Anda di halaman 1dari 20

Kesehatan Reproduksi Balita

Masalah
• orangtua dan orang dewasa yang memandang
pengenalan tubuh itu sebagai hal tabu. “Banyak
orangtua tidak mengajarkan anaknya mengenali tubuh
mereka dan berharap anak tahu sendiri hal itu.
Pembiaran itu justru rentan menimbulkan pemahaman
anak yang keliru tentang tubuhnya karena anak
mendapat informasi yang salah, baik dari teman, gawai
yang dimainkan, maupun dari orang dewasa yang tak
bertanggung jawab. Akibatnya, anak justru melakukan
tindakan-tindakan tak patut dan berisiko kesehatan
terhadap tubuhnya ataupun teman-temannya.
Lanjutan
• banyak orangtua khawatir terhadap ancaman
kejahatan seksual terhadap anak mereka, baik
laki-laki maupun perempuan. Namun, mereka
tidak tahu bagaimana melindungi anaknya
dengan benar. Akibatnya, yang muncul justru
pembatasan atau pembiaran yang membuat
anak semakin rentan dan tak bisa melindungi
dirinya.
Lanjutan
• Dalam sistem sosial dan ikatan masyarakat yang
masih kuat, lingkungan sekitar masih mampu
menjaga dan melindungi anak-anak dari kejahatan
seksual. Namun, di tengah perubahan zaman yang
menguatkan individualitas, perlindungan harus
bisa dilakukan anak-anak secara mandiri. Orangtua
tidak bisa selalu menemani anaknya setiap
saat,namun demikian, kepedulian masyarakat dan
lingkungan terhadap keselamatan dan keamanan
anak tetap harus diupayakan.
Tujuan
• Anak perlu memahami dan mengenali
tubuhnya sejak dini.
• Menjaga kebersihan dan kesehatan tubuhnya,
upaya itu juga untuk melindungi anak dari
kejahatan seksual.
• memahami adanya perbedaan antara tubuh
anak laki-laki dan perempuan sekaligus
menghormati tubuh teman
Materi kesehatan reproduksi
• Pendidikan kesehatan reproduksi antar kelompok
umur berbeda
• Pemberian materi kesehatan reproduksi pada anak
prasekolah itu harus dengan pendampingan
orangtua atau guru. Materi itu tidak boleh
diberikan dalam bentuk buku yang bisa dibaca
anak-anak secara langsung.
• sebagai materi kecakapan sosial bagi anak usia
prasekolah melalui program Pembinaan Anak
Prasekolah
Tahapan perkembangan psikoseksual yang
dilalui anak terbagi menjadi empat Fase, yaitu

– Fase Pragential
Saat anak belum menyadari fungsi dan perbedaan alat
kelamin antara laki-laki dan perempuan. Masa ini
dibagi menjadi dua, yaitu masa oral (0-2 tahun) dan
masa anal (2-4 tahun).
– Fase Phallus
Saat anak sudah menyadari perbedaan seks antara
dirinya dengan temannya yang berbeda jenis kelamin.
Anak pun mulai suka membandingkan alat kelamin
miliknya dengan temannya yang lain.
– Fase Laten
• Anak juga akan mengalami fase laten yang umumnya
berlangsung pada usia 6-10 tahun. Minat seksual
berkembang menjadi berbagai bentuk sublimasi dari
kemampuan psikis anak.
• Fase ini terbagi menjadi dua, yaitu bagian awal dan bagian
akhir. Di bagian awal anak tidak lagi memperhatikan
sensasi yang dirasakan alat kelaminnya.
• Sedangkan di bagian akhir anak mulai merasakannya
kembali. Ini dikarenakan anak mulai beranjak mengenal
dorongan seksual dan ketertarikan pada lawan jenis.
• Tahap Genital
Tahap genital dimulai dari usia sekitar 12 atau 13
tahun, di mana anak sudah memasuki usia
remaja.
Pada masa ini ditandai dengan matangnya organ
reproduksi anak, dan anak sudah mulai tertarik
dengan lawan jenis.
Pendidikan seks untuk anak usia dini adalah dengan teknik
atau strategi :

1. Memahami perbedaan perilaku yang boleh dan yang tidak boleh


dilakukan di depan umum seperti anak selesai mandi harus
mengenakan baju kembali di dalam kamar mandi atau di dalam kamar.

2. Anak juga diberi tahu tentang hal-hal pribadi, tidak boleh disentuh,
dan dilihat orang lain. (a) tubuhku hanya milikku, (b) sentuhan yang
baik dan sentuhan yang buruk, (c) bagian-bagian tubuh yang tidak
boleh disentuh orang lain, (c) rahasia yang baik dan rahasia yang buruk,
(d) pelaporan dan pengungkapan pelaku, baik yang dikenal, maupun
tidak dikenal, serta pertolongan.3. Mengajar anak untuk mengetahui
perbedaan anatomi tubuh laki-laki dan perempuan.
• 4. Memberikan penjelasan tentang proses
perkembangan tubuh seperti hamil dan
melahirkan dalam kalimat yang sederhana,
bagaimana bayi bisa dalam kandungan ibu sesuai
tingkat kognitif anak. Tidak diperkenankan
berbohong kepada anak seperti “adik datang dari
langit atau dibawa burung”.Penjelasan
disesuaikan dengan keingintahuan atau
pertanyaan anak misalnya dengan contoh yang
terjadi pada binatang.
5. Memberikan pemahaman tentang fungsi anggota
tubuh secara wajar yang mampu menghindarkan diri
dari perasaan malu dan bersalah atas bentuk serta fungsi
tubuhnya sendiri.6. Mengajarkan anak untuk
mengetahui nama-nama yang benar pada setiap bagian
tubuh dan fungsinya. vagina adalah nama alat kelamin
perempuan dan penis adalah alat kelamin pria, daripada
mengatakan dompet atau burung.7. Membantu anak
memahami konsep pribadi dan mengajarkan kepada
mereka kalau pembicaraan seks adalah pribadi.
6. Memberi dukungan dan suasana kondusif agar anak mau
berkonsultasi kepada orang tua untuk setiap pertanyaan
tentang seks.
7. Tanamkan juga peraturan-peraturan yang berlaku menurut
agama dan nilai-nilai moral budaya serta sebab akibat jika hal
yang tidak diinginkan terjadi (dengan tidak menakut-nakuti)
ketika mengenalkan seks dan memahamkan pencegahan
kekerasan dan penyimpangan seksual pada anak.Dengan
demikian program pendidikan seksual sangat pengaruh dalam
mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak usia dini.
Rekomendasi
• PAUD hendaknya melakukan kemitraan dengan orang
tua agar lebih peduli dengan keselamatan anak-anak.
Selain itu juga diharapkan dapat terciptanya
keharmonisan dan keselarasan antara keluarga, sekolah,
dan masyarakat dalam mewujudkan visi bersama untuk
membantu tumbuh kembang anak.
• Perlu ditambahkan, teknik pendidikan seks dengan
memberikan pemahaman kepada anak tentang susunan
keluarga (nasab) sehingga memahami struktur sosial
dan ajaran agama yang terkait dengan pergaulan laki-
laki dan perempuan.
Mari Bekerja /Tugas
Silakan melakukan:
• Identifikasi
• Solusi
• Presentasi
Terimakasih

Ayo!
Membangun Generasi Emas Yang Sehat

Anda mungkin juga menyukai