Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MUBTADA KHOBAR, KHOBAR MUQODDAM, DAN MUBTADA


MUAKKHOR

Makalah ini diajukan sebagai tugas dalam mata kuliah Bahasa arab II

Dosen Pengampu : BAILI, M,Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 02 :

• M. Rezky pratama
• Rezky Mulyandari
• Silvia safitri

YAYASAN NURUL ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM YASNI BUNGO

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI EKONOMI SYARI’AH

2023/1445 H

i
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Swt. shalawat serta salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah Saw. berkat limpahan dan rahmatnya penyusun mampu
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah. Bahasa arab 2
Penulisan ini berjudul “MUBTADA KHOBAR, KHOBAR MUQODDAM, DAN MUBTADA
MUAKKHOR”

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan penyusun dan semaksimal
mungkin dan disusun berdasarkan apa yang diperoleh dari berbagai sumber. Penulis
menyadari sepenuhnya dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang
kita harapkan. Untuk itu diharapkan adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan
di masa yang akan datang.

Penulis hanya bisa berharap, semoga apa-apa yang tertulis dalam makalah ini
bermanfaat dalam menambah wawasan bagi orang-orang yang membutuhkannya dan
bagi penulis sendiri khususnya.

Muara Bungo, 05 0ktober 2023

Kelompok 02

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Masalah .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………… ....... 3

A. Pengertian mubtada khobar……………………………………… ….3


B. Kaedah-kaedah Mubtada dan Khabar………………………………3
C. Macam-macam Mubtada dan Khabar……………………………….4
D. Mubtada Muakhor Dan Khabar Muqaddam………………………...7

BAB III PENUTUP ................................................................................... 10


A. Kesimpulan .......................................................................................... 10
B. Saran .................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan antara hukum Islam dengan pengetahuan bahasa Arab merupakan


sesuatu yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Alasannya sangat jelas,
karena sumber pokok dari hukum Islam itu adalah Al-Qur’an dan Hadits yang
memakai atau menggunakan bahasa Arab standar sesuai dengan kaidah-kaidah
bahasa Arab.
Bahasa Arab adalah Bahasa Al-Qur’an dan setiap orang muslim yang
bermaksud menyelami ajaran Islam yang sebenarnya dan lebih mendalam,
tiada jalan lain kecuali harus mampu menggali dari sumber asalnya, yaitu al-
Qur’an dan Hadist. Jadi untuk memahami isi kandungan al-Qur’an maupun al-
Hadist secara baik, sebagai umat islam harus mampu pula memahami
kandungan-kandungan yang terdapat dalam ayat maupun hadist yang sedang
dibacanya, baik struktur kalimatnya, bentuk kalimat, kosa katanya dan lain-
lain.
Dalam bahasa arab sering pula kita jumpai kalimat sempurna dan kalimat
tidak sempurn, misalnya kalimat yang didahului oleh isim dan berada diawal
kalimat yang biasa disebut Mubtada dan bagian yang melengkapinya disebut
Khabar. Mubtada dan khabar sering juga disebut dasar-dasar kalimat susunan
jumlah ismiyah dan keduanya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Dalam pelajaran bahasa indonesia, jika Mubtada sebagai subjek,
maka khabar sebagai predikat yang menjadi pelengkap kalimat sebelumnya.
Tanpa khabar maka tidak akan menjadi kalimat yang sempurna.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian mubtada khobar, khobar muqoddam, dan mubtada muakkhor ?
2. Apa itu mubtada khobar, khobar muqoddam, dan mubtada muakkhor ?
3. Bagaimana mubtada khobar, khobar muqoddam, dan mubtada muakkhor ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mubtada khobar, khobar muqoddam, dan
mubtada muakkhor
2. Untuk mengetahui apa itu mubtada khobar, khobar muqoddam, dan mubtada
muakkhor
3. Untuk mengetahui bagaimana mubtada khobar, khobar muqoddam, dan
mubtada muakkhor

2
BAB ll

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mubtada ( ‫ )المبتدأ‬dan Khabar (‫)خبر‬

Mubtada ialah isim marfu' yang bebas dari amil lafazh, sedangkan khabar
ialah isim marfu' yang di-musnad-kan kepada mubtada.
Berkata Syaikh Muhyiddin ‘Abdul Hamid tentang penjelasan Mubtada dan
Khabar, bahwa : “Mubtada adalah ‘ibarah yang didalamnya terkandung tiga
syarat, yaitu
1) Berupa isim,
2) Berada dalam keadaaan Rafa’,
3) Tidak terdapat di dalamnya amil-amil lafdhiyyah (Inna dan macam-macamnya,
Kaāna dan macam-macamnya, dan Dhanna dan macam-macamnya).
Sedangkan Khabar adalah isim marfu’ yang disandarkan pada Mubtada dan
bersama-sama dengan Mubtada melengkapi makna kalimat.
Contohnya seperti perkataan: (Zaid berdiri); (dua Zaid itu berdiri); dan
(Zaid-Zaid itu berdiri). Maksudnya: Mubtada itu isim marfu' yang kosong
atau bebas dari amil lafazh, yakni: yang me-rafa'-kan mubtada itu bukan amil
lafazh, seperti fa'il atau naibul fa'il, melainkan oleh amil maknawi, yaitu oleh
ibtida atau permulaan kalimat saja. Sedangkan khabar adalah isim marfu'
yang di-musnad-kan atau disandarkan kepada mubtada, yakni tidak akan ada
khabar kalau tidak ada mubtada dan mubtada itulah yang me-rafa'kan
khabar,seperti lafazh: (Zaid berdiri). Lafazh menjadi mubtada yang di-rafa'-
kan oleh ibtida, tanda rafa'-nya dengan dhammah karena isim mufrad.
Sedangkan lafazh menjadi khabar-nya yang di-rafa'kan oleh mubtada, tanda
rafa'nya dengan dhammah karena isim mufrad.
(Dua Zaid itu berdiri). Lafazh menjadi mubtada yang di-rafa'-kan, tanda
rafa'-nya dengan alif karena isim tatsniyah. Sedangkan lafazh menjadi khabar
yang di-rafa'-kan oleh mubtada, tanda rafa'-nya dengan alif karena isim
tatsniyah.
(Zaid-Zaid itu berdiri). Lafazh mubtada dan menjadi khabar-nya, di-rafa'-
kan dengan memakai wawu karena jamak mudzakkar salim.

B. Kaedah-kaedah Mubtada dan Khabar

1. Mubtada’ dan khobar merupakan isim-isim marfu’


Contoh:

3
‫( ْال َولَد نَ ِشيْط‬Anak itu rajin)
‫( أَب ْوكَ َماهِر‬Bapakmu adalah orang yang pandai)
‫عادِل‬
َ ‫اضى‬ ِ َ‫( ْالق‬Hakim itu adil)

2. Mubtada’ dan khobar harus selalu sesuai dari sisi bilangannya.


Contoh:
‫اضر‬ِ ‫( ْالم ْسلِم َح‬Seorang muslim itu hadir)
‫ان‬
ِ ‫اض َر‬ ِ ‫( ْالم ْس ِل َم‬Dua orang muslim itu hadir)
ِ ‫ان َح‬
َ‫اضر ْون‬ ِ ‫( ْالمسلِم ْونَ َح‬Orang-orang muslim itu hadir)

3. Mubtada’ dan khobar harus selalu sesuai dari sisi jenisnya.


Contoh:
َ ‫( ْالم ْسلِم‬Orang muslim itu sholeh)
‫صالِح‬
َ ‫( ْالم ْس ِل َمة‬Orang muslimah itu sholihah)
‫صا ِل َحة‬
ْ
َ‫( المؤْ مِ ن ْونَ م ْجت َ ِهد ْون‬Para lelaki mu’min itu orang yang bersungguh-sungguh)
‫( ْالمؤْ مِ نَات م ْجتَ ِهدَات‬Para perempuan mu’min itu orang yang bersungguh-sungguh)

C. Macam-macam Mubtada dan Khabar

1. Macam-macam Mubtada
Mubtada itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu mubtada yang zhahir dan
mubtada yang mudhmar (dhamir). Mubtada zhahir penjelasannya telah
dikemukakan.
Contoh Mubtada zhahir
(‫ )أنا قائم‬Saya itu berdiri
(‫ )نحن قائمون‬Kami itu berdiri

Sedangkan mubtada yang mudhmar (isim dhamir) ada dua belas, yaitu:
(saya), (kami atau kita), (kamu -laki-laki), (kamu -perempuan), (kamu
berdua -laki-laki/perempuan), (kalian -laki-laki), (kalian -perempuan), (dia -
laki-laki), (ia -perempuan), (mereka berdua -laki-laki/perempuan), (mereka
semua -laki-laki, (mereka semua -perempuan), seperti perkataan (saya
berdiri).
Adapun meng-i'rab-nya adalah sebagai berikut: (saya) berkedudukan
menjadi mubtada yang di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya mabni sukun. Sedangkan
lafazh menjadi khabar-nya, di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya dengan dhammah.
Dan (kami berdiri). Lafazh berkedudukan menjadi mubtada, di-rafa'-kan,
tanda rafa'-nya dengan mabni dhammah, sedangkan menjadi khabar-nya, juga
di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya dengan wawu karena jamak mudzakkar salim.

4
Dan lafazh yang menyerupainya, seperti:
Selain pembagian diatas jika dilihat dari Khabarnya maka Mubtada terbagi
menjadi dua, yaitu Mubtada yang mempunyai khabar,
contohnya
(‫ )محمد مبتسم‬dan Mubtada yang tidak memiliki Khabar, akan tetapi
mempunyai isim marfu’yang menempati posisi dari pada khabar,

contohnya (‫( = أنائم الطفل‬apakah bayi telah tidur) Naim adalah mubtada
sedangkan Thifl adalah Fa’il yang menempati posisi khabar,

contoh lain (‫( = ما محمود البخل‬tidaklah terpuji orang kikir), mahmud =


terpuji adalah mubtada dan bukhli adalah Naib Fa’il yang menempati
tempatnya khabar.

Mubtada yang memiliki khabar haruslah terdiri dari isim sharih atau dhahir
ataupun yang telah dita’wilkan menjadi mashdar yang sharih, sedangkan
mubtada yang tidak memiliki khabar tidak boleh menta’wilkannya dan
penggunaanya haruslah selalu disertai dengan Nafyu atau istifham.
Adapun Isim marfu’yang terletak setelah mubtada yang tidak memiliki khabar
yang dibarengi oleh Nafyu atau istifham maka kedudukannya dalam I’rab
kalimat adalah sebagai berikut:

a. Apabila menunjukkan kepada sifat yang tunggal dan setelahnya adalah isim
yang tunggal
contohnya (‫ )أ مسافر الرجل‬atau (‫ )ما محبوب الكسول‬maka I’rabnya ada dua
kemungkinan, Pertama: sifat yang pertama setelah istifham (musafir) adalah
mubtada dan setelahnya adalah Fa’il karena letaknya setelah Isim Fa’il, atau
Naib Fa’il apabila terletak setelah isim maf’ul, keduanya marfu’menempati
kedudukan khabar. Kedua: Sifat yang pertama (musafir) adalah khabar yang
didahulukan (khabar muqaddam) sedangkan kata (rajul) adalah mubtada yang
diakhirkan (mubtada muakkhar).
b. Apabila sifat yang pertama menunjukkan pada isim tunggal kemudian
setelahnya adalah Mutsanna (yang menunjukkan bentuk dua) atau Jamak,
maka sifat yang pertama adalah mubtada dan isim setelahnya tersebut adalah
Fa’il atau naib fa’il yang menempati posisi khabar,
contoh (‫ )ما مهمل الطالبان‬dan (‫ )ما محبوب المقصرون‬kata Muhmil adalah mubtada
sedangkan thalibani adalah Fa’il karena terletak setelah isim Fa’il, dan kata
Mahbub adalah mubtada sedangkan Muqshirun adalah Naíb Fa’il karena
terletak setelah Isim Maf’ul.

5
c. Apabila sifat yang pertama berbentu dua (mutsanna) atau Jamak dan
setelahnya adalah mutsanna atau jamak maka isim yang pertama adalah
khabar yang didahulukan (khabar muqaddam) dan isim yang setelahnya
adalah mubtada yang diakhirkan (mubtada muakkhar),
contohnya (‫ )أ مسافران الضيفان‬dan (‫)ما مقصرون المجتهدون‬, kata musafirani dan
muqshirun adalah khabar muqaddam sedangkan dhaifani dan mujtahidun
adalah Mubtada muakkhar.

2. Macam-macam Khabar
Khabar itu ada dua bagian, yaitu khabar mufrad dan khabar ghair mufrad.
- Khabar mufrad
(Khabar mufrad) adalah khabar yang bukan berupa jumlah (kalimat) dan
bukan pula menyerupai jumlah.

Contoh: (Zaid berdiri); kedua-duanya isim mufrad.


Dan juga termasuk khabar mufrad bila mubtada dan khabar itu terdiri dari
isim tatsniyah dan jamak, seperti contoh di bawah:

= Zaid-Zaid itu berdiri;


= dua Zaid itu berdiri;
= Zaid-Zaid itu berdiri.
- Khabar ghair mufrad

Khabar ghair mufrad ialah, khabar yang terdiri dari jumlah, seperti jumlah
ismiyah (mubtada dan khabar lagi), atau jumlah fi'liyyah (yaitu terdiri dari fi'il
dan fa'il sebagaimana yang akan dijelaskan di bawah ini).
Khabar ghair mufrad ada empat macam, yaitu:

1. Jar dan majrur;


2. zharaf;
3. fi'il beserta fa'ilnya;
4. mubtada beserta khabarnya.

Contohnya seperti perkataan:


(Zaid berada di dalam rumah); khabarnya terdiri dari jar dan majrur.
(Zaid berada di sisimu); khabarnya zharaf,
(Zaid, ayahnya telah berdiri); khabarnya terdiri dari fi'il dan fa'il.
(Zaid hamba perempuannya pergi); khabar-nya terdiri dari mubtada dan
khabar lagi.

6
Contoh lain:
= Ustadz atau guru itu berada di dalam madrasah atau sekolah.
Lafazh al-ustaazu berkedudukan menjadi mubtada, sedangkan fil madrasati
sebagai Khabar.

D. Mubtada Muakhor Dan Khabar Muqaddam

Setelah mengetahui apa itu mubtada dan apa itu khobar, kita lanjutkan ke
pengertian mubtada muakhar dan khobar muqoddam.

Apa yang dimaksud dengan mubtada muakhor?

Kata muakhkhor (‫ ) َؤ ّخر م‬berasal dari ‫ م َؤ ّخر‬.‫ ا َ َّخ َر – يا َ ِ ّخر‬adalah isim maf’ul dari
‫ ا َ َّخ َر‬yang artinya diakhirkan.

Apanya yang diakhirkan?Mubtada’nya.

Dari sini, bisa kita ambil kesimpulan, pengertian mubtada muakhor


adalah mubtada’ yang diakhirkan, posisinya diletakkan setelah khobarnya.

Padahal, kondisi normalnya, mubtada itu harusnya di awal, sebelum khobar.’

Tapi nanti ada kondisi di mana mubtada justru wajib ditaruh di belakang
khobarnya. Akan saya jelaskan di bawah.

Contohnya:

‫علَيْكم الس َََّلم‬


َ ‫َو‬

‫ الس َََّلم‬adalah mubtada’ muakhor, dia diletakkan setelah khobar ‫علَيْك ْم‬
َ ..

Apa itu khabar muqaddam?

Khabar muqaddam adalah kebalikan dari mubtada muakhor, yaitu khobar


yang didahulukan dari mubtada’nya.

Kata muqoddam (‫ ) َقدَّم م‬merupakan isim maf’ul dari kata dasar ‫ قَد ََّم – يقَدِّم‬yang
berarti “yang didahulukan“.

Khobar yang letaknya didahulukan dari mubtada, dinamakan khobar


muqoddam.

7
Kebalikannya adalah khobar muakhor.

Contohnya:

‫علَيْكم الس َََّلم‬


َ ‫َو‬

‫علَيْكم‬
َ adalah khobar yang diletakkan sebelum mubtada ‫الس َََّلم‬.

Kurang lebih, itulah penjelasan tentang definisi khobar muqaddam dan


mubtada muakhor, mudah-mudahan bisa dipahami.

Syarat Mubtada Muakhor dan Khabar Muqaddam

Di dalam Bahasa Arab, ada beberapa kondisi di mana mendahulukan khobar


dan mengakhirkan mubtada justru menjadi wajib.

Berikut ini syarat khabar muqaddam dan mubtada muakhkhor selengkapnya:

1. J ika mubtada berupa isim nakirah ghairu mufidah dan khobarnya


Berupa dhorof atau jar majrur
Nakirah ghairu mufidah adalah isim nakirah yang tidak memiliki faedah
secara sempurna, misalkan isim nakirah yang tidak di-idhofahkan, tidak diberi
sifat / na’at, dan sebagainya.
Contohnya:

‫ >= َرجل‬nakirah ghairu mufidah.

‫ >= َرجل ك َِريْم‬nakirah mufidah karena diberi na’at / sifat ‫ك َِريْم‬.

Wajib mengakhirkan mubtada

Jika mubtada’ berupa isim nakiroh ghoiru mufidah, sedangkan khobar berupa
susunan dhorof atau jar majrur, maka wajib mengakhirkan mubtada dan
mendahulukan khobar.

Contohnya:

‫فِي ْال َمس ِْج ِد َرجل‬

Seorang lelaki ada di dalam Masjid.

‫ فِي ْال َمس ِْج ِد‬adalah susunan jar majrur, dengan huruf jar fii, yang merupakan
khobar muqoddam.

8
‫ َرجل‬adalah isim nakirah ghairu mufidah, yang merupakan mubtada
muakhkhor.

Contohnya di dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 7:


ٰٓ ‫و‬
‫َاوة‬
َ ‫ار ِه ْم ِغش‬
ِ ‫ص‬َ ‫على ا َ ْب‬َ َ

Selubung/tutup pada penglihatan mereka.


ٰٓ adalah susunan jer majrur, sebagai khabar muqoddam.
‫ار ِه ْم‬
ِ ‫ص‬َ ‫على اَ ْب‬َ

‫َاوة‬
َ ‫ ِغش‬adalah isim nakiroh ghoiru mufidah, sebagai mubtada muakhar.
Tidak wajib mengakhirkan mubtada

Sebaliknya, jika mubtada berupa isim nakirah mufidah, maka tidak wajib
untuk mendahulukan khobar dan mengakhirkan mubtada.

Contohnya di dalam ayat Al Quran surat Al An’am ayat 2:

‫س ًّمى ِع ْندَه‬
َ ‫َوا َ َجل ُّم‬

Dan batas waktu tertentu yang hanya diketahui oleh-Nya.

‫ اَ َجل‬adalah isim nakirah mufidah yang disifati oleh ‫س ًّمى‬


َ ‫ ُّم‬, yang merupakan
mubtada muawwal.

‫ ِع ْندَه‬adalah susunan dhorof yang merupakan khobar ghairu mufrad.

Mudah-mudahan bisa dipahami ya penjelasannya.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mubtada' adalah isim marfu' (kata kerja yg dibaca rofa') yang terletak di
awal kalimat.
Misal:
(‫( )الرجل مسلم‬Ar-rojulu muslimun) = Orang itu muslim
Ar-rojulu adalah mubtada'. Setiap mubtada' harus marfu'. Umumnya mubtada'
terletak diawal kalimat, namun terkadang tidak (pada kasus-kasus tertentu).
Secara umum juga, mubtada' itu ma'rifah (bukan
nakirah), seperti pada contoh di atas, mubtada'-mubtada'nya ma'rifah dengan
tanda adanya alif laam. Kecuali pada kasus-kasus tertentu mubtada' bisa
nakirah.
Mubtada terbagi menjadi dua bagian, yaitu : Mubtada isim dzahir dan
mubtada isim dhamir.

Khabar adalah setiap kata atau kalimat yang menyempurnakan makna


mubtada. Misalnya seperti pada kalimat di atas, (yaitu muslimun, kata tersebut
adalah khobar, yang menyempurnakan makna mubtada'. Seandainya tidak ada
khobar tersebut, maka kalimat diatas tidak akan dipahami maksudnya.
Khabar terbagi menjadi dua bagian, yaitu : Khabar mufrad dan khabar ghair
mufrad .

B. Saran

Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, dengan harapan semoga


bermanfaat bagi semua pihak. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan demi
kemaslahatan bersama, dan semoga kita dapat mengambil hikmahnya, supaya
pembenahan dan isi dari substansi makalah ini bisa lebih baik, dan mudah-
mudahan didalam pembuatan makalah ini bisa membantu bagi semua pihak.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ajurrum, Ibnu, Matan al Ᾱjurumiyyah, Semarang, al ‘Alawiyyah


Muhyidin ‘Abdul Hamid, al Hulal al Dzahabiyyah, Son’a, Maktabah Imām al
Albani, 2007
http: //pustaka. abatasa. co. id / pustaka / detail / bahasa - arab / allsub / 7 /
mubtada – dan - khabar. htmlhttp://totoharyanto.staff.ipb.ac.id/ad-
dien/bahasa-arab/mubtada-dan-khobar/.

11

Anda mungkin juga menyukai