Anda di halaman 1dari 11

PEMIKIRAN MAZHAB-MAZHAB FILSAFAT

MAKALAH

Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Filsafat-Etika Komunikasi
Dosen Pembimbing : Noval Setiawan, M.Sos

Oleh :
Bagus Mukhibin

Laelatul Kharimah

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


JURUSAN DAKWAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN NAWAWI
PURWOREJO
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mazhab adalah pemikiran, atau aliran pemikiran, atau tradisi
intelektual adalah sekumpulan orang yang berbagi karakteristik opini
atau pandangan yang sama mengenai filsafat, disiplin, keyakinan,
gerakan sosial, ekonomi, gerakan budaya, atau gerakan seni.
Sedangkan filsafat yakni hasil dari tinjauan manusia mengenai dirinya,
makna alam dan tujuan hidup dengan menggunakan pikiran serta
dibantu rasa dan keyakinan di dalam diri tersebut. 
Dalam abad ketujuh belas dan kedelapan belas sejarah filsafat
Barat memperlihatkan aliran-aliran yang besar, yang mempertahankan
diri lama dalam wilayah-wilayah yang luas, yaitu rasionalisme,
empirisme, dan idealisme. Dibandingkan dengan itu, filsafat Barat
dalam abad kesembilan belas dan kedua puluh kelihatan terpecah-
pecah. Macam-macam aliran baru muncul, dan aliran-aliran ini sering
terkait pada hanya satu negara atau satu lingkungan bahasa.
Dalam realitanya tidak dapat kita pungkiri bahwasanya filsafat
terbagi ke dalam beberapa mazhab. Kemuncuan mazhab ini terutama
berada di abad pertengahan sebagai konsekuensi dari munculnya
golongan-golongan pemikir yang sepaham dengan teori, ajaran,
bahkan aliran tertentu terhadap tokoh-tokoh filsafat. Mazhab-mazhab
dalam filsafat terbagi atas rasionalisme, positivisme, empirisme,
idealisme, pragmatism, fenomenologi, dan eksistensialisme.
Pada makalah kali ini kita akan membahas mengenai macam-
macam mazhab dalam pandangan filsafat mulai dari mazhab
rasionalisme yang muncul pada abad ke-tujuh belas, mazhab
empirisme, idealisme, positivism, pragmatism, fenomenologi hingga
eksistensialisme yang dipelopori oleh Jean Paul Sartre ( 1905-1980)

1
yang berpemikiran bahwasanya filsafat berpangkal dari realitas yang
ada dan manusia itu memiliki hubungan dengan keberadaannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam mazhab filsafat?
2. Bagaimana pemikiran para tokoh mazhab tersebut?
3. Bagaimana penerapan mazhab tersebut dalam kehidupan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Macam-macam mazhab filsafat


Banyak pemikiran-pemikiran para filsuf yang telah dijelaskan
pada bagian sebelumnya. Pemikiran para filsuf ini kemudian
diikuti oleh murid-muridnya dan menumbuhkan berbagai mazhab
dilingkungan daerahnya. Berikut macam-macam mazhab filsafat :
a. Rasionalisme
Mazhab rasionalisme mulai muncul pada abad 17.
Rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang
dapat mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio atau
akal (Harun Hadiwijono, 1980:18). Hanya pengetahuan yang
melalui akallah yang memenuhi syarat dan dituntut oleh semua
pengetahuan ilmiah. Pengalaman hanya dipakai untuk
meneguhkan pengetahuan yang telah didapatkan oleh akal, dan
sesungguhnya akal tidak memerlukan pengalaman.
b. Empirisme
Mazhab ini muncul sezaman dengan rasionalisme yaitu
pada abad 17. Mazhab ini merupakan kebalikan dari
rasionalisme dan berpendapat bahwa empiris atau
pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik
pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah.
c. Idealisme
Kata idealisme pertama kali digunakan secara filosofis
oleh Leibniz pada awal abad 18. Istilah idealisme digunakan
dengan maksud untuk menerapkan pemikiran Plato. Idealisme
berpendapat bahwa seluruh realitas itu bersifat spiritual/psikis,
dan materi yang bersifat fisik sebenarnya tidak ada.
d. Positivisme

3
Mazhab ini berkembang pada abad ke-19. Positivisme
berpendirian bahwa pemikiran filsafat berpangkal dari apa
yang telah diketahui, yang faktual, yang positif, sehingga
sesuatu yang sifatnya metafisik ditolak. Pengetahuan kita tidak
boleh melewati fakta-fakta, dengan demikian ilmu pengetahuan
empiris diangkat menjadi contoh istimewa dalam bidang
pengetahuan. Namun, ada perbedaan dengan empirisme, yaitu
positivisme hanya membatasi pada pengalaman-pengalaman
objektif, yang tampak, tetapi empirisme menerima
pengalaman-pengalaman batiniah atau pengalamanpengalaman
subjektif.
e. Pragmatisme
Mazhab yang muncul pada awal abad ke-20 ini
mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang membuktikan
dirinya sebagai benar dengan membawa akibat yang
bermanfaat secara praktis. Pedoman pragmatisme adalah logika
pengamatan. Pragmatisme bersedia menerima segala sesuatu,
asal saja membawa akibat yang praktis. Pengalaman-
pengalaman pribadi diterima asalkan bermanfaat, bahkan
kebenaran mistis dipandang sebagai kebenaran yang diterima
asalkan membawa akibat praktis yang bermanfaat. (Harun
Hadiwijono, 1980:130).
f. Fenomenologi
Fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan
fenomena, atau segala sesuatu yang menampakkan diri.
Fenomena bukanlah hal yang nyata, tetapi hal yang semu.
Suatu fenomena tidak perlu harus diamati dengan indera, sebab
fenomena juga dapat dilihat atau ditilik secara rohani, tanpa
melewati indera.
g. Eksistensialisme

4
Eksistensi dalam filsafat eksistensialisme berarti cara
manusia berada di dalam dunia. Cara berada manusia berbeda
dengan beradanya benda-benda. Benda-benda berada dengan
tidak sadar tanpa hubungan. Sedangkan manusia berada di
dunia justru berhubungan dengan sesama manusia dan
berhubungan dengan benda-benda. Benda-benda berarti karena
beradanya manusia. Untuk membedakan dua cara berada dalam
eksistensialisme adalah dengan dua kata yang berbeda, untuk
benda berada, sedang manusia bereksistensi. 1

B. Pemikiran Tokoh Mazhab Filsafat


Seperi halnya macam-macam mazhab filsafat, pemikiran
mazhab filsafatpun sangat beragam tentunya dengan pola pikir
tokohnya masing-masing yang berlatar belakang berbeda sehingga
menghasilkan pandangan yang berbeda pula
1. Pemikiran Tokoh Rasionalisme

Rene Descartes (Renatus cartesius) yang mendapat


nama baptis Rene, tumbuh sebagai anak yang menampakan
bakatnya dalam bidang filsafat, sehingga ayahnya pun
memanggilnya dengan julukan Si Filsuf Cilik. Pendidikan
pertamanya diperoleh dari sekolah Yesuit di La Fleche dari
tahun 1604-1612. Disinilah ia memperoleh pengetahuan dasar
tentang karya ilmiah Latin dan Yunani, bahasa Prancis, music
dan acting, logika aristoteles dan Etika Nichomacus, fisika,
matematika, astronomi dan ajaran metafisika dari filsafat
Thomas Aquinas.

Metode Kesangsian dan “Cogito Ergo Sum” Untuk


memperoleh titik kebenaran pengetahuan, Descartes mulai
dengan sebuah kesangsian atas segala sesuatu. Menurut
1
Uud Wahyudin, Filsafat dan Etika Komunikasi, Bandung , Widya Padjajaran, 2010,h
hal 19.

5
Dascartes, sekurang-kurangnya aku yang menyangsikan
bukanlah hasil tipuan. Semakin kita dapat menyangsikan segala
sesuatu, entah kita sungguh ditipu atau ternyata tidak, termasuk
menyangsikan bahwa kita tidak dapat menyangsikan, kita
semakin mengada (exist). Justru kesangsianlah yang
membuktikan kepada diri kita bahwa kita ini nyata. Selama kita
ini sangsi, kita akan merasa semakin pasti bahwa kita nyata-
nyata ada. Jadi, meski dalam tipuan yang lihai, kepastian
bahwa aku yang menyangsikan itu ada tidak bisa 18 dibantah.
Menyangsikan adalah berpikir, maka kepastian akan
eksistensiku dicapai dengan berpikir. Descartes kemudian
mengatakan Je pense donce je suis atau cogito ergo sum (aku
berpikir, maka aku ada )2

2. Pemikiran Tokoh Empirisme

Thomas Hobbes mengatakan bahwa pengalaman


merupakan permulaan segala pengenalan, pengalaman
intelektual tidak lain adalah semacam perhitungan yaitu
penggabungan dari data-data inderawi.
    Hobbes membantah Descrates yang mengatakan bahwa jiwa
adalah subtansi rohani. Menurutnya seluruh dunia termasuk
manusia merupakan suatu proses yang berlansung dengan tiada
hentinya.
    Filsafat Hobbes mewujudkan suatu sistem yang lengkap
mengenai keterangan tentang "Yang Ada" secara mekanis.
Dengan demikian ia merupakan seorang materialis pertama
dalam filsafat modern.

3. Pemikiran Tokoh Idealisme

2
F. Budi Hardiman, Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern, Jakarta,
Erlangga,2010, hal 33-34.

6
George Knight mengemukakan bahwa realitas bagi
idealisme adalah dunia penampakan yang ditangkap dengan
panca indera dan dunia realitas yang ditangkap melalui
kecerdasan akal pikiran (mind). Dunia akal pikir terfokus pada
ide gagasan yang lebih dulu ada dan lebih penting daripada
dunia empiris indrawi.3

4. Pemikiran Tokoh Positivisme

Aguste Comte adalah tokoh aliran positivisme,


pendapat aliran ini adalah indera amatlah penting dalam
memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat
bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Karena kekurangan
inderawi dapat dikoreksi dengan eksperimen (Riyanto, 2011 :
53). Melihat dari pernyataan Aguste Comte di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa Comte lebih menekankan pada
pengamatan dan diperjelas dengan eksperimen.

5. Pemikiran Tokoh Pragmatisme

William James merumuskan pragmatisme sebagai


“sikap memalingkan muka dari segala sesuatu, prinsip-prinsip,
kategori-kategori, keniscayaan-keniscayaan awal, untuk
kemudian beralih pada segala sesuatu, hasil-hasil, konsekuensi-
konsekuensi, serta fakta-fakta baru.” Pragmatisme bersifat
kritis terhadap sistem-sistem filsafat lama, yang menurut
penganut pragmatisme, telah membuat kesalahan mencari
sesuatu yang puncak (ultimate), mutlak, dan esensi-esensi
abadi. Para penganut pragmatisme menekankan sains empiris,
dunia yang berubah dan masalah-masalahnya, dan alam sebagai

3
George R. Knight, Issue and Alternatives in Education Philosophy, Terj. Mahmud Arif,
Filsafat Pendidikan, Isu-Isu Kontemporer dan Solusi Alternatif, (Yogyakarta: Idea Press, 2004)
hal. 48

7
seluruh realitas inklusif di luar keyakinan ilmiah tidak
mendapat tempat.4

BAB III
4
Satya Widya, PRAGMATISME, HUMANISME DAN IMPLIKASINYA BAGI DUNIA
PENDIDIKAN DI INDONESIA. Vol, 28 No, 2, (2018).175

8
PENUTUP
C. Kesimpulan
Terdapat banyak sekali macam-macam mazhab filsafat,
sepertihalnya Mazhab rasionalisme yang mulai muncul pada abad 17.
Rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat
mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio atau akal. Disusul
dengan mazhab empirisme yang muncul sezaman dengan rasionalisme
yaitu pada abad 17. Mazhab ini merupakan kebalikan dari
rasionalisme. Disusul dangan mazhab-mazhab lainnya seperti yang
telah dijelaskan di awal.
Seperi halnya macam-macam mazhab filsafat, pemikiran mazhab
filsafatpun sangat beragam tentunya dengan pola pikir tokohnya
masing-masing yang berlatar belakang berbeda sehingga menghasilkan
pandangan yang berbeda pula, Pada makalah ini kami telah
memaparkan pemikiran beberapa tokoh ahli filsafat salah satunya
yakni dari pemikiran Rene Descartes seorang ahli filsuf dari mazhab
rasionalis yang berpendapat bahwasanya sekurang-kurangnya aku
yang menyangsikan bukanlah hasil tipuan. Semakin kita dapat
menyangsikan segala sesuatu, entah kita sungguh ditipu atau ternyata
tidak, termasuk menyangsikan bahwa kita tidak dapat menyangsikan,
kita semakin mengada (exist). Selain dari pemikiran beliau, masih
terdapat banyak pemikiran lainnya sepertihalnya telah kami jelaskan
diatas.

9
DAFTAR PUSTAKA

Wahyudin, Uud. 2010. Filsafat dan Etika Komunikasi. Bandung. Widya

Padjajaran.

F. Budi Hardiman. 2010. Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia

Modern.Jakarta. Erlangga.

George R. Knight. 2004. Issue and Alternatives in Education Philosophy. Terj.

Mahmud Arif. Filsafat Pendidikan. Isu-Isu Kontemporer dan Solusi Alternatif.

(Yogyakarta: Idea Press).

Widya, Satya. 2018. PRAGMATISME, HUMANISME DAN IMPLIKASINYA

BAGI DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA. Vol. 28 No. 2.

10

Anda mungkin juga menyukai