Rani Alvionita
220701501131
ranialvionita06@gmail.com
Abstrak
Kekerasan seksual kekerasan seksual diartikan sebagai setiap sikap yang merendahka, menghina,
melecehkan, menyerang tubuh, fungsi reproduksi seseorang. Perbuatan tersebut timbul karena
adanya perpedaan gender. Kekerasan seksual Ini korban mengalami penderitaan psikis dan fisik
termasuk mengganggu kesehatan reproduksi, dan hilang kesempatan untuk menuntut ilmu. Yang
menyebabkan dampak psikologisnya yaitu depresi, Trauma, malu, kehilangan kepercayaan diri
dan, dampak fisik yaitu gangguan makan, Vaginismus otot-otot vaginanya mengejang dengan
sendirinya dan lain-lain
Abstrack
Sexual violence Sexual violence is defined as any attitude that humiliates, humiliates, harasses,
attacks one's body, reproductive function. These actions arise because of gender differences.
Sexual violence These victims experience psychological and physical suffering, including
disrupting reproductive health, and losing opportunities to study. What causes the psychological
impact, namely depression, trauma, embarrassment, loss of self-confidence and, the physical
impact is eating disorders, Vaginismus, the vaginal muscles twitch by themselves and others.
PENDAHULUAN
Kekerasan seksual adalah perilaku yang menuju arah seks atau tindakan seksual yang tidak
diinginkan termasuk dalam permintaan untuk melakukan seks menyebabkan pelanggaran dan
ketidaknyamanan dan termasuk bentuk penghinaan atau memandang rendah seorang karena hal-
hal yang berkenan dengan seseorang. Kekerasan seksual sendiri merupakan tindakan yang tidak
dapat dipungkiri bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Bahkan, tindakan tercela tersebut bisa
dilakukan oleh pelaku yang di sekitar korban atau seseorang yang dekat dengan korban. Kekerasan
perempuan di Indonesia sudah sampai pada tahap memprihatinkan. Hal tersebut dapat dilihat dari
jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan yang mengalami peningkatan disetiap tahunnya.
Pada tahun 2016, sebanyak 259.150 kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan dan
ditangani. Artinya, terdapat 710 kasus kekerasan terhadap perempuan setiap harinya (Komnas
Perempuan, 2017), pada tahun 2010, jumlah korban kekerasan seksual terhadap anak sebanyak 38
orang, dan pada tahun 2011 sejumlah 45 orang, sedangkan tahun 2012 jumlah korban kekerasan
seksual menurun menjadi 41 orang, dan sekitar 120 juta anak di seluruh dunia atau lebih 100 anak
telah menjadi korban seksual di bawah usia 20 tahun. Ketua Komisi Nasional Perlindungan
(KPAI) menyampaikan bahwa di tahun 2013 terdapat 925 kasus. Ada 57% yang kasus berakhir
begitu saja, 39,9% memilih untuk membayar uang kepada korban, 26,2% dengan menikahi korban,
23,8% di selesaikan kekeluargaan, dan 19,2% pelaku kekerasan seksual berakhir di penjara.
• Transportasi publik antara lain di raba, ber posisi/menempelkan tubuh dengan segaja, dan
mengganggu.
• Pelecahan terhadap pramugari antara lain di colek pantatnya, mengajak kencan dengan
cara merendahkan, dan lain-lain.
• Di Lembaga Pendidikan antara lain di cium, di ekplorasi pengajar di hotel ketika menjadi
panitia seminar, dan lain-lain
• Di tempat kerja: pabrik antara lain mengintip, bahkan kejahatan memberhentikkan buruh
yang sedang hamil dan melahirkan. Di kantor melecahkan bawahannnya dengan cara raba
dan di suruh untuk tutup mulut/ berpura-pura.
• Di dunia industry hiburan antara lain memanfaatkan pamerana perempuan dan melakukan
seksual, pengambilan gambar yang mengarah seksual, dan perbagaian bentuk lainnya.
• Di sosial media antara lain dengan melecahkan menggunakan bahasa yang merendahkan,
mengganti profil yang bernuansa pornografi, dan lain-lain.
B. BENTUK-BENTUK KEKERSAN SEKSUAL PADA ANAK
Bentuk tindakkan kekerasan seksual di lakukan pada anak di bawah umur 18 tahun. Baik
itu ada perlawanan atau tidak, ancaman, atau tidak, paksaan atau tidak. Pelakunya akan
mendapatkan kurungan penjara dan denda, bentuk-bentuk kekerasan seksual pada anak:
Pencegahan eksternal bisa di lakukan untuk mengurangi kekerasan kepada anak antara lain
dengan memaksimalkan peran sekolah
3. di sekolah
• Sekolah harus memiliki fungsi kontrol sosial.
• Sekolah harus mengagaskan aktifitas-aktifitas internal sekolah yang positif
• Sekolah bisa membentuk petugas breaktime
• Sekolah harus rutin melakukan komunikasi dengan orang tua
• Sekolah harus mengajarkan budi pekerti, baik di rumah maupun di sekolah
• Melapor pada pihak berwajib ketika terjadi kekerasan fisik psikis, maupun seksual
• Peranan guru harus mengajarkan murid mengenai hal yang tidak boleh di sentuh
• Guru sebaiknya selalu aktif menyampaikan pasan-pesan moral
• Meingkatkan peran guru dan sekolah untuk mengajarkan siswa bagaimana caranya
berperilaku, bergaul, dengan sesama, sopan dan santun
• Memberikan pemahaman kepada siswa mereka tidak boleh melanggar hukum
• Mata pelajaran budi pekerti yang mengajarkan bagaimana sisiwa harus berperilaku
• Guru mesti memahami seputar perlindungan anak
• Meningkatkan kesadaran guru akan tangguang jawab terhadap siswa
• Penekanan Guru harus sebagai pelindung siswa
E. DAMPAK PADA KORBAN KEKERASAN SEKSUAL
Kekerasan seksual terhadap anak pada fisik, psikilogis, dan tumbuh kembangnya:
❖ Dampak Psikoogis
a. Depresi, sering menyalakan diri sendiri meruapakan salah efek jangka pendek dan
jangka panjang
b. Sindrom Trauma Perkosaan korban sering merasa syok
c. Disosiasi individu mengalami traumatik sering mengalami beberapa derajat di
sosiasi berkrpibadian ganda
❖ Dampak Fisik
a. Gangguan makan
b. Hypoactive sexual desire di sorder adalah kondisi medias yang menandakan hasrat
seksual yang rendah
c. Dyspareunia adalaha nyeri yang di rasakan setelah berhubungan seksual
d. Vaginismus otot-otot vaginanya mengejang dengan sendirinya
e. Diabetes tipe 2 segala bentuk pelecehan seksual pada kanak-kanak pada risiko yang
lebih tinggi untuk mengmbangkan kondisi medis serius di masa yang akan datang,
seperti penyakit jantung dan diabetes
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Berdasarkan pada fokus penelitian yang di atas, maka tujuan dari penelitian yang akan dicapai
adalah:
1.4 Manfaat
Untuk meberikan informasi atau wawasan kepada masyarakat dan penulis tentang
memperhatikan kesehatan fisik dan mental pada korban kekerasan seksual
BAB II
PEMBAHASAN
Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual kekerasan seksual diartikan sebagai setiap sikap yang merendahka,
menghina, melecehkan, menyerang tubuh, fungsi reproduksi seseorang. Perbuatan
tersebut timbul karena adanya perpedaan gender. Kekerasan seksual Ini korban mengalami
penderitaan psikis dan fisik termasuk mengganggu kesehatan reproduksi, dan hilang
kesempatan untuk menuntut ilmu. Dimaksud dengan ketimpangan relasi kuasa atau gender,
adalah sebuah keadaan di mana seseorang menyalahgunakan sumber daya pengetahuan,
ekonomi dan perimaan masyarakat, atau status sosialnya untuk mengendalikan orang lain.
1. Kekerasaan seksual pada anak
Kekerasan seksual pada anak adalah hubungan atau intreraksi antara seorang anak
dengan orang yang lebih tua atau orang dewasa yang belum ia kenal, saudara, atau orang
tua dimana anak ini di pergunakan sebagai pemuas kebutuhan seksual. Tindakan ini
dilakukan dengan menggunakan paksaan, ancaman, suap, tipuan, Dampak dari perlaku
kekerasan seksual terhadap anak-anak tersebut cenderung marusak mental korban nahkan
seringkali mengalami keterbelakangan mental.
Undang-undan perlindungan anak No 35 Tahun 2014 mendefinisikan anak merupakan
seseorang yang belim berusia 18 tahun termasuk yang masih ada dlam kandungan. Banyak
jenis-jenis kekerasan seksual terhadap anak yaitu pelecehan seksual yang sering terjadi
pada anak-anak baik pada anak balita maupun anak remaja, bentuk pelecehan yaitu: main
mata, siulan, pembicaraan yang kearah seks, porno, menyubiy, colekan, tepukan, atau
memegang di area tubuh yang tidak bisa di sentuh oleh orang lain, isyarat bersifat seksual
yaitu, ajakan untuk berkencan dengan ancaman, mengajak untuk berhubungan seks,
sempai pemerkosaan. Dampak tindakan tersebut bukan hnay pada fisik melainkan juga
mental yang menyebabkan kesehatan diri anak menjadi terganggu.
Berdasarkan Undang-undang 35 tahun 2014 tentang perlindunagn anak pasa 59
menegaskan bahwa pemerintah, dan Lembaga negara berkewajiban dan beratanggung
jawab untuk perlindungan khusus pada anak, salah satunya anak korban kejahatan seksual.
Dalam penanganan masalah ini, adapaun cara yang dilakukan dengan memberikan
perlinduang, pendampingan, dan penangan yang cepat merupakan pengobatan atau
rehalibitasi secara fisik, psikis, dan sosial serta pencegahan penyakit dan gangguan
kesehatan lainya.
Adapun program pelayanan yang diterapkan oleh Dinas P3AM sebagai uapaya
penanganan anak korban pelecehan seksula yaitu program operasioanal pedampingan
status korban kekerasan terhadap perempuan anak. Fokus program ini adalah untuk melihat
dan memastikan kondisi korban sebelum di beri layanan, memberi perlindungan dan
bantuan darurat kepada korban, dan memberikan rekomendasi ataupun rujukan layanan
lanjutan kepada korban. Pendampingan psikis atau mental, anak sebagai korban di beri
pertolongan berupa layanan kosnseling dan psikoterapi untuk membantu pemulihan mental
korban tersebut dari akibat tindakan yang dialaminya.
A. Apa saja bentuk-bentuk kekerasan seksual pada usia dini
Bentuk tindakkan kekerasan seksual di lakukan pada anak di bawah umur 18 tahun.
Baik itu ada perlawanan atau tidak, ancaman, atau tidak, paksaan atau tidak. Pelakunya
akan mendapatkan kurungan penjara dan denda, bentuk-bentuk kekerasan seksual
pada anak:
• Meminta anak melihat bagian kelamin
• Meminta anak menunjukkan bagian kelamin
• Memperlihatkan gambar atau video yang tidak senonok atau porno
• Membelai, menyentuh, mencium, atau meremas, bagian tubuh anak
• Meminta kapada anak untuk membelai, memegang, mencium, meremas,
dan alat kelamin pelaku
• Melakukan pemerkosaan
B. Akibat kekerasan seksual pada anak:
Akibat yang muncul sangat bervariasi, antara lain anak mungkin:
• Sangat terterik terhadap perilaku seksual, misalnya meraba-raba atau
memainkan alat kelaminya sendiri
• Takut pada lawan jenis atau orang dewasa
• Merasa dikhianati
• Bingung
• Sangat marah dengan pelaku, orang dewasa lain, lawan jenis, atau pada diri
sendiri
• Menyakiti iri, melawan, kasar, prestasi menjadi di sekolah, pada anak
remaja mungkin putus sekolah.
C. Kenapa anak tidak pernah menceritakan apa yang dialaminya
Kenapa anak tidak menceritakan kekerasan seksual yang dialami karena
anak belum memahami apa yang sebenarnya apa terjadi pada mereka. Sebagian
anak baru menyadari ketika anak ketika berinjak remaja, ada yang merasa tidak
nyaman namun tidak paham apa yang harus di lakukan, anak merasa bingung,
khawatir, dan takut pada orang tuanya, mengira bahwa peristiwaan tersebut
kesalahannya, pelakunya mengancam secara halus maupun kasar, merasa
bingung jika ternyata kekerasan yang diaalami itu menyenangkan buatnya.
Ketika pelaku sering melakukan kekerasan dengan cara ransangan lembut pada
tubuh atau alat kelamin anak, secara otomatis tubuh anak merasakan
kenikmatan, pelaku sering memanfaatkan ketakutan anak, pelaku membujuk
anak dengan cara memberikkan barang yang di suka anak, dan anak cenderung
sulit mangatakan TIDAK pada pelaku apalagi seorang pelaku adalah orang
dewasa.
D. Dampak pada Korban Seksual
Kekerasan seksual terhadap anak pada fisik, psikilogis, dan tumbuh
kembang anak sebagai generasi penerus bangsa:
❖ Dampak Psikoogis
a. Depresi, sering menyalakan diri sendiri merupakn efek jangka
pendek dan jangka panjang
b. Sindrom Trauma Perkosaan korban sering merasa syok
c. Disosiasi individu mengalami traumatik sering mengalami beberapa
derajat di sosiasi berkrpibadian ganda
❖ Dampak Fisik
a. Gangguan makan
b. Hypoactive sexual desire di sorder adalah kondisi medias yang
menandakan hasrat seksual yang rendah
c. Dyspareunia adalaha nyeri yang di rasakan setelah berhubungan
seksual
d. Vaginismus otot-otot vaginanya mengejang dengan sendirinya
e. Diabetes tipe 2 segala bentuk pelecehan seksual pada kanak-
kanak berada pada risiko yang tinggi untuk mengmbangkan
kondisi medis serius di masa yang akan datang, seperti penyakit
jantung dan diabetes
E. Tip menghindar kan Anak Dari Kekerasan Seksua
• Ajarkan anak-anak tentang tubuhnya termasuk pada alat kelaminya dan
menjelaskan perbedaan antara laki-laki dan perempuan
• Ajarkan perilaku yang wajar dalam pergaulan. Contohnya cium tangan
kepada orang yang lebih tua, bergandengan tangan pada teman,
mencium pipi orang tau, atau dicium pipinya oleh orang tua
• Bedakan antara sayang, cium, dan pelukan. Seringkali kita
mengajarakan anak untuk cium atau memeluk orang lain dengan kata-
kata, contoh “ ayo adek, sayang nenek” padahal maksudnya anak
meminta untuk mencium atau memeluk nenek
• Ajarakan bagian tubuh yang TIDAK BOLEH disentuh oleh orang lain,
termasuk ayahnya.
• Jelaskan kepada anak bahwa ia harus cerita kekita jika ada orang
dewasa yang membujuk atau memaksa melakukan sesuatu yang tidak
ia sukai
• Selalu mengajak anak mengobrol apa aja kepad orang tua
• Percaya pada perasaan antara anak dan orang tua
• Perhatikan orang-orang yang ada di sekitar anak.
• Ingatlah bahwa pelaku kekerasan seksual kebanyakan adalah orang-
orang terdekat
2. Kekerasan Seksual Pada perempuan
Kekerasan pada perempuan merupakan masaalah individual atau masalah nasiolanal,
tetapi sudah menjadi masalah global bahkan transnasional. Hal ini karena kekerasan
terhadap perempuan terkait dengan hak asasi manusia dan tanpa hak asasi manusia tidak
akan menjadi manusia yang wajar. Hak asasi manusia merupakan hak yang melekat sejak
manusia lahir. Hak asasi tersebut yaitu hak sipil dan politik, hak sosial, ekonomi, dan
budaya, dan hak untuk berkembang.
Kekerasan yang dialami perempuan merupakan sebuah rintangan atau hambatan
terhadap perempuan, karena akan mengurangi kepercayaan diri, menghambat kamampuan
perempuan untuk berpatisipasi penuh dalam bidang ekonomi, polotik, sosial, budaya, dan
fisik. Hal ini dapat menyebabkan kemapuan perempuan untuk memanfaatkan
kehidupannya baik, fifik, ekonomi, politik, dan kultural menjadi ternganggu.
Kekerasan terhadap perempuan tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir disetiap
negara perempuan menghadapi berbagai jenis kekerasan. Salah satu negara yang sangat
menonjol dengan kekerasan terhadap perempuan adalah India. India merupakan negara
dengan penduduk terbesar kedua didunia setelah Republik Rakyat Tiongkok. Kekerasan
terhadap perempuan di India merujuk pada kekerasan fisik atau seksual yang dilakukan
terhadap wanita India, yang biasanya dilakukan oleh pria
Undang-undang Indonesia tidak cukup responsif untuk mencegah dan melindungi
berbagai pola kekerasan seksual, termasuk di dalamnya pelecehan seksual yang disimplifi
kasi masuk dalam tindakan tidak menyenangkan. Sayangnya pasal itu pun sudah
dihapuskan Mahkamah Konstitusi karena dianggap pasal karet. Pelecehan seksual
sekarang cenderung masuk ke pencabulan, tapi dalam praktiknya diproses ketika kasus
yang ada sudah dekat dengan perkosaan. Pencabulan dalam KUHP pasal 289 sampai
dengan pasal 296 KUHP secara garis besar pengertiannya adalah perbuatan yang
melanggar rasa kesusilaan, atau perbuatan lain yang keji, dan semuanya dalam lingkungan
nafsu birahi kelamin. Misalnya, ciuman, meraba-raba anggota kemaluan, meraba-raba
buah dada dan sebagainya.
a. Prinsip HAM Prempuan
Pelecehan seksual bukan soal persepsi "suka tidak suka, diharapkan atau tidak,
mengganggu atau “tidak" tapi seseorang/perempuan punya martabat yang inheren, melekat
untuk tidak direndahkan. Perempuan punya hak untuk bebas dari kekerasan di ranah
personal/privat/domestik, komunitas/publik, dan ranah negara. Pelanggaran hak asasi
dapat dilakukan negara atau aktor non negara dengan menjadi pelaku langsung atau dengan
pembiaran. Negara sebagai penanggung jawab utama (prinsip due dilligence) tetapi tidak
menghilangkan tanggung jawab non-state actors. Prinsip dalam hak asasi dalah
menghormati, melindungi, memenuhi (promote, protect, and fulfi ll).
b. Kasus-kasus Kekerasan Seksual
Kasus yang di adukan di dokumentasi Komnas Perempuan baik di dunia kerja atau
ranah aktivitas:
• Transportasi publik antara lain di raba, ber posisi/menempelkan tubuh dengan
segaja, dan mengganggu.
• Pelecahan terhadap pramugari antara lain di colek pantatnya, mengajak kencan
dengan cara merendahkan, dan lain-lain.
• Di Lembaga Pendidikan antara lain di cium, di ekplorasi pengajar di hotel ketika
menjadi panitia seminar, dan lain-lain
• Di tempat kerja: pabrik antara lain mengintip, bahkan kejahatan memberhentikkan
buruh yang sedang hamil dan melahirkan. Di kantor melecahkan bawahannnya
dengan cara raba dan di suruh untuk tutup mulut/ berpura-pura.
• Di dunia industry hiburan antara lain memanfaatkan pamerana perempuan dan
melakukan seksual, pengambilan gambar yang mengarah seksual, dan perbagaian
bentuk lainnya.
• Di sosial media antara lain dengan melecahkan menggunakan bahasa yang
merendahkan, mengganti profil yang bernuansa pornografi, dan lain-lain.
c. Damapak Korban terhadap Kekerasan Seksual
Dampak yang muncul yaitu:
• Malu
• Takut
• Marah
• Trauma
• Hilang rasa nyaman, dan aman
• Direndahkan
• Tidak percaya diri
• Mengganggua produktivitas dan profesionalitas
• Marusak nama baik dan integritas
d. Langkah-langkah pencegahan:
• Ada orientasi staf baru dan fakta integritas segala level untuk tidak lakukan
kekerasan bentuk apapun.
• Jangan ada impunitas dengan berani melawan pelaku dengan cara strategis dan
kolektif.
• Sediakan ruang yang aman untuk mengadu, dan menindak lanjuti.
• Infrastruktur yang ramah di sabilitas dan perempuan: tolet amn, ada cctv,
penerangan yang cukup, lift transparan, dll.
• Bangun iklim solider, tanpa penyangkalan dan menyalhgunkan korban.
• Edukasi, penyadaran pengumuman cegah kekerasan seksual
• Tanamkan bahwa mencegah kekerasan adalah tanggung jawab kemanusian.
BAB III
Penutup
a) Kesimpulan
Setiap korban yang mengalami kekerasan seksual baik perempuan maupun anak-anak
memiliki dampaknya masing-masing karena anak yang masih tidak mengetahui apa-apa,
dan perempuan yang masih dianggap lemah, walaupun dengan dampak yang berbeda kita
harus memperhatikannya agar tidak lagi yang mengalami hal yang sama seperti apa yang
dialami korban, yang membuat mereka menjadi Trauma, dan tidak percaya diri
b) Saran
Sebaiknya kita sebagai orang yang memiliki dampak besar untuk menerima
kekerasan agar lebih hati-hati dan meningkat empati dan menjaga seperti anak-anak agar
terhindar dari kekerasan apapun, dan menjaga masa depan mereka
DAFTAR PUSTAKA
Aliftya Amarilisya 2021. “Dampak kekerasan seksual terhadap fisik psikis dan sosial
korban”,https://lifestyle.bisnis.com/read/20210903/106/1437616/dampak-
kekerasanseksualterhadap-fisik-psikis-dan-sosial-korban diakses pada 8 oktober
pukul 10.22
Alfonsus.2022. "Dampak pelecahan seksual terhadap kondisi psikis korban, ini kata ahli",
https://www.idntimes.com/health/fitness/alfonsus-adi-putra-2/dampak-
pelecehanseksual-terhadap-kondisi-psikis-korban diakses pada 8 Oktober 11.10
Pagitseri Ulina Br Tarigan, Mia aulina Lubis, Malida Putri. (2022). Upaya Pemulihan
Kesehatan Mental Anak Korban Pelecehan Seksual Di Dinas Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak, Dan Masyarakat/P3AM Kota Binjai. Jurnal
Interversal Sosial. “Vol 1(1), Hal 57-66”
Rizky Wahyu Permana.2020. "Dampak dari kekerasan seksual bisa sangat Bervariasi untuk
Setiap orang",https://www.merdeka.com/sehat/dampak-dari-kekerasan-seksualbisa-
sangat-bervariasi-untuk-setiap-orang.html diakses pada 8 Oktober 11.45
Sesca, Hamidah (2018). POSTTRAUMATIC GROWTH PADA WANITA DEWASA
AWAL KORBAN KEKERASAN SEKSUAL. Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental. “Vol 7. Hal 1-13.
Yonna Beatrix Salamor, Anna Maria Salamor (2022). Kekerasan Seksual Terhadap
Perempuan (Kajian Perbandingan Indonesia-India). Balobe Law Journal. “vol 2(1).
Hal 7-11.