadz hadist ada yang berharokat
dan ada yang tidak berharokat.
2. Bahasanya sedikit sulit dipahami dalam segi pengertiannya.
3. Tidak adannya Glosarium sebagai penjelasan dalam kalimat
yang sulit untuk difahami.
4. Biografi pengarang tidak dicantumkan.
Adapun kelebihan dari buku sekunder yang berjudul “Akhlak Tasawuf
dan Karakter Mulia karya Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M. A”
Adalah
1. Ada beberapa pembahasan yang tidak ada contoh
kisah teladan / akhlak dari para Nabi-nabi selain
Nabi Muhammad saw yang bisa menjadi
gambaran pembaca untuk diterapkan.
2. Buku ini alangkah lebih baiknya jika ditambahkan
dengan metode penelitian dengan lebih bayak lagi
mengemukakan pendapat si Penulis sendiri
berkaitan dengan bahasan-bahasan dan perlu
adanya penelitian sejauh mana akhlak itu
diterapkan.
3. Dari segi tata letak peresensi belum menemukan
kekurangan dalam buku ini, baik dalam front
maupun footnote.

xiii
E. Kritik dan Saran terhadap Buku Primer
Mungkin hanya ini yang dapan saya resensi dari buku karya Drs.
Rosihon Anwar, M. Ag dan Dr. Mukhtar Solihin, M. Ag. Dalam segi isi,
buku tersebut terlalu mengulang-ulang pembahasan yang menyebabkan
mayoritas pembaca merasa bosan, sehingga menyebabkan halaman
menjadi banyak dan tebal, cover masih jadul, Tidak adanya Glosarium
sebagai penjelasan dalam kalimat yang sulit untuk dipahami. Saran saya
bagi buku ini agar tidak mengulangi pembahasan yang sudah ada. Dalam
buku ini agar dipaparkan Glosarium agar mudah dalam mencari penjelasan
terhadap kata-kata yang sulit dipahami.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Athoullah. “Diktat Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf.” Fakultas Syari'ah,
IAIN Sunan Gunung Jati, Serang, 1985.
Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara
Abad XVII dan XVIII. Bandung: Mizan, 1995.
Hawwa, Sa'id. Tarbiyatuna Ar-Ruhiyyah . Mesir: Darussalam, 1997.
Jamil, H. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Referensi, 2013.
Makluf, Luis. Al-Munjid fi Al-Lughot wa Al-Maysriq. Beirut: Dar Al-Masyriq,
1986.
Mulyani, Sri. Tasawuf Nusantara. Jakarta: Kencana, 2006.
Mustofa, Ahmad. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2014.
Nasution, Harun. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang,
1992.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2014.
Said, Usman. Pengantar Ilmu Tasawuf. Medan: Proyek Pembinaan Perguruan
Tinggi Agama Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara, 1982.
Solihin, M., dan Rosihon Anwar. Ilmu Tasawuf untuk Mata Kuliah Ilmu Tasawuf
di seluruh Jurusan PTAIN dan PTAIS. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008.
Syukur, Amin. Rasionalisme dalam Tasawuf. Semarang: IAIN Sunan Walisongo,
1994.
Usmani, Ahmad Rofi. Madkhal Ila At-Tashawwuf Al-Islam. Bandung: Pustaka,
1985.

xiv
CURRICULUM VITAE

Data Pribadi

Nama                                       : Ahmad Aliwafa

Tempat, Tanggal lahir             : Kulon Progo, 15 Februari 1998

Jenis Kelamin                          : Laki-Laki

Agama                                     : Islam

Tinggi Badan                          : 165 cm

Berat Badan                            : 53 kg

Alamat                                    : Pedukuhan II Bugel, Bugel, Panjatan, Kulon Progo

Handphone                             : 087836129249

Status                                      : Belum Menikah

E-mail                                     : wafaeizta@gmail.com

Riwayat Pendidikan

2004 : TK ABA Siliran

2005-2011 : SD Muhamadiyah Bugel

2011 – 2014 : MTS Darul Qur’an Wonosari

2014 – 2017 : MAN Wonokromo Bantul

xv
2017 s/d sekarang :Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
Yogyakarta

xvi

Anda mungkin juga menyukai