Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RESUME MATERI

FILSAFAT MANUSIA

Dosen pengampuh:

Andi Halima, S,Psi., M.A

Disusun Oleh:

Nama: Rani Alvionita

Nim: 220701501131

Kelas: C

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022/2023
1. Pengantar Filsafat Manusia
Filsafat Manusia adalah suatu cabang dari Filsafat yang mengupas tentang arti menjadi
manusia. Filsafat Manusia termasuk dalam kajian Ontologi atau Metafisika , Filsafat
Manusia biasa disebut juga, Antropologia Metafisika atau Psikologi Metafisis, Manusia
adalah mahluk yang berhadapan dengan diri sendiri dalam dunianya.
Jan Hendrik Rapar mengemukakan yang diambil dari definisi Plato dalam Pengantar
Filsafat bahwa filsafat ialah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat realitas
ada dengan mengandalkan akal budi. Karena filsafat mencoba memahi segala realitas yang
ada, sehingga objeknya melingkupi segala yang ada termasuk juga manusia. Ketika filsafat
berobjekkan manusia, filsafat menjadi ilmu yang mengaji tentang seluk-beluk manusia.
Dalam artian, filsafat akan membahas mengenai manusia secara mendalam, baik dari unsur
dan fungsi hidupnya. Jika dikaitkan dengan suatu tokoh, itu berarti mengacu pada
pemikiran tokoh tersebut mengenai manusia itu sendiri secara mendalam. Maka dari itu,
kajian menganai filsafat manusia mengarah pada hakikat manusia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, manusia disebutkan sebagai alam kecil yang
merupakan bagian dari alam besar yang ada di atas alam. Ia adalah makhluk yang bernyawa,
makhluk antromorphen dan merupakan binatang yang menyusui, akan tetapi juga
merupakan makhluk yang dapat mengetahui dan menguasai kekuatan-kekuatan alam di
luar dan di dalam dirinya, baik lahir maupun batin.
2. Konsep Dasar Filsafat
a. Universal Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum. Tingkat
umumannya sangat tinggi. Pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan objek-objek
khusus, akan tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep yang sifatnya umum.
Misalnya, tentang manusia, tentang keadilan, tentang kebebasan. Universalitas filsafat
juga dapat dipahami sebagai pemikiran yang menghimpun seluruh aspek atau
memiliki daya jangkau yang sangat luas, tidak terbatas pada aspek tertentu saja, dan
bukan tentang peristiwa tunggal.
b. Radikal Pemikiran filsafat harus bersifat mendalam, yaitu memikirkan sesuatu sampai
ke asal-usulnya. Dalam hal ini, radikal juga mencakup makna kritis, karena pemikiran
filsafat terus mempertanyakan bahkan sampai hal-hal yang sudah tidak terjangkau lagi
oleh ilmu pengetahuan pada umumnya
3. Filsafat Manusia Perspektif Rasionalisme
Rasionalisme ialah faham filsafat yang menyatakan bahwa akal (reason) adalah alat
terpenting untuk memperoleh pengetahuan dan menetes pengetahuan. Rasionalisme
percaya bahwa cara untuk mencapai pengetahuan adalah menyandarkan diri pada sumber
daya logika dan intelektual. Penalaran demikian tidak berdasarkan pada data pengalaman,
tetapi diolah dari kebenaran dasar yang tidak menuntut untuk menjadi dan mendasarkan
diri pada pengalaman. Pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan
memberikan bahanbahan yang menyebabkan akal dapat bekerja. Akan tetapi, untuk
sampainya manusia kepada kebenaran, adalah semata-mata dengan akal.
Ciri-Ciri Filsafat Rasional :
1. Adanya pendirian bahwa kebenaran-kebenaran yang hakiki itu secara langsung
dapat diperoleh dengan menggunakan akal sebagai sarananya.
2. Adanya suatu penjabaran secara logik atau deduksi yang dimaksud untuk
memberikan pengertian seketat mungkin mengenai segi-segi lain dari seluruh
bidang pengetahuan berdasarkan atas apa yang dianggap sebagai kebenaran-
Pemikiran Para Tokoh Filsafat Rasionalisme
• Rene Descartes (1596-1650)
Rene Descartes, adalah pendiri filsafat modern. Beberapa hal yang
pernah ia lakukan yakni: pertama, ia berusaha mencari satu-satunya metode
dalam seluruh cabangpenyelidikan manusia; kedua, ia memperkenalkan
dalam filsafat, terutama tentang penelitian dan konsep dalam filsafat yang
menjadi prinsip dasar dalam perkembangan filsafat modern. Metode
Descartes dimaksud bukan saja sebagai metode penelitian ilmiah, ataupun
penelitian filsafat, melainkan sebagai metode penelitian rasional mana saja,
sebab akal budi manusia selalu sama.
Dalam karya Descartes, menjelaskan pencarian kebenaran melalui
metode keragu-raguan. Karyanya berjudul A Discourse on Methode
mengemukakan perlunya memerhatikan empat hal berikut:
a. Kebenaran baru dinyatakan shahih jika telah benar-benar indrawi dan
realitasnya telah jelas dan tegas, sehingga tidak ada suatu keraguan apa
pun yang mampu merobohkannya.
b. Pecahkan lah setiap kesulitan atau masalah itu sebanyak-banyaknya,
sehingga tidak ada suatu keraguan apa pun yang mampu merobohkannya.
c. Bimbinglah pikiran dengan teratur, dengan memulai dari hal yang
sederhana dan mudah di ketahui, kemudian secara bertahap sampai pada
yang paling sulit dan kompleks.
d. Dalam proses pencarian dan pemeriksaan hal-hal sulit, selamanya harus di
buat perhitungan-perhitungan sempurna serta pertimbangan-pertimbangan
yang menyeluruh, sehingga di peroleh keyakinan banwa tak ada satu pun
yang mengabaikan atau ketinggalan dalam penjelajahah itu kebenaran
hakiki.
4. Filsafat Manusia Perspektif Agama
Filsafat dan agama seringkali dihadap-hadapkan satu sama lain sehingga seolah-
olah keduanya tidak dapat bersatu. Dua istilah "filsafat" dan "agama" ini sesungguhnya
mendapatkan titik temu pada bidang yang sama, yaitu "the Ultimate Reality", yakni
Realitas (Dzat) yang terpenting bagi masalah kehidupan dan kematian manusia. Perbedaan,
atau setidaknya sebuah jarak yang bisa membedakan, di antara keduanya tidak terletak
pada bidang yang menjadi titik temu itu sendiri, tetapi terletak pada cara bagaimana
menyelidiki bidang tersebut. Di antara perbedaan keduanya adalah:
(1) Jika dalam filsafat "berpikir" adalah ciri khasnya, sedangkan dalam agama
adalah "mengabdi",
(2) jika filsafat menekankan pengetahuan untuk "memahami", maka agama
menuntut pengetahuan untuk "beribadah",
(3) jika dalam filsafat itu dilakukan contemplation (misalnya memikirkan tentang
apa itu "cinta?"), maka dalam agama dilakukan enjoyment (merasakan dan
mengalami "cinta" itu sendiri),
(4) jika filsafat banyak berhubungan dengan akal atau pikiran, maka agama banyak
berhubungan dengan hati (Trueblood, 1994)
Menurut Sidi Gazalba (1992: 22), baik filsafat maupun agama keduanya
menentukan norma baik dan buruk, namun keduanya berbeda dalam kriteria sesuatu itu
disebut baik dan buruk. Di Satu pihak, agama dalam mengukur kriteria baik-buruk dan
benar- salah mendasarkan atas ajaran Wahyu, sedangkan dalam filsafat mencari kriteria
dengan melakukan proses berpikir untuk mencari pengetahuan dengan menggunakan akal
pikiran manusia.
5. Filsafat Manusia Perpektif Filsafat Timur
a. Filsafat Timur
Filsafat Timur merupakan filsafat yang muncul dari filsafat Yunani kuno, dan
mempunyai sejarah lebih dahulu dibandingkan Yunani kuno sendiri. Peradaban India
memulai kemunculannya di daratan indus yang sekarang lebih dikenal dengan india
sekitar tahun 1000-600 SM, dan Cina muncul dari pemerintahan dinasti ke dinasti pada
tahun 1027-506 SM, sekitar tahun 550-330 SM Kerajaan Persia berdiri setelah
runtuhnya kerajaan Assyria.
b. Filsafat China
Filsafat Cina adalah salah satu dari filsafat tertua di dunia dan dipercaya menjadi
salah satu filsafat dasar dari tiga filsafat dasar yang mempengaruhi sejarah
perkembangan filsafat dunia, disamping filsafat India dan filsafat Barat.
c. Filsafat India
Filsafat India merupakan filsafat yang berasal dari timur dekat selatan, mengapa
disebut filsafat India Karena India sejak 2000 SM sudah mengenal yang namanya
kebijaksanaan, dalam segi kehidupan dan alam sekitar,sehingga filsafat India adalah
kebijaksanaan yang mengatur kehidupan way of life untuk kesejahteraan kita hidup
didunia ini dengan lebih tenang dan damai. Filsafat India membagi sejumlah zaman
dalam penyebarannya ada empat zaman, yaitu Zaman Veda, Zaman Epos, Zaman Sutra,
dan Zaman Scholastik.
d. Filsafat Persia
Kebangkitan Bangsa Persia pada tahun 550-252 SM dikarenakan sejarah kelam
Bangsa Assyria. Yang membedakan bangsa Persia dan bangsa Assyria adalah bangsa
Persia lebih damai, tenang, dan tertib, walaupun sedang menaklukkan negeri lain tapi
tidak menganggu pemerintahan pribumi. Pasukan Persia menghormati danmenghargai
agama- agama yang dipeluk oleh negeri yang ditaklukkannya sehingga menjadi tempat
berkembangnya agama dan ilmu pengetahuan daripada pemberontakan.Peradaban
Persia dikenal sebagai peradaban tertua di dunia dan juga telah menyumbangkan
berbagai prestasi peradaban, mulai dari ilmu pengetahuan, filsafat, hingga seni dan
arsitektur. Filsafat Persia dikenal dengan beberapa aliran, yaitu:
• Zoroastrianisme
• Manichaenisme
• Mazdakisme
• Zurvanisme
• Baha’isme
e. Filsafat Islam
Filsafat islam merupakan hasil pemikiran filsuf tentang ketuhanan, kenabian,
kemanusiaan, dan alam yang dilandasi ajaran islam sebagai suatu aturan pemikiran yang
logis dan sistematis. Selain itu, filsafat islam juga memaparkan secara luas tentang
ontologi dan menunjukkan pandangannya tentang ruang, waktu, materi, serta kehidupan.
Filsafat islam berusaha memadukan antara wahyu dengan akal, akidah dengan hikmah,
serta agama dan filsafat, juga turut menjelaskan kepada manusia bahwasanya wahyu
tidaklah bertentangan dengan akal.
Pada perkembangan filsafat islam, cakupannya diperluas dalam segala aspek
keilmuan yang terdapat pada khasanah pemikiran keislaman ushul fiqih, ilmu kalam,
tasawuf, dan pemikiran lainnya yang diciptakan oleh ahli atau pakar pemikiran islam.
Ibrahim Makdur membatasi bahwasanya, filsafat islam merupakan pemikiran yang
dalam pemikiran dunia islami untuk menjawab dan mengatasi berbagai macam
rintangan yang muncul seiring perubahan zaman, yang mana meliputi Allah SWT. dan
alam semesta, wahyu dan akal, serta agama dan filsafat. Pendapat lainnya
mendefinisikan filsafat islam sebagai pembahasan tentang alam dan manusia yang
disinari oleh ajaran islam
6. Filsafat Manusia Perspektif Hubungan Sosial
Filsafat manusia dalam pandangan hubungan sosial ialah manusia sebagai
makhluk sosial, manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi satu sama lain. Manusia
tidak dapat mencapai apa yang diinginkannya sendiri. Sebagai makhluk sosial, manusia
memenuhi perannya dengan menggunakan simbol-simbol untuk mengkomunikasikan
pikiran dan perasaannya. Wujud manusia sebagai makhluk sosial adalah tidak pernah ada
manusia yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan orang lain. Memang,
kesadaran manusia sebagai makhluk sosial menyampaikan rasa tanggung jawab untuk
melindungi individu yang jauh lebih lemah dari makhluk sosial yang besar dan kuat.
Kehidupan sosial, kohesi, dan dalam bentuk informal (masyarakat) dan formal (institusi,
negara) dengan otoritasnya berkomitmen untuk melindungi individu. Esensi manusia
sebagai makhluk sosial pada hakikatnya adalah kesadaran manusia akan tempat dan
kedudukannya dalam kehidupan bersama dan bagaimana tanggung jawab dan kewajiban
mereka cocok satu sama lain.
Hakikat manusia sebagai makhluk sosial adalah tidak ada seorangpun yang dapat
menjalani kehidupan ini tanpa bantuan orang lain. Kehidupan sosial, persatuan dan
kedalaman Bentuk informal (masyarakat) dan formal (institusi, Negara) dan otoritas
mereka berkomitmen untuk melindungi individu. Pentingnya manusia sebagai pekerja
sosial benar-benar mengetahui di mana mereka berada dan situasi mereka dalam hidup
bersama dan bagaimana peran dan tanggung jawab mereka kompatibel.
7. Filsafat Manusia Perspektif Sains
Manusia berperan sebagai subjek sekaligus menjadi objek dalam sains. Objek
dalam meliputi manusia dan lingkungannya, baik lingkungan hidup maupun tak hidup.
Manusia yang memiliki akal dan budi, akan selalu berusaha mempelajari dan melakukan
kegiatan untuk mengetahui fenomena kehidupan yang ada di sekitarnya, agar jelas
kebenarannya.
Filsafat sains menyediakan tujuan penyelidikan ilmiah dan aspek-aspek
ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Filsafat sains juga melakukan kritik terhadap
hukum-hukum, prinsip-prinsip, maupun istilah-istilah dalam dunia keilmuan. Ruang
lingkup filsafat sains juga sangat luas, meliputi berbagai persoalan yang berkaitan dengan
ilmu sebagai sumbangan untuk ilmu, dan persoalan umum yang filosofis sebagai
sumbangan untuk filsafat sains itu sendiri. Luasnya objek kajian filsafat sains
menyebabkan adanya pembagian-pembagian dalam mempelajari filsafat sains. Ada ahli
yang membedakan filsafat sains menjadi Philosophy of Science-In-General (filsafat ilmu
umum) yang menelaah konsep-konsep dan metode-metode yang terdapat di dalam semua
ilmu, Philosophy of Spesific-Science (filsafat ilmu-ilmu khusus) seperti filsafat fisika, atau
filsafat psikologi dan sebagainya. Ada juga perbedaan antara filsafat ilmu, ilmu alam
(philosophy of natural sciences) dan filsafat ilmu ilmu sosial (philosophy of social
sciences).
Perkembangan sains dalam perjalanannya sangat membutuhkan dimensi etis dan
estetika, yang terdapat dalam filsafat sebagai pertimbangan dan mempengaruhi proses
perkembangan tersebut. Tanggung jawab etis menjadi sesuatu yang menyangkut kegiatan
penelitian dan penggunaan hasilnya untuk kepentingan manusia. Ilmuwan dalam
mengembangkan sains harus mempertimbangkan harkat, martabat dan kodrat manusia,
menjaga keseimbangan dan kelestarian ekosistem, bertanggung jawab terhadap generasi
yang akan datang, dan bersifat universal.
8. Filsafat Manusia Perspektif Metafisika
Hubungan Filsafat Dengan Metafisika
Filsafat sebagai studi kritis mengenai segala sesuatu di alam semesta ini yang
menempatkan kedudukan metafisika sebagai pokok kajian yang sangat penting,
bahkan Rene Descartes, tokoh utama filsafat Barat Modern mengatakan bahwa
metafisika itu akar dari pohon ilmu pengetahuan, pohonnya ialah fisika sedangkan
daunnya adalah cabang ilmu lainya. Ibarat pohon yang tumbuh subur dan kokoh,
perkembangan ilmu pengetahuan juga sangat terdukung (baik secara langsung maupun
tidak) oleh metafisika.

Pengertian Metafisika Filsafat

Metafisika filsafat merupakan cabang filsafat yang berhubungan dengan


“prinsip pertama” dari keberadaan. Dalam artian filsafat metafisika berusaha
mendefinisikan konsep dasar seperti keberadaan, substansi, kausalitas, waktu dan
ruang. Istilah metafisika berasal dari kata yunani yaitu μετά (meta) = "setelah atau di
balik", φυσικα (phúsika) = "hal-hal di alam". Yang dapat diartikan sesuatu yang ada
di balik atau di belakang benda-benda fisik. Metafisika juga merupakan bagian dari
filsafat yang dimana mempelajari ilmu di balik realitas. Metafisika juga adalah bagian
dari falsafah yang dimana membahas tentang hakikat yang ada di balik fisika (yang
Nampak), hakikat tersebut biasanya bersifat abstrak dan berada diluar jangkauan
manusia biasa.Sehingga Metafisika dapat didefinisikan sebagai studi atau pemikiran
tentang sifat yang terdalam (ultimate nature) dari kenyataan atau keberadaan.
Metafisika Ontologi
Metafisika umum adalah istilah lain dari ontology. Dengan demikian,
metafisika atau ontologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang prinsip yang
paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika
khusus masih terbagi menjadi Kosmologi, Psikologi dan Teologi.
Kata ontologi berdasarkan perkataan Yunani, yaitu Ontos: being dan logos.
Logic jadi ontology adalah the theory of being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan). Atau bisa juga ilmu yang ada. Secara istilah ontology adalah ilmu yang
membahas hakikat yang ada yang merupakan realita baik berbentuk jasmani atau
konkrit maupun rohani atau abstrak. Berasal dari bahasa Yunani: on/ontos= ada dan
logos= ilmu. Jadi ontology adalah ilmu tentang yang ada. Secara ringkas membahas
realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Istilah ontology ini pertama kali
diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1936 M, untuk menamai hakikat
yang ada bersifat metafisis.
Aliran-aliran Metafisika
a. Materialisme
b. Pluralisme
c. Idealisme
d. Agnostisisme

Anda mungkin juga menyukai