A. Pendahuluan
Al-Quran merupakan mukjizat abadi, yang diturunkan Allah melalui RasulNya, Muhammad SAW. Ia menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia, serta sebagai
pedoman bagi kehidupannya didunia dan akhirat.
Al-Quran diturunkan dalam bahasa arab, sebab masyarakat yang langsung
dihadapi oleh Rasulullah adalah masyarakat arab. Ketika menerima wahyu tersebut,
Tidak semua langsung menerimanya dengan senang hati. Diantara mereka ada yang
terbuka hatinya, dan menerima kebenaran tersebut dengan penuh keimanan, tetapi
ada pula yang hatinya tertutup untuk menerima Al-Quran sebagai petunjuk kebenaran
yang datang dari Allah.
Bermacam-macam uslub dalam Al-Quran ditujukan untuk memikat hati
mereka, agar mereka tertarik untuk menerima kebenaran wahyu. Diantara Uslub yang
dipergunakan ialah dengan menggunakan qasam, untuk memperkuat kebenaran berita
yang disampaikan kepada manusia. Banyak sumpah yang digunakan oleh Allah
didalam Al-Quran agar manusia menjadi terbuka hatinya, menerima kebenaran AlQuran.
B. Definisi dan Sighat qasam
Menurut bahasa aqsam adalah bentuk jamak dari qasam yang artinya sumpah 1
Manna Khalil Al-Qattan menyebutkan aqsam bentuk jamak dari qasam yang berarti
al-hilf dan al-yamin, yakni sumpah. Dalam kamus bahasa Indonesia, sumpah (qasam),
didefinisikan dengan pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada
Tuhan atau sesuatu yang dianggap suci bahwa apa yang dikatakan atau dijanjikan itu
benar2. Menurut Louis ma`luf , qasan berarti :
(bersumpah dengan Allah atau yang lainnya)3
Secara istilah menurut Imam Az-Zarkasi, sebagaimana yang dikutip oleh Prof.
Dr.H.Rachmat Syafe`I, MA. yang dimaksud qasam atau sumpah adalah, kalimat untuk
mentakqidkan, menguatkan suatu pemberitaan4, sedangkan menurut Manna Al-Qattan
sumpah ialah:
1
A.W. Munawir, Kamus Al Munawir Arab Indonesia terlengkap. 2002. Pustaka Progresif .
Surabaya Hal. 1119.
2
W.J.S. Purwodarminto. Kamus Umum Bahasa Indonesia PN Balai Pustaka. 1984. Jakarta. Hal
974.
3
Louis Ma`luf. Al-Munjid Al-Abjadi. 1967. Beirut Al-Mathba`ah Al-Katsulisiah. Hal 799.
4
Rahmat Syafie`i. Pengantar Ilmu Tafsir 2006. Pustaka setia. Bandung. Hal 156
(menguatkan jiwa agar orang tidak melakukan sesuatu, atau melakukan sesuatu,
dengan sesuatu yang diagungkan/dimuliakan, baik dalam wujud
yang hakiki,
mengidhofkannya dengan kata alquran hingga menjadi aqsamul quran seperti dalam
kitab Al-Itqon fil ulumil quran karya Jalaluddin Assuyuti.Kedua istilah tersebut hanya
pada pemakaian saja yang berbeda, tapi maksudnya tidak jauh berbeda. Jadi bila
menggunakan istilah aqsamul quran artinya adalah Salah satu dari ilmu-ilmu tentang
alquran yang mengkaji tentang arti,maksud,hikmah dan rahasa sumpah-sumpah Allah
yang ada dalam Al Qur`an.7
Sighat asli sumpah adalah Fi`il atau kata kerja aqsama-atau aklafa yang
ditransitifkan dengan ba untuk disampaikan kepada sesuatu yang digunakan untuk
bersumpah (muqsaam bih), lalu disusul dengan sesuatu yang karenanya sumpah
diucapkan (Muqsam `alaihi) yang dinamakan juga jawab qasam8 seperti firman Allah:
Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang
sungguh-sungguh:"Allah tidak akan membangkitkan orang yang
mati".. (QS. 16:38)
.
Manna Khalil Al-Qattan. Mabahis Fii Ulumi Al Qur`an. 2006. Terj. Mudzakir A.S. Jakarta. Hal
414
6
Didin Syaefudin. Pedoman Memahami Kandungan Al Qur`an. 2005. Bogor. Granada Sarana
Pustaka. Hal 174.
7
Ibid
8
Ibid
sebagaiman
mereka
bersumpah
kepadamu;.
(QS.
58:18).
Dalam alquran kata halaf disebutkan 13 kali sedangkan kata qasam
disebutkan 24 kali. Ada yang berpendapat,ada perbedaan antara qasam dan ahlafa
dalam pemakaian yaitu, kata halaf digunakan untuk sesatu yang negatif, dimana
Tuhan tidak memakainya.Sejalan denga itu Bintu Sathi menyebutkan sebagai yang
dikutip oleh Rahmat Syafie, halaf digunakan untuk menunjukkan kebohongan
orang yang bersumpah dan juga menggambarkan penyumpahannya tidak konsekwen,
lalu membatalkannya.
Dengan demikian ada tiga unsur dalam sighat qasam: Fi`il yang ditransitifkan
dengan ba, muqsam bih dan muqsam `alaihi. Oleh karena qasam itu sering
digunakan dalam percakapan, maka ia diringkas, yaitu Fi`il qasam dihilangkan dan
dicukupkan dengan ba, kemudian ba diganti dengan wawu, pada isim dhahir, seperti
firman Allah,
, Demi
Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya
terhadap
berhala-berhalamu
sesudah
kamu
pergi
{8}
Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul
menyeru
kamu
supaya
kamu
beriman
kepada
Rabbmu.Dan
Ahmad. Izzan Ulumul Qur`an. 2005. Kelompok Humaniora. Bandung. Hal 222
..
mati".(Tidak
demikian),
bahkan
(pasti
Allah
akan
{2} { 1}
10
Manna Khalil Al-Qattan. Mabahis Fii Ulumi Al Qur`an. 2006. Terj. Mudzakir A.S. Jakarta.
Hal 423
11
Rahmat. Syafie`i Pengantar Ilmu Tafsir. 2006. Pustaka setia. Bandung. Hal 164
Ada yang mengatakan la disini zaidah (tambahan). Jawab qasam pada ayat tersebut
dibuang, yang ditunjuki oleh perkataan yang sesudahnya yaitu, , pasti kamu
akan dibangkitkan12.
Sumpah yang Mudhmar yaitu, yang didalam sumpah itu tidak dijelaskan
adanya fi`il qasam, dan tidak jelas adanya muqsam bih. Sumpah tersebut hanya
ditunjukkan oleh lam tauhid yang masuk kepada jawab qasam, seperti surat AliImran:186;
Kamu
sungguh-sungguh
akan
diuji
terhadap
hartamu
dan
dirimu.(QS. 3:186)
takdirnya adalah , termasuk yang mudhmar adalah qasam yang ditunjuki
oleh makna yang terkandung dalam ayat, seperti firman Allah (19:71);
.
,
,
Dilihat dari segi materi atau isi, qasam dalam Al-Qur`an terdiri atas lima macam 13
yaitu;
1. Qasam yang menunujukkan keesaan Allah (Q.S As-Shafat (37):1-4).
{4} { 3} { 2} { 1}
Demi (rombongan) yang yang bershaff-shaff dengan sebenarbenarnya,dan demi (rombongan) yang melarang dengan
sebenar-benarnya (dari perbuatan ma'siat),dan demi
(rombongan) yang membacakan pelajaran,Sesungguhnya
Ilahmu benar-benar Esa
2. Qasam yang menunujukkan kebenaran Al-Qur`an (Q.S Ad-Dukkhan(44):1-3).
{3} { 2} { 1}
Haa Miim. Demi Kitab (al-Qur'an) yang menjelaskan,
sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang
diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan.
3. Qasam yang menunujukkan kebenaran Rosul (Q.S Yaasin(36):1-3).
{3} { 2} { 1}
Yaa siin,Demi al-Qur'an yang penuh hikmah, sesungguhnya
kamu salah seorang dari rasul-rasul, (QS. 36:3)
4. Qasam yang menunujukkan adanya balasan, janji dan ancaman (Q.S Ads
dzaariyat (51):1-5).
12
T.M. Hasbi Ash Shiddieqy. Ilmu-ilmu Al Qur`an. 1993. PT Bulan Bintang. Jakarta. Hal 181
Didin Syaefudin. Pedoman Memahami Kandungan Al Qur`an. 2005. Granada Sarana Pustaka.
Bogor. Hal 183.
13
{ 1}
{ 3} { 2}
{5}
{ 4}
{ 2} { 1}
{ 3}
{5} { 4}
Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang
apabila terang benderang, dan penciptaan laki-laki dan
perempuan, sesungguhnya usaha kamu memang berbedabeda. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan
Allah) dan bertaqwa,
Dari contoh diatas dapat diketahui bahwa sumpah-sumpah yang disebut AlQur`an itu merupakan suatu bimbingan dan pengajaran untuk membenarkan apa yang
dibawa oleh agama dan mengokohkan sendi-sendi agama.
Unsur-Unsur Sumpah Yang Digunakan Al-Qur`An
Dalam tataran aqsam Al-Qur`an, penggunaan unsur yang dijadikan sumpah
merupakan hal yang sangat mendasar dalam menguatkan suatu pernyataan, dan
biasanya penyebutan sesuatu yang dijadikan alat untuk bersumpah juga mempunyai
kedalaman dan keistimewaan makna tersendiri.
Manna khalil menyebutkan, Allah bersumpah dengan apa yang dikehendakiNya.14 sumpah-sumpah Allah itu berkisar pada dua aspek, pertama apa yang disebut
mempunyai nilai lebih dan manfaat, kedua apa yang disebut mempunyai
kemudharatan yang perlu diperhatikan. Didalam Al-Qur`an, Allah bersumpah dengan
Dzat-nya yang kudus dan mempunyai sifat-sifat yang khusus atau dengan ayat-ayatNya ddalam kerangka memantapkan eksistensi dan sifat-sifatNya. Dan sumpah-Nya
dengan sebagian makhluk menunjukkan bahwa makhluk itu salah satu ayat-Nya yang
besar. Allah telah bersumpah dengan Dzat-Nya sendiri dalam Al-Qur`an pada tujuh
tempat:15
14
Manna Khalil. Al-Qattan Mabahis Fii Ulumi Al Qur`an. 2006. Terj. Mudzakir A.S. Jakarta.
Hal 416
15
Jalal Al-Din Suyuthi Al-itqan Fii Ulum Al Qur`an. 2003. Terj. Tarmana Abdul Qasim. Mizan
Pustaka. Bandung. Hal 255
.
.
.
1.
Q.S. Yunus ( 10 : 53 )
2.
Q.S. At Taghabun ( 64 : 7 )
3.
Q.S. Saba` ( 34 : 3 )
4.
..
5.
..
6.
7.
2.
3.
{ 1}
. {2}
. {1}
. {2} { 1}
Sumpah dengan makhluk-makhluk-Nya inilah yang paling banyak didalam AlQur`an. Allah dapat saja bersumpah dengan apa yang dikehendakinya. Akan tetapi
sumpah manusia dengan selain Allah merupakan salah satu bentuk kemusyrikan 17
Dari Umar bin Khattab r.a diceritakan Rosulullah berkata :
barangsiapa bersumpah dengan selain (nama) Allah, maka ia telah kafir atau
mempersekutukan (Allah) (Hadist Tirmidzi yang menilainya hadist hasan dan dinilai
sahih oleh Hakim).
16
17
Rosihan Anwar. . Ilmu Tafsir 2005. Pustaka Setia. Bandung. Hal 125
Manna Khalil. Al-Qattan Mabahis Fii Ulumi Al Qur`an. 2006. Terj. Mudzakir A.S. Jakarta.
Hal 416
Ibn bin Hatim meriwayatkan dari al-Hasan yang berkata; sesungguhnya Allah
SWT berhak untuk sumpah dengan apa saja dari makhluknya, namun tidak ada
seorang makhlukpun yang berhak untuk bersumpah, kecuali dengan nama-Nya 18.
Selanjutnya as-Suyuthi dalam al-Itqan, menjelaskan sebagaimana yang dikutip oleh
Didin Saefuddin Buchori, dalam bukunya pedoman memahami kandungan Al-Qur`an,
dalam pemakaian nama-nama ciptaan Allah sebagai muqsam bih, ada beberapa hal
yang harus diketahui.
Pertama: sumpah dalam Al-Qur`an dengan selain Allah itu dilakukan dengan
membuang kata yang bersandar (mudhaf). Dengan demikian, maksud kalimat ()
(demi buah tin) adalah () . (demiTuhan yang menciptakan buah
tin).
{ 1}
{2}
.. Demi (buah)
Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, (QS. 95:1-2)
Dalam tafsir Mafaatih alghoib karangan Fahruddin Arrazi sebagai yang dikutip
Risihan Anwar.Tin dan zaitun adalah buah-buahan dan obat menurut para dokter,
tin adalah makanan yang halus, mudah dicerna tidak lama dalam pencernaan
meminimalisasikan lendir, membersihkan ginjal dari batu, menggemukkan badan,
memperlancar sirkulasi darah pada hati dan jantung21.
18
Jalal Al-Din Suyuthi Al-itqan Fii Ulum Al Qur`an. 2003. Terj. Tarmana Abdul Qasim. Mizan
Pustaka. Bandung. Hal 257
19
Didin Syaefudin. Pedoman Memahami Kandungan Al Qur`an. 2005. Granada Sarana Pustaka.
Bogor. Hal 179.
20
Manna Khalil. Al-Qattan Mabahis Fii Ulumi Al Qur`an. 2006. Terj. Mudzakir A.S. Jakarta.
Hal 417
21
Rosihan Anwar. Ilmu Tafsir. 2005. Pustaka Setia. Bandung. Hal 136
,
} ,
{ 2}
{ 1}
{3
Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila
telah sunyi, .Rabbmu tiada meninggikan kamu dan tiada (pula)
benci kepadamu, (QS. 1-3)relevansinya adalah
terang dan gelap. Pergantian itu tidak menunjukkan kebencian Tuhan pada manusia.
Turun atau tidaknya wahy tidak usah membawa kegelisahan pada manusia. Jika
Tuhan menggunakan sighat wawu maka pada umumnya hal itu bersifat inderawi22.
Seputar Pengucapan Sumpah
Tujuan qasam diarahkan untuk mengukuhkan dan mewujudkan muqsam
`alaihi (jawab qasam, pernyataan yang karenanya qasam diucapkan). Pada sisi lain,
pengucapan qasam dmaksudkan oleh Allah sebagai suatu kebenaran dari apa yang
disebutkan, atau menarik perhatian manusia untuk mengungkap misteri yng mungkin
memiliki nilai guna dan manfaat bagi kemaslahatan hidup manusia, atau juga adanya
sisi negatif yang harus kita perhatikan sehingga kita tidak terjebak didalamnya.
Seiring dengan hal itu, para ulama berkata : dalam firman-Nya (al-Hijr : 72)
{72}
(Allah berfirman):"Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya
mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)". (QS.
15:72)
Allah SWT bersumpah dengan umur nabi Muhammad Saw, supaya manusia
mengetahui keagungan dan kedudukannya disisi-Nya. Ibnu Murdawaih meriwayatkan
dai Ibn Abbas, yang berkata, Allah SWT, tidak menciptakan suatu jiwa yang lebih
mulia dalam pandangan-Nya selain Nabi Muhammad Saw. Berkenaan dengan itu,
akupun tidak pernah mendengar Dia bersumpah dengan kehidupan seorang manusia
selainnya23.
22
23
Rahmat. Syafie`i Pengantar Ilmu Tafsir. 2006. Pustaka setia. Bandung. Hal 159
Ibid
Pada umumnya setiap kali penyebutan qasam, maka diiringi jawab qasam,
namun terkadang ada juga yang dihilangkan. Penghilangan jawab qasam disebabkan
pernyataan itu telah sempurna, seperti firman Allah : (Q.S 89 : 1-6) :
{ 2}
{3}
,{ 1}
{ 4}
}
{6} ,
{ 5
Demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang
ganjil, dan malam bila berlalu, pada yang demikian itu terdapat
sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal,
apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Rabbmu berbuat
terhadap kaum 'Aad (QS. 89:1-6)
Jawab qasam terkadang dihilangkan karena sudaah ditunjukkan oleh perkataan
yang disebutkan sesudahnya, seperti (Q.S. Al-Qiyamah 1-2):
{2} { 1}
Aku bersumpah dengan hari kiamat, dan aku bersumpah dengan
jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) . (QS. 75:1-2)
Jawab qosam disini dihilangkan karena ditunjukkan oleh firman Allah
sesudahnya (Q.S Al-Qiyamah:3):
{3}
Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan
(kembali) tulang belulangnya (QS. 75:3)
Takdirnya adalah, sungguh kamu akan dibangkitkan dan dihisab.
Apabila fiil madhi mustbat mutassarif yang tidak didahului ma`mulnya, maka
yang menjadi jawab qasam harus disertai dengan lam atau qad, dan salah satu
keduanya ini tidak boleh dihilangkan kecuali jika kalimatnya terlalu panjang seperti
firman Allah : (Q.S. 91 : 1-9):
{ 2}
{ 1}
{4} { 3}
{ 5}
{ 7} { 6}
{9} { 8}
Maka jawab qasam pada ayat diatas adalah, lam pada ayat ini
dihilangkan karena terlalu panjang.
Qasam itu adakalanya dalam bentuk jumlah khabariyah, yaitu kalimat
beritanya bersifat informatif, dan dapat pula berbentuk jumlah thalabiyah (juga
10
{1}
"Apabila
orang-orang
munafik
datang
kepadamu,
mereka
Rasul-Nya;
orang-orang
dan
Allah
munafik
mengetahui
itu
benar-benar
bahwa
orang
,
}
,
{ 92}
{93
Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua,
tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu )Q.S. 15 : 92-93(:.
Yang dimaksud dengan ayat ini adalah ancaman dan peringatan
Faedah Dan Hikmah Aqsam (Di Dalam) Al Qur`An
Memperkuat informasi yang hendak disampaikan24
1.
Perlu diketahui bahwa, kondisi audience dalam kaitannya dengan isi sebuah
pembicaraan terbagi dalam tiga macam. Dalam ilmu ma`ani disebut `adhrubul
khabar yaitu ibtida` I, thalabi, dan inkari. Audience yang tidak mengetahui
samasekali isi pembicaraan (ibtida`i) tidak perlu diberikan penegasan-penegasan
tertentu (ta`kid).Akan tetapi jika audience itu ragu (thalabi) atau bahkan
menolaknya (inkari), dalam hal ini qasam sangat tepat untuk digunakan.
Menyempurnakan hujjah (argumentasi)25
2.
24
Rosihan Anwar. Ilmu Tafsir. 2005. Pustaka Setia. Bandung. Hal 134
25
Ibid 135
11
masyarakat ini dalam memperkuat hujjah atau dalil atas informasi yang
disampaikan adalah dengan qosam.
Al Qu`ran turun dengan gaya bahasa yang biasa digunakan oleh masyarakat
arab.Dengan adanya sumpah dalam alquran,sanngat berguna untuk memperkuat
hujjah yang disampaikan.
3.
4.
5.
6.
7.
C. Kesimpulan:
Sumpah dalam Al Qur`an bertujuan untuk memberikan penegasan dan
pengukuhan atas informasi yang disampaikan. Dengan kata lain tujuan sumpah adalah
untuk memperkuat pemberitaan kepada orang lain yang mungkin akan mengingkari
kebenarannya, sehingga pemberitaan tersebut dapat diterima dengan yakin.
Ada beberapa sigaht qasam diantaranya menggunakan Fi`il qasam (aqsama,
akhlafa), ba, wawu, ta.
Sumpah Tuhan dengan diri-Nya,menunjukka kebesaran dan keagungan-Nya,
sedangkan sumpah Tuhan dengan makhluk-Nya, menunjukkan kelebihan yang
diberikan Tuhan kepada makhlukk-Nya dari segi kegunaan/manfaatnya. Aqsam yang
ada dalam Al Qur`an merupakan salah satu ijaz Al Qur`an dari segi uslubnya.
26
Ibid 136
Rahmat Syafie`i. Pengantar Ilmu Tafsir. 2006. Pustaka setia. Bandung. Hal 169
28
Ibid
29
Ibid 158
27
12
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan Manna Khalil. 2006. Mabahis Fii Ulumi Al Qur`an. Terj. Mudzakir A.S.
Anwar, Rosihan. 2005. Ilmu Tafsir. Bandung. Pustaka Setia Jakarta
Ash Shiddieqy Hasbi. T.M. 1993. Ilmu-ilmu Al Qur`an. Jakarta. PT Bulan Bintang.
Didin Syaefudin. 2005. Pedoman Memahami Kandungan Al Qur`an. Bogor. Granada
Sarana Pustaka.
Louis Ma`luf. 1967. Al-Munjid Al-Abjadi. Beirut Al-Mathba`ah Al-Katsulisiah.
Munawir, A.W. 2002. Kamus Al Munawir Arab Indonesia terlengkap. Surabaya.
Pustaka Progresif.
Syafie`i Rahmat. 2006. Pengantar Ilmu Tafsir. Bandung. Pustaka setia.
Suyuthi Jalal Al-Din. 2003. Al-itqan Fii Ulum Al Qur`an. Terj. Tarmana Abdul
Qasim. Bandung. Mizan Pustaka.
W.J.S. Purwodarminto. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia PN Balai Pustaka.
Jakarta
13