Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN BACAAN

PENGANTAR TASAWUF

“PENGERTIAN TASAWUF”

Disusun Oleh :

Dea Dwiana (2215040131)


Putri Aisyah M.L.P (2215040148)
Rabiah Al Adawyah (2215040154)

Milni Saputri (2215040211)

DOSEN PENGAMPU:
Syukri Al Fauzi Harlis Yurnalis, M. P. I

PRODI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA


UNIVERSITAS ISLAM UIN IMAM BONJOL PADANG

1444 H / 2023 M
A. Diskursus Tasawuf

Membuat suatu rumusan tentang definisi dan batasan tegas yang berkaitan dengan pengertian
tasawuf adalah hal yang tidak mudah. Hal ini dikarena kecenderungan spiritual terdapat pada
setiap agama, aliran filsafat, dan peradaban dalam berbagai kurun waktu. Tasawuf adalah aspek
esoteris yang menekankan unsur batin yang sangat tergantung pada pengalaman spiritual (band)
masing-masing pelaku individu, sehingga wajar bila persepsi tentang tasawuf yang muncul di
kalangan para sufi sering kali ditemukan adanya perbedaan-perbedaan.

Karena konsepsi inilah, kemudian ada yang membedakan antara tasawuf dengan filsafat;
dimana sufisme tidak berupaya memberikan definisi formal terhadap hakikat pengetahuan,
sufisme tidak menggunakan logika analisis.

Pendekatan sufisme adalah bersifat intuitif, berbeda dengan pendekatan filsafat yang bersifat
analisis menyusul perbedaan persepsi tentang objek-objek pengetahuan." Karena tasawuf adalah
pengalaman spiritual yang tidak mampu dipahami hanya dengan menggunakan analisis logika
formal, diperlukan danya pendekatan fenomenologi yang ingin memahami perilaku manusia dari
kerangka berpik pelaku itu sendiri. Karena tasawuf adalah pengalaman spiritual yang tidak mampu
dipahami hanya dengan menggunakan analisis logika formal, diperlukan adanya pendekatan
fenomenologi yang ingin memahami perilaku manusia dari kerangka berpikir pelaku itu sendiri.
Bagaimana dunia ini dialami oleh sufi. Realitas yang penting adalah bagaimana imajinasi sufi
terhadap dunianya itu. Hal ini diakui oleh At-Taftazani, yang mengatakan bahwa untuk
memberikan pengertian tentang apa sebenarnya tasawuf itu, mestilah orang harus mengaitkannya
dengan fase fase yang dilewati tasawuf itu sendiri.

Annemarie Schimmel mengatakan bahwa gejala yang disebut tasawuf, itu sangat luas dan
wujudnya pun sangat beda, yang karena itu dia berani memastikan bahwa tidak ada seorang pun
yang berani mencoba menggambarkannya secara utuh. Dengan pernyataan agak berbeda, W.T.
Stace menyatakan: "Pada taraf substansi pengalaman spiritual tampaknya sama. Perbedaan yang
ada, pada dasarnya terletak pada taraf interpretasi pengalaman itu sendiri, yang diuraikan
berdasarkan kebudayaan tempat yang bersangkutan hidup.

Pada hakikatnya tasawuf adalah pengalaman individual, dan hal ini juga disebabkan karena
adanya persinggungan sosio-kultur di mana individu itu hidup dan tinggal. sehingga memunculkan

1
istilah-istilah, yang di kemudian membawa konsekuensi yang bermacam-macam. Keadaan
demikian yang selanjutnya membawa pada munculnya pengertian tasawuf yang berbeda-beda di
kalangan para sufi.

B. Pengertian Tasawuf\

Tasawuf secara etimologis berasal dari kata bahasa arab, yaitu tashawwafa, Yatashawwafu,
selain dari kata tersebut ada yang menjelaskan bahwa tasawuf berasal dari kata Shuf yang artinya
bulu domba, maksudnya adalah bahwa penganut tasawuf ini hidupnya sederhana, tetapi berhati
mulia serta menjauhi pakaian sutra dan memaki kain dari buku domba yang berbulu kasar atau
yang disebut dengan kain wol kasar. Yang mana pada waktu itu memaki kain wol kasar adalah
symbol kesederhanaan.Kata shuf tesebut tersebut juga diartikan dengan selembar bulu yang
maksudnya para Sufi dihadapan Allah merasa dirinya hanya bagaikan selembar bulu yang terpisah
dari kesatuannya yang tidak memiliki arti apa-apa. (Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, 2012, hal.
4).

Kata tasauwf juga berasal dari kata Shaff yang berarti barisan, makna kata shaff ini diartikan
kepada para jamaah yang selalu berada pada barisan terdepan ketika shalat, sebagaimana shalat
yang berada pada barisan terdepan maka akan mendapa kemuliaan dan pahala. Maka dari itu, orang
yang ketika shalat berada di barisan terdepan akan mendapatkan kemuliaan serta pahala dari Allah
SWT. (Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, Dimensi Esoteris Ajaran Islam, 2012, hal. 9)

Tasawuf juga berasal dari kata shafa yangberarti jernih, bersih, atau suci, makna tersebut
sebagai nama dari mereka yang memiliki hati yang bersih atau suci, maksudnya adalah bahwa
mereka menyucikan dirinya dihadapan Allah SWT melalui latihan kerohanian yang amat dalam
yaitu dengan melatih dirinya untuk menjauhi segala sifat yang kotor sehingga mencapai kebersihan
dan kesucian pada hatinya. (Nasution, 1973, hal. 57).

Sedangkan pengertian tasawuf secara terminologi terdapat banyak beberapa pendapat berbeda
yang telah dinyatakan oleh beberapa ahli, namun penulis akan mengambil beberapa pendapat dari
pendapat pendapat para ahli tasawuf yang ada, yaitu sebagai berikut:

1) Syekh Abdul Qadir al-Jailani berpendapat tasawuf adalah mensucikan hati dan melepaskan
nafsu dari pangkalnya denngan khalawt, riya-dloh, taubah dan ikhlas.

2
2) Al-Junaidi berpendapat bahwa tasawuf adalah kegiatan membersihkan hati dari yang
mengganggu perasaan manusia , memadamkan kelemahan, menjauhi keinginan hawa nafsu,
mendekati hal hal yang di ridhai Allah,bergantung pada ilmu-ilmu hakikat, memberikan nasihat
kepada semua orang, memegang dengan erat janji dengan Allah dalam hal hakikat serta mengikuti
contoh Rasulullah dalam hal syari'at.

3) Syaikh Ibnu Ajibah menjelaskan tasawuf sebagai ilmu yang membawa seseorang agar bisa
dekat bersama dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui penyucian rohani dan mempermanisnya
dengan amal-amal shaleh dan jalan tasawuf yang pertama dengan ilmu, yang kedua amal dan yang
terakhirnya adalah karunia Ilahi.

4) H. M. Amin Syukur berpendapat bahwa tasawuf adalah latihan dengan kesungguhan (riya-
dloh, mujahadah) untuk membersihkan hati , mempertinggi iman dan memeperdalam aspek
kerohanian dalam rangka mendekatkan diri manusia kepada Allah sehingga segala perhatiannya
hanya tertuju kepada Allah. (Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, Dimensi Esoteris Ajaran
Islam, 2012, hal. 11)

Banyaknya pendapat tentang definisi tasawuf yang telah dirumuskan oleh para ahli
menyebabkan sulitnya mendefinisikan tasawuf secara lengkap. Maka untuk mengetahui apakah
seseorang tersebut sufi atau sedang bertasawuf dapat di lihat dari beberapa ciri-ciri umum yang
dikatakan oleh salah seorang peneliti tasawuf yaitu Abu Al-Wafa' Alganimi At-Taftazani dalam
bukunya yang berjudul Madkhal Ila atTasawwuf al-Islam yang menyebutkan lima ciri-ciri umum
tasawuf, yaitu sebagaimana yang dikutip oleh Permadi dalam buku pengantar ilmu tasawuf:

a. Memiliki nilai-nilai moral.

b. Pemenuhan fana (sirna) dalam realisasi mutlak.

c. Pengetahuan intuitif langsung.

d. Timbulnya rasa bahagia sebagai karunia Allah SWT dalam diri sufi karena sudah
tercapainya maqamat atau yang biasa disebut maqam-aqam atau tingkatan, dan

e. Penggunaan simbolpengungkapan yang biasanya mengandung pengertian harfiah dan


tersirat.

3
Secara eksplisit definisi di atas menggambarkan bahwa tasawuf sebagai gerakan batin yang
harus dilalui oleh manusia dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Gerakan tersebut
mengharuskan seorang meninggalkan dunia dengan cara mengurangi makan, tidak berkumpul
dengan manusia dan menerima kefakiran dalam menjaga kesucian hati. Ritual tersebut sebagai
upaya memenuhi kebutuhan manusia dari aspek batiniyah, karena secara rohaniyah jiwa manusia
terbuat dari roh yang suci (Rusli, 2013, hal. 1). Meskipun demikian, bukan berarti definis tasawuf
berhenti pada tataran spiritual individual yang telah dikemukakan di atas. Definisi ini menekankan
pada aspek moralitas. Dengan bahasa sederhana, bahwa tasawuf adalah media untuk mencapai
kesatuan dengan Tuhan. Oleh sebab itu, tasawuf tidak hanya mengedepankan aspek rohaniyah
tetapi juga harus memperhatikan aspek lahiriyah.

Dengan demikian, bila dikaji lebih mendalam, pada hakikatnya tasawuf itu mengandung dua
prinsip. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh 'Abd ar-Rahman Badawi dalam kitabnya, Tarikh at-
Tashawwuf al-IslamiDua hal tersebut adalah Pertama, pengalaman batin dalam hubungan
langsung antara seorang hamba dengan Tuhan, dengan cara tertentu di luar logika akal, yaitu
dengan bersatunya subjek dengan objek yang menyebabkan yang bersangkutan "dikuasai"
gelombang kesadaran seakan dilimpahi cahaya yang menghanyutkan perasaan, sehingga tampak
baginya suatu kekuatan gaib menguasai diri clan menjalar di segenap jiwa raganya. Oleh karena
itu, dia menamakan cahaya itu sebagai "tiupan-tiupan". transendental yang menyegarkan jiwa.
Pengalaman seperti ini sering diiringi dengan gejala-gejala psikologis, seperti merasa adanya
peristiwa atau suara-suara terdengar atau seakan terlihat olehnya sesuatu yang bersifat paranormal.
Kedua, dalam tasawuf, "kesatuan" Tuhan dengan hamba adalah sesuatu yang memungkinkan,
sebab jika tidak, tasawuf akan berwujud sekadar moralitas keagamaan. Pandangan ini didasarkan
kepada keyakinan terhadap wujud absolut yang merupakan satu-satunya wujud yang nyata.
Komunikasi dan hubungan langsung dengan Tuhan berlaku dalam taraf-taraf yang berbeda hingga
mencapai "kesatuan paripurna'', yaitu tidak ada yang "terasa'' kecuali Yang Esa.

Dari beberapa definisi tasawuf di atas, dapat diketahui bahwa tasawuf merupakan suatu upaya
pendekatan diri pada Allah Swt. melalui kesadaran murni dengan memengaruhi jiwa secara benar
untuk melakukan berbagai latihanlatihan (riyadlah), baik secara fisik maupun mental, dan dengan
melakukan berbagai ibadah sehingga aspek uluhiyah dan ruhaniyah dapat mengungguli aspek
duniawiyah danjasadiyah. Jadi di sini, tasawuf bukanlah perpindahan dari alam fisik (kebendaan)

4
ke alam ruhani, yang mempunyai implikasi bahwa sufi akan meninggalkan materi. Tasawuf itu
merupakan suatu ijtihad dan jihad'(Upaya sungguh) untuk mengeliminasi dominasi materi dalam
kehidupan. Artinya, materi masih tetap dibutuhkan sebagai sarana mencapai tujuan hidup,
mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Di samping itu, dapat dipahami juga, bahwa pada hakikatnya tasawuf tidak bisa dilepaskan
dari dua prinsip di atas. Dengan banyak dimunculkannya definisi tasawuf tersebut, akan dapat
ditemukan pengertian:pengertian yang saling melengkapi. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa ajaran inti dari tasawuf adalah mengajarkan dan mengajak semua umat tentang bagaimana
seharusnya merientukan sikap mental (ruhaniah) manusia dan mengangkatnya dari derajat yang
paling rendah (asfala safilin), yang condong diperbudak oleh kehendak hawa nafsu (biologis)-nya,
menuju ke arah yang lebih tinggi, yaitu ke arah kesucian ruhani untuk mendapatkan ridha Allah
Swt. sehingga mendapatkan derajat tertinggi di hadapan Allah, yaitu ahsan taqwim.

5
DAFTAR PUSTAKA

Alba, Cecep, 2012. Tasawuf dan Tarekat, Dimensi Esoteris Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Dr. H. Syamsun Ni’am, M. Ag. (2014). Tasawuf Studies. Yogyakarta; perpustakaan nasional.

Drs. Samsul Munir Amin, M.A (2012). Ilmu Tasawuf. Jakarta; perpustakaan nasional.

Rusli, Ris’an. (2013). Tasawuf dan Tarekat: Studi Pemikiran dan Pengalaman Sufi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/esoterik/article/download/3877/2623

Anda mungkin juga menyukai