APAKAH Berdasarkan analisis atas kesadaran kesatuan mistik yang baru saja
ARTI FANA? kita suguhkan, kita berhak mengajukan pertanyaan ini: Jika benar
diri, dengan realitas ontologisnya sendiri, selalu hadir di dalam Tuhan
dan Tuhan selalu hadir di dalam diri, maka apakah arti proses
“peniadaan” mistik, atau dalam bahasa sufinya fana’? Sebagaimana
yang diyakini oleh kaum mistikus melalui jenis pengalaman inilah
mereka bisa mencapai tahap kesadaran kesatuan. Seandainya
kesafaran kesatuan adalah realitas itu sendiri, niscaya akan benarlah
jika dikatakan bahwa bagi setiap manusia “ada” berarti “menjadi
seorang mistikus”. Seandainya Tuhan selalu hadir di dalam diri
manusia dan manusia selalu hadir di dalam Tuhan, maka
pengalaman mistik akan menjadi kemubaziran.
Dipandang sebagai berada di luar jangkauan semua bahasa konvensional,
pengalaman mistik masuk dalam kategori ilmu hudhuri, dan dengan
demikian identik dengan jenis kehadiran yang bersifat preposisional dan
terserap. Karena mereka terletak di jajaran pengetahuan dengan kehadiran
yang identik dengan realitas eksistensial diri, maka pengalaman mistik
menjadi landasan bagi kausasi efisien pengetahuan representasional
introspektif pengalaman ini ketika sang mistikus telah “kembali”. Dengan
hubungan pencerahan ini, pengetahuan dengan kehadiran mistik yang
mendasari ini menerangi tindak pengetahuan imanennya dengan
representasu secara introvertif. Ini berarti ketika sang mistikus kembali dari
realisasi dirinya ke dunia obyek-obyek fenomenal, kemajemukan yang
tampak di tatanan horisontal emanasi, pengalaman kesadaran uniter ini
menjadi aktif secara efisien dalam menyediakan tindak-tindak representasi.
Kesimpulan yang bisa diambil dari semua ini adalah bahwa penyelidikan
metamistik adalah komtemplasi dengan merenungi bahasa obyek
pemgalaman mistik itu sendiri tetap berada dalam lingkup ilmu hudhuri.
Irfan dan metamistisisme termasuk tatanan pengetahuan dengan
representasi, dan karena itu keduanya termasuk bentuk pengetahuan
dengan korespondensi.
KAJIAN PUSTAKA:
https://teosophy.wordpress.com/2011/05/21/bahasa-mistisisme-dan-metamistisime-
terakhir/#more-947
1Sayyed Hossein Nasr, Traditional Islam in the Modern World (London: Worts-Power Associates,
1987),Ibid., h. 10