Makalah ini diajukan sebagai tugas dalam mata kuliah Bahasa arab II
• M. Rezky pratama
• Rezky Mulyandari
• Silvia safitri
2023/1445 H
i
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah Swt. shalawat serta salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah Saw. berkat limpahan dan rahmatnya penyusun mampu
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah. Bahasa arab 2
Penulisan ini berjudul “MUBTADA KHOBAR, KHOBAR MUQODDAM, DAN MUBTADA
MUAKKHOR”
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan penyusun dan semaksimal
mungkin dan disusun berdasarkan apa yang diperoleh dari berbagai sumber. Penulis
menyadari sepenuhnya dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang
kita harapkan. Untuk itu diharapkan adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan
di masa yang akan datang.
Penulis hanya bisa berharap, semoga apa-apa yang tertulis dalam makalah ini
bermanfaat dalam menambah wawasan bagi orang-orang yang membutuhkannya dan
bagi penulis sendiri khususnya.
Kelompok 02
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian mubtada khobar, khobar muqoddam, dan mubtada muakkhor ?
2. Apa itu mubtada khobar, khobar muqoddam, dan mubtada muakkhor ?
3. Bagaimana mubtada khobar, khobar muqoddam, dan mubtada muakkhor ?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mubtada khobar, khobar muqoddam, dan
mubtada muakkhor
2. Untuk mengetahui apa itu mubtada khobar, khobar muqoddam, dan mubtada
muakkhor
3. Untuk mengetahui bagaimana mubtada khobar, khobar muqoddam, dan
mubtada muakkhor
2
BAB ll
PEMBAHASAN
Mubtada ialah isim marfu' yang bebas dari amil lafazh, sedangkan khabar
ialah isim marfu' yang di-musnad-kan kepada mubtada.
Berkata Syaikh Muhyiddin ‘Abdul Hamid tentang penjelasan Mubtada dan
Khabar, bahwa : “Mubtada adalah ‘ibarah yang didalamnya terkandung tiga
syarat, yaitu
1) Berupa isim,
2) Berada dalam keadaaan Rafa’,
3) Tidak terdapat di dalamnya amil-amil lafdhiyyah (Inna dan macam-macamnya,
Kaāna dan macam-macamnya, dan Dhanna dan macam-macamnya).
Sedangkan Khabar adalah isim marfu’ yang disandarkan pada Mubtada dan
bersama-sama dengan Mubtada melengkapi makna kalimat.
Contohnya seperti perkataan: (Zaid berdiri); (dua Zaid itu berdiri); dan
(Zaid-Zaid itu berdiri). Maksudnya: Mubtada itu isim marfu' yang kosong
atau bebas dari amil lafazh, yakni: yang me-rafa'-kan mubtada itu bukan amil
lafazh, seperti fa'il atau naibul fa'il, melainkan oleh amil maknawi, yaitu oleh
ibtida atau permulaan kalimat saja. Sedangkan khabar adalah isim marfu'
yang di-musnad-kan atau disandarkan kepada mubtada, yakni tidak akan ada
khabar kalau tidak ada mubtada dan mubtada itulah yang me-rafa'kan
khabar,seperti lafazh: (Zaid berdiri). Lafazh menjadi mubtada yang di-rafa'-
kan oleh ibtida, tanda rafa'-nya dengan dhammah karena isim mufrad.
Sedangkan lafazh menjadi khabar-nya yang di-rafa'kan oleh mubtada, tanda
rafa'nya dengan dhammah karena isim mufrad.
(Dua Zaid itu berdiri). Lafazh menjadi mubtada yang di-rafa'-kan, tanda
rafa'-nya dengan alif karena isim tatsniyah. Sedangkan lafazh menjadi khabar
yang di-rafa'-kan oleh mubtada, tanda rafa'-nya dengan alif karena isim
tatsniyah.
(Zaid-Zaid itu berdiri). Lafazh mubtada dan menjadi khabar-nya, di-rafa'-
kan dengan memakai wawu karena jamak mudzakkar salim.
3
( ْال َولَد نَ ِشيْطAnak itu rajin)
( أَب ْوكَ َماهِرBapakmu adalah orang yang pandai)
عادِل
َ اضى ِ َ( ْالقHakim itu adil)
1. Macam-macam Mubtada
Mubtada itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu mubtada yang zhahir dan
mubtada yang mudhmar (dhamir). Mubtada zhahir penjelasannya telah
dikemukakan.
Contoh Mubtada zhahir
( )أنا قائمSaya itu berdiri
( )نحن قائمونKami itu berdiri
Sedangkan mubtada yang mudhmar (isim dhamir) ada dua belas, yaitu:
(saya), (kami atau kita), (kamu -laki-laki), (kamu -perempuan), (kamu
berdua -laki-laki/perempuan), (kalian -laki-laki), (kalian -perempuan), (dia -
laki-laki), (ia -perempuan), (mereka berdua -laki-laki/perempuan), (mereka
semua -laki-laki, (mereka semua -perempuan), seperti perkataan (saya
berdiri).
Adapun meng-i'rab-nya adalah sebagai berikut: (saya) berkedudukan
menjadi mubtada yang di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya mabni sukun. Sedangkan
lafazh menjadi khabar-nya, di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya dengan dhammah.
Dan (kami berdiri). Lafazh berkedudukan menjadi mubtada, di-rafa'-kan,
tanda rafa'-nya dengan mabni dhammah, sedangkan menjadi khabar-nya, juga
di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya dengan wawu karena jamak mudzakkar salim.
4
Dan lafazh yang menyerupainya, seperti:
Selain pembagian diatas jika dilihat dari Khabarnya maka Mubtada terbagi
menjadi dua, yaitu Mubtada yang mempunyai khabar,
contohnya
( )محمد مبتسمdan Mubtada yang tidak memiliki Khabar, akan tetapi
mempunyai isim marfu’yang menempati posisi dari pada khabar,
contohnya (( = أنائم الطفلapakah bayi telah tidur) Naim adalah mubtada
sedangkan Thifl adalah Fa’il yang menempati posisi khabar,
Mubtada yang memiliki khabar haruslah terdiri dari isim sharih atau dhahir
ataupun yang telah dita’wilkan menjadi mashdar yang sharih, sedangkan
mubtada yang tidak memiliki khabar tidak boleh menta’wilkannya dan
penggunaanya haruslah selalu disertai dengan Nafyu atau istifham.
Adapun Isim marfu’yang terletak setelah mubtada yang tidak memiliki khabar
yang dibarengi oleh Nafyu atau istifham maka kedudukannya dalam I’rab
kalimat adalah sebagai berikut:
a. Apabila menunjukkan kepada sifat yang tunggal dan setelahnya adalah isim
yang tunggal
contohnya ( )أ مسافر الرجلatau ( )ما محبوب الكسولmaka I’rabnya ada dua
kemungkinan, Pertama: sifat yang pertama setelah istifham (musafir) adalah
mubtada dan setelahnya adalah Fa’il karena letaknya setelah Isim Fa’il, atau
Naib Fa’il apabila terletak setelah isim maf’ul, keduanya marfu’menempati
kedudukan khabar. Kedua: Sifat yang pertama (musafir) adalah khabar yang
didahulukan (khabar muqaddam) sedangkan kata (rajul) adalah mubtada yang
diakhirkan (mubtada muakkhar).
b. Apabila sifat yang pertama menunjukkan pada isim tunggal kemudian
setelahnya adalah Mutsanna (yang menunjukkan bentuk dua) atau Jamak,
maka sifat yang pertama adalah mubtada dan isim setelahnya tersebut adalah
Fa’il atau naib fa’il yang menempati posisi khabar,
contoh ( )ما مهمل الطالبانdan ( )ما محبوب المقصرونkata Muhmil adalah mubtada
sedangkan thalibani adalah Fa’il karena terletak setelah isim Fa’il, dan kata
Mahbub adalah mubtada sedangkan Muqshirun adalah Naíb Fa’il karena
terletak setelah Isim Maf’ul.
5
c. Apabila sifat yang pertama berbentu dua (mutsanna) atau Jamak dan
setelahnya adalah mutsanna atau jamak maka isim yang pertama adalah
khabar yang didahulukan (khabar muqaddam) dan isim yang setelahnya
adalah mubtada yang diakhirkan (mubtada muakkhar),
contohnya ( )أ مسافران الضيفانdan ()ما مقصرون المجتهدون, kata musafirani dan
muqshirun adalah khabar muqaddam sedangkan dhaifani dan mujtahidun
adalah Mubtada muakkhar.
2. Macam-macam Khabar
Khabar itu ada dua bagian, yaitu khabar mufrad dan khabar ghair mufrad.
- Khabar mufrad
(Khabar mufrad) adalah khabar yang bukan berupa jumlah (kalimat) dan
bukan pula menyerupai jumlah.
Khabar ghair mufrad ialah, khabar yang terdiri dari jumlah, seperti jumlah
ismiyah (mubtada dan khabar lagi), atau jumlah fi'liyyah (yaitu terdiri dari fi'il
dan fa'il sebagaimana yang akan dijelaskan di bawah ini).
Khabar ghair mufrad ada empat macam, yaitu:
6
Contoh lain:
= Ustadz atau guru itu berada di dalam madrasah atau sekolah.
Lafazh al-ustaazu berkedudukan menjadi mubtada, sedangkan fil madrasati
sebagai Khabar.
Setelah mengetahui apa itu mubtada dan apa itu khobar, kita lanjutkan ke
pengertian mubtada muakhar dan khobar muqoddam.
Kata muakhkhor ( ) َؤ ّخر مberasal dari م َؤ ّخر. ا َ َّخ َر – يا َ ِ ّخرadalah isim maf’ul dari
ا َ َّخ َرyang artinya diakhirkan.
Tapi nanti ada kondisi di mana mubtada justru wajib ditaruh di belakang
khobarnya. Akan saya jelaskan di bawah.
Contohnya:
الس َََّلمadalah mubtada’ muakhor, dia diletakkan setelah khobar علَيْك ْم
َ ..
Kata muqoddam ( ) َقدَّم مmerupakan isim maf’ul dari kata dasar قَد ََّم – يقَدِّمyang
berarti “yang didahulukan“.
7
Kebalikannya adalah khobar muakhor.
Contohnya:
علَيْكم
َ adalah khobar yang diletakkan sebelum mubtada الس َََّلم.
Jika mubtada’ berupa isim nakiroh ghoiru mufidah, sedangkan khobar berupa
susunan dhorof atau jar majrur, maka wajib mengakhirkan mubtada dan
mendahulukan khobar.
Contohnya:
فِي ْال َمس ِْج ِدadalah susunan jar majrur, dengan huruf jar fii, yang merupakan
khobar muqoddam.
8
َرجلadalah isim nakirah ghairu mufidah, yang merupakan mubtada
muakhkhor.
َاوة
َ ِغشadalah isim nakiroh ghoiru mufidah, sebagai mubtada muakhar.
Tidak wajib mengakhirkan mubtada
Sebaliknya, jika mubtada berupa isim nakirah mufidah, maka tidak wajib
untuk mendahulukan khobar dan mengakhirkan mubtada.
س ًّمى ِع ْندَه
َ َوا َ َجل ُّم
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mubtada' adalah isim marfu' (kata kerja yg dibaca rofa') yang terletak di
awal kalimat.
Misal:
(( )الرجل مسلمAr-rojulu muslimun) = Orang itu muslim
Ar-rojulu adalah mubtada'. Setiap mubtada' harus marfu'. Umumnya mubtada'
terletak diawal kalimat, namun terkadang tidak (pada kasus-kasus tertentu).
Secara umum juga, mubtada' itu ma'rifah (bukan
nakirah), seperti pada contoh di atas, mubtada'-mubtada'nya ma'rifah dengan
tanda adanya alif laam. Kecuali pada kasus-kasus tertentu mubtada' bisa
nakirah.
Mubtada terbagi menjadi dua bagian, yaitu : Mubtada isim dzahir dan
mubtada isim dhamir.
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
11