Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TOKOH TOKOH MUFASSIR DAN KITAB KITABNYA


(KITAB TAFSIR BIL MA’SUR DAN KITAB TAFSIR BIRRA’YI)
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al-Quran dan Hadits oleh dosen
pengampu Bapak H. Mochammad Imamudin, Lc., MA.

Disusun oleh :
1. Mohammad Ahsanul Mu’adib (17660017)
2. Prasetyo Aji (17660078)

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................2
A. Para Mufassir Dan Kitab Tafsir Bil Ma’sur.............................................2

B. Kitab Kitab Tafsir Bir Ra’yi...................................................................12


BAB III PENUTUP..........................................................................................18
Kesimpulan................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

Banyaknya mufasir pada masa sohabat yang mampu menciptakan kitab – kitab tafsir
yang hingga masa kini masih dijadikan sebagai rujukan. Hal itu membuktikan keistimewaan dari
para mufasir, yang memiliki kecerdasan yang tidak dimiliki oleh orang lain.

Dari sekian banyak kitab tafsir yang ditafsirkan oleh para mufassir, sangat banyak pula
pemahaman dan penafsiran yang berbeda-beda. Ini dikarenakan banyak para ulama yang
menafsirkan kitab dari golongan-golongan yang berbeda seperti dari golongan Mu’tazilah,
Syi’ah dan lain sebagainya.

Meskipun demikian, kitab-kitab tafsir yang ditafsirkan telah cukup memberikan manfaat
bagi sekian banyak umat saat ini sesuai dengan keyakinan atau kepercayaan mereka.

1|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. PARA MUFASSIR DAN KITAB TAFSIR BIL MA’SUR

Menurut buku Studi Ilmu Qur’an karya Manna’ Khalil al Qattan di sebutkan
setidaknya ada 3 kitab tafsir yang terkenal. Di sini, kami akan menguraikan tentang
salah satu kitab tersebut, yaitu kitab Tafsir bil Ma’sur. Adapun macam-macam kitab
Tafsir bil Ma’sur yang terkenal:

1) Tafsir yang dinisbahkan kepada Ibn Abbas.

2) Tafsir Mujahid bin Jabr

3) Tafsir At Tabari.

4) Tafsir Asy-Syaukani

5) Tafsir Ibn Kasir

6) Tafsir Fakhruddin ar-Razi

7) Tafsir Az-Zamakhsyari

2|Page
1. Ibn Abbas

a. Riwayat Hidup Ibn Abbas

Ibn Abbas adalah putera dari paman Rasulullah yang bernama Abdul Muttalib,
dan ibunya bernama Ummul Fadl Lubanah binti al Haris al Hillaliyah.

Ibn Abbas dikenal dengan julukan Turjumanul Qur’an (juru tafsir Qur’an), Habrul

Ummah (tokoh ulama umat) dan Ra’isul Mufassirin (pemimpin para mufassir)1.

Menurut pendapat para Jumhur Ulama, Ibn Abbas wafat pada tahun 68 H.

b. Kedudukan dan Keilmuannya

Baihaqi dalam ad Dala’il meriwayatkan dari Ibn Mas’ud yang mengatakan: “Juru

tafsir Qur’an paling baik adalah Ibn Abbas.2”

Ibn Abbas adalah orang yang dipercaya sebagai pengganti Zaid bin Sabit wafat
sebagai orang yang paling pandai. Ibn Abbas menjadi pemuda terkemuka di kalangan
para sahabat karena ilmu dan pemahamannya. Hal ini merupakan bentuk realisasi dari
do’a Rasulullah SAW.

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah pernah merangkul Ibn Abbas dan

mendo’akannya: “Ya Allah, ajarkanlah kepadanya hikmah.”3

1 Manna’ Khalil al Qattan, “Studi Ilmu-ilmu Qur’an”. Hal: 522


2
Manna’ Khalil al Qattan, “Studi Ilmu-ilmu Qur’an”. Hal: 523
3
Manna’ Khalil al Qattan, “Studi Ilmu-ilmu Qur’an”. Hal: 523
3|Page
c. Tafsirnya

Tafsir-tafsir yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas telah dikumpulkan menjadi satu
buku yang diberi nama Tafsir Ibn Abbas, yang dicetak di Mesir dengan nama
Tanwirul Miqbas min Tafsiri Ibn Abbas dan dihimpun oleh Abu Tahir Muhammad bin

Ya’qub al Fairuzabadi asy Syafi’i, pengarang kamus al Muhit4.

Dalam kitab ini terdapat beberapa riwayat dan sanad. Riwayat yang paling baik yaitu
riwayat yang melalui Ali bin Abi Talhah al Hasyimi, dari Ibn Abbas, karena sanad ini
dipedomani oleh bukhari dengan sahih nya. Sedangkan riwayat yang berkategori

jayyid ialah riwayat yang melalui Qais bin Muslim al Kufi, dari ‘Ata’ bin as Sa’ib.5

Ibn Abbas pernah dituduh dengan tuduhan bahwasanya Ibn Abbas telah mengutip
secara bebas dari para Ahli Kitab, lalu hal itu dibantah oleh Prof. Muhammad Husain
az Zahabi dalam bukunya at Tafsir wal Mufassirun.

Ibn Abbas dalam memahami Al Qur’an lebih merujuk pada syair-syair Arab, karena
memang pemahamannya tentang syair Arab kuno sangat tinggi.

Para ulama telah menelusuri riwayat-riwayat dari Ibn Abbas, dari yang sohih, hingga

yang dha’if. Diantaranya6:

1. Melalui Mu’awiyah bin Salih, dari ‘Ali bin Abi Talhah, dari Ibn Abbas. Inilah yang
paling baik dari sekian banyak jalan penerimaan Tafsir Ibn Abbas (Manna’ Khalil al
Qattan: 500).

2. Melalui Qais bin Muslim al Kufi, dari ‘Ata’ bin as Sa’ib dari Sa’id bin Jubair,dari Ibn
Abbas. Jalan ini sahih menurut Bukhari dan Muslim.

3. Melalui Ibn Ishaq pengarang as Siyar, dari Muhammad bin Muhammad maula,
keluarga Zaid bin Sabit, dari ‘Ikrimah atau Sa’id bin Jubair, dari Ibn Abbas. Jalan
periwayatannya jayyid dan isnadnya hasan.

Sanad riwayatt ini jayyid.

4 Manna’ Khalil al Qattan, “Studi Ilmu-ilmu Qur’an”. Hal: 499


5
Manna’ Khalil al Qattan, “Studi Ilmu-ilmu Qur’an”. Hal: 524
6
Manna’ Khalil al Qattan, “Studi Ilmu-ilmu Qur’an”. Hal: 500
4|Page
4. Melalui Ismail bin Abdurrahman as Sadi al Kabir, dari Abu Malik dan dari Abu Salih
pada lain waktu, dari Ibn Abbas.

Para ulama memperselisihkan tentang kepercayaannya terhadap as Sadi, karena


banyak tafsinya yang diiwayatkan oleh Asbat bin Nasr, sedangkan Asbat tidak
disepakati kepercayaannya, akan tetapi tafsir yang paling baik adalah Tafsi as Sadi.

5. Melalui Abdul Malik bin Juraij, dari Ibn Abbas.

Jalan ini masih perlu diteliti lagi, dikarenakan Juraij meriwayatkan sahih ataupun
yang tidak sahih dari setiap tafsir ayat.

6. Melalui Dahhak bin Muzahim al Hilali dari Ibn Abbas.

Sanad ini tidak dapat diterima, karena masih ada yang mempermasalahkan tentang
kebenaran Dahhak, sedangkan ia tidak pernah bertemu dengan Ibn Abbas.

7. Melalui ‘Atiyah al ‘Aufi dari Ibn Abbas.

Dalam hal ini pun ‘Atiyah belum dapat diterima, meskipun terkadang dianggap hasan
oleh Tirmidzi.

8. Melalui Muqatil bin Sulaiman al Azadi al Khurrasani.

Disebutkan bahwa Muqatil bin Sulaiman adalah orang yang berdusta. Ia


meriwayatkan dari Mujahid dan Dahhak, padahal ia tidak pernah mendengar
langsung dari Mujahid ataupun Dahhak.

9. Melalui Muhammad bin as Sa’ib al Kalbi, dari Abu Salih dari Ibn Abbas.

Dalam hal ini, ini adalah sanadnya yang paling lemah. Karena disepakati bahwa al
Kalbi bukanlah orang yang terpercaya, bahkan ada yang menyebutnya pernah
melakukan pemalsuan hadist.

5 |Pag
2. Mujahid bin Jabr

a. Riwayat Hidupnya

Mujahid dengan nama lengkap Mujahid bin Jabr al Makki Abul Hajjaj al Makhzumi
al Muqri’, maula as Sa’ib bin Abus Sa’ib.

Ia dilahirkan pada tahun 21 H, dan wafat pada 102 H atau 103 H, atau 104 H menurut
Yahya al Qattan.

b. Kedudukannya

Mujahid bin Jabr adalah mufasir di kalangan para tabi’in. mujahid mengambil tafsir
dari riwayat Ibn Abbas sebanyak tiga puluh kali.

As Sauri pernah berkata:”Jika datang kepadamu tafsir dari Mujahid, maka cukuplah
itu bagimu.” “Oleh karena itu”, kata Ibn Taimiyah Syafi’i, Bukhari dan ahli ilmmu
lainnya banyak yang berpegang pada tafsirnya.7 Namun hal ini tidak berarti harus
mengambil semua yang dinisbahkan pada Mujahid, karena sebagaimana seorang
perawi, para penukilnya ada juga yang tidak dapat dipercaya.

3. At Tabari

a. Riwayat Hidupnya

At Tabari atau dengan nama lengkap Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid
bin Kasir Abu Ja’far at Tabariat-Tabari. At Tabai lahir pada tahun 224 H, dan wafat
pada tahun 310 H di Bagdad.

b. Karya at Tabari

At Tabari memiliki dua karya besar, yaitu Tarikhul Umam wal Muluk tentang
sejarah dan Jami’ul Bayan fi Tafsiril Qur’an tentang tafsir.

7 Ibid: 525
6|Page
Kitab Jami’ul Bayan fi Tafsiril Qur’an ini yang menjadi rujukan pertama para mufasir
bil ma’sir. Para ulama sependapat, bahwasanya belum pernah ada kitab tafsir yang
lebih baik dari karya at Tabari ini. Bahkan Ibn Kasir pun banyak menukil darinya,
karena memang keutamaan dari at Tabari ini ialah pandai dalam istinbat, juga
i’rabnya, sehingga karya at Tabari inilah yang masih bertahan sampai pada umat
sekarang.

4. Asy-Syaukani

a. Riwayat Hidup

Nama lengkapnya adalah Qadi Muhammad bin Ali bin Abdullah asy-Syaukani as-
San’ani, seorang imam mujtahid, pembela sunnah dan pembasmi bid’ah. Dilahirkan
pada 1173 H di kampung Syaukan dan dibesarkan di San’a. Ia belajar Qur’an dengan
sungguh-sungguh, menuntut ilmu dan mendengarkan pelajaran dengan tekun dari
ulama-ulama besar serta menghafal tidak sedikit kitab matan tentang nahwu, saraf
dan balaghah, juga menguasai ilmu usul dan tatacara meneliti dan berdebat, sehingga
ia menjadi seorang imam yang layak mendapat acungan jempol. Sepanjang hayat ia
senantiasa bergelut dengan ilmu baik dengan membaca maupun dengan mengajar
sampai menemui ajalnya pada 1250 H.

b. Mahzab dan Akidahnya

Syaukani mempelajari fiqh mahzab Imam Zaid sampai ia menjadi tokoh


kenamaannya, mengarang, berfatwa dan kemudian belajar hadits hingga mencapai
tingkat lebih unggul dari orang sezamannya. Dan akhirnya ia pun melepaskan
belenggu taqlid, menjadi pembela sunnah dan mengalahkan musuh-musuhnya. Dalam
pandangannya, taqlid8 adalah haram dan, dan untuk ini ia menulis sebuah risalah yang
diberi nama al-Qaulul Mufid fi Adillatil wat Taqlidl.

8keyakinan atau kepercayaan kpd suatu paham (pendapat) ahli hukum yg sudah-sudah tanpa mengetahui dasar atau
alasannya; peniruan;

7|Page
c. Karangannya

Ia mempunyai sejumalah karangan bermutu dalam berbagai cabang ilmu. Di


antaranya ialah:

- Fathul Qadir tentang tafsir.

- Nailul Autar sebuah syarah atas kitab Muntaqal Akhbar karya al-Majd ibn Taimiyah,
kakek Syaikhul Islam Ibn Taimiyah, sebuh kitab hadis terbaik yang disusun menurut
sistematika fiqh, dan

- Al-Fathur Rabbani, kumpulan fatwanya.

d. Tafsirnya

Fathul Qadir karya asy-Syaukani adalah sebuah tafsir yang menggabungkan


antara riwayat dengan istinbat dan penalaran atas nas-nas ayat. Dalam tafsir ini asy-
Syaukani banyak bersandar pada tokoh-tokoh mufasir seperti an-Nahhas, Ibn ‘Atiyah
dan al-Qurtubi. Dan tafsir tersebut kini beredar luas di berbagai penjuru dunia Islam.

Semoga Allah senantiasa melimpahkan selawat dan salam kepada Rasul


Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

5. Ibn Kasir

a. Riwayat Hidupnya

Ia adalah Isma’il bin ‘Amr al-Qurasyi bin Kasir al-Basri ad-Dimasyqi ‘Imaduddin
Abul Fida’ al-Hafiz al-Muhaddis asy-Syafi’i. Lahir pada 705 H dan wafat pada 774
H. Ia adalah seorang ahli fiqh yang sangat ahli, ahli hadits yang cerdas, sejarawan
ulung dan mufasir paripurna. Di antara karya tulisnya ialah :

- Al-Bidayah wan Nihayah dalam bidang sejarah, merupakan rujukan terpenting bagi
para sejarawan.

- Al-Kawakibud Darari dalam bidang sejarah.


8|Page
- Tafsirul Qur’an, al-Ijtihad fi Talabil Jihad.

- Jami’ul Masanid, as-Sunanul Hadi li Aqwami Sunan

- Al-Wadihun Nafis fi Manaqibil Imam Muhammad ibn Idris.

b. Tafsirnya

Tafsirul Quran, al-Ijtihad fi Talabil Jihad merupakan tafsir paling masyhur yang
memberikan perhatian besar pada yang diriwayatkan dari para mufasir salaf dan
menjelaskan makna-makna ayat dan hukum-hukumnya serta menjauhi pembahasan
i’rab dan cabang-cabang balagah yang umumnya dibicarakan secara panjang lebar
oleh kebanyakan mufasir, juga menjauhi pembicaraan yang melebar pada ilmu-ilmu
lain yang tidak diperlukan dalam memahami Qur’an secara umum atau memahami
hukum dan nasihat-nasihatnya secara khusus.

6. Fakhruddin ar-Razi

a. Riwayat Hidupnya

Ia adalah Muhammad bin Umar bin al-Hasan at-Tamimi al-Bakri at-Tabaristani


ar-Razi Fakhruddin, terkenal dengan Ibnul Khatib asy-Syafi’i al-Faqih. Lahir di Ray
pada 543 H dan wafat di Harah 606 H. Ia mempelajari ilmu-ilmu diniah dan aqliah
sehingga sangat menguasai ilmu logika dan filsafat serta menonjol dalam bidang ilmu

kalam.9

b. Karya Tulisnya

Fakhruddin ar-Razi mempunyai banyak karangan, yaitu :


9
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Bogor : 2013. cet 16, hlm 529
9|Page
- Mafatihul Gaib (tafsir Qur’an)

- Asrarut Tanzil wa Anwarut Ta’wil (tafsir)

- Ihkamul Ahkam

- Al-Muhassal fi Usulil Fiqh

- Al-Burhan fi Qira’atil Qur’an

- Durratut Tanzil wa Gurratut Ta’wil fil Ayatil Mutasyabihat

- Syarhul Isyarat wat Tanbihat li Ibn Sina

- Ibtatul Qiyas

- Syarhul Qanun li Ibn Sina

- Al-Bayan wal Burhan fir-Raddi ala Ahliz Zaigi wat Tugyan

- Ta’jizul Falasifah

- Risalatul Jauhar

- Risalatul Hudus

- Kitab al-Milal wan Nihal

- Muhassalu Afkaril Mutaqaddimin wal Muta’akhirrin minal Hukama’ wal


Mutakallimin fi Ilmil Kalam

- Syahrul Mufassal liz Zamakhsyari

c. Tafsirnya

Ilmu-ilmu aqliah sangat mendominasi pemikiran ar-Razi di dalam tafsirnya,


sehingga ia mencampuradukkan ke dalamnya berbagai kajian mengenai kedokteran,
logika, filsafat dan hikmah. Ini semua mengakibatkan kitabnya serta membawa nas-

10 | P a g e
nas Kitab pada persoalan-persoalan ilmu aqliah dan peristilahan ilmiahnya, yang
bukan untuk itu nas-nas tersebut diturunkan.

7. Az-Zamakhsyari

a. Riwayat Hidupnya

Ia adalah Abul Qasim Mahmud bin Umar al-Khawarizmi az-Zamakhsyari. Lahir


27 Rajab 467 H Zamakhsyar. Ia mulai belajar di negeri sendiri, kemudian
melanjutkan ke Bukhara dan belajar sastra pada syaikh Mansur Abi Mudar. Kemudian
pergfi ke Mekkah dan menetap disana cukup lama, disana pula ia menulis tafsirnya,
al-Kasysyaf an Haqa’iqi Gawamidit Tanzil wa Uyunil Aqawil fi Wujuhit Ta’wil. Ia
meninggal dunia pada 538 H di Jurjaniah Khawarizm setelah kembali dari Mekah.

b. Keilmuan dan Karyanya

Zamakhsyari adalah seorang imam dalam bidang ilmu bahasa, ma’ani dan bayan.
Ia adalah orang yang mempunyai pendapat dan hujjah sendiri dalam banyak masalah
bahasa Arab, bukan tipe orang yang suka mengikuti langkah orang lain yang hanya
menghimpun dan mengutip saja, tetapi ia mempunyai pendapat orisinil yang jejaknya
ditiru dan diikuti orang lain. Di antara karangannya ialah :

- Al-Kasysyaf tentang tafsir Qur’an

- Al-Fa’iq tentang tafsir hadits

- Al-Minhaj tentang usul

- Al-Muffasal tentang nahwu

- Asasul Balagah tentang bahasa


11 | P a g e
- Ru’usul Masa’ilil Fiqhiyah tentang fiqh

c. Tafsirnya

Kitab al-Kasysyaf karya Zamakhsyari adalh sebuah kitab tafsir paling masyhur di
antara sekian banyak tafsir yang disusun oleh mufasir bir-ra’yi yang mahir dalam
bidang bahasa. Al-Maktabah at-Tijariyah Mesir telah menerbitkan al-Kasysyaf
cetakan terakhir yang diterbitkan oleh Mustafa Husain Ahmad dan diberi lampiran
empat buah kitab : 1) al-Intisaf oleh an-Nayyir, 2) asy-Syafi fi Takhriji Ahadisil
Kasyyaf oleh al-Hafiz Ibn Hajar al Asqalani, 3) Hasyiyah Tafsir al-Kasysyaf oleh
Syaikh Muhammad Ulyan al-Marzuqi, 4) Masyahidul Insaf ala Syawahidil Kasysyaf
juga oleh al-Marzuqi. Kitab terakhir ini menunjukkan bahwa tafsir Zamakhsyari

mengandung banyak akidah Mu’tazilah yang diungkapkan.10

B. KITAB-KITAB TAFSIR BIR RA’YI YANG TERKENAL

1) Tafsir Abdurrahman bin Kaisan al-Asam.

2) Tafsir Abu ‘Ali al-Juba’i.

3) Tafsir ‘Abdul Jabbar.

4) Tafsir az-Zamakhsyari, al-Kasysyaaf ‘an Haqa’iqi Gawaamidit Tanzil wa ‘Uyaanil


Aqaawil fi Wujuhit Ta’wil.

5) Tafsir Fakhrudin ar-Razi, Mafaatihul Gaib.

6) Tafsir Ibn Furak.

7) Tafsir an-Nasafi, Mudaarikut Tanzil wa Haqaaiqat Ta’wil.

8) Tafsir al-Khazin, Lubaabur Ta’wil fi Ma’aanit Tanzil.

10
Ibid, hlm 531
12 | P a g e
9) Tafsir Abu Hayyan, al-Bahrul Muhiit.

10) Tafsir al-Baidawi, Anwaarut Tanzil wa Asraarut Ta’wil.

11) Tafsir al-Jalalain; Jalaludin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuti.

Jalaluddin al-Mahalli memulai menulis tafsirnya dari awal surah al-Kahfi sampai
dengan akhir surah an-Naas. Setelah itu barulah ia menafsirkn surah al-Fatihah sampai
selesai dan kemudian maut menjemputnya sehingga ia tidak sempat menafsirkan surah-
surah sesudahnya. Sedangkan Jalaluddin as-Suyuti datang setelah al-Mahalli untuk
menyelesaikan penulisan tafsirnya. Ia memulai tafsirnya dari surah al-Baqarah sampai
dengan akhir surah al-Isra’. Dan tafsir surah al-Fatihah ia letakkan pada akhir tafsir
Jalaluddin al-Mahalli agar terletak berurutan dengannya. Namun seringkali orang berbuat
salah dalam menentukan kadar kerja mereka masing-masing.

12) Tafsir al-Qurtubi, al-Jaami’ li Ahkamil Qur’an.

13) Tafsir Abus-Su’ud, Irsyaadul ‘Aqlis Salim ilaa Mazaayal Kuaabil Kariim.

14) Tafsir al-Alusi, Ruuhul Ma’aani fi Tafsiiril Qur’anil ‘Azim was Sab’ii Masaani.

Berikut ini penjelasan beberapa tafsir diatas:

1) Mafaatihul Gaib, oleh ar-Razi.

Fakhrudin ar-Razi adalah seorang ulama yang menguasai banyak displin


ilmu dan sangat menonjol dalam ilmu-ilmu naqli dan ‘aqli. Ia memperoleh
popularitas besar di segala penjuru dunia dan mempunyai cukup banyak karya. Di
antaranya yang paling penting adalah tafsir besarnya bernama Mafaathul Gaib.

Tafsir ini terdiri atas delapan jilid besar. Namun berbagai pendapat yang
ada menunjukkan bahwa ar-Razi tidak sempat menyelesaikannya. Pendapat-
pendapat itu tidak sepakat mengenai sampai sejauh mana ia menyelesaikan
tafsirnya dan siapa pula yang menyelesaikannya. Mengenai hal ini Syakh
Muhammad az-Zahabi memberikan catatan sebagai berikut:

13 | P a g e
“Yang dapat saya katakan sebagai pemecahan terhadap silang pendapat ini
ialah, bahwa Imam Fakhrudin telah menyelesaikan tafsirnya sampai dengan
surah al-Anbiya’. Selanjutnya Syaihibudin al-Khaubi menyempurnakan
kekurangan tersebut namun ia juga tidak dapat menyelesaikan sisanya. Tetapi
dapat juga dikatakan bahwa al-Khaubi telah menyempurnakannya hingga
selesai, sedang al-Qamuli menulis penyempurnaan lain, bukan yang telah ditulis
al-Khaubi. Inilah pendapat yang jelas dari ungkapan penulis Kasyfuz Zunun.

Sekalipun demikian, pembaca tafsir ini tidak akan mendapatkan perbedaan


metoda dan alur pembahasan dalam penulisannya sehingga ia tidak dapat
membedakan antara yang asli dengan yang penyempurnaan.

Ar-Razi telah mencurahkan perhatian untuk menerangkan korelasi (munasabah)


antar ayat dan surah Qur’an satu dengan yang lainnya, serta banyak
menguraikan ilmu eksakta, fisika, falak, filsafat dan kajian-kajian masalah
ketuhanan menurut metoda dan argumentasi para filsuf yang rasional; di
samping juga mengemukakan mahzab-mahzab fiqh. Namun sebenarnya sebagian
besar uraian tersebut tidak diperlukan dalam ilmu tafsir. Dengan demikian kitab
tafsir ini menjadi ensiklopedia ilmiah tentang ilmu Kalam, kosmologi dan fisika
sehingga ia kehilangan relevansinya sebagai tafsir Qur’an.”11

2) Al-Bahrul Muhiit, oleh Ibn Hayyan

Abu Hayyan al-Garnati mempunyai pengetahuan luas tentang bahasa,


tafsir, hadits, riwayat tokoh-tokoh hadits dan tingkatan-tingkatannya, terutama
tokoh-tokoh yang hidup di barat. Ia mempunyai banyak karangan dan yang
terpenting adalah kitab tafsirnya, al-Bahrul Muhiit.

Tafsir terdiri atas delapan jilid besar ini telah diterbitkan dan beredar luas.
Di dalamnya Abu Hayyan banyak mencurahkan perhatian untuk menerangkan
i’rab dan masalah-masalah Nahwu, bahkan cenderug memperluasnya karena ia

11 Ibid: 508
14 | P a g e
mengemukakan, mendiskusikan dan memperdebatkan perbedaan pendapat di
kalangan Ahli Nahwu sehingga kitab ini lebih dekat ke kitab-kitab Nahwu
daripada ke kitab-kitab tafsir.

Dalam tafsir ini Abu Bayyan banyak mengutip dari tafsir Zamakhsyari dan
tafsir Ibn ‘Atiyah terutama yang berhubungan dengan masalah nahwu dan i’rab.
Dan seringkali ia mengakhiri kutipannya dengan sanggahan, bahkan terkadang
pula ia menyerang Zamakhsyari dengan gencar meskipun di lain ia memujinya
karena ketrempilannya yang menonjol dalam menyingkapkan retorika (balaghah)
Qur’an dan bayaan-nya.

Abu Hayyan tidak menyukai paham ke-mu’tazilah-an Zamakhsyari.


Karena itu ia mengkritik dan menyanggahnya dengan gaya bahasa yang sinis.
Dalam banyak hal ia berpedoman pada kitab at-Tahrir wat Tahbiir li Aqwaali
A’immatit Tafsir, karya gurunya Jamaluddin dan Abu Abdillah Muhammad bin
Sulaiman al-Miqdasi yang terkenal dengan “Ibnun Naqib”. Tentang kitab karya
gurunya itu Abu Hayyan melukiskannya sebagai kitab paling besar yang disusun
mengenai ilmu tafsir yang jumlahnya mencapai atau hampir seratus buah.

3) Al-Kasysyaaf ‘an Haqaa’iqit Tanzil wa ‘Uyuunil Aqaawil fii Wujuuhit Ta’wil,


oleh az-Zamakhsyari.

Zamakhsyari adalah seorang ulama genius yang sangat ahli dalam bidang
Nahwu, bahasa, sastra dan tafsir. Pendapat-pendapatnya tentang ilmu bahasa Arab
diakui dan dipedomani oleh para ahli bahasa karena keorisinilan dan
kecermatannya.

Zamakhsyari adalah seorang penganut paham Mu’tazilah dan bermahzab


Hanafi. Ia menyusun kitab al-Kasysyaaf untuk mendukung akidah dan
mahzabnya.

Paham kemu’tazilannya, Zamakhsyari dalam tafsirnya menjadi bukti


kecerdasan, kecermelangan dan kemahirannya. Ia mampu mengungkapkan
15 | P a g e
isyarat-isyarat yang jauh agar terkandung di dalam makna ayat guna membela
kaum Mu’tazilah dan menyanggah lawan-lawannya. Tetapi dari aspek kebahasaan
ia berjasa telah menyingkap keindahan Qur’an dan daya tarik retorikanya. Hal ini
karena ia mempunyai pengetahuan luas tentang ilmu retorika, Bayan, Sastra,
nahwu dan saraf. Karenanya ia menjadi rujukan kebahasaan yang kaya. Di dalam
pendahuluan tafsirnya ia mengindikasikan akan hal tersebut. Ia menyatakan
bahwa orang yang menaruh perhatian kepada tafsir tidak akan dapat menyelami
hakikatnya sedikitpun juga kecuali jika ia telah menguasai dan ilmu khusus bagi
Qur’an , ilmu Ma’ani12 dan ilmu Bayan13 telah cukup lama mengetahui keduanya,
bersusah payah dalam menggalinya, menderita karenanya serta didorong oleh
cita-cita luhur untuk memahami kelembutan-kelembutan hujjah14 Allah dan oleh
hasrat ingin mengetahui mukjizat Rasulullah. Di samping itu semua, ia sudah
mempunyai bekal cukup ilmu-ilmu yang lain dan mampu melakukan dua hal;
penelitian dan pemeliharaan, serta banyak menelaah, sering berlatih, lama
merujuk dan akhirnya menjadi rujukan, juga ahli dalam ilmu i’rab dan menjadi
perangai sederhana dan kreativitas mandiri.

Ibn Khaldun memberikan analisa dan penilaian terhadap kitab al-Kasysaaf


karya Zamakhsyari tersebut ketika membicarakan tentang rujukan tafsir berupa
bahasa, i’rab dan retorika, sebagai berikut:

Di antara kitab tafsir paling baik yang mencakup bidang tersebut ialah
kitab al-Kasysaaf karya Zamakhsyari, seorang penduduk Khawarizm di Irak.
Hanya saja pengarangnya termsuk pengikut fanatik aliran Mu’tazilah. Karena itu
ia senantiasa mendatangkan argumentasi-argumentasi untuk membela mahzabnya
yang rusak setiap ia menerangkan ayat Qur’an dari segi retorika/ balaghah. Cara
demikian bagi para penyelidik dari kalangan Ahli Sunnah dipandang sebagai
penyimpangan dan bagi jumhur merupakan manipulasi terhadap rahasia dan
kedudukan Qur’an. Namun demikian mereka tetap mengakui kekokohan

12 Ilmu Ma’ani adalah ilmu untuk menjaga dari kesalahan berbicar.


13 Ilmu Bayan adalah ilmu untuk menjaga dari pembicaraan yang tidak mengarah kepada tujuannya.
14 Hujjah adalah istilah yang banyak digunakan dalam Al-Qur’an dan literatur Islam yang bermakna
tanda, bukti, dalil, alasan atau argumentasi.
16 | P a g e
langkahnya dalam hal yang berkaitan dengan bahasa dan balaghah. Tetapi jika
orang yang membacanya tetap berpijak pada mahzab Sunni dan menguasai
hujjah-hujjahnya, tentu ia akan selamat dari perangkap-perangkapnya. Oleh
karena itu kitab tersebut perlu dibaca mengingat keindahan dan keunikan seni
bahasanya.

Dewasa ini telah sampai kepada kita sebuah karya salah seorang bangsa
Irak, Syarafuddin at-Tayyibi, penduduk Tauriz Irak ‘ajam. Di dalam karya
tersebut ia mensyarahkan kitab Zamakhsyari, meneliti lafaz-lafaznya,
membeberkan mahzab Mu’tazilahnya dengan mengemukakan dalil-dalil yang
membuktikan kepalsuannya dan menjelaskan bahwa aspek balagah itu hanya
terletak pada ayat menurut pandangan Ahli Sunnah bukan menurut pandangan
kaum Mu’tazilah. Sungguh ia telah berbuat baik dalam hal tersebut sesuai dengan
kemauannya serta mencukupi pula seni-seni balagahnya.

17 | P a g e
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Banyak para mufassir yang telah menafsirkan kitab-kitab tafsir yang terkenal. Dalam
buku Studi Ilmu Qur’an karya Manna’ Khalil al Qattan disebutkan banyak para mufassir yang
telah berjasa menafsirkan kitab-kitab tafsir yang sangat bermanfaat bagi umat saat ini.

Adapun mufassirun diantaranya seperti Ibn Abbas, Mujahid bin Jabr, At-Tabari, Ibn
Kasir, Fakhruddin Ar-Razi, az-Zamakhsyari, dan Asy-Syaukani.

Menurut buku Studi Ilmu Qur’an karya Manna’ Khalil al Qattan juga di sebutkan banyak
kitab tafsir yang yang terkenal. Beberapa yang terkenal diantaranya Kitab Tafsir bil-Ma’sur,
Kitab Tafsir bil-Ra’yi dan juga beberapa kitab tafsir terkenal di abad modern ini serta kitab tafsir
fuqaha.

Dalam isi kitab tafsir modern banyak membahas berbagai macam bahasan seperti
membahas tentang ilmu-ilmu kealaman, pemahaman ajaran sosiologis dan kesusteraan Arab.

18 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Manna’ Khalil al Qattan. Studi Ilmu – ilmu Qur’an.
https://www.slideshare.net/ratihnaini7/para-mufassirun-dan-kitab-tafsir-terkenal?
from_action=save
http://ibnuustmanalie.blogspot.com/2013/01/para-ahli-tafsir-terkenal-dari-
kalangan.html

Anda mungkin juga menyukai