Anda di halaman 1dari 2

1.

Pengertian
Kekerasan seksual pada anak atau child sexual abuse adalah suatu bentuk penyiksaan oleh orang
dewasa atau orang yang lebih tua terhadap anak untuk rangsangan seksual. Kekerasan seksual pada anak
adalah keterlibatan seorang anak dalam segala bentuk aktivitas seksual yang terjadi sebelum anak
mencapai batas usia tertentu di mana orang dewasa, anak lain yang usianya lebih tua, atau orang yang
dianggap memiliki pengetahuan lebih memanfaatkan anak tersebut untuk kesenangan seksual atau
aktivitas seksual.
Pelaku pelecehan seksual anak biasanya merupakan orang yang dikenal si korban. Baik anak laki-laki
maupun anak perempuan dapat menjadi korban kekerasan seksual. Namun, anak perempuan lebih
cenderung mengalaminya. Pada pertengahan tahun 2020, data kekerasan seksual pada anak yang berasal
dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) mencatat bahwa ada 1.848
kasus kekerasan seksual pada anak.

2. Bentuk kekerasan seksual pada anak


Setelah membahas pengertian kekerasan seksual pada anak, Anda juga harus memahami bentuk-
bentuknya. Berikut adalah bentuk kekerasan seksual yang bisa terjadi pada anak:
a. Eksibisionisme, atau mengekspos alat kelamin sendiri kepada anak di bawah umur.
b. Melakukan kontak fisik, seperti memegang atau menyentuh.
c. Melakukan hubungan intim ke anak. 
d. Masturbasi di hadapan anak di bawah umur atau memaksa anak di bawah umur untuk masturbasi.
e. Percakapan cabul, panggilan telepon, pesan teks, atau interaksi digital lainnya.
f. Memproduksi, memiliki, atau membagikan gambar atau film porno anak-anak.
g. Perdagangan seks.

3. Contoh kekerasan seksual pada anak


Pelecehan anak tentu tidak boleh diabaikan. Berikut contoh kasus pelecehan seksual pada anak yang
harus orangtua waspadai:
a. Penetrasi, seperti pemerkosaan atau seks oral
b. Aktivitas seksual tanpa penetrasi, seperti menyentuh bagian luar pakaian, mencium, masturbasi
c. Menonton pornografi di depan anak atau meminta anak menonton tindakan tersebut
d. Melihat, menunjukkan atau berbagi gambar, video, mainan atau materi seksual lain
e. Menceritakan lelucon atau cerita berbau pornografi
f. Memaksa atau membujuk anak membuka pakaian
g. Menunjukkan alat kelamin seseorang pada anak
h. Mendorong anak untuk berperilaku tidak pantas secara seksual.

4. Tanda-tanda kekerasan seksual pada anak


Korban kekerasan seksual pada anak sering kali tak menceritakan kekerasan yang dialaminya karena
berpikir bahwa itu merupakan kesalahannya atau telah diyakinkan oleh pelaku bahwa hal tersebut normal
untuk dilakukan dan cukup menjadi rahasia saja. Selain itu, anak juga dapat disuap atau diancam oleh
pelaku. Bahkan mungkin pelaku memberitahu si anak bahwa orang-orang tak akan mempercayai apa yang
dikatakannya. Hal tersebut membuat anak khawatir akan berada dalam masalah sehingga memilih
memendamnya. Kekerasan seksual bisa menyebabkan anak menarik diri dari pergaulan anak tidak mau
bergaul.
Akan tetapi, terdapat tanda-tanda yang bisa orangtua perhatikan bila buah hati menjadi korban
pelecehan seksual pada anak, antara lain:
a. Berbicara tentang pelecehan seksual
b. Menunjukkan pengetahuan atau perilaku seksual yang melampaui usianya, aneh atau tak biasa
c. Menarik diri dari keluarga maupun teman
d. Menjauh dari orang tertentu
e. Melarikan diri dari rumah
f. Sulit berjalan atau duduk karena nyeri di area genital atau anal
g. Mengalami mimpi buruk
h. Sulit berkonsentrasi dalam belajar
i. Nilai di sekolah menurun
j. Mengompol di celana padahal sebelumnya tidak pernah
k. Perubahan suasana hati dan nafsu makan
l. Hamil atau memiliki penyakit menular seksual.

5. Dampak kekerasan seksual pada anak

Dampak pelecehan seksual pada anak bisa menyebabkan kerusakan fisik dan emosional yang serius baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek, anak-anak dapat mengalami masalah
kesehatan, seperti cedera fisik, infeksi menular seksual, dan kehamilan yang tak diinginkan. Sementara,
dalam jangka panjang, dampak kekerasan seksual pada anak membuatnya lebih mungkin terkena depresi,
kecemasan, gangguan makan, gangguan stres pasca trauma (PTSD), fobia pada hubungan seks atau terbiasa
dengan kekerasan sebelum melakukan hubungan seks.
Selain itu, korban pelecehan anak juga lebih cenderung melukai diri sendiri, melakukan tindakan
kriminal, penyalahgunaan narkoba atau alkohol, bahkan bunuh diri. Jadi, seluruh anggota masyarakat harus
menggalakan stop kekerasan seksual pada anak.
6. Cara mencegah kekerasan seksual pada anak
Dalam mencegah kekerasan seksual pada anak, orangtua harus bertanggung jawab untuk memastikan
anak memiliki hubungan dan lingkungan yang aman dan stabil.
Selain itu, pengasuhan orangtua juga harus dilakukan dengan baik, jangan sampai mengabaikan anak
bahkan membiarkannya sendirian dengan orang yang mungkin saja dapat menjadi pelaku kekerasan
seksual. Ingatlah bahwa orang terdekat juga bisa saja memiliki niatan yang buruk.
Sebisa mungkin selalu pantau anak, dan jalin komunikasi yang baik dengannya sehingga ia tak akan
segan untuk membicarakan apa pun yang ia rasakan atau pikirkan. Bahkan anak juga akan lebih terbuka
dan merasa diberi perlindungan oleh Anda.
a. Berikan pemahaman tentang cara melindungi diri saat menjumpai orang yang mencurigakan.
Walaupun mereka masih kecil, tidak menutup kemungkinan merekamendapatkan pelecahan
ataupun kekerasan seksual. Oleh karena itu perlumemberikan edukasi kepada buah hati tentang
cara-cara untuk melindungi diri apabilamenjumpai orang-orang yang mencurigakan, seperti
memegang bagian tubuh yang tidak wajar dan tidak seharusnya disentuh, ataupun mengajak ke
tempat yang sepi.
b. Orang tua maupun guru sebaiknya dapat mendorong dan membiasakan anak untuk selaluterbuka
menceritakan kejadian-kejadian yang mereka alami. Dengan demikian makaperlu menciptakan rasa
aman dan nyaman saat anak bercerita.Pelaporan dan pengungkapan pelaku, baik yang dikenal
maupun tidak dikenal. Salah satu kendala dalam mengungkap kekerasan seksual pada anak ialah
ketidakberaniananak menceritakan atau mengungkapkan kejadian yang telah menimpanya
karenatakut dimarahi, tidak diterima, dikucilkan dan lain sebagainya.
c. Biasakan anak untuk menggunakan pakaian yang tertutup terutama di area sensitif. Siapa di sini yang
suka melihat anaknya mengenakan pakaian yang lucumenggemaskan? Padahal pakaian tersebut
sangat terbuka. Mulai sekarang Ayah Bunda sebaiknya mengurangi kebiasaan tersebut, karena tanpa
disadari hal demikianbisa saja mengundang mata atau hasrat orang-orang tetentu untuk berbuat
yang tidakdiingnkan kepada buah hatinya. Oleh karena itu, membiasakan anak untuk
memakaipakaian tertutup perlu dilakukan sedini mungkin.
d. Temani anak saat bermain di luar rumah. Jangan biarkan anak bermain diluar rumah tanpa adanya
pengawasan dari orangtua, karena bisa saja saat anak keluar dari rumah mereka bertemu dengan
orang yang berniat kurang baik terhadapnya, misalnyamempengaruhi anak dengan memberikan
cemilan atau dibawa ke tempat yang tidak mudah dijangkau oleh orang tua.

Anda mungkin juga menyukai