Anda di halaman 1dari 2

Sering kali orang dewasa keliru mempersepsikan istilah seks dan

seksualitas. Inilah yang menyebabkan mereka akhirnya menjadi menutup


diri pada anak. Nah, Anda perlu paham dulu pengertian dari kedua istilah
tersebut. Seks adalah segala sesuatu yang menyangkut alat kelamin dan
hubungan antar kelamin. Sedangkan seksualitas adalah segala sesuatu
yang menyangkut cara berpikir, merasa, berpakaian, mengutarakan
pendapat, dan bersikap sesuai dengan jenis kelaminnya.

Ketika Anda mengajarkan seksulitas pada anak, sebenarnya Anda sedang


mendidik anak mengenai proses kehidupan yang dimulai dari lahir, di
masa balita, prasekolah, usia sekolah, praremaja, remaja, dan dewasa.
Anak juga diajarkan mengenai ciri kepribadiannya, memberikan identitas
yang kuat mengenai perannya sebagai laki-laki dan perempuan,
menginformasikan pengalaman menyeluruh mengenai menjadi laki-laki
dan perempuan, serta dimensi peran gender.
 
Pendidikan seksualitas juga memberikan pemahaman mengenai sikap,
nilai, moral dan persepsi mengenai relasi yang sehat ketika anak
menginjak dewasa serta bagaimana mereka harus menjaga kesehatan
organ reproduksinya. Pendidikan seksualitas tidak akan mendorong anak
untuk melakukan aktivitas seksual, sebaliknya mendorong anak untuk
memiliki relasi yang positif dan pemahaman yang positif tentang
seksualitas di masa yang akan datang.

Baca juga: Beragam Mispersepsi Mengenai Pendidikan Seks

Kegugupan dan kegagapan orang tua dalam menjelaskan persoalan


seksualitas pada anak sepertinya dipengaruhi oleh budaya mayoritas
masyakarat kita yang masih menganggap bahwa seksualitas adalah hal
yang tabu dan tidak perlu dibicarakan dalam keluarga. Padahal, ketika
anak bertanya, berarti ada kebutuhan dalam diri anak untuk
mendapatkan jawaban. Artinya, anak mulai menyadari keberadaan
dirinya dan orang lain dalam lingkugan. Secara alami, muncul rasa
penasaran, ingin menjelajah, dan melakukan kegiatan eksperimental
untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Anak yang minim informasi seputar
seksualitas mudah terlena oleh ‘bujuk rayu’ para predator yang ada di
sekitar anak.
 
Baca juga: Lindungi Anak dari Predator Seksual

Nah, apa saja dan bagaimana tahapan pendidikan seksualitas anak?

Usia 0-3 tahun


 Mulailah dengan mengenalkan dan memberikan nama alat kelamin
sesuai dengan jenis kelamin anak, yaitu penis dan vagina. Nama-
nama lain yang diberikan akan membuat anak menjadi bingung.
 Sekitar usia 2-3 tahun, ajari anak kegiatan toilet training dan cara
membersihkan alat kelaminnya secara bertahap.
 
Usia 3-5 tahun
 Anak mulai bertanya mengenai kehamilan dan mulai memahami
bahwa kehamilan hanya dialami oleh perempuan.
 Anda mulai memberikan informasi dan pemahaman mengenai peran
gender laki-laki dan perempuan.
 Anak diberikan pemahaman bahwa tubuhnya adalah milik dirinya
sendiri, sehingga orang tua perlu mengajarinya privacy. Ajari
padanya mengenai sentuhan baik dan tidak baik, serta bagian tubuh
mana yang boleh/tidak boleh disentuh.
 Mulai tumbuhkan rasa malu pada anak, misal ketika ia menolak
memakai handuk keluar dari kamar mandi.
 
Usia 6-12 tahun
 Perkuat pemahaman anak mengenai aturan atau norma sosial
mengenai hal-hal pribadi.
 Mulai usia 8 tahun, anak sudah diperkenalkan dengan informasi
mengenai pubertas, yaitu tentang menstruasi dan mimpi basah.
Sejumlah anak mengalami pubertas lebih dini sebelum usia 10
tahun.
 Anak praremaja mendapatkan informasi yang lebih mendalam
mengenai reproduksi secara biologis.
 Anak praremaja perlu memahami tentang hubungan pertemanan
yang sehat dan hubungan yang tidak sehat.
 Nilai-nilai sosial lebih mendalam dipahami anak, misalnya
mengekspos diri sendiri adalah hal yang merugikan dan harus
dihindari.
 Pemahaman mengenai STD (penyakit seksual menular) dan risiko
kehamilan usia dini.

Anda mungkin juga menyukai