Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TASAWUF BIDIYAH

disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah “Madzab Tasawuf”
yang diampuh oleh Dr,. H. Kharisudin Aqib,. M.A,g

Yang disusun oleh


Ahmad Fathir Fajar Shidiq (07010622003)
Assareliya Amanda Shofiatus Sya'iroh (07040622067)

PRODI TASAWUF DAN PSIKOTERAPI

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya kepada kami.
Tidak lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada baginda nabi Muhammad SAW yang
telah memberikan jalan penerangan bagi kami. Juga terimakasih kepada bapak Dr. Muktafi,
M.Ag. sebagai dosen pengampu mata kuliah Ilmu Kalam yang telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk membuat makalah dengan tema “tasawuf bidi’yah”

Dengan bacaan hamdalah dan rasa syukur atas terselesainya Makalah ini. Yang kami
susun berdasarkan kemampuan dan usaha yang kami miliki. Walaupun masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Kami berharap agar makalah
ini mudah di baca dan di pahami bagi para pembacanya. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat berguna bagi para pembaca.

Surabaya 12 juni 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul.........................................................................................................................
kata pengantar.........................................................................................................................ii
bab i..........................................................................................................................................iv
pendahuluhan..........................................................................................................................iv
latar belakang......................................................................................................................iv
rumusan masalah................................................................................................................iv
tujuan penulisan..................................................................................................................iv
bab ii..........................................................................................................................................1
pembahasan..............................................................................................................................1
bab iii.........................................................................................................................................6
penutup......................................................................................................................................6
simpulan................................................................................................................................6
saran......................................................................................................................................6
daftar pustaka...........................................................................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUHAN
Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang serba canggih menjadi diskursus pada era 4.0 agama yang
mendominasi penganut yang banyak, dijadikan kekuatan bagi oknum-oknum yang
meperbudak zaman yang rahmatallil alamin menjadi jahiliyah, asumsi bahwa taswuf
merupakan ilmu yang baru belum ada dasar yang memperkuat argumen-argumen yang
dipersimpangkan bagi yang belum mendalami dari agama, khususnya islam keilmuan
tasawuf masuk pada dasar rukun agama yakni iman- islam dan ihsan, ihsan embrio dari
tasawuf yang orentasinya etika menghambakan diri pada tuhan yang maha atas segalanya
sempurna dan mendalami diri kita hina atas derajat dan dosa.
Modernisme islam yang berhaluhan moderat sebgai kajian ilmu ushuludin dipahami
oleh kalangan umat islam dengan sikap eksklusif, tapi sekarang berbandig berbalik dengan
zaman karena berkembangnya zaman dinafikan terkait pengkajiian dalam islam harus bersifat
inklusif, untuk memngimbangi doktrin-doktrin kaum ekstremis yang fundamentalis untuk
mentajdidkan konsepnya khususnya pada golongan islam,
Tasawuf merupakan disiplin ilmu yang problematika dalam kajian keilmuan islam
yang baru berkembang pada abad 2 setelah nabi hijrah, dirasa belum ada sumber ajaran
keilmuan ini, tasawuf bidi’yah ialah sebutan bahwa tasawuf yang tidak sesuai dengan apa
sudah diriwayatkan ulama dan umara’, dikarena diperdebatan yang banyak mengenai tasawuf
yang benar itu seperti apa, lalu muncul bahwa kajian tentang keilmuan ini bersifat rahasia
untuk setip tarekat yang ada .

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud tasawuf bid iyah
2. Bagaiman problematika tasawuf bidiyah
3. Apa saja karakteristik tasawuf bidi’yah
4. Bagaimana urgensi tasawuf bidi’yah
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tasawuf bidiyah
2. Agar dapat membedakan tasawuf bidi’yah
3. Agar mengetahui manfaat dari tasawuf bidi’yah
4. Untuk mengetahui problem pada tasawuf bidi’yah

iv
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertain tasawuf bidiyah
Tasawuf secara etimologi merupakan perkembangan lanjut dari istilah “sufi” yang
dikalangan para pengkaji terdapat banyak silang pendapat seputar maknanya. Ada yang
mengatakan bahwa istilah “sufi” tersebut berasal dari kata “shofwun” yang berarti bening,
ada pula yang menganggapnya berasal dari kata shaff yang artinya barisan, karena para sufi
berada di barisan pertama di hadapan Allah. Sementara itu ada yang berpendapat bahwa kata
tersebut di nisbatkan kepada Ahlus Shuffah yaitu sekelompok sahabat muhajirin dan anshar
yang miskin yang tinggal dalam ruangan di sisi masjid Nabi SAW, yang mana mereka dikenal
sebagai orang yang tekun beribadah. Pendapat yang lain mengatakan bahwa kata sufi berasal
dari bahasa Yunani, Shophia yang berarti bijaksana. Namun kajian yang lebih mendalam
membuktikan bahwa asal kata yang tepat ialah Shuff yang berarti wol, jenis bahan pakaian
yang terbuat dari bulu domba. Konon pada masa asketisme, pakaian yang berbahan dari bulu
domba banyak digunakan oleh orang yang tulus dan asketis1
tasawuf berasal dari kata tasawuf dan bidah, tasawuf bersala dari kata shaf
bermakan seorang yang keseharian tinggal di serambi masjid, 2 tasawuf berasal dari kata shuf
kaum yang erpakian baju bulu domba dalam kesehariannya walaupun kenyataan zaman
sekarang kurang relevan karena perbedaan era salah satu yang mendasari, kaum sufi
memaknai bulu dhoma sebgai bentuk zuhud tapi pendapat ini banyak yang kontra mereka
lebih setuju pendapat pertama sebagai tasawuf sebagai orang yang selalu terikat dengan
masjid3, terminologi tasawuf ilmu yang mempelajari usaha takziyatun nafs dan riyadoh dalam
godaan hawa nafsu dengan washilah mengapi ridho kepada Tuhan yang esa,4
tasawuf merupakan sebuah objek kajian dalam syari’at yang terdapat pada pilar islam
yakni iman, islam, dan ihsan, pada pilar ihsan kajian tasawuf muncul sebagai reprentasi dari
sifat akhlak pada sisi lian dari kandungan ihsan, ihsan bermakna beribadah seakan-akan kamu
melihat Tuhan-Mu meskipun kamu tidak bisa melihatnya, dalam pengartian ini tersisipkan
inti kita bertasawuf ialah bermakrifat kepada Tuhan.
Pengertian tasawuf adalah bagian dari syari’at Islam yang memuat suatu metode untuk
mencapai kedekatan atau penyatuan antara hamba dan tuhan dan juga untuk mencapai
kebenaran atau pengetahuan hakiki (ma’rifat). Tasawuf dikategorikan syari’at karena ia
merupakan salah satu dari tiga segi pilar syariat Islam, yakni Islam (fiqih), Iman (tauhid),
dan Ihsan (tasawuf). Dikatakan sebagai metode , karena tasawuf merupakan suatu cara, baik
dengan cara memperbaiki akhlak (lahir dan batin), mujahadah, kontemplasi, ishq dan
mahabbah, mengikuti semua yang dianjurkan oleh Nabi (sunnah-sunnah), penyucian jiwa
(riyadhoh, tirakat, jiwa), maupun dengan cara lain yang sesuai dengan kemampuan dan
kecondongan masing-masing. Dan kemudian penyertaan mencapai “kebenaran dan

1
Amir Mahmud, “Peran Dan Respon Tasawuf Terhadap Problematika Era Modern”, Jurnal Dikdas Bantara,
Vol. 1, No. 1 (Februari 2018), Hal. 54.
2
Abdul Karim Hawazin Al-Qusyairi Abdul Qasim An-Naisaburi, terjm, Faruq Umar, Ar-Risalatul
Qusyairi fi ‘ilmit Tasawuf (Jakarta, Pusataka Amani, 2013) 160
3
Anwar, Rosihon, Mukhtar, Sholihin “Ilmu Tasawuf (Bandung , Pustaka Setia, 2006) ,9-11
4
Ibid, 14

1
seterusnya” merupakan tujuan akhir tasawuf yang sesuai dengan madzhab-madzhab yang ada
di dalamnya5
bida’h bersal dari kata al-bida yang menciptakan tau menjadikan sesuatu tanpa adanya
contoh,6 seperti Allah menciptakan dalam langit dan bumi.” Maksudnya: menciptakannya
tanpa ada contoh sebelumKatakanlah: Aku bukan rosul yang pertama di antara rosul-rosul.”
Artinya aku bukalah orang yang pertama membawa risalah dari Allah Azza wa Jalla kepada
manusia, akan tetapi telah ada para rosul sebelumku yang membawa misi yang sama.
Pemahaman terkait tasawuf bidi’yah ialah tasawuf yang tidak ada kesuaian dalam
unsur agama islam yang tidak menisbahkan nabi muhammad sebagai nabi terakhir dan
menyakini adanya wali khutub lainya selain syeh abdul Qadir al jalilani RA.
Problematika tasawuf bidi’yah
Problematika dalam taasawuf merupakan berawal dari satu asas islam yang kurang di
kaji oleh tassawuf pada prespektif fuqoha, bahwa orang pada tingkatan apapun harus ada
kaitan dengan amalan fuqoha karena amalan ini merupakan suatau kewajiban yang sudah
dinas oleh Allah SWT
Latar belakang munculnya bida’h
Berkembanya islam yang berada di negara indonesia menjadikan dampak positif
daalm memasukaan ajaran islam yang sesuai dengan al-quran dan sunnah, tetapi
perkembangn itu menjadi redup karena konflik perbedaan terkait tasawuf bid’h pada topik
hangat dalam kajiannya, kemudian terjadi sebuah titik temu dalam perbedaan nya terjadi
karena kebanyakan umat yang berselih di sebabkan memahami hadis nabi sebagai berikut:

‫َﻓِﺈَّﻥ َﺧ ْﻴَﺮ ﺍَﺤْﻟِﺪ ْﻳِﺚ ِﻛَﺘﺎُﺏ ﺍﻟّﻠِﻪ َﻭَﺧ ْﻴَﺮ ﺍُﻬْﻟَﺪ ﻯ ُﻫ َﺪ ﻯ َﺤُﻣَّﻤ ٍﺪ َﻭَﺷ َّﺮ ْﺍُﻷُﻣْﻮ ِﺭ ْﺤُﻣَﺪ َﺛﺎُﺗَﻬ ﺎ َﻭُﻛ َّﻞ ِﺑْﺪ َﻋٍﺔ َﺿ َﻼَﻟٌﺔ‬
Artinya:Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah, sebaik-
baiknya petunjuk adalah petunjuk Muhammad, seburuk-buruk perkara adalah
perkara yang baru, dan ‫( ُك ُّل‬setiap/sebagian besar) bid’ah adalah sesat. (HR
Muslim dalam Ki tab Jumat).7
Hadist di atass digunakan senjata bagi kelompok salafi yang menolak mentah-mentah ajaran
islam tentang tasawuf, dengan asumsi berdasarkan dalil aqli dan sunnah nabi, pemahaman
sesat ini menjadikan kelompok ini lebih relevan wahabi
Bermula dari hadis-hadis yang menyebutkan tentang bid‟ah serta hadis-hadis yang
bertentangan tentang dengan bid'ah maka dalam masyarakat islam muncullah istilah
tentang bid'ah dan para ulama' serta golongan-golongan dalam islam menggunakannya
sebagai istilah untuk menghukumi perkara baru yang berkembang dalam umat Islam.
Masyarakat Islam pun mulai merespon keberadaan bid'ah di tengah-tengah mereka
dengan respon yang berbeda-beda. Tidak diragukan lagi bahwa berpegang teguh dengan

5
Aly Mashar, “Tasawuf ; Sejarah, Madzhab, dan Inti Ajarannya”, Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat, Vol. XII,
No. 1 (Januari -Juni 2015), Hal. 101.
6
Fauzan al-shaleh, bidah pengertain dan macam hukumnya, islamic culture center damman, 3
7
https://www.santripedia.com/makna-kullu-dalam-hadits-kullu-bidatin/Dikases pada mei 2023

2
al-Kitab dan as-Sunnah adalah kunci keselamatan dari terjerumusnya kepada perbuatan
bid‟ah yang sesat, Barang siapa yang berpaling dari al-Kitab dan as-Sunnah, maka akan
selalu terbentur oleh jalan-jalan yang sesat dan perbuatan bid‟ah. Sehingga yang melatar
belakangi penyebab munculnya perbuatan bid‟ah adalah bodoh terhadap hukum-hukum
ad-din (islam), mengikuti hawa nafsu, ashabiyah terhadap pendapat orang-orang tertentu,
menyerupai dan taqlid (Mengikuti suatu paham yang tidak tahu dasarnya) terhadap orang-
orang kafir. Maka yang melatar belakangi penyebab munculnya bid‟ah antara lain:
1. Ketidaktahuan mengenai hukum-hukum ad-din(agama)
2. Mengikuti Hawa Nafsu, Barang siapa yang berpaling dari al-Kitab dan asSunnah
pasti mengikuti hawa nafsunya.
3. Fanatisme Terhadap Pendapat Orang-orang Tertentu
4. Menyerupai orang-orang kafir. 8
Macam pengolongan bida’h
Al Ibtida’ (Penemuan) ada dua macam:
1. Penemuan di bidang adat dan kebiasaan seperti penemuan-penemuan modern, hukumnya
adalah mubah dan boleh, karena hukum asal dalam masalah-masalah kebiasaan adalah
mubah.
2. Penemuan di bidang Ibadah, hukumnya adalah haram, karena hukum asal dalam ibadah
adalah tauqifi (harus berlandaskan dalil)
Macam-macam bid’ah: Bid’ah di dalam agama terbagi menjadi dua:
1. Bid’ah qauliyyah ‘itiqadiyyah (perkataan dan keyakinan), seperti pernyataan dan
keyakinan kelompok Jahmiyyah, Mu’tazilah, Syi’ah dan kelompok-kelompok sesat lain.
2. Bid’ah di dalam Ibadah, seperti beribadah kepada Allah dengan sesuatu yang belum pernah
disyari’atkanNya. Bid’ah bentuk inipun terbagi menjadi beberapa macam:
a. Bid’ah yang terjadi pada inti ibadah, yaitu dengan mengada-adakan suatu bentuk ibadah
yang tidak memiliki tuntunan dalam Islam, seperti melaksanakan shalat, shaum atau
merayakan hari tertentu yang tidak pernah disyari’atkan, seperti bid’ah merayakan upacara
maulid nabi dll.
b. Bid’ah yang terjadi karena penambahan pada ibadah yang disyari’atkan, seperti orang yang
menambah roka’at kelima pada shalat dhuhur atau ashar.
c. Bid’ah yang terjadi pada tata cara ibadah, yaitu dengan mengerjakan satu cara tertentu
yang tidak pernah disyari’atkan dalam syari’at, seperti membaca dzikir-dzikir yang
disyari’atkan namun dibaca dengan cara berjama’ah dan diiringi dengan gendang atau

Karakteritik tasawuf bidi’yah


Orang-orang ahli Tasawuf -khususnya yang ada di zaman sekarang- mempunyai sifat dasar
dan metode khusus dalam memahami dan menjalankan agama ini, yang sangat bertentangan
dengan sifat dan metode Ahlusunnah wal Jamaah, dan menyimpang sangat

3
jauh dari Al Quran dan As Sunnah. Mereka membangun keyakinan dan tata cara
peribadatan mereka di atas simbol-simbol dan istilah-istilah yang mereka ciptakan
sendiri, yang dapat kita simpulkan sebagai berikut.
1) mereka membatasi ibadah hanya pada aspek Mahabbah (kecintaan) saja dan
mengenyampingkan aspek-aspek yang lainnya, seperti aspek Khauf (rasa
takut) dan Raja’ (harapan), sebagaimana yang terlihat dalam ucapan beberapa
orang ahli tasawuf, “Aku beribadah kepada Allah bukan karena aku
mengharapkan masuk surga dan juga bukan karena takut masuk neraka!?”.
Memang benar bahwa aspek Mahabbah adalah landasan berdirinya ibadah,
akan tetapi ibadah itu tidak hanya terbatas pada aspek Mahabbah saja -
sebagaimana yang disangka oleh orang-orang ahli tasawuf-, karena ibadah itu
memiliki banyak jenis dan aspek yang melandasinya selain aspek Mahabbah,
seperti aspek khauf, raja’, dzull (penghinaan diri), khudhu’ (ketundukkan), doa
dan aspek-aspek lain. Salah seorang ulama Salaf berkata: “Barang siapa yang
beribadah kepada Allah dengan kecintaan semata maka dia adalah seorang
zindiq, dan barang siapa yang beribadah kepada Allah dengan pengharapan
semata maka dia adalah seorang Murji’ah, dan barang siapa yang beribadah
kepada Allah dengan ketakutan semata maka dia adalah seorang Haruriyyah
(Khawarij), dan barang siapa yang beribadah kepada Allah dengan kecintaan,
ketakutan dan pengharapan maka dialah seorang mukmin sejati dan muwahhid
(orang yang bertauhid dengan benar)”.Oleh karena itu Allah memuji sifat para
Nabi dan Rasul-Nya, yang mereka senantiasa berdoa kepada-Nya dengan
perasaan takut dan berharap, dan mereka adalah orang-orang yang selalu
mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan siksaan-Nya. Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah mengatakan bahwa “Kebanyakan orang-orang yang menyimpang
(dari jalan Allah), orang-orang yang mengikuti ajaran-ajaran bid’ah berupa
sikap zuhud dan ibadah-ibadah yang tidak dilandasi ilmu dan tidak sesuai
dengan petunjuk dari Al Quran dan As Sunnah, mereka terjerumus ke dalam
kesesatan seperti yang terjadi pada orang-orang Nasrani yang mengaku-ngaku
mencintai Allah, yang bersamaan dengan itu mereka menyimpang dari syariat-
Nya dan enggan untuk bermujahadah (bersungguh-sungguh) dalam
menjalankan agama-Nya, dan penyimpangan-penyimpangan lainnya”. Dari
uraian di atas jelaslah bahwa membatasi ibadah hanya pada aspek Mahabbah
saja tidaklah disebut ibadah, bahkan ajaran ini bisa menjerumuskan
penganutnya ke jurang kesesatan bahkan menyebabkan dia keluar dari agama
islam.
2) orang-orang ahli tasawuf umumnya dalam menjalankan agama dan
melaksanakan ibadah tidak berpedoman kepada Al Quran dan As Sunnah, tapi
yang mereka jadikan pedoman adalah bisikan jiwa dan perasaan mereka dan
ajaran yang digariskan oleh pimpinan-pimpinan mereka, berupa Thariqat-
thariqat bid’ah, berbagai macam zikir dan wirid yang mereka ciptakan sendiri,
dan tidak jarang mereka mengambil pedoman dari cerita-cerita (yang tidak
jelas kebenarannya), mimpi-mimpi, bahkan hadits-hadits yang palsu untuk
membenarkan ajaran dan keyakinan mereka. Inilah landasan ibadah dan
keyakinan ajaran Tasawuf.

4
3) Ketiga, termasuk doktrin ajaran Tasawuf adalah keharusan berpegang teguh
dan menetapi zikir-zikir dan wirid-wirid yang ditentukan dan diciptakan oleh
guru-guru thariqat mereka, yang kemudian mereka menetapi dan
mencukupkan diri dengan zikir-zikir tersebut, beribadah dan mendekatkan diri
kepada Allah dengan selalu membacanya, bahkan tidak jarang mereka
mengklaim bahwa membaca zikir-zikir tersebut lebih utama daripada
membaca Al Quran, dan mereka menamakannya dengan “zikirnya orang-
orang khusus”. Adapun zikir-zikir yang tercantum dalam Al Quran dan As
Sunnah mereka namakan dengan “zikirnya orang-orang umum”, maka kalimat
(Laa Ilaha Illallah ) menurut mereka adalah “zikirnya orang-orang umum”,
adapun “zikirnya orang-orang khusus” adalah kata tunggal “Allah” dan
“zikirnya orang-orang khusus yang lebih khusus” adalah kata (Huwa/ Dia).
4) Keempat, sikap Ghuluw (berlebih-lebihan/ekstrem) orang-orang ahli Tasawuf
terhadap orang-orang yang mereka anggap wali dan guru-guru thariqat
mereka, yang bertentangan dengan aqidah Ahlusunnah wal Jamaah, karena di
antara prinsip aqidah Ahlusunnah wal Jamaah adalah berwala
(mencintai/berloyalitas) kepada orang-orang yang dicintai Allah dan
membenci musuh-musuh Allah. Wali (kekasih) Allah adalah orang-orang yang
beriman dan bertakwa, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya
mereka tunduk (kepada Allah). Dan merupakan kewajiban kita untuk
mencintai, menghormati dan meneladani mereka. Sikap mereka yang berlebih-
lebihan dan melampaui batas dalam mengagungkan orang-orang yang mereka
anggap sebagai “wali”, sampai-sampai mereka menganggap “para wali”
tersebut memiliki sifat-sifat ketuhanan, seperti menentukan kejadian-kejadian
di alam semesta ini, mengetahui hal-hal yang gaib, memenuhi kebutuhan
orang-orang yang meminta pertolongan kepada mereka dalam perkara-perkara
yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh Allah dan sifat-sifat ketuhanan
lainnya. Kemudian sikap berlebih-lebihan ini menjerumuskan mereka ke
dalam perbuatan syirik dengan menjadikan “para wali” tersebut sebagai
sesembahan selain Allah dengan membangun kuburan “para wali” tersebut,
meyakini adanya keberkahan pada tanah kuburan tersebut, melakukan
berbagai macam kegiatan ibadah padanya, seperti thawaf dengan mengelilingi
kuburan tersebut, bernazar dengan maksud mendekatkan diri kepada penghuni
kubur dan perbuatan-perbuatan syirik lainnya.
5) Kelima, termasuk doktrin ajaran Tasawuf yang sesat adalah mendekatkan diri
kepada Allah dengan nyanyian, tarian, tabuhan rebana dan bertepuk tangan,
yang semua ini mereka anggap sebagai amalan ibadah kepada Allah .
6) Keenam, juga termasuk doktrin ajaran Tasawuf yang sesat adalah apa yang
mereka namakan sebagai suatu keadaan/tingkatan yang jika seseorang telah
mencapainya maka dia akan terlepas dari kewajiban melaksanakan syariat
Islam. Keyakinan ini muncul sebagai hasil dari perkembangan ajaran Tasawuf,
karena asal mula ajaran Tasawuf -sebagaimana yang diterangkan oleh Ibnul
Jauzi- adalah melatih jiwa dan menundukkan watak dengan berupaya

5
memalingkannya dari akhlak-akhlak yang jelek dan membawanya pada
akhlak-akhlak yang baik, seperti sifat zuhud, tenang, sabar, ikhlas dan jujur.9

mereka membatasi ibadah hanya pada aspek Mahabbah (kecintaan) saja dan
mengenyampingkan aspek-aspek yang lainnya

orang-orang ahli tasawuf umumnya dalam menjalankan agama dan melaksanakan ibadah
tidak berpedoman kepada Al Quran dan As Sunnah,

ermasuk doktrin ajaran Tasawuf adalah keharusan berpegang teguh dan menetapi zikir-zikir
dan wirid-wirid yang ditentukan dan diciptakan oleh guru-guru thariqat mereka
sikap Ghuluw (berlebih-lebihan/ekstrem) orang-orang ahli Tasawuf terhadap orang-orang
yang mereka anggap wali dan guru-guru thariqat mereka,

juga termasuk doktrin ajaran Tasawuf yang sesat adalah apa yang mereka namakan sebagai
suatu keadaan/tingkatan yang jika seseorang telah mencapainya maka dia akan terlepas dari
kewajiban melaksanakan syariat Islam.

Dasar tasawuf bidiyah


Hadist
Taswuf memiliki dasar seperti dalam islam yakni tiga rukun iman, islam, dan ihsan
yang termktub dalam kitab arbain nawawi sebagai berikut

‫ َبْيَنَم ا َنْح ُن ُج ُلْو ٌس ِع ْنَد َرُسْو ِل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َذ اَت َي ْو ٍم ِإْذ َطَل َع َع َلْيَن ا َر ُج ٌل َش ِد ْيُد َبَي اِض‬: ‫َع ْن ُع َم َر َرِض َي ُهللا َع ْنُه َأْيضًا َقاَل‬
‫ َح َّتى َج َلَس ِإَلى الَّنِبِّي صلى هللا عليه وسلم َفَأْس َنَد ُر ْك َبَتْي ِه ِإَلى‬، ‫ َو َال َيْع ِرُف ُه ِم َّن ا َأَح ٌد‬،‫ َال ُيَر ى َع َلْيِه َأَثُر الَّس َفِر‬،‫الِّثَياِب َش ِد ْيُد َس َو اِد الَّش ْع ِر‬

‫ ْاِإل ِس َالُم َأْن َتْش َهَد َأْن َال ِإَل َه‬: ‫ َفَقاَل َرُسْو ُل ِهللا صلى هللا عليه وسلم‬، ‫ َيا ُمَحَّم د َأْخ ِبْر ِني َع ِن ْاِإل ْسَالِم‬: ‫ُر ْك َبَتْيِه َوَو َض َع َك َّفْيِه َع َلى َفِخ َذ ْيِه َو َقاَل‬

‫ َفَع ِج ْبَنا َل ُه‬، ‫ َصَد ْقَت‬: ‫ِإَّال ُهللا َو َأَّن ُمَحَّم ًدا َرُسْو ُل ِهللا َو ُتِقْيَم الَّصَالَة َو ُتْؤ ِتَي الَّز كَاَة َو َتُصْو َم َر َم َضاَن َو َتُحَّج اْلَبْيَت ِإِن اْسَتَطْعَت ِإَلْيِه َس ِبْيًال َقاَل‬

‫ َق اَل‬.‫ َأْن ُتْؤ ِم َن ِباِهلل َوَم َالِئَك ِتِه َو ُكُتِبِه َو ُرُس ِلِه َو اْلَي ْو ِم اآلِخ ِر َو ُت ْؤ ِم َن ِباْلَق َد ِر َخ ْي ِرِه َو َش ِّر ِه‬: ‫ َفَأْخ ِبْر ِني َع ِن ْاِإل ْيَم اِن َقاَل‬: ‫ َقاَل‬،‫َيْس َأُلُه َو ُيَص ِّد ُقُه‬

‫ َم ا‬: ‫ َق اَل‬،‫ َف َأْخ ِبْر ِني َع ِن الَّس اَع ِة‬: ‫ َق اَل‬. ‫ َأْن َتْع ُبَد َهللا َك َأَّن َك َت َر اُه َف ِإْن َلْم َتُك ْن َت َر اُه َفِإَّن ُه َي َراَك‬: ‫ َقاَل‬، ‫ َقاَل َفَأْخ ِبْر ِني َع ِن ْاِإل ْح َس اِن‬، ‫َصَد ْقَت‬

‫ َقاَل َأْن َتِلَد ْاَألَم ُة َر َّبَتَها َو َأْن َتَر ى اْلُحَفاَة اْلُع َر اَة اْلَع اَلَة ِرَعاَء الَّش اِء َيَتَط اَو ُلْو َن‬،‫ َقاَل َفَأْخ ِبْر ِني َع ْن َأَم اَر اِتَها‬. ‫اْلَم ْسُؤ ْو ُل َع ْنَها ِبَأْعَلَم ِم َن الَّساِئِل‬

. ‫ َق اَل َفِإَّن ُه ِج ْبِرْي ُل َأتَـ اُك ْم ُيَع ِّلُم ُك ْم ِد ْيَنُك ْم‬. ‫ ُهللا َو َر ُس ْو ُلُه َأْعَلَم‬: ‫ َيا ُع َم َر َأَتْد ِري َمِن الَّساِئِل ؟ ُقْلُت‬: ‫ ُثَّم َقاَل‬،‫ ُثَّم اْنَطَلَق َفَلِبْثُت َم ِلًّيا‬، ‫ِفي اْلُبْنَياِن‬
10
‫َر َو اُه ُم ْس ِلٌم‬

9
Muslim.or.id, ” Hakikat Tasawuf”, Tgl. Posting: 11 Oktober 2022 , artikel link: https://muslim.or.id/408-
hakikat-tasawuf-2.html , Tgl. Kutip: 21 Mei 2023 , Jam 07.00 WIB.
10
https://amaljariah.org/hadits-islam-iman-dan-ihsan/dikases padamei 2023

6
Artinya
Dari Umar radhiallahu’anhu juga dia berkata: “Ketika kami duduk-duduk di sisi
RasulullahShallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang
mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-
bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Hingga
kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lutut
beliau (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “Wahai Muhammad,
beritahukanlah kepadaku tentang Islam?” Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
bersabda: “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan
benar) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan
shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji ke Baitullah jika engkau mampu
menempuh jalannya.” Kemudian dia berkata: “Kamu benar“. Kami semua heran, dia yang
bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukanlah
kepadaku tentang Iman“. Beliau bersabda: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada
takdir yang baik maupun yang buruk.” Kemudian dia berkata: “Kamu benar.” Dia berkata
lagi: “Beritahukan aku tentang ihsan.” Beliau bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah
kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak mampu melihat-Nya maka
sesungguhnya Dia melihatmu.” Kemudian dia berkata: “Beritahukan aku tentang hari kiamat
(kapan kejadiannya).” Beliau bersabda: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya”
Dia berkata: “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya.” Beliau bersabda: “Jika seorang
hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada,
miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunan.”
Kemudian orang itu berlalu dan aku (Umar) berdiam diri sebentar. Selanjutnya beliau
(Rasulullah) bertanya: “Tahukah engkau siapa yang bertanya?” Aku berkata: “Allah dan
Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian
untuk mengajarkan agama kalian.” (Riwayat Muslim)
Dari hadist tadi penempatan ihsan sebagai definsi taswuf dan akhlaq , kedua istilah ini
mendekati dalam pemahamannya, penyucai diri dari sifat tercela menuju sifat teruji untuk
menggapi ridho maghfiroh dan maunnahnya
Al-Qur’an

7
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Problematika pada pemahamn tetang tasawuf bidi’yah berpusat pada perbedaan
pendapat antara satu golongan dengan golongan lainya, cara solusi atas timbulnya perbedaan
adalah lebih memahami yang
Karakteristik Tasawuf Bid’iy :
1. Mereka membatasi ibadah hanya pada aspek Mahabbah (kecintaan) saja dan
mengenyampingkan aspek-aspek yang lainnya, seperti aspek Khauf (rasa takut) dan
Raja’ (harapan).
2. Yang mereka jadikan pedoman adalah bisikan jiwa dan perasaan mereka dan
ajaran yang digariskan oleh pimpinan-pimpinan mereka, berupa Thariqat-thariqat
bid’ah, berbagai macam zikir dan wirid yang mereka ciptakan sendiri, dan tidak
jarang mereka mengambil pedoman dari cerita-cerita (yang tidak jelas
kebenarannya), mimpi-mimpi, bahkan hadits-hadits yang palsu untuk
membenarkan ajaran dan keyakinan mereka.
3. Keharusan berpegang teguh dan menetapi zikir-zikir dan wirid-wirid yang
ditentukan dan diciptakan oleh guru-guru thariqat mereka, yang kemudian mereka
menetapi dan mencukupkan diri dengan zikir-zikir tersebut, beribadah dan
mendekatkan diri kepada Allah dengan selalu membacanya, bahkan tidak jarang
mereka mengklaim bahwa membaca zikir-zikir tersebut lebih utama daripada
membaca Al Quran, dan mereka menamakannya dengan “zikirnya orang-orang
khusus”.
4. Sikap Ghuluw (berlebih-lebihan/ekstrem) orang-orang ahli Tasawuf terhadap
orang-orang yang mereka anggap wali dan guru-guru thariqat mereka, yang
bertentangan dengan aqidah Ahlusunnah wal Jamaah, karena di antara prinsip
aqidah Ahlusunnah wal Jamaah adalah berwala (mencintai/berloyalitas) kepada
orang-orang yang dicintai Allah dan membenci musuh-musuh Allah.
5. Mendekatkan diri kepada Allah dengan nyanyian, tarian, tabuhan rebana dan
bertepuk tangan, yang semua ini mereka anggap sebagai amalan ibadah kepada
Allah .
6. Apa yang mereka namakan sebagai suatu keadaan/tingkatan yang jika seseorang
telah mencapainya maka dia akan terlepas dari kewajiban melaksanakan syariat
Islam.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai