PENGANTAR
Mengkaji sesuatu yang mistis merupakan hal yang menarik untuk selalu
didalami hal ini karena menimbulkan rasa penasaran bagi yang mengkajinya, serta
setiap orang memiliki pengalamannya masing-masing berkaitan dengan dunia
mistis. Sesuatu hal yang mistis memang sulit untuk dapat diterima oleh akal serta
ilmu pengetahuan, terutama di era modern ini. Akan tetapi hal ini tidak
menjadikan pembahasan tentang mistis menjadi tidak relevan lagi, karena
mengkaji sesuatu yang mistis memiliki porsinya sendiri di dalam perubahan
zaman, serta lahir kemudian berkembang didalam kepercayaan masyarakat.
B. DEFENISI MISTIK
1
Tuhan; Tasawuf; Suluk, atau hal gaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia
yang biasa1.
Sedangkan kata mistik sendiri berasal dari bahasa Yunani myein yang
berarti “menutup mata”. Mistik disebut sebagai arus besar yang mengalir dalam
semua arus agama, dalam artian yang lebih umum mistik juga dapat diartikan
kesadaran terhadap kenyataan tunggal yang mungkin disebut kearifan, cahaya,
cinta atau nihil.2
Menurut pendapat lain Mistik berasal dari bahasa Yunani mystikos yang
artinya rahasia (geheim), serba rahasia (geheimzinnig), tersembunyi (verborgen),
gelap (donker) atau terselubung dalam kekelaman (in het duister gehuld).
Berdasarkan arti tersebut mistik sebagai sebuah paham yaitu Paham
Mistik atau Mistisisme merupakan paham yang memberikan ajaran yang serba
mistis (misal ajarannya berbentuk rahasia atau ajarannya serba rahasia,
tersembunyi, gelap atau terselubung dalam kekelaman) sehingga hanya dikenal,
diketahui atau dipahami oleh orang-orang tertentu saja, terutama sekali
penganutnya.3
Secara garis besar mistik dapat di kelompokkan menjadi dua macam yang
pertama Mistik Ketakterhinggaan (Mysticism of Infiny) adalah paham mistik
yang memandang tuhan sebagai realitas yang absolut dan tak terhingga. Tuhan
dipandang sebagai lautan yang tidak terbatas dan tak terikat oleh zaman dan
manusia dipandang sebagai percikan atau ombak lautan yang serba Ilahi. Manusia
diibaratkan sebagai buih atau sampah yang diombang ambingkan oleh lautan atau
1
https://kbbi.web.id/mistik di akases pada tanggal 28 maret 2018 pukul 12.57
2
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2009, hlm. 1
3
https://id.wikipedia.org/wiki/Mistisisme di akses pada tanggal 28 Maret 2018 Pukul 01.13
4
Op.cit., hlm. 2
2
laksana wayang ditangan dalang. H.M Rasjidi menamai paham ini dengan Union-
Mistik yaitu aliran mistik yang memandang manusia bersumber dari Tuhan dan
dapat mencapai penghayatan kesatuan kembali kepada Tuhan.
5
Simuh, Sufisme Jawa; Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa, Bentang Budaya,
Yogyakarta , 1999, hlm. 37-38
6
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2009, hlm. 1
3
sendiri, meskipun diturunkan dari kata yang bermkna wol memiliki kemungkinan
merujuk pada istilah yunani Sophos yang artinya bijakasana.7
Tasawuf menunut asalnya kepada Rasul Islam dan mengambil ilham dari
sabada Ilahi seperti yang di ungkapkan lewat rasul dalam al-Qur’an. Allah
menyatakan kehendakNya atau lebih tepat. Diri-Nya dalam kitab suci yang pada
hakikatnya merupakan satu-satunya cara bagi manusia untuk mengenalNya, al-
Qur’an sudah diterima sejak awal oleh kaum yang setia sebagai hal yang tidak
diciptakan dan sama-sama kekal dengan Allah.10
7
Julian Baldick, Islam Mistik; Mengantar Anda ke Dunia Tasawuf, Serambi, Jakarta, 2002 hlm. 11
8
Ibid., hlm. 45
9
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2009, hlm. 27
10
Ibid., hlm 26
4
kerohanian dan memperkenalkan konsep-konsep baru dalam bidang filasafat
maupun dalam bidang moral (budi luhur) namun dalam perkembangannya
pengamalan tasawuf melahirkan berpuluh-puluh bahkan ratusan ordo tarekat yang
memiliki aturan Baiat dan cara-cara zikir atau wirid sendiri-sendiri juga berbeda.11
1. Distansi
Mengambil jarak antara dirinya dengan nafsu-nafsu yang berusaha
memperhambakan jiwanya, serta mengambil jarak dengan ikatan
dunia (segala sesuatu selain Allah). Distansi ini merupakan syarat
mutlak bagi sarana untuk menemukan kesadaran tentan aku nya
sehingga benar-benar berdiri sebagai khalifah
2. Konsentrasi
Dimaksudkan untuk berzikir kepada Allah, hal ini merupakan amat
penting karena tasawuf yang notabene telah berubah menjadi mistik
12
Simuh, Sufisme Jawa; Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa, Bentang Budaya,
Yogyakarta , 1999, hlm. 26
5
murni untuk mendapatkan penghayatan langsung terhadap alam gaib
yang puncaknya makrifat kepada Allah
3. Iluminasi (kasyaf)
Diterangkan oleh al-Ghazali bahwa konsentrsi dzikir bila berhasil
akan mengalami fana’ terhadap kesadaran inderawi dari mulai kasyaf
(tersingkap tabir) terhadap penghayatan alam gaib dan memuncak
menjadi makrifat. Mulai awal kasyaf para kaum sufi merupakan awal
mi’raj jiwanya, sehingga dapat bertemu dengan malaikat, ruh para
nabi dan dapat memperoleh ilmu laduni bahkan dapat melihat nasib di
Lauh Mahfuzh. Akhirnya penghayatan kasyaf ini dapat bertemu
dengan Tuhan bahkan bersatu dengan tuhan (Union Mistik)
4. Insan kamil
Sebagaimana logika tasawuf yang percaya bahwa orang bisa langsung
berhubungan dengan alam gaib dan makrifat kepada Tuhan,
dipandang sebagai manusia pilihan Tuhan dan mendapat predikat
sebagai manusia sempurna (insan kamil). Maka manusia yang
sempurna menurut ajaran tsawuf adalah orang yang suci yang
memancarkan sifat-sifat ke-Ilahi-an, atau bahkan merupakan
penjelmaan tuhan dipermukaan bumi sebagaimana yang dianut oleh
paham union mistik. Insan kamil adalah orang yang dalam semua segi
kehidupan memancarkan Nur Muhammad serta memiliki berbagai
macam karomah (saktisme).13
Dalam ajaran Tasawuf tuhan tidak bisa dimadu dengan dunia (apa saja
selain tuhan, harus memilih salah satu antara tuhan dan dunia untuk mencapai
penghayatan makrifat yang semurni-murninya kepada tuhan ia harus berani
membuang segala bentuk ikatan dengan dunia, atau membasmi segala nafsu dan
keinginan terhadap selain tuhan, itulah penyucian hati menurut pengertian mistik.
13
Simuh, Sufisme Jawa; Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa, Bentang Budaya,
Yogyakarta , 1999, hlm. 28-30
6
Untuk dapat menyucikan hati dari ikatan keduniaan, menurut Al-Ghazali orang
harus membuang dan membelakangi dunia.
Asal usul mistik Jawa sebenarnya bermula dari dua tokoh misteri, yaitu Sri
dan Sadono. Sri sejatinya adalah penjelmaan Dewi Laksmi, istri Wisnu,
sedangkan Sadono adalah penjelmaan dari Wisnu itu sendiri15. Itulah sebabnya,
jika ada anggapan bahwa Sri dan Sadono adalah kakak beradik, kebenarannya
tergantung dari mana kita meninjau. Namun, kaitannya dengan hal ini, Sri dan
Sadono sesungguhnya adalah suami-istri yang menjadi cikal bakal kejawen.
Maka, dalam berbagai ritual mistik kejawen, keduanya selalu mendapat tempat
khusus. Dewi Sri dipercaya sebagai Dewi Padi, Dewi Kesuburan.
14
Simuh, Sufisme Jawa; Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa, Bentang Budaya,
Yogyakarta , 1999, hlm. 40-41
15
Harun Hadiwijono, Konsepsi Tentang Manusia Dalam Kebatinan Jawa, Jakarta: Pustaka Jaya,
hlm. 21
7
Dewi Sri dan Wisnu, menurut Tantu Panggelaran, memang pernah
diminta turun ke arcapada untuk menjadi nenek moyang di Jawa. Dalam babad
tanah Jawi juga dijelaskan bahwa orang pertama yang membabad
(menempati/tinggal) Tanah Jawa adalah Batara Wisnu. Sumber ini meneguhkan
sementara bahwa nenek moyang masyarakat Jawa memang seorang dewa.
Dengan demikian, kaum kejawen sebenarnya berasal dari keturunan orang yang
tinggi tingkat sosial dan kulturnya. Selanjutnya, Dewi Sri dianggap menjelma ke
dalam diri tokoh Putri Daha bernama Dewi Sekartaji atau Galuh Candrakirana,
sedangkan Sadono menjadi Raden Panji. Keduanya pernah berpisah, namun
akhirnya bertemu kembali.
Menurut beberapa sumber, pertemuan Sri dan Sadono atau Panji dan
Sekartaji terjadi di Gunung Tidar, Magelang, Jawa Tengah. Tempat itu kemudian
oleh Sadono dan Sri diberi tetenger (tanda), dengan menancapkan paku tanah
Jawa. Hal ini sekaligus untuk mengokohkan Tanah Jawa yang sedang berguncang.
Sejak itu tanah Jawa kembali tenang. Paku tersebut kelak dinamakan Pakubuwana
(Paku Bumi). Pakubuwana inilah yang membuat orang Jawa tenang, sehingga
keturunan Sri dan Sadono menjadi banyak.
Hanya saja, keturunan mereka ada yang baik dan ada yang buruk. Maka,
Batara Guru segera menyuruh Semar dan Togog (putra dewa) ke Gunung Tidar.
Semar disuruh mengasuh keturunan Sri dan Sadono yang baik-baik, sedangkan
Togog mengikuti keturunan Sri dan Sadono yang angkara murka. Togog dan
Semar pun akhirnya menuruti perintah itu, karena merasa Batara Guru sebagai
rajanya. Dari kisah-kisah mistik yang telah kita bahas tersebut, jelas
menggambarkan bahwa sejak dahulu kala, masyarakat Jawa memang sudah
banyak berkenalan dengan mistik. Dengan kata lain, paham mistik telah mengitari
mereka16.
16
Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen, Yogyakarta: Narasi, hlm. 3
8
ada. Hal tersebut dapat dilihat dari ajarannya yang universal dan selalu melekat
berdampingan dengan agama yang dianut pada zamannya. Kitab-kitab dan naskah
kuno Kejawen tidak menegaskan ajarannya sebagai sebuah agama meskipun
memiliki laku. Kejawen juga tidak dapat dilepaskan dari agama yang dianut
karena filsafat Kejawen dilandaskankan pada ajaran agama yang dianut oleh filsuf
Jawa.
Sejak dulu, orang Jawa mengakui keesaan Tuhan sehingga menjadi inti
ajaran Kejawen, yaitu mengarahkan insan : Sangkan Paraning Dumadhi (Dari
mana datang dan kembalinya hamba Tuhan") dan membentuk insan se-iya se-kata
dengan Tuhannya : Manunggaling Kawula lan Gusthi (Bersatunya hamba dan
Tuhan"). Dari kemanunggalan itu, ajaran Kejawen memiliki misi sebagai berikut:
Kata Kejawen berasal dari kata Jawa, yang artinya dalam bahasa Indonesia
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan Jawa
(Kejawaan). Penamaan "Kejawen" bersifat umum, biasanya karena bahasa
pengantar ibadahnya menggunakan bahasa Jawa. Dalam konteks umum, Kejawen
sebagai filsafat yang memiliki ajaran-ajaran tertentu terutama dalam membangun
Tata Krama (aturan berkehidupan yang mulia), Kejawen sebagai agama itu
dikembangkan oleh pemeluk agama Kapitayan jadi sangat tidak arif jika
9
mengatasnamakan Kejawen sebagai agama di mana semua agama yang dianut
oleh orang jawa memiliki sifat-sifat kejawaan yang kental.
Kejawen dalam opini umum berisikan tentang seni, budaya, tradisi, ritual,
sikap serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen juga memiliki arti spiritualistis
atau spiritualistis suku Jawa, laku olah sepiritualis kejawen yang utama adalah
Pasa (Berpuasa) dan Tapa (Bertapa). Penganut ajaran kejawen biasanya tidak
menganggap ajarannya sebagai agama dalam pengertian seperti agama
monoteistik, seperti Islam atau Kristen, tetapi lebih melihatnya sebagai
seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah laku
(mirip dengan ibadah). Ajaran kejawen biasanya tidak terpaku pada aturan yang
ketat dan menekankan pada konsep keseimbangan. Sifat Kejawen yang demikian
memiliki kemiripan dengan Konfusianisme (bukan dalam konteks ajarannya).
Penganut Kejawen hampir tidak pernah mengadakan kegiatan perluasan ajaran,
tetapi melakukan pembinaan secara rutin.
Kejawen tidak memiliki Kitab Suci, tetapi orang Jawa memiliki bahasa
sandi yang dilambangkan dan disiratkan dalam semua sendi kehidupannya dan
mempercayai ajaran-ajaran Kejawen tertuang di dalamnya tanpa mengalami
perubahan sedikitpun karena memiliki pakem (aturan yang dijaga ketat),
kesemuanya merupakan ajaran yang tersirat untuk membentuk laku utama yaitu
10
Tata Krama (Aturan hidup yang luhur) untuk membentuk orang Jawa yang
hanjawani (memiliki akhlak terpuji), hal-hal tersebut terutama banyak tertuang
dalam karya tulis sebagai berikut :
11
Sistem berpikir Jawa menyukai kepada mitos17. Segala perilaku orang
Jawa, seringkali memang sulit lepas dari aspek kepercayaan pada hal-hal tertentu.
Itulah sebabnya sistem berpikir mistis akan selalu mendominasi perilaku orang
Jawa. Mereka lebih percaya kepada dongeng-dongeng sakral. Maka sistem
berpikir mistis sering mempengaruhi pola-pola hidup yang bersandar pada nasib.
Sistem berpikir mistis biasanya terpantul dalam tindakan nyata yang disebut laku.
Laku senada dengan tirakat (ngurang-ngurangi), yang lebih eksplisit lagi sering
dinamakan tapa brata. Karena itu orang Jawa sering menjalankan tapa ngrowot
(makan yang tidak berbiji), tapa ngidang (hanya makan sayuran), mutih (hanya
makan nasi, tanpa garam maupun lauk pauk) berbagai laku tersebut dilakukan
untuk membersihkan diri secara batin.
Dalam menjalani tradisi kejawen, orang Jawa selalu mengacu pada budaya
leluhur yang turun temurun. Orang Jawa juga sering menyebut leluwur artinya
leluhur yang telah meninggal, tetapi memiliki kharisma tertentu. Leluhur
dianggap memiliki kekuatan tertentu, apalagi kalau orang yang telah meninggal
tersebut tergolong wong tuwa (orang tua) baik dari segi umur maupun ilmunya.
Karena itu, sadar ataupun tidak orang kejawen telah banyak memanfaatkan karya-
karya leluhur sebagai pijakan dan pijaran dalam hidupnya. Salah satu bentuk
tradisi mistik yang dirangkai dengan ritual slametan yang berarti sebuah ritual
yang dimaksudkan untuk memohon keselamatan hidup.
1. Mistik Wayang
17
Muhammad Dawami, Makna Agama Dalam Masyarakat Jawa, Yogyakarta:LESI, hlm. 8
12
Tuhan dan manusia dapat diumpamakan sebagai dhalang, wayang
dan kelir. Dhalang ialah wujud mutlak, wayang merupakan roh
ilapi, sedangkan kelir adalah esensi yang pasti.
2. Mistik Sastra dan Gending
Mistik ini melukiskan perwujudan bagaimana manusia berupaya
menemukan Tuhan. Sastra dan gendhing akan menjadi wahana
mistik ketika manusia berupaya menemukan Tuhan. Kedua unsur
ini tak dapat dipisahkan satu sama lain karena saling melengkapi.
Jadi sastra dan gendhing merupakan implementasi sebuah
pencarian Tuhan dengan keindahan.
3. Mistik Cermin
Manusia sering menyamakan antara badan sendiri dengan cermin
yang di depannya atau menyamakan antara warna anggur dengan
sebuah gelas. Gambaran ini bersifat ontologis yang ingin mencari
hakikat atau kebenaran tentang ada dan tidak ada.
4. Mistik Kebatinan
Adalah bentuk mistik yang ke arah manunggaling kawula Gusti.
Yakni sebuah persatuan antara kawula dengan Tuhan. Hubungan
Tuhan dengan manusia menunjukkan pengertian yang bersifat
bipolar. Dalam budaya spiritual Jawa, hubungan termaksud selalu
dikiaskan. Karena manusia sendiri sebagai makhluk yang masih
meraba.
5. Mistik Magis
Magis adalah cabang mistik yang mempelajari dunia aneh, yaitu
dunia supranatural. Yakni dunia yang sulit diterjang oleh akal
manusia. Karena itu pengalaman subyektif lebih banyak berperan
dalam mistik magis. Tujuannya adalah memperoleh daya kekuatan
(daya linuwih). Manusia akan memiliki kekuatan luar biasa diatas
manusia biasa sebagai upaya untuk tetap berporos pada
kemanunggalan manusia dengan Tuhan.
13
yang dilakukan oleh penganut kejawen. Pemahaman semacam inipun tidak keliru,
tetapi mistik kejawen sesungguhnya tak terbatas dilakukan oleh orang Jawa.
Mistik kejawen bisa saja dilakukan oleh siapapun di dunia. Hanya saja, pelaku
mistik kejawen yang dari Jawa tentu lebih menjiwai jika dibandingkan dengan
pelaku lain, meskipun hal inipun tetap relatif.
14
lama. Implikasi dari ungkapan tersebut menyebabkan pelaku mistik
kejawen semakin berhati-hati dalam hidup. Hidup semata-mata untuk
menembah (menyembah) kepada Tuhan.
Pandangan di atas juga mengisyaratkan secara batin agar manusia
hidup di dunia lebih waspada. Manusia harus mencari kang kinanthi
(bekal) hidup di akhirat kelak. Itulah sebabnya setelah manusia keluar dari
alam sunyaruri berproses dan kelak akan kembali ke sunyaruri lagi harus
minum dua hal yaitu baik dan buruk. Jika manusia minum yang baik
dengan cara baik, inilah yang menjadi dambaan Illahiyah. Sebaliknya
kalau manusia minum yang jelek, menurut paham mistik manusia bisa
menjadi gendruwo, setan, banaspati dan binatang. Bahkan kalau yang
diminum baik, kalau caranya tidak baik, yang diminum baik, kalau
caranya tidak baik, toya wening itu menjadi wening sing ora meningake.
Artinya air jernih yang tak menjernihkan, tak memberi manfaat sama
sekali.
2. Mengamalkan Budi Pekerti Luhur
Pedoman hidup mistik kejawen kadang-kadang berupa papan
tanpa tulis. Artinya sesuatu yang ada tetapi tanpa tulisan, yaitu berupa
benda-benda sandi. Meskipun tanpa tulisan, namun benda tersebut
sebenarnya banyak menyimpan makna budi pekerti luhur. Diantara
pegangan hidup yang membuat budi pekerti luhur adalah bathok bolu isi
madu. Bathok artinya tempurung kelapa, bolu berasal dar bo (bolongan) lu
(telu), yaitu tempurung berlubang tiga. Tempurung tersebut berisi madu,
yaitu sesuatu yang manis rasanya, yang berguna bagi kehidupan.
Pelaku mistik kejawen yang dapat mengenali bathok bolu isi madu,
akan mengenal petunjuk Tuhan. Karena tempurung berlubang tiga,
terkandung pesan tiga hal yaitu: lahir, mati, dan hidup. Tiga hal ini harus
selalu diupayakan sampai harus menemukan madu di dalam tempurung
agar dapat dijadikan bekal untuk bertemu Tuhan. Sebagai modal dasar
untuk mendapatkan madu tersebut, mistikawan harus bertindak yang
berpedoman pada budi pekerti luhur. Dengan cara demikian, mistikawan
akan mengetahui dununge lair, urip lan pati.
15
3. Rajah Kalacakra: Ngelmu Pangiwa dan Panengen
Di tanah Jawa, dalam cerita Aji Saka mengajarkan ngelmu sastra
pangiwa dan panengan. Ngelmu sastra pangiwa adalah tempat sepi,
kosong, halus, tempat suksma kedewataan. Jadi pangiwa adalah ngelmu
yang berhubungan dengan pengalaman ghaib, sebelum manusia ada
menjadi manusia. Pada saat itu, manusia belum memiliki pancadriya dan
nafsu. Ia hidup dalam alam suwung, seperti alas gung liwang-liwung.
Sedangkan sastra panengen adalah berhubungan dengan hal-hal ragawi,
yaitu ketika manusia telah lengkap nafsunya. Manusia telah siap lahir
sampai mati. Ngelmu pangiwa dan panengen, halus kasar, jiwa raga harus
lekat, menyatu. Jika salah satu rusak, terutama panengen, mati, manusia
akan kembali ke alam suksma.
Ajaran ini bermula ketika Aji Saka pergi ke tanah Jawa dan
mengajarkan ngelmu kesejatian pambuka rasa yaitu Aksara Jawa,
hanacaraka datasawala padhajayanya magabathanga. Aksara Jawa ini
mempunyai pesan mistis yakni tentang hidup manusia hendaknya selalu
waspada terhadap keberadaan Tuhan. Manusia harus pandai membaca
tanda-tanda yang diberikan Tuhan. Dengan memperhatikan tanda-tanda
yang samar itu, hidup akan bersih, tidak akan salah arah, sehingga ada
bekal untuk kelak ketika meninggal dunia.
H. TITIK TEMU MISTIK KEJAWEN DAN TASAWUF
16
duniawi. Melalui tasawuf, budi pekerti manusia akan lebih halus. Tasawuf
demikian tergolong tasawuf suni, yaitu ajaran kepribadian.
Sasaran tasawuf adalah sampai kepada dzat Al Haq (Tuhan) dan bersatu
dengan Dia. Sasaran tasawuf ini sering dinamakan juga sufisme Jawa. Yakni
merupakan titik temu kepaduan antara paham sufistik dengan kejawen yang
sama-sama ke arah manunggal dengan Tuhan. Namun istilah manunggal ini
diterjemahkan sebagai cara bagaimana manusia dapat berada sedekat mungkin
dengan Tuhan. Begitu pula dengan mistik, juga laku untuk menyatu, atau setidak-
tidaknya mendekat dengan Tuhan. Jadi tasawuf merupakan ajaran rohani yang
tidak dapat dilihat. Perilaku tasawuf tak berarti meninggalkan kehidupan,
melainkan justru menceburkan diri dalam kehidupan nyata.
Penganut ajaran tasawuf yaitu para sufi yang berarti suci. Yakni manusia-
manusia yang selalu mensucikan diri dengan latihan-latihan kejiwaan atau batin.
Sufi berasal dari kata Shafa atau Shafwun yang berarti bening. Hati orang-orang
sufi selalu bening, karena ada kejernihan batin. Para ahli sufi sebenarnya juga
sejajar dengan istilah nimpuna dalam ajaran mistik kejawen. Yakni manusia-
manusia yang memiliki hikmah dalam hidupnya. Manusia-manusia yang
melakukan ajaran tasawuf tersebut berupaya mendekatkan dirinya kepada Tuhan
dan atau dalam bahasa mistik disebut manunggaling kawula Gusti.
Dengan kata lain tasawuf dan mistik kejawen memiliki titik temu yang
jelas. Yakni sebagai upaya pendekatan diri kepada Tuhan. Jika tasawuf juga
mengandalkan pemusatan batin melalui meditasi, mistik kejawen juga merupakan
ajaran atau kepercayaan bahwa pengetahuan tentang hakikat Tuhan bisa
didapatkan melalui meditasi atau kesadaran spiritual yang bebas dari campur
tangan akal dan pancaindera. Dalam kaitan ini, tujuan utama mistik atau tasawuf
adalah pencapaian makrifat yang tertinggi. Jalan mencapai taraf ini adalah melalui
tarekat. Tarekat pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu penyucian hati dari
segala bentuk ikatan keduniawian yang dicapai melalui tujuh taraf peningkatan
suasana batin yang dinamakan maqam. Yaitu maqom taubat, wara, zuhud, fakir,
sabar, tawakal dan rela.
17
Ketujuh maqom tersebut merupakan langkah penyucian hati ke arah
pembinaan pencapaian budi luhur. Sesudah hatinya suci, baru melangkah ke
bagian kedua yaitu meditasi. Yaitu mengkonsentrasikan seluruh pikiran dan
kesadaran untuk merenungkan keagungan Tuhan dengan membaca dzikir.
Pada saat itu manusia telah memiliki pengalaman yang sangat tinggi.
Manusia telah mencapai kesatuan sejati, sehingga lenyap segala perbedaan. Pada
saat ini manusia telah mengenal cinta hakiki kepada Sang Khalik. Pengalaman
semacam ini akan diraih baik oleh mistikawan maupun pelaku ajaran tasawuf.
Keduanya akan selalu rindu kepada Tuhan, seperti muda-mudi yang bercinta, dan
ingin selalu bertemu.
I. KESIMPULAN
Mistik berasal dari bahasa Yunani mystikos yang artinya rahasia (geheim),
serba rahasia (geheimzinnig), tersembunyi (verborgen), gelap (donker) atau
terselubung dalam kekelaman (in het duister gehuld). Berdasarkan arti tersebut
mistik sebagai sebuah paham yaitu Paham Mistik atau Mistisisme merupakan
paham yang memberikan ajaran yang serba mistis. Secara garis besar mistik dapat
di kelompokkan menjadi dua macam yang pertama Mistik Ketakterhinggaan
(Mysticism of Infiny) dan Personal Mistik (Mysticism of Personality).
Ajaran mistik dalam Islam biasa disebut dengan sebutan Tasawuf atau
dalam bahasa inggris di artikan dengan Sufisme. Tujuan Tasawuf itu sendiri
18
adalah ingin sampai pada dzat Allah dan bersatu dengannya, secara umum tujuan
tersebut dilakukan dengan pokok-pokok ajaran, Distansi, Konsentrasi Iluminasi
(kasyaf), Insan kamil. Dengan pokok-pokok ajaran tasawuf ini lah seorang sufi
dapat mencapai tujuannya, yang biasa di sebut tingkatan Ma’rifat
Asal usul mistik Jawa sebenarnya bermula dari dua tokoh misteri, yaitu Sri
dan Sadono. Sri sejatinya adalah penjelmaan Dewi Laksmi, istri Wisnu,
sedangkan Sadono adalah penjelmaan dari Wisnu, adapun bentuk-bentuk Mistik
Kejawen Mistik Wayang, Mistik Sastra dan Gending, Mistik Cermin, Mistik
Kebatinan, Mistik Magis
19
J. DAFTAR PUSTAKA
Endraswara, Suwardi, Mistik Kejawen, Yogyakarta : Narasi, 2006.
20