Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Macam-Macam Tasawuf Dalam Islam”


Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah
Ilmu Tasawuf

D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK VIII

NAMA : FIRSA FIRDAILA


HELMIYAH
NADILA
HAFIDAH
SEMESTER : I
PRODI : PIAUD / ESKLUSIF

DOSEN : RAHMI UTAMI, S.Pd,I, M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


SYEKH H.ABDUL HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH
BINJAI
TAHUN AKADEMIK 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih ke hadirat Allah
SWT. Karena dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun
makalah ini sehinga dapat hadir di hadapan pembaca sekalian.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhamad SAW Beserta keluarga
dan para Sahabatnya sekalian, yang dengan penuh kesetiaan dan telah mengorbankan jiwa
raga maupun hartanya demi tegaknya syiar Islam yang pengaruh dan manfaatnya masih
dapat kita rasakan pada saat sekarang ini.
Makalah yang berada di hadapan kita pembaca ini membahas tentang “Macam-
Macam Tasawuf Dalam Islam” Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah wawasan bagi kita semua.
Kepada para pembaca yang membahasa makalah ini kami sampaikan terima kasih.
Saran dan keritik dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini
dan demi bertambahnya wawasan kami sebagai Mahasiswa.
Akhinya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua . Amin ya Rabbal
aalamiin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….I
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….II

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH………………………...........………….……..1
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................1

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AKHLAK TASAWUF....................................................................2
B. MACAM-MACAM TASAWUF...............................................................................3

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN………………………………….....……………………..…...….12
B. SARAN...................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tiada yang pantas kita haturkan selain puja dan puji selain kehadirat Allah SWT,
yang memberikan kita beribu-ribu nikmat yang salah satunya nikmat Iman dan Islam, dan
semoga kita selalu mendapat limpahan nikmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam
marilah kita haturkan kepad Nabi akhir zaman, Nabi penutup para nabi, Nabi Muhammad
SAW, yang membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman yang diridhoi Allah
SWT dan kita harapkan syafa’atnya di hari kiamat nanti.
Ilmu tasawuf bisa di kelompokkan menjadi dua, yakni tasawuf ilmi atau nadhari,
yaitu tasawuf yang bersifat teoritis, yang tercakup dalam bagian ini ialah sejarah lahirnya
tasawuf dan perkembangannya sehingga menjelma manjadi ilmu yang berdiri sendiri,
termasuk di dalamnya ialah teori-teori tasawuf menurut bebagai tokoh tasawuf dan tokoh
luar tasawuf yang berwujud ungkapan sistematis dan filosofis.

B. RUMUSAN MASALAH
1.  Pengertian akhlak Tasawuf ?
2.  Macam-macam tasawuf ?

1
BAB II
PEMBAHASAN
Macam-Macam Tasawuf Dalam Islam
A. PENGERTIAN AKHLAK TASAWUF
Kata akhlak berasal dari bahasa arab khuluq yang jamaknya akhlaq. Menurut
bahasa akhlak adalah perangai,tabiat,dan agama.  Dalam kamus Besar Bahasa
Indonesia,kata akhlak diartikan sebagai budi perkerti, watak, tabiat.1 Secara sempit,
pengertian akhlak dapat di artikan dengan:
1. Kumpulan kaidah untuk menempuh jalan yang baik.
2. Jalan yang sesuai untuk menuju akhlak.
3. Pandangan akal tentang kebaikan dan keburukan.2
Dari pengertian di atas dapat member gambaran bahwa tingkah laku merupakan
bentuk kepribadian seseorang tanpa di buat-buat atau spontan. jika baik menurut
pandangan akal dan agama tindakan spontan itu di namakan akhlak yang baik (al-akhlakul
mahmudah) sebaliknya jika tindakan spontan itu buruk maka di sebut (al akhlakul
madzmumah.
Pengertian tasawuf dapat di lihat dari beberapa macam pengertian: 
Pertama,  tasawuf di konotasikan dengan ahlu suffah,yang berarti sekelompok orang pada
masa rasulullah yang hidupnya di serambi masjid dan mengabdikan hidupnya hanya untuk
allah SWT.   Kedua,  tasawuf berasal dari kata shofa yang berarti orang-orang yang
mensucikan dirinya di hadapan allah SWT. Ketiga, istilah tasawuf berasal dari kata shaf
yang di nisbatkan kepada orang-orang yang ketika sholat selalu berada di barisan
terdepan. Keempat,tasawuf berasal dari kata shuf, yang berarti bulu domba atau wol.
Secara istilah tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri dan
berjuang memerangi hawa nafsu,mencari jalan kesucian dengsn makfrifat menuju jalan
benar,saling mengingatkan antar manusia.3
Dalam ajaran tasawuf, seorang sufi tidak begitu saja dapat berada dekat dengan
Tuhan, melainkan terlebih dahulu ia harus menempuh latihan tertentu. Ia misalnya harus
menempuh beberapa maqam (stasiun), yaitu disiplin kerohanian yang ditujukan oleh

1 Rosihan Anwar, akhlak Tasawuf.CV.Pustaka Setia.2010.


2 Ibid
3 Rosihan Anwar, akhlak Tasawuf.CV.Pustaka Setia.2010.
2
seorang calon sufi dalam bentuk berbagai pengalaman yang dirasakan dan diperoleh
melalui usaha-usaha tertentu.
Dalam sejarah perkembangannya, para ahli membagi tasawuf menjadi dua arah
perkembangan. Ada tasawuf yang mengarah pada teori-teori perilaku; ada pula tasawuf
yang mengarah pada teori-teori yang begitu rumit dan memerlukan pemahaman yang lebih
mendalam. Pada perkembangannya, tasawuf yang berorientasi ke arah pertama sering di
sebut sebagai tasawuf Salafi. Tasawuf Akhlaki, tasawuf Sunni. Tasawuf jenis ini banyak
dikembangkan oleh kaum salaf. Adapun tasawuf yang berorientasikan ke arah kedua
disebut sebagai tasawuf falsafi. Tasawuf jenis kedua banyak dikembangkan para sufi yang
berlatar belakang sebagai filosof, disamping sebagai sufi. Pembagian dua jenis tasawuf di
atas didasarkan atas kecendrunganajaran yang dikembangkan, yakni kecendrungan pada
pemikiran. Dua kecendrungan ini terus berkembang hingga masing-masing mempunyai
jalan sendiri-sendiri, untuk melihat perkembangan tasawuf ke arah yang berbeda ini, perlu
dilihat lebih jauh tentang gerak sejarah perkembangannya.4

B. MACAM-MACAM TASAWUF
1. Tasawuf Akhlaki
Tasawuf akhlaki jika ditinjau dari sudut bahasa merupakan bentuk frase atau dalam
kaidah bahasa Arab dikenal dengan sebutan jumlah idhafah َ ‫ةُ ا ِإل‬55َ‫جمل‬Frase
‫افَة‬55‫ض‬ ُ atau
jumlah idhafah merupakan gabungan dari dua kata menjadi satu kesatuan makna yang
utuh dan menentukan realitas yang khusus. Dua kata itu adalah “tasawuf” dan “akhlak”.
Jika kata tasawuf dengan kata akhlak disatukan, dua kata ini akan menjadi sebuah frase,
yaitu tasawuf akhlaki. Secara etimologis, tasawuf akhlaki bermakna membersihkan tingkah
laku atau saling membersihkan yang menjadi sasarannya. Tasawuf akhlaki ini bisa
dipandang sebagai sebuah tatanan dasar untuk menjaga akhlak manusia atau dalam bahasa
sosialnya moralitas masyarakat.5
Para sufi berpendapat bahwa untuk merehabilitasi sikap mental yang tidak baik, di
perlukan terapi yang tidak hanya dari aspek lahiriah. Untuk itu dalam tasawuf
akhlaki,sistem pembinaannya di susun sebagai berikut: Takhalli : mengosongkan diri dari
perilaku buruk atau akhlak tercela. Tahalli : upaya mengisi atau menghiasi diri dengan
perilaku dan akhlak yang terpuji. Tajalli : Usaha pemantapan dan pendalaman materi yang

4 Hamka, Tasauf: Perkembangan dan Pemurniannya, Jakarta: Pustaka Panji Mas. 1986.


5 Ahmad Rofi’ ‘Utsmani, “Sufi dari Zaman ke Zaman,” Bandung: Pustaka, 1985.
3
telah di lalui pada fase sebelumnya untuk mencapai kesucian jiwa. Oleh karena itu,
tasawuf akhlaki merupakan kajian ilmu yang sangat memerlukan praktik untuk
menguasainya. Tidak hanya berupa teori sebagai sebuah pengetahuan, tetapi harus
terealisasi dalam rentang waktu kehidupan manusia. Agar mudah menempatkan posisi
tasawuf dalam kehidupan bermasyarakat atau bersosial, para pakar tasawuf membentuk
spesifikasi kajian tasawuf pada ilmu tasawuf akhlaki, yang didasarkan pada sabda Nabi
Saw.

‫ق‬ َ ‫ت ِألُتَ ِّم َم‬


ِ َ‫صالِ َح ْاألَ ْخال‬ ُ ‫إِنَّ َما ب ُِع ْث‬.
“Sesungguhnya aku telah diutus (dengan tujuan) untuk menyempurnakan
kemuliaan akhlak.”

Tasawuf akhlaki merupakan gabungan dari ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf.
Akhlak erat kaitannya denga perilaku dan kegiatan manusia dalam interaksi sosial pada
lingkungan tempat tinggalnya. Jadi, tasawuf akhlaki dapat terealisasi secara utuh, jika
pengetahuan tasawuf dan ibadah kepada Allah Swt. dibuktikan dalam kehidupan sosial.6
Tokoh-tokoh dan ajaran-ajaran tasawuf akhlaki:7
1)  Hasan Al-Bashri
Hasan Al-Bashri, memiliki nama lengkap Abu Sa’id Al-Hasan bin Yasar adalah
seorang zahid yang termasyur dikalangan tabi’in. Lahir di Madinah pada tahun 21
H (632 M) dan wafat pada tahun 10 H (728 M). Ia dikabarkan pernah bertemu
dengan 70 orag sahabat yang turut menyaksikan peperangan Badr dan 300 sahabat
lainnya.
Hasan Al-Bashri terkenal dengan keilmuannya yang sangat dalam. Tak heran
kalau ia menjadi imam di Bashrah secara khusus dan daerah-daerah lainnya secara
umum. Tidak heran kalau ceramah-ceramahnya dihadiri oleh selurh segmen
masyarakat. Disamping dikenal sebagai zahid, ia juga dikenal sebagai seorang
wara’ dan berani memperjuangakan kebenaran. Diantara karya tulisannya berisi
kecaman terhadap aliran kalam Qadariyyah dan tafsir-tafsir Al-Qur’an.Hamka
mengemukakan sebagian ajaran tasawuf Hasan Al-Bashri seperti berikut:
a) Perasaan takut yang menyebabkan hatimu tenteram lebih baik daripada rasa
tentram yang menimbulkan perasaan takut.

6 Ibid
7 Ahmad Rofi’ ‘Utsmani, “Sufi dari Zaman ke Zaman,” Bandung: Pustaka, 1985.
4
b) Dunia adalah negeri tempat beramal. Barang siapa bertemu dunia dengan
perasaan benci dan zuhud, ia akan berbahagia dan memperoleh faedah darinya.
Akan tetapi, barang siapa bertemu dunia dengan perasaan rindu dan hatinya
tertambal dengan dunia, ia akan sengsara dan akan berhadapan dengan
penderitaan yang tidak dapat ditanggungnya.
c) Tafakur membawa kita pada kebaikkan dan berusaha mengerjakannya.
Menyesal atas perbuatan jahat menyebabkan kita untuk tidak mengulanginya
lagi. Sesuatu yang fana’-betapa pun banyaknya- tidak akan menyamai sesuatu
yang baqa’-betapa pun sedikitnya. Waspadalah tehadap negeri yang cepat
datang dan pergi serta penuh tipuan.
d) Dunia ini adalah seorang janda tua yang telah bungkuk dan beberapa kali
ditinggal mati suaminya.
e) Orang yang beriman akan senantiasa berdukacita pada pagi dan sore hari
karena berada diantara dua perasaan takut, yaitu takut mengenang dosa yang
telah lampau dan takut memikirkan ajal yang masih tinggal serta bahaya yang
akan mengancam.
f) Hendaklah setiap orang sadar akan kematian yang senantiasa mengancamnya,
di hari kiamat yang akan menagih janjinya.
g) Banyak duka cita didunia memperteguh semangat amal shaleh.
Berkaitan dengan ajaran tasawuf diatas, Muhammad Mustafa menyatakan bahwa
tasawuf Hasan Al-Bashri didasari atas rasa takut siksa Tuhan didalam neraka.
Akan tetapi, setelah dikaji lebih mendalam ternyata bukan perasaan takut terhadap
siksaan yang menjadi dasar tasawufnya melainkan kebesaran jiwanya akan
kekurangan dan kelalaian dirinya yang mendasari tasawufnya. Sikap itu selalu
seirama dengan sabda Nabi Saw. “Orang beriman yang selalu mengingat dosa-
dosa yang pernah dilakukannya laksana orang yang duduk dibawah sebuah
gunung besar yang senantiasa merasa takut gunung itu akan menimpa dirinya.”

2)  Al-Muhasibi
Al-Harits bin Asad Al-Muhasibi (wafat 243 H) menempuh jalan tasawuf karena
hendak keluar dari keraguan yang dihadapinya. Al-Muhasibi memandang bahwa
jalan keselamatan hanya dapat ditempuh melalui ketakwaan kepada Allah Swt.,
melaksanakan kewajiban-kewajiban, wara’, dan meneladani Rasullullah Saw.
5
Tatkala sudah melaksanakan hal-hal diatas –menurut Al-Muhasibi- seseorang
akan diberi petunjuk oleh Allah SWT. berupa penyatuan antara fiqh dan tasawuf.
Ia akan meneladani Rasulullah Saw. dan lebih mementingkan akhirat daripada
dunia.  Al-Muhasibi berbicara tentang makrifat, bahwasanya makrifat itu harus
ditempuh melalui jalan tasawuf yang mendasarkan pada kitab dan sunnah.  Al-
Muhasibi menjelaskan sebagai berikut:
a)  Taat.
b)  Aktivitas anggota tubuh yang telah disinari oleh cahaya yang memenuhi hati
merupakan tahap makrifat selanjutnya.
c)   Pada tahap ketiga ini Allah Swt. menyingkapkan khazanah-khazanah
keilmuan dan keghaiban kepada setiap orang yang telah menempuh kedua
tahap diatas. Ia akan menyaksikan bahwa rahasia yang selama ini disimpan
Allah Swt.
d)   Tahap keempat, apa yang dikatakan oleh sementara sufi dengan fana’ yang
menyebabkan baqa’.
Dalam pandangan Al-Muhasibi, khauf (rasa takut) dan raja’ (pengharapan)
menempati posisi paling penting dalam perjalanan seseorang membersihkan jiwa.
Menurutnya, kedua hal tersebut dapat dilakukan dengan sempurna hanya
berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Al-Muhasibi mengatakan
bahwa Al-Qur’an menjelaskan tentang pembalasan (pahala) dan siksaan. Ajaran-
ajaran Al-Qur’an dibangun atas dasar targhib (sugesti) dan tarhib (ancaman). Al-
Qur’an jelas pula berbicara tentang surga dan neraka.

َ ِ‫آخ ِذينَ َما آتَاهُ ْم َربُّهُ ْم إِنَّهُ ْم َكانُوا قَ ْب َل َذل‬


{‫ك‬ ِ )15( ‫ت َو ُعيُو ٍن‬ ٍ ‫إِ َّن ْال ُمتَّقِينَ فِي َجنَّا‬
ِ ‫) َوبِاأل ْس َح‬17( َ‫) َكانُوا قَلِيال ِمنَ اللَّي ِْل َما يَه َْجعُون‬16( َ‫ُمحْ ِسنِين‬
( َ‫ار هُ ْم يَ ْستَ ْغفِرُون‬
)19( ‫ُوم‬ ِ ‫ق لِلسَّائِ ِل َو ْال َمحْ ر‬
ٌّ ‫) َوفِي أَ ْم َوالِ ِه ْم َح‬18
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam
taman-taman (syurga) dan mata air-mata air. Sambil menerima segala
pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah
orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu
malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” (Q.S.
Adz-Dzariyyat (51): 15-19).

6
3)  Al-Qusyairi
Beliau adalah seorang tokoh sufi utama dari abad kelima hijriah. Nama lengkapnya
Al-Qusyairi adalah ‘Abdul Karim bin Hawazin, lahir pada tahun 376 H di Istiwa,
kawasan Naishabur. Al-Qusyairi adalah seorang yang mampu ‘mengompromikan
syariat denga hakikat’. Beliau wafat pada tahun 465 H.
Al-Qusyairi menjelaskan bahwa pengembalian arah tasawuf menurutnya harus
dengan merujuknya pada doktrin Ahlus Sunnah wal Jamaah, yang dalam hal ini
adalah dengan mengikuti para sufi sunni pada abad ketiga dan keempat hijriah yang
sebagaimana diriwayatkannya dalam Ar-Risalah.

4)  Al-Ghazali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad
bin Ta’us Ath-Thusi Asy-Syafi’i Al-Ghazali. Lahir pada tahun 450 H/1058 M di
kota Khurasan, Iran. Dalam tasawufnya, Al-Ghazali memilih tasawuf sunni
berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah Nabi Muhammad Saw. ditambah dengan
doktrin Ahlu Sunnah Wa Al-Jamaah. Dari paham tasawufnya, ia menjauhkan
semua kecenderungan gnostis yang memengaruhi para filsuf Islam, sekte
Ismailiyah, aliran Syi’ah, Ikhwan Ah-Shafa, dan lain sebagainya. Ia menjauhkan
tasawufnya dari paham ketuhanan Aristoteles, seperti emanasi dan penyatuan
sehingga dapat dikatakan bahwa tasawuf Al-Ghazali benar-benar bercorak Islam.
Corak tasawufnya adalah psikomoral yang mengutamakan pendidikan moral. Hal
ini dapat terlihat dari karya-karyanya, seperti Ihya’ Ulum Ad-Din, Minhaj Al-
Abidin, Mizan Al-Amal, Bidayah Al-Hidayah, Mi’raj As-Salikin, Ayuhal Walad.
Menurut Al-Ghazali, jalan menuju tasawuf baru dapat dicapai dengan mematahkan
hambatan-hambatan jiwa, serta membersihkan diri dari moral yang tercela,
sehingga kalbu dapat terlepas dari sesuatu selain dari Allah Swt.
Makrifat menurut Al-Ghazali adalah mengetahui rahasia Allah Swt. dan
mengetahui peraturan-peraturan Tuhan tentang segala yang ada.[10] Alat
memperoleh makrifat bersandar pada sir, qalb, dan roh. Dijelaskan
bahwa qalb dapat mengetahui hakikat segala yang ada. Ringkasnya, makrifat
menurutnya tidak seperti makrifat menurut orang awan ataupun menurut ulama atau
mutakallim, tetapi makrifat suci yang dibangun atas dasar dzauq rohani  dan kasyf
Ilahi. Yaitu tanpa melalui perantara langsung dari Allah Swt.
7
As-Sa’adah (kebahagiaan) menurut Al-Ghazali sesuai dengan tabiat (watak),
sedangkan tabiat sesuatu itu sesuai dengan ciptaannya, nikmatnya mata terletak saat
kita melihat gambar yang bagus dan indah, nikmatnya telinga terletak saat
mendengar suara yang merdu. Demikian seluruh tubuh, masing-masing memiliki
kenikmatan tersendiri. Kenikmatan qalbsebagai alat memperoleh makrifat, terletak
saat kita melihat Allah Swt. hal inilah merupakan kenikmatan paling agung yang
tiada taranya karena makrifat agung dan mulia.
Kenikmatan dan kebahagiaan dunia akan hilang setelah manusia mati, sedangkan
kenikmatan dan kelezatan melihat Tuhan bergantung pada qalb dan tidak akan hilang
walaupun manusia sudah mati. Sebab, qalb tidak ikut mati, bahkan kenikmatannya
bertambah karena dapat keluar dari kegelapan menuju cahaya terang.

2.  Tasawuf Irfani
Untuk menemukan pengenalan (ma’rifat) seorang sufi harus melalui beberapa fase
yang dikenal dengan maqom (tingkatan) dan hal (keadaan). Lingkup perjalanan menuju
Allah ini dalam kalangan sufi sering disebut sebagai karangan irfani. Ciri-ciri tasawuf
sunni antara lain :8
1. Melandaskan diri pada Al-quran dan As-Sunnah.
2. Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat sebagaimana terdapat pada
ungkapan-ungkapan Syahahat.
3. Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antara Tuhan dan manusia.
4. Kesinambungan antara hakikat dengan syari‟at.
5. Lebih terkonsentrasi pada pembinaan, pendidikan akhlak, dan pengobatan jiwa
dengan cara riyadhah (latihan-latihan) dan langkah takhalli, tahalli, dan tajalli.
Berikut tokoh-tokoh beserta ajaran dari tasawuf irfani.9
a). Robi’ah Al-Adawiyah
Nama lengkap dari Robi’ah adalah  Robi’ah Al-adawiyah bin Ismail Al-Adawiyah
Al-Bashariyah Al-Qarisyah. Ia lahir pada tahun 95H/713 M disuatu perkampungan
dekat kota Basrah  dan wafat dikota itu juga pada tahun 185H. Ia dilahirkan sebagai
putri keempat dari keluarga yang sangat miskin. Ia putri keempat, orangtuanya
menamakannya rabi’ah. Kedua orangtuanya meninggal ketika ia masih kecil.

8 Harun Nasution, Filsafat dan Mistisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1978.
9 Ibid
8
Konon pada saat terjadinya bencana perang di Basrah, ia dilarikan penjahat dan
dijual kepada keluarga atik dari suku quraisyah dan al adawiyah , ia bekerja keras,
tetapi akhirnya dibebaskan lantaran tuannya melihat cahaya yang memancar diatas
kepala rabi’ah dan menerangi seluruh ruangan rumah pada saat ia sedang
beribadah.
b). Ajaran Tasawuf Rabi’ah Al adawiyah
Rabi’ah Al adawiyah tercatat dalam perkembangan mistisme dalam islam sebagai
peletak dasar tasawuf berdasarkan cinta kepada Allah SWT. Rabi’ah pula yang
pertama-tama mengajukan pengertian rasa tulus ikhlas dengan cinta yang
berdasarkan permintaan ganti dari Allah SWT. Sikap dan pandangan Rabi’ah Al –
adawiyah tentang cinta dipahami dari kata-katanya, baik yang langsung maupun
yang disandarkan kepadanya. Al-Qusyairi meriwayatkan bahwa ketika bermunajat
Rabi’ah menyatakan do’anya , “tuhanku, akankah Kau bakar kalbu yang
mencintaimu oleh api neraka?” tiba- tiba terdengar suara, “kami tidak akan
melakukan itu. Janganlah engkau berburuk sangka kepda kami.
Hasan al-Basri: “Keprihatinannya melihat gaya hidup dan kehidupan masyarakat
yang telah terpengaruh oleh duniawi .Dasar pendiriannya yang paling utama adalah
zuhud terhadap kehidupan duniawi sehingga ia menolak segala kesenangan dan
kenikmatan duniawi.  Prinsip kedua Hasan al-Bashri adalah al-khouf dan raja‟.
Dengan pengertian merasa takut kepada siksa Allah karena berbuat dosa dan sering
melalakukan perintahNya.

3.  Tasawuf Falsafi
Yaitu tasawuf yang ajaran-ajaranya memadukan antara visi intuitif dan visi
resional. Terminology filosofis yang digunakan berasal dari bermacam-macam ajaran
filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya, namun orisinalitasnya sebagai tasawuf
tetap tidak hilang. Walaupun demikian tasawuf filosofis tidak bisa di pandang sebagai
filsafat, karena ajaran daan metodenya di dasarkan pada dasar dzauq, dan tidak pula bisa di
kategorikan pada tasawuf (yang murni) karena sering di ungkapkan dengan bahasa filsafat.
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan
visi rasional.Tasawuf ini menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya,yang
berasal dari berbagai macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya.10

10 Rosihan Anwar, akhlak Tasawuf.CV.Pustaka Setia.2010.


9
Konsep-konsep mereka yang disebut dengan tasawuf falsafi yakni tasawuf yang
kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat.  ajaran filsafat yang paling banyak
dipergunakan dalam analisis tasawuf adalah Paham emanasi neo-Plotinus. Dalam upaya
mengungkapkan pengalaman rohaninya, para shufi falsafi sering menggunakan ungkapan-
ungkapan yang samar, yang sering di kenal dengan syathahiyyat, yaitu suatu ungkapan
yang sulit difahami, yang seringkali mengakibatkan kesalahpahaman pihak luar, dan
menimbulkan tragedy. Tokoh-tokohnya ialah Abu Yazid al-busthami, al-Hallaj, Ibn Arabi,
dan sebagainya.
Abu Yazid al-Busthami mempunyai teori al-Ittihad, yaitu suatu tingkatan dalam
tasawuf di mana seorang shufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan, suatu tingkatan
dimana yang mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu, sehingga salah satu dari
mereka dapat memanggil yang satu lagi deengan kata-kata : “hai aku”. Dalam al-Ittihad
identitas telah menjadi satu. Salah satu Syathiyat yang di ungkapan al-Busthami ialah :
1.   “tiada tuhan selain aku, maka sembahlah aku”.
2.   “maha suci aku, maha suci aku, alangkah agungnya keadaan-ku”.
3.    “tidak ada sesuatu dalam bajuku ini kecuali Allah”.
Tokoh lainnya ialah al-Hallaj dengan ajaran al-Hululnya, yaitu suatu faham yang
mengatakan bahwa tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu mengambil tempat (hulul)
di dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dilenyapkan.
Menurut al-Hallaj dalam diri manusia terdapat dua unsur, yakni unsur Nasut
(kemanusiaan), dan unsure Lahut (ketuhanan), karena itu persatuan antara tuhan dan
manusia bisa terjadi dan dengan persatuan itu mengambil bentuk hulul.11
Al-Hallaj juga mengungkapkan syathahiyat sebagaimana di ungkapkan al-
Busthami, seperti : “aku adalah yang haq”. Karena ungkapannya yang di anggap
menyimpang dari tauhid inilah, dan tuduhan bekomplot dengan syi’ah Qaramithah, maka
dia di jebloskan ke dalam keputusan pengadilan fuqaha’ yang sepihak dan berkolusi
dengan pemerintahan al-Muqtadir Billah. Dia di jatuhi hukuman mati.
Teori Hulul ini di kembangkan labih jauh oleh Ibn Arabi dengan teori Wahdatul
Wujud. Dalam teori ini, Ibn Arabi merubah Nasut dalam hulul menjadi al-Khaliq dan
Lahut menjadi al-Haq. Kedua unsure tersebut pasti ada pada setiap makhluk yang ada ini ,
sebagai aspek batin, Ibn Arabi mengungkapkan : “ maha suci dzat yang menciptakan
segala sesuatu, dan dia adalah essensinya sendiri”.

11 Ibid
10
Paham yang di bawa oleh para shufi falsafi membawa pro dan kontra, karena
perbedaan latar belakang sudut tinjauan dan pisau analisianya. Dalam dunia tasawuf di
kenal istilah fana’ dan baqa’ sebagaimana telah di uraikan di depan. Ketika seseorang telah
mencapai keadaan demikian, seorang shufi telah mencapai puncak tujuan yang di
inginkannya, yakni ma’rifat dan hakikat, sehingga muncul kesadaran bahwa al-ma’rifah
(pengetahuan), al-Arif (orang yang mengetahui), dan al-Ma’ruf (yang di ketahui/tuhan)
adalah satu. Orang yang telah mencapai ma’rifat, hatinya bersih, dia akan merenungi sifat-
sifat tuhan, bukan pada essensi-Nya, karena dalam ma’rifat masih ada sia-sia kegandaan
yang masih tertinggal. Sifat utama Tuhan adalah ketuhanan dan kesatuan ilahi merupakan
prinsip ma’rifat yang pertama dan yang terakhir. Tuhan bagi shufi difahami sebagai Dzat
yang esa yang mendasari seluruh peristiwa. Prinsip ini membawa konsekuensi yang
ekstrim. Apabila tiada sesuatu yang mewujudkan selain Tuhan, maka seluruh alam pada
dasarnya adalah satu dengan-Nya, apakah ia di pandang emanasi yang berkembang dari
pada-Nya, tanpa mengganggu ke esaan-Nya, sebagaimana halnya bekas sinar matahari atau
apakah ia berlaku seperti cermin dengan mana sifat-sifat Allah dipancarkan. Konsep inilah
yang mendasari para shufi falsafi mempunyai pandangan tersebut di atas. Dengan analisis
seperti ini, maka hasil yang diperoleh oleh para shufi falsafi sebagaimana telah di
ungkapkan adalah sesuatu yang wajar saja, dan suatu konsekuensi logis. Namun apabila
didekati dengan fiqih dan ilmu kalam, adalah jenis hal tersebut di anggap suatu yang
menyimpang, karena antara khalik dan makhluk, antara ‘abid dan ma’bud tidak bisa di
satukan.12

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara istilah tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri dan
berjuang memerangi hawa nafsu,mencari jalan kesucian dengsn makfrifat menuju jalan
benar,saling mengingatkan antar manusia. Dan macam-macam tasawuf  yaitu  tasawuf
akhlaki. Secara etimologis, tasawuf akhlaki bermakna membersihkan tingkah laku atau
saling membersihkan yang menjadi sasarannya. Tasawuf irfani : menghiasi diri dengan

12 Rosihan Anwar, akhlak Tasawuf.CV.Pustaka Setia.2010.


11
akhlak yang baik. Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan
antara visi mistis dan visi rasional.Tasawuf ini menggunakan terminologi filosofis dalam
pengungkapannya,yang berasal dari berbagai macam ajaran filsafat yang telah
mempengaruhi para tokohnya.

B. SARAN
           Dengan kita mengetahi pengertian dan macam-macam tasawuf kita sebaiknya kita
lebih mendekatkan diri kepada allah dan menjauhi segala sesuatu yang bersifat duniawi
dan lebih mengutamakan akhirat agar kita selamat dari siksa neraka.

DAFTAR PUSTAKA

Rosihan Anwar, akhlak Tasawuf.CV.Pustaka Setia.2010.


Hamka, Tasauf: Perkembangan dan Pemurniannya, Jakarta: Pustaka Panji Mas. 1986.
Ahmad Rofi’ ‘Utsmani, “Sufi dari Zaman ke Zaman,” Bandung: Pustaka, 1985.
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1978.

12

Anda mungkin juga menyukai