Anda di halaman 1dari 13

PENDIDIKAN SEKSUAL

ANAK USIA DINI (BALITA)


Neva Prajna Paramitha, S.Psi, M.Psi,
Psikolog
Sebelum beranjak lebih jauh, kejahatan seksual anak
apa sih yang terjadi di Indonesia?

KEKERASAN SEKSUAL ANAK


Tahun 2015 terdapat 218 kasus
Tahun 2016 terdapat 120 kasus
Tahun 2017 terdapat 116 kasus

SODOMI
Tahun 2017 terdapat 771 kasus Pencabulan
merupakan kasus yang paling Tahun 2017 terdapat 511 kasus
tinggi di antara kasus kejahatan dan urutan ke dua tertinggi (36%)
Seksual anak lainnya (52%)
Sebelum beranjak lebih jauh, kejahatan seksual anak
apa sih yang terjadi di Indonesia?

Pemerkosaan Incest
Tahun 2017 terdapat 122 kasus Tahun 2017 terdapat20 kasus,
Merupakan urutan ke tiga tertinggi (9%) dan merupakan urutan ke empat (1%)
Dari kasus kejahatan seksual anak Dari kasus kejahatan seksual anak

Di antara seluruh kasus kekerasan anak,


kejahatan seksual pada anak merupakan kasus
yang mendominasi dengan jumlah 1.424 kasus (54%)
dari jumlah keseluruhan pengaduan
Lalu, mengapa ini bisa terjadi?
Fauziah (2016) menjelaskan penyabab terjadinya pelecehan seksual
pada anak:
1. Adanya orientasi Seksual terhadap anak anak (Pedofilia)
kelainan seksual pada orang dewasa yang memiliki hasrat erotis yang
abnormal pada anak-anak (prapubertas)
2. Pengaruh Pornografi media Massa
Majalah, televisi, internet, film, dan papan reklame memunculkan
kevulgaran perilaku seksual akan memengaruhi konseptualisasi dan
pengalaman seksualitas anak.
3. Ketidakpahaman Anak Akan Persoalan Seksual
Balita yang tidak mengerti akan pendidikan seksual cenderung mudah
“diperalat” oleh para pelaku kejahatan seksual.
MITOS FAKTA
Memberikan pendidikan seksual pada Pendidikan seksual akan membuat anak
anak membuat anak akan melakukan mengetahui fungsi organnya, tanggung jawab,
hubungan seksual lebih dini apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan yang
justru akan menghindarkannya melakukan hub
seksual saat mereka masih anak-anak/remaja

Pendidikan seks pada BALITA adalah hal Pendidikan seksual pada BALITA bertujuan untuk
yang tabu, karena anak-anak sudah memperkenalkan organ intim yang mereka miliki,
diajarkan tentang perilaku seksual fungsi, serta cara melindunginya

Pendidikan seks pada usia dini akan Pendidikan seks sama seperti imunisasi, fungsinya
membuat mereka penasaran bahkan memberikan kekebalan tubuh pada “racun” seks
tertarik akan pornografi yang menyimpang
Pendidikan seks dimulai ketika anak Pendidikan seks tidak dapat dilakukan secara
sudah remaja. instan, dimulai dari hal sederhana bahkan ketika
anak masih bayi yang kemudian diajarkan
bertahap sesuai usianya.
Berdasarkan penelitian Kirby (2002), Kirby, Laris & Rolleri, (2007), Poobalan dkk., (2009) dan
American Psychological
Association (APA) (2005)

“ Pendidikan Seks pada anak sedini mungkin, terbukti berhasil


mencegah perilaku beresiko seperti penyimpangan seksual,
pelecehan seksual, dan melindungi remaja melakukan seks
sebelum menikah”

“Keluarga sebagai agen dasar pendidikan memiliki tanggung jawab


yang besar dalam memberikan pendidikan seks yang memadai
bagi anak-anak mereka”
Sebelum mengajarkan anak kita tentang seksualitas
Yuk, kita lebih tahu apa itu seksualitas?

WHO menjelaskan seksualitas adalah bagian integral dari kepribadian


semua orang: pria, wanita dan anak. Ini adalah kebutuhan dasar dan aspek
manusia yang tidak dapat dipisahkan dari aspek-aspek kehidupan lainnya.
Memengaruhi pikiran, perasaan, tindakan, interaksi, fisik, dan kesehatan
mental.

Seksualitas tidak hanya menyangkut hubungan intim, tetapi juga


menyangkut pemahaman akan alat kelamin secara norma sosial,
perkembangan, gender, fungsi, ataupun kebersihan.
Mengenal perkembangan seksual BALITA dilihat dari ilmu
psikologi
Perkembangan seksual Balita berdasarkan Psikoseksual Freud
1. Tahap Oral (0-1tahun)
Sumber interaksi utama bayi adalah melalui mulut. Refleks untuk mencari dan
menghisap sangat penting, selain itu bayi juga akan mecari kesenangan,
mengembangkan rasa nyaman dan percaya melalui mulut mereka.
2. Tahap Anal (1-3tahun)
Fokus tahap ini adalah toilet training dengan dapat menahan keinginan untuk
BAB/BAK (tidak lagi mengompol). Kesuksesan pada tahap ini adalah kemandirian
dan pencapaian tujuan.
3. Tahap Phallic (3-6tahun)
Tahap ini anak mulai mengeksplorasi dan memainkan alat kelaminnya, mereka
sudah mengerti perbedaan antara laki-laki dan perempuan
Hal apa saja yang harus diperhatikan
dalam mengajarkan pendidikan seksual pada anak?

1. Membangun komunikasi sportif


Orang tua menjadi pendengar yang baik ketika anak berbicara dan memahaminya tanpa
memaksa anak masuk ke dalam kerangka pikir orang dewasa.
2. Bersikap jujur dan terbuka
Dalam memberikan informasi, hendaknya orangtua memberikan dengan cara yang benar
dan apa adanya, mengapa? Karena jawaban yang asal-asalan akan membuat
kebingungan pada anak, dan akhirnya anak memiliki konsep seksual yang salah.
Hal apa saja yang harus diperhatikan
dalam mengajarkan pendidikan seksual pada anak?
3. Step by step
Pengajaran dilakukan dari hal sederhana yang dibiarkan mengalir sesuai dengan pertanyaan
anak dan pemahaman umur anak.
Tahapan pendidikan seksual BALITA berdasarkan tingkatan umur:
1. Infancy: 0-2tahun
Pada umur ini, anak-anak mengetahui nama ilmiah alat kelamin mereka (penis & vagina)
dan sudah mengetahui perbedaan antara pria dan wanita.
2. Early Childhood: 2-5tahun
Anak-anak mengetahui reproduksi secara sederhana bahwa bayi tercipta karena wanita dan
pria, atau bayi tumbuh di dalam rahim ibu mereka. Anak sudah paham akan bagian
tubuh mereka dan bagian mana yang boleh/tidak boleh disentuh orang lain
Pendidikan seksual yang perlu diterapkan pada
anak adalah...

Memisahkan tempat tidur


Bagian Tubuh Anak Rasa Malu Perbedaan Laki-laki
anak dengan orang tua/
dan perempuan
saudara beda kelamin

Mengajarkan tentang Membedakan antara Membiasakan anak


kebersihan alat kelamin keluarga dan orang asing mengetuk piintu sebelum
masuk ke kamar orang tua
Agar anak tidak menjadi korban pelecehan seksual, ajarkan ini ya
mom...
A. Mengajarkan 3 jenis sentuhan
1. Sentuhan “boleh”, yaitu diatas bahu dan dibawah lutut seperti membelai kepala atau
mencubit pipi.
2. Sentuhan “waspada”, yaitu sentuhan dibawah bahu hingga atas lutut tubuh, dan
membingungkan antara nafsu atau kasih sayang
3. Sentuhan”terlarang”, yaitu sentuhan pada daerah privasi

B. Mengajarkan Anak Berani Berkata Tidak


Beri pengertian pada anak bahwa ia berhak menolak dan mengatakan “tidak” dengan tegas
dan berani jika sentuhan “waspada” atau “terlarang” terjadi

C. Mengajarkan anak untuk dapat mengidentifikasi situasi


Kenalkan anak situasi-situasi bahaya yang dapat mengancam mereka, hal apa saja yang
membuat mereka tidak nyaman atau sesuatu yang dianggap tidak sesuai dengan nilai nilai
norma
“Kejahatan Terjadi bukan hanya karena ada niat dari
pelakunya, tapi juga ada kesempatan”
“Mencegah lebih baik daripada mengobati”

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai