Anda di halaman 1dari 177

M O D UL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT

MODUL PENDIDIKAN
KESEHATAN REPRODUKSI
UNTUK PESERTA DIDIK
SMP/MTS DAN SEDERAJAT

(PEGANGAN BAGI GURU)

Kerjasama antara:

JAKARTA - INDONESIA, 2014


KATA PENGANTAR
Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Badan Penelitian dan Pengembangan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Jumlah remaja di Indonesia berdasarkan Sensus Penduduk yang dilaksanakan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 adalah sebanyak 63 juta jiwa. Jumlah remaja yang cukup
besar ini rupanya belum diikuti dengan makin membaiknya akses layanan dan akses informasi
terkait kesehatan reproduksi dan seksual untuk remaja.

Sebagian besar remaja saat ini memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual
dari teman sebayanya atau melalui internet yang lebih mengedepankan konten pornografi
daripada aspek pendidikannya. Dampak dari ketidakpahaman remaja tentang pendidikan
kesehatan reproduksi dan seksualitas ini berakibat pada meningkatnya hal-hal negatif, seperti
tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan tidak diinginkan, ketidaksiapan ketika
menjalani perkawinan, terpapar virus HIVdan Infeksi Menular Seksual (IMS). Yang terpenting
adalah bagaimana kita mampu memberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada para
remaja secara tepat.

Pendidikan Kesehatan Reproduksi lewat jalur pendidikan merupakan sebuah jawaban strategis
atas persoalan-persoalan terkait dengan kesehatan reproduksi yang dihadapi oleh remaja saat
ini. Dalam hal ini selain pemenuhan hak remaja untuk memperoleh informasi yang benar
dan terbuka tentang kesehatan reproduksi juga dapat membantu remaja mengembangkan
kecakapan hidup untuk menghindari perilaku beresiko.

Pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual yang komprehensif sejatinya menjadi kebutuhan
yang mendesak untuk segera disampaikan kepada remaja. Diperlukan upaya-upaya dan
strategi yang sistematis dan berkelanjutan agar pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja
dapat diterapkan di sekolah. Kebijakan Nasional mengenai Pencegahan HIV dan AIDS melalui
pendidikan telah dikeluarkan sejak tahun 1997 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
melalui Keputusan Menteri Pendidikan tentang Pedoman Pencegahan HIV dan AIDS.

Dalam upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia, terutama pendidik dan
tenaga kependidikan dalam memberikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi, Pusat Kurikulum
dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memandang perlu untuk menyusun
Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi Bagi Siswa SMP dan sederajat sebagai Pedoman Bagi
Guru dalam mengintegrasikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi ke dalam Kurikulum. Bahan
penyusunan Modul ini diadaptasi dari Buku Panduan Teknis Internasional untuk Pendidikan
Seksualitas (International Technical Guidance on Sexuality Education) yang telah disesuaikan
dengan konteks Indonesia.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT iii
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penyelesaian buku
ini, khususnya Bapak dan Ibu Guru SMP yang telah membantu memberikan masukan, Tim
Revisi dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Tim
Penelaah, Subdit Anak Usia Remaja Kementerian Kesehatan, dan UNESCO serta UNFPA.

Jakarta, November 2014


Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Ramon Mohandas, Ph.D

iv MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
KATA PENGANTAR
Direktur Bina Kesehatan Anak,
Kementerian Kesehatan

Anak usia sekolah dan remaja merupakan populasi yang sangat besar. Jumlah remaja usia 10
19 tahun diperkirakan sekitar 18% dari jumlah penduduk. Masalah kesehatan pada remaja
diantaranya terkait erat dengan kesehatan reproduksi dan perilaku beresiko. Berdasarkan data
BPS SDKI 2012 menunjukan angka fertilitas pada remaja umur 15-19 tahun sebesar 48/1000.
Hal ini sungguh memprihatinkan karena kehamilan dan persalinan pada remaja di bawah 20
tahun meningkatkan risiko kematian ibu dan bayi. Persalinan pada ibu di bawah umur 20 tahun
memiliki kontribusi dalam tingginya Angka Kematian Neonatal (34/1000), kematian bayi (50/
1000), dan kematian balita (61/1000). Sementara itu, masalah lain terkait kesehatan reproduksi
dan perilaku beresiko menunjukan bahwa 3,3% remaja anak usia 15-19 tahun mengidap AIDS
(Laporan Rutin Kemkes Tahun 1987-2013), sementara hanya 9,9% perempuan dan 10,6% laki-
laki usia 15-19 tahun memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV-AIDS.

Berdasarkan SDKI 2012, tempat diskusi mengenai kesehatan reproduksi bagi kebanyakan remaja
usia 15-19 tahun adalah teman sebaya mereka (lebih dari 50%) dan Guru (lebih dari 42%). Data
yang sama menunjukkan bahwa sebagian besar remaja (lebih dari 50%) mendapatkan materi
kesehatan reproduksi terutama terkait pubertas dari Guru. Sehingga guru menjadi salah satu
sumber daya yang sangat diharapkan dapat meningkatkan perilaku kesehatan remaja terkait
kesehatan reproduksi.

Regulasi bidang kesehatan yang telah ada untuk mendukung peningkatan kesehatan
reproduksi remaja melalui Undang-undang Kesehatan No.36 tahun 2009 pasal 136, PP No
61 tahun 2014 pasal 11 ayat 13, dan Permenkes No. 25 tahun 2014 mengamanatkan bahwa
upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan untuk mempersiapkan remaja menjadi
orang dewasa yang sehat dan produktif, baik sosial maupun ekonomi.

Sehubungan hal tersebut Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan, Kementerian Agama dengan dukungan UNFPA dan Unesco, mengembangkan
Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja bagi Guru SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/
SMK ini yang di adaptasi dari International Technical Guidance on Sexuality Education (ITGSE)
yang telah diterapkan di 87 Negara (diantaranya 29 negara berkembang) dan terbukti dapat
merubah pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan reproduksi yang lebih bertanggung
jawab.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT v
Akhirnya, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kontribusi seluruh tim
penyusun serta kepada sekolah yang menjadi lokasi ujicoba implementasi modul ini, SD Negeri
Cilangkap 1, SD Santo Yoseph, MIS Al Khairiyah, SMPN 11 Jakarta, MTs Negeri 3 Jakarta, SMP
Trita Marta BPK Penabur Jakarta, SMAN 5 Jakarta, MAN 3 Jakarta, dan SMKN 1 Jakarta.

Semoga seluruh provinsi dapat mengimplementasikan modul ini ke seluruh sekolah. Saran dan
masukan sangat kami harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Jakarta, Februari 2015


Direktur Bina Kesehatan Anak

dr. Jane Soepardi, MPH, DSC

vi MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
KATA PENGANTAR
Direktur Pendidikan Madrasah
Kementerian Agama

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, taufiq danhidayahNya.
Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi Untuk Peserta didik SD/MI,SMP/MTS, SMA/MA dan
SMK/MAK dan Sederajat untuk pegangan bagi guru, melalui Direktorat Bina Kesehatan Anak
bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, dengan didukung oleh UNFPA, UNESCO telah selesai di susun.

Modul ini menjadi acuan dan pegangan guru untuk mengintegrasikan pendidikan kesehatan
reproduksi dalam pembelajaran, pada semua jenjang satuan pendidikan dalam rangka
mewujudkan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, sesuai dengan
tujuan pendidikan Nasional.

Hal tersebut sesuai dengan Visi dan Misi Kementerian Agama: Terwujudnya masyarakat
Indonesia yang taat beragama, rukun, cerdas, mandiri dan sejahtera lahir dan batin yang
diimplementasikan dengan visi-misi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam diantaranya:
terbentuknya peserta didik yang cerdas, rukun dan mutafaqqih fiddin dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang bermutu, madiri dan Islami; Menumbuhkan budaya pengawasan dan upaya
prefentif dengan pendekatan nilai-nilai keagamaan.

Remaja pada anak usia sekolah merupakan populasi yang sangat besar. Jumlah remaja usia
10 19 tahun diperkirakan sekitar 18% dari jumlah penduduk. Berkaitan dengan ini, maka
usia remaja dibutuhkan pembimbingan, pengarahan dan pendidikan. Pendidikan kesehatan
reproduksi merupakan hal yang sangat di butuhkan untuk perkembangan masa depan,
untuk itu modul pendidikan kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk di integrasikan
dalam implementasi pembelaran ke seluruh tingkatan pada satuan pendidikan demi untuk
penguatan pendidikan kesehatan reproduksi dalam kehidupan pribadi maupun sosial mereka,
dan sekaligus menanamkan nilai-nilai agama yang menjadi landasan paling utama, sebagai
modal dasar atau benteng remaja Indonesia dari perilaku negatif maupun norma-norma yang
berlaku

Sehubungan hal tersebut diatas, Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Agama,


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dengan dukungan UNFPA dan Unesco,
mengembangkan Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja bagi Guru SD/MI, SMP/
MTs, SMA/MA, SMK/MAK ini, untuk membentuk pribadi positif pada usia-usia remaja dan
membantu mengarahkan kehidupan mereka pada masa depan yang gemilang dengan
berlandaskan keimanan, ketaqwaan dan berakhlak mulia sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia dalam tujuan sistem pendidikan nasinal.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT vii
Akhimya, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kontribusi seluruh tim
penyusun serta kepada sekolah maupun kepala madrasah yang ikut terlibat dan menjadi lokasi
ujicoba implementasi modul ini, terutama Madrasah Ibtidaiyah (MIS) Al Khairiyah, Madrasah
Tsanawiyah (MTs) Negeri 3 Jakarta, dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Jakarta.

Semoga modul ini bisa menjadi acuan dalam mengintegrasikan untuk implementasi
pembelajaran pada satuan pendidikan terutama Madrasah di seluruh Indonesia. Amiin

Jakarta, Februari 2015

Prof. Dr. Phil. HM. Nur Kholis Setiawan, MA


NIP. 196911101994031004

viii MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
KATA PENGANTAR

United Nations Population Fund (UNFPA)

Ada lebih dari 65 juta orang muda di Indonesia yang berusia antara 10 dan 24 tahun. Orang-
orang muda tersebut mewakili sekitar 28 persen dari populasi. Selama 15 tahun ke depan
atau lebih, mereka akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan perubahan
sosial di Indonesia. Namun, kelompok orang muda tersebut menghadapi tantangan, termasuk
di bidang kesehatan reproduksi. Pendidikan dan pelayanan yang sudah ada belum mengatasi
seluruh kebutuhan kesehatan reproduksi anak-anak muda. Kadang-kadang, guru dan penyedia
layanan kesehatan tidak nyaman dalam memberikan pendidikan dan pelayanan kesehatan
reproduksi kepada remaja.

Pendidikan kesehatan reproduksi yang terbangun dan terlaksana dengan baik sangat penting
untuk keberhasilan remaja di masa depan. Apabila pendidikan ini sudah tersedia di fase awal
perkembangan remaja, hal ini dapat membantu mereka membangun rasa hormat untuk diri
mereka sendiri dan pasangan mereka saat ini atau masa depan, serta rasa harga diri, otonomi,
dan kepercayaan diri untuk membuat pilihan positif terhadap perencanaan masa depan
mereka.

UNFPA, Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa, memiliki mandat untuk mendukung


negara-negara berkembang dalam membangun kebijakan dan program untuk mengurangi
kemiskinan, dan untuk memastikan bahwa setiap kehamilan diinginkan, setiap persalinan
aman, dan potensi setiap orang muda terpenuhi. Visi UNFPA adalah untuk menciptakan dunia
di mana hak-hak remaja dan pemuda dipromosikan dan dilindungi. Saat ini, pada siklus program
ke-8, UNFPA mendukung penguatan kapasitas di tingkat nasional untuk secara komprehensif
mengatasi kesehatan reproduksi remaja.

Kementerian Kesehatan dan UNFPA telah mengembangkan buku pegangan guru tentang
pendidikan kesehatan reproduksi di tingkat dasar dan menengah (SD, SMP dan SMA). Buku
pegangan guru ini dimaksudkan untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi berbasis
hak asasi dan membantu pendidikan, kesehatan, dan pihak berwenang lainnya dalam
mengembangkan dan melaksanakan materi pendidikan kesehatan reproduksi berbasis sekolah
dan program. Buku pegangan guru ini disusun menggunakan Pedoman Teknis Internasional
tentang Pendidikan Seksualitas (International Technical Guidance on Sexuality Education -
ITGSE), yang dikembangkan di tingkat global sebagai kolaborasi multi-lembaga, melibatkan
UNESCO, UNFPA, UNICEF, WHO dan UNAIDS. Delapan puluh tujuh negara telah menggunakan
ITGSE sebagai acuan mereka dalam memberikan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi.
Program-program ini telah memberikan kontribusi untuk penundaan inisiasi seks, pengurangan
frekuensi seks, pengurangan jumlah pasangan seksual,peningkatan penggunaan kondom, dan
pencegahan perilaku seksual berisiko lainnya.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT ix
Tanpa akses ke pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif, orang-orang muda,
terutama perempuan, menghadapi risiko menakutkan: kehamilan yang tidak diinginkan,
aborsi yang tidak aman, morbiditas dan kematian ibu, kekerasan, dan infeksi menular
seksual, termasuk HIV. Saya memahami menyediakan pendidikan kesehatan reproduksi yang
komprehensif masih menjadi isu sensitif di Indonesia. Oleh karena itu, dialog dan kerjasama
penting untuk terus dilakukan di antara kementerian, badan-badan PBB, pemimpin agama dan
masyarakat, LSM, dan organisasi pemuda. UNFPA berkomitmen untuk bekerja sama dengan
semua mitranya untuk mencapai akses universal terhadap kesehatan reproduksi, termasuk bagi
kaum muda. Memenuhi tujuan ini berarti mengurangi kemiskinan dan ketimpangan sosial dan
ekonomi, meningkatkan kesejahteraan semua perempuan, laki-laki, dan orang-orang muda,
dan mengamankan hak asasi manusia dan kesejahteraan generasi mendatang di Indonesia.

Saya ingin menyampaikan penghargaan saya kepada Kementerian Kesehatan, Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama dan UNESCO untuk kolaborasi mereka,
sehingga bahan referensi ini bisa dikembangkan. Akhirnya, saya ingin menyampaikan
penghargaan saya kepada dr Elizabeth Jane Soepardi, Direktur Bina Kesehatan Anak
Kementerian Kesehatan, Ibu Childa Maisni dan dr Made Diah dari Sub-Direktorat Bina Kualitas
Hidup Anak Usia Sekolah dan Remaja, untuk kepemimpinan dan komitmen mereka dalam
mengembangkan modul kesehatan reproduksi ini.

Jakarta, Februari 2015


Kepala Perwakilan UNFPA Indonesia

Jose Ferraris

x MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
DAFTAR ISI

Bab 1. Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penyusunan Modul 3
C. Manfaat Modul 4
D. Tim Pengguna Modul 5
E. Langkah-Langkah Menggunakan Modul 5
F. Langkah Mengintegrasikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja
Dalam Kurikulum Sekolah 7

Bab 2. Tips Bagi Guru 9


A. Tips memberikan pendidikan kesehatan reproduksi di kelas 9
B. Pendekatan Komprehensif Dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja 10
C. Pembelajaran Partisipatif dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja 11
D. Daftar Alternatif Integrasi Topik dengan Mata Pelajaran 13

Bab 3. Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi 17


A. Konsep Utama 1: Hubungan Dengan Orang Lain 17
TOPIK 1.1 KONSEP DIRI 17
TOPIK 1.2 KELUARGA 23
TOPIK 1.3 PERTEMANAN DAN CINTA KASIH 34
TOPIK 1.4 TOLERANSI DAN SIKAP MENGHARGAI 46
TOPIK 1.5 PERKAWINAN DAN PENGASUHAN 53

B. Konsep utama 2: Nilai, Sikap dan keterampilan 63


TOPIK 2.1 PEMAHAMAN, SIKAP, DAN NILAI 63
TOPIK 2.2 MENGHADAPI PENGARUH TEMAN SEBAYA 69
TOPIK 2.3 MENCARI BANTUAN DAN DUKUNGAN 81

C. Konsep Utama 3: Budaya, Sosial Dan Hak Asasi Manusia 88


TOPIK 3.1 BUDAYA DAN HUKUM 88
TOPIK 3.2 PERAN MEDIA 95
TOPIK 3.3 KESETARAAN GENDER 102
TOPIK 3.4 KEKERASAN BERBASIS SEKSUAL DAN GENDER 108

D. Konsep Utama 4: Kesehatan Reproduksi 115


TOPIK 4.1 PUBERTAS 115
TOPIK 4.2 REPRODUKSI 125

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT xi
E. Konsep Utama 5: Infeksi Menular Seksual Dan HIV - AIDS 130
TOPIK 5.1 INFEKSI MENULAR SEKSUAL 133
TOPIK 5.2 HIV DAN AIDS 144

LAMPIRAN:
1. Pre test dan post test 153
2. Contoh Pemetaan Kurikulum 2013 untuk Integrasi Pendidikan Kesehatan
Reproduksi Remaja pada Tingkatan SMP/ MTs dan Sederajat 157
3. Contoh Silabus
4. Contoh RPP bermuatan Pendidikan Kesehatan Reproduksi

xii MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelompok remaja, yaitu penduduk dalam rentang u s i a 10-18 tahun berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No 25 tahun 2014, atau rentang usia 10 - 19 tahun menurut WHO.
Remaja merupakan kelompok umur yang berada dalam masa peralihan dan rentan terhadap
berbagai faktor eksternal dan internal yang berakibat perilaku negatif dan tidak sehat baik
secara fisik, mental maupun sosial. Saat ini populasi remaja di Indonesia memiliki proporsi
kurang lebih 20% dari jumlah penduduk (BPS, 2010), sedangkan untuk dunia, remaja diperkirakan
berjumlah 18% dari jumlah penduduk dunia (WHO, 2014). The International Conference on
Population and Development Programme of Action (ICPD-PoA) telah memprioritaskan
kebutuhan orang-orang muda.

Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI), didapatkan bahwa
remaja yang mengaku mempunyai teman yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah
usia 14-19 tahun sebesar 34,7% perempuan dan 30,9% laki-laki, sedangkan yang berusia 20-
24 tahun sebesar 48,6% perempuan dan 46,5% laki-laki. Hal tersebut menunjukkan bahwa
ternyata sudah terpaparnya remaja pada usia yang dini terhadap perilaku seksual berisiko.
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012, rata-rata umur remaja
pertama berpacaran 15 tahun, pertama berhubungan seksual 17 tahun, persentase remaja
15-19 tahun belum menikah yang pernah hubungan seksual sekitar 0,7-4,5%. Dari data yang
sama, persentase remaja 15-24 tahun belum menikah 58-60% berdiskusi tentang kesehatan
reproduksi dengan teman sebaya, 38-43% berdiskusi dengan gurunya, lainnya dengan saudara
kandung dan orang tua.

UNGASS (United Nations General Assembly Special Session/ Sesi Khusus Sidang Umum PBB)
menyepakati bahwa pada tahun 2010, di targetkan 95% remaja memiliki pengetahuan,
keahlian, dan akses ke pelayanan kesehatan sehingga bisa melindungi mereka terhadap infeksi
HIV. Untuk MDGs (Millenium Development Goals), Indonesia ditargetkan 60% remaja memiliki
pengetahuan yang komprehensif tentang HIV dan AIDS, sedangkan pada kenyataannya
berdasarkan data Survey Kesehatan Reproduksi Remaja target tersebut hanya tercapai
sebanyak 16,8%. Hal ini disebabkan oleh karena masih rendahnya pengetahuan remaja tentang
HIV dan AIDS sehingga remaja sangat rentan terhadap resiko resiko seperti kehamilan yang
tak diinginkan, aborsi, infeksi IMS, HIV dan AIDS, serta NAPZA (drug addiction). Data Riset
Kesehatan Dasar tahun 2010 menunjukkan bahwa umur perkawinan pertama pada remaja
perempuan usia 10-14 tahun adalah 4,8%, usia 15-19 tahun adalah 41,9%. Dari data yang sama,
persentase pengguguran kandungan pada remaja 15-19 tahun adalah 4,9%. Kehamilan usia
remaja tersebut menyumbangkan kematian ibu dan bayi, data Survey Demografi Kesehatan

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 1
Indonesia tahun 2012 menunjukkan Angka Kematian Bayi dari ibu berusia < 20 tahun adalah
56/1.000 kelahiran hidup.

Masalah diatas antara lain disebabkan jumlah remaja yang memiliki pengetahuan maupun
keterampilan tentang kesehatan reproduksi cukup terbatas. Banyak remaja yang mencapai
usia kedewasaan tanpa persiapan sehingga menyebabkan mereka mengalami konflik dan
kebingungan terkait dengan kesehatan reproduksi, seksualitas maupun gender. Hal ini
dikarenakan topik kesehatan reproduksi masih menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan
dengan orang dewasa, termasuk orang tua dan guru. Padahal kenyataannya, pada usia tersebut
banyak remaja masih sangat membutuhkan informasi yang benar dan komprehensif mengenai
kesehatan reproduksi. Hal di atas juga menunjukkan bahwa apabila masalah kesehatan
reproduksi di kalangan remaja diabaikan maka akan berpengaruh besar pada pertumbuhan
penduduk, kualitas generasi mendatang dan masa depan bangsa.

Sehubungan hal tersebut, selama tahun 2008-2009, UNESCO bersama dengan UNFPA,
UNICEF, WHO dan UNAIDS mengembangkan International Technical Guidance on Sexuality
Education (ITGSE) dan dilakukan studi ujicoba di 87 negara. Studi ujicoba ini dirancang untuk
menurunkan kehamilan yang tak diinginkan ataupun infeksi menular seksual, termasuk HIV.
Seluruh program ujicoba tersebut adalah program berbasis kurikulum, 70% diimplementasikan
di sekolah dan sisanya diterapkan di komunitas atau klinik. Sebagian besar program ujicoba
tersebut merupakan program yang sederhana, berlangsung kurang dari 30 jam atau bahkan 15
jam. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil telaah ini antara lain:

Program pendidikan kesehatan reproduksi berbasis kurikulum yang diterapkan di sekolah


atau komunitas perlu dipandang sebagai komponen penting yang seringkali dapat
menurunkan perilaku seksual berisiko.
Terdapat bukti bahwa program-program ini tidak memiliki efek yang membahayakan, yakni
dalam hal tidak menyebabkan percepatan usia mulai berhubungan seksual serta tidak
mengakibatkan peningkatan aktivitas seksual. Studi juga menunjukkan program ini justru
dapat menunda usia mulai berhubungan seksual dan meningkatkan penundaan kehamilan
tidak diinginkan. Dengan kata lain, penekanan bersama antara abstinen (tidak berhubungan
seksual) serta menggunakan pelindung bagi mereka yang aktif secara seksual tidaklah
menimbulkan kebingungan pada anak muda. Justru kedua hal ini merupakan sesuatu yang
realistis dan efektif.
Hampir seluruh studi dari program pendidikan kesehatan reproduksi menunjukkan
peningkatan pengetahuan, dan sekitar dua per tiga di antaranya juga menunjukkan hasil
yang positif dari segi perilaku
Program pendidikan kesehatan reproduksi dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan
serta tekad anak muda untuk menghindari perilaku seksual berisiko. Akan tetapi, upaya
menurunkan risiko ini dapat terhambat bila norma sosial tidak mendukung penurunan
risiko atau jika pelayanan kesehatan tidak tersedia.
Berikut adalah beberapa hasil observasi yang telah dilakukan Oleh Komisi Penanggulangan AIDS
(KPA) Nasional pada bulan Juni 2010, berupa Kajian Tentang Integrasi Kesehatan Reproduksi
dan Isu Penyalahgunaan Obat Pada Pendidikan HIV di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
Menengah Atas di Papua, Maluku, Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Bali untuk
memperkuat bahwa pendidikan seksual yang komprehensif harus diajarkan pada remaja :

2 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Peserta didik ingin belajar tentang kesehatan reproduksi, seksualitas, HIV, penggunaan dan
penyalahgunaan narkoba. Ini adalah isu-isu yang relevan untuk kehidupan mereka saat
ini dan masa depan. Sayangnya, informasi dari guru dan buku pelajaran sekolah kurang
mengandung elemen penting (pengetahuan dan keterampilan) yang peserta didik dapat
digunakan untuk menghadapi tantangan kehidupan nyata.
Guru masih membutuhkan pelatihan dan pedoman untuk memberikan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi, seksualitas, HIV, dan penggunaan narkoba dan penyalahgunaan.
Ada banyak organisasi masyarakat yang mampu memberikan informasi dan pendidikan
dalam situasi di sekolah. Sayangnya hanya beberapa dari LSM bekerja sangat erat dengan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI atau dengan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan di daerah

Pada tahun 1994, Indonesia termasuk salah satu dari 179 negara yang menyetujui untuk
mengadaptasi The International Conference on Population and Development Programme
of Action (ICPD-PoA). UNFPA mempunyai mandat untuk membantu Negara-negara dalam
pelaksanaan ICPD-PoA yang menyoroti pentingnya pengarusutamaan pembangunan pemuda,
dengan penekanan pada berbagai bidang seperti: keterlibatan dan partisipasi pemuda dalam
pembangunan (rencana aksi 6,6-6,15), pemenuhan hak kesehatan reproduksi remaja (rencana
aksi 7, E, 7,41-7,48), dan pendidikan formal dan non-formal untuk remaja (rencana aksi 11,4-
11,10). ICPD PoA menekankan bahwa hak-hak reproduksi merupakan bagian dari hak asasi
manusia - diakui oleh undang-undang, perjanjian dan konsensus nasional dan internasional. 1

Melihat tantangan kesehatan reproduksi remaja diatas serta peran guru yang strategis dalam
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan hidup sehat remaja, diperlukan sebuah acuan
bagi guru untuk menyampaikan materi kesehatan reproduksi bagi peserta didik. Untuk
mendukung upaya peningkatan kesehatan reproduksi yang komprehensif, Kementerian
Kesehatan RI bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama
atas dukungan UNFPA menyusun Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi Bagi Peserta didik
SD, SMP, SMA/K dan sederajat yang diadaptasi dari Buku Panduan Teknis Internasional untuk
Pendidikan Seksualitas (International Technical Guidance on Sexuality Education) yang telah
disesuaikan dengan konteks Indonesia.

B. Tujuan Penyusunan Modul

Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi untuk Peserta didik SMP dan Sederajat ini disusun
sebagai rujukan bagi para pendidik dalam menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan
mengembangkan sikap, serta perilaku yang bertanggung jawab tentang upaya peningkatan
kesehatan reproduksi dan seksualitas yang komprehensif kepada remaja khususnya peserta
didik yang berusia setingkat Sekolah Lanjutan Pertama dan sederajat.

1 UNFPA Operational Guidance for Comprehensive Sexuality Education, United Nations Population Fund (UNFPA) 2014

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 3
C. Manfaat Modul

Bagi Guru
Membekali guru dengan informasi yang benar seputar kesehatan organ reproduksi
Mendorong guru untuk melakukan klarifikasi nilai pribadi menjadi nilai professional dalam
pemahanan dan mengajarkan seputar kesehatan reproduksi
Membekali guru untuk mendorong peserta didik laki-laki dan perempuan dalam
mengembangkan sikap dan perilaku yang bertanggungjawab terkait dengan sistem, proses
dan fungsi organ reproduksi
Mempertajam keterampilan pendidik dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik melalui belajar aktif dengan menerapkan beragam strategi dan
metode penyajian
Memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai serta membantu pemecahan
permasalahan remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi sekaligus memantapkan
moral, etika serta membangun komitmen agar remaja tidak melakukan aktifitas seks
sebelum menikah
Memberikan pedoman yang lebih terstandar pada guru tentang topik-topik kesehatan
reproduksi yang perlu diajarkan, bagaimana mengajarkannya serta jumlah jam pelajaran
yang dibutuhkan dalam melaksanakan pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di kelas
pada tingkat SMP/ sederajat
Membekali kemampuan pendidik dalam mengintegrasikan muatan pendidikan kesehatan
reproduksi dalam kurikulum sekolah yang disesuaikan dengan agama, nilai, norma,
budaya daerah, pengetahuan lokal, penyalahgunaan NAPZA dan karakteristik peserta
didik di setiap satuan pendidikan.

Bagi Peserta didik


Diharapkan modul ini akan membantu memastikan peserta didik untuk mendapatkan
informasi yang akurat dan lengkap menyangkut kesehatan reproduksi yang dibutuhkan melalui
pembelajaran di dalam kelas, sehingga peserta didik akan:

Memiliki pengetahuan yang lengkap, nilai yang positif dan keterampilan hidup yang relevan
terhadap kesehatan reproduksinya.
Mampu membuat keputusan terbaik dan berdasarkan informasi yang akurat (informed
choices) sehingga terhindar dari risiko-risiko kesehatan reproduksi, seperti: kehamilan yang
tidak diinginkan, penyalahgunaan NAPZA, infeksi menular seksual (IMS), serta HIV dan AIDS
Menjadi lebih mampu untuk melindungi diri dari pelecehan dan kekerasan seksual.
Mampu merencanakan tentang usia ideal menikah dan memiliki anak sehingga dapat
mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

4 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
D. Tim Pengguna Modul

1. Guru Bimbingan Konseling;


2. Guru mata pelajaran melalui integrasi dalam mata pelajaran relevan, antara lain:
Guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Guru Pendidikan Jasmani, Olah raga dan Kesehatan
Guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA-terutama Biologi)
Guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Guru Bahasa Indonesia
Guru Matematika
Guru Bahasa Inggris
Guru Seni Teater
Guru Seni Melukis
Serta guru mata pelajaran lainnya.
3. Guru Pembina kegiatan ekstrakurikuler, untuk mengintegrasikan topik-topik kesehatan
reproduksi ke dalam kegiatan diskusi-diskusi yang dilaksanakan bagi seluruh anggota
ekstrakurikuler tersebut.
4. Fasilitator pelatihan guru baik untuk pre-servis maupun in-servis;

E. Langkah-Langkah Menggunakan Modul

Modul ini bisa digunakan dalam 2 alternatif praktek, yaitu: (1) secara monolitik; dan (2) secara
integratif. Sekolah terutama di lokasi yang memiliki masalah kesehatan reproduksi sangat besar,
seperti: angka kehamilan tidak diinginkan tinggi, perkawinan dini tinggi dan angka HIV tinggi-
maka sangat disarankan modul ini untuk dipraktekkan secara monolitik yang artinya menjadi
mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai muatan lokal. Sementara pilihan lain adalah secara
integratif, yaitu diintegrasikan melalui mata pelajaran yang ada sesuai dengan pokok bahasan
dan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah digariskan dalam kurikulum yang berlaku.

Langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam menggunakan modul ini, antara lain:

1. Kepala sekolah dan Komite Sekolah sudah setuju bahwa sekolah akan menerapkan
pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah.
2. Tim guru bidang studi yang akan mengajarkan topik pendidikan kesehatan reproduksi ini
sudah ditetapkan di sekolah dan diberikan orientasi atau pelatihan tentang bagaimana
menggunakan modul ini.
3. Masing-masing guru mata pelajaran membuat rencana pengintegrasian topik pada mata
pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Lakukan pre-test terhadap peserta didik pada awal proses pembelajaran dan post-test
pada akhir periode pembelajaran untuk melihat dampak pembelajaran pada peserta
didik. Gunakan lembar pre-test dan post-test yang dilampirkan pada modul ini atau
berbagai permainan pre-test dan post-test yang dapat dikembangkan

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 5
5. Ikuti langkah-langkah pembelajaran pada setiap topik. Guru dapat mengkreasikan
metode dan langkah pembelajaran sepanjang bisa mencapai tujuan pembelajaran yang
digariskan.
6. Persiapkan alat bantu yang dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran di kelas.
7. Waktu pembelajaran bisa disesuaikan dengan jam pelajaran yang tersedia pada mata
pelajaran yang diintegrasikan.
8. Sangat disarankan siswa mendapatkan semua topik yang ada di dalam modul pendidikan
kesehatan reproduksi ini. Pada ujicoba penerapan modul ini, satu tim yang terdiri dari
3-4 guru mata pelajaran membutuhkan waktu 2-3 bulan untuk menghabiskan materi
kesehatan reproduksi ini kepada satu kelas.
9. Selalu sampaikan, bahwa guru membuka akses untuk peserta didik jika ingin berdiskusi
lebih lanjut tentang kesehatan reproduksi, informasikan media komunikasi atau ruangan
yang disediakan untuk berkonsultasi tentang kesehatan reproduksi peserta didik.
Informasikan juga bahwa jika siswa membutuhkan konseling dan layanan kesehatan
reproduksi bisa mengunjungi Puskesmas Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
terdekat
10. Jika guru membutuhkan bantuan narasumber untuk topik tertentu, bisa menghubungi
Puskesmas PKPR terdekat.

Rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam mengintegrasikan materi pendidikan kesehatan


reproduksi ke dalam kurikulum.

1. Bahan kajian disesuaikan dengan tingkat perkembangan kemampuan peserta didik


2. Program pembelajaran dikembangkan dengan memperhatikan kedekatan secara fisik
dan psikis dengan peserta didik. Dekat secara fisik berarti bahwa bahan kajian/ materi
pembelajaran berada dalam lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta didik. Adapun
dekat secara psikis berarti bahwa bahan kajian mudah dipahami dan dicerna sesuai
dengan tingkat perkembangan kemampuan berpikir dan usia peserta didik. Oleh karena
itu, bahan pembelajaran perlu disusun berdasarkan prinsip-prinsip belajar, yaitu mulailah:
(1) dari hal-hal konkret ke abstrak; (2) dikembangkan dari yang diketahui ke yang belum
diketahui; (3) dari pengalaman lama ke pengalaman baru; (4) dari yang mudah/sederhana
ke yang lebih sukar/rumit. Selain itu, bahan kajian harus bermakna bagi peserta didik yaitu
bermanfaat karena dapat membantu peserta didik dalam menjalani kehidupan sehari-
hari, khususnya mengembangkan sikap dan perilaku hidup sehat dan bertanggungjawab;
3. Bahan kajian memberikan keluwesan bagi pendidik dalam memilih metode pembelajaran
dan sumber belajar, misalnya buku dan nara sumber. Guru dapat memanfaatkan potensi
yang ada di lingkungan sekolah, misalnya meminta bantuan dari instansi terkait atau
tokoh-tokoh masyarakat sebagai nara sumber. Bahan kajian/ materi Pendidikan Kesehatan
Reproduksi yang diajarkan bersifat utuh, mengacu pada tujuan pembelajaran yang jelas
dan memberi makna kepada peserta didik.
4. Alokasi waktu untuk pembelajaran pendidikan kesehatan reproduksi perlu memperhatikan
jumlah hari dan minggu efektif.

6 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
F. Langkah Mengintegrasikan Pendidikan Kesehatan
Reproduksi Remaja Dalam Kurikulum Sekolah

1. Mengkaji dan menganalisis Kompetensi Dasar (KD) dari mata pelajaran yang relevan;
2. Menyusun Silabus yang mengintegrasikan pendidikan kesehatan reproduksi (termasuk
alokasi waktu).
Mengkaitkan materi yang ada pada modul dengan KD yang sesuai
Membuat indikator yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
Mengintegrasikan Materi Pokok, Kegiatan Pembelajaran, Penilaiian, Alokasi Waktu dan
Sumber Belajar pendidikan kesehatan reproduksi ke dalam silabus mata pelajaran.
3. Program Pembelajaran dan Penilaian
Mengintegrasikan materi pendidikan kesehatan reproduksi dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);
Memperkaya kegiatan pembelajaran dalam buku teks dengan kegiatan pembelajaran
yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan reproduksi
Melakukan penilaian autentik secara integratif pada pembelajaran yang sudah
diperkaya dengan materi kesehatan reproduksi
Bagan alur langkah mengintegrasikan pendidikan kesehatan reproduksi ke dalam Kurikulum
Mata Pelajaran

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 7
Narkoba

IMS, HIV-AIDS, dan


Memutus Mata Rantai Stigma dan

Narkoba

xxi
Diskriminasi terhadap Orang dengan HIV dan
AIDS (ODHA)

IMS dan HIV AIDS

Pencegahan Kehamilan
Peta Topik Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Untuk SMP/ MTS dan Sederajat
Peta Topik Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Untuk SMP/ MTS dan Sederajat

Kesehatan Reproduksi

Citra Diri

Reproduksi

Pubertas

Kesetaraan Gender
Budaya, Sosial, dan Hak
Pendidikan Kesehatan Reproduksi

Asasi Manusia

Peran Media

Budaya dan Hukum

Mencari Bantuan dan Dukungan


Nilai, Sikap, dan Keterampilan

Keterampilan Berkomunikasi dan Negosiasi

Pengambilan Keputusan

Menghadapi Pengaruh Teman Sebaya

Pemahaman Sikap dan Nilai

Perkawinan dan Pengasuhan


Hubungan dengan orang lain

Toleransi dan Sikap Menghargai


Topik

Pertemanan dan Cinta Kasih

Keluarga

8 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
BAB 2

Tips Bagi Guru

A. Tips memberikan pendidikan kesehatan reproduksi


di kelas

1. Buatlah kesepakatan belajar:


Membuat kesepakatan belajar di awal proses pembelajaran pendidikan kesehatan
reproduksi menjadi penting mengingat topik yang dibahas cukup sensitif dan selama
ini jarang dibicarakan secara terbuka. Kesepakatan belajar akan membantu untuk
membangun lingkungan yang aman dan nyaman bagi peserta didik untuk saling berbagi
pengetahuan, nilai/ sikap serta pengalaman hidup menyangkut kesehatan reproduksi.
Beberapa hal yang penting untuk disepakat, antara lain menyangkut: bahwa topik
kesehatan reproduksi adalah hal positif dan tidak memalukan; mendorong semua peserta
didik aktif menyampaikan pendapat dan bercerita pengalaman; terbuka dan saling
menghargai pendapat dan pengalaman; tidak ada penghakiman, stigma dan diskriminasi;
serta menjunjung kerahasiaan dimana semua cerita pengalaman yang diungkap dalam
sesi pembelajaran tidak boleh disampaikan kepada orang diluar kelas.
2. Jadilah tulus:
Sebuah sikap tulus akan membuat komunikasi lebih mudah. Guru harus mampu
mengekspresikan rasa tulusnya ketika membahas topik-topik tertentu.
3. Tahu bagaimana untuk mendengarkan:
Mendengarkan adalah bagian penting dari komunikasi yang baik. Guru harus menunjukkan
bahwa dirinya mendengarkan dengan baik ketika sedang memperhatikan pernyataan
atau pertanyaan peserta didik serta apa yang menjadi fokus perhatian atau kekhawatiran
dalam pikiran peserta didik.
4. Memiliki pikiran terbuka:
Guru harus menunjukkan sikap terbuka sehingga peserta didik merasa nyaman
mengekspresikan pendapat dan nilainya menyangkut topik yang sedang dibahas.
5. Jadilah fleksibel:
Guru harus fleksibel dan mencoba untuk menanggapi perhatian dan kebutuhan yang
mungkin muncul dari peserta didik ketika sedang mendiskusikan suatu topik meskipun
apa yang menjadi perhatian peserta didik tidak menjadi bagian dalam topik yang sedang
dibahas oleh guru.
6. Menghormati privasi:
Guru harus menunjukkan bahwa pembicaraan tentang topik yang diajarkan di dalam
kelas mendiskusikan fakta dan opini dan tidak sedang membongkar pengalaman yang
memalukan dari peserta didik.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 9
7. Tetap tenang:
Guru harus tenang mendengarkan peserta didik saat mereka mengekspresikan pendapat
mereka, bahkan saat guru mungkin tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
8. Meminta pendapat peserta didik:
Guru sebaiknya meminta peserta didik untuk mengekspresikan pendapat mereka
dan bukan meminta pengakuan atas pengalaman-pengalaman mereka yang mungkin
memalukan.
9. Menjawab pertanyaan-pertanyaan:
Lebih baik jika guru dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari peserta
didik. Akan tetapi jika guru merasa tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk
menjawab maka sebaiknya guru jujur dan menjanjikan akan mencarikan jawaban yang
benar daripada memaksa memberikan informasi yang salah.
10. Menunjukkan rasa percaya diri membahas topik-topik kesehatan reproduksi:
Topik tentang kesehatan reproduksi sering menjadi hal memalukan dan tabu bagi
kebanyakan orang termasuk peserta didik. Jika guru menunjukkan sikap canggung dan
malu, maka peserta didik menjadi canggung untuk mengikuti proses belajar dikelas
termasuk bisa menjadi tidak terbuka untuk menanyakan informasi yang mereka butuhkan.
11. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berkonsultasi di luar proses
pembelajaran. Jadi peran Guru tidak hanya berhenti pada proses pembelajaran saja.

Untuk membangun suasana belajar yang mendukung di dalam kelas, maka guru penting
menjaga hal-hal berikut:

Secara terbuka mengkritik setiap pendapat peserta didik. Sikap ini dapat menyebabkan
peserta didik menjadi tertutup.
Menceramahi dan menghujat. Sebagai contoh: Jika jadi kamu maka saya tidak akan
melakukan hal yang memalukan tersebut
Menertawakan pendapat atau komentar peserta didik yang bisa membuat mereka malu
untuk memberikan pendapat berikutnya.

B. Pendekatan Komprehensif Dalam Pendidikan


Kesehatan Reproduksi Remaja

Pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif menggunakan pendekatan yang berbeda


apabila dibandingkan dengan pendekatan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang selama
ini digunakan. Apabila pendekatan KIE yang selama ini digunakan lebih banyak menekankan
pada aspek fisik dari kesehatan reproduksi, maka pendidikan kesehatan reproduksi yang
komprehensif menekankan pada 5 aspek sebagai berikut2 3:

2 UNFPA Operational Guidance for Comprehensive Sexuality Education, United Nations Population Fund (UNFPA) 2014
3 International Planned Parenthood Association (IPPF), From Evidence to Action: Advocating for Comprehensive Sexuality
Education, IPPF, London, 2009..

10 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
1. Pendekatan komprehensif-yang berarti bahwa pendidikan kesehatan reproduksi
mencakup semua topik penting yang membantu peserta didik mengambil keputusan
terbaik dan memiliki kemampuan mencegah risiko kesehatan reproduksi termasuk HIV
dan AIDS. Dengan demikian metodenya harus komprehensif membangun pengetahuan
yang lengkap dan akurat, sikap/nilai positif dan keterampilan psikososial.
2. Berbasis hak-yang berarti bahwa pendidikan ini dibangun berdasarkan nilai-nilai universal
dan prinsip-prinsip hak asasi manusia serta hukum yang menjamin harkat dan martabat
manusia, persamaan perlakuan dan kesempatan untuk berpartisipasi serta pemahaman
bahwa hak-hak tersebut penting untuk mewujudkan kesehatan reproduksi remaja serta
kesejahteraan. Pemahaman mengenai hak ini bukan hanya sekedar menginformasikan
kepada remaja atas hak-haknya, tetapi juga memberdayakan dan memampukan untuk
mempraktekkan hak serta tanggung jawab.
3. Sensitif gender-yang berarti bahwa materi-materi dan bahan ajar yang digunakan haruslah
terintegrasi dengan pemahaman pentingnya kesetaraan gender, dan konteks sosial secara
umum, untuk mencapai kesehatan reproduksi remaja. Pendidikan kesehatan reproduksi
yang komprehensif juga harus menyediakan media ajar yang dapat digunakan oleh remaja
perempuan dan remaja laki-laki untuk melakukan refleksi secara kritis faktor-faktor sosial
yang mempengaruhi perilaku. Pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif
seharusnya membuka kesempatan kepada remaja untuk berfikir, mendiskusikan dan
merefleksikan tekanan-tekanan sosial dan harapan-harapan masyarakat, terkait gender
yang dihadapi. Melalui cara ini, remaja dimampukan untuk memilih sikap dan nilai positif.
Hal ini akan membantu untuk memahami dan mengupayakan hak-haknya terpenuhi,
serta merubah dan melawan praktik-praktik kekerasan.
4. Berorientasi kewarganegaraan-yang berarti bahwa pendidikan ini menekankan pada
ketrampilan berfikir kritis untuk mendasari perilaku bertanggung jawab. Pendidikan ini
juga dimaksudkan untuk membangun pemahaman tentang bagaimana peran institusi-
institusi dan hubungannya dalam masyarakat, menumbuhkan rasa kewarganegaraan,
serta keterampilan-keterampilan untuk mempromosikan kondisi-kondisi yang mendukung
pemenuhan hak asasi dan kesejahteraan remaja.
5. Berperspektif positif terhadap kesehatan reproduksi-yang berarti bahwa semua bahan
dan materi ajar haruslah mencerminkan sikap yang positif terhadap kesehatan reproduksi.
Sikap positif terhadap kesehatan reproduksi merupakan hal yang penting untuk melawan
diskriminasi.

C. Pembelajaran Partisipatif dalam Pendidikan


Kesehatan Reproduksi Remaja

Pendidikan Kesehatan Reproduksi dirancang dengan pendekatan partisipatif yang


memungkinkan peserta didik memiliki peran aktif dalam proses pembelajaran. Pendekatan
partisipatif atau dikenal juga dengan pendidikan merupakan pendekatan yang menempatkan
peserta didik sebagai subjek dari sistem pendidikan. Artinya, peserta didik diasumsikan
memiliki kemampuan aktif untuk merencanakan arah, memilih bahan dan materi yang dianggap
bermanfaat, memikirkan cara terbaik untuk belajar, menganalisis dan menyimpulkan, serta
mampu mengambil manfaat pendidikan. Fungsi guru adalah sebagai fasilitator dan bukan
orang yang menggurui.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 11
Ciri-ciri pokok dari proses pendidikan partisipatif yang kritis adalah4:

1. Belajar dari pengalaman atau realita. Materi yang dipelajari bukan ajaran dari seseorang,
tetapi keadaan nyata atau pengalaman peserta didik. Tidak ada otoritas pengetahuan
seseorang yang lebih tinggi dari yang lainnya. Dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi,
hal ini menjadi sangat penting karena pengalaman yang dihadapi peserta didik terkait
kesehatan reproduksi dan seksualitas bisa jadi berbeda dengan pengalaman guru karena
berubahnya lingkungan sosial dan perbedaan-perbedaan individu.
2. Tidak menggurui. Semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan adalah guru
sekaligus peserta didik pada saat yang sama.
3. Dialogis. Proses yang dilakukan bukan lagi proses belajar-mengajar yang bersifat satu
arah, tetapi proses komunikasi dalam berbagai bentuk kegiatan (diskusi kelompok,
bermain peran, dsb) dan media (peraga, grafis, audio-visual, dsb). Proses komunikasi ini
lebih memungkinkan terjadinya dialog kritis antar orang yang terlibat dalam Pendidikan
Kesehatan Reproduksi tersebut.
Panduan proses belajar dan pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi disusun dalam
suatu proses yang dikenal sebagai Daur Belajar dari pengalaman yang distrukturkan. Proses
ini telah teruji sebagai suatu proses belajar yang memenuhi semua tuntutan atau prasyarat
pendidikan kritis. Hal tersebut terjadi karena urutan prosesnya memungkinkan bagi setiap
orang untuk mencapai pemahaman dan kesadaran atas realita sosial dengan cara terlibat
(partisipasi), baik langsung maupun tidak langsung, sebagai bagian dari realita tersebut5.

Daur belajar yang dimaksud meliputi proses-proses berikut:

1. Melakukan. Dimulai dengan pengalaman-pengalaman, peristiwa-peristiwa, yang


dimunculkan lewat cerita, studi kasus, permainan dan media lainnya sebagai cara
untuk melihat data yang ada. Misalnya pada materi HIV dan AIDS, di awal sesi guru bisa
menampilkan film dokumenter atau menyajikan data dari media massa.
2. Mengungkap data (rekonstruksi). Yaitu menguraikan kembali rincian (fakta, unsur-unsur,
urutan kejadian, dll) dari realitas sebagai proses pengungkapan dengan cara menyatakan
kembali apa yang sudah dialaminya lewat tanggapan dan kesan atas pengalaman tersebut.
Tahap ini bisa juga disebut proses mengalami karena proses ini selalu dimulai dengan
penggalian pengalaman dengan cara melakukan kegiatan langsung. Masih pada materi
HIV dan AIDS, pada bagian ini peserta didik diajak untuk menyatakan pendapatnya tentang
data-data yang sudah disajikan dan dikaitkan dengan pengalaman pribadi mereka.
3. Menganalisis. Yakni mengkaji sebab-sebab dan kemajemukan kaitan-kaitan permasalahan
yang ada dalam realitas tersebut. Pada materi HIV dan AIDS, peserta didik diminta untuk
mendiskusikan, misalnya perilaku apa saja yang beresiko menularkan HIV dan mengapa
tidak banyak orang yang mengetahui.
4. Kesimpulan. Yakni merumuskan makna atau hakikat dari realitas tersebut sebagai suatu
pelajaran dan pemahaman atau pengertian baru yang lebih utuh. Rumusan tersebut
berupa prinsip-prinsip dan kesimpulan umum dari hasil pengkajian atas pengalaman.

4 Toto Rahardjo, Roem Topatimasang, Mansour Fakih, Pendidikan Popular: Membangun Kesadaran Kritis,
INSISTPress, Jogjakarta, 2005, hal.98.
5 Ibid, hal.99-101.

12 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Cara seperti ini akan membantu dalam merumuskan, merinci dan memperjelas hal-hal
yang telah dipelajari. Misalnya: peserta didik menyimpulkan apa yang harus dilakukan jika
mau terhindar dari penularan HIV.
5. Tindakan. Tahap akhir dari daur belajar ini adalah memutuskan dan melaksanakan
tindakan-tindakan baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian
baru atas realitas tersebut. Langkah ini bisa diwujudkan dengan cara merencanakan
tindakan dalam rangka penerapan prinsip-prinsip yang telah disimpulkan. Tahap ini
menjadi bagian yang bersifat eksperimental. Tentu saja proses penerapannya akan
menjadi pengalaman tersendiri dan dengan pengalaman baru itulah maka daur proses ini
akan dimulai dari awal lagi dan seterusnya. Pada tahap ini, maka guru mendorong peserta
didik mempraktekkan apa yang dipelajari di kelas dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Bagan 1: Daur Belajar dari Pengalaman yang Distrukturkan

D. Daftar Alternatif Integrasi Topik dengan Mata


Pelajaran

Berikut adalah daftar topik dalam modul pendidikan kesehatan reproduksi ini yang diintegrasikan
pada mata pelajaran yang relevan. Daftar ini bersifat fleksibel, guru dapat mengkreasikan
pengintegrasian topik pada mata pelajaran lain sepanjang semua topik diberikan kepada
peserta didik.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 13
No Materi Mata Pelajaran

Konsep Utama 1
Hubungan Dengan Orang Lain
1 Konsep Diri Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Bahasa Inggris
Bimbingan Konseling
2 Keluarga Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Bahasa Inggris
Bimbingan Konseling
3 Pertemanan dan Cinta Kasih Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Bahasa Indonesia
Seni Budaya Teater
Bimbingan Konseling
4 Toleransi dan Menghargai Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Bimbingan Konseling
5 Pernikahan dan Pengasuhan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Bimbingan Konseling

Konsep Utama 2
Nilai, Sikap dan Keterampilan
1 Pemahaman, Sikap dan Nilai Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Bimbingan Konseling
2 Menghadapi Pengaruh Teman Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Sebaya Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Seni BudayaTeater
Bimbingan Konseling
3 Mencari Bantuan dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Dukungan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Bimbingan Konseling

Konsep Utama 3
Budaya, Sosial dan Hak Asasi Manusia
1 Budaya dan Hukum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

14 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
2 Peran Media Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
Bimbingan Konseling
3 Kesetaraan Gender Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
Bimbingan Konseling
4 Kekerasan Berbasis Seksual Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
dan Gender Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
IPA
Pendidikan Olah raga, Jasmani dan Kesehatan
Bimbingan Konseling

Konsep Utama 4
Kesehatan Reproduksi
1 Pubertas Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Pendidikan Jasmani, Olah raga dan Kesehatan
Bimbingan Konseling
2 Reproduksi Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA)
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Pendidikan Jasmani, Olah raga dan Kesehatan
Bimbingan Konseling

Konsep Utama 5
Infeksi Menular Seksual, HIV-AIDS dan NAPZA
1 Infeksi Menular Seksual (IMS) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Pendidikan Jasmani, Olah raga dan Kesehatan
Matematika
Bimbingan Konseling
2 HIV-AIDS Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Bahasa Indonesia
Pendidikan Jasmani, Olah raga dan Kesehatan
Seni Budaya Teater
Matematika
Bimbingan Konseling

Integrasi topik dengan mata pelajaran yang lebih rinci berupa RPP dilampirkan dalam modul
ini.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 15
16 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
BAB 3

Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi

A. Konsep Utama 1: Hubungan Dengan Orang Lain

TOPIK 1.1
KONSEP DIRI

Tujuan Pembelajaran:
1. Mendeskripsikan komponen konsep diri melalui pengamatan dan diskusi
2. Mengenal kelebihan dan kekurangan, cita-cita atau tujuan hidup dirinya melalui refleksi
3. Menjelaskan peran dan identitas diri untuk meningkatkan harga diri melalui refleksi

Keterampilan yang dikembangkan:


Berfikir kritis
Berfikir kreatif
Membuat Keputusan

Alat Bantu:
1. Potongan kertas yang berbeda warna, dan alat perekat untuk menempelkan di papan
tentang pernyataan/pendapat dari setiap pertanyaan yang diberikan dalam amplop
(sesuai jumlah kelompok)

Waktu:
90 menit

Langkah Pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Minta peserta mengemukakan pendapat mereka tentang:
Apa yang kamu banggakan atau senangi dari dirimu?
Apa kelebihanmu dibandingkan dengan teman-teman sebayamu?

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 17
Apa kekuranganmu?
Dalam kegiatan sehari-hari di rumah, kamu mengemban tanggungjawab apa?
Kapan kamu menolong orang lain dan pertolongannya dalam bentuk apa?
Apa cita-cita atau mimpimu?
Siapa orang atau tokoh yang menjadi panutanmu atau idolamu?
3. Ajak peserta mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut.
4. Bagikan kertas HVS dan spidol kepada masing-masing peserta didik. Minta peserta didik
mendeskripsikan tentang kelebihan dan kekurangan, cita-cita, peran (tanggungjawab dan
kepedulian) serta identitas dirinya untuk meningkatkan harga diri di kertas tersebut.
5. Minta peserta membentuk 4 (empat) kelompok.
6. Dalam kelompok, peserta saling berbagi cerita mengenai dirinya masing-masing.
7. Setelah selesai proses ini, setiap kelompok berdiskusi tentang cara-cara untuk
meningkatkan harga diri.
8. Minta setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
9. Tutup sesi dengan menyampaikan ide pokok pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi setempat bila dianggap


bertentangan dengan norma, budaya, dan agama/ keyakinan.

Ide pokok:

Penting bagi remaja untuk memahami dirinya


Sejak kecil, penting dibangun kesadaran remaja menyangkut:
- Kesadaran dan memahami kelebihan dan kelemahannya .
- Mengembangkan dan membangun cita-cita
- Kemampuan untuk peduli dan menolong orang lain.
Kemampuan untuk meningkatkan harga diri.
Remaja mempunyai masalah yang sangat kompleks seiring dengan masa transisinya
Setelah tumbuh dewasa, dunia anak dan perhatiannya menjadi lebih luas dari sekedar
keluarga, di mana teman sebaya menjadi yang paling penting;
Tumbuh berarti memiliki peran dan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain

Bahan Bacaan
KONSEP DIRI

Konsep diri adalah semua ide-ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. (Stuart
dan Sundeen,1991: 372 ).

Persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri, yang terbentuk melalui pengalaman hidup dan
interaksi dengan lingkungan, dan mendapat pengaruh dari orang-orang yang dianggap penting.
(Shavelson, Hubner and Stanton (1974)

18 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Teori Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri belum ada sejak lahir tapi berkembang secara bertahap dan dipelajari melalui
kontak sosial dan pengalaman;
Proses eksplorasi diri sendiri, hubungan dengan orang dekat dan bermanfaat bagi dirinya;
Konsep diri berkembang dengan baik bila:
Budaya dan pengalaman dalam keluarga memberikan pengalaman yang positif;
individu memperoleh kemampuan yang berarti;
Mampu beraktualisasi diri sehingga individu menyadari potensi yang ada pada dirinya.
Pengalaman awal dalam kehidupan keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri
karena keluarga dapat memberikan perasaan diri yang kuat dan tidak kuat serta perasaan
diterima atau ditolak.

KOMPONEN KONSEP DIRI

1. GAMBARAN DIRI
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar atau tidak sadar
termasuk persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan
potensi tubuh saat ini dan masa lalu.
2. IDEAL DIRI
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan
standar pribadi.
Standar ini berhubungan dengan tipe orang atau sejumlah aspirasi cita-cita nilai yang
dicapai.
Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi oleh orang
penting dari dirinya yang memberikan tuntutan atau harapan.
Ini diperlukan oleh individu untuk memacu dirinya ke tingkat yang lebih baik.
3. HARGA DIRI
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai degan menganalisa
seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri.
PENTING ! Penerimaan diri tanpa syarat sebagai individu yang berarti walaupun salah,
gagal atau kalah.
Harga diri diperoleh dari penghargaan diri sendiri dan dari orang lain yaitu perasaan
dicintai, dihargai dan dihormati.
Jika individu selalu berhasil maka cenderung mempunyai harga diri yang tinggi dan
jika individu sering mengalami kegagalan maka cenderung mempunyai harga diri yang
rendah.
Untuk meningkatkan harga diri dapat dilakukan dengan:
a. Memberi kesempatan untuk berhasil yaitu dengan memberikan tugas yang
memungkinkan diselesaikan, kemudian diberi pujian atau penghargaan atas
keberhasilannya.
b. Menanamkan/memberi gagasan yang dapat memotivasi kreativitas untuk berkembang.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 19
c. Mendorong aspirasi dengan menanggapi pertanyaan dan pendapatnya serta memberi
dukungan terhadap aspirasi yang positif sehingga merasa diterima.
Harga diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia.
Maka:
Semakin dekat diri ideal kita dengan citra diri kita, semakin tinggi harga diri kita.
Semakin jauh diri ideal kita dengan citra diri kita, semakin rendah harga diri kita.
Tinggi rendahnya harga diri seseorang akan mempengaruhi kepercayaan dirinya.
4. PERAN
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat.
Posisi di masyarakat dapat menjadi pencetus stres terhadap peran karena struktur sosial
yang menimbulkan kesukaran atau tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan.
Stres peran terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang tidak sesuai
dan peran yang berlebihan.
Konflik peran dialami jika peran yang diminta konflik dengan system individu atau
peran yang konflik satu sama lain;
Peran tidak jelas terjadi jika pelaku diberi peran yang tidak jelas dalam hal perilaku dan
penampilan yang diharapkan;
Peran tidak sesuai terjadi jika individu dalam proses transisi merubah nilai dan sikap;
Peran berlebihan terjadi jika individu menerima banyak peran tetapi tidak mampu
untuk melakukannya.
5. IDENTITAS
Identitas adalah kesadaran akan diri merupakan gabungan dari semua aspek konsep diri
sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat adalah seseorang yang
memandang dirinya berbeda dengan orang lain termasuk persepsinya terhadap jenis
kelamin, memiliki otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek diri, mampu dan
menguasai diri, mengatur diri sendiri dan menerima diri.
Ciri-ciri individu identitas diri positif adalah:
Mengenal diri sebagai organisme yang utuh, terpisah dari orang lain.
Mengakui jenis kelamin sendiri
Memandang berbagai aspek diri sebagai suatu keselarasan
Menilai diri sesuai dengan penilaian masyarakat
Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang
Memiliki tujuan yang dapat direalisasikan
Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih mengarah pada
kerendahan hati dan kedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan. Orang yang
mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai konsep diri yang positif.
Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah :
Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai rasa percaya
diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak

20 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
Merasa setara dengan orang lain. ia selalu rendah hati, tidak sombong, tidak mencela
atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa
menghilangkan rasa rendah hati, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak
membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.
Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta
perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan
orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di
setujui oleh masyarakat.
Mampu memperbaiki diri karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian
yang tidak disenangi orang lain dan berusaha untuk memperbaiki atau intropreksi diri
menjadi lebih baik sebelum menginstrospeksi orang lain, agar diterima di lingkungannya.
Tanda-Tanda individu yang memiliki konsep diri negatif adalah :
Peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik dan mudah marah atau
naik pitam. ini berarti individu tersebut belum dapat mengendalikan emosinya,
sehingga kritikan dianggap sebagai hal yang salah. Bagi orang seperti ini koreksi sering
dipersepsikan sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Orang yang memiliki
konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang terbuka, dan bersikeras
mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru;
Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari
pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya saat menerima pujian. Bagi
orang seperti ini, semua hal yang menjunjung harga dirinya menjadi pusat perhatian.
Bersamaan dengan kesenangannya terhadap pujian, merekapun hiperkritis terhadap
orang lain.
Cenderung bersikap hiperkritis. Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun
dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan
atau pengakuan pada kelebihan orang lain;
Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan, karena
itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan
kehangatan dan keakraban persahabatan, berarti individu tersebut merasa rendah
diri atau bahkan berperilaku yang tidak disenangi, misalkan membenci, mencela atau
bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi (bermusuhan);
Bersikap pesimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam keengganannya untuk
bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia akan menganggap tidak akan
berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.
Konsep diri negatif akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika ia mengalami
kegagalan akan menyalahkan diri sendiri maupun menyalahkan orang lain.
Konsep diri positif akan bersikap optimis, percaya diri sendiri dan selalu bersikap
positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialami. Kegagalan tidak
dipandang sebagai akhir segalanya, namun dijadikan sebagai penemuan dan pelajaran
berharga untuk melangkah ke depan. Individu yang memiliki konsep diri positif akan
mampu menghargai dirinya sendiri

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 21
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Dasar dari konsep diri yang positif adalah penerimaan diri. Individu yang bisa
menerima dirinya cenderung akan memiliki penghargaan diri yang baik.
Penghargaan diri adalah faktor penting yang membantu dalam pembuatan
keputusan. Peserta didik yang memiliki penghargaan diri akan memiliki nilai-nilai
yang kuat sehingga mampu mampu membuat keputusan untuk bertahan dan tidak
mudah terpengaruh oleh tekanan teman sebaya dalam melakukan perilaku yang
berisiko terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi
Menular Seksual (IMS) dan HIV.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah dengan konsep dirinya,
seperti: kurang percaya diri, kurang terima diri serta kurang penghargaan terhadap diri,
maka Guru segera mengajak peserta didik tersebut untuk berdialog atau melakukan
konseling dan merujuk ke Puskesmas PKPR terdekat untuk mendapat bantuan dan
dukungan lebih lanjut jika dibutuhkan.

UNTUK PESERTA DIDIK


Pesan Kunci
Gali dan temukan kekuatan (hal-hal positif dan berharga) dalam diri untuk membangun
rasa penerimaan dan penghargaan diri.
Selalu optimis, percaya diri dan bersikap positif terhadap segala sesuatu termasuk
terhadap kegagalan yang dialami. Sehingga kegagalan tidak dipandang sebagai akhir dari
segalanya namun dijadikan sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk perbaikan
kedepan.
Semua kita adalah unik. Oleh sebab itu, perkuat kepercayaan diri agar berani untuk
berbeda dalam konteks yang positif dan tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya
untuk melakukan perilaku yang berisiko terhadap kehamilan yang tidak diinginkan,
penyalahgunaan Napza, Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV.
Kepercayaan diri yang kuat juga akan membantu kita untuk mampu menjadi agen
perubahan (agent of change) dalam mempromosikan perilaku hidup sehat bagi keluarga,
teman sebaya dan masyarakat luas.

22 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
TOPIK 1.2
KELUARGA

Tujuan Pembelajaran:
1. Menggambarkan perubahan tanggung jawab anggota keluarga sejalan dengan perubahan
ke arah kedewasaan melalui diskusi.
2. Menggambarkan bagaimana tanggung jawab anggota keluarga berubah sejalan dengan
perubahan ke arah dewasa.

Keterampilan yang dikembangkan:


Rasa percaya diri;
Membuat keputusan;
Berfikir positif;
Berempati
Berkomunikasi efektif.

Alat Bantu:
1. Potongan kertas yang berbeda warna, dan alat perekat, untuk menempelkan di papan
tentang pernyataan/pendapat dari setiap pertanyaan yang diberikan amplop (sejumlah
kelompok)

Waktu:
90 menit

Langkah Pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran;
2. Tampilkan gambar keluarga, misal orangtua yang mendampingi anaknya belajar.
3. Minta peserta mengemukakan pendapat mereka tentang:
Apa yang kamu banggakan atau senangi dari orangtuamu, saudaramu?
Apa yang membuat kamu tidak nyaman/tidak suka dari sikap orangtuamu, saudaramu?
Apa sikap dan tindakan kamu terhadap perlakuan orangtuamu, saudaramu yang tidak
kamu senangi?
Apa harapan atau keinganmu terhadap sikap dan tindakan orangtua, saudara terhadap mu?
Bagaimana dengan harapan keluarga dan orang-orang di sekelilingmu?
Bagaimana dengan tanggungjawab yang diharapkan darimu?
Bagaimana cara kamu mengutarakan keinginanmu kepada orangtua dan saudaramu?
4. Ajak peserta mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut.
5. Bagikan kertas HVS dan spidol kepada masing-masing peserta didik. Minta peserta didik
menggambarkan di kertas tersebut satu gambar yang mewakili perasaan tentang keluarga
bahagia.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 23
6. Minta peserta membentuk 4 (empat) kelompok.
7. Dalam kelompok, peserta saling berbagi cerita mengenai makna gambar yang mereka
buat. Setelah selesai proses ini, setiap kelompok harus membuat gambar di kertas plano
yang menjadi gabungan dari gambar-gambar yang telah dibuat anggota kelompok.
8. Minta setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
9. Tutup sesi dengan menyampaikan ide pokok pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi setempat bila dianggap
bertentangan dengan norma, budaya, dan agama/ keyakinan.

Ide pokok:
Sejak kecil, penting dibangun kesadaran anak menyangkut:
- Kesadaran terhadap keberadaan orang lain (orangtua dan saudara).
- Kesadaran akan adanya perbedaan antara diri sendiri dengan orang lain (orangtua dan
saudara).
- Keterampilan menjadi pendengar yang baik.
- Kesadaran akan pikiran dan perasaan sendiri dan kemampuan untuk mengekspresikannya.
- Kemampuan untuk merespons perasaan dan pikiran orang tua dan saudara.
Setelah tumbuh dewasa, dunia anak dan perhatiannya menjadi lebih luas dari sekedar
keluarga, di mana teman sebaya menjadi yang paling penting
Tumbuh berarti memiliki memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain
Konflik dan kesalahpahaman antara orang tua dan anak merupakan hal yang wajar, terutama
selama masa pubertas, dan biasanya dapat diselesaikan

Bahan Bacaan
MEMAHAMI KELUARGA DAN PERANNYA DALAM MEMBANTU REMAJA MENGHADAPI
PROBLEMATIKA KESEHATAN REPRODUKSI

Pada masa remaja, perubahan biologis, psikologis, dan sosial terjadi dengan pesat. Hal ini
menuntut perubahan perilaku remaja untuk menyesuaikan diri dengan kondisi mereka saat
ini. Pada beberapa remaja, proses penyesuaian ini bisa berlangsung tanpa masalah berarti
karena mereka berhasil mengenali identitas diri dan mendapat dukungan sosial yang cukup.
Kedua hal tersebut penting berperan dalam penyesuaian diri remaja. Namun sebagian remaja
yang lain dapat mengalami persoalan penyesuaian diri. Kesulitan penyesuaian diri remaja
biasanya diawali dengan munculnya perilaku-perilaku yang beresiko menimbulkan persoalan
psikososial remaja baik pada level personal maupun sosial.

Di Indonesia diketahui sebagian remaja terlibat dalam perilaku-perilaku beresiko terhadap


kesehatan mentalnya, seperti: mengebut dan berakibat kecelakaan; kekerasan/tawuran/
bullying; kekerasan dalam pertemanan antar lawan jenis; kehamilan yang tidak direncanakan;
perilaku seks beresiko; terkena infeksi menular seksual termasuk HIV-AIDS; merokok dan
penyalahgunaan alkohol pada usia dini; penggunaan ganja dan zat-zat adiktif lainnya.

24 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Perilaku beresiko remaja membuat mereka sering dicap sebagai anak-remaja bermasalah
dan akhirnya mereka diperlakukan secara negatif dari lingkungan sosialnya. Perilaku beresiko
remaja adalah bentuk perilaku yang dapat membahayakan kesehatan dan kesejahteraan (well-
being) remaja, bahkan beberapa bentuk perilaku beresiko dapat merugikan orang lain.

Perlakuan negatif pada remaja yang dicap bermasalah dapat terjadi karena disebabkan
pemahaman yang kurang tepat atas perilaku beresiko. Sering perilaku beresiko hanya dilihat
sebagai akibat kenakalan remaja semata, akibatnya orang segera mengambil keputusan
untuk memperbaiki si remaja bermasalah. Perilaku beresiko remaja yang disebabkan oleh
gangguan penyesuaian diri muncul karena dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri remaja
(internal) maupun faktor dari luar diri (eksternal).

Faktor internal meliputi:


1. Problem psikologis dan sosial yang sedang dihadapi.
Menghadapi masa remaja yang penuh tantangan membuat remaja rentan menghadapi
tekanan, akibatnya dapat muncul persoalan psikologis seperti stress dan depresi. Belum
lagi jika ditambah remaja dengan kebutuhan khusus dan gangguan psikopatologis.
2. Kontrol diri yang lemah.
Remaja yang tidak terbiasa mengendalikan diri dan mempertahankan usaha untuk
mencapai tujuan yang lebih tinggi, cenderung mudah terlena untuk mendapatkan
kenikmatan instant dengan melakukan perilaku beresiko, yang justru pada akhirnya malah
menambah persoalan baru.

Beberapa faktor eksternal diantaranya adalah:


1. Persoalan keluarga.
Pendidikan nilai yang salah di keluarga, problem komunikasi antar anggota keluarga, atau
perselisihan keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Hubungan orang tua-
anak yang kurang harmonis dan otoriter membuat remaja sulit terbuka menyampaikan
persoalan yang dihadapinya pada orang tua, akibatnya anak kesulitan menyelesaikan
persoalannya dan terjerumus dalam perilaku beresiko.
2. Pengaruh negatif teman sebaya.
Sikap dan perilaku teman sebaya yang negatif juga dapat mempengaruhi perilaku remaja.
Upaya remaja untuk dapat diterima di kelompok sebayanya membuat mereka mudah
terpengaruh dan sulit menolak ajakan teman, bahkan untuk hal yang dapat merugikan
diri atau orang di sekitarnya.
3. Pengaruh negatif komunitas.
Kemiskinan, kurangnya akses pendidikan, komunitas yang acuh dan permisif pada
pelanggaran dapat membuat remaja lebih rentan terjerumus dalam perilaku beresiko dan
menghambat perkembangan diri remaja.
Dengan mengetahui berbagai faktor internal dan eksternal mempengaruhi problem remaja,
maka penting kita pahami bahwa penanganannya perlu dilakukan secara menyeluruh. Bukan
hanya remaja yang ditarget untuk dirubah tapi juga lingkungan sekitarnya yang juga turut
mempengaruhi munculnya perilaku beresiko tersebut. Contohnya: perilaku kecanduan yang

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 25
disebabkan oleh ketidakmampuan remaja mengelola stress dari problem keluarga dan tekanan
sosial dari teman sebaya, maka harus dihadapi dengan cara mengembangkan kemampuan
pengelolaan persoalan keluarga dan sikap asertif pada teman sebaya; dan lebih jauh lagi perlu
mempertimbangkan pembuatan kebijakan sosial untuk menghadapi persoalan kecanduan di
sekolah dan di masyarakat. Karena tidaklah mungkin menghadapi persoalan perilaku beresiko
remaja tanpa koordinasi dan kerjasama antar berbagai pihak yang terlibat, dalam hal ini orang-
tua dan keluarga, sekolah, lingkungan rumah, serta masyarakat. Pemahaman komprehensif
ini selayaknya menjadi dasar cara kita menghadapi perilaku beresiko remaja di masyarakat
Indonesia. Apakah anda setuju?

Bagaimana mencegah perilaku beresiko remaja?


Program kesehatan remaja yang telah banyak dilakukan adalah usaha pencegahan perilaku
beresiko remaja, terutama tentang perilaku seks beresiko dan penyalahgunaan zat adiktif.
Namun program-program ini lebih banyak bergerak dalam pemberian informasi, berupa
penyuluhan dan diskusi tentang masalah kesehatan remaja. Penyuluh biasanya berperan
sebagai fasilitator dan narasumber informasi. Sering juga terjadi adalah bentuk dan cara
penyampaian informasi kesehatan remaja direduksi dan diseleksi sedemikian rupa oleh pihak
sekolah atau orang tua agar pemahaman remaja dianggap tidak melanggar norma sosial-
religius di masyarakat. Lebih lanjut, isi informasi juga kadang kurang mempertimbangkan
tahapan perkembangan psikologis remaja, akibatnya informasi yang diberikan belum tentu
menyentuh kebutuhan dan tantangan kesehatan reproduksi remaja yang sesungguhnya saat
ini.

Remaja terjerumus dalam perilaku beresiko seringkali terjadi bukan karena persoalan
kurangnya informasi, namun karena remaja melakukan perilaku yang tidak konsisten dengan
sikapnya, contohnya: mengetahui bahwa ia belum siap melakukan perilaku seksual namun
ketika diminta oleh pacarnya akhirnya melakukan perilaku seksual. Hal ini terjadi bukan karena
keterbatasan informasi atau kelemahan kognitif sehingga mereka tidak mampu berpikir
tentang alternatif lain, namun lebih dikarenakan keterbatasan pengalaman sehingga mereka
dapat mengambil keputusan yang kurang tepat. Ketersediaan akses dan informasi yang lengkap
dapat mempengaruhi keterampilan remaja dalam mengambil keputusan untuk berperilaku
sehat. Remaja perlu memahami bahwa setiap keputusan yang diambilnya akan menghasilkan
konsekuensi yang harus ditanggung seumur hidupnya baik secara fisik, psikis dan sosial.

Di era globalisasi ini, akses informasi cukup luas, termasuk informasi tentang berbagai faktor
yang mempengaruhi perilaku beresiko remaja. Oleh karena itu, yang lebih diperlukan oleh
remaja bukan sekedar informasi namun lebih penting bagaimana mengembangkan cara-
cara pengelolaan diri remaja. Secara personal, program kesehatan remaja dibutuhkan
untuk mengembangkan kemampuan pengendalian diri dan perilaku produktif untuk dapat
menghadapi perubahan identitas perannya sebagai remaja. Kegagalan mencapai identitas
peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja
sebaiknya mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui
masa remajanya dengan baik, atau juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah
sebelumnya gagal pada tahap ini.

26 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Selain itu, penting juga mengkondisikan faktor-faktor di luar diri remaja agar dapat mendukung
kemampuan pengelolaan diri remaja, seperti, seperti: hubungan dengan orang tua dan
teman sebaya. Sebaiknya orangtua juga mau berupaya untuk membenahi kondisi keluarga
sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja. Pola asuh
dan komunikasi orang-tua dan anak diupayakan menjadi lebih berorientasi pada kebutuhan
perkembangan remaja, orang-tua akan berperan sebagai orang yang mendukung (support
system) bagi si remaja sehingga remaja yang merasa aman dan diterima orang-tuanya akan
lebih mampu menghadapi tantangan perubahan masa remaja. Dalam hubungan dengan teman
sebaya, remaja perlu mengembangkan ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika sikap
dan perilaku teman sebaya atau komunitas tidak produktif atau bahkan dapat merugikan diri
dan masa depan remaja.

Pada umumya, waktu remaja lebih banyak dihabiskan di sekolah, sehingga lingkungan sekolah
juga dapat dipandang sebagai tantangan dunia remaja. Maka sistim pendidikan di sekolah perlu
menyeimbangkan perkembangan aspek kognitif dan juga aspek kepribadian agar si remaja
lebih mampu mengembangkan keterampilan hidup di sekolah. Lebih lanjut, aspek demografis
juga perlu diperhatikan karena kebutuhan kesehatan reproduksi remaja di berbagai wilayah
di Indonesia juga dapat berbeda karena dipengaruhi oleh aspek sosial, budaya, serta historis-
geografis (perkotaan-pedesaan). Maka perlu juga dipertimbangkan pembuatan kebijakan-
kebijakan sosial masyarakat yang fokus pada perbaikan keadaan sosial ekonomi secara mikro
dan makro. Secara umum, seluruh uraian ini menekankan bahwa pengembangan program
kesehatan remaja harus selalu berpijak pada berbagai faktor kontekstual dan aktual remaja
yang menjadi target program kesehatan.

Bagaimana menghadapi remaja dengan perilaku beresiko?


Peran semua bagian masyarakat sangat dibutuhkan untuk menghadapi persoalan perilaku
beresiko remaja, baik sebagai orang-tua, teman, guru, saudara, atau sebagai individu yang
peduli atas persoalan remaja. Sekali lagi, penting dipahami persoalan ini tidak bisa dihadapi
dengan cara pendekatan memperbaiki anak rusak, atau menyingkirkan mereka dari
lingkungan sekolah, atau mengucilkan mereka dari lingkungan sosial dengan harapan agar
remaja lain tidak meniru mereka. Cara-cara tersebut justru akan memperburuk kesehatan dan
kesejahteraan remaja yang bermasalah tadi. Selain memperhatikan berbagai faktor internal
dan eksternal tadi, adalah tugas kita untuk membantu mereka bangkit dari keterpurukan
mereka dengan cara membantu mereka mengembangkan keterampilan hidup (life skills).
Beberapa keterampilan hidup yang perlu diolah adalah: pemahaman diri dan kemampuan
membuat perencanaan hidup, kemampuan penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan,
kemampuan komunikasi efektif, kemampuan empati dan membangun relasi interpersonal,
serta kemampuan pengendalian emosi dan pengelolaan stress.

Keterampilan hidup yang penting dikembangkan adalah kemampuan remaja agar dapat
mengenali masalahnya, lalu berpikir untuk dapat mengambil keputusan mengenai apa yang
harus dilakukannya dalam mengatasi masalah tersebut. Selanjutnya, perlu dikembangkan pula
pengetahuan dan keterampilan remaja agar mampu untuk menjadi individu yang lebih efektif
mengatasi kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya, serta meningkatkan
kewaspadaan remaja atas persoalan hidup yang mungkin terjadi pada dirinya. Keterampilan-

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 27
keterampilan hidup ini lebih efektif dikembangkan dalam proses pendampingan, karena hal ini
muncul dari proses belajar dan berlatih. Oleh karena itu, peran pendampingan ini selayaknya
diberikan oleh orang-orang terdekat remaja seperti orang-tua, guru, dan teman. Seluruh
komponen masyarakat juga bersiap mengarahkan remaja untuk dapat keluar dari masalahnya
serta menyediakan dukungan mereka untuk pengembangan keterampilan sosialnya. Terakhir,
perlu dikembangkan motivasi remaja untuk mencari segera bantuan, baik bantuan familial
ataupun profesional jika menghadapi persoalan yang kompleks bagi dirinya, artinya remaja
tahu apa dan dimana mencari bantuan bila menghadapi masalah yang tidak dapat mereka
kelola secara mandiri. Dalam hal ini peran psikolog, pekerja sosial, psikiater dan berbagai
profesi kesehatan mental perlu diberdayakan secara efektif. Dengan cara-cara ini, remaja
diberikan kesempatan dan akses seluas-luasnya agar mampu mengembangkan perilaku positif
dan produktif di masyarakatnya.

Perilaku beresiko yang banyak dihadapi remaja menghadapkan mereka kepada persoalan
psikososial dan kesehatan. Di Indonesia, persoalan perilaku beresiko perlu dicegah dan
ditanggulangi dengan program kesehatan remaja yang menyeluruh, terutama untuk
mengembangkan faktor internal dan faktor eksternal remaja dalam rangka mencapai
pemberdayaan remaja menyesuaikan diri dengan identitas perannya. Program kesehatan
remaja tidak cukup hanya sebagai pemberi informasi, namun perlu lebih mengedepankan
pengembangan ketrampilan hidup sehat hingga remaja terampil dalam mengembangkan
potensi dirinya dan mampu menghadapi persoalan dan tantangan hidupnya. Penanganan
remaja yang melakukan perilaku beresiko juga akan melibatkan berbagai pihak, dari orang-
tua, sekolah, dan masyarakat terutama dalam meningkatkan keterampilan hidup mereka.

Memahami Tentang Keluarga


Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau
lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan memiliki
peran masing-masing.

Ada beberapa jenis keluarga, yakni:

Keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak,
Keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka,
termasuk kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua.
Keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas
ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan posisi dalam keluarga pada situasi tertentu. Peranan pribadi dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

28 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:

Sebagai suami dari isteri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik anak-anak, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah
tangga, sebagai pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu
juga dapat berperan sebagai pencari nafkah dalam keluarganya.
Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik
fisik, mental, sosial, dan spiritual.

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
1. Pemeliharaan fisik dan kesehatan para anggota keluarga.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggota keluarga
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:


1. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak
untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
2. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi
anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota
keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
4. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana dapat merasakan perasaan dan suasana anak dan
anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga.
Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam
keluarga.
5. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan
anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur
kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
6. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur
penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.
7. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam
keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing,
dan lainnya.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 29
8. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi
selanjutnya.
9. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga, serta membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

Tugas Dan Tanggung Jawab Keluarga


Keluarga yang memiliki anak remaja tentunya mempunyai peran/tanggung jawab yang
disesuaikan dengan perubahan fisik dan psikososial yang sedang terjadi pada remaja. Peran/
tanggungjawab keluarga/orangtua terhadap anak remaja:
1. Memahami tentang perubahan (tumbuh-kembang) remaja
2. Bisa menjadi pendengar aktif (orangtua bisa bereran sebagai sahabat)
3. Menerapkan dan mendorong anak berdisiplin
4. Komunikasif dan tanggap terhadap kebutuhan/permasalahan remaja
5. Membangun suasana harminis
6. Menjadi role model
7. Tidak menghakimi/menasehati, harus memahami perubahan/pubertas yg terjadi, dll
8. Membimbing anak mencari kawan sejati
9. Mengetahui teman-teman anak
10. Mengetahui aktivitas

Remaja juga mepunyai tanggung jawab/peran remaja dalam keluarga, antara lain:
1. Terbuka terhadap permasalahan yang sedang dihadapi
2. Komunikasi efektif dengan keluarga/orangtua
3. Mandiri

Suprajitno (2004) menyatakan bahwa fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai


tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi:

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga


Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh
kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/
keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya,
perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan
kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta
bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.

30 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui keluarga sendiri. Jika demikian, anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau
perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Termasuk memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.
4. Membekali anak remajanya dengan pengetahuan kesehatan reproduksi.
Keluarga bertanggung jawab untuk membekali anak remajanya dengan pengetahuan
kesehatan reproduksi sedini mungkin untuk pembentukan nilai-nilai yang positif
menyangkutkesetaraan gender, mencegah kekerasan seksual, serta membantu anak
remajanya dalam pembuatan keputusan yang sehat dan bertanggung jawab terutama
untuk pencegahan risiko kesehatan reproduksi termasuk HIV dan AIDS.

Tips-tips untuk menghadapi berbagai situasi anggota keluarga

1. Keluarga harmonis tapi tidak terbuka (tabu membicarakan kesehatan reproduksi)


Sampaikan kepada anggota keluarga bahwa seiring pertambahan usia menuju
kedewasaan, banyak perubahan yang terjadi pada fisik, psikologis dan mental (disebut
pubertas). Hal ini alamiah dan terjadi pada semua orang.
Ceritakan bahwa semakin bertambah usia maka semakin banyak tantangan yang
dihadapi dalam berperilaku yang lebih sehat. Ceritakan contoh-contoh pengalaman
yang terjadi disekitar rumah, sekolah atau lingkungan bermain, seperti: ajakan
merokok, dsb.
Ajak anggota keluarga untuk bercerita bagaimana pengalaman mereka dulu ketika
menghadapi masa remajanya. Tanyakan apa yang membuat mereka bertahan dan
melalui masaremajanya dengan baik. Ini dilakukan untuk membiasakan anggota
keluarga saling bercerita pengalaman sehingga mendorong untuk lebih terbuka.
Minta dukungan keluarga untuk membantu kita tetap berperilaku yang sehat dan tidak
mudah terpengaruh bahkan bisa lebih percaya diri untuk menginspirasi orang lain
untuk hidup sehat.
Sampaikan bahwa keluarga adalah tempat utama kita belajar tentang pengetahuan,
nilai-nilai dan perilaku dalam hidup. Oleh sebab, keterbukaan dalam keluarga dalam
membicarakan kesehatan reproduksi sangat penting untuk melalui masa remaja
dengan baik.
2. Keluarga harmonis tapi ada yang berperilaku negatif (misalnya: orang tua merokok, kakak
sering mabuk, dsb)
Cari waktu yang tepat untuk berdiskusi dari hati ke hati dengan anggota keluarga yang
memiliki perilaku negatif.
Sampaikan bahwa hal paling membahagiakan dalam keluarga adalah bahwa kita saling
menyayangi, mendukung dan peduli satu sama lain. Sampaikan juga bahwa dalam
keluarga, kita saling belajar dan memberikan contoh perilaku yang baik bagi anggota
keluarga lain.
Nyatakan perasaan kita tentang perilaku negatif dari anggota keluarga tersebut.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 31
Sampaikan empajnhti dan rasa sedih ketika kita mengetahui dan melihat ada anggota
keluarga yang melakukan perilaku yang membahayakan dirinya.
Sampaikan bahwa kita akan lebih bahagia ketika mengetahui anggota keluarga hidup
sehat dan positif.
Tanyakan apa yang bisa kita atau anggota keluarga lain bantu untuk membuat anggota
keluarga yang berperilaku negatif tersebut berubah untuk hidup lebih sehat.
Ajak seluruh anggota keluarga untuk peduli dan menyampaikan dukungan kepada
anggota keluarga yang berperilaku negatif untuk berubah dan mempraktekkan pola
perilaku hidup sehat.
3. Keluarga sibuk
Cari waktu yang tepat ketika anggota keluarga sedang berkumpul (misalnya ketika
waktu makan malam) untuk menyampaikan bahwa perhatian, kasih sayang, kepedulian
dan kebersamaan dalam keluarga adalah penting. Untuk itu minta anggota keluarga
meskipun sibuk tetap memiliki waktu bersama untuk berkomunikasi antar anggota
keluarga seperti saat makan malam dan membicarakan hal-hal penting yang terjadi
pada anggota keluarga.
Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan positif lainnya untuk membangun
konsep diri yang positif, rasa berharga dan percaya diri yang menjadi bekal untuk hidup
lebih positif.
Bangun lingkar pertemanan yang positif dan bisa saling mendukung untuk melakukan
perilaku yang positif dan swehat.
Dekatkan diri kepada keluarga yang lebih luas seperti: om dan tante untuk tempat
curhat jika dibutuhkan dan dukungan untuk membangun perilaku yang positif dan
sehat.
4. Keluarga tidak harmonis (broken home)
Tanamkan nilai positif dalam diri bahwa meskipun keluarga kita tidak harmonis bukan
berarti hidup kita tidak berharga dan kita bisa melakukan pelarian untuk melakukan
perilaku-perilaku negatif yang tidak sehat.
Cari waktu yang tepat untuk berdiskusi dengan anggota keluarga mengenai pentingnya
keharmonisan dan kasih sayang dalam keluarga.
Bangun hubungan yang lebih baik dengan keluarga yang lebih luas (seperti: om
dan tante terdekat) sebagai tempat bercerita dan mendapatkan dukungan dalam
menghadapi masa remaja secara lebih baik.
Temukan teman dan sahabat yang baik yang bisa saling mengingatkan dan curhat serta
bergaul lah secara positif.
Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan positif lainnya untuk membangun
konsep diri yang positif, rasa berharga dan percaya diri yang menjadi bekal untuk hidup
lebih positif.
Berceritalah kepada Guru yang kita percaya disekolah mengenai situasi yang kita
hadapi dan hal-hal yang kemungkinan bisa mendorong kita melakukan perilaku negatif
sehingga Guru bisa memberikan dukungan yang diperlukan.

32 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri. Sehingga
keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam mempelajari nilai-nilai yang
positif untuk pembuatan keputusan yang sehat dan bertanggung jawab terutama
untuk pencegahan risiko kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza,
Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV.
Kadangkala tidak semua keluarga bisa memberikan perhatian yang cukup, akan
tetapi jangan biarkan diri larut dalam perasaan tidak beruntung dan menjadikan
kondisi tersebut alasan sebagai pelarian untuk mempraktekkan perilaku yang
berisiko terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi
Menular Seksual (IMS) dan HIV.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah dengan keluarganya, Guru
segera mengajak peserta didik tersebut berdialog atau melakukan konseling dan
kemudian mengundang orang tua ke sekolah untuk mencari jalan keluar terbaik.

UNTUK PESERTA DIDIK

Pesan Kunci
Tumbuh dan berkembang memasuki masa remaja artinya memiliki tanggung jawab
yang bertambah terhadap diri sendiri, keluarga dan lingkungan. Oleh sebab itu, jika ada
hal-hal yang kurang harmonis dan kurang menyenangkan dalam keluarga maka kita ikut
bertanggung jawab untuk menginspirasi semua anggota keluarga agar menyelesaikannya
dan bukan malah sebaliknya kondisi tersebut mempengaruhi diri untuk melakukan
perilaku berisiko sebagai pelarian.
Perencanaan berkeluarga di masa depan akan banyak dipengaruhi oleh pemaknaan yang
kita ambil dari praktek-praktek yang terjadi dalam keluarga kita saat ini. Perencanaan
berkeluarga berhubungan dengan kapan saat ideal berkeluarga, peran dan tanggung
jawab apa yang harus dilakukan, jumlah anak dalam keluarga, perencanaan kesejahteran
anggota keluarga, dan lainnya. Oleh sebab itu, hindari menikah dan memulai membentuk
keluarga karena telah terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Untuk membentuk
keluarga dibutuhkan kesiapan fisik, psikologis, sosial serta ekonomi dan bukan karena
adanya kejadian kehamilan yang tidak diinginkan.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 33
TOPIK 1.3
PERTEMANAN DAN CINTA KASIH

Tujuan Pembelajaran:
1. Mendeskripsikan dan menunjukkan bagaimana menjadi sahabat yang baik melalui saling
tukar informasi;
2. Menujukkan cinta kasih dan ketulusan dalam persahabatan

Keterampilan yang Dikembangkan:


Berfikir kritis
Berfikir Kreatif
Komunikasi Efektif
Pengambilan keputusan

Alat Bantu:
1. Kertas HVS
2. Kartu berwarna
3. Spidol
4. alat perekat

Waktu
90 menit

Langkah Pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Jelaskan kepada peserta didik bahwa kita akan mengidentifikasi beragam hubungan yang
kita bangun dengan orang lain.
3. Minta peserta didik membuat daftar sahabat dalam kehidupan mereka dan bagaimana
bentuk persahabatan yang terjalin di antara mereka
4. Hal-hal yang mereka senangi dari sahabat dan pendapat bagaimana bentuk persahabatan
5. Minta peserta didik untuk membuat daftar nama orang yang memiliki hubungan dengan
mereka serta bentuk hubungan apa yang terbangun dengan orang tersebut (misalnya:
orang tua, teman, tetangga, guru, dsb).
6. Mintalah beberapa peserta didik untuk berbagi daftar mereka dengan sukarela.
7. Catat di atas papan tulis jenis hubungan yang berbeda beda yang disebutkan oleh peserta
didik seperti hubungan dengan keluarga, teman atau tetangga

34 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
8. Buat gambar empat lingkaran di papan tulis (seperti gambar di bawah ini).

9. Bagikan kertas HVS kepada setiap peserta didik. Minta mereka untuk:
Gambarlah rangkaian empat lingkaran seperti yang dicontohkan di papan tulis.
Tulis nama kamu di dalam lingkaran paling kecil.
Pindahkan nama-nama yang kamu tulis tadi dalam lingkaran yang dibuat. Urutkan yang
kamu rasa dan pikir paling dekat dengan kamu pada lingkaran kedua setelah nama
kamu, dan lanjutkan ke lingkaran berikut hingga lingkaran terakhir (terluar) yang artinya
adalah hubungan yang tidak terlalu dekat dengan kamu. Kamu boleh menambah daftar
orang yang memiliki hubungan dengan kamu.
10. Minta peserta didik membentuk kelompok yang terdiri dari 3 (tiga) orang. Mereka saling
menceritakankan gambar yang mereka buat.
11. Tanyakan kepada peserta didik:
Apakah setiap orang di kelompok kamu mempunyai daftar jenis hubungan yang sama
atau adakah perbedaan?
Apakah setiap orang meletakkan anggota keluarga, teman, tetangga, pendidik/ guru,
pemimpin agama, dan lainnya dalam lingkaran yang sama atau dalam lingkaran yang
berbeda?
Sebutkan beberapa kata yang menggambarkan nilai-nilai orang yang paling dekat dengan
kalian? (seperti: jujur, menghargai, berbagi, menyayangi, dipercaya, menyenangkan,
memberi rasa aman, dsb). Tuliskan kata tersebut di papan tulis.
Dengan melihat nilai-nilai yang tertulis dipapan tulis, sekarang pikirkan tentang
bagaimana orang lain melihat kamu? Nilai-nilai apa yang dilihat orang lain ada didalam
diri kamu?
12. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi setempat bila dianggap


bertentangan dengan norma, budaya, dan agama/ keyakinan.

Ide pokok:
Persahabatan dapat memberikan banyak manfaat
Persahabatan dapat mempengaruhi seseorang untuk bertindak positif maupun negatif
Remaja penting dibekali dengan keterampilan melindungi diri dari tindakan negatif teman
sebaya termasuk melindungi diri dari kekerasan yang dilakukan oleh orang lain.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 35
Bahan Bacaan
PERTEMANAN DAN CINTA KASIH

Membangun Hubungan Interpersonal


Hampir semua orang, mempunyai hubungan interpersonal untuk menjadi bahagia. Hubungan
interpersonal adalah hubungan antara individu yang satu dengan individu yang lain. Kegiatan
seperti bekerja sama, melakukan kegiatan secara bersama, curhat dengan orang lain
dikategorikan sebagai hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal timbul akibat rasa
ketertarikan dengan orang lain. Rasa tertarik bukan hanya didefinisikan sebagai cinta atau suka
melainkan juga melalui rasa empati. Contohnya adalah pertemanan atau persahabatan.

Hubungan interpersonal sangat perlu dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Bayangkan


saja ketika kita tidak memiliki satu teman pun selain keluarga kita, tentu kita akan merasa
kesepian dan akan sulit untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
masyarakat. Kita jadi merasa canggung, takut untuk memulai jika tak ada satu pun orang yang
kita kenal dalam situasi tersebut. Sebenarnya manfaat yang kita dapat dengan melakukan
hubungan interpersonal adalah dukungan sosial dan rasa nyaman dengan lingkungan. Selain
itu, kita juga dapat memiliki penyemangat yaitu tidak lain adalah dari orang tua, saudara, atau
teman. Ketika kita akan mengikuti lomba misalnya, jika kita memiliki relasi interpersonal yang
banyak maka tidak jarang dukungan sosial yang kita dapat pun juga banyak. akibat dukungan
tersebut, rasa percaya diri kita akan meningkat dan rasa semangat kita juga akan timbul. itulah
manfaat dari hubungan interpersonal yaitu mendapat dukungan sosial dari lingkungan sekitar.
Dukungan sosial perlu dimiliki karena (menurut Stroebe dan Stroebe, 1997 dalam Hewstrone,
Fincham dan Foster, 2005) individu yang merasa terintegrasi dengan lingkungan sosialnya akan
berdampak positif pada kesehatan fisik maupun psikologisnya, termasuk kesehatan reproduksi.

Menurut Stemberg (1988 dalam Weiten, 2011) sebuah hubungan memiliki 3 komponen
yaitu: hasrat (passion), keinginan untuk mendekat (intimacy) dan komitmen (commitment).
Saat kita melakukan sebuah hubungan maka komponen utama yang terbentuk adalah
hasrat yaitu rasa ingin mengenal lebih dalam dan kemudian dilanjutkan oleh kedekatan dan
komitmen. Jika rasa kedekatan lebih besar terbentuk maka hubungan yang ditimbulkan adalah
hubungan pertemanan karena berhubungan dengan kehangatan dan perasaan berbagi dalam
berhubungan sehingga terbentuk hubungan yang disebut companiote love yaitu hangat,
percaya, kasih sayang, saling toleran terhadap orang lain yang hidupnya sangat terkait dengan
hidup orang lain (Weiten, 2011)

Selain hubungan interpersonal secara langsung yaitu dengan cara tatap muka, hubungan
interpersonal juga dapat terjalin melalui sosial media. contoh: twitter, facebook, chating dan
semacamnya. terkadang kita menemui orang yang terlihat santai di dunia maya namun pada
saat kita bertemu orang tersebut, dia tidak berlaku seperti layaknya dia di dunia maya bahkan
sebaliknya. Dengan pengalaman seperti itu, dapat dikatakan bahwa orang tersebut lebih mahir
melakukan hubungan interpersonal secara tidak langsung daripada secara langsung.

Melakukan hubungan interpersonal sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tak


terbayangkan bila kita hidup tanpa melakukan hubungan interpersonal. Beberapa alasan yang
dapat menimbulkan hubungan interpersonal adalah rasa ketertarikan yang positif, adanya
kesamaan, efek timbal balik yang memberikan keuntungan positif serta perasaan nyaman

36 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
bisa saling berbagi. Hubungan interpersonal memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah
dukungan sosial. Setelah kita melakukan hubungan interpersonal maka kita dapat lebih percaya
diri dan semangat dalam menghadapi suatu hal.

Membangun Pertemanan
Menurut Santrock (2007), teman sebaya (peer) adalah anak-anak atau remaja yang memiliki
tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Sementara Hetherington & Parke dalam
Desmita (2010) mendefinisikan teman sebaya (peer) sebagai sebuah kelompok sosial sering
didefinisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan sosial atau yang memiliki kesamaan
ciri-ciri, seperti kesamaan tingkat usia.

Cukup banyak istilah yang dipakai dalam pertemanan. Ada yang menyebut teman atau sahabat.

TEMAN SAHABAT
Orang yang seusia atau dekat Teman yang memiliki selera yang
usianya dengan kita dan serupa dan menikmati kegiatan-
PENGERTIAN
memiliki pengalaman serta kegiatan yang disukai bersama.
ketertarikan yang sama.
Aktivitas bersama seperti Dengan sahabat kita bisa
bermain, belajar dan bercanda melakukan perilaku yang saling
AKTIVITAS menolong, seperti tukar-menukar
nasehat dan saling menolong
dalam kesulitan
Dari berteman kita bisa jadi Dari persahabatan kita bisa
lebih senang, bisa tertawa, mendapatkan manfaat seperti ada
merasa ada yang selalu yang mengingatkan membuat PR,
KEUNTUNGAN membantu dan membuat mengingatkan jika ada perkataan
hidup menjadi lebih berwarna. dan perlakuan yang salah dan
selalu ada pertolongan disaat kita
susah.
Bisa jadi jika mendapat teman Sahabat juga kadang bisa
yang kurang baik maka teman mempengaruhi kita untuk bisa
bisa memaksa atau menekan melakukan sesuatu yang buruk.
KERUGIAN kita untuk melakukan sesuatu Atau mungkin bisa berbeda
yang kurang baik melalui pendapat dan bertengkar. Tapi
perkataannya maupun mestinya yang namanya sahabat
perbuatannya. tidak akan merusak kita.

Kita dapat berteman dengan laki-laki dan perempuan. Pertemanan mestinya selalu dilandasi
dengan:
Hal baik dan positif
Saling pengertian
Saling menghormati
Menerima perbedaan
Saling memotivasi untuk sukses
Saling mengingatkan jika ada yang salah

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 37
Empat fungsi hubungan teman sebaya, mencakup:
1. Hubungan teman sebaya sebagai sumber emosi (emotional resources), baik untuk
memperoleh rasa senang maupun untuk beradaptasi terhadap stress;
2. Hubungan teman sebaya sebagai sumber kognitif (cognitive resources) untuk pemecahan
masalah dan mendapatkan pengetahuan;
3. Hubungan teman sebaya sebagai konteks di mana keterampilan sosial dasar (misalnya
keterampilan komunikasi sosial, keterampilan kerjasama dan keterampilan masuk
kelompok) diperoleh atau ditingkatkan; dan
4. Hubungan teman sebaya sebagai landasan untuk terjalinnya bentuk-bentuk hubungan
lainnya (misalnya hubungan dengan saudara kandung) yang lebih harmonis. Hubungan
teman sebaya yang berfungsi secara harmonis di kalangan anak-anak prasekolah telah
terbukti dapat memperhalus hubungan antara anak-anak itu dengan adiknya.

Selagi masih remaja, kita perlu terus menjalin persahabatan dengan teman sebaya. Ini adalah
salah satu cara untuk mengembangkan diri. Beberapa manfaat yang bisa diperoleh antara lain:

Biasanya dengan sahabat kita bisa berbicara terbuka dan jujur. Hal ini memberikan
kemampuan kita untuk peka pada kekuatan, kelemahan, kebutuhan, dan keinginan orang
lain. Persahabatan memungkinkan kita untuk saling berbagi dalam banyak hal, termasuk
persoalan yang bersifat pribadi. Persahabatan dapat memberikan kesempatan bagi kita
untuk menggali dan mengenali diri sendiri.
Kepekaan kita karena persahabatan akan dapat meningkatkan rasa empati atau dapat
merasakan apa yang dirasakan orang lain. Kebersamaan dengan teman menjadikan kita
akan merasa memperoleh dukungan, termasuk saat kita sedang bermasalah atau sewaktu
mengalami stres.
Sikap positif yang ada pada kita seperti disiplin, rajin belajar, patuh pada orang tua, bisa
ditiru atau diikuti oleh sahabat maupun sebaliknya. Kalau kita melakukan hal baik, akan
terlihat baik di mata teman.

Selain hal-hal positif yang ditimbulkan dari persahabatan dengan teman sebaya ada juga
ternyata aspek negatifnya antara lain:

Karena ingin diakui atau diterima oleh teman, kita kadang melakukan hal-hal yang kurang
pas. Karena takut dibilang aneh, walau salah, kita tetap lebih menerima pendapat teman
dibanding pilihan kita sendiri.
Kita juga jadi suka termakan tren. Kalau teman lain membeli sepatu atau tas baru misalnya,
terkadang kita pun tidak mau kalah dan ingin mengikutinya.
Kadang karena terlalu sering bersama teman, kita jadi tidak punya cukup waktu untuk
melakukan hal-hal lain yang menarik. Termasuk jadi jarang ketemu keluarga.

38 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Kekerasan Dalam Hubungan Interpersonal
Tindakan kekerasan dalam suatu hubungan nyatanya bukan hanya melanda pasangan yang
sudah menikah saja yang lebih kita kenal dengan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga).
Bahkan saat ini banyak remaja perempuan yang menjadi korban tindak kekerasan oleh pacar
mereka. Tindakan kekerasannya tidak mesti berupa kekerasan fisik, tapi juga sikap memaksa
dan mengontrol pasanganya yang terlalu berlebihan.

Kekerasan dalam pacaran memang menempati urutan kedua dalam kasus kekerasan terhadap
perempuan setelah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), bahkan berdasarkan data dari
Komnas Perempuan sejak tahun 2010 terjadi 1.000 kasus kekerasan dalam pacaran. Angka
di lapangan mungkin diperkirakan akan lebih banyak lagi karena banyak korban yang belum
berani melapor.

Penyebab tingginya angka kekerasan dalam pacaran terjadi akibat banyaknya perempuan yang
tidak paham bentuk kekerasan fisik maupun psikis dalam suatu hubungan. Oleh sebab itu
mereka kerap tidak menyadari meski telah menjadi korban kekerasan , dalam kasus ini remaja
yang paling rentan menjadi korban kekerasan. Sebab di usia itu, gairah sedang meningkat dan
dapat mendorong seseorang untuk mengartikan kasih sayang ke hal yang salah. Pembiaran
hubungan yang tidak sehat, bahkan sampai melakukan tindak kekerasan, dapat menimbulkan
risiko fatal.

Tidak sedikit tindak kekerasan dalam hubungan yang kemudian meningkat pada paksaan
berhungan seksual, aborsi dan tindakan lainnya yang dapat mengancam nyawa mereka.
Dalam kasus seperti ini sudah jelas dan perempuanlah yang menjadi korban. Dengan demikian
maka untuk menghindari hal-hal seperti ini perempuan diharapkan berani melawan, dalam
arti berani untuk bercerita kepada orang tua atau siapa saja yang dianggap representatif
untuk menceritakan permasalahannya sehingga bisa mendapatkan solusi terbaik dan jangan
menutup diri kalau memang kekerasan itu terjadi pada diri anda.

Bentuk tindak kekerasan itu tidak sebatas kekerasan fisik, melainkan bisa juga berupa
dominasi, sikap memaksa, atau pengontrolan pasangan yang kelewat berlebihan.Salah satu
pemicu melambungnya angka kekerasan dalam pacaran adalah banyaknya kaum hawa yang
tidak memahami bentuk-bentuk kekerasan fisik maupun psikis yang dilkukan oleh laki-laki.
Karenanya, seringkali mereka tidak menyadari telah menjadi korban kekerasan sang kekasih.
Dalam kasus ini, remaja paling sering jadi korban, karena kepolosannya dan ketidakpahamannya
akan bentuk-bentuk kekerasan.

Buruknya, tindak kekerasan bisa berkembang ke arah pemaksaaan hubungan seksual, aborsi,
dan berbagai aksi lain yang berpotensi mengancam nyawa. Tentu saja, perempuanlah yang
selalu jadi korban kekerasan dalam pacaran.

Untuk menghindari kian berkembangnya bebagai bentuk kekerasan dalam pacaran, diharapkan
perempuan lebih berani mengadakan perlawanan. Misalnya saja menceritakan hal-hal buruk
yang telah menimpanya pada pihak-pihak yang tepat, sehingga ia bisa mendapatkan solusi
terbaik. Para perempuan belia juga sebaiknya tidak bersikap tertutup atas peristiwa kekerasan
itu.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 39
Biasanya, kekerasan dalam pertemanan antar lawan jenis terjadi dalam bentuk bujukan untuk
melakukan hubungan seksual disertai janji-janji manis, namun setelah itu si korban ditinggalkan
begitu saja. Dalam beberapa peristiwa, masa pacaran malah diwarnai oleh hubungan seksual di
bawah ancaman.Kekerasan bisa juga terjadi dalam bentuk kekerasan fisik maupun emosional.

Berbagai akibat yang dialami korban kekerasan dalam hubungan pertemanan antar lawan
jenis sangatlah beragam, di antaranya adalah: trauma berkepanjangan, tidak berani menjalin
hubungan baru dengan lawan jenis, dan merasa rendah diri akibat hilangnya virginitas. Keadaan
jadi kian parah jika kekerasan menghasilkan bayi, karena sangat merugikan si perempuan
maupun bayinya.

Aturan yang bisa diaplikasikan dalam tindak kekerasan adalah ketentuan-ketentuan umum
seperti pasal-pasal 351-358 KUH Pidana. Sedangkan jika korbannya masih di bawah umur, bisa
dikenai ketentuan Undang Undang Perlindungan Anak.

Tuntutan ganti rugi yang mungkin timbul dari kasus kekerasan dalam pacaran bisa menggunakan
pasal 1365 KUH Perdata, dengan melancarkan gugatan perdata melalui Pengadilan Negeri.
Namun, jalannya proses persidangan umumnya sangat lambat, bertele-tele, dan lama,
sehingga tak jarang juga korban mendapatkan beban psikologis tambahan.

Buruknya, seringkali kekerasan terjadi di sekitar kita, namun semua orang seakan menganggap
hal tersebut sebagai peristiwa biasa saja. Misalnya, dalam hubungan pacaran, si laki-lakinya
sering meminta uang secara paksa pada pihak perempuan. Jika sang perempuan tidak
memberikannya, ia akan memaki-maki seenaknya. Masyarakat cenderung menganggap
peristiwa ini sebagai urusan pribadi mereka berdua. Padahal, sebenarnya, tindakan seperti ini
sudah termasuk tindak kekerasan dalam pacaran yang bisa dipidana.

Perilaku Bullying Dalam Pertemanan


Menurut kamus Webster, makna dari kata bullying adalah penyiksaan atau pelecehan yang
dilakukan tanpa motif tapi dengan sengaja dilakukan berulang-ulang terhadap orang yang
lebih lemah. Adapun menurut Yayasan SEJIWA, bullying adalah suatu situasi dimana terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan orang/kelompok kepada seseorang hingga
membuat korban merasa terintimidasi. Secara umum bullying dapat diartikan sebagai sikap
agresi dari seseorang atau kelompok dengan tujuan untuk menyakiti orang lain baik secara
fisik maupun mental.

Jenis Bullying
Olweus (1993), mengkategorikan dua jenis bullying terdiri dari Direct Bullying yaitu intimidasi
secara fisik dan verbal serta Indirect Bullying berupa kekerasan mental melalui isolasi secara
sosial.

Bullying fisik yaitu perlakuan kasar secara fisik yang dapat dilihat secara kasat mata seperti
menjambak rambut, kerah baju, menampar, menendang dll.
Bullying verbal yaitu perlakuan kasar yang dapat didengar seperti memalak, mengancam,
memaki, mencemooh, memfitnah dll.

40 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Bullying mental yaitu perlakuan kasar yang tidak dapat dilihat dan didengar seperti
mengucilkan, memandang sinis dll.

Pelaku Bullying
Terjerumusnya seorang anak menjadi pelaku bullying bisa dipicu oleh multi faktor diantaranya
dia mencontoh perilaku salah satu anggota keluarga yang juga pelaku bullying. Selanjutnya
dia mengaktualisasikan diri di lingkungan yang mendukung seperti di sekolah yang melakukan
pembiaran pada perilaku bullying.

Korban Bullying
Anak yang terlihat lebih lemah secara umum, seperti: lugu, miskin, lemah fisiknya dan nampak
berbeda seringkali menjadi korban bullying. Penderitaan ternyata tidak hanya dialami oleh
si korban saja, seringkali orangtua mengalami hal yang sama terutama mengalami tekanan
mental akibat perilaku bullying yang dilakukan pada buah hatinya.

Faktor Pendukung Budaya Bullying


Masih lekatnya keyakinan sebagian masyarakat bahwa sebaik-baiknya pola asuh anak adalah
dengan menerapkan disiplin tinggi disertai kekerasan demi pencapaian sukses si anak. Anak-
anak yang terbiasa mendapat perlakuan kasar dari orangtuanya, tanpa sadar dia akan meniru
dan menerapkan sikap kasar dalam perilakunya sehari-hari hingga mendorong terjadinya
perilaku bullying kepada orang lain.

Banyak anak korban keretakan rumahtangga melampiaskan rasa frustasinya dengan melakukan
agresi (serangan) kepada orang lain terutama kepada orang yang dianggapnya lemah dan tak
akan mampu melawan.

Sebagian masyarakat menganggap praktek bullying adalah proses alamiah dalam fase tumbuh
kembang seorang anak dimana perlakuan tersebut justru akan memperkuat mental korban
dan pelaku. Tak heran banyak anak merasa bangga menjadi pelaku bullying karena mengalami
pembiaran dan pembenaran oleh orangtua, guru dan lingkungannya.

Kamu jangan lebay dehcengeng amat sih baru dikata-katain segitu saja sudah melempem
sudah cuekin saja atau kamu lawan sekalian!! itulah kata-kata yang sering diucapkan
orangtua ataupun guru saat mendengar pengaduan praktek bullying dari anak.

Orangtua atau guru sering tidak tahu bahwa pelaku bullying biasanya senang berkelompok
dan kalaupun sendirian, biasanya sikap pelaku sangat brutal dan menghalalkan segala cara.
Hal ini jelas semakin mempersulit si korban untuk membela diri. Akhirnya praktek bullying
semakin merajalela dan sulit diberantas karena adanya dukungan pembenaran dari berbagai
pihak.

Akibat Bullying
Para korban bullying biasanya mengalami guncangan jiwa hingga mengalami depresi, prestasi
akademis menurun drastis, malas pergi kesekolah, menjadi penakut, sering marah-marah,
mudah tersinggung, sering berbohong, menarik diri dari pergaulan dan bahkan banyak yang
mencoba bunuh diri.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 41
Mereka juga seringkali tidak memiliki keberanian untuk membela diri atau melaporkan ulah
pelaku kepada pihak sekolah atau orangtuanya karena beranggapan bagai menelan simalakama,
bila melapor belum tentu menyelesaikan persoalan karena acapkali justru si korban disalahkan
karena dianggap terlalu lemah atau pelaku semakin agresif demi membalas dendam karena
telah dilaporkan.

Sementara itu kecenderungan berbohong si korban adalah akibat dari tuntutan pelaku yang
sering memeras, meminta suatu benda atau uang dengan paksaan. Efek jangka panjang bagi
pelaku bullying adalah ia akan mudah menjadi pelaku kriminal karena ia terbiasa lepas kontrol,
tak lagi menghargai norma yang berlaku di masyarakat.

Di Indonesia terdapat banyak contoh bagaimana korban bullying berakhir tragis. Diantaranya
adalah seorang remaja putri yang sering diejek teman-temannya di sekolah karena ayahnya
seorang penjual bubur, ia merasa malu hingga akhirnya bunuh diri. Menurut hasil penelitian
Yayasan SEJIWA (2006), antara tahun 2002-2005 telah terjadi 30 kasus bunuh diri dan percobaan
bunuh diri menimpa korban bullying dengan rentang usia antara 6-15 tahun

Pencegahan dan Penanganan Bullying


Kasih sayang orangtua yang proporsional dalam proses tumbuh kembang anak serta dukungan
penuh pada potensinya sangatlah penting. Hal ini akan menumbuhkan rasa percaya diri dan
memenuhi kepuasan batin pada anak hingga mereka akan tumbuh menjadi anak yang cerdas
dan berakhlak mulia.

Tanamkan kesadaran pada anak untuk menghargai privasi orang lain, bahwa tak seorangpun
berhak mengganggu ketenangan hidup orang lain dan perilaku agresi adalah sebuah
pelanggaran hukum yang dapat dituntut di muka pengadilan.

Orangtua korban wajib memberi dukungan dan perlindungan kepada anaknya untuk
memulihkan rasa percaya diri serta keberanian untuk melindungi diri dan menolak praktek
bullying.

Berbagai cara bisa dilakukan untuk mencegah perilaku bullying antara lain dengan melaporkan
ke pihak sekolah agar si pelaku diberi peringatan. Bila ulah pelaku sudah sangat mengganggu
dan setelah dilakukan teguran secara persuasif namun tidak juga terjadi perbaikan, jangan
ragu-ragu, dilaporkan saja ke aparat kepolisian.

42 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Mendeteksi Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Dalam Rumah Tangga

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 43
Beberapa Indikator Fisik Yang Bisa Diamati:

Memar dan bilur


a. Pada wajah, bibir/mulut, bagian tubuh lainnya seperti di punggung, bokong, paha,
betis, dll.
b. Terdapat baik memar/bilur yg baru maupun yg sudah mulai menyembuh.
c. Corak-corak memar/bilur yg menunjukkan benda tertentu yg dipakai untuk kekerasan.
Luka lecet dan luka robek
a. Di mulut, bibir, mata, kuping, lengan, tangan, dsb.
b. Di genitalia
c. Luka akibat gigitan oleh manusia.
d. Di bagian tubuh lain, terdapat baik luka yang baru atau yang berulang.
Patah tulang
a. Setiap patah tulang pada anak di bawah tiga tahun.
b. Patah tulang baru & lama (dalam penyembuhan) yg ditemukan bersamaan.
c. Patah tulang ganda
d. Patah tulang spiral pd tulang-tulang panjang lengan & tungkai.
e. Patah tulang pada kepala, rahang & hidung serta patahnya gigi.
Luka bakar
a. Bekas sundutan rokok uka bakar pada tangan, kaki, atau bokong akibat kontak bagian-
bagian tubuh tersebut dgn benda panas.
b. Bentuk luka yg khas sesuai dgn bentuk benda panas yg dipakai untuk menimbulkan
luka tsbt.
Cedera pada kepala
a. Perdarahan (hematoma) subkutan & atau subdural, yg dpt dilihat pd foto rontgen.
b. Bercak/area kebotakan akibat tertariknya rambut.
c. Terdapat baik yg baru atau berulang.

Lain-lain
a. Dislokasi/lepas sendi pd sendi bahu atau pinggul (kemungkinan akibat tarikan).
b. Tanda-tanda luka yg berulang.

UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Pertemanan adalah proses yang menyenangkan dan positif karena dibangun atas rasa
saling peduli, perhatian, kasih sayang dan solidaritas. Oleh sebab itu, yang disebut
teman seharusnya tidak memaksa apalagi melakukan kekerasan untuk melakukan
perilaku-perilaku yang berisiko. Tekanan dan kekerasan dalam pertemanan atas
dasar apapun tidak bisa diterima dan merusak.

44 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Kemampuan mengambil keputusan dan keberanian untuk menolak sangat penting
dimiliki untuk menghindari tekanan teman sebaya dalam melakukan perilaku yang
berisiko terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi
Menular Seksual (IMS) dan HIV.
Selain pertemanan, dikenal juga bentuk hubungan lain yaitu pacaran dikalangan
remaja. Pacaran harus dibangun atas dasar penghormatan, kepedulian dan kasih
sayang. Memaksa pacar untuk melakukan apapun yang tidak disenanginya termasuk
aktifitas seksual dengan mengatasnamakan cinta adalah sebuah bentuk kekerasan
yang harus ditolak dengan tegas. Melakukan aktifitas seksual dengan pacar bukanlah
pembuktian rasa cinta tetapi hanya membuktikan jika organ reproduksi berfungsi.
Jika cinta, maka seharusnya seorang pacar menjaga kita dari hubungan seksual pra
nikah yang bisa berisiko terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, Infeksi Menular
Seksual (IMS) dan HIV.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah dalam pertemanan termasuk
menjadi pelaku atau korban dalam pertemanan dan pacaran, Guru segera mengajak
peserta didik tersebut berdialog atau melakukan konseling dan bisa merujuk peserta
didik tersebut ke Puskesmas PKPR terdekat untuk mendapatkan bantuan dan dukungan
lebih lanjut jika dibutuhkan.

UNTUK PESERTA DIDIK

Pesan Kunci
Tekanan teman sebaya dan kekerasan dalam pertemanan adalah perbuatan yang tidak
bisa diterima dan akan cenderung berulang terjadi dengan jumlah dan tingkat risiko yang
lebih besar jika dibiarkan.
Tidak ada cara lain, tolak dengan tegas dan penuh percaya diri setiap tekanan teman
sebaya serta pacar yang bisa memberikan risiko terhadap kehamilan yang tidak diinginkan,
penyalahgunaan Napza, Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV.
Penting dibangun solidaritas kelompok dalam pertemanan untuk menolak tekanan teman
sebaya dalam melakukan perilaku berisiko atau menolak semua bentuk kekerasan dalam
pertemanan. Aksi bersama (kolektif) biasanya lebih kuat dan berdampak dibandingkan
dengan aksi sendiri-sendiri (personal).
Membiarkan teman dengan perilaku buruk dan merusak terhadap orang lain adalah
tindakan yang salah karena perilaku tersebut cenderung berulang dan bertambah
buruk serta akan menjadi tidak baik terhadap pelaku dan korban. Oleh sebab itu, segera
laporkan kepada Guru di sekolah atau orang tua di rumah jika mengetahui ada teman
yang menjadi pelaku kekerasan.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 45
TOPIK 1.4
TOLERANSI DAN SIKAP MENGHARGAI

Tujuan Pembelajaran:
1. Menjelaskan mengapa stigma, diskriminasi, dan intimidasi merupakan tindakan yang
merugikan melalui tanya jawab dan analisis situasi;
2. Menunjukkan sikap menghargai dan toleransi kepada orang lain dalam masyarakat.

Keterampilan Yang Dikembangkan:


Berfikir kritis
Menghargai perbedaan
Toleransi

Alat Bantu:
1. Kertas plano
2. spidol

Waktu
90 menit

Langkah Pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Tanyakan kepada peserta didik:
Menurut kamu apa itu kekuasaan dan keisteimawaan?
Apa sumber-sumber kekuasaan dan keistimewaan?
3. Gambar sebuah tabel dengan dua kolom di papan tulis atau kertas plano.

Kelompok yang memiliki Kekuasaan Kelompok yang memiliki


Yang Besar Kekuasaan Yang Kecil
............... ................
............... ................
............... ................
dst dst

4. Tanyakan kepada peserta didik:


Kelompok mana saja yang memiliki kekuasaan besar dan kelompok mana yang memiliki
kekuasaan yang kecil menurut kamu? Mengapa? Berikan contoh?

46 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
5. Tuliskan jawaban peserta didik ke dalam kolom di papan tulis. Dari jawaban peserta, kita
bisa mendapatkan contoh antara lain:

Kelompok yang memiliki Kelompok yang memiliki Kekuasaan


Kekuasaan Yang Besar Yang Kecil
Orang kaya Orang miskin
Laki laki Perempuan
Bos Pekerja
Politisi Anggota masyarakat
Warga negara asli Pengungsi
Kelompok etnis dan mayoritas Kelompok etnis dan agama minoritas
Orang yang dianggap menarik Orang yang dianggap tidak menarik

6. Buatlah Kelompok
7. Tanyakan kepada peserta didik untuk didiskusikan dalam kelompok:
Lihatlah dalam daftar kelompok yang memiliki kekuasaan/ keistimewaan besar,
apakah kamu setuju bahwa kelompok ini umumnya menikmati kekuasaan lebih dalam
lingkungan masyarakat? Coba ceritakan pengalamanmu?
Lihatlah pada daftar kelompok yang memiliki kekuasaan/ keistimewaan kecil, apakah
kamu setuju kelompok yang kamu pilih cenderung mempunyai sedikit keistimewaan?
Coba ceritakan pengalamanmu?
Apakah kamu mengetahui bagaimana rasanya menikmati kekuasaan/ keistimewaan
yang lebih?
Bagaimana perlakuan yang diterima oleh orang yang kurang memiliki kekuasaan atau
keistimewaan biasanya?
Menurut kamu, perasaan apa yang dirasakan oleh orang yang tidak mempunyai
kekuasaan dengan perlakuan yang diterima tersebut?
8. Kembali pada kolom daftar kelompok yang memiliki kekuasaan lebih dan sedikit. Tanyakan
kepada peserta didik:
Pikirkan tentang konsep kesetaraan. Ambil contoh pasangan pertama (orang kaya dan
orang miskin). Bagaimana kamu melengkapi kalimat berikut: kesetaraan antara orang
kaya dan orang miskin terjadi jika ........ (ingatkan tidak ada satu jawaban yang benar)
Siapa yang bisa melengkapi kalimat-kalimat kesetaraan untuk daftar kelompok yang
lainnya? Gunakan kata yang berbeda atau kembangkan pemikiran lainnya (ulangi untuk
beberapa pasang lainnya sesuai dengan waktu yang diperlukan)
Apa yang harusnya terjadi agar semua orang dapat menikmati kesetaraan dan hak atas
harga diri?
9. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi setempat bila dianggap


bertentangan dengan norma, budaya, dan agama/ keyakinan.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 47
Ide pokok:
Manusia adalah makhluk sosial. Semua manusia mempunyai kelemahan dan kelebihan
Sikap saling menghargai dan toleransi yang baik penting dipelajari termasuk batas-batas
tindakan menghargai dan toleransi dalam bersahabat
Stigma dan diskriminasi merupakan tindakan yang merugikan dan menyebabkan seseorang
menjadi berdiam diri, penolakan, dan menarik diri dari pergaulan
Setiap orang bertanggung jawab untuk melawan ketidakadilan terhadap pelanggaran yang
terjadi

Bahan Bacaan

TOLERANSI DAN MENGHARGAI UNTUK MELAWAN STIGMA DAN DISKRIMINASI


Di dalam kehidupan ini kita harus membangun sikap saling menghargai antara sesama manusia.
Sikap saling menghargai akan menciptakan kehidupan yang aman, tentram dan indah.

Sikap menghargai adalah sikap toleransi sesama umat manusia, menerima perbedaan antara
setiap manusia sebagai hal yang wajar, dan tidak melanggar hak asasi manusia lain. Sikap ini
adalah sikap damai, dimana seseorang menganggap keberadaan orang lain sebagai bagian
dari lingkungan sama seperti dirinya, tidak saling bermusuhan atau merugikan antar sesama
manusia, tidak membeda-bedakan warna kulit (ras), tidak menganggap bahwa dirinya adalah
manusia yang hebat dibandingkan manusia yang lain dan tidak menganggap manusia lain
itu lebih rendah. Menghargai orang lain, sebagai salah satu unsur kecerdasan moral adalah
elemen yang penting untuk kita tanamkan sejak dini. Dengan bisa menghargai orang lain, kita
bisa menjadi manusia yang lebih baik dan terpuji.

Stigma dan Diskriminasi


Kata stigma berasal dari Yunani, untuk menyebut bekas luka akibat kulit ditempel besi
panas yang dilakukan pada budak, penjahat atau orang-orang yang dianggap kriminal lainnya,
sehingga mudah diidentifikasi sebagai orang yang hina atau harus dijauhi. Stigma juga bisa
diartikan sebagai label untuk orang-orang yang tidak dikehendaki.

Dalam pengertian yang sederhana, stigma adalah sikap negatif yang terkait dengan keyakinan
atau pengetahuan seseorang. Stigma sosial adalah tidak diterimanya seseorang pada suatu
kelompok karena kepercayaan bahwa orang tersebut melawan norma yang ada. Stigma
sosial sering menyebabkan pengucilan seseorang ataupun kelompok. Stigma bisa diartikan
pandangan negatif atau prasangka buruk misalnya terhadap anak luar nikah, Orang Dengan
HIV/AIDS, dll.

Sedangkan diskriminasi adalah perilaku atau aksi yang dilakukan. Dengan demikian asal-
usul terjadinya stigma dan diskriminasi adalah dari pandangan negatif terhadap orang
atau kelompok tertentu yang dianggap mempunyai sesuatu yang tidak baik dan dianggap
bertentangan dengan pandangan kelompok mayoritas. Upaya menghilangkannya tentu dengan
menghapus pandangan negatif tersebut melalui peningkatan pengetahuan masyarakat.

48 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Stigma yang ada dalam masyarakat dapat menimbulkan diskriminasi. Diskriminasi terjadi
ketika pandangan-pandangan negatif mendorong orang atau lembaga untuk memperlakukan
seseorang secara tidak adil yang didasarkan pada prasangka mereka, bisa jadi akan status HIV
seseorang, pilihan identitas gender, korban kekerasan seksual, dsb. Walaupun semua orang
seharusnya mampu menikmati hak asasi kita, tetapi kita tidak selalu dapat melakukannya.

Diskriminasi adalah tindakan yang memperlakukan satu orang atau satu kelompok secara kurang
adil atau kurang baik daripada orang atau kelompok yang lain. Diskriminasi dapat dilakukan
oleh individu, kelompok, atau kebijakan dan praktik organisasi atau layanan masyarakat.

Beberapa orang atau kelompok mungkin menjadi subyek dari penolakan sosial yang sangat
parah karena karakteristik atau pilihannya. Penolakan ini disebut dengan stigma. Sebagai
contoh di beberapa tempat orang dapat menjadi subyek stigma karena berat badan, perilaku
seksual, kepercayaan agama, status kesehatan, atau ketidakmampuan dalam berolahraga.

Ketika seseorang diperlakukan tidak adil karena identitasnya maka perlakuan tersebut disebut
dengan diskriminasi. Orang mempunyai hak untuk bebas dari diskriminasi. Diskriminasi terjadi
dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat dan lingkungan sosial yang lebih luas.

Diskriminasi tidak hanya dilakukan oleh individu saja bahkan pemerintah dan semua sistim
sosial (seperti sekolah, agama, atau lapangan pekerjaan) juga bisa melakukan diskriminasi.
Tanpa melihat sikap seseorang, kita semua mempunyai kewajiban untuk menghargai hak asasi
manusia seseorang

Mekanisme dukungan biasanya tersedia untuk menolong orang yang pernah mengalami
stigma dan . Sementara contoh diskriminasi meliputi para staf rumah sakit atau penjara
yang menolak memberikan pelayanan kesehatan kepada orang dengan HIV-AIDS (ODHA);
atasan yang memberhentikan pegawainya berdasarkan status atau prasangka akan status HIV
mereka; atau polisi yang menyudutkan korban perkosaan dengan pertanyaan yang menuduh
korban berkontribusi atas kejadian tersebut (seperti mengapa menggunakan rok pendek
atau mengapa keluar malam) dsb. Tindakan diskriminasi semacam itu adalah sebuah bentuk
pelanggaran hak asasi manusia.

Mengapa kita perlu bersama-sama menghilangkan stigma dan diskriminasi?


Stigma dan diskriminasi membuat remaja yang menjadi korban maupun keluarganya
merasa takut atau malu untuk mengakui dan mencari bantuan. Mereka tidak mau pergi ke
rumah sakit atau mencari informasi lebih lanjut.
Stigma dan diskriminasi membuat pencegahan risiko reproduksi dan seksual, termasuk HIV-
AIDS tidak efektif. Karena calon korban dianggap kelompok tertentu sehingga kelompok lain
merasa dirinya aman.
Stigma dan diskriminasi bisa membunuh pelan-pelan. Mengambil hal terbaik dari diri
seseorang termasuk semangat untuk memperjuangkan masa depan.
Stigma dan diskriminasi menutup akses remaja yang menjadi korban terhadap pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 49
Stigma dan diskriminasi bisa dilawan dengan mengkampanyekan dukungan bagi korban
termasuk mendidik masyarakat memahami situasi dan dampak stigma dan diskriminasi
terhadap seseorang.

Menangani Stigma dan Diskriminasi Pada Beberapa Situasi Disekolah


Peserta Dididk Dengan Kehamilan Tidak Diinginkan

Selalu lihat mereka dalam perspektif sebagai korban.


Bangun lingkungan tanpa stigma dan diskriminasi disekolah sehingga Guru dan peserta
didik lainnya tidak memberikan ejekan, kata-kata sinis yang dapat membuat peserta didik
dengan kehamilan yang tidak diinginkan menjadi lebih terpuruk dan melakukan tindakan
lanjutan yang mungkin saja berdampak buruk bagi dirinya.
Pahami bahwa apapun yang telah terjadi pada peserta didik dengan kehamilan yang tidak
diinginkan, tidak menghilangkan hak mereka untuk mendapatkan pendidikan. Oleh sebab
itu, mengeluarkan mereka dari sekolah bukanlah solusi. Lakukan konseling dan berikan
mereka cuti sekolah sehingga proses kelahiran selesai.
Undang orang tua peserta didik tersebut ke sekolah dan lakukan konseling tentang
bagaimana menyikapi situasi ini secara bijak..
Bangun kesepakatan diantara Guru bagaimana melihat situasi ini secara lebih positif dan
bijak.
Sampaikan didalam kelas mengenai situasi yang terjadi dan bagaimana kasus tersebut bisa
menjadi bahan pelajaran bagi siswa lain untuk melindungi diri dari kehamilan yang tidak
diinginkan. Fokuskan pada kasus yang dialami dan bukan orang yang mengalaminya.
Tawarkan kepada peserta didik yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan jika butuh
pendamping untuk mendapatkan konseling lanjutan dan layanan pada Puskesmas PKPR
terdekat.

Peserta Dididk Dengan Penyalahgunaan Napza

Selalu lihat mereka dalam perspektif sebagai korban.


Lakukan konseling terhadap peserta didik tersebut untuk mengetahui alasan mereka
menggunakan Napza.
Undang orang tua peserta didik tersebut ke sekolah untuk mendapatkan konseling dan
dorong agar anak mereka mendapatkan terapi yang dibutuhkan.
Lakukan pendidikan pencegahan penyalahgunaan Napza disekolah sehingga peserta didik
lain tidak menjadi korban. Minta peserta didik untuk melaporkan kepada Guru disekolah
jika memngetahui ada teman mereka yang menjadi penyalahgunaan Napza.
Jika diketahui ada peserta didik yang menjadi bandar (penjual) Napza maka sebaiknya
segera laporkan kepada polisi untuk tindakan hukum karena sudah berhubungan dengan
pelanggaran hukum yang merusak orang lain serta sindikat yang lebih besar.

50 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Peserta Dididk Dengan HIV positif (Orang Dengan HIV dan AIDS/ ODHA)

Selalu lihat mereka dalam perspektif sebagai korban.


Pahami bahwa HIV tidak menular lewat pertemanan, interaksi sehari-hari termasuk makan
bersama dan berkegiatan bersama.
Pastikan peserta didik di sekolah untuk mengetahui apa itu HIV dan AIDS, cara penularan dan
pencegahan serta membangun dukungan terhadap ODHA tanpa stigma dan diskriminasi.
Jika ada peserta didik yang diketahui adalah ODHA maka kita tidak perlu mengumumkannya
di sekolah. Dekati peserta didik tersebut dan ajak berdialog bahwa kita sebagai Guru akan
menerima berbagai kondisi peserta didik dan akan mendukung mereka untuk menghadapi
situasi mereka lebih baik tanpa memberikan rasa terpojok terhadap peserta didik tersebut.
Tawarkan jika dia butuh tempat curhat maka Guru siap kapanpun dibutuhkan.
Selalu pantau situasi disekolah jika ada Guru atau peserta didik lain yang mengetahui status
HIV peserta didik tersebut dan memberikan stigma srta diskriminasi terhadapnya.
Bangun nilai-nilai atau peraturan sekolah yang bebas dari stigma dan diskriminasi terhadap
siapapun.

UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Setiap orang memiliki harkat dan martabat dalam hidup. Sehingga tanpa melihat dan
membeda-bedakan identitas, status dan latar belakangnya, maka kita berkewajiban
menghargai dan menghormati orang lain. Ini yang disebut dengan menerima
keberagaman.
Pengetahuan dan pandangan yang salah terhadap identitas, status dan latar belakang
seseorang bisa menimbulkan sikap negatif (stigma) yang akhirnya menimbulkan
perlakuan yang salah atau pembedaan perlakuan (diskriminasi) terhadap orang
tersebut. Stigma dan diskriminasi bisa menghambat hak orang atau kelompok lain
untuk mendapatkan pelayanan publik seperti: pendidikan dan kesehatan, pekerjaan
serta melukai harkat dan martabat mereka sebagai manusia.
Stigma dan diskriminasi memberikan dampak yang merugikan dan oleh sebab itu
harus dihentikan. Misalnya; stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV dan
AIDS (AIDS) telah membuat orang yang memiliki perilaku berisiko takut untuk tes HIV
atau mendapat pengobatan (anti retroviral/ ARV) sehingga berpotensi menularkan
HIV ke orang lain; remaja perempuan yang terlanjur hamil di luar nikah dipaksa
harus keluar dari sekolah sehingga hak melanjutkan pendidikan terputus sementara
remaja laki-laki bisa terus sekolah; dan banyak lagi contoh lain.
Stigma dan diskriminasi harus dilawan dengan pendidikan/ pengetahuan serta
membangun nilai-nilai toleransi dan menerima keberagaman.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami stigma dan diskriminasi di sekolah,
Guru segera mengajak peserta didik tersebut berdialog atau melakukan konseling untuk
mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 51
UNTUK PESERTA DIDIK
Pesan Kunci
Nilai solidaritas dan toleransi dalam pertemanan bisa menjadi modal untuk melawan
stigma dan diskriminasi di sekolah dan lingkungan tempat tinggal. Toleransi diberikan
untuk menerima perbedaan (keberagaman) identitas dan latar belakang seseorang
dan bukan untuk menerima perilaku berisiko yang dilakukan seseorang. Misalnya:
membiarkan serorang teman melakukan kekerasan terhadap teman lain atau diri kita
bukanlah termasuk toleransi karena toleransi tidak pernah merusak orang lain.
Kampanyekan nilai-nilai anti stigma dan diskriminasi di sekolah dan lingkungan tempat
tinggal secara bersama-sama dengan teman lainnya untuk membangun nilai-nilai yang
lebih toleran dan menerima keberagaman. Aksi bersama (kolektif) biasanya lebih kuat
dan berdampak dibandingkan dengan aksi sendiri-sendiri (personal).

52 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
TOPIK 1.5
PERKAWINAN DAN PENGASUHAN

Tujuan Pembelajaran:
1. Memahami dan menghargai arti dari perkawinan melalui curah pendapat dan bermain
peran.
2. Mengidentifikasi tanggung jawab utama dari perkawinan dan komitmen jangka panjang
melalui diskusi.

Keterampilan Yang Dikembangkan :


Membuat keputusan
Berkomunikasi Efektif
Berfikir kreatif

Alat Bantu:
1. Kertas plano
2. Spidol
3. Majalah bekas
4. Lem kertas
5. Gunting

Waktu
90 menit

Langkah Pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Tunjukkan gambar tentang keluarga bahagia
3. Tanyakan kepada peserta didik
Tentang peran, tugas dan tanggungjawab orangtua
Arti dari pernikahan
Bagaimana cara menjaga dalam mewujudkan keluarga yang bahagia dan menjadi
orangtua yang membanggakan
Minta pendapat apabila mereka menjadi orangtua, dan minta bermain peran sesuai
dengan pendapat mereka
4. Minta peserta didik membentuk 4 (empat) kelompok.
5. Bagikan majalah bekas, kertas plano, spidol, lem kertas dan gunting kepada masing-
masing kelompok.
6. Tugas kelompok adalah:
Buat sebuah poster yang menjelaskan tips-tips sukses menjaga pernikahan jangka
panjang

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 53
7. Minta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
8. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi setempat bila dianggap


bertentangan dengan norma, budaya, dan agama/ keyakinan.

Ide pokok:
Kesuksesan pernikahan dan komitmen jangka panjang didasarkan pada cinta, toleransi, dan
sikap saling menghargai
Pernikahan dini, pernikahan di usia kanak kanak, dan menjadi orangtua di usia remaja
seringkali berdampak negatif terhadap sosial dan kesehatan
Pernikahan bukan suatu hal mudah, butuh persiapan dan ada dampak negatif bagi remaja
yang menikah karena belum siap secara fisik, mental dan sosial.

Bahan Bacaan

PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN (PUP)


Perkawinan adalah pengikatan janji atau komitmen yang dilaksanakan oleh dua orang dengan
maksud meresmikan ikatan perkawinan secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial. Upacara
perkawinan memiliki banyak ragam dan variasi menurut tradisi suku bangsa, agama, budaya, maupun
kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-kadang berkaitan dengan aturan atau
hukum agama tertentu pula.

Pengesahan secara hukum suatu perkawinan biasanya terjadi pada saat dokumen tertulis yang
mencatatkan perkawinan ditanda-tangani. Upacara perkawinan sendiri biasanya merupakan acara
yang dilangsungkan untuk melakukan upacara berdasarkan adat-istiadat yang berlaku, dan
kesempatan untuk merayakannya bersama teman dan keluarga. Perempuan dan laki-laki yang
sedang melangsungkan perkawinan dinamakan pengantin, dan setelah upacaranya selesai
kemudian mereka dinamakan suami dan istri dalam ikatan perkawinan.

Pertimbangan-pertimbangan yang harus dipikirkan orang yang berniat kawin atau menikah
antara lain:

Ada alasan yang kuat untuk menikah. Masalah yang paling utama adalah keyakinan. Harus
ada alasan yang kuat kenapa kita menikah dan membina rumah tangga. Apa yang ingin
diperoleh? Apa kebaikannya bagi kita, pasangan dan keluarga? Jika jawabannya belum bisa
kitad apatkan, atau tidak realistis, lebih baik kita tunda dulu.
Harus siap berbagi. Kita harus menerima kenyataan bahwa kita akan tinggal bersama dengan
orang yang dicintai dan harus mau bekerja sama dalam suka maupun duka. Yang harus kita
sadari adalah kita tidak hanya berbagi tempat, namun juga emosi, waktu, perhatian dan
hal-hal yang abstrak dimana ukuran masing-masing orang tidak sama.

54 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Bersedia untuk berpikiran terbuka. Kita harus bisa berpikiran terbuka supaya dapat
menyelesaikan masalah yang timbul dalam rumah tangga. Tidak ada rumah tangga yang
mulus-mulus saja tanpa masalah. Biasakan untuk bertukar pikiran dengan pasangan
sehingga kita bisa terbantu dalam menyelesaikan masalah.
Bersedia berkompromi. Toleransi dan mengerti apa yang pasangan rasakan itu sangat
penting, terutama saling menghargai pribadi masing-masing. Kita mungkin punya agenda,
pendapat atau prinsip sendiri, namun jangan lupakan bahwa pasangan anda juga memiliki
hal yang sama namun berbeda isinya.
Siap untuk hal-hal yang mungkin tidak nyaman. Segala tindakan pasti ada resikonya,
termasuk menikah. Perkawinan bisa membuka topeng masing-masing, dimana itu dipakai
ketika saling mengenal sebelum menikah dulu. Jika sudah memutuskan untuk menikah,
maka kita harus siap untuk menerima resiko paling buruk mengenai sikap pasangan.
Siap menjadi orang tua. Dalam perkawinan tentu saja pasangan menginginkan anak sebagai
pelengkap rumah tangga. Penting untuk menanyakan diri serta pasangan apakah sudah
siap menjadi orang tua yang merawat, melindungi dan membesarkan anak-anak,
Perkawinan yang baik haruslah direncanakan dan berdasarkan cinta yang tulus. Pengalaman
menunjukkan bahwa perkawinan yang dilaksanakan karena terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan dalam hubungan laki-laki dan perempuan remaja seringkali berakhir buruk dan
bahkan seringkali menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga.

Menjadi penting untuk mempertimbangkan kapan usia yang cukup untuk menikah, alasan
melakukan perkawinan dan cara-cara untuk menjaga perkawinan dalam jangka panjang
termasuk kesiapan menjadi orang tua. Untuk menjadi suami dan istri serta bapak dan ibu.

1. Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)


Permasalahan kependudukan pada dasarnya terkait dengan kuantitas, kualitas dan
mobilitas penduduk. Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga telah mengamanatkan perlunya
pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas dan pengarahan mobilitas penduduk agar
mampu menjadi sumber daya yang tangguh bagi pembangunan dan ketahanan nasional.
Salah satu program pembangunan yang berkaitan dengan kependudukan adalah Program
Keluarga Berencana yang bertujuan mengendalikan jumlah penduduk diantaranya melalui
program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP). Pendewasaan Usia Perkawinan diperlukan
karena dilatarbelakangi beberapa hal sebagai berikut:
1. Semakin banyaknya kasus perkawinan usia dini.
2. Banyaknya kasus kehamilan tidak diinginkan
3. Banyaknya kasus perkawinan usia dini dan kehamilan tidak diinginkan menyebabkan
pertambahan penduduk makin cepat (setiap tahun bertambah sekitar 3,2 juta jiwa)
4. Karena pertumbuhan penduduk tinggi, kualitasnya rendah
5. Menikah dalam usia muda menyebabkan keluarga sering tidak harmonis,sering
cekcok, terjadi perselingkuhan, terjadi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),
rentan terhadap perceraian.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 55
Beberapa persiapan yang dilakukan dalam rangka berkeluarga antara lain:
1. Persiapan fisik, biologis
2. Persiapan mental
3. Persiapan sosial dan ekonomi
4. Persiapan pendidikan dan ketrampilan
5. Persiapan keyakinan dan atau agama
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) adalah upaya untuk meningkatkan usia pada
perkawinan pertama, sehingga mencapai usia minimal pada saat perkawinan yaitu 21
tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. PUP bukan sekedar menunda sampai
usia tertentu saja tetapi mengusahakan agar kehamilan pertama pun terjadi pada usia
yang cukup dewasa. Bahkan harus diusahakan apabila seseorang gagal mendewasakan
usia perkawinannya, maka penundaan kelahiran anak pertama harus dilakukan. Dalam
istilah komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) disebut sebagai anjuran untuk mengubah
bulan madu menjadi tahun madu. Pendewasaan usia perkawinan merupakan bagian
dari program Keluarga Berencana Nasional. Program PUP memberikan dampak pada
peningkatan umur kawin pertama yang pada gilirannya akan menurunkan Total Fertility
Rate (TFR, atau jumlah anak dalam satu keluarga).
Tujuan program pendewasaan usia perkawinan adalah memberikan pengertian
dan kesadaran kepada remaja agar didalam merencanakan keluarga, mereka dapat
mempertimbangkan berbagai aspek berkaitan dengan kehidupan berkeluarga, kesiapan
fisik, mental, emosional, pendidikan, sosial, ekonomi serta menentukan jumlah dan jarak
kelahiran. Tujuan PUP seperti ini berimplikasi pada perlunya peningkatan usia kawin yang
lebih dewasa.
Program Pendewasaan Usia Kawin dan Perencanaan Keluarga merupakan kerangka dari
program pendewasaan usia perkawinan. Kerangka ini terdiri dari tiga masa reproduksi,
yaitu:

2. Masa Menunda Perkawinan dan Kehamilan


Kelahiran anak yang baik, adalah apabila dilahirkan oleh seorang ibu yang telah berusia 20
tahun. Kelahiran anak, oleh seorang ibu dibawah usia 20 tahun akan dapat mempengaruhi
kesehatan ibu dan anak yang bersangkutan. Oleh sebab itu sangat dianjurkan apabila
seorang perempuan belum berusia 20 tahun untuk menunda perkawinannya. Apabila
sudah terlanjur menjadi pasangan suami istri yang masih dibawah usia 20 tahun, maka
dianjurkan untuk menunda kehamilan, dengan menggunakan alat kontrasepsi seperti
yang akan diuraikan dibawah ini. Beberapa alasan medis secara objektif dari perlunya
penundaan usia kawin pertama dan kehamilan pertama bagi istri yang belum berumur 20
tahun adalah sebagai berikut:
a. Kondisi rahim dan panggul belum berkembang optimal sehingga dapat mengakibatkan
risiko kesakitan dan kematian pada saat persalinan, nifas serta bayinya.
b. Kemungkinan timbulnya risiko medik sebagai berikut:
Keguguran
Preeklamsia (tekanan darah tinggi, cedema, proteinuria)

56 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Eklamsia (keracunan kehamilan)
Timbulnya kesulitan persalinan
Bayi lahir sebelum waktunya (pre matur)
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Fistula Vesikovaginal (merembesnya air seni ke vagina)
Fistula Retrovaginal ( keluarnya gas dan feses/tinja ke vagina)
Kanker leher rahim

3. Masa Menjarangkan kehamilan


Masa menjarangkan kehamilan terjadi pada periode pasangan usia subur (PUS) yang
berada pada umur 20-35 tahun. Diketahui bahwa PUS sebaiknya melahirkan pada periode
umur 20-35 tahun, sehingga resiko-resiko medik yang diuraikan diatas tidak terjadi. Dalam
periode 15 tahun (usia 20-35 tahun) dianjurkan untuk memiliki 2 anak. Sehingga jarak
ideal antara dua kelahiran bagi PUS kelompok ini adalah sekitar 7-8 tahun. Patokannya
adalah jangan terjadi dua balita dalam periode 5 tahun. Untuk menjarangkan kehamilan
dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi. Pemakaian alat kontrasepsi pada tahap ini
dilaksanakan untuk menjarangkan kelahiran agar ibu dapat menyusui anaknya dengan
cukup banyak dan lama. Semua kontrasepsi, yang dikenal sampai sekarang dalam program
Keluarga Berencana Nasional, pada dasarnya cocok untuk menjarangkan kelahiran. Akan
tetapi dianjurkan setelah kelahiran anak pertama langsung menggunakan alat kontrasepsi
spiral (IUD).

4. Masa Mencegah Kehamilan


Masa pencegahan kehamilan berada pada periode PUS berumur 35 tahun keatas. Sebab
secara empirik diketahui melahirkan anak diatas usia 35 tahun banyak mengalami resiko
medik. Pencegahan kehamilan adalah proses yang dilakukan dengan menggunakan
alat kontrasepsi. Kontrasepsi yang akan dipakai diharapkan berlangsung sampai umur
reproduksi dari PUS yang bersangkutan yaitu sekitar 20 tahun dimana PUS sudah berumur
50 tahun.

Peran Orang Tua Dalam Pengasuhan Anak


Setiap orang tua dalam menjalani kehidupan berumah tangga tentunya memiliki tugas dan
peran yang sangat penting, ada pun tugas dan peran orang tua terhadap anaknya antara lain:

1. Melahirkan
2. Mengasuh
3. Membesarkan
4. Mengarahkan menuju kepada kedewasaan serta menanamkan norma-norma dan nilai-
nilai yang berlaku.
Disamping itu juga harus mampu mengembangkan potensi yang ada pada diri anak, memberi
teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan pribadi dengan penuh tanggung jawab
dan penuh kasih sayang. Anak-anak yang tumbuh dengan berbagai bakat dan kecenderungan
masing-masing adalah karunia yang sangat berharga.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 57
Beberapa penelitian yang dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti yang di kemukakan dalam
majalah rumah tangga dan kesehatan bahwa Orang tua berperan dalam menentukan hari
depan anaknya. Secara fisik supaya anak-anaknya bertumbuh sehat dan berpostur tubuh yang
lebih baik, maka anak-anak harus diberi makanan yang bergizi dan seimbang. Secara mental
anak-anak bertumbuh cerdas dan cemerlang, maka selain kelengkapan gizi perlu juga diberi
motivasi belajar disertai sarana dan prasarana yang memadai. Sedangkan secara sosial suapaya
anak-anak dapat mengembangkan jiwa sosial dan budi pekerti yang baik mereka harus di beri
peluang untuk bergaul mengaktualisasikan diri, memupuk kepercayaan diri seluas-luasnya.

Orang tua yang tidak memperdulikan anak-anaknya, orang tua yang tidak memenuhi tugas-
tugasnya sebagai ayah dan ibu, akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup
anak-anaknya. Terutama peran seorang ayah dan ibu adalah memberikan pendidikan dan
perhatian terhadap anak-anaknya. Sebagaimana dikemukakan, Perkembangan jiwa dan
sosial anak yang kadang-kadang berlangsung kurang mantap akibat orang tua tidak berperan
selayaknya. Naluri kasih sayang orang tua terhadap anaknya tidak dapat dimanifestasikan
dengan menyediakan sandang, pangan, dan papan secukupnya. Anak-anak memerlukan
perhatian dan pengertian supaya tumbuh menjadi anak yang matang dan dewasa.

Dalam berbagai penelitian para ahli dapat dikemukakan beberapa hal yang perlu di berikan
oleh orang tua terhadap anaknya, sebagai mana diungkapkan sebagai berikut:
1. Respek dan kebebasan pribadi.
2. Jadikan rumah tangga nyaman dan menarik.
3. Hargai kemandiriannya.
4. Diskusikan tentang berbagai masalah.
5. Berikan rasa aman, kasih sayang, dan perhatian.
6. Anak-anak perlu di mengerti.
7. Beri contoh perkawinan yang bahagia.

Seorang anak sangat memerlukan bimbingan kedua orang tuanya dalam mengembangkan
bakat serta menggali potensi yang ada pada diri anak tersebut. Dalam rangka menggali potensi
dan mengembangkan bakat dalam diri anak maka seorang anak memerlukan pendidikan sejak
dini

Orang tua perlu menciptakan lingkungan rumah atau keluarga yang serasi, selaras, dan
seimbang dengan kehadiran anak-anak berbakat. Disamping itu perlu menyiapkan sarana
lingkungan fisik yang memungkinkan anak mengembangkan bakatnya. Perlu sikap demokrasi
juga dalam memberikan banyak larangan, dirangsang untuk menjadi mandiri dan percaya diri.

Tugas-tugas serta peran yang harus dilakukan orang tua tidaklah mudah, salah satu tugas
dan peran orang tua yang tidak dapat dipindahkan adalah mendidik anak-anaknya. Sebab
orang tua memberi hidup anak, maka mereka mempunyai kewajiban yang teramat penting
untuk mendidik anak mereka. Jadi, tugas sebagai orang tua tidak hanya sekadar menjadi
perantara makhluk baru dengan kelahiran, tetapi juga memelihara dan mendidiknya, agar
dapat melaksanakan pendidikan terhadap anak-anaknya, maka diperlukan adanya beberapa
pengetahuan tentang pendidikan.

58 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Seorang laki-laki dan perempuan yang berkomitmen untuk hidup sebagai suami istri berarti
bersedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu anak-anak yang bakal dilahirkan.
Ini berarti bahwa laki-laki dan perempuan yang terikat dalam perkawinan siap sedia untuk
menjadi orang tua dan salah satu kewajiban, hak orang tua tidak dapat dipindahkan adalah
mendidik anak-anaknya. Sebab seorang anak merupakan amanah dan perhiasan yang wajib
dijaga dengan sebaik-baiknya. Apabila tidak dijaga akan menyebabkan kualitas anak tidak
terjamin, sehingga dapat membahayakan masa depannya kelak. Orang tua harus dapat
meningkatkan kualitas anak dengan menanamkan nilai-nilai yang baik dan ahlak yang mulia
disertai dengan ilmu pengetahuan agar dapat tumbuh manusia yang mengetahui kewajiban
dan hak-haknya. Jadi, tugas orang tua tidak hanya sekadar menjadi perantara adanya makhluk
baru dengan kelahiran, tetapi juga mendidik dan memeliharanya.

Menurut UU Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002, terdapat beberapa hak


anak, antara lain:

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 59
Pentingnya Mengakhiri Perkawinan Dini
Menikah di usia kurang dari 18 tahun merupakan realita yang harus dihadapi sebagian anak
di seluruh dunia, terutama negara berkembang. Meskipun Deklarasi Hak Asasi Manusia
(HAM) di tahun 1954 secara eksplisit menentang perkawinan anak, namun ironisnya, praktek
perkawinan usia dini masih berlangsung di berbagai belahan dunia dan hal ini merefleksikan
perlindungan hak asasi kelompok usia muda yang terabaikan. Implementasi Undang-Undang
pun seringkali tidak efektif dan terpatahkan oleh adat istiadat serta tradisi yang mengatur
norma sosial suatu kelompok masyarakat tersebut.

Suatu studi literatur yang dilakukan oleh UNICEF menemukan bahwa interaksi berbagai faktor
menyebabkan anak berisiko menghadapi perkawinan di usia dini. Diketahui secara luas bahwa
perkawinan anak berkaitan dengan tradisi dan budaya, sehingga sulit untuk mengubah. Alasan
ekonomi, harapan mencapai keamanan sosial dan finansial setelah menikah menyebabkan
banyak orangtua mendorong anaknya untuk menikah di usia muda.

Komunitas internasional menyadari pula bahwa masalah perkawinan anak merupakan


masalah yang sangat serius. Implikasi secara umum bahwa kaum perempuan dan anak yang
akan menanggun risiko dalam berbagai aspek, berkaitan dengan perkawinan yang tidak
diinginkan, hubungan seksual yang dipaksakan, kehamilan di usia yang sangat muda, selain
juga meningkatnya risiko penularan infeksi HIV, penyakit menular seksual lainnya, dan kanker
leher rahim. Konsekuensi yang luas dalam berbagai aspek kehidupan tentunya merupakan
hambatan dalam mencapaiMillennium Developmental Goals(MDGs, atau disebut juga Tujuan
Pembangunan Milenium) pada 2015.

Sesungguhnya dampak perkawinan dini yang terjadi di masyarakat sangat beragam, hal
tersebut seperti termuat di bawah ini:

1. Dampak Hukum : Pelanggaran terhadap Undang-undang.


Adanya pelanggaran terhadap Undang-undang (UU) di Indonesia, antara lain:
No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 (1) Perkawinan hanya diizinkan
jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah
mencapai umur 16 tahun. Pasal 6 (2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang
yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua.
UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 26 (1) Orang tua berkewajiban
dan bertanggung jawab untuk:Mengasuh,memelihara, mendidik dan melindungi anak.
a. Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya dan;
b. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak. UU No.21 tahun 2007 tentang
Penghapusan Tidak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO) patut ditengarai adanya
penjualan/pemindah tanganan antara kyai dan orang tua anak yang mengharapkan
imbalan tertentu dari perkawinan tersebut.
Amanat Undang-undang tersebut di atas bertujuan melindungi anak, agar anak tetap
memperoleh haknya untuk hidup, tumbuh dan berkembang serta terlindungi dari
perbuatan kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.

60 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
2. Dampak fisik atau biologis
Secara biologis, alat-alat reproduksi anak masih dalam proses menuju kematangan
sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya, apalagi
jika sampai hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi trauma,
perobekan yang luas dan infeksi yang akan membahayakan organ reproduksinya sampai
membahayakan jiwa anak.
Dari segi nutrisi, masa remaja merupakan masa tumbuh kembang dan tulang-tulang
belum menutup sempurna jadi masih perlu gizi untuk tumbuh dirinya. Jika hamil pada usia
remaja maka gizi akan terbagi sehingga remaja akan mengalami masalah gizi demikian
juga bayinya.
3. Dampak psikologis
Secara psikis, anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks, sehingga akan
menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan.
Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang
dia sendiri tidak mengerti atas putusan hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan
menghilangkan hak anak untuk memperoleh pendidikan (Wajar 9 tahun), hak bermain
dan menikmati waktu luangnya serta hak-hak lainnya yang melekat dalam diri anak.
4. Dampak sosial
Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat patriarki
yang bias gender, yang menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya
dianggap pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran
agama apapun termasuk agama Islam yang sangat menghormati perempuan (Rahmatan
lil Alamin). Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya patriarki yang bias gender yang
akan melahirkan kekerasan terhadap perempuan.
5. Dampak perilaku seksual menyimpang
Adanya perilaku seksual yang menyimpang yaitu perilaku yang gemar berhubungan seks
dengan anak-anak yang dikenal dengan istilah pedofilia. Perbuatan ini jelas merupakan
tindakan ilegal (menggunakan seks anak), namun dikemas dengan perkawinan seakan-akan
menjadi legal.Hal ini bertentangan dengan UU.No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak khususnya pasal 81, ancamannya pidana penjara maksimum 15 tahun, minimum 3
tahun dan pidana denda maksimum 300 juta dan minimum 60 juta rupiah.
6. Rentan KDRT
Diperkirakan sebanyak 44 persen anak perempuan yang menikah dini mengalami
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan tingkat frekuensi tinggi (temuan Plan).
Sisanya, 56 persen anak perempuan mengalami KDRT dalam frekuensi rendah.
7. Risiko terkena penyakit dan meninggal
Menurut medis, pada perempuan di bawah usia 18 tahun, sangat rentan terkena kanker
serviks (kanker mulut rahim). Pada anak perempuan berusia 10-14 tahun memiliki
kemungkinan meninggal lima kali lebih besar, selama kehamilan atau melahirkan,
dibandingkan dengan perempuan berusia 20-25 tahun. Sedangkan, anak yang menikah
pada usia 15-19 tahun memiliki kemungkinan dua kali lebih besar.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 61
8. Terputusnya akses pendidikan
Walau berdasarkan data empiris ada pasangan yang menikah dini tetapi berhasil
melanjutkan pendidikkannya dengan sukses, namun mayoritas pasangan yang menikah
dini tidak mampu melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi terutama di
daerah-daerah. Hanya 5,6 persen yang masih melanjutkan.

UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Perkawinan usia dini telah terbukti memberikan dampak buruk, seperti: hubungan
seksual yang dipaksakan, kehamilan di usia yang sangat muda sehingga berisiko
terhadap kematian ibu dan bayi saat persalinan, tidak siap menjadi orang tua,
terputusnya pendidikan, rentan terjadi kekerasan dalam rumah tangga, dan berbagai
risiko lainnya.
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) adalah upaya untuk meningkatkan usia pada
perkawinan pertama, sehingga mencapai usia minimal pada saat perkawinan yaitu
21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. PUP bukan sekedar menunda
sampai usia tertentu saja tetapi mengusahakan agar kehamilan pertama pun
terjadi pada usia yang cukup dewasa. Hal ini didasarkan pada kesiapan laki-laki dan
perempuan secara fisik, mental dan sosial. Terutama pada perempuan berhubungan
dengan kesiapan organ reproduksi untuk hamil dan melahirkan secara sehat.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan
atau dipaksa menikah dini oleh orang tuanya, Guru segera mengajak peserta didik dan
orang tua nya berdialog atau melakukan konseling untuk mendapatkan bantuan dan
dukungan yang dibutuhkan.

UNTUK PESERTA DIDIK


Pesan Kunci
Tolak semua ajakan atau rayuan dari siapapun untuk berhubungan seks sebelum menikah
atas alasan apapun karena berisiko terhadap kehamilan yang tidak diinginkan. Dibanyak
tempat, seringkali penyelesaian terhadap kehamilan yang tidak diinginkan adalah
melakukan perkawinan usia dini untuk menutupi malu.
Bicarakan dengan keluarga tentang usia ideal untuk menikah yaitu 21 tahun bagi
perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki untuk kesiapan fisik, mental dan sosial termasuk
kesiapan organ reproduksi untuk hamil dan melahirkan

62 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
B. Konsep utama 2: Nilai, Sikap dan keterampilan

TOPIK 2.1
PEMAHAMAN, SIKAP, DAN NILAI

Tujuan Pembelajaran:
1. Menjelaskan nilai individu, yang terkait dengan perilaku melalui permainan
2. Memberikan contoh mengenai bagaimana nilai seseorang mempengaruhi keputusan dan
perilaku orang tersebut.

Ketrampilan Yang Dikembangkan:


Berfikir kritis
Berfikir Kreatif
Membuat keputusan

Alat Bantu:
Kapur tulis

Waktu:
90 menit

Langkah pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran.
2. Ajak peserta bermain garis nilai. Buat garis lurus di lantai. Tuliskan di ujung garis dengan
setuju sementara di ujung lainnya tuliskan kata tidak setuju. Di tengah-tengah garis
tuliskan kata ragu-ragu.

Setuju Ragu-ragu tidak setuju

3. Bacakan beberapa pernyataan dan minta peserta didik berdiri pada kata setuju, tidak-
setuju, atau ragu-ragu. Ajak peserta didik berbebat tentang alasan mereka setuju, tidak
setuju atau ragu-ragu. Peserta didik boleh berpindah tempat setelah mendengar alasan
dari teman lain.
4. Pernyataan sebagai berikut:
Merokok merupakan hak seseorang, jadi tidak perlu dilarang.
Kita boleh tidak setuju dengan pendapat teman akrab meskipun hal tersebut bisa
merusak pertemanan.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 63
Mencoba hal yang berisiko (seperti merokok atau melakukan hubungan seks) sekali
tidak masalah asal hanya sekali dan tidak diulangi lagi untuk menjawab rasa penasaran.
Kita boleh melanggar nilai-nilai pribadi jika nilai pribadi kita dianggap tidak sesuai
dengan nilai-nilai kelompok teman akrab kita disekolah.
5. Tanyakan kepada peserta didik:
Apakah mudah menentukan pilihan dari pernyataan tadi? Mengapa?
Bagaimana pandangan kamu terhadap teman yang menetapkan pilihan berbeda?
Bagaimana perasaan kamu ketika teman tidak setuju dengan pilihan kamu tadi?
6. Minta peserta didik melengkapi pernyataan berikut sebelum menutup sesi pembelajaran.
Dengan melakukan kegiatan ini, saya mempelajari __________________ tentang diri
sendiri.
Kegiatan ini benar-benar membuat saya berpikir tentang _________________
Nilai-nilai saya __________________
Tegaskan bahwa dengan memiliki nilai yang positif makan membantu kita memutuskan
dan mempraktekkan perilaku yang sehat.
7. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi setempat bila dianggap


bertentangan dengan norma, budaya, dan agama/ keyakinan.

Ide pokok:
Penting untuk mengetahui nilai dan keyakinan kita terhadap perilaku-perilaku tertentu
terutama yang berisiko.
Setiap orang hendaknya bersikap toleran dan menghormati nilai, keyakinan dan sikap orang
lain yang berbeda dengan dirinya
Pemahaman, sikap dan nilai yang positif akan menuntun remaja untuk mempraktekkan
perilaku yang positif dan menghindari diri dari risiko-risiko negatif.

Bahan Bacaan

NILAI-NILAI REMAJA DAN KAITANNYA DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI


Pada masa remaja, terdapat banyak hal baru yang terjadi, dan bisa lebih bersifat menantang,
karena hal baru yang mereka alami merupakan tanda-tanda menuju kedewasaan. Dari masalah
yang timbul akibat pergaulan, keingintahuan tentang asmara dan seks, hingga masalah-masalah
yang bersinggungan dengan hukum dan tatanan sosial yang berlaku di sekitar remaja.

Hal-hal yang terakhir ini biasanya terjadi karena banyak faktor, tetapi berdasarkan penelitian,
jumlah yang terbesar adalah karena tingginya rasa solidaritas antar teman, pengakuan
kelompok, atau ajang penunjukkan identitas diri. Masalah akan timbul pada saat remaja salah
memilih arah dalam berkelompok.

64 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Banyak ahli psikologi yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh
masalah, penuh gejolak, penuh risiko (secara psikologis), over energi, dan lain sebagainya,
yang disebabkan oleh aktifnya hormon-hormon tertentu. Tetapi statement yang timbul akibat
pernyataan yang stereotype dengan pernyataan diatas, membuat remaja pun merasa bahwa
apa yang terjadi, apa yang mereka lakukan adalah suatu hal yang biasa dan wajar.

Minat untuk berkelompok menjadi bagian dari proses tumbuh kembang yang remaja alami.
Yang dimaksud di sini bukan sekadar kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang
memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya
berlaku dalam kelompok tersebut. Atau yang biasa disebut geng. Biasanya kelompok semacam
ini memiliki usia sebaya atau bisa juga disebut peer group.

Demi teman yang menjadi anggota kelompok ini, remaja bisa melakukan dan mengorbankan
apa pun, dengan satu tujuan, Solidaritas. Geng, menjadi suatu wadah yang luar biasa apabila
bisa mengarah terhadap hal yang positif. Tetapi terkadang solidaritas menjadi hal yang bersifat
semu, buta dan merusak, yang pada akhirnya merusak arti dari solidaritas itu sendiri.

Demi alasan solidaritas, sebuah geng sering kali memberikan tantangan atau tekanan-tekanan
kepada anggota kelompoknya (peer pressure) yang terkadang berlawanan dengan hukum atau
tatanan sosial yang ada. Tekanan itu bisa saja berupa paksaan untuk menggunakan narkoba,
mencium teman lawan jenis, melakukan hubungan seks, melakukan penodongan, buliying,
bolos sekolah, tawuran, merokok, corat-coret tembok, dan masih banyak lagi.

Secara individual, remaja sering merasa tidak nyaman dalam melakukan apa yang dituntutkan
pada dirinya. Namun, karena besarnya tekanan atau besarnya keinginan untuk diakui, ketidak
berdayaan untuk meninggalkan kelompok, dan ketidakmampuan untuk mengatakantidak,
membuat segala tuntutan yang diberikan kelompok secara terpaksa dilakukan. Lama kelamaan
prilaku ini menjadi kebiasaan, dan melekat sebagai suatu karakter yang diwujudkan dalam
berbagai prilaku negatif.

Kelompok atau teman sebaya memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menentukan arah
hidup remaja. Jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang penuh denganenergi
negatifseperti yang terurai di atas, segala bentuk sikap, perilaku, dan tujuan hidup remaja
menjadi negatif. Sebaliknya, jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang selalu
menyebarkan energi positif, yaitu sebuah kelompok yang selalu memberikan motivasi,
dukungan, dan peluang untuk mengaktualisasikan diri secara positif kepada semua anggotanya,
remaja juga akan memiliki sikap yang positif. Prinsipnya, perilaku kelompok itu bersifat menular.

Motivasi dalam kelompok (peer motivation) adalah salah satu contoh energi yang memiliki
kekuatan luar biasa, yang cenderung melatarbelakangi apa pun yang remaja lakukan. Dalam
konteks motivasi yang positif, seandainya ini menjadi sebuah budaya dalam geng, barangkali
tidak akan ada lagi kata-katakenakalan remajayang dialamatkan kepada remaja. Lembaga
pemasyarakatan juga tidak akan lagi dipenuhi oleh penghuni berusia produktif, dan di negeri
tercinta ini akan semakin banyak orang sukses berusia muda. Remaja juga tidak perlu lagi
merasakan peer pressure, yang bisa membuat mereka stres.

Secara teori diatas, remaja akan menjadi pribadi yang diinginkan masyarakat. Tetapi tentu
saja hal ini tidak dapat hanya dibebankan pada kelompok ataupun geng yang dimiliki remaja.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 65
Karena remaja merupakan individu yang bebas dan masing-masing tentu memiliki keunikan
karakter bawaan dari keluarga. Banyak faktor yang juga dapat memicu hal buruk terjadi pada
remaja.

Seperti yang telah diuraikan diatas, kelompok remaja merupakan sekelompok remaja dengan
nilai, keinginan dan nasib yang sama. Contoh, banyak sorotan yang dilakukan publik terhadap
kelompok remaja yang merupakan kumpulan anak dari keluarga broken home. Kekerasan
yang telah mereka alami sejak masa kecil, trauma mendalam dari perpecahan keluarga, akan
kembali menjadi pencetus kenakalan dan kebrutalan remaja.

Tetapi, masa remaja memang merupakan masa dimana seseorang belajar bersosialisasi
dengan sebayanya secara lebih mendalam dan dengan itu pula mereka mendapatkan jati diri
dari apa yang mereka inginkan. Hingga, terlepas dari itu semua, remaja merupakan masa yang
indah dalam hidup manusia, dan dalam masa yang akan datang, akan menjadikan masa remaja
merupakan tempat untuk memacu landasan dalam menggapai kedewasaan.

Nilai dan Kesehatan Reproduksi


Nilai adalah pinsip-prinsip, keyakinan dan ide-ide yang kita percayai dan memandu kita dalam
berperilaku. Nilai kita pelajari dari keluarga, teman sebaya, guru, media, dan masyarakat. Nilai
dan keyakinan membantu kita mengambil keputusan tentang hidup dan hubungan antara
sesama manusia.

Sifat-sifat nilai adalah sebagai berikut:


Nilai itu suatu yang nyata sekaligus abstrak dan ada dalam kehidupan manusia.
Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu
keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal.
Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai.

Nilai akan selalu berkembang, contohnya adalah kejujuran, kedamaian, keindahan, keadilan,
kebersamaan, ketakwaan, dan keharmonisan. Nilai juga merupakan bagian dari hidup manusia.
Oleh karena itu, hubungan antar manusia selalu diikat oleh nilai.

Dalam filsafat, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:


Nilai logika adalah nilai benar-salah
Nilai estetika adalah nilai indah-tidak indah (jelek);
Nilai etika/moral adalah nilai baik-buruk.

Menurut Notonegoro, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:


Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau
kebutuhan ragawi manusia.
Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Nilai kerohanian meliputi:


Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia;

66 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan manusia;
Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) manusia;
Nilai religius (agama) yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak yang bersumber
pada kepercayaan atau keyakinan manusia.

Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus
melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut
masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat
perbedaan tata nilai.

Ciri nilai sosial di antaranya sebagai berikut.


Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga masyarakat.
Disebarkan di antara warga masyarakat (bukan bawaan lahir).
Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar)
Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain.
Dapat memengaruhi pengembangan diri sosial
Memiliki pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat.
Cenderung berkaitan satu sama lain dan membentuk sistem nilai.

Pandangan tentang bagaimana menjadi laki-laki dan perempuan yang ideal menurut
masyarakat juga dipengaruhi oleh nilai sosial. Nilai-nilai ini telah diajarkan secara turun temurun
dan terbentuk dari hasil sosialisasi (proses belajar) baik di dunia pendidikan (sekolah), dalam
keluarga, melalui media massa atau interaksi di masyarakat. Oleh sebab itu pandangan tentang
bagaimana menjadi perempuan dan laki-laki berbeda pada setiap wilayah, kebudayaan dan
waktu.

Keluarga, teman dan masyarakat dapat memiliki perbedaan nilai. Kita harus mengembangkan
sikap toleran dan menghormati nilai, keyakinan dan sikap orang lain yang berbeda dengan
kita. Nilai dan keyakinan yang baik mestinya tidak menempatkan kita atau orang lain menjadi
berisiko. Nilai yang positif menyangkut seksualitas akan memandu kita mempraktekkan
perilaku seks yang sehat dan bertanggung jawab.

Pengetahuan dan pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi dan perilaku beresiko
merupakan hal penting, mengingat meningkatnya penundaan usia pernikahan di kalangan
perempuan, berimplikasi pada lamanya mereka menjalani masa aktif secara seksual sebelum
pernikahan. Sementara itu, informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual masih
dianggap sebagai kebutuhan orang yang sudah menikah sehingga informasi yang disediakan
bagi remaja sangat terbatas.

Temuan menarik menyangkut pemahaman remaja adalah masih banyaknya mitos-mitos


yang dipelajari oleh remaja. Misalnya mitos seputar menstruasi yang diajarkan pada remaja,
antara lain: tidak boleh memakan nanas dan ketimun,meminum air es, tidak boleh memakan
makanan yang pedas, tidak boleh tidur siang karena darah menstruasi akan naik menuju
mata, dan lainnya. Kondisi ini setidaknya menunjukkan bagaimana sebagian besar remaja
perempuan khususnya, terkesan tidak siap untuk mengalami perubahan-perubahan fisik
dan hormonal seiring dengan pubertas yang dialaminya. Terkesan bahwa lingkungan sosial

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 67
terdekat, khususnya keluarga dan komunitas, belum menanamkan nilai-nilai yang positif dan
konstruktif berkenaan dengan pubertas remaja, termasuk bagaimana mereka seharusnya
menyikapi dorongan seksualnya. Ketidaksiapan remaja akan pubertasnya ini terkait dengan
faktor budaya, yang tercermin dari mitos-mitos yang berkembang di masyarakat, jugatradisi
yang telah dipraktekkan turun temurun.Hal ini mengingat seksualitas merupakan konstruksi
sosial atas nilai, orientasi, dan perilaku yang berkaitan dengan seks. Selain merujuk pada pada
kondisi fisik dan biologis, juga merujuk pada identitas pribadi maupun sosial(Nuriyah, 2002).

UNTUK GUrU

1. Pesan Kunci
Nilai solidaritas dalam kelompok selalu memiliki makna positif dan tidak merusak.
Dengan demikian, nilai solidaritas tidak boleh menjadi dasar bagi kelompok sebaya
untuk menekan anggota kelompoknya dalam melakukan sesuatu yang berlawanan
dengan hukum atau tatanan sosial yang ada, seperti: paksaan untuk menggunakan
Napza, mencium teman lawan jenis, melakukan hubungan seks, bolos sekolah,
tawuran, dsb.
Memiliki nilai yang positif yaitu: menjaga tubuh dari kerusakan, menghormati
perbedaan, dan anti kekerasan akan membantu kita mempraktekkan perilaku-
perilaku yang sehat dan bertanggung jawab sehingga bisa terhindar dari kehamilan
yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi Menular Seksual (IMS) dan
HIV
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami kesulitan dengan tekanan teman
sebayanya, Guru segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling
untuk mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.

UNTUK PESERTA DIDIK


Pesan Kunci

Selalu ingat bahwa semua yang memberikan risiko kepada diri sendiri dan orang lain
adalah sesuatu yang tidak baik.
Keluarga, teman dan masyarakat dapat memiliki perbedaan nilai. Kita harus
mengembangkan sikap toleran dan menghormati nilai, keyakinan dan sikap orang lain
yang berbeda dengan kita. Nilai dan keyakinan yang baik mestinya tidak menempatkan kita
atau orang lain menjadi berisiko. Nilai yang positif akan memandu kita mempraktekkan
perilaku yang sehat dan bertanggung jawab sehingga terhindar dari kehamilan yang tidak
diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV.
Jika kelompok sebaya menekan kita untuk melakukan perilaku berisiko atas dasar nilai
solidaritas kelompok, maka tolak secara tegas dan percaya diri karena solidaritas tidak
pernah merusak dan menempatkan teman sebayanya menjadi berisiko

68 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
TOPIK 2.2
MENGHADAPI PENGARUH TEMAN SEBAYA

Tujuan Pembelajaran:
1. Peserta didik memahami bagaimana membangun relasi hubungan yang sehat melalui
diskusi dan analisis situasi;
2. Peserta didik mampu mengenali dan melindungi diri dari pengaruh teman sebaya untuk
melakukan perilaku berisiko ( napza, merokok, seks pra nikah, tawuran, dll) melalui diskusi;
3. Peserta didik mampu menunjukkan kepercayaan diri dalam menggunakan keterampilan
negosiasi dan penolakan melalui diskusi dan analisis situasi.

Keterampilan Yang dikembangkan:


Berfikir Kreatif
Pengambilan Keputusan
Pemecahan Masalah
Berkomunikasi Efektif

Alat Bantu
1. Kertas plano
2. Spidol

Waktu
90 menit

Langkah Pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Minta peserta didik membentuk 4 (empat) kelompok. Sampaikan skenario situasi setiap
kelompok sebagai berikut:
Kelompok 1
Kamu sedang ada masalah di rumah. Teman akrabmu mengajak menggunakan
Napza agar dapat membantu kamu melupakan masalahmu. Dia juga mengatakan ini
sebagai bentuk solidaritas dan kamu tidak akan menjadi ketergantungan jika hanya
menggunakan sekali ini saja.
Kelompok 2
Teman main di sekolahmu sering mengejek kamu karena tidak merokok. Kalian akrab
berempat sementara yang 3 (tiga) orang sudah merokok, dan hanya kamu yang belum.
Mereka bilang anak laki-laki harus merokok biar macho. Menurut mereka merokok
tidak mengganggu orang lain dan tidak salah secara hukum. Kamu dibilang terlalu
penakut dan anak mami.
Kelompok 3
Kamu diajak ikut tawuran menyerang SMP lain. Menurut temanmu yang mengajak ini

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 69
sebagai bentuk solidaritas antar teman dan menjaga kewibawaan sekolah karena salah
satu peserta didik di sekolahmu dipukul oleh salah satu peserta didik di SMP tersebut.
Temanmu melanjutkan bahwa jika kita diam saja akan dianggap penakut oleh peserta
didik di SMP tersebut. Temanmu sedikit memaksa kamu ikut, karena jika tidak mau ikut
adalah penakut.
Kelompok 4
Bagi teman bermainmu di rumah, hubungan seks pra-nikah adalah biasa. Menurut
mereka, jika kita saling cinta maka bisa diwujudkan dengan melakukan hubungan seks.
Nanti kan sampai juga ke jenjang pernikahan lanjut mereka. Cinta tanpa hubungan
seks menurut mereka hambar. Mereka mendorong kamu untuk mencoba hubungan
seks dengan teman atau pacarmu. Kata mereka coba sekali dulu, nanti baru putuskan
apakah suka atau tidak... masa cowok tidak berani sih...!.
3. Diskusikan jawabanmu di kelompok, mengenai:
Apa yang akan kamu lakukan jika mengalami situasi tersebut?
Tuliskan contoh-contoh kalimat jawaban kamu ketika mengalami situasi tersebut?
4. Minta setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompoknya.
5. Tanyakan kepada peserta didik:
Hal apa yang menjadi pertimbangan kamu ketika memutuskan akan mencoba atau
tidak mencoba suatu perilaku seperti contoh di atas?
Apakah sulit mengambil keputusan dalam kelompok tadi? Mengapa?
Pengaruh apa yang diberikan oleh teman sebayamu dalam skenario cerita tadi?
Apakah contoh skenario tadi juga terjadi dalam kehidupan nyata? Coba kamu berikan
contoh-contoh lain yang kamu tahu?
6. Tutup sesi dengan menjelaskan kesimpulan pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi setempat bila dianggap


bertentangan dengan norma, budaya, dan agama/ keyakinan.

Ide pokok:
Penting mempelajari dan memiliki keterampilan tentang cara mengidentifikasi tindakan
yang baik dan tidak baik dari teman sebaya serta cara mengambil keputusan dalam
menghadapi tindakan tersebut.
Norma sosial dan pengaruh teman sebaya, seperti intimidasi dan tekanan negatif dari
teman sebaya lainnya, dapat mempengaruhi cara pengambilan keputusan dan perilaku
berisiko seseorang
Bersikap asertif, berarti belajar kapan dan bagaimana berkata ya dan tidak terkait
dengan hubungan seksual dan memegang teguh pada keputusan yang telah dibuatnya
Komunikasi yang asertif dapat membantu remaja dalam menolak dampak buruk perilaku
berisiko

70 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Bahan Bacaan

MENGHADAPI PENGARUH TEMAN SEBAYA


Tekanan teman sebaya merupakan tekanan sosial dari kelompok atau perseorangan yang
mengharuskan seseorang untuk bertindak dan berpikiran dengan cara tertentu, agar dia dapat
diterima oleh kelompok tersebut atau disebut Tekanan Sebaya yang sangat terkait dengan
remaja.

Memasuki dunia remaja, seseorang akan berhadapan dengan lebih banyak hal dan tantangan.
Remaja akan mengalami pergolakan hormonal, tekanan sekolah, dan perubahan mood yang
drastis, serta yang paling sering dihadapi adalah tekanan dari teman sebaya. Bisa jadi karena gaya
hidup teman-teman sebayanya yang berbeda dan diluar nilai keluarga, sehingga terseret. Atau
karena nilai teman-teman yang tidak sesuai, sehingga menjadi tekanan tersendiri bagi remaja.

Masa sekolah merupakan tahun-tahun rawan dimana remaja akan mengalami pergolakan emosi
untuk memilih lebih mendekat ke teman sebaya dibandingkan orang tua kandungnya.Ketika
menjauh dari teman, mereka akan mendapat cap pecundang sebagai salah satu ketakutan
terbesar. Untuk menghindari label ini, remaja terkadang akan memberontak, tidak
terkontrololeh orang tua mereka, merokok, penyalahgunaan narkotika, dan meminum alkohol
adalah cara termudah untuk menyatakan kemerdekaan.

Lebih parahnya lagi, akibat pergaulan akanmuncul fenomena remaja untuk mulai melakukan
hubungan seksualsecara dini.

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi tekanan teman sebaya:
1. Berani bilang Tidak
Berani bilang tidak pada teman jika diajak melakukan hal-hal negatif. Keberanian ini sangat
lah membantu terutama untuk menangkis berbagai tekanan, argumen atau rayuan yang
dikeluarkan oleh teman sebaya. Misalnya jika ada teman yang mengajak merokok maka
kita bisa menolak secara baik tetapi tegas, seperti: Maaf saya tidak merokok karena saya
telah berjanji kepada kedua orang tua saya untuk tidak melakukannya atau Maaf saya
telah memutuskan untuk tidak merokok karena banyak pengalaman keluarga saya yang
merokok yang akhirnya sakit-sakitan diusia yang relatif muda
2. Jauhi
Sebisa mungkin jauhi teman-teman yang melakukan tekanan sebaya (peer presure).
Terlebih jika kita adalah orang yang mudah terpengaruh. Kita bisa mengatakan bahwa harus
banyak watu dirumah untuk membantu orang tua, atau mengatakan sekarang banyak
kesibukan dilingkungan rumah karena aktif dalam kegiatan organisasi kepemudaan.
3. Laporkan
Semua orang akan benar-benar berterima kasih jika anda melaporkan seseorang yang
melakukan tindakan tekanan sebaya yang menggunakan ancaman kekerasan. Jangan
takut untuk melapor kepada pihak sekolah. Hal ini sangatlah penting mengingat tindakan
tekanan sebaya dalam bentuk ancaman kekerasan bisa merugikan banyak pihak.
4. Bentuk komunitas belajar
Dengan membentuk komunitas belajar itu artinya kita memiliki kelompok sendiri yang
sehat plus bikin pintar. Komunitas belajar juga bisa menjadi media untuk membangun
nilai-nilai pertemanan yang baik dan sehat.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 71
5. Diskusikan dengan orang tua, guru atau teman baik jika bingung harus mengambil
keputusan
Jika kita merasa bingung ketika harus mengambil keputusan menyangkut bagaimana harus
merespon tekanan teman sebaya, maka kita bisa mendatangin orang yang kita percayai:
bisa orang tua, guru, atau teman baik untuk mendapatkan masukan.
6. Mengikuti seni bela diri
Selain membuat tubuh sehat dan kuat, mengikuti seni bela diri ternyata membuat seseorang
sungkan untuk memaksa atau melakukan tekanan terhadap kita. Walaupun bukan untuk
berkelahi, seni bela diri ternyata juga membantu sesorang dalam menyelamatkan diri.
Beberapa kasus tertentu dari tekanan sebaya ternyata melibatkan kontak fisik seperti
ancaman memukul dan berkelahi. Dengan mengikuti seni bela diri paling tidak kita
memiliki bekal untuk melindungi diri dalam keadaan tertentu yang memaksa.

Kemampuan Psikososial Melalui Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat


(PKHS)
Dalam menangani kesehatan remaja perlu tetap diingat dengan optimisme bahwa bila remaja
dibekali dengan keterampilan hidup sehat maka remaja akan sanggup menangkal pengaruh
yang merugikan bagi kesehatannya. Pendidikan ketrampilan hidup sehat merupakan adaptasi
dari life skills education (LSE). Sedangkan life skills atau keterampilan hidup adalah kemampuan
psikososial seseorang untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi masalah dalam kehidupan
sehari-hari secara efektif. Keterampilan ini mempunyai peran penting dalam promosi kesehatan
dalam lingkup yang luas, yaitu: kesehatan fisis, mental, dan sosial.

Contoh yang jelas bahwa peningkatan keterampilan psikososial ini dapat memberi kontribusi
yang berarti dalam kehidupan keseharian adalah keterampilan mengatasi masalah perilaku
yang berkaitan dengan ketidak sanggupan mengatasi stres dan tekanan dalam hidup dengan
baik. Keterampilan psikososial di bidang kesehatan dikenal dengan istilah PKHS. Pendidikan
ketrampilan hidup sehat dapat diberikan secara berkelompok di mana saja, antara lain: di
sekolah, puskesmas, sanggar, rumah singgah, dan sebagainya.

Kompetensi psikososial tersebut meliputi 10 aspek keterampilan, yaitu:


1. Pengambilan keputusan
Pada remaja keterampilan pengambilan keputusan ini berperan konstruktif dalam
menyelesaikan masalah berkaitan dengan hidupnya. Keputusan yang salah tak jarang
mengakibatkan masa depan menjadi suram.
2. Pemecahan masalah
Masalah yang tak terselesaikan yang terjadi karena kurangnya keterampilan pengambilan
keputusan akan menyebabkan stres dan ketegangan fisis.
3. Berpikir kreatif
Berfikir kreatif akan membantu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
Berpikir kreatif terealisasi karena adanya kesanggupan untuk menggali alternatif yang
ada dan mempertimbangkan sisi baik dan buruk dari tindakan yang akan diambil. Meski
tak menghasilkan suatu keputusan, berpikir kreatif akan membantu remaja merespons
secara fleksibel segala situasi dalam keseharian hidup.

72 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
4. Berpikir kritis
Merupakan kesanggupan untuk menganalisa informasi dan pengalaman secara objektif.
Hal ini akan membantu mengenali dan menilai faktor yang memengaruhi sikap dan
perilaku, misalnya: tata-nilai, tekanan teman sebaya, dan media.
5. Komunikasi efektif
Komunikasi ini akan membuat remaja dapat mengekspresikan dirinya baik secara
verbal maupun non-verbal. Harus disesuaikan antara budaya dan situasi, dengan cara
menyampaikan keinginan, pendapat, kebutuhan dan kekhawatirannya. Hal ini akan
mempermudah remaja untuk meminta nasihat atau pertolongan bilamana mereka
membutuhkan.
6. Hubungan interpersonal
Membantu menjalin hubungan dengan cara positif dengan orang lain, sehingga mereka
dapat meciptakan persahabatan, meningkatkan hubungan baik sesama anggota keluarga,
untuk mendapatkan dukungan sosial, dan yang terpenting adalah mereka dapat
mempertahankan hubungan tersebut; Hubungan interpersonal ini sangat penting untuk
kesejahteraan mental remaja itu sendiri. Keahlian ini diperlukan juga agar terampil dalam
mengakhiri hubungan yang tidak sehat dengan cara yang positif.
7. Kesadaran diri
Merupakan keterampilan pengenalan terhadap diri, sifat, kekuatan dan kelemahan, serta
pengenalan akan hal yang disukai dan dibenci. Kesadaran diri akan mengembangkan
kepekaan pengenalan dini akan adanya stres dan tekanan yang harus dihadapi. Kesadaran
diri ini harus dimiliki untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan hubungan
interpersonal yang baik, serta mengembangkan empati terhadap orang lain.
8. Empati
Dengan empati, meskipun dalam situasi yang tidak di kenal dengan baik, remaja mampu
membayangkan bagaimana kehidupan orang lain. Empati melatih remaja untuk mengerti
dan menerima orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya, dan juga membantu
menimbulkan perilaku positif terhadap sesama yang mengalaminya.
9. Mengendalikan emosi
Keterampilan mengenali emosi diri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi
dapat memengaruhi perilaku, memudahkan menggali kemampuan merespons emosi
dengan benar. Mengendalikan dan mengatasi emosi diperlukan karena luapan emosi
kemarahan atau kesedihan dapat merugikan kesehatan bila tidak disikapi secara benar.
10. Mengatasi stres
Pengenalan stres dan mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap tubuh, membantu
mengontrol stres, dan mengurangi sumber penyebabnya. Misalnya membuat perubahan
di lingkungan sekitar atau merubah cara hidup (lifestyle). Diajarkan pula bagaimana
bersikap santai sehingga tekanan yang terjadi oleh stres yang tak terhindarkan tidak
berkembang menjadi masalah kesehatan yang serius.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 73
Dengan menerapkan ajaran PKHS, remaja dapat mengambil keputusan segera untuk menolak
ajakan tersebut, merasa yakin akan kemampuannya menolak ajakan tersebut, berpikir
kreatif untuk mencari cara penolakan agar tidak menyakiti hati temannya dan mengerahkan
kemampuan berkomunikasi secara efektif dan mengendalikan emosi, sehingga penolakan
akan berhasil dilaksanakan dengan mulus.

Dalam menghindari diri dari tindak kekerasan baik fisis ataupun mental, beberapa
kompetensi dari life skills ini dapat membantu remaja mengambil keputusan agar
dapat merespons ancaman atau tindak kekerasan tersebut. Kekerasan fisis termasuk
kekerasan seksual dapat dihindari dengan berpikir kritis dan kreatif serta menggunakan
komunikasi efektif untuk menghindari dan menyelamatkan diri dari ancaman tersebut.
Kekerasan mental (tekanan, pelecehan, penghinaan) tidak menimbulkan akibat psikis apabila
kompetensi life skills diterapkan seperti berpikir kreatif, pengendalian emosi dan komunikasi
efektif.

Pentingnya Komunikasi Asertif


Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam menolak perilaku berisko. Keputusan kita
menerima atau menolak mempraktekkan perilaku berisiko dipengaruhi oleh nilai pribadi,
pengetahuan tentang risiko serta kemampuan menyampaikan keputusan kita.

Penting kita melakukan komunikasi asertif, yaitu komunikasi yang jujur, jelas, tegas mengenai
keputusan kita dengan menyampaikan perasaan, pikiran dan alasan kita menolak atau
menerima sebuah ajakan atau permintaan disertai dengan bahasa tubuh yang mendukung
keputusan yang kita sampaikan.

Kita selalu mempunyai hak untuk menyetujui atau menolak dalam mempraktekkan perilaku
berisiko. Komunikasi asertif bisa dipelajari, tetapi untuk mampu dipraktekkan harus terus
dilatih. Komunikasi yang efektif dapat membantu orang melindungi kesejahteraan dirinya
sendiri dan pasangannya. Perlindungan ini meliputi:

Menjaga dari IMS termasuk HIV; contoh: ketika teman mengajak untuk mencari
pasangan dalam melakukan hubungan seks berisiko maka kita bisa menyampaikan
penolakan seperti: Maaf saya tidak bisa ikut dengan kamu melakukan hubungan seks
sebelum menikah, karena saya meyakini bahwa hubungan seks haruslah dilakukan di
dalam pernikahan, dengan orang yang dicintai dan tanpa menimbulkan risiko buruk
Perlindungan dari kehamilan yang tidak diinginkan; contoh: ketika ada yang mengajak
melakukan hubungan seks dan menyatakan itu bukti dari rasa cinta maka kita bisa
menyampaikan penolakan seperti Saya mencintai kamu. Tetapi cinta yang saya pahami
adalah tidak pernah merusak. Bagi saya hubungan seks tidak pernah membuktikan
rasa cinta tetapi hanya membuktikan bahwa organ reproduksi kita bekerja
Mengurangi konflik yang dapat menjadi kekerasan; contoh: ketika kita berbeda
pendapat dengan teman dekat, maka kita bisa menyampaikan Saya paham apa yang
kamu maksud, akan tetapi saya juga berharap kamu bisa mengerti keinginan saya. Kita
bisa mencari titik temu yang membuat kita berdua lebih bahagia dengan pilihan yang
kita buat
Komunikasi penting untuk menjelaskan pengharapan dan batasan.

74 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
NAPZA DAN PENGARUH TEMAN SEBAYA

Berikut adalah jenis-jenis Napza:

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 75
A. Zat Adiktif
Zat Adiktif adalah zat-zat kimia atau zat bukan narkotika dan bukan psikotropika yang dapat
menimbulkan kecanduan atau ketagihan pada pemakainya. Contoh alkohol (minuman kera)
dan rokok. Minuman keras merupakan semua minuman bukan obat yang mengandung alkohol
(C2H5OH). Berdasarkan kandungan alkoholnya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Kelompok A, kadar alkohol 1 - 5. contoh bir


2. Kelompok B, kadar alkohol 5 - 20, contoh anggur
3. Kelompok C, kadar alkohol 20 - 50, contoh arak, wiski dan vodka.
Rokok mengandung zat-zat yang beracun dan dapat menyebabkan kecanduan, yaitu nikotin
dan 4000 zat kimia dalam setiap batangnya, diantaranya 40 zat kimia yang berbahaya yaitu
hidrogen sianida (HCn), arsen, amonia, polonium dan karbon monoksida (CO). Zat kimia
tersebut juga berbahaya bagi perokok pasif yaitu orang yang tidak merokok tetapi berada di
lingkungan asap rokok.
Efek bahan kimia dalam rokok bagi kesehatan:

Bahan kimia Efek


- Menyebabkan ketagihan
- Merusak jaringan otak
Nikotin
- Menyebabkan darah mudah menggumpal
- Mengeraskan pembuluh darah arteri
- Membunuh sel-sel pada saluran pernafasan dan paru-paru
Tar - Meningkatkan produksi lendir dan cairan paru-paru
- Menyebabkan kanker paru-paru
- Meracuni darah karena mengikat hemoglobin darah 200 kali
Karbonmonoksida
lebih kuat daripada oksigen
Zat-zat karsinogen - Merangsang tumbuhnya sel-sel kanker di dalam tubuh
- Mengganggu saluran pernafasan dan kantong udara pada
Iritan
paru-paru

B. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat. baik alami maupun buatan bukan narkotika yang bersifat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku. Termasuk psikotropika yaitu ekstasi (inex/cece/
kanding/cenin), shabu-shabu. L.SD, dan lain- lain.

1. Obat perangsang (Stimulan)


Obat perangsang atau stimulan yaitu obat-obatan yang dapat menimbulkan rangsang
tertentu pada pemakainya. Obat ini bekerja dengan memberikan rangsangan terhadap otak
dan saraf. Obat rangsang dapat berupa amphetamine atau turunannya. Stimulan yang sering
beredar di pasaran adalah ekstasi dan shabu-shabu. Pemakaian amphetamine sebagian

76 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
besar dimanfaatkan untuk menekan nafsu makan berlebih, mengobati penderita hiperaktif,
dan penderita narcolepsy, yaitu serangan rasa mengantuk berat yang tiba-tiba dan tidak
terkontrol. Akan tetapi, stimulan juga banyak disalah gunakan dalam bentuk konsumsi di luar
batas takaran yang dianjurkan. Pada tahap awal pemakaian, akan timbul perasaan senang
berlebihan, rasa percaya diri yang besar, dan semangat yang terlalu tinggi. Pada pemakaian
dalam dosis berlebih akan menunjukkan gejala-gejala seperti kejang-kejang, panik, muntah-
muntah, diare, bola mata membesar, halusinasi yang menakutkan, tidak dapat mengendalikan
emosi, dan koma, yang jxika dibiarkan dapat menyebabkan kematian,

a. Ekstasi atau Methylenedioxy Amphetamine ( MDMA)


Ekstasi atau Methylenedioxy Amphetamine yaitu turunan zat amphetamine yang bereaksi
lebih kuat dan amphetamine sendiri. Mulanya ekstasi digunakan untuk mengobati penyakit
syaraf dan gangguan kejiwaan yang lain. Ekstasi mempunyai rumus kimia C11H15O2. Ekstasi
juga disebut pil setan, karena pengaruhnya seperti setan yang merusak sistem saraf pusat
dan sel-sel otak. Selain itu, pil ini juga dapat menyebabkan ketergantungan. Ekstasi yang
banyak diperdagangkan biasanya berupa kapsul berwama kuning dan merah muda atau
berupa tablet berwama coklat dan putih. Ekstasi dapat dikategorikan sebagai kelompok
obat yang mudah dimodifikasi struktur kimianya untuk memperoleh bahan aktif yang
lebih ampuh khasiatnya.
Jika ekstasi diminum maka akan segera timbul gejala-gejala berikut:
1) Perasaan menjadi sangat gembira, tersanjung, bsrsemangat, dan puas diri serta
menjadi lebih terbuka kepada orang lain.
2) Tubuh gemetar, gigi gemeletuk, keluar keringat dingin, dan detak jantung tidak normal.
3) Nafsu makan hilang, pandangan kabur, dan keluar air mata terus-menerus,
4) Badan panas luar biasa (hipertermia), yang apabila diikuti dengan minum terlalu
banyak air akan menimbulkan ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh yang disebut
dengan hipnotermia. Jika terjadi komplikasi dapat menimbulkan kematian.
b. Shabu-shabu
Salah satu turunan amphetamine yang lain adalah metamphetamine yang memiliki rumus
kimia C10H15N. Zat ini juga dikenal sebagai shabu-shabu. Bentuknya yang berupa kristal
tidak berwarna dan tak berbau sangat mudah larut dalam air. Shabu-shabu memiliki efek
yang sangat keras pada susunan saraf. Efek yang dapat ditimbulkan cenderung lebih cepat
dan lebih hebat daripada ekstasi. Secara psikis shabu-shabu dapat menimbulkan efek-
efek berikut:
1) Timbulnya perasaan sehat, percaya diri, bersemangat, dan rasa gembira yang
berlebihan.
2) Muncul perasaan berkuasa disertai peningkatan konsentrasi semu,
3) Nafsu makan menurun, sulit tidur, dan biasanya muncul halusinasi. Mirip seperti jika
mengonsumsi alkohol, pemakai ekstasi dapat dalam jangka lama dapat mengalami
penurunan berat badan terus-menerus, kerusakan organ dalam, stroke, bahkan
kematian. Jika orang sudan kecanduan, ia akan terus-menerus gelisah, ketakutan,
sensitif, bingung, dan putus asa.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 77
2. Obat Penekan Saraf (Depresan)
Obat jenis depresan adalah obat yang bereaksi memperlambat kerja sistem saraf pusat. Obat
jenis ini biasanya berupa obat tidur dan obat penenang. Obat ini biasanya diminum untuk
mengurangi rasa cemas atau untuk membuat pikiran menjadi lebih santai. Obat ini juga
dipakai untuk mengatasi insomnia (penyakit kesulitan tidur). Contoh obat penekan saraf pusat
antara lain diazepam (valium), nitrazepam (mogadon), luminal, dan pil KB. Di Indonesia para
pengedar menamakan obat-obatan ini sebagai pil koplo. Penyalahgunaan obat penekan saraf
dapat menimbulkan berbagai macam efek, antara lain perasaan menjadi labil, bicara tak
karuan dan tidak jelas, mudah tersinggung, serta daya ingat dan koordinasi motorik terganggu
sehingga jalannya menjadi limbung.

3. Obat Halusinogen
Obat jenis halusinogen adalah obat yang jika dikonsumsi dapat menyebabkan timbulnya
halusinasi. Obat Halusinogen paling terkenal adalah lysergic acid diethylamide (LSD). Selain
itu, ada juga obat halusinogen yang tak kalah hebatnya dalam menciptakan halusinogen bagi
pemakainya, yaitu psilocybin, yang dihasilkan dari spesies jamur tertentu, dan mescalins, yang
dihasilkan dari sejenis kaktus yang bernama peyote.

Efek yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan obat halusinasi ini adalah sebagai berikut:
a. Keringat berlebihan, denyut jantung menjadi cepat dan tak teratur, timbul perasaan cemas.
b. Pupil mata melebar dan pandangan mata kabur.
c. Terjadi gangguan koordinasi motorik dan terjadi halusinasi.

C. Narkotika
Narkotika berasal dari kata narcotics yang artinya obat bius. Narkotika adalah zat kimia atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, sintesis atau bukan sintesis, yang dapat
menyebabkan penurunan kesadaran, hilangnya rasa dan menimbulkan ketergantungan.
Termasuk narkotika adalah ganja, heroin, putaw, kokain, morfin dan lain-lain:

Ganja berasal dan tanamanCanabis sativa, seperti pohon ketela. Penjualan ganja bentuk
kering disebut mariyuana dan minyak canabis. Digunakan dengan cara dihisap atau
dicampur dengan rokok.
Heroin adalah narkotika yang sangat keras. Berbentuk butiran atau tepung dan cair. Jenis
heroin adalab putaw dengan kadar adiktif rendah. Digunakan dengan cara dihisap atau
disuntik
Kokain (coke/charlie/snow) berasal dari tanaman coca, berbentuk bubuk putih. Kokain
menyebabkan pemakai merasa senang yang berlebihan, stres dan gelisah hilang.
Candu atau opium berasal dan tanaman Papaver somniferum, pengaruh candu merusak
susunan saraf dan otak. Candu mentah disebut Morfin dapat menimbulkan kematian.

78 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Dampak negatif pemakaian NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) antara lain :
1. Bagi kesehatan: kerongkongan panas, terganggunya fungsi organ-organ tubuh, kanker,
kerusakan saraf dan otak, emosi tidak stabil, mengantuk, prestasi menurun, dll
2. Bagi ekonomi: dapat memperbanyak pengeluaran uang (tidak hemat), berbelanja untuk
hal yang tidak bermanfaat, mengurangi pemenuhan kebutuhan pokok
3. Bagi sosial: pemakai akan dikucilkan dari masyarakat karena sering berbuat yanq tidak
baik/menimbulkan keresahan warga.

D. Cara Menghindari diri dari pengaruh NAPZA


Dalam menanggulangi beredarnya NAPZA maka harus tercipta koordinasi yang baik antara
pihak orang tua, sekolah/masyarakat dan pihak yang berwajib. Beberapa cara untuk mengatasi
gerakan NAPZA adalah:
1. Melaporkan segala bentuk kepemilikan, peredaran atau penyalahgunaan kepada pihak-
pihak yang terkait
2. Mempelajari dengan sungguh-sungguh akan bahaya yang dapat ditimbulkan akibat
mengkonsumsi NAPZA
3. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME
4. Aktif di berbagai kegiatan positif, misalnya karang taruna, remaja masjid, perkumpulan
olah raga, dll
5. Berteman dengan orang yang tidak menggunakan NAPZA
6. Belajarlah berkata TDAK Jika ditawari NAPZA
7. Sering membaca cerita tentang bahaya/korban penggunaan NAPZA
8. Menjalin kerjasama/komunikasi yang baik antara berbagai pihak dan cara-cara lain untuk
mencegah beredarnya NAPZA

UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Setiap orang bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri. Oleh sebab itu,
semua hal yang membahayakan kesehatan diri harus dihindari.
Pelajari dan praktekkan keterampilan tentang cara mengidentifikasi tindakan yang
baik dan tidak baik dari teman sebaya serta cara mengambil keputusan dalam
menghadapi tindakan tersebut. Tindakan yang tidak baik selalu memberikan risiko
terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi Menular
Seksual (IMS) dan HIV.
Kita mempunyai hak untuk menolak melakukan semua perilaku berisiko.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah tekanan teman sebayanya,
Guru segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling untuk
mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 79
UNTUK PESERTA DIDIK
Pesan Kunci
Berlatihlah untuk mengatakan tidak secara tegas beserta alasannya jika ada teman
sebaya yang mengajak atau menekan untuk melakukan perilaku yang berisiko terhadap
kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi Menular Seksual (IMS)
dan HIV.
Berteman dengan siapa saja adalah baik. Yang terpenting kita memiliki sikap yang tidak
mudah terpengaruh oleh teman dan teman tersebut mau menerima perbedaan.
Bangun rasa percaya diri dan berani berbeda dalam pertemanan. Sehingga meskipun
kita bisa jadi diejek atas pilihan sikap tertentu tidak membuat kita merubah hal-hal baik
dalam diri.
Cari bantuan dan dukungan dari teman lain, Guru atau konselor yang kita percayai jika
kita bimbang akan suatu hal. Mencari dukungan lebih baik daripada memutuskan sesuatu
yang kita masih ragu termasuk ajakan terhadap perilaku yang berisiko.

80 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
TOPIK 2.3
MENCARI BANTUAN DAN DUKUNGAN

Tujuan Pembelajaran:
1. Mengidentifikasi sumber bantuan yang sesuai melalui diskusi dan presentasi

Keterampilan yang Dikembangkan:


1. Berfikir kreatif
2. Pengambilan Keputusan
3. Berkomunikasi Efektif

Alat Bantu: -

Waktu:
90 menit

Langkah Pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Minta peserta membayangkan seandainya mereka menjadi korban perkosaan atau
terinfeksi HIV.
Bagaimana perasaan kamu jika menjadi korban perkosaan atau ODHA?
Apakah mudah bagimu untuk mencari bantuan atau dukungan?
Hal apa yang menjadi ketakutanmu ketika mencari dukungan tersebut?
3. Ajak peserta untuk mendiskusikan pendapat mereka.
4. Minta peserta membentuk 4 (empat) kelompok. Tugas kelompok:
Kelompok 1: Kamu remaja yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan
a. Bantuan atau dukungan apa yang kamu butuhkan untuk bisa mengatasi
permasalahanmu?
b. Kemana kamu akan mencari dukungan?
Kelompok 2: Kamu remaja yang terinfeksi HIV
a. Bantuan atau dukungan apa yang kamu butuhkan untuk bisa mengatasi
permasalahanmu?
b. Kemana kamu akan mencari dukungan?
Kelompok 3: Kamu remaja yang mengalami perkosaan
a. Bantuan atau dukungan apa yang kamu butuhkan untuk bisa mengatasi
permasalahanmu?
b. Kemana kamu akan mencari dukungan?
5. Minta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.
6. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 81
Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi setempat bila dianggap
bertentangan dengan norma, budaya, dan agama/ keyakinan.

Ide pokok:
Perasaan malu dan bersalah seharusnya tidak menjadi penghalang dalam mencari
pertolongan
Penilaian yang kritis dibutuhkan saat menggunakan media (contohnya internet) sebagai
sumber bantuan
Ada beberapa tempat di mana orang dapat mengakses dukungan dalam hal kesehatan
reproduksi (contohnya konseling, tes dan pengobatan untuk IMS/HIV; tes dan pengobatan
infeksi menular seksual; pelayanan pelecehan seksual, perkosaan, KDRT; terapi
penyalahgunaan Napza; konseling kehamilan tidak diinginkan; dan layanan lainnya)
Sumber bantuan yang baik akan menjaga kerahasiaan dan melindungi privasi

Bahan Bacaan

MENCARI DUKUNGAN DAN BANTUAN


Kadang kita butuh dukungan dan bantuan dari teman sebaya, keluarga, guru, orang-orang
disekitar, bahkan dari pihak profesional seperti: dokter, konselor, dan pihak lain untuk dapat
mengambil keputusan yang tepat dalam berperilaku hidup sehat. Dukungan yang kita minta
bisa berupa : informasi, rujukan, curhat, pembuatan keputusan, dsb.

Penting untuk membuat daftar kontak dan alamat tempat konsultasi, klinik/ rumah sakit, pusat
krisis perempuan, atau kantor polisi sehingga jika sewaktu-waktu terjadi kasus yang menimpa
kita atau teman sebaya bisa dirujuk ke tempat-tempat tersebut.

Kelompok teman sebaya merupakan dunia nyata remaja yang menyiapkan tempat remaja
menguji dirinya sendiri dan orang lain. Keberadaan teman sebaya dalam kehidupan remaja
merupakan keharusan, untuk itu seorang remaja harus mendapatkan penerimaan yang baik
untuk memperoleh dukungan dari kelompok teman sebayanya. Melalui berkumpul dengan
teman sebaya yang memiliki kesamaan dalam berbagai hal tertentu, remaja dapat mengubah
kebiasan-kebiasan hidupnya dan dapat mencoba berbagai hal yang baru serta saling mendukung
satu sama lain. Teman sebaya selain merupakan sumber referensi bagi remaja mengenai
berbagai macam hal, juga dapat memberikan kesempatan bagi remaja untuk mengambil peran
dan tanggung jawab yang baru melalui pemberian dorongan (dukungan sosial).

Dukungan sosial adalah bantuan yang diterima individu dari orang lain atau kelompok di
sekitarnya, dengan membuat penerima merasa nyaman, dicintai dan dihargai. Konsep
operasional dari dukungan sosial adalah perceived support (dukungan yang dirasakan), yang
memiliki dua elemen dasar diantaranya adalah persepsi bahwa ada sejumlah orang lain dimana
seseorang dapat mengandalkannya saat dibutuhkan dan derajat kepuasan terhadap dukungan
yang ada.

82 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Melalui dua elemen dasar dari dukungan yang dirasakan remaja yang diperoleh dari teman
sebaya, remaja dapat merasa lebih tenang apabila dihadapkan pada suatu masalah. Hal
tersebut dapat menimbulkan keyakinan pada diri remaja bahwa apapun yang dilakukan oleh
remaja akan mendapatkan dukungan dari teman sebayanya. Dukungan social yang bersumber
dari teman sebaya dapat membuat remaja memiliki kesempatan untuk melakukan berbagai
hal yang belum pernah mereka lakukan serta belajar mengambil peran yang baru dalam
kehidupannya. Remaja mampu menjalankan peran sosialnya di masayarakat apabila remaja
tersebut telah berhasil membentuk identitas dirinya.

Oleh karena itu untuk dapat menyelesaikan krisis identitas dalam upaya membentuk identitas
dirinya, remaja sangat membutuhkan dukungan dari teman sebayanya. Dukungan sosial yang
didapat melaui teman sebayanya remaja dapat memperoleh timbal balik atas apa yang remaja
lakukan dalam lingkungan sosialnya sehingga remaja menjadi tahu kelebihan dan kekurangan
yang ada pada dirinya, selain itu remaja dapat memperoleh informasi-informasi penting terkait
dengan hal apa saja yang harus remaja lakukan agar remaja mampu membentuk identitas
dirinya. Melalui informasi yang diperoleh melalui teman sebaya dalam bentuk dukungan sosial,
remaja dapat mengetahui dan mengerti mengenai siapa dirinya, apakah yang remaja inginkan
di masa yang akan datang serta peran sosial apa yang harus dijalankan dalam kehidupan
sosialnya. Dalam hal ini remaja sudah mampu membentuk identitas dirinya yang optimal.

Remaja yang telah berhasil membentuk identitas dirinya yang stabil akan memperoleh suatu
pandangan yang jelas tentang dirinya, memahami perbedaan dan persamaannya dengan
orang lain, menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya, penuh percaya diri, tanggap terhadap
berbagai situasi, mampu mengantisipasi tantangan masa depan serta mengenal perannya
dalam masyarakat. Oleh karena itu, dukungan sosial merupakan salah satu hal penting untuk
pembentukan identitas diri seorang remaja. Dukungan sosial yang bersumber dari kelompok
teman sebaya dapat membantu remaja mengatasi krisis dalam upaya pencapaian identitas.

Dukungan dari teman sebaya membuat remaja merasa memiliki teman senasib, teman untuk
berbagi minat yang sama, dapat melaksanakan kegiatan kreatif, saling menguatkan bahwa
mereka dapat berubah ke arah yang lebih baik dan memungkinkan remaja memperoleh rasa
nyaman, aman serta rasa memiliki identitas diri. Dukungan teman sebaya biasanya terjadi
dalam interaksi sehari-hari remaja, misalnya melalui hubungan akrab yang dijalin remaja
bersama teman sebayanya melalui suatu perkumpulan

Remaja bisa menjadi korban seperti: perkosaan, kehamilan tidak diinginkan, terinfeksi HIV.
Ada beberapa cara untuk memberikan dukungan sosial korban. Menurut Sarafino (2006),
dukungan sosial dibagi menjadi 4 yaitu dukungan emosional dan penghargaan, dukungan
instrumental, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan (library.binus.ac.id)

1. Dukungan emosional dan penghargaan. Kedua dukungan ini mengarah pada pemberian
perhatian, kepedulian, ekpresi empati, dan kasih sayang pada korban. Selain itu, Kita juga
bisa memberikan dorongan yang positif serta menghargai ide, keputusan, dan perilaku
yang korban lakukan.
2. Dukungan Instrumental. Dukungan ini mengarah pada pemberian bantuan secara
langsung atau tidak langsung yang dapat berupa jasa atau benda. Misalnya, memberikan
perlengkapan hidup, kebutuhan rumah tangga, dan membantu korban mengurus
kehidupan mereka.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 83
3. Dukungan Informasi. Dukungan ini mengarah pada pemberian saran, nasihat, kritikan, dan
petuah yang dapat membantu korban untuk menghadapi kerasnya hidup dan perlakuan
diskriminatif yang mungkin diterima dengan sabar dan tabah.
4. Dukungan persahabatan. Dukungan ini erat kaitannya dengan hakikat kita sebagai
makhluk sosial. Dukungan ini mengarah pada pemberian dukungan berupa penerimaan
dalam sebuah kelompok atau lingkungan sehingga erasa diterima sebagai bagian dari
masyarakat.
Dukungan dapat dikelompokkan menjadi:
1. dukungan teman sebaya
2. dukungan sosial, dari masyarakat sekitar
3. dukungan layanan kesehatan (Puskesmas PKPR)
4. dukungan hukum, dari kepolisian dan pengadilan
5. dukungan psikologis, dari pusat konsultasi psikologis atau pusat krisis dan penanganan
kekerasan

Hak Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksual Dengan Kualitas yang
Tertinggi
Menurut IPPF Charter, maka terdapat 5 Hak Kesehatanb Reproduksi Remaja, yaitu:
1. Hak untuk menjadi diri sendiri dan terbebas dari stigma dan diskriminasi
2. Hak untuk mendapatkan informasi dan pendidikan terkait kesehatan reproduksi
3. Hak untuk mendapatkan layanan yang dibutuhkan untuk mewujudkan kesehatan
reproduksi
4. Hak untuk melindungi diri sendiri dan terlindungi dari segala risiko reproduksi, seperti:
kehamilan yang tidak diinginkan, IMS, HIV dan AIDS serta risiko lainnya
5. Hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan dan implementasi program dan kebijakan
menyangkut kesehatan reproduksi.

Kebijakan di Indonesia terkait hak kesehatan reproduksi tersebut:


Undang-Undang Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nomor 52 Tahun
2009 membatasi akses ke pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk kebijakan
yang menetapkan bahwa Keluarga Berencana dan kontrasepsi hanya untuk pasangan yang
sudah menikah.
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 129 tahun 2013 tentang pengendalian HIV dinyatakan
bahwa penggunaan kondom untuk penderita ims ditujukan untuk pencegahan ims
Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, terutama pasal 79, 136, dan 137 yang
mengatur mengenai pemeliharaan kesehatan remaja termasuk kesehatan reproduksi.
Peraturan Pemerintah No 61 tahun 2014, yang mengatur berbagai kebijakan terkait
kesehatan reproduksi seperti pengaturan mengenai akses kesehatan reproduksi, hak setiap
orang dalam bereproduksi, mengenai aborsi yang diperbolehkan dan sebagainya

Kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi remaja berdasarkan data:


Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia pada 2007, yang menggambarkan bahwa 50%
kaum muda berusia antara 15-24 tahun membutuhkan layanan Keluarga Berencana (KB).

84 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Kebutuhan layanan yang tidak terpenuhi ini juga ditegaskan dalam angka Unmet Need keluarga
berencana untuk wanita usia 15-24 tahun yaitu 9,8 %. Angka ini sedikit lebih tinggi dari Unmet
Need total yaitu 9%. Artinya, tingkat kebutuhan yang belum terpenuhi pada kelompok ini
relatif tetap dari semenjak tahun 1997.

Studi lain yang dilakukan oleh PKBI6 mengenai Pengetahuan dan Sikap terhadap Kesehatan
Seksual dan Reproduksi dan Hak Asasi (SRHR) atas 2400 kaum muda di 24 kota mengungkapkan
bahwa 26,5% kaum muda mengalami kesulitan mengakses informasi SRHR dan 46,7% merasa
sulit untuk mendapatkan kondom.

Survei Komnas Perlindungan Anak bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA)
di 12 provinsi pada 2007 diperoleh pengakuan remaja bahwa sebanyak 62,7% siswa SMP
mengaku sudah melakukan seks sebelum menikah. Data lain yang dimiliki PKBI dari semenjak
1992 hingga 2010 menunjukkan angka yang konsisten, sekitar 10-20% remaja usia 15-24 tahun
yang mengaku sudah melakukan hubungan seksual sebelum menikah.

Sebuah studi yang dilakukan oleh PKBI pada tahun 2010 juga mengungkapkan terdapat 17,1%
kaum muda telah melakukan hubungan seksual. Studi lainnya yang diadakan PKBI di kliniknya
dari 2004-2007 menemukan bahwa 8,6% dari 31.697 kasus kehamilan yang tidak diinginkan
dan membutuhkan akses ke konseling dan layanan terjadi pada remaja perempuan di bawah
21 tahun. Selain itu, Kementerian Kesehatan melaporkan, pada tahun 2009 ada 52,5%
penderita HIV berusia di bawah 30 tahun. Artinya, tingkat prevalensi di kalangan anak muda
telah meningkat drastis akibat penularan dari penggunaan narkoba suntik dan hubungan seks
tanpa kondom7.

Sehubungan masalah kespro remaja dengan kebijakan pemerintah terkait kespro tersebut
diatas, tindakan yang dapat diambil sehubungan permasalahan yang dialami sbb (referensi):

Masalah Kemungkinan Konsekuensi Rekomendasi


atau Perilaku tindakan dari
berisiko remaja atau
orang tua
Hubungan seksual Lanjut hubungan Hubungan lawan Mengikuti kegiatan positif
Putus paksa jenis backstreet (olahraga, music, dll)
Hamil Menghentikan
Tertular IMS, HIV berhubungan
Berpacaran
Kehamilan Aborsi Perdarahan, Melanjutkan pendidikan,
meninggal home schooling
Antenatal care ke fasilitas
kesehatan
Konsumsi NAPZA Melanjutkan Kecanduan Terapi kecanduan
penggunaaan Meninggal dunia
Napza atau karena overdosis
menghentikannya

6 The Jakarta Globe, 28 Maret 2011


7 Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan Indonesia 2010

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 85
Informasi Pusat-Pusat Pelayanan Yang Bisa Memberikan Dukungan Dan
Bantuan
Puskesmas, praktik bidan, praktik dokter, klinik, rumah sakit
Peran provider di sektor kesehatan:
Merespon kekerasan seksual
Memberikan pelayanan klinis
Mengumpulkan bukti forensik
Merujuk untuk intervensi krisis lebih lanjut
Mencegah kekerasan seksual dan stigmatisasi, dengan berkolaborasi dengan sektor-sektor
lain yang terkait.

Yang perlu diperhatikan sebelum pemeriksaan korban kekerasan seksual:


Korban jangan menunggu terlalu lama
ijin tertulis untuk pemeriksaan
sebaiknya polisi & dokter memeriksa dalam waktu yang bersamaan
dokter didampingi perawat perempuan/bidan
dokter menjelaskan apa yang akan dilakukan dan manfaat pemeriksaan

Rujukan:
Puskesmas PKPR terdekat. Minimal terdapat 4 Puskesmas PKPR di setiap Kabupaten/ Kota
di seluruh Indonesia. Staff dan konselor Puskesmas PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja) telah dilatih untuk melayani kebutuhan layanan kesehatan termasuk kesehatan
reproduksi remaja dengan standar yang ramah dan menghargai remaja.
RS polisi di tiap propinsi di bagian P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan Dan Anak)
RSU Propinsi PPT (Pusat Pelayanan Terpadu),
RSU Kab/Kota, RSU Provinsi: Klinik Kesehatan Remaja
Lembaga pelayanan krisis untuk perempuan (Women Crisis Center) atau klinik dan Youth
Center PKBI di daerah
Pusat Krisis Terpadu

86 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Remaja dapat memberikan atau menerima dukungan sosial untuk mencegah atau
mengatasi suatu masalah yang dihadapi. Dukungan sosial adalah bantuan yang
diterima individu dari orang lain atau kelompok di sekitarnya, dengan membuat
penerima merasa nyaman, dicintai dan dihargai.
Remaja yang telah berhasil membentuk identitas dirinya yang stabil akan
memperoleh suatu pandangan yang jelas tentang dirinya, memahami perbedaan
dan persamaannya dengan orang lain, menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya,
penuh percaya diri, tanggap terhadap berbagai situasi, mampu mengantisipasi
tantangan masa depan serta mengenal perannya dalam masyarakat. Oleh karena itu,
dukungan sosial yang positif merupakan salah satu hal penting untuk pembentukan
identitas diri seorang remaja.
Remaja dapat menjadi korban kekerasan, perkosaaan, pelecehan seksual yang
berisiko terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi
Menular Seksual (IMS) dan HIV. Untuk mengatasi masalah tersebut, terdapat banyak
dukungan yang bisa diberikan, antara lain: dukungan teman sebaya; dukungan sosial,
dari masyarakat sekitar; dukungan layanan kesehatan (Puskesmas PKPR); dukungan
hukum, dari kepolisian dan pengadilan; dukungan psikologis, dari pusat konsultasi
psikologis atau pusat krisis dan penanganan kekerasan.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah tekanan teman sebayanya,
Guru segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling untuk
mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.

UNTUK PESERTA DIDIK

Pesan Kunci
Segera cari bantuan atau dukungan jika mengalami masalah kekerasan atau bullying
termasuk kekerasan seksual dan perkosaaan yang bisa berisiko terhadap kehamilan yang
tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi Melular Seksual (IMS) dan HIV.
Perasaan malu dan bersalah seharusnya tidak menjadi penghalang dalam mencari
pertolongan dan bantuan. Sumber (pusat) bantuan yang baik akan menjaga kerahasiaan
identitas yang membutuhkan pertolongan.
Cari tahu dan catat lembaga layanan dan lembaga rujukan lain yang bisa membantu kita
ketika menghadapi masalah kesehatan reproduksi.
Jika malu atau ragu mengakses lembaga layanan atau rujukan tersebut, minta Guru untuk
mendampingi kita ketika mengunjungi lembaga tersebut.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 87
C. Konsep Utama 3: Budaya, Sosial Dan Hak Asasi
Manusia

TOPIK 3.1
BUDAYA DAN HUKUM

Tujuan Pembelajaran:
1. Mengidentifikasi aturan, norma, dan budaya yang berlaku di masyarakat terkait dengan
seksualitas manusia melalui diskusi
2. Mengidentifikasi hukum nasional maupun peraturan lokal yang mempengaruhi penerapan
hak asasi manusia atas kesehatan reproduksi melalui urun pendapat

Keterampilan Yang Dikembangkan:


Berfikir kritis
Pengambilan Keputusan
Komunikasi Efektif

Alat Bantu:
1. Kertas plano
2. Spidol
3. Kartu metaplan

Waktu:
90 menit

Langkah Pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Minta peserta membentuk 4 (empat) kelompok.
3. Bagikan kertas plano dan spidol kepada masing-masing kelompok
4. Tugas kelompok adalah:
Tuliskan pesan-pesan positif dan pesan-pesan negatif tentang seksualitas yang ada di
masyarakat
5. Minta setiap kelompok mempresentasikan hasil kelompoknya.
6. Tanyakan kepada peserta:
Apakah lebih banyak pesan positif atau negatif tentang seksualitas?
Kenapa hal tersebut bisa terjadi?
7. Bagikan 2 (dua) kartu metaplan kepada masing-masing peserta.
8. Minta peserta menuliskan peraturan, kebijakan atau hukum nasional dan lokal yang
mereka ketahui menyangkut seksualitas. Tulis satu kebijakan atau peraturan per kartu.

88 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
9. Ajak peserta berdiri melingkar dan susun kartu yang mereka tulis di lantai. Minta peserta
menyampaikan pendapatnya mengenai kebijakan dan peraturan tersebut.
10. Tanyakan kembali:
Apakah lebih banyak pesan positif atau negatif tentang seksualitas dalam produk
hukum atau kebijakan tersebut?
11. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi setempat bila dianggap


bertentangan dengan norma, budaya, dan agama/ keyakinan.

Ide pokok:
Perilaku seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain norma atau aturan termasuk
aturan agama yang berlaku mulai dari tingkat keluarga, masyarakat, nasional bahkan
internasional
Setiap pilihan perilaku seksual memiliki konsekuensi yang menyertainya
Faktor budaya mempengaruhi perilaku seksual mengenai apa yang dapat diterima dan tidak
dapat diterima oleh masyarakat
Perjanjian Internasional dan perangkat hak asasi manusia memberikan panduan tentang
kesehatan seksualitas dan kesehatan reproduksi

Bahan Bacaan

BUDAYA DAN HUKUM MENYANGKUT KESEHATAN REPRODUKSI DI INDONESIA


Norma sosial dan kebjiakan merupakan produk dari masyarakat pembuatnya. Sehingga
isi norma sosial dan produk hukum atau kebijakan tersebut menggambarkan pandangan
pembuatnya tentang topik atau isu yang dibahas.

Sensus penduduk 2010 Biro Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia8 mencatat bahwa
Indonesia memiliki 237,6 juta penduduk. Dimana 27,6% dari total jumlah penduduk tersebut
adalah remaja dengan rentang usia 15-24 tahun.

Dari seluruh Provinsi di Indonesia, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur adalah tiga
Provinsi dengan jumlah penduduk remaja terbesar di Indonesia dengan persentase masing-
masing 17,97%, 13,65%, dan 12,1%. Sementara itu, Papua Barat adalah provinsi dengan jumlah
penduduk muda paling sedikit, dengan presentase 0,35%9.

Lebih lanjut, BPS mengemukakan, 38,56% dari total jumlah penduduk remaja atau sebanyak
15,8 juta penduduk muda telah bekerja10, 39,2 persennya atau 16,09 juta penduduk remaja

8 Sensus Penduduk 2010, Biro Pusat Statistik Republik Indonesia


9 Sensus Penduduk 2010, BPS
10 BPS: Sensus Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), Agustus 2010

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 89
masih sekolah11. Selama periode 2000-2009 ditemukan penurunan jumlah penduduk muda
yang bekerja, dari 54,8% pada tahun 2000 menjadi 50,3% pada tahun 2009. Dari data tersebut
juga ditemukan, lebih banyak penduduk muda laki-laki yang bekerja dibandingkan penduduk
muda perempuan12.

Dilihat dari beragamnya latar belakang demografis dan sosial, remaja di Indonesia memiliki
potensi, kontribusi, kebutuhan, dan tantangan yang juga beragam. Jenis perhatian dan investasi
yang diberikan pemerintah di dalam berbagai aspek tersebut kepada remaja akan menentukan
seberapa besar kontribusi remaja di dalam pembangunan. Dalam hal kependudukan terdapat
beberapa aspek yang saling terkait dalam menentukan kontribusi signifikan remaja terhadap
pembangunan, yaitu pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.

A. SITUASI KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI REMAJA DI INDONESIA

1. Pacaran
Pacaran di Indonesia dimulai pada usia yang cukup muda. Seperempat perempuan dan
setengah dari laki-laki memulai pacaran pada usia kurang dari 15 tahun (SKRRI, 2007). Tingkat
kehamilan pada remaja perempuan cukup tinggi. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI, 2007) mencatat bahwa 8,5% remaja perumpuan usia 15-19 tahun hamil dimana 1 dari
5 remaja perempuan usia 19 tahun telah hamil atau menjadi ibu. Tingkat kehamilan remaja
perempuan ditemukan lebih tinggi di wilayah pedesaaan.

2. Kehamilan dan Pernikahan Dini


Kehamilan dan pernikahan di usia dini masih banyak terjadi di Indonesia. Ini tercermin salah
satunya dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, yang menunjukkan
bahwa tingkat kelahiran remaja atau Age Specific Fertility Rate (ASFR) usia 15-19 berada pada
35/1000, Ini berarti bahwa terjadi 35 kelahiran per 1000 perempuan usia 15-19.

Perlu dicatat bahwa angka ASFR tidak memperhitungkan kelahiran yang terjadi pada perempuan
yang belum menikah. Sehingga realitas di lapangan bahwa lebih banyak kehamilan di usia dini
di kalangan remaja bila dibandingkan dengan angka ASFR sangat mungkin terjadi.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014, menargetkan bahwa secara


nasional ASFR 15-19 pada tahun 2014 adalah sebesar 30/ 100013, oleh karena itu perlu usaha
keras untuk mencapainya. Apalagi bila kita mengacu data Bank Dunia (World Bank) seperti
dalam tabel 1.1. berikut :
Tabel 1. Adolescent Fertility Rate 15-19
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Adolescent fertility rate
(births per 1,000 women 46,692 45,905 45,118 44,563 44,008 -
ages 15-19)
Sumber : Indonesian Data on Health, World Bank 2010

11 Berdasarkan Sensus Penduduk, Mei 2010


12 Ibid, , Halaman.19
13 Lampiran RPJMN 2010-2014, Peraturan Presiden Republik Indonesia no 5 tahun 2010. Bappenas, 2010

90 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Tabel 1. memperlihatkan bahwa dalam 5 tahun belakangan tidak terjadi perubahan yang
signfikan dalam penurunan angka ASFR pada usia 15-19 tahun. Angka ASFR perlu menjadi
perhatian mengingat jumlah remaja perempuan yang secara demografis besar, sekitar 10 juta
pada tahun 2010 (BPS, 2010).

Selain kehamilan pada usia dini, pernikahan dini masih merupakan praktik yang umum terjadi
di Indonesia. Berdasarkan Riset Dasar Kesehatan Indonesia (Riskerdas) 2010, 46,4% dari
remaja perempuan di Indonesia telah menikah sebelum menginjak umur 20 tahun. Hukum
diskriminatif, kemiskinan, kebiasaan sosial dan agama serta ketidaksetaraan gender turut
berkontribusi pada keberlangsungan praktik pernikahan dini ini. Selain itu, terbatasnya hukum
aborsi serta adanya stigma terhadap kehamilan di luar nikah membuat remaja perempuan
yang hamil tanpa pernikahan seringkali dipaksa menikah. Ditemukan bahwa anak yang sudah
menikah dan remaja yang hamil umumnya tidak melanjutkan pendidikan mereka. Perlindungan
Negara dalam pencegahan pernikahan dini belum maksimal dilakukan karena UU Perkawinan
No 1 tahun 1974 pasal 7 (1) masih menetapkan usia minimum pernikahan untuk anak laki-laki
pada 19 tahun dan 16 tahun untuk anak perempuan.

3. Infeksi Menular Seksual (Termasuk HIV)


Tiga indikator penting untuk memperkirakan kerentanan remaja terhadap HIV adalah dengan
menganalisis tingkat pengetahuan, perilaku berisiko dan keterpaparan remaja terhadap
program yang efektif. Pengukuran ketiga indikator tersebut menunjukkan bahwa remaja
Indonesia berada dalam posisi rentan.

Implikasi lain dari terbatasnya akses informasi, layanan kesehatan, serta kentalnya stigma
terhadap seksualitas remaja yaitu tidak terlindunginya remaja dari infeksi menular seksual
termasuk HIV. Kementerian Kesehatan melaporkan 52,5% orang dengan HIV berusia di bawah
30 tahun dengan tingkat infeksi tertinggi adalah kelompok yang paling aktif secara seksual,
yaitu usia 20-29 tahun (46,4%), diikuti oleh usia 30-39 tahun (31,5%). Jumlah kasus AIDS
kumulatif dari 1 April 1987 sampai Desember 2011 tercatat 28,757 kasus.

Survei-survei tingkat nasional secara konsisten memberikan gambaran bahwa tingkat


pengetahuan komprehensif HIV dan AIDS pada remaja secara umum, masih lebih rendah dari
20%. Padahal, kalau dibandingkan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014
RPJMN, adalah 95% pada akhir tahun 2014.

Terdapat beberapa data mengenai perilaku seks remaja. Angka yang ada memang sangat
fantastis, misalnya survei Komnas Perlindungan Anak bekerja sama dengan Lembaga
Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada 2007 diperoleh pengakuan remaja bahwa:
Sebanyak 62,7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan. Tapi dari survei yang dilakukan PKBI
pada tahun 2010 memperlihatkan bahwa dari usia 13-16 tahun atau usia SMP sekitar 10 %. Hal
yang perlu dicatat disini bukan masalah sedikit atau banyaknya, namun fenomena ini memang
ada dan perlu dilakukan langkah bersama untuk mengatasi hal ini.

Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia - SKRRI (Kemenkes & BPS, 2007), penelitian
terhadap siswa SMA di 6 kota (Kemenkes, 2008 dan 2009), dan Riset Kesehatan Dasar -
Riskesdas (Kemkes, 2010) memberikan hasil yang relatif konsisten tentang persentase remaja
yang memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV dan AIDS relatif rendah yaitu di
bawah 20%.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 91
Penelitian yang dilakukan oleh KPAN tahun 2010 menunjukkan bahwa alasan responden
perempuan melakukan hubungan seks adalah karena hubungan seksual terjadi begitu saja
sehingga tidak ada upaya pencegahan yang bisa dilakukan (38%), dipaksa pasangan (21%),
karena keingintahuan atau berpikir bahwa mereka akan segera menikah (7%), dan dipengaruhi
teman (4%). Hal ini menunjukan bahwa perempuan muda yang sudah melakukan hubungan
seks tidak pernah merencanakan hubungan seksual pertamanya dan 1 dari 5 remaja perempuan
mengalami kekerasan dari pasangannya.

4. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dan Aborsi tidak aman


Aborsi yang tidak aman pada remaja adalah dampak dari pengacuhan negara dan masyarakat
terhadap remaja. Remaja sering dipersalahkan padahal sebenarnya mereka adalah korban.
Remaja sering dianggap sebagai mahluk yang aseksual, sehingga remaja cenderung lebih
sering diacuhkan dan diharapkan mereka dapat mencari sendiri informasi seksualitas yang
mereka butuhkan.

Lebih jauh, bila kehamilan yang tidak diinginkan terjadi pada perempuan di usia sekolah, siswi
tersebut akan dipersalahkan dan pandangan pihak sekolah yang bias gender akan menciptakan
diskriminasi ganda terhadap perempuan. Pertama, diskriminasi dalam hal pendidikan karena
siswi tersebut tidak dapat meneruskan pendidikan yang seharusnya dipenuhi sebagai bagian
haknya sebagai warga negara. Kedua, akses terhadap layanan kesehatan yang seringkali tidak
ramah terhadap remaja membuat remaja tersebut kebingungan tanpa memiliki pilihan.

Data riset remaja PKBI tahun 2010 menunjukkan bahwa mayoritas remaja masih mempercayai
mitos-mitos terkait seksualitas terutama ketika mengalami kehamilan yang tidak diinginkan
misalnya : minum jamu-jamuan, dipijat-pijat dan loncat-loncat. Ini sangat berbahaya karena
ini mengancam hidup remaja perempuan itu. Tingginya kepercayaan remaja terhadap mitos
terkait seksualitas menunjukkan bahwa remaja masih memiliki pengetahuan yang minim
dalam aspek seksual.

Implikasi dari tidak cukupnya informasi mengenai sekualitas dan reproduksi yang kompehensif,
terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi serta stigma sosial yang
melekat pada seksualitas remaja salah satunya adalah rentannya remaja perempuan terhadap
kematian akibat aborsi yang tidak aman.

Karena dibatasi oleh hukum, umumnya tindakan aborsi tidak diketahui. Akan tetapi setiap
tahunnya diperkirakan ada sekitar 2 juta aborsi terjadi di Indonesia dan kebanyakan tidak
dilakukan dengan aman. Studi PKBI pada 2000-2010 menunjukkan bahwa dari 94.270
kasus kehamilan yang tidak diinginkan, sekitar 20%-nya berasal dari remaja perempuan dan
perempuan dewasa yang/atau belum menikah. Menurut Bappenas (Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional), komplikasi dari aborsi tidak aman berkontribusi 6-16% pada angka
kematian ibu nasional di Indonesia14. Aborsi yang tidak aman dapat menciptakan risiko yang
tidak dapat dibenarkan bagi kesehatan dan hidup kaum perempuan.

14 Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan Indonesia 2010

92 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
5. Kekerasan Seksual
Berdasarkan laporan Komnas Perempuan tahun 2010, jumlah kasus kekerasan terhadap
perempuan-pelecehan seksual, perkosaan, perdagangan perempuan untuk industri seks
meningkat secara tajam. Kekerasan seksual saaat ini tercatat merupakan sepertiga kasus dari
semua kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia.

Penelitian terhadap pekerja perempuan ditemukan bahwa sekitar 60% pekerja perempuan
pernah mengalami kasus pelecehan seksual (Sumardi & Setyowati, 1999). Sementara praktek
sunat perempuan di Indonesia yang kebanyakan menjadi simbol dan dilakukan dengan
cara menggores klitoris, masih tetap merupakan manifestasi untuk mengontrol tubuh dan
seksualitas perempuan.

Memahami Hak Reproduksi Remaja Sebagai Bagian Dari HAM

Setiap orang lahir dengan hak asasi manusia termasuk hak reproduksi yang harus dihargai. Hak
tidak datang bersamaan dengan tanggung jawab bahkan orang yang tidak bertanggung jawab
sekalipun tetap memiliki hak. Hak perlu dipelajari dan dilatih dengan menghargai sepenuhnya
hak orang lain (tanggung jawab)

Hak reproduksi remaja (IPPF Charter)


Hak atas informasi
Hak atas pelayanan
Hak untuk melindungi diri dan dilindungi
Hak untuk menjadi diri sendiri
Hak untuk berpartisipasi dan dilibatkan dalam pembuatan keputusan
Hak reproduksi remaja merupakan bagian dari hak asasi manusia. Hak seksual dan reproduksi
ini bisa digunakan sebagai instrumen untuk melihat apakah terjadi pelanggaran oleh negara
terhadap pemenuhan hak-hak ini bagi kesejahteraan dan kesehatan remaja.

Jika kita melihat realita kasus seperti orang tua yang menjual anak remaja nya (trafficking)
sehingga anaknya menjadi pekerja seks dan kemudian HIV positif, maka tidak hak kesehatan
reproduksi saja yang dilanggar. Realita tersebut juga menggambarkan hak asasi manusia dan
hak anak untuk hidup sehat, terbebas menjadi korban trafficking, hak untuk dilindungi, hak
mendapat pendidikan dan layanan kesehatan. Misalnya pada realita tersebut, walaupun sudah
sampai HIV, maka remaja tersebut tetap perlu memperjuangkan kesehaatannya/obat untuk
tetap hidup, gizi untuk tumbuh kembang dan hidup, pendidikan, dll.

Orang tua yang menjual anaknya (trafficking) bisa dikenai sanksi hukum dengan melaporkan
kepada polisi. Jika menemukan kasus remaja sebagai korban trafficking maka bisa menghubungi
Kepolisian, Dinas Sosial terdekat atau LSM yang bergerak untuk isu trafficking.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 93
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Perilaku seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain norma atau aturan
termasuk aturan agama dan hukum yang berlaku mulai dari tingkat keluarga,
masyarakat, nasional bahkan internasional. Setiap pilihan perilaku seksual memiliki
konsekuensi yang menyertainya. Perilaku seksual yang berisiko berdampak pada
kehamilan yang tidak diinginkan, Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV.
Semua orang termasuk remaja memiliki hak untuk sehat secara rerproduksi dan
terbebas dari kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan NAPZA, Infeksi
Menular Seksual (IMS), serta HIV-AIDS.
Peraturan dan hukum dibuat untuk menjamin hak sehat semua orang terpenuhi
termasuk menjamin akses semua orang dalam mendapatkan layanan untuk
mencegah dan mengobati jika terjadi kejadian atau kasus yang berhubungan dengan
kesehatan reproduksi.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah tekanan teman sebayanya,
Guru segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling untuk
mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.

UNTUK PESERTA DIDIK

Pesan Kunci
Norma sosial, nilai-nilai agama dan norma hukum menolak semua praktek-praktek
perilaku yang berisiko terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza,
Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV.
Pada prinsipnya, peraturan/ kebijakan negara terkait kesehatan reproduksi disusun
adalah untuk menjamin semua orang dan remaja agar tercegah dari risiko reproduksi
yang mungkin bisa dialami. Peraturan tersebut juga dibuat untuk memastikan setiap
orang tidak akan melakukan perilaku yang berisiko terhadap dirinya maupun orang lain.
Pelajari peraturan-peraturan terkait kesehatan reproduksi di Indonesia untuk membantu
membuat keputusan terbaik menyangkut kesehatan reproduksi.

94 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
TOPIK 3.2
PERAN MEDIA

Tujuan Pembelajaran:
1. Mengidentifikasi gambaran yang tidak realistis yang ditampilkan di media berkenaan
dengan perilaku berisiko melalui curah pendapat
2. Mendeskripsikan dampak positif dan negatif dari pesan media pada remaja melalui
diskusi
3. Menjelaskan pengaruh media terhadap peran gender melalui diskusi

Keterampilan Yang Dikembangkan:


1. Berfikir kritis
2. Pengambilan Keputusan
3. Komunikasi Efektif

Alat Bantu:
1. Kertas plano
2. Spidol

Waktu
90 menit

Langkah Pembelajaran
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran.
2. Buat dua lingkaran yang berpotongan di papan tulis. Beri lingkaran pertama dengan judul
laki-laki, lingkaran kedua dengan judul perempuan dan perpotongannya dengan judul
keduanya.
Keduanya

Laki-Laki Perempuan

3. Jelaskan bahwa kita ingin melihat bagaimana media massa menggambarkan laki-laki dan
perempuan atau malah ada pesan terhadap keduanya.
4. Minta peserta didik membentuk 4 (empat) kelompok.
5. Bagikan kertas plano dan spidol kepada masing-masing kelompok

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 95
6. Tugas kelompok adalah:
Ciri-ciri apa yang digambarkan hanya dalam iklan laki-laki? Tulislah dalam daftar
lingkaran dengan judul laki-laki
Ciri ciri apa yang hanya ada dalam iklan perempuan? Tulislah daftar dalam lingkaran
dengan judul perempuan
Apakah ada ciri-ciri yang digambarkan dalam iklan laki-laki dan perempuan? Buatlah
daftar pada lingkaran yang berpotongan.
Apa yang kamu lihat tentang lingkaran tersebut? Ide apa yang dipromosikan oleh iklan
tentang bagaimana perempuan seharusnya bersikap dan berperilaku? Bagaimana
tentang laki-laki?
Bagaimana kedua gambaran ini menciptakan atau mendorong stereotipe gender? Nilai
apa yang mereka jual untuk perempuan dan laki-laki?``
7. Minta kelompok mempresentasikan hasil kelompoknya.
8. Tanyakan kepada peserta didik:
Bagaimana gambaran ini dibandingkan dengan kehidupan nyata? Apakah kehidupan
nyata menjadi laki-laki dan perempuan berbeda atau sama dengan gambaran tersebut?
Pada bagian mana gambar media menjadi stereotipe? Apakah media menciptakan
stereotipe baru atau mereka hanya mengulang dan mendukung stereotipe yang telah
ada di dalam lingkungan masyarakat? Mengapa?
Bagaimana remaja terpengaruh oleh gambar yang digambarkan oleh media? Apakah
kamu pernah merasa buruk setelah melihat iklan di majalah atau menonton iklan di TV?
Apa yang orang lakukan jika menemukan iklan yang menyinggung atau bertentangan
dengan stereotipe yang mereka gambarkan?
9. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi setempat bila dianggap


bertentangan dengan norma, budaya, dan agama/ keyakinan.

Ide pokok:
Media mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap citra tubuh, perilaku seksual dan
peran gender
Penggambaran negatif dari media masa terhadap laki-laki dan perempuan mempengaruhi
kepercayaan diri seseorang

Bahan Bacaan

PENGARUH MEDIA MASSA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


Media massa adalah sarana/alat untuk menyampaikan informasi, gagasan, iklan, pendidikan,
dan hiburan kepada masyarakat luas. Media massa adalah alat yang digunakan dalam
penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan
alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Media massa
adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat

96 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis
komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa
mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007).

Jenis media massa yaitu media yang berorentasi pada aspek:


penglihatan (verbal visual) misalnya media cetak,
pendengaran (audio) semata-mata (radio, tape recorder), verbal vokal
pendengaran dan penglihatan (televisi, film, video) yang bersifat verbal visual vokal
(Liliweri, 2001)
Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat
kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan
rekreasi, atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan.

Saat ini permasalahan kesehatan reproduksi remaja meningkat karena makin awalnya kematangan
seksual remaja. Makin dini usia kematangan seksual remaja, maka makin panjang periode risiko
kesehatan reproduksinya. Perkembangan organ reproduksi yang ditandai dengan meningkatnya
aktivitas seksual remaja menyebabkan berbagai tantangan masalah kesehatan reproduksi.

Remaja menempatkan media massa sebagai sumber informasi seksual yang lebih penting
dibanding orangtua. Tayangan media massa yang menonjolkan aspek pornografi diyakini erat
hubungannya dengan meningkatnya berbagai kasus kekerasan seksual. Menurut Kartono
(2003), rangsangan seksual yang kuat dari berbagai sumber seperti media (blue film dan
majalah porno), godaan dan rangsangan dari lawan jenis mengakibatkan kematangan seksual
anak menjadi lebih cepat. Di Indonesia, pornografi telah menjadi hal yang sangat umum karena
mudah diakses. Aliansi Selamatkan Anak Indonesia (2006) menyatakan bahwa Indonesia
merupakan negara tanpa aturan pornografi yang jelas. Remaja merupakan populasi terbesar
sasaran pornografi. Konsumen utama pornografi adalah laki-laki usia 12-17 tahun. Suatu studi
melaporkan bahwa pornografi menyebabkan dorongan seksual lebih tinggi pada remaja laki-
laki dibanding perempuan. Menurut remaja laki-laki yang pernah berhubungan seks, salah
satu faktor yang menyebabkan mereka melakukannya adalah pengaruh menonton film porno.

Survei dari Yayasan Kita dan Buah Hati di Jabodetabek tahun 2005 menunjukkan bahwa
lebih 80% anak usia 9-12 tahun telah mengakses materi pornografi melalui situs-situs
internet. Sebagian besar dari mereka merupakan pelajar yang sedang mencari bahan
pelajaran untuk memenuhi tugas sekolah. Dampak menonton film porno terhadap
perilaku remaja adalah terjadinya peniruan yang sangat memprihatinkan. Adegan
dalam film porno akan merangsang remaja untuk meniru atau mempraktikkan hal yang
dilihatnya. Efek paparan pornografi tidak hanya berupa pengetahuan tentang pornografi,
tetapi sampai pada aspek afektif dan bahkan kecenderungan untuk berperilaku.

Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup berarti untuk
memberikan informasi tentang menjaga kesehatan khususnya kesehatan reproduksi remaja.
Dengan adanya artikel-artikel yang dibuat dalam media massa, remaja akan mengetahui hal-
hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Media Massa
berperan untuk menginformasilkan berbagai akses persoalan yang terkait dengan kesehatan
reproduksi kepada publik. Informasi yang diberikan diharapkan bermanfaat bagi publik untuk

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 97
memilih tindakan yang tepat dalam mengatasi persoalan terkait. Di sisi lain, media massa
bisa diperlukan ketika berbagai pihak belum atau kurang menunjukkan kepedulian terhadap
permasalahan kesehatan reproduksi. Pengawasan oleh media massa akan terwujud melalui
sorotan yang mempertanyakan rasionalisasi kebijakan publik tentang kesehatan reproduksi,
implementasi dan pengawasannya dengan mengungkap berbagai persoalan yang terjadi.

Menghindari Peran Negatif Media


Banyak penelitian tentang iklan, salah satunya dilakukan Sita van Bammelen pada penelitian
era tahun 70 an terhadap iklan-iklan di barat yang membuktikan bahwa perempuan gambarkan
dalam stereotip yang cenderung merendahkan posisi perempuan. Lima belas tahun kemudian
- masih menurut Bammelen - ternyata iklan tidak ada perubahan.

Hal yang sama ternyata terjadi di Indonesia. Thamrin Amal Tamagola (1990) menyimpulkan
bahwa iklan media cetak memperlihatkan adanya dominasi bias gender. Tidak hanya pada
media cetak, iklan di televisi pun banyak yang mencerminkan itu. Dalam buku hasil penelitian
terhadap 45 iklan selama Juli 2003 lalu, diketahui bahwa iklan-iklan masih saja banyak yang
bias gender.

Remaja sebagai konsumen media massa banyak belajar dan meniru dari iklan-ikaln tersebut.
Contohnya tentang konsep cantik yang digambarkan berambut lurus, kulit putih dan langsing,
membuat banyak perempuan meluruskan rambut, menggunakan berbagai obat untuk
pemutihan kulit termasuk obat-obat pelangsing bahkan mengontrol pola makan hingga
perilaku anoreksia (membuang sengaja makanan setelah dimakan) yang tidak sehat.

Iklan dan media massa telah memberikan ide kadang tidak realistis dan bias tentang seharusnya
menjadi laki-laki dan perempuan di masyarakat. Bahkan remaja cenderung menjadi target
pasar konsumerisme produk-produk yang diiklankan media.

Pengaruh Media Internet Pada Remaja


Internet ialah jaringan global antar komputer untuk berkomunikasi dari satu lokasi ke lokasi
lainnya di belahan dunia (seperti sekolah, universitas, institusi riset, museum, bank, perusahaan
bisnis, perorangan, stasiun TV ataupun radio).

ManfaatUmum
Mencari informasi: sekolah, pelajaran, bisnis, pekerjaan; chatting; reservasi: tiket, hotel;
menjual barang atau jasa; shopping; membayar tagihan: telpon, asuransi, kartu kredit; e-mail;
diskusi secara oline atau konferensi.

Manfaat dalam Dunia Pendidikan


Dalam dunia pendidikan internet dapat membantu siswa untuk mengakses berbagai informasi
dan ilmu pengetahuan serta sharing riset antarsiswa terutama dengan mereka yang berjuauhan
tempat tinggalnya.

Pengaruh Negatif
Aneka macam materi yang berpengaruh negatif pun bertebaran di internet. Misalnya:
pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat

98 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun.
Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui internet. Bahkan,
melalui internet orang juga melakukan penipuan dan pencurian.

Internet, kata yang tidak asing di telinga setiap orang. Saat ini dengan bermodalkan telepon
selular yang memiliki koneksi internet, internet dapat diakses dengan mudahnya melalui HP
dimanapun kita berada. Atau jika tidak, disetiap sudut kota pasti terdapat sebuah Warung yang
menjual jasa internet atau yang biasa disebut dengan Warnet. Dunia Informasi Tanpa Batas,
begitulah orang-orang menyebutnya. Akses atau jalan terhadap penyampaian Informasi-
informasi yang ada didunia ini dapat diambil dengan mudahnya. Banyak Ilmu pengetahuan
yang begitu melimpah disana, informasi mengenai apapun dapat kita temukan di jagat internet
ini.

Walaupun tak dapat dipungkiri bahwa karena adanya kebebasan ini dapat terjadi pula
penyalahgunaan fasilitas internet sebagai sarana untuk kriminalitas atau asusila. Karena remaja
adalah makhluk yang rentan terhadap perubahan disekitarnya, maka mereka cenderung akan
mengikuti hal yang paling dominan yang berada didekatnya.

Remaja yang kesehariannya bergaul dengan internet akan lebih tanggap terhadap perubahan
informasi disekitarnya karena ia terbiasa dan lebih mengetahui tentang informasi-informasi
tersebut sehingga dia lebih daripada yang lainnya. Akan tetapi terdapat juga bahaya pornografi
di internet jika remaja tidak mampu membentengi diri. Terdapat banyak bahaya yang
ditimbulkan oleh pornografi, yang sifatnya secara berangsur-angsur dan bisa menyebabkan
kecanduan.

Berikut ini, beberapa bahaya yang ditimbulkan oleh pornografi berdasarkan penelitian dan
pengamatan di Amerika:
Pornografi dapat membuat anak menjadi korban kekerasan seksual
Terdapat hubungan kuat antara pornografi dengan perkosaan dan kekerasan seksual
Pornografi mendorong remaja melakukan hubungan seks lebih dini bahkan dilakukan
secara tidak terlindungi sehingga mempertinggi resiko penyakit menular seksual, HIV dan
hamil diluar nikah
Pornografi dapat mendorong remaja melakukan tindakan seksual terhadap remaja lain
Pornografi mempengaruhi pembentukan sikap, nilai dan perilaku
Pornografi mengganggu jati diri dan perkembangan anak
Temuan-temuan Psikolog Dr. Victor Cline menyatakan bahwa ingatan-ingatan dari pengalaman
yang terjadi saat perasaan terangsang (termasuk di sini rangsangan seksual) dipatri di otak oleh
epinephrine, suatu hormone dalam glandula adrenalin, dan susah dihapus. Hal ini mungkin
merupakan sebagian penjelasan tentang pengaruh candu pornografi. Melihat pornografi
bisa membuat kondisi seseorang secara potensial mengulangi fantasi seksualnya sewaktu
masturbasi.

Identitas seksual terbentuk secara berangsur-angsur pada masa kanak-kanak dan remaja.
Sebenarnya, anak-anak umumnya tidak memiliki suatu kekuatan seksual alami sampai
menginjak usia 10 dan 12 tahun. Selama perkembangannya, anak-anak khususnya mudah
terkena pegaruh yang mempengaruhi proses perkembangan itu. Jalur singkat melalui

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 99
pornografi membelokkan proses perkembangan kepribadian normal, dengan memberikan
informasi yang salah tentang seksualitas, perasaan terhadap diri dan jasmani yang membuat
anak binggung, berubah dan rusak.

Pornografi sering mengenalkan pada sensasi seksual sebelum waktunya. Padahal secara
perkembangan, anak-anak belumlah siap menghadapinya. Pengetahuan tentang sensasi
seksual ini dapat membingungkan dan memberi rangsangan berlebihan pada anak. Rangsangan
seksual pornografi dan akibat akhir yang diperoleh darinya adalah merusak jiwa. Contohnya,
jika rangsangan awal pada seorang anak lelaki adalah foto-foto porno, dia akan terbiasa
terangsang melalui foto-foto itu. Hasilnya adalah sulit bagi seseorang mengalami kepuasan
seksual, selain dari gambar-gambar porno.

Beberapa contoh perilaku dan risikonya yang bisa terinspirasi dari media

Perilaku Risiko kesehatan Mengatasi masalah


Menonton film porno Kecanduan pornografi; Kegiatan positif
Tidak mampu menahan diri Konseling
untuk mempraktekkannya
sehingga sering menjadi
pelaku pencabulan atau
perkosaan
Masturbasi/ Onani Kecanduan masturbasi/ Kegiatan positif
onani; Konseling
Pada perempuan ada risiko
selaput dara robek ketika
melakukan masturbasi
dengan benda asing;
Konsentrasi menurun
Memasukkan jari/ alat ke Risiko selaput dara robek; Konseling
dalam vagina Jika alat yang dimasukkan
kotor bisa mengakibatkan
keputihan

UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Media kadang bisa memberikan pesan yang salah (mitos) soal kesehatan reproduksi
dan bahkan mempromosikan pornografi. Oleh sebab itu, pilihlah media yang tepat
dan tolak semua bentuk pornografi dalam media karena bisa mengakibatkan
kecanduan.
Mitos (pesan yang salah) dapat mempengaruhi perilaku seseorang menjadi berisiko
terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi Menular
Seksual (IMS) dan HIV.
Pornografi berbahaya dan merusak. Banyak terjadi kasus-kasus pelecehan seksual
dan perkosaan oleh pelaku karena terinspirasi oleh pornografi.

100 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Media mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap citra tubuh, perilaku
seksual dan peran gender
Penggambaran negatif dari media masa terhadap laki-laki dan perempuan
mempengaruhi kepercayaan diri seseorang
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah dengan pornografi, Guru
segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling untuk mendapatkan
bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.

UNTUK PESERTA DIDIK


Pornografi terbukti tidak pernah memberikan manfaat positif,tetapi bisa membuat kita
kecanduan. Bahkan banyak pelaku pelecehan seksual dan perkosaan termotivasi melihat
pornografi.
Pornografi memberikan efek kesenangan sesaat ketika menonton atau melihatnya
dan sifatnya cenderung mendorong orang berulang untuk mengaksesnya. Oleh sebab
itu, karena kita tidak tahu dan yakin apakah kita dapat menahan diri untuk mengakses
pornografi secara terus-menerus dan tidak mempraktekkannya maka cara terbaik adalah
jangan pernah memulai untuk mengaksesnya.
Penggambaran mengenai laki-laki / perempuan, peran, bentuk tubuh yang digambarkan
oleh media masa merupakan steoritipe yang tidak selalu benar, Peserta didik harus
mampu memahami kelebihan dan kekurangan dari diri sendiri dan bangga apa yang ada
dan telah diberikan oleh Tuhan YME

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 101
TOPIK 3.3
KESETARAAN GENDER

Tujuan Pembelajaran:
1. Menjelaskan pemahaman tentang diskriminasi terhadap peran gender melalui diskusi
2. Memberikan contoh diskriminasi terhadap peran gender

Keterampilan Yang Dikembangkan:


1. Berfikir kritis
2. Berfikir kreatif
3. Pengambilan Keputusan
4. Komunikasi Efektif

Alat Bantu:
1. Kertas Plano
2. Spidol

Waktu
90 menit

Langkah Pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Bagi peserta menjadi 2 (dua) atau 4 (empat) kelompok. Yaitu: kelompok laki-laki dan
kelompok perempuan.
3. Bagikan kertas plano dan spidol kepada masing-masing kelompok.
4. Tugas kelompok adalah:
Kelompok Laki-laki
Apakah kamu pernah diminta untuk berperilaku seperti layaknya laki-laki? Perilaku
yang bagaimana yang diinginkan oleh masyarakat seperti layaknya laki-laki? Minta
mereka menuliskan contoh pengalaman tersebut
Alasan apa yang menyebabkan orang lain meminta kamu berperilaku seperti layaknya
laki-laki
Bagaimana perasaan kamu pada waktu itu?
Kelompok Perempuan
Apakah kamu pernah diminta untuk berperilaku seperti layaknya perempuan? Perilaku
yang bagaimana yang diinginkan oleh masyarakat seperti layaknya perempuan?
Minta mereka menuliskan contoh pengalaman tersebut
Alasan apa yang menyebabkan orang lain meminta kamu berperilaku seperti layaknya
perempuan
Bagaimana perasaan kamu pada waktu itu?

102 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
5. Minta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
6. Tanyakan kepada seluruh peserta didik:
Apa harapan masyarakat atas seksualitas laki-laki dan perempuan
Apa anggapan masyarakat tentang sikap mengambil resiko pada laki-laki dan pentingnya
kecantikan tubuh pada perempuan?
Apa yang terjadi pada mu jika kamu tidak berperilaku sesuai dengan selayaknya laki-
laki atau perempuan seperti pandangan masyarakat?
Bagaimana agar harapan masyarakat tentang bagaimana seharusnya laki-laki bertindak
itu dapat lebih fleksibel?
7. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi setempat bila dianggap


bertentangan dengan norma, budaya, dan agama/ keyakinan.

Ide pokok:
Nilai pribadi individu mempengaruhi kepercayaan seseorang tentang diskriminasi dan bias
gender
Kesetaraan gender mendorong pengambilan keputusan yang adil terkait dengan perilaku
seksual dan keluarga berencana
Standar yang berbeda dan tidak adil sering terjadi pada perempuan dan laki-laki

Bahan Bacaan

GENDER DAN KESETARAAN


Gender dipermasalahkan karena konsep gender yang menyebabkan terjadinya pembedaan
peran, posisi dan nilai yang diberikan terhadap perempuan dan laki-laki menimbulkan
ketidakadilan. Lebih dari itu, Gender menjadi penting untuk dianalisa karena ketidakadilan
yang ditimbulkan mengakibatkan penderitaan. Perempuan adalah kelompok yang paling
menderita dari ketidakadilan tersebut.

Tabel perbedaan seks dan gender

SEKS GENDER
Tidak bisa berubah Bisa berubah
Tidak bisa dipertukarkan Bisa dipertukarkan
Berlaku sepanjang masa Tergantung situasi dan kondisi

Berlaku dimana saja Tergantung budaya


Ditentukan oleh Tuhan atau kodrat Bukan kodrat tapi buatan masyarakat

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 103
Dalam setiap masyarakat, norma gender dan peran gender mempengaruhi kehidupan
seseorang termasuk kehidupan seksualnya. Peran gender dapat dipelajari. Bukan merupakan
bawaan lahir dan bukan datang dari Tuhan. Hampir semua yang bisa dilakukan laki-laki juga
bisa dilakukan oleh perempuan begitupun sebaliknya.

Dalam budaya dan masyarakat, orang mempunyai sikap yang berbeda tentang peran gender
dan kesetaraan gender Kepercayaan tentang gender juga beragam dari budaya (masyarakat)
yang satu dengan budaya (masyarakat) yang lain. Peran gender berubah dari waktu ke waktu.
Peran gender muncul dari keyakinan gender. Pemahaman yang tidak tepat mengenai keyakinan
gender menimbulkan diskriminasi.

KEYAKINAN GENDER BENTUK DISKRIMINASI


Perempuan lembut, keibuan dan emosional Tidak boleh menjadi manager atau
pimpinan
Perempuan pekerjaan utamanya dirumah, Perempuan boleh dibayar lebih rendah
kalau bekerja diluar rumah hanya membantu dan tidak perlu kedudukan yang penting
suami atau mencari tambahan saja

Laki-laki wataknya tegas dan rasional Pantas menjadi mandor atau pimpinan
dan tidak pantas di rumah memasak

Perempuan biar setinggi apapun akhirnya ke Pendidikan anak laki-laki perlu diutamakan
dapur juga dibandingkan anak perempuan

Apa saja bentuk-bentuk ketidakadilan gender itu?

1. Beban Ganda
Pembagian kerja berdasarkan gender membagi pekerjaan laki-laki di ruang publik
sementara perempuan di ruang domestik. Namun seiring dengan perkembangan jaman
dan kebutuhan ekonomi, perempuan masuk ke ruang publik menjadi pencari nafkah.
Meskipun demikian perempuan tetap dituntut untuk bertanggungjawab terhadap
urusan rumah tangga (domestik). Inilah yang dinamakan Beban Ganda. Beban ganda
adalah beban kerja yang ditanggung oleh laki-laki dan perempuan ketika mendapat
upah (gaji dari hasil kerja) ditambah dengan pekerjaan yang dilakukan tanpa menerima
upah (gratis). Kata bekerja/pekerjaan seringkali mengacu kepada hal-hal yang bersifat
publik aktivitas di luar rumah, dan dihargai sehingga memiliki nilai ekonomis. Sementara
pekerjaan domestik/privat (dilakukan di rumah), tidak memiliki nilai ekonomis sehingga
tidak memiliki upah (gratis).
2. Marginalisasi Perempuan
Marginalisasi perempuan adalah proses peminggiran perempuan. Marginalisasi
perempuan terjadi dalam kultur, birokrasi, dan program-program pembangunan. Sehingga
secara sistematis perempuan tersingkir dan dimiskinkan secara sosial dan ekonomi.
Contohnya, konsep laki-laki adalah pencari nafkah utama (kepala keluarga) sementara
perempuan adalah pencari nafkah tambahan menyebabkan tenaga kerja perempuan

104 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
memiliki nilai ekonomis yang rendah dibanding dengan laki-laki. Upah buruh perempuan
lebih rendah dari buruh laki-laki meskipun dengan jam kerja yang sama. Perempuan tidak
memiliki beberapa tunjangan kerja yang dimiliki laki-laki, alasannya karena perempuan
bukan kepala keluarga.
Padalah banyak sekali perempuan yang menjadi Pencari Nafkah Utama dalam keluarga.
Contoh lainnya adalah karena perempuan selalu dicitrakan lemah, tidak rasional dan
tidak berani, maka perempuan seringkali tidak di perhitungkan untuk duduk dalam posisi
penting membuat keputusan. Suara perempuan tidak di dengar, sehingga seringkali
keputusan-keputusan publik yang dibuat merugikan perempuan atau tidak berpengaruh
terhadap perubahan kehidupan perempuan.
3. Stereotipi
Stereotipi adalah pelabelan negatif. Perempuan seringkali mendapatkan pelabelan negatif
seperti manusia yang lemah, emosional, dan tidak rasional. Pelabelan ini berimplikasi
negatif terhadap aktualisasi diri perempuan di ranah publik dan domestik. Misalnya
karena dianggap lemah, maka perempuan harus dilindungi.
Dalam budaya patriarki yang kental kata melindungi seringkali diartikan mengontrol dan
membatasi mobilitas perempuan demi keselamatannya. Akibatnya perempuan dilarang
keluar rumah dimalam hari karena perempuan tidak dapat melindungi dirinya, berbahaya
baginya karena dia seorang perempuan.
4. Diskriminasi
Diskriminasi adalah perlakuan yang membedakan dan merugikan terhadap seseorang
atau sekelompok orang karena jenis kelaminnya, agama, ras pilihan identitas seksualnya,
dan status sosial. Contoh diskriminasi berbasis gender adalah, anak perempuan seringkali
mendapatkan kesempatan nomor dua untuk bersekolah daripada anak laki-laki. Anak
perempuan setelah kehilangan kesempatan bersekolah, kemudian dinikahkan pada usia
muda.
Perempuan seringkali tidak memiliki pilihan untuk menentukan pasangannya. Calon
suami perempuan harus mendapatkan persetujuan dari orang tua, utamanya Bapak
sebagai wali. Ketika menikah, nama perempuan akan hilang dan digantikan dengan
nama suaminya. Dalam pergaulan sosial dia akan dipanggil Ibu X (nama suaminya) bukan
nama aslinya. Ketika menikah, pihak keluarga (ayahnya) menyerahkannya kepada pihak
suami sebagai milik suami, dan menjadi tanggungjawab sepenuhnya oleh suami. Jika
beruntung dia memiliki suami yang baik dan mencintainya, maka dia dapat hidup tenang.
Namun jika tidak beruntung, maka KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) mengancam
kehidupannya. KDRT apapun bentuknya selalu menghancurkan kehidupan perempuan
lahir dan batin.
Perempuan juga seringkali menghadapi diskriminasi ganda atau diskriminasi yang
berlapis. Contohnya seorang perempuan dengan disabilitas, lahir dari kelompok sosial
ekonomi kelas bawah. Ada tiga bentuk diskriminasi yang dapat dialaminya, diskriminasi
berdasarkan gender, karena dia perempuan, diskriminasi karena dia memiliki disabilitas
(kecacatan) dan diskriminasi karena kelas sosial ekonominya.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 105
Kesetaraan Gender
Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam
kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan
nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.
Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidak adilan struktural, baik
terhadap laki-laki maupun perempuan.

Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki.
Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi,
marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.

Tujuan kesetaraan gender merupakan tujuan kunci pembangunan di seluruh dunia.

Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sangat penting bagi hak asasi manusia
Mencapai kesetaraan gender merupakan kunci dari memerangi HIV dan AIDS, mengakhiri
perkawinan anak, mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan dan membuat kehamilan
aman.
Kesetaraan gender membantu perkembangan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
dan lingkungan
PBB telah mengidentifikasi kesetaraan gender sebagai salah satu dari delapan kunci MDGs
bagi sebuah negara untuk dicapai
Jutaan orang secara aktif mempromosikan kesetaraan gender dalam keluarga, sekolah,
tempat kerja, masyarakat, dan negara.
Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi
antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan
berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil
dari pembangunan

Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan
sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan
dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk
mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga memperoleh manfaat
yang sama dari pembangunan.

106 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Membangun kesetaraan gender penting untuk menjamin kesejahteraan, akses dan
partisipasi yang sama bagi perempuan dan laki-laki dalam pembangunan.
Pandangan gender yang salah tentang menjadi perempuan dan laki-laki mempertinggi
risiko terhadap kesehatan reproduksi. Misalnya laki-laki macho adalah agresif, berani
menantang bahaya dan harus berada diluar rumah sehingga banyak laki-laki yang
melakukan praktek perilaku berisiko. Sementara perempuan yang baik digambarkan
harus selalu berada dirumah dan patuh sehingga tidak belajar dan tidak terbiasa
memiliki posisi tawar dalam menolak perilaku berisiko yang bisa menimpa dirinya.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah tekanan teman sebayanya,
Guru segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling untuk
mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.

UNTUK PESERTA DIDIK

Pesan Kunci
Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sangat penting bagi hak asasi manusia.
Mencapai kesetaraan gender merupakan kunci dari memerangi HIV dan AIDS, mengakhiri
perkawinan anak, mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan
Belajar menghormati antar jenis kelamin sedini mungkin penting untuk membangun
lingkungan yang ramah dan mendukung terhadap laki-laki dan perempuan terutama
dalam pencegahan praktek perilaku berisiko terhadap kehamilan tidak diinginkan,
penyalahgunaan Napza, Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 107
TOPIK 3.4
KEKERASAN BERBASIS SEKSUAL DAN GENDER

Tujuan Pembelajaran:
1. Mengindetifikasi strategi khusus untuk mengurangi kekerasan berbasis seksual dan
gender, termasuk perkosaan dan pelecehan seksual melalui diskusi

Keterampilan yang Dikembangkan:


1. Berfikir kritis
2. Pengambilan Keputusan
3. Komunikasi efektif

Alat Bantu:
--

Waktu:
90 menit

Langkah Pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Tanyakan kepada peserta didik:
Apakah kamu bisa menjelaskan apa yang dimaksud kekerasan? Coba ceritakan?
Berikan contoh-contoh atau bentuk kekerasan yang kamu ketahui?
Siapa saja yang bisa menjadi korban kekerasan menurut kamu?
3. Jelaskan tentang apa yang dimaksud dengan kekersan gender dan seksual serta bentuk-
bentuknya.
4. Minta peserta membentuk kelompok yang terdiri dari 5 (lima) sampai 8 (delapan) orang.
5. Bagikan guntingan kasus di koran mengenai kekerasan seksual dan gender yang dialami
oleh seorang anak.
6. Tugaskan kelompok untuk mendiskusikan:
Mengapa si anak tersebut bisa mengalami kekerasan seksual dan gender?
Apa dampak kekerasan yang terjadi pada anak tersebut?
Apa yang sebaiknya dilakukan si anak setelah mengalami kekerasan seksual dan
gender?
Jika kamu mengalami situasi seperti si anak tersebut, apa yang akan kamu lakukan agar
terhindar dari kekerasan?
7. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi setempat bila dianggap


bertentangan dengan norma, budaya, dan agama/ keyakinan.

108 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Ide pokok:
Semua bentuk kekerasan berbasis gender dan seksual yang dilakukan oleh orang lain
adalah pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan norma lain
Setiap orang memiliki kewajiban untuk melaporkan terjadinya pelecehan seksual dan
kekerasan berbasis gender kepada pihak berwajib
Ada orang dewasa yang bisa dipercaya untuk mengarahkan kepada layanan yang
memberikan dukungan bagi korban pelecehan seksual dan kekerasan berbasis gender
Setiap orang memiliki tanggung jawab terhadap perilaku seksual yang dia pilih dan akan
berpengaruh terhadap orang lain dan dirinya.

Bahan Bacaan

MENCEGAH KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN SEKSUAL


Kekerasan gender dan seksual adalah semua bentuk kekerasan baik serangan fisik, maupun
psikis, dan seksual terhadap perempuan maupun laki-laki. Serangan ini terjadi karena ada
pemaksaan dari yang memiliki kekuasaan kepada yang lebih lemah, contohnya: bisa dari
orang tua ke anak, guru ke peserta didik, laki-laki ke perempuan, bos kepada karyawan, dsb.
Data menunjukkan bahwa lebih banyak perempuan yang menjadi korban kekerasan berbasis
seksual dan gender tersebut.

Hal ini seringkali terjadi baik di ranah domestik maupun publik. Pemaksaan hubungan seksual
di ranah domestik dapat terjadi pada ayah terhadap anak perempuannya, kakak terhadap
adik perempuannya dan juga hubungan suami istri, atau lebih dikenal dengan marital rape
(perkosaan dalam perkawinan).

Laporan sepuluh tahun Komisi Nasional (Komnas) Perempuan menunjukkan bahwa selama
sepuluh tahun terakhir terjadi kenaikan jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan baik di
ranah publik maupun domestik. Demikian pula pada Catatan Awal Tahun Komnas Perempuan
2011, mengatakan bahwa kekerasan seksual adalah bentuk kekerasan yang paling tinggi
jumlahnya dari berbagai bentuk kekerasan yang dialami perempuan. Dari 113.878 kasus, lebih
dari 97% (110.468 kasus) adalah kekerasan terhadap istri, dan 1.405 kasus kekerasan dalam
pacaran. Data tersebut merupakan data yang didapat dari laporan korban di berbagai layanan
kesehatan dan women cricis center di Indonesia. Namun sesungguhnya, jumlah kekerasan
terhadap perempuan jauh lebih banyak dari data yang terlapor. Budaya, tradisi, dan norma
yang berlaku di masyarakat membungkam kekerasan yang terjadi pada perempuan, terutama
jika kekerasan tersebut terjadi di dalam rumah tangga. Malu dan tabu juga kekuasaan yang
dimiliki pelaku terhadap korban adalah hal yang menjadi alasan kenapa kasus kekerasan
terhadap perempuan sulit untuk dilaporkan. Korban biasanya akan melaporkan jika nyawanya
sudah terancam atau sudah berada pada posisi kritis.

Fakta yang menarik, para pelaku kekerasan seksual (sexual harrasers) adalah orang-orang yang
dekat dengan korban/ dikenal oleh korban seperti: orang tua, kerabat, tetangga, guru, teman
dll. Mayoritas pelaku adalah pihak-pihak yang lebih superior (lebih memiliki kuasa) didepan
korban.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 109
Siklus kekerasan seksual, adalah sebagai berikut:

1. Tertarik, mengembangkan hubungan


2. Mulai tampil lebih asli, muncul konflik dan ketegangan
3. Ledakan kekerasan
4. Ketegangan mereda. Korban terkejut dan mencoba memaknai apa yang terjadi. Pelaku
bersikap baik, minta maaf, manis
5. Korban merasa berdosa (bila tidak memaafkan), menjadi pemicu kejadian,
mengembangkan harapan
6. Periode tenang tidak dapat bertahan. Kembali muncul konflik dan ketegangan, disusul
ledakan kekerasan lagi, dst
7. Korban terperangkap
8. Bila tidak ada intervensi khusus (internal, eksternal) bisa terus berputar dengan perguliran
makin cepat, dengan kekerasan makin intens
9. Sangat destruktif secara psikologis (dan mungkin juga fisik)
10. Dpt tampil dlm hubungan pacaran, dengan teman, kekerasan oleh orangtua/ wali/ orang
dewasa yang dikenal baik apalagi yang punya kekuasaan atas korban

KORBAN KEKERASAN SEKSUAL


Narasi dan data kekerasan berbasis gender menempatkan perempuan sebagai mayoritas
korbannya dimana mayoritas di dalamnya adalah perempuan remaja. Walaupun banyak
kasus yang terjadi, namun-seperti gunung es-wujud utuh fenomena ini tidak pernah diketahui
karena banyak korban yang memilih untuk menutup diri atau tidak melapor atas kekerasan
yang dialaminya.

Beberapa alasan yang menahan korban untuk mengungkapkan/melaporkan tindak kekerasan


seksual yang dialaminya, antara lain:

Tabu, aib, memalukan, menggoncang harga diri- memunculkan stigma


Karena karakteristik emosional dari hubungan, juga ketergantungan dalam berbagai
bentuk, sering korban menginternalisasi kepentingan pelaku
Terperangkap dalam ketakutan/kasihan/ harapan/siklus kekerasan
Bentuk-bentuk kekerasan seksual yang dialami bervariasi: dari kekerasan verbal, penganiayaan,
hingga perkosaan. Lingkaran kekerasan seksual yang mendera korban memiliki dampak sebagai
berikut:

Kebingungan, ketakutan
Rasa bersalah, kembangkan harapan-harapan kosong/ilusi
Minimalisasi tindakan pelaku; maksimalisasi kesalahan diri
INTERNALISASI-berpikir dalam cara berpikir masyarakat/pelaku; membela pelaku
Implikasi pada proses hukum: korban berpikir dalam cara berpikir masyarakat/pelaku; tidak
laporkan, atau mencabut laporan kasus.

110 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
REMAJA DAN KEKERASAN SEKSUAL
Kekerasan seksual yang dialami remaja adalah fenomena spesifik. Remaja sebagai fase
perkembangan transisional memiliki potensi tersendiri atas munculnya kasus-kasus kekerasan
seksual.

Data Badan Pusat Statistik (BPS), Bappenas, dan UNFPA tahun 2010, sebagian dari 63 juta
jiwa remaja berusia 10 24 tahun di Indonesia rentan berprilaku tidak sehat.
Menurut lembaga Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI): Remaja putri
berusia 14 19 tahun, 34,7% pernah melakukan hubungan seksual, sedangkan remaja
putranya 30,9%. Remaja berusia 20 24 tahun, perempuan 48,6% dan pria 46,5%.
Penelitian Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan dan Pusat Pelatihan Bisnis dan Humaniora
selama 3 tahun (1999 2002) pada tempat kos mahapeserta didik diJogyakarta menunjukkan
97,05% dari 1660 mahapeserta didik yang diteliti sudah hilang keperawanannya.
Kasus aborsi di kalangan remaja tinggi. Diperoleh data 2,5 juta jiwa perempuan pernah
melakukan aborsi dan 27% nya atau 700 ribu dilakukan oleh remaja.

Menghindari Kekerasan Berbasis Seksual dan Gender


Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menghindari perilaku seksual yang beresiko, antara
lain:
Memilih teman yang dapat memberikan pengaruh positif
Berusaha untuk selalu terbuka dan jujur dengan orangtua
Menumbuhkan rasa mencintai, menghargai, dan menghormati diri sendiri
Berpegang pada ajaran agama
Menyibukan diri dengan kegiatan-kegiatan yang positif
Menghindari mencari pengetahuan kepada orang yang salah, seperti ke teman
Menumbuhkan pribadi yang memiliki prinsip dan mental yang kuat
Berani untuk mengatakan tidak pada sesuatu hal yang tidak disukai
Usaha preventif untuk mencegah terjadinya perilaku seksual beresiko dan kekerasan seksual
pada remaja tidak cukup jika diusahakan oleh remaja itu sendiri. Pihak orang tua, guru,
masyarakat, media, serta pemerintah wajib turut aktif mencegah terjadinya berbagai kekerasan
seksual -termasuk pada remaja.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan orang tua, antara lain sebagai berikut:
Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
Membekali anak dengan dasar moral dan agama
Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua dan anak (menciptakan dialog
yang hangat dan akrab, layaknya seperti teman bagi anak)
Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
Menjadi tokoh panutan bagi anak, baik dalam perilaku maupun dalam hal menjaga
lingkungan yang sehat
Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 111
Mengontrol dan mengawasi pergaulan anak
Menanamkan keberanian dan rasa percaya diri remaja dalam menghadapi masalah, serta
tidak gampang menyerah dari kesulitan
Menjadi sumber informasi bagi anak

Usaha-usaha yang dapat dilakukan guru, antara lain sebagai berikut:


Bersahabat dengan peserta didik
Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman, yang memungkinkan anak berkembang secara
sehat (fisik, mental, spiritual, dan sosial)
Memberikan keleluasaan peserta didik untuk mengekspresikan diri pada kegiatan
ekstrakurikuler, menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP
Meningkatkan disiplin sekolah dan sanksi yang tegas
Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru, dan sekolah lain
Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat
Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya, dan olahraga antar sekolah

Usaha-usaha yang dapat dilakukan masyarakat dan pemerintah, antara lain sebagai berikut:
Mendorong adanya pendidikan kesehatan reproduksi remaja
Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga
dan bermain
Menegakkan hukum, sanksi, dan disiplin yang tegas
Memberikan keteladanan
Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan
Mengadakan pendidikan seksualitas bagi remaja

Peran yang dapat dilakukan media, antara lain sebagai berikut:


Menyajikan tayangan atau berita yang sesuai dengan jam tayang dan usia penonton
Menyampaikan berita dengan kalimat yang benar dan tepat (tidak provokatif)
Menyediakan rubrik khusus dalam media massa (cetak, elektronik) yang bebas biaya khusus
untuk remaja
Mendukung gerakan psikoedukasi anti pornografi, anti pelecehan seksual dan anti kekerasan
seksual
Melibatkan diri dalam upaya pencegahan dan intervensi psikologis terhadap pelaku dan
korban
Melakukan pendampingan psikologis terhadap korban yang tersangkut masalah hukum

Underwear Rules: Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak


Untuk mencegah terjadinya pelecehan/kekerasan seksual, remaja perlu diajarkan untuk
menjaga privasi organ reproduksinya, dengan cara menyampaikan beberapa tips dibawah ini
kepada peserta didik di dalam kelas:

112 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
1. Tubuhmu adalah milikmu
Tubuhmu adalah sepenuhnya milikmu. Ada beberapa anggota tubuhmu yang bersifat
pribadi sehingga tidak ada satu orang pun yang boleh melihat atau menyentuhnya tanpa
seijinmu.
2. Bedakan Sentuhan yang Pantas dan Sentuhan yang tidak pantas
Katakan tidak dengan segera dan secara tegas apabila kamu mendapatkan sentuhan yang
tidak pantas pada bagian pribadi mu (area yang tertutup oleh pakaian dalam misalnya
payudara, penis/vagina, bokong). Apabila kamu tidak yakin apakah sentuhan seseorang
kepadamu pantas atau tidak, kamu harus memberitahukannya pada orang tua atau orang
dewasa yang kamu percayai (misal : polisi, guru atau dokter).
3. Bedakan Rahasia yang Baik dan Rahasia yang Buruk
Setiap rahasia yang membuat kamu merasa gelisah, tidak nyaman, ketakutan dan
sedih adalah bukan rahasia yang baik dan tidak patut untuk disimpan, melainkan harus
diberitahukan pada orang tua atau orang dewasa yang dipercayai (misal : polisi, guru atau
dokter). Pelaku pelecehan seksual seringkali menggunakan taktik agar kamu merahasiakan
hal tersebut dari orang tua/orang lain.
4. Bicarakan dengan orang tua
Jangan malu untuk membicarakan kepada orang tua atau orang dewasa yang kamu
percayai (misal : polisi, guru atau dokter) apabila kamu merasa khawatir, cemas, sedih
ataupun merasa mendapatkan perlakukan pelecehan atau kekerasan dari orang lain.
Kamu dapat membicarakan hal tersebut kepada orang tua atau orang dewasa yang kamu
percayai (misal : polisi, guru atau dokter).
5. Bereaksi terhadap perlakuan yang tidak pantas/tidak wajar :
Mengungkapkan dan melaporkan
Yakinkan pada orang tua atau orang dewasa yang kamu percayai (misal : polisi, guru
atau dokter) hal yang terjadi dan yakinkan mereka untuk segera mengambil tindakan
untuk membantumu.
Waspadai kemungkinan perilaku kejahatan dari orang disekitarmu
Pada banyak kasus, pelaku pelecehan/kekerasan adalah seseorang yang dikenal baik
olehmu. Apabila ada seseorang yang sering memberikan hadiah padamu, memintamu
untuk menyimpan rahasia atau berusaha untuk berduaan saja denganmu. Kamu harus
melaporkannya kepada orang tua atau orang dewasa yang kamu percayai (misal : polisi,
guru atau dokter) sesegera mungkin.
Waspadai kemungkinan perilaku kejahatan dari orang yang tidak dikenal
Pada beberapa kasus pelaku pelecehan/kekerasan seksual adalah orang yang tidak
dikenal bagimu. Berusahalah untuk berhati-hati dengan orang yang tidak dikenal,
menolak ajakan orang yang tidak dikenal, menolak hadiah dari orang yang tidak dikenal.
Orang Dewasa yang Dapat Membantu Kamu
Kamu harus mengingat bahwa ada beberapa orang dewasa tertentu seperti guru,
dokter, guru BP, polisi, dll yang dapat membantumu. Kamu juga harus memiliki no
telepon orang dewasa yang kamu percayai untuk dihubungi bila dalam keadaan darurat
(misal atur nomor telepon orang tua dengan fitur emergency).

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 113
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Semua bentuk kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang lain adalah pelanggaran
terhadap hak asasi manusia dan adalah kejahatan yang tidak bisa dibiarkan.
Pelaku kekerasan seksual seringkali adalah orang yang dikenal atau orang yang dekat,
oleh sebab itu kita harus waspada. Belajarlah tentang sentuhan aman dan sentuhan
tidak aman. Jika ada sentuhan yang membuat kita tidak nyaman dan dilakukan di
area pribadi maka itu adalah sentuhan tidak aman.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah kekerasan seksual, Guru
segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling atau merujuk ke
Puskesmas PKPR terdekat mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.

UNTUK PESERTA DIDIK

Pesan Kunci
Tubuhmu adalah milikmu jadi tidak bisa disentuh oleh siapapun tanpa seijinmu. Jika ada
yang menyentuh tubuhmu terutama bagian yang pribadi tanpa seijinmu dan dirimu
tidak nyaman atas perlakuan tersebut maka orang tersebut telah melakukan kekerasan
seksual.
Katakan tidak dengan tegas apabila kamu mendapatkan sentuhan pada daerah pribadi
dan segera laporkan perlakukan tersebut kepada Guru yang dipercaya atau orang tua.
Jangan merahasiakan perlakukan ini karena bisa jadi pelaku akan meneruskan perlakuan
kekerasan seksual dengan bentuk yang lebih berbahaya.

114 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
D. Konsep Utama 4: Kesehatan Reproduksi

TOPIK 4.1
PUBERTAS

Tujuan Pembelajaran:
1. Menjelaskan persamaan dan perbedaan antara anak perempuan dan anak laki-laki dalam
hal perubahan fisik, emosi, dan sosial terkait dengan pubertas melalui berbagi pendapat
dan diskusi

Keterampilan Yang Dikembangkan:


1. Berfikir kritis
2. Berfikir kreatif

Alat Bantu:
1. Kertas plano
2. Spidol

Waktu:
90 menit

Langkah Pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Minta peserta didik membentuk kelompok yang terdiri dari 5 (lima) hingga 8 (delapan)
orang.
3. Tugas kelompok adalah:
Tuliskan perubahan fisik, mental dan sosial laki-laki dan perempuan pada masa
pubertas?
4. Presentasikan hasil kelompok.
5. Tanyakan kepada peserta didik:
Mana di antara ciri perubahan tersebut yang dimiliki hanya oleh perempuan dan laki-
laki?
Mana ciri perubahan yang sama bisa dialami oleh laki-laki dan perempuan?
6. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi setempat bila dianggap


bertentangan dengan norma, budaya, dan agama/ keyakinan.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 115
Ide pokok:
Pubertas merupakan masa pematangan seksual yang mengarah kepada perubahan fisik
dan emosi yang besar yang bisa memicu stres
Pubertas terjadi pada berbagai waktu dan pada berbagai orang dan memiliki efek yang
berbeda pada anak laki-laki dan perempuan
Masa remaja merupakan masa antara dimulainya pematangan seksual (pubertas) dan
kedewasaan pubertas

Bahan Bacaan

PERUBAHAN REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PADA MASA PUBERTAS


Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan
fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat berumur delapan
hingga sepuluh tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Pada masa ini
memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat. Pada perempuan,
pubertas ditandai dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai
dengan mimpi basah.

Seorang anak akan menunjukkan tanda-tanda awal dari pubertas, seperti suara yang mulai
berubah, tumbuhnya rambut-rambut pada daerah tertentu dan payudara membesar untuk
seorang gadis. Untuk seorang anak perempuan, tanda-tanda itu biasanya muncul pada usia
10 tahun ke atas dan pada anak laki-laki, biasanya lebih lambat, yaitu pada usia 11 tahun
ke atas. Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung-jawab atas munculnya
dorongan seks.

Penyebab munculnya pubertas ini adalah hormon yang dipengaruhi oleh hipofisis (pusat dari
seluruh sistem kelenjar penghasil hormon tubuh). Berkat kerja hormon ini, remaja memasuki
masa pubertas sehingga mulai muncul ciri-ciri kelamin sekunder yang dapat membedakan antara
perempuan dan laki-laki. Dengan kata lain, pubertas terjadi karena tubuh mulai memproduksi
hormon-hormon seks sehingga alat reproduksi telah berfungsi dan tubuh mengalami perubahan.

Hormon seks yang memengaruhi perempuan adalah estrogen dan progesteron yang diproduksi di
indung telur, sedangkan pada laki-laki diproduksi oleh testis dan dinamakan testosteron. Hormon-
hormon tersebut ada di dalam darah dan memengaruhi alat-alat dalam tubuh sehingga
terjadilah beberapa pertumbuhan.

Penyebab terjadinya perubahan pada masa pubertas:


1. Peran Kelenjar Pituitary Kelenjar pituitary mengeluarkan dua hormon yaitu hormon
pertumbuhan yang berpengaruh dalam menentukan besarnya individu, dan hormon
gonadotrofik yang merangsang gonad untuk meningkatkan kegiatan. Sebelum masa puber
secara bertahap jumlah hormon gonadotrofik semakin bertambah dan kepekaan gonad
terhadap hormon gonadotrofik dan peningkatan kepekaan juga semakin bertambah,
dalam keadaan demikian perubahan-perubahan pada masa puber mulai terjadi.

116 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
2. Peran Gonad- Dengan pertumbuhan dan perkembangan gonad, organ-organ seks yaitu
ciri-ciri seks primer: bertambah besar dan fungsinya menjadi matang, dan ciri-ciri seks
sekunder, seperti rambut kemaluan mulai berkembang.
3. Interaksi Kelenjar Pituitary dan Gonad Hormon yang dikeluarkan oleh gonad, yang
telah dirangsang oleh hormon gonadotrofik yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary,
selanjutnya bereaksi terhadap kelenjar ini dan menyebabkan secara berangsur-angsur
penurunan jumlah hormon pertumbuhan yang dikeluarkan sehingga menghentikan
proses pertumbuhan, interaksi antara hormon gonadotrofik dan gonad berlangsung
terus sepanjang kehidupan reproduksi individu, dan lambat laun berkurang menjelang
perempuan mendekati menopause dan laki-laki mendekati climacteric.
Kesehatan reproduksi dan seksualitas menjadi penting diperhatikan pada masa pubertas
mengingat laki-laki dan perempuan sudah mulai matang secara seksual. Kesehatan seksual
adalah sebuah keadaan fisik, emosi, mental dan sosial, berkaitan dengan seksualitas yang tidak
hanya terbebas dari penyakit, disfungsi atau kelemahan. Merupakan pendekatan yang positif
terhadap perkembangan manusia. Pendekatan yang menghargai hak-hak seksual manusia.

Dimensi Seksualitas:
Dimensi Spiritual
a. Keyakinan
b. Nilai-nilai
c. norma
Dimensi Sosial
a. Latar belakang personal
b. Persahabatan dan pertemanan
c. Pertemanan dengan lawan jenis
d. Perkawinan
e. Budaya
f. Aspek hukum
Dimensi Emosi
a. Perilaku (sikap, pendidikan, ekspresi)
b. Perasaan tentang citra tubuh
c. Perasaan / suasana hati
Dimensi Fisik
a. Reproduksi
b. Pengaturan kelahiran
c. Kehamilan
d. Respon seksual
e. Perkembangan dan pertumbuhan

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 117
A. PERUBAHAN FISIK PADA REMAJA
Yang spesifik pada pertumbuhan fisik remaja baik laki-laki maupun perempuan adalah
kecepatan tumbuhnya (growth spurt). Pada saat ini pertumbuhan tinggi badan (linier) terjadi
amat cepat. Perbedaan pertumbuhan fisik laki-laki dan perempuan adalah pada pertumbuhan
organ seksual dan organ reproduksinya, dimana akan diproduksi hormon yang berbeda,
penampilannya yang berbeda, serta bentuk tubuh yang berbeda akibat berkembangnya
tanda seks sekunder. Anak perempuan mulai tumbuh pesat fisiknya pada usia 10 tahun dan
pertumbuhan paling cepat terjadi pada usia 12 tahun.

Sedang pada laki-laki, 2 tahun lebih lambat mulainya, namun setelah itu bertambah tinggi
12-15 cm dalam tempo 1 tahun pada usia 13 tahun sampai menjelang 14 tahun Pertumbuhan
tinggi remaja dipengaruhi 3 faktor, yaitu: genetik (faktor keturunan), gizi dan variasi individu.
Secara genetik orangtua yang tubuhnya tinggi, punya anak remaja yang juga tinggi. Faktor
gizi juga sangat berpengaruh, remaja dengan status gizi yang baik akan tumbuh lebih tinggi
dibanding dengan remaja yang dengan status gizi kurang. Untuk memantau perkembangan
fisik remaja dapat dilakukan dengan mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT) secara berkala.
(Kemkes, 2011)

Pertumbuhan fisik anak perempuan dan laki-laki belum tentu sejalan dengan perkembangan
emosionalnya. Seorang remaja yang badannya tinggi besar belum tentu mempunyai emosi
yang matang, sebaliknya yang bertubuh sedang bisa saja mempunyai emosi yang lebih matang.

Pada masa pubertas terjadi perubahan fisik dan psikologis pada remaja laki-laki dan perempuan.

REMAJA PEREMPUAN
Pertumbuhan pesat umumnya terjadi pada
usia 10-11 tahun. Tanda awal pubertas pada
remaja perempuan adalah adanya pertumbuhan
payudara, dimana daerah puting susu dan
sekitarnya mulai membesar. Selain payudara
membesar, mulai muncul rambut pubis
(kemaluan). Pada sepertiga remaja perempuan,
pertumbuhan rambut pubis terjadi sebelum
tumbuhnya payudara, rambut ketiak dan rambut
badan. Rambut badan mulai tumbuh pada
usia 12-13 tahun, tumbuhnya rambut badan
bervariasi. Pengeluaran sekret vagina pada usia
10-13 tahun. Keringat ketiak mulai diproduksi
pada usia 12-13 tahun, karena berkembangnya
kelenjar apokrin yang juga menyebabkan keringat
ketiak mempunyai bau yang khas. Pada remaja
perempuan, Menstruasi umumnya terjadi pada
usia 11-14 tahun. Selanjutnya pematangan seksual
penuh remaja perempuan terjadi pada usia 16
tahun, sedangkan pada laki-laki pematangan
seksual penuh terjadi pada usia 17-18 tahun.

118 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Pertumbuhan payudara dapat dipakai sebagai salah satu indikator kematangan perempuan.
Pada umumnya pertumbuhan payudara sesuai tingkatan pubertas sebagai berikut :

Salah satu payudara dapat tumbuh lebih besar dari yang lain, namun perbedaannya tidak
terlalu mencolok. Besar kecilnya payudara dipengaruhi faktor keturunan, dan dapat berbeda
dari generasi ke generasi dalam keluarga. Daerah puting susu merupakan daerah seksual yang
sensitif. Pada perempuan yang sudah mempunyai anak, payudara dapat memproduksi dan
menyimpan air susu ibu (ASI). ASI adalah makanan bayi yang paling utama dan seharusnya
diberikan pertama kali ke bayi. Kemampuan memproduksi ASI tidak dipengaruhi oleh besar
kecilnya payudara. Remaja perempuan juga perlu memeriksa payudaranya sendiri dengan
meraba seluruh bagian payudara dan sebaiknya dilakukan setelah selesai haid untuk
mengetahui adanya masa atau benjolan, dan bila ditemukan masa/benjolan yang menetap
atau membesar atau terasa sakit/nyeri sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter.

Pertumbuhan Rambut
Tanda pertumbuhan fisik lainnya yang mungkin terjadi pada pubertas adalah pertumbuhan
rambut. Pada beberapa anak perempuan dapat tumbuh rambut atau tumbuh kumis yang
tipis seperti pada laki-laki, hal ini merupakan variasi yang normal. Kemungkinan rambut lepas
secara berlebihan (rontok) dapat terjadi dan akan hilang dengan sendirinya. Namun apabila
kerontokan rambut terjadi dalam jangka waktu lama atau terjadi pertumbuhan rambut
yang berlebihan, maka remaja disarankan menghubungi dokter. Yang paling penting untuk
diperhatikan adalah pertumbuhan rambut pubis melalui lima stadium pertumbuhan seperti
pada tabel berikut. Apabila perempuan sudah dewasa maka rambut pubis akan tumbuh
terdistribusi dalam bentuk segitiga terbalik, penyebaran mencapai bagian medial paha.

Tanda pubertas yang utama pada perempuan adalah Menstruasi. Menstruasi adalah peristiwa
keluarnya cairan darah dari vagina dimana darah tersebut merupakan lapisan dinding rahim
yang meluruh bersama sel telur yang sudah matang namun tidak dibuahi. Menstruasi yang
pertama kali dialami oleh remaja perempuan disebut menarche.

Rahim adalah tempat menempelnya sel telur yang sudah di buahi. Lapisan ini terdiri dari
lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah. Setelah menstruasi permukaan dalam uterus

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 119
menjadi tebal karena pengaruh hormon estrogen. Kemudian terjadi ovulasi (lepasnya sel telur
dari ovarium/indung telur yang terjadi sebulan sekali) diikuti dengan keluarnya cairan karena
pengaruh hormon progesteron. Bila tidak terjadi pembuahan maka lapisaan tadi bersama
sel telur akan terlepas (meluruh) dan keluar melalui vagina yang disebut sebagai menstruasi.
Waktu antara dua menstruasi disebut siklus menstruasi. Walaupun rata-rata periodenya
datang 28 hari, hal ini dapat bervariasi pada setiap perempuan. Periode awal menstruasi ini
juga bisa belum teratur selama 2-3 tahun.

Pada saat pubertas terjadi perubahan fisik yang bermakna sampai pubertas berakhir dan
berhenti pada saat dewasa, keadaan ini terjadi pada semua remaja normal. Yang berbeda
adalah awal mulainya. Mungkin ada remaja laki-laki yang sudah tumbuh kumis tipis, sementara
yang lainnya belum. Seringkali perkembangan yang berbeda dengan sebayanya membuat
remaja risau, akan tetapi bila tidak terlalu jauh dengan temannya masih bisa dianggap normal
dan akan mengejar ketinggalan pertumbuhan tersebut. Harus diingat bahwa seorang anak
bekembang pada saat yang berbeda dan dengan kecepatan yang berbeda pula.

REMAJA LAKI-LAKI
Awal pubertas pada remaja laki-laki biasanya dimulai pada usia 10-13 tahun. Saat mulai
pubertas sampai dewasa, biasanya memerlukan waktu sekitar 4 tahun, yang stadiumnya
dilihat dari alat kelamin dan rambut pubisnya.

120 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Pertumbuhan pesat umumnya terjadi pada usia 12-13 tahun, dimana penis mulai membesar.
Pada usia 11-12 tahun, testis dan skrotum membesar, kulit skrotum menjadi gelap dan
rambut pubis di penis mulai tumbuh. Ejakulasi mulai terjadi pada usia 13-14 tahun, ditandai
dengan keluarnya mukus cair dari lubang penis setelah penis ereksi (memanjang/mengeras/
membesar). Rambut ketiak, rambut badan, kumis, cambang dan jenggot tumbuh pada usia
13-15 tahun, dan pertumbuhannya sangat bervariasi pada tiap orang. Pada usia tersebut juga
terjadi perkembangan kelenjar keringat ketiak, yaitu kelenjar apokrin meningkatkan produksi
keringat di ketiak dan menimbulkan bau badan dewasa. Suara parau timbul pada usia 14-15
tahun. Setahun sebelum suara pecah, jakun mulai tumbuh.

Mimpi basah
Selama masa pubertas, testis tumbuh menjadi lebih besar, spermatozoa mulai terbentuk,
dan pada prinsipnya pada saat tersebut sistim reproduksi telah matang dan mulai berfungsi.
Peristiwa yang sering digunakan sebagai indikator Pubertas pada remaja laki-laki adalah mulai
mengalami Mimpi basah. Mimpi basah merupakan peristiwa keluarnya sperma (spermatozoa)
saat tidur, sering terjadi pada saat mimpi tentang seks. Mimpi basah sebetulnya merupakan
salah satu cara alami berejakulasi.

Ejakulasi terjadi karena sperma, yang terus menerus diproduksi setiap hari dan perlu keluar. Ini
merupakan pengalaman yang normal bagi laki-laki. Mekanisme ejakulasi dimulai dari sperma
yang telah diproduksi akan dikeluarkan dari testis melalui saluran/ vas deferens, kemudian
sperma disimpan dalam kantung mani, jika penuh akan keluar secara otomatis. Mimpi basah
umumnya terjadi secara periodik, berkisar setiap 2-3 minggu. (Kemkes, 2011)

Bila pubertas terjadi sebelum usia 9 tahun, atau belum juga terjadi sampai usia 13-15 tahun,
perlu dikonsultasikan ke dokter untuk memastikan ada tidaknya kelainan.

B. PERKEMBANGAN JIWA PADA REMAJA

Perkembangan psikososial
Menurut Erickson (1963), pencarian identitas diri mulai dirintis seseorang pada usia yang
sangat muda, yaitu sekitar usia remaja muda. Pencarian identitas diri berarti pencarian jati
diri, dimana remaja ingin tahu kedudukan dan perannya dalam lingkungannya, di samping

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 121
ingin tahu juga tentang dirinya sendiri yang menyangkut soal apa dan siapa dia, semua yang
berhubungan dengan aku ingin diketahui dan dikenalnya. Pada usia 12-15 tahun, pencarian
identitas diri masih berada pada tahap permulaan. Dimulai pada pengukuhan kemampuan
yang sering diungkapkan dalam bentuk kemauan yang tidak dapat dikompromikan sehingga
mungkin berlawanan dengan kemauan orang lain. Bila kemauan itu ditentang, mereka akan
memaksa agar kemauannya dipenuhi. Ini merupakan suatu bentuk awal dari pencarian aku
yang dapat menjadi masalah bagi lingkungannya. Gejala lain yang menguatkan dugaan bahwa
remaja ingin mencari jati dirinya adalah perilakunya yang cenderung untuk melepaskan diri
dari ikatan orangtuanya. Remaja akan lebih suka melakukan kegiatan pribadi atau berkumpul
dengan teman-temannya diluar dibanding bersama orangtuanya. (Kemkes, 2011)

Psikososial merupakan manifestasi perubahan faktor-faktor emosi, sosial dan intelektual.


Tahap perkembangan remaja dibahas lima aspek, yaitu kemandirian, perkembangan kognitif,
teman sebaya, citra diri (body image) dan perkembangan seksualitas. (Kemkes, 2011)

Penyesuaian terhadap lingkungan baru dapat menjadi masalah bagi remaja karena
meninggalkan dunia anak-anak berarti memasuki dunia baru yang penuh dengan tuntutan-
tuntutan baru yang belum dikenalnya padahal ia sudah meninggalkan dunia lama. Masalah
yang dihadapi remaja dengan lingkungan sosialnya terutama masalahmasalah di sekolah
seperti penyesuaian dalam belajar, membagi waktu luang dan penyesuaian atas perbedaan
dengan teman-temannya.

Pergaulan dengan lawan jenisnya juga dapat menjadi sesuatu yang mengesankan bagi remaja.
Bila mengalami hambatan dalam hubungan lawan jenis, maka remaja biasanya akan menarik
diri dari lingkungan sosialnya. Secara fisik, adanya perkembangan kelenjar kelamin remaja
menimbulkan perasaan berbeda dan peningkatan perhatian terhadap lawan jenisnya, bahkan
hal ini merupakan tanda yang khas bahwa masa remaja sudah dimulai yaitu merasa jatuh
cinta pada orang lain.

Emosi
Emosi adalah reaksi sesaat yang biasanya muncul dalam bentuk perilaku, sedangkan perasaan
adalah sesuatu yang sifatnya lebih menetap. Pada masa remaja, kepekaan emosi biasanya
meningkat, sehingga rangsangan sedikit saja sudah menimbulkan luapan emosi yang besar,
misalnya menjadi mudah marah atau mudah menangis. Masa remaja didominasi oleh
peran emosi, hal ini dapat dilihat dari seleranya tentang lagu, buku bacaan, perilakunya
pada saat mengendarai kendaraan. Kepekaan emosi remaja yang meningkat biasanya akan
mempengaruhi perilakunya, misalnya saat putus pacar, maka frustasinya akan dibawa ke
sekolah, ke rumah, di jalan dan bahkan dapat mempengaruhi prestasi akademiknya. Kepekaan
emosi yang meningkat dapat berbentuk: menyendiri, mudah marah, gelisah dengan bentuk
perilaku seperti menggigit kuku, menggaruk-garuk dan sebagainya, merusak benda-benda,
mencoret-coret, suka berkelahi dan sebagainya atau bahkan mengalami gangguan mental
emosional (depresi) dan mengonsumsi NAPZA. Secara

emosional remaja ingin diperlakukan seperti orang dewasa, serta merasa senang bila
dihargai. Keinginan remaja untuk diakui sebagai orang dewasa sering menimbulkan konflik
dengan lingkungan. Konflik tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami kecemasan dan
ketegangan. (Kemkes, 2011)

122 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Perkembangan Kecerdasan
Perkembangan intelegensia masih berlangsung sampai usia 21 tahun. Perkembangan
intelegensia menyebabkan remaja suka belajar sesuatu yang logis untuk mengerti hubungan
antara hal yang satu dengan yang lainnya. Remaja juga punya daya imajinasi yang dapat
mendorong prestasi misalnya mengarang lagu, membuat karangan ilmiah, membuat sajak
dan prestasi-prestasi lainnya yang menggambarkan kemampuan intelegensia dan imajinasi
remaja. Perkembangan intelektualnya membuat remaja mampu generalisasi, mampu melihat
relasi antara hal yang satu dengan yang lain, mampu mengadakan pembicaraan intelektual,
mengkritik dan mampu berpikir secara abstrak. (Kemkes, 2011)

Mengatasi pubertas
Perubahan fisik Perubahan mental Tindakan
Jerawat Minder karena jelek Jaga kebersihan muka
Percaya diri karena hal
normal
Haid Tidak nyaman dan tidak Ganti pembalut secara
semangat teratur
Lakukan aktifitas yang
disenangi seperti biasa
Payudara membesar Minder karena ukuran Percaya diri karena ukuran
payudara dianggap kekecilan payudara ditentukan faktor
atau kebesaran genetis dan gizi dan seluruh
perempuan di dunia memiliki
ukuran payudara berbeda
Suara membesar Tidak nyaman dan malu Percaya diri karena ini
proses yang alamiah dan
dihadapi oleh remaja laki-laki
diseluruh dunia
Tumbuh bulu / rambut di Tidak nyaman karena Percaya diri karena
tubuh berbeda dengan teman dipengaruhi oleh genetis
sebaya serta banyak juga remaja lain
yang tumbuh bulu/ rambut
di tubuh banyak atau malah
sedikit

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 123
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Pubertas menandakan organ reproduksi mulai bekerja dimana laki-laki mulai
meproduksi sperma dan perempuan memproduksi sel telur. Jika sperma dan sel telur
bertemu melalui hubungan seksual bisa mngakibatkan kehamilan.
Proses perubahan fisik yang cepat yang diikuti oleh perubahan psikologis dan sosial
kadang menimbulkan ketidaknyamanan dalam diri. Melalui masa pubertas dengan
membangun konsep diri yang baik penting untuk membantu bertahan dari pengaruh
negatif dan tekanan teman sebaya dalam melakukan perilaku yang berisiko terhadap
kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi Menular Seksual
(IMS) dan HIV.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah kekerasan seksual, Guru
segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling atau merujuk ke
Puskesmas PKPR terdekat mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.

UNTUK PESERTA DIDIK

Pesan Kunci
Pubertas menandakan mulai terjadi kematangan seksual oleh sebab itu praktekkan
perilaku yang positif dan sehat.
Secara sosial mulai banyak tekanan teman sebaya untuk mempraktekkan perilaku yang
berisiko seperti: merokok, penyalahgunaan Napza, atau seks pra nikah. Bangun rasa
berani dan percaya diri untuk mengatakan tidak menolak perilaku yang berisiko.
Bangun lingkar pertemanan yang positif dan saling mendukung untuk hidup sehat.
Cari dukungan dan bantuan ketika ragu memutuskan perilaku tertentu.

124 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
TOPIK 4.2
REPRODUKSI

Tujuan Pembelajaran:
1. Memahami konsep kesehatan reproduksi melalui berbagi pendapat
2. Mengenal organ reproduksi dan fungsinya melalui diskusi dan informasi

Keterampilan Yang Dikembangkan:


1. Berfikir kritis
2. Pengambilan Keputusan
3. Berkomunikasi Efektif

Alat Bantu:
1. Lembar Perilaku Seksual

Waktu
1 menit

Langkah Pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Bagikan kepada peserta didik masing-masing dua kartu metaplan (sebaiknya berbeda
warna) beserta spidol.
3. Minta peserta didik menuliskan satu atau dua kata yang terbayang dalam benak mereka
jika mendengar kata:
Sehat (tulis dalam satu metaplan)
Reproduksi (tulis dalam metaplan berikutnya)
4. Minta peserta didik menyusun dan mengelompokkan kartu metaplan mereka di lantai.
5. Tarik kesimpulan sederhana bersama peserta mengenai definisi sehat dan reproduksi
yang telah mereka buat dan susun.
6. Minta peserta didik membentuk 4 (empat) kelompok. Kelompok 1 dan dua membuat
gambar tubuh laki-laki sementara kelompok 3 dan 4 membuat gambar tubuh perempuan.
Setiap kelompok menandai yang termasuk organ reproduksi pada laki-laki dan perempuan,
bila mereka tahu nama organ tersebut boleh dituliskan.
7. Minta masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompoknya.
8. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi setempat bila dianggap


bertentangan dengan norma, budaya, dan agama/ keyakinan.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 125
Ide pokok:
Sehat berarti bukan hanya tidak adanya penyakit tetapi merupakan kondisi sejahtera
secara fisik, mental dan sosial.
Reproduksi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia.
Karena organ reproduksi remaja sudah berfungsi pada saat pubertas, maka sebenarnya
remaja sudah bisa bereproduksi. Akan tetapi karena organ reproduksi nya belum berfungsi
maksimal, seperti rahim dan secara psikologis masih menuju kematangan, maka remaja
memiliki risiko cukup besar bereproduksi diusia muda.

Bahan Bacaan:

KESEHATAN REPRODUKSI
Definisi kesehatan reproduksi menurut ICPD Kairo (Konferensi Kependudukan dan
Pembangunan, 1994) yaitu suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan
sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Dengan adanya definisi tersebut maka setiap
orang berhak dalam mengatur jumlah keluarganya, termasuk memperoleh penjelasan yang
lengkap tentang cara-cara kontrasepsi sehingga dapat memilih cara yang tepat dan disukai.
Selain itu, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.

Kebijakan Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia menetapkan bahwa Kesehatan


Reproduksi mencakup 5 (lima) komponen/program terkait, yaitu Program Kesehatan Ibu
dan Anak, Program Keluarga Berencana, Program Kesehatan Reproduksi Remaja, Program
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS,
dan Program Kesehatan Reproduksi pada Usia Lanjut. Pelaksanaan Kesehatan Reproduksi
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan siklus hidup (life-cycle approach) agar
diperoleh sasaran yang pasti dan pelayanan yang jelas berdasarkan kepentingan sasaran/klien
dengan memperhatikan hak reproduksi mereka.

Saat ini, kesehatan reproduksi di Indonesia yang diprioritaskan baru mencakup empat
komponen/program, yaitu: Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Keluarga Berencana, Kesehatan
Reproduksi Remaja, serta Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Seks ual (PMS)
termasuk HIV/AIDS. Pelayanan yang mencakup empat komponen/program tersebut disebut
Pelayanan Kesehat an Reproduksi Esensial (PKRE). Jika PKRE ditambah dengan pelayanan
Kesehatan Reproduksi untuk Usia Lanjut, maka pelayanan yang diberikan akan mencakup
seluruh komponen Kesehatan Reproduksi, yang disebut Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Komprehensif (PKRK).

126 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

1. Ovarium atau indung telur. Terdapat pada kiri dan kanan ujung tuba ( fimbria/umbai-
umbai ) dan terletak di rongga panggul, merupakan kelenjar yang juga memproduksi
hormon estrogen dan progesteron. Ukurannya 3x3x2 cm, tiap ovarium mengandung
150.000 - 200.000 folikel primordial. Sejak pubertas tiap bulan secara bergantian ovarium
melepas satu ovum yang telah matang, peristiwa ini disebut ovulasi.
2. Tuba fallopii (saluran telur). Merupakan dua saluran pada kanan dan kiri rahim sepanjang
+10cm dimana pada ujungnya melebar berbentuk seperti jari tangan yang disebut fimbria
yang menghubungkan uterus dengan ovarium.
3. Fimbrae (umbai-umbai). Dapat di analogikan dengan jari-jari tangan, umbai-umbai ini
berfungsi untuk menangkap sel telur yang di keluarkan indung telur.
4. Uterus (rahim). Uterus rahim bentuknya seperti buah pear, berongga dan berotot.
Sebelum hamil beratnya 30-50 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan lebar 6cm kurang
lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil mampu membesar dan beratnya
mencapai 1000 gram.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 127
Uterus terdiri dari 3 lapisan yaitu :
Lapisan para metrium merupakan lapisan paling luar dan yang berhubungan dengan
rongga perut.
Lapisan meometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong bayi keluar pada
proses persalinan (kontraksi)
Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat menempelnya sel telur
yang sudah di buahi. Lapisan ini terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi pembuluh
darah.
Setelah menstruasi permukaan dalam uterus menjadi tebal karena pengaruh hormon
estrogen. Kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan keluarnya cairan karena pengaruh
hormon progesteron. Bila tidak terjadi pembuahan maka lapisan tadi bersama sel telur
akan terlepas (meluruh) dan keluar melalui vagina yang disebut sebagai menstruasi.
Waktu antara dua menstruasi disebut siklus menstruasi. Walaupun rata-rata periodenya
datang 28 hari, hal ini dapat bervariasi pada setiap perempuan. Periode ini juga sangat
tidak teratur pada 2-3 tahun awal menstruasi.
5. Serviks (leher rahim). Merupakan daerah bagian bawah rahim yang berhubungan dengan
bagian atas vagina. Serviks memproduksi cairan berlendir (mukus). Pada sekitar waktu
ovulasi mukus ini menjadi banyak, elastik, licin. Hal ini membantu spermatozoa untuk
mencapai uterus.
6. Vagina (liang kemaluan). Merupakan saluran yang elastis, panjangnya sekitar 8-10 cm
dan berakhir pada rahim. Vagina dilalui oleh darah pada saat menstruasi dan merupakan
jalan lahir. Selain itu vagina merupakan tempat masuknya penis ketika berhubungan seks.
7. Klitoris (kelentit). Merupakan organ kecil yang berada di atas urethra dan dilindungi lipatan
labium minora. Ukurannya sebesar kacang polong, penuh dengan sel syaraf sensorik dan
pembuluh darah.
8. Labia (bibir kemaluan). Terdiri dari 2 bibir, yaitu labium mayora (bibir luar) merupakanbibir
yang tebal dan besar dan labium minora (bibir dalam) merupakan bibir yang tipis yang
menjaga jalan masuk ke vagina.
9. Hymen (selaput dara). Berupa selaput tipis dan biasanya berlubang kecil, letaknya pada
permukaan luar vagina. Hymen ada yang bersifat elastis (tidak mudah robek) dan ada
yang bersifat kaku (mudah robek). Pada seorang gadis yang belum pernah berhubungan
seks, keadaan hymen intact (utuh). Hymen bisa robek karena penetrasi penis ketika
berhubungan seks, tapi bisa juga robek karena olah raga atau onani/masturbasi.

128 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
1. Testis (buah pelir)
Merupakan organ (terdiri dari 2 buah) penghasil hormon testosteron dan spermatozoa.
Spermatozoa dihasilkan terus menerus setiap hari selama hidup. Spermatozoa sangat
kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop, bentuknya seperti
berudu (kecebong), dapat bergerak sendiri dengan ekornya. Cairan putih dan kental yang
diproduksi oleh vesikula seminalis dan kelenjar prostat bercampur dengan spermatozoa
membentuk campuran yang disebut semen. Pada saat puncak rangsang seksual terjadi
orgasme atau ejakulasi, yaitu semen dipancarkan keluar dari ujung penis yang ereksi.
Testis membutuhkan suhu sedikit lebih rendah dari suhu badan (36-37 oC) agar dapat
berfungsi secara optimal. Hal inilah yang menyebabkan mengapa testis terletak di luar
tubuh yaitu di dalam suatu kantong yang disebut skrotum. Pada laki-laki, ukuran dan
posisi testis agak sedikit berbeda antara kanan dan kiri, hal ini masih normal.
2. Skrotum.
Kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat-lipat. Skrotum adalah
tempat bergantungnya testis. Skrotum mengandung otot polos yang mengatur jarak testis
ke dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif menetap.
3. Vas deferens (saluran sperma)
Saluran yang menyalurkan sperma dari testis epididimys menuju ke urethra/saluran
kencing pars prostatika. Vas deferens panjangnya 4,5 cm dengan diameter 2,5 mm.
Saluran ini muara dari epididimys yaitu saluran-saluran yang lebih kecil dari vas deferens.
Bentuknya berkelok-kelok dan membentuk bangunan seperti topi.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 129
4. Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar lainnya.
Adalah kelenjar-kelenjar yang menghasilkan cairan sperma (ejakulat/semen) yang berguna
untuk memberikan makanan pada sperma.
5. Penis
Berfungsi sebagai alat sanggama dan sebagai saluran untuk pengeluaran sperma dan air
eni. Banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Dapat berubah dari yang semula
kecil dan lemas menjadi besar dan tegang saat ereksi. Hal ini terjadi karena penis terisi
darah saat terangsang. Penis tidak mengandung tulang dan tidak berbentuk dari otot.
Ukuran dan bentuk penis bervariasi, namun bila penis ereksi ukurannya hampir sama.
6. Preputium
Lekukan kulit yang menutupi glans penis (kepala penis). Karena preputium itu sempit
maka penting dilakukan adalah menjaga kebersihan daerah ini dan dianjurkan preputium
diambil secara operatif, hal ini disebut sirkumsisi/sunat.

Berikut ini beberapa organ tubuh yang bisa menimbulkan rangsangan seksual

Nama Alasan menimbulkan rangsangan seksual


Organ
Bibir Meskipun tidak termasuk sebagai organ reproduksi bibir digolongkan
sebagai organ seksual. Oleh sebab itu, ciuman bibir termasuk sebagai
perilaku seksual. Ciuman bibir memberikan rangsangan seksual karena
menimbulkan sensasi yang dikirim ke otak yang diartikan sebagai rasa
nikmat oleh otak. Rasa nikmat tersebut membuat detak jantung dan aliran
daarah bekerja lebih cepat serta mempengaruhi organ-organ seksual lain.
Leher Sama seperti bibir, leher bisa digolongkan sebagai organ seksual karena
banyak orang yang menyukai dan terangsang dengan leher pasangannya.
Ciuman pada leher juga memberikan rangsangan seksual karena
menimbulkan sensasi yang dikirim ke otak yang diartikan sebagai rasa
nikmat oleh otak. Rasa nikmat tersebut membuat detak jantung dan aliran
darah bekerja lebih cepat serta mempengaruhi organ-organ seksual lain.
Payudara Puting pada payudara memiliki banyak saraf halus yang memberikan rasa
sensitif dan mudah terangsang.
Vagina Vagina merupakan organ reproduksi dimana salah satu bagiannya yaitu
klitoris merupakan pusat rangsangan pada perempuan.
Penis Penis merupakan organ reproduksi yang sensitif. Ketika terangsang maka
darah mengalir ke penis sehingga penuh dan menegang (disebut ereksi).
Kepala penis banyak dipenuhi saraf-saraf halus yang membuatnya mudah
terangsang.
Bokong Bokong juga sering dilihat sebagai organ seksual oleh banyak orang karena
banyak yang mengaku terangsang dengan melihat bokong pasangannya.
Sentuhan pada bokong juga memberikan rangsangan seksual karena
menimbulkan sensasi yang dikirim ke otak yang diartikan sebagai rasa
nikmat oleh otak. Rasa nikmat tersebut membuat detak jantung dan aliran
darah bekerja lebih cepat serta mempengaruhi organ-organ seksual lain.

130 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Dengan memahami beberapa conton organ tubuh yang dapat memberikan rangsangan, maka
penting untuk menjaga agar jangan mulai ada sentuhan dari pasangan atau orang lain pada
area organ tubuh tersebut. Selain itu, organ tubuh tersebut adalah area privat kita yang tidak
boleh ada sembarang orang boleh menyentuhnya. Jika ada sentuhan dari orang lain dengan
seenaknya maka sudah termasuk dalam kategori pelecehan seksual.

Dorongan Seksual Dan Tanggung Jawab


Langkah pembelajaran 1 6
Memutuskan kapan melakukan hubungan seks menjadi penting bagi remaja. Pertimbangan
yang penting tentu saja berhubungan dengan nilai pribadi, risiko melakukan hubungan seks
lebih awal, pertimbangan masa depan, serta kesiapan diri. Pilihan terbaik bagi remaja tentu
saja menunda hubungan seksual hingga menikah (siap).

Beberapa alasan orang berhubungan seks meski sebenarnya mereka tidak mau (terpaksa):
Mendapatkan tekanan sebaya
Membuktikan cinta atau mendapatkan komitmen dalam sebuah hubungan
Menghindari menyakiti perasaaan orang lain
Karena pacaran tidak dilakukan untuk waktu yang lama
Karena mempunyai persetujuan sebelumnya untuk berhubungan seks walaupun salah
satunya telah berubah pikiran
Untuk mendapatkan uang atau hadian dan
Karena alkohol atau obat-obatan yang telah merusak penilaian atau kemampuan untuk
menolak hubungan seksual yang tidak diinginkan sebelumnya
Dan banyak lagi
Latihan dan dukungan dapat membantu remaja menyelesaikan tekanan seks pranikah dan
belajar untuk mengkomunikasikan dengan rasa percaya diri yang lebih tinggi.

Langkah pembelajaran 8 11
Yang dimaksud bertanggung jawab adalah:
Menunjukkan adanya penghargaan baik terhadap diri maupun orang lain.
Mampu mengendalikan atau mengontrol diri.
Mempertahankan diri dari tekanan teman sebaya atau pacar dari hal-hal yang bisa
merusak kesehatan.
Memahami konsekuensi perilaku dan siap menerima segala risikonya.
Mampu mempraktekkan perilaku yang sehat
Perilaku seks bertanggung jawab adalah Abstinence (puasa seks), menjadi tanggung jawab
utama remaja

Perilaku seks bertanggung jawab bisa dipraktekkan jika kita memiliki nilai positif tentang seks,
memiliki konsep diri positif, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan mengelola
tekanan teman sebaya.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 131
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Remaja tidak melakukan seks pra nikah (abstinence) karena remaja belum siap
terhadap konsekuensi secara kesehatan (terjadinya kehamilan tidak diinginkan,
Infeksi Menular Seksual, serta HIV-AIDS), psikologis(rasa bersalah dan menyesal, rasa
malu, rasa tidak berharga, dsb), dan sosial-budaya (mendapat cap buruk masyarakat,
dikucilkan secara sosia, dsb).
Seks pra nikah tidak pernah menjadi tanda atau bukti cinta atas dasar apapun. Jadi
jangan tertipu oleh pasangan yang meminta hubungan seks sebagai bukti cinta.
Perempuan mengalami beban lebih berat ketika terjadi seks pra nikah karena jika
terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, secara fisik perempuan menjalani proses
kehamilan dan secara sosial mendapat stigma karena hamil diluar nikah. Perempuan
juga menghadapi risiko persalinan usia muda .
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah kesehatan reproduksi, Guru
segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling atau merujuk ke
Puskesmas PKPR terdekat mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.

UNTUK PESERTA DIDIK

Pesan Kunci
Tanamkan dalam diri untuk tidak melakukan seks pra nikah karena akan memberikan
dampak buruk.
Tolak ajakan dari siapapun untuk melakukan hubungan seks pra nikah meskipun
mengatasnamakan cinta. Karena hubungan seks hanya membuktikan bahwa organ
reproduksi bekerja dan bukan membuktikan cinta.
Miliki rasa percaya diri dan tidak terpengaruh oleh tekanan teman sebaya (seperti:
tidak pernah melakukan hubungan seks berarti tidak gaul atau tidak laku) untuk
melakukan seks pra nikah.
Berikan batas yang tegas kepada orang lain untuk menghormati tubuh kita. Karena
seringkali pasangan atau orang lain memulai menuju hubungan seks secara bertahap,
misalnya pegangan tangan dulu, pelukan, lalu cium bibir hingga melakukan hubungan
seks.

132 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
E. Konsep Utama 5: Infeksi Menular Seksual Dan HIV -
AIDS

TOPIK 5.1
INFEKSI MENULAR SEKSUAL

Tujuan Pembelajaran:
1. Mengidentifikasi perilaku aman dalam mencegah penularan infeksi menular seksual
melalui diskusi

Keterampilan yang Dikembangkan:


1. Berfikir Kritis
2. Pengambilan Keputusan
3. Berkomunikasi Efektif

Waktu:
90 menit

Langkah Pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan
2. Tanyakan kepada peserta didik:
Apa arti kata aman bagi kamu?
Coba berikan contoh sebuah perilaku aman?
3. Ambil kesepakatan dengan peserta didik bahwa perilaku aman adalah semua perilaku
yang tidak menimbulkan risiko reproduksi dan seksual seperti: kehamilan tidak diinginkan,
IMS dan HIV
4. Bagikan kartu metaplan atau kertas HVS yang dipotong masing-masing dua lembar kepada
setiap peserta didik beserta spidol. Minta peserta menuliskan satu perilaku seks pada
satu kartu.
5. Kumpulkan kartu dan pilah mana perilaku yang sama. Tanyakan:
Apakah ada perilaku seks lain yang belum masuk dalam daftar?
Tambahkan perilaku tersebut pada kartu kosong.
6. Minta peserta didik membentuk 4 (empat) kelompok. Bagi kartu sama banyak untuk
setiap kelompok. Tugas kelompok adalah:
Kategorikan apakah perilaku dalam kartu termasuk aman atau tidak aman. Jelaskan
mengapa? Jika tidak aman apa risikonya?
Untuk perilaku yang tidak aman, bagaimana saran kamu untuk membuat perilaku
tersebut menjadi aman?

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 133
7. Minta peserta didik mempresentasikan hasil kelompoknya.
8. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi setempat bila dianggap


bertentangan dengan norma, budaya, dan agama/ keyakinan.

Ide pokok:
Tidak berhubungan seksual adalah metode paling efektif untuk mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan, HIV dan penyakit menular seksual lainnya

Bahan Bacaan

INFEKSI MENULAR SEKSUAL SERTA HIV DAN AIDS

A. INFORMASI DASAR HIV DAN AIDS


Apakah yang dimaksud dengan HIV dan AIDS?
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sel darah putih di
dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang yang
dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum membutuhkan pengobatan.
Namun orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan
seks berisiko dan berbagi alat suntik dengan orang lain.

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang
timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh infeksi HIV. Akibat menurunnya
kekebalan tubuh pada seseorang maka orang tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti
TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak dan kanker.
Stadium AIDS membutuhkan pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus
HIV di dalam tubuh sehingga bisa sehat kembali.

Bagaimana HIV bisa ditularkan kepada orang lain?


Melalui hubungan seks tanpa menggunakan kondom sehingga memungkinkan cairan mani
atau cairan vagina yang mengandung virus HIV masuk ke dalam tubuh pasangannya
Dari seorang ibu hamil yang HIV positif kepada bayinya selama masa kehamilan, waktu
persalinan dan/atau waktu menyusui.
Melalui transfusi darah/produk darah yang sudah tercemar HIV. Lewat pemakaian alat
suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai bergantian tanpa disterilkan, terutama terjadi
pada pemakaian bersama alat suntik di kalangan pengguna narkoba suntik (penasun).

Apakah transfusi darah di fasilitas kesehatan berisiko menularkan HIV?


Tidak berisiko karena umumnya, Palang Merah Indonesia dan fasilitas kesehatan selalu
melakukan pengecekan atau skrining HIV pada darah donor sebelum melakukan transfusi
kepada orang lain. Darah tercemar HIV tidak digunakan.

134 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Dalam penularan infeksi HIV dikenal ada istilah yang disebut dengan ESSE yaitu prinsip dimana
dimungkinkan untuk terjadi penularan HIV dari satu manusia ke manusia lainnya.

ESSE ini adalah kepanjangan dari Exit, Survive, Sufficient dan Enter. Dalam bahasa indonesia
bisa diartikan: ada virus yang keluar dari tubuh penderita, Virus tersebut bisa bertahan hidup,
jumlah Virus cukup untuk menginfeksi dan adanya jalan masuk virus ke tubuh orang lain. HIV
hanya bisa menular jika empat prinsip ini dipenuhi semua dan tidak bisa menular jika hanya
salah satu atau sebagian prinsip terpenuhi.

E= Exit ini maksudnya ada jalan keluar bagi cairan tubuh yang mengandung HIV yang
ada dalam tubuh seseorang keluar tubuh. Hal semacam ini misalnya jika terjadi luka
atau keluarnya cairan tubuh yang mengandung HIV seperti ketika seseorang melakukan
hubungan seksual. Bagi penularan melalui jarum suntik bisa diartikan karena ada darah
yang tersisa di dalam jarum bekas dan kemudian masuk kedalam tubuh seseorang.
S= Survive ini maksudnya dari cairan tubuh yang keluar ini harus mengandung virus yang
tetap bertahan hidup. HIV bila berada di luar tubuh inangnya (manusia) dia tidak akan
bertahan hidup lama. Ini misalnya ketika cairan tubuh keluar di saat berenang atau berada
dalam udara bebas lainnya. Virus HIV survive pada media hidupnya (darah, cairan sperma,
cairan vagina dan air susu ibu). Cairan keringat dan saliva (ludah) tidak bisa menularkan HIV.
S= Sufficient ini maksudnya kandungan HIV dalam cairan tubuh yang keluar dari orang yang
terifeksi HIV harus ada dalam kandungan/jumlah yang cukup. Jika jumlahnya sedikit, HIV
tidak akan bisa menginkubasi tubuh manusia lainnya. Makin besar jumlah cairan tubuh
(darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu) yang masuk ke tubuh orang lain maka
makin besar kemungkinan menularkan.
Enter= Adanya jalur masuk di tubuh manusia yang memungkinkan kontak dengan cairan
tubuh yang mengandung HIV. Ini mengapa penggunaan kondom serta pelicin kemudian
penting sebab akan meminimalisir terjadinya perlukaan ketika terjadi kontak hubungan
seksual.

Apakah infeksi HIV dapat dicegah?


Ya. dengan cara:
1. Tidak berhubungan seks (selibat)
2. Selalu setia pada pasangan
3. Jauhi narkoba

Bagaimana cara mengetahui status HIV?


Orang yang sedang dalam tahap HIV tidak bisa kita kenali. Mereka tampak sehat dan tidak
menunjukkan gejala penyakit apapun. Status terinfeksi HIV hanya dapat diketahui setelah
mengikuti test HIV yang disertai konseling. Segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat (Klinik
VCT) untuk tes HIV.

Apa yang dimaksud dengan tes HIV?


Layanan test HIV dan konseling ini disebut sebagai VCT (Voluntary Counseling and Testing).
Tes HIV biasanya berupa tes darah untuk memastikan adanya antibodi HIV di dalam sampel
darah. Tes HIV bersifat sukarela dan rahasia. Sebelum melakukan tes HIV, akan dilakukan

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 135
konseling untuk mengetahui tingkat risiko infeksi dari perilaku selama ini dan bagaimana
nantinya harus bersikap setelah mengetahui hasil tes HIV. Untuk tes cepat dapat juga digunakan
tes usapan selaput lendir mulut (Oraquick)

Apakah ada pengobatan untuk HIV dan AIDS?


Terinfeksi HIV bukanlah vonis mati. AIDS dapat dicegah dengan pengobatan antiretroviral atau
ARV. Pengobatan ARV menekan laju perkembangan virus HIV di dalam tubuh sehingga orang
dengan infeksi HIV dapat kembali sehat atau bebas gejala. Namun virus HIV masih ada di
dalam tubuhnya dan tetap bisa menularkan pada orang lain.

Apakah orang yang telah terinfeksi HIV boleh berkeluarga dan memiliki
keturunan?
Risiko penularan kepada pasangan melalui hubungan seksual dapat dicegah dengan penggunaan
kondom. Pengobatan dengan ARV juga dapat menekan pertumbuhan virus HIV dalam tubuh
manusia sampai ke batas yang tidak terdeteksi sehingga risiko penularan ke pasangan dapat
dikurangi, namun harus tetap menggunakan kondom.

Orang yang telah terinfeksi HIV bahkan tetap dapat memiliki keturunan dengan aman. Melalui
program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA/PMTCT), penularan HIV dari ibu
ke anak saat kehamilan, melahirkan dan menyusui dapat dikurangi sampai 0%. Calon orang
tua dapat menekan risiko penularan pada anak dengan mengetahui status HIV sejak dini.
Berkonsultasilah dengan dokter yang merawat.

Apakah orang yang telah terinfeksi HIV perlu dihindari?


Anda tidak perlu menghindari orang yang telah terinfeksi HIV. Penularan HIV terjadi melalui
cara-cara yang spesifik. Berinteraksi sosial dengan orang yang telah terinfeksi HIV tidak
menyebabkan penularan HIV.

Mendobrak Mitos HIV:


HIV tidak menular di kolam renang umum
HIV tidak menular melalui batuk atau bersin
HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk atau serangga lainnya
HIV tidak menular dengan berbagi alat makan bersama
HIV tidak menular karena berjabat tangan
HIV tidak menular karena berciuman

Adakah keterkaitan infeksi HIV dan Infeksi Menular Seksual?


Infeksi Menular Seksual atau IMS adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual
baik melalui vagina, anus atau mulut. Orang yang mengidap IMS memiliki risiko yang lebih
besar untuk terinfeksi HIV. Perlukaan pada kelamin karena adanya IMS dapat mempermudah
seseorang tertular HIV saat berhubungan seks tanpa pengaman.

136 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Penyakit IMS misalnya:

Sifilis

Kencing Nanah (Gonore)

Keputihan karena Gonore Kencing nanah karena Gonore

Gonore pada mata

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 137
Ulkus Mole

Ulkus Mole di batang kelamin Ulkus Mole pada perempuan

Klamidia

Herpes Genitalis

Herpes Genital Feminio Herpes Genital Masculino

138 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Kutil Kelamin

Kondiloma akuminata/Jengger ayam/ Kutil kelamin

Gejala yang timbul tergantung pada jenis IMS yang diderita. Beberapa gejala IMS yang mungkin
timbul adalah:
Keluarnya sekret atau nanah dari penis, vagina atau anus
Nyeri atau terasa panas waktu kencing
Benjolan, bintil atau luka pada penis, vagina, anus atau mulut
Pembengkakan di pangkal paha
Perdarahan setelah berhubungan kelamin
Nyeri pada perut bawah (wanita)
Nyeri pada buah pelir
Bila terdapat gejala di atas, jangan mengobati diri sendiri dengan obat bebas di pasaran. IMS
itu mencakup banyak jenis penyakit. Segera periksakan diri anda ke layanan kesehatan terdekat
untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

Hindari hubungan seks atau gunakan kondom dalam hubungan seks selama masih dalam
pengobatan. Agar infeksi tidak berulang, ajak pasangan untuk diperiksa dan diobati pula.

Bila IMS tidak mendapakan pengobatan yang tepat, dapat meningkatkan risiko terkena infeksi
HIV, kemandulan, keguguran, atau penularan IMS kepada pasangan atau bayi yang dikandung.

Pengobatan HIV:
Pengobatan HIV dan AIDS pada dasarnya meliputi aspek Medis Klinis, Psikologis dan Aspek
Sosial yang meliputi pengobatan supportive (dukungan), pencegahan dan pengobatan infeksi
oportunistik dan pengobatan antiretroviral.

ARV atau Antiretroviral


ARV merupakan singkatan dari Antiretroviral, yaitu obat yang dapat menghentikan reproduksi
HIV didalam tubuh. Bila pengobatan tersebut bekerja secara efektif, maka kerusakan kekebalan
tubuh dapat ditunda bertahuntahun dan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 139
orang yang terinfeksi HIV dapat mencegah AIDS. Dengan semakin meningkatnya jumlah kasus
infeksi HIV tersebut, ARV memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat sehat melalui
strategi penanggulangan AIDS yang memadukan upaya pencegahan dengan upaya perawatan,
dukungan serta pengobatan.

Hingga saat ini, ARV masih merupakan cara paling efektif serta mampu menurunkan angka
kematian dan berdampak pada peningkatan kualitas hidup orang terinfeksi HIV sekaligus
meningkatkan harapan masyarakat untuk hidup lebih sehat. Sehingga pada saat ini HIV dan
AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan seperti diabetes, asma atau
darah tinggi dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang pembunuh yang menakutkan

B. INFORMASI DASAR INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

Apa itu IMS?


IMS adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan
yang sudah tertular. Hubungan seks ini termasuk hubungan seks lewat liang senggama/ vagina
(vaginal seks), lewat mulut (oral seks) atau lewat dubur (anal seks).

IMS juga disebut penyakit kelamin, namun itu hanya menunjuk pada penyakit yang ada di
kelamin. Istilah infeksi menular seksual lebih luas maknanya, karena menunjuk pada cara
penularannya. Tanda-tandanya juga ada di alat penglihatan, mulut, saluran pencernaan,
hati, otak dan bagian tubuh lainnya. Contohnya HIV-AIDS dan Hepatitis B yang menular
lewat hubungan seks, tetapi penyakitnya tidak bisa dilihat dari alat kelaminnya. Artinya, alat
kelaminnya masih tampak sehat meskipun orangnya membawa bibit penyakit-penyakit ini.

Mengapa saya perlu tahu tentang IMS?


Kalau kita sudah pernah berhubungan seksual, maka kita dapat terkena IMS, walaupun
mungkin kita cuma pernah berhubungan seksual satu kali saja.

Apa bahayanya IMS?


IMS membuat kita sakit-sakitan
IMS membuat kita mandul
IMS bisa menyebabkan keguguran
IMS bisa menimbulkan kanker leher rahim
IMS bisa merusak penglihatan, otak dan hati
IMS bisa ditularkan kepada bayi
IMS bisa menyebabkan kita mudah tertular HIV
IMS tertentu seperti HIV dan Hepatitis B, bisa menyebabkan kematian

Apa saja jenis-jenis IMS itu?


IMS ada banyak sekali jenisnya! Beberapa diantaranya yang paling penting adalah:
GO atau kencing nanah
Klamidia

140 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Herpes kelamin
Sifilis atau raja singa
Jengger ayam
Hepatitis
HIV-AIDS

Di zaman sekarang, Klamidia semakin sering ditemui. Seperti juga GO, klamidia amat sering
membuat orang mandul bila tidak diobati dengan benar. Jengger ayam dan herpes juga sering
ditemui dan biasanya menjengkelkan karena penyakit-penyakit ini kumat-kumatan seumur
hidup. Raja Singa juga akibatnya buruk kalau tidak cepat diobati. Hepatitis kalau sudah
parah juga berbahaya dan merusak hati. Sementara AIDS yang disebabkan HIV dan merusak
kekebalan tubuh manusia juga makin banyak dan membuat orang sakit-sakitan. Sebagian
besar mereka yang tertular HIV meninggal karena AIDS. Obat-obatan untuk mengendalikan
(bukan menyembuhkan) HIV umumnya mahal, sehingga tidak terjangkau kebanyakan orang.

Apakah semua IMS bisa diobati?


Tidak semua IMS bisa diobati. HIV/AIDS, Herpes, Jengger Ayam dan Hepatitis termasuk jenis-
jenis IMS yang tidak bisa disembuhkan. HIV/AIDS termasuk paling berbahaya. HIV/AIDS tidak
bisa disembuhkan dan merusak kekebalan tubuh manusia untuk melawan penyakit apapun.
Akibatnya, orang menjadi sakit-sakitan dan banyak yang meninggal karenanya.

Sementara Herpes, sering kambuh dan sangat nyeri kalau kambuh. Pada Herpes, yang diobati
cuma gejala luarnya saja, tetapi bibit penyakitnya akan tetap hidup di dalam tubuh selamanya.

Catat!Hepatitis juga tidak bisa disembuhkan. Walau begitu, ada jenis Hepatitis tertentu yang
bisa dicegah dengan imunisasi.

Apakah IMS selalu ada tandanya?


Tidak! Seringkali IMS tidak menunjukkan gejalasama sekali dan tidak terasa, sehingga kita
tidaktahu kalau kita sudah terkena. IMS tidak selalu menunjukkan tanda atau gejala, baik pada
laki-laki atau perempuan. Beberapa IMS tandanya bisa muncul setelah berminggu-minggu,
berbulan-bulan atau bahkan tahunan setelah kita terkena.

Pada perempuan, IMS seringkali tidak menunjukkan gejala. Meski gejalanya tidak ada dan
tidak terasa sakit, IMS ini bisa ditularkan kepada orang lain.

Mengapa orang sering tidak tahu dirinya terkena IMS?


Pada perempuan, masalahnya luka-luka IMS seringkali terjadi di leher rahim. Jauh di dalam,
sehingga tidak kelihatan dari luar. Dan karena seringkali IMS tidak menimbulkan rasa nyeri,
maka seseorang tidak merasa dirinya telah terkena IMS. Sementara pada laki-laki, luka-luka
di mulut saluran kencing atau di saluran kencing juga tidak selalu kelihatan atau tidak disertai
rasa nyeri.

Apa gejala IMS yang paling umum?


IMS sering tidak menujukkan gejala, terutama pada wanita. Namun demikian, ada pula IMS
yang menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 141
Keluarnya cairan dari vagina, penis atau dubur yang berbeda dari biasanya. Pada perempuan,
keputihan yang keluar semakin banyak. Warnanya bisa putih susu, kekuningan, kehijauan
atau disertai dengan bercak darah. Bisa pula baunya tidak enak, berbentuk cairan ataupun
serpihan-serpihan seperti pecahan susu.
Perih, nyeri atau panas saat kencing atau setelah kencing, atau menjadi sering kencing.
Luka terbuka, luka basah di sekitar kemaluan atau sekitar mulut. Sifat lukanya bisa nyeri,
bisa juga tidak.
Tumbuhan seperti jengger ayam atau kutil sekitar kemaluan.
Gatal-gatal di daerah alat kelamin.
Bengkak di lipatan paha.
Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak dan nyeri.
Sakit perut di bagian bawah yang kumat-kumatan dan tidak ada hubungannya dengan haid.
Keluar darah sehabis berhubungan seks.
Secara umum merasa tidak enak badan atau demam.

Mencegah Penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) Dan HIV

Bagi remaja, cara utama untuk pencegahan IMS adalah tidak melakukan berhubungan seks
sebelum menikah sama sekali (Abstinensia).

Sebagai pengetahuan bahwa, dalam ilmu medis, ada cara lain untuk menghindari IMS adalah
menggunakan pelindung atau kondom saat berhubungan seks. Cara ini lebih ditujukan pada
pasangan yang sudah menikah atau kelompok yang sudah terlanjur aktif secara seksual dan
berisiko terhadap penularan IMS dan HIV. Tetapi tidak melakukan hubungan seks sebelum
menikah adalah cara paling ideal bagi remaja. Meskipun seks dengan pelindung (kondom)
dapat mencegah IMS dan HIV, akan tetapi remaja secara psikologis akan merasa bersalah
karena melakukan hubungan seks sebelum menikah dan secara sosial bisa mendapatkan
stigma dari lingkungan.

Di bawah ini ada beberapa cara untuk menghindari IMS:


1. Tidak melakukan seks sama sekali adalah cara paling aman untuk mencegah terjangkit
IMS dan sangat disarankan bagi remaja.
2. Bagi pasangan yang sudah menikah dan kelompok yang sudah terlanjur aktif mempraktekkan
hubungan seks sebelum menikah, maka gunakan kondom secara konsisten.
3. Hindari berbagi-pakai untuk handuk dan pakaian.
4. Dapatkan vaksinasi untuk Hepatitis B secara lengkap. Ada 3 seri suntikan yang harus
didapatkan untuk kriteria lengkap.
5. Lakukan test HIV.
6. Jika bermasalah dengan alkohol atau penyalah-gunaan obat, segeralah mencari
pertolongan. Orang yang mabuk atau dalam pengaruh obat-obatan seringkali gagal untuk
melakukan seks secara aman.

142 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Penularan Infeksi Menular Seksual berhubungan dengan perilaku. Artinya
mempraktekkan perilaku yang sehat secara konsisten merupakan kunci dari
pencegahan.
Melakukan pencegahan jauh lebih baik dan merupakan pilihan cerdas daripada
tertular dan mengobatinya.
Jika mendapati diri sendiri atau teman sebaya terkena gejala salah satu Infeksi
Menular Seksual, segeralah ke dokter atau Puskesmas PKPR terdekat dan jangan
diobati sendiri karena dibutuhkan obat yang tepat untuk gejala tertentu.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah Infeksi Menular Seksual, Guru
segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling atau merujuk ke
Puskesmas PKPR terdekat mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.

UNTUK PESERTA DIDIK

Pesan Kunci
Hubungan seks pranikah adalah pintu masuk penularan Infeksi Menular Seksual (IMS).
Oleh sebab itu, cara pencegahan paling baik bagi remaja adalah tidak melakukan
hubungan seks pra nikah.
Tolak ajakan dari siapapun termasuk pacar untuk melakukan hubungan seks pra nikah
meskipun mengatasnamakan cinta. Karena hubungan seks hanya membuktikan bahwa
organ reproduksi bekerja dan bukan membuktikan cinta.
Jangan malu mencari bantuan ke Puskesmas PKPR terdekat jika mengalami gejala Infeksi
menular seksual (IMS). Mengobati sendiri bukanlah pilihan bijak karena bisa jadi malah
membuat virus/ bakteri penyebabnya semakin berkembang.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 143
TOPIK 5.2
HIV DAN AIDS

Tujuan Pembelajaran:
1. Memahami fakta yang benar tentang informasi dasar HIV dan AIDS melalui berbagi
pendapat
2. Memahami hal-hal tang dapat dan tidak dapat menularkan HIV melalui diskusi

Keterampilan Yang Dikembangkan:


1. Berfikir Kritis
2. Berfikir Kreatif
3. Komunikasi yang Efektif
4. Pengambilan Keputusan

Alat Bantu:
1. Kertas plano
2. Spidol warna
3. Majalah bekas
4. Gunting
5. Lem kertas
6. LCD

Waktu:
90 menit

Langkah Pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Tanyakan kepada peserta didik:
Siapa yang pernah dengar tentang HIV dan AIDS? Coba jelaskan?
Bagaimana cara HIV menular?
3. Minta peserta didik membentuk 4 (empat) kelompok. Bagikan majalah bekas, spidol,
kertas plano, lem kertas dan gunting kepada masing-masing kelompok. Tugas kelompok
adalah:
Membuat poster menarik tentang cara pencegahan HIV
4. Minta masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya.
5. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi setempat bila dianggap


bertentangan dengan norma, budaya, dan agama/ keyakinan.

144 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Ide pokok:
Memahami informasi dasar HIV dan AIDS, antara lain: apa itu HIV dan AIDS, cara menular
dan mencegah penting bagi peserta didik untuk membantu melindungi diri dari risiko
penularan HIV.
Paham informasi HIV juga akan membantu peserta didik untuk tidak melakukan stigma
dan diskriminasi kepada orang dengan HIV dan AIDS (ODHA)

Bahan Bacaan
HIV DAN AIDS

C. INFORMASI DASAR HIV DAN AIDS


Apakah yang dimaksud dengan HIV dan AIDS?
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sel darah putih di
dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang yang
dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum membutuhkan pengobatan.
Namun orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan
seks berisiko dan berbagi alat suntik dengan orang lain.

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang
timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh infeksi HIV. Akibat menurunnya
kekebalan tubuh pada seseorang maka orang tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti
TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak dan kanker.
Stadium AIDS membutuhkan pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus
HIV di dalam tubuh sehingga bisa sehat kembali.

Bagaimana HIV bisa ditularkan kepada orang lain?


Melalui hubungan seks tanpa menggunakan kondom sehingga memungkinkan cairan mani
atau cairan vagina yang mengandung virus HIV masuk ke dalam tubuh pasangannya
Dari seorang ibu hamil yang HIV positif kepada bayinya selama masa kehamilan, waktu
persalinan dan/atau waktu menyusui.
Melalui transfusi darah/produk darah yang sudah tercemar HIV.
Lewat pemakaian alat suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai bergantian tanpa
disterilkan, terutama terjadi pada pemakaian bersama alat suntik di kalangan pengguna
narkoba suntik (penasun).

Apakah transfusi darah di fasilitas kesehatan berisiko menularkan HIV?


Tidak berisiko karena umumnya, Palang Merah Indonesia dan fasilitas kesehatan selalu
melakukan pengecekan atau skrining HIV pada darah donor sebelum melakukan transfusi
kepada orang lain. Darah tercemar HIV tidak digunakan.

Dalam penularan infeksi HIV dikenal ada istilah yang disebut dengan ESSE yaitu prinsip dimana
dimungkinkan untuk terjadi penularan HIV dari satu manusia ke manusia lainnya.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 145
ESSE ini adalah kepanjangan dari Exit, Survive, Sufficient dan Enter. Dalam bahasa indonesia
bisa diartikan: ada virus yang keluar dari tubuh penderita, Virus tersebut bisa bertahan hidup,
jumlah Virus cukup untuk menginfeksi dan adanya jalan masuk virus ke tubuh orang lain. HIV
hanya bisa menular jika empat prinsip ini dipenuhi semua dan tidak bisa menular jika hanya
salah satu atau sebagian prinsip terpenuhi.
E= Exit ini maksudnya ada jalan keluar bagi cairan tubuh yang mengandung HIV yang
ada dalam tubuh seseorang keluar tubuh. Hal semacam ini misalnya jika terjadi luka
atau keluarnya cairan tubuh yang mengandung HIV seperti ketika seseorang melakukan
hubungan seksual. Bagi penularan melalui jarum suntik bisa diartikan karena ada darah
yang tersisa di dalam jarum bekas dan kemudian masuk kedalam tubuh seseorang.
S= Survive ini maksudnya dari cairan tubuh yang keluar ini harus mengandung virus yang
tetap bertahan hidup. HIV bila berada di luar tubuh inangnya (manusia) dia tidak akan
bertahan hidup lama. Ini misalnya ketika cairan tubuh keluar di saat berenang atau berada
dalam udara bebas lainnya. Virus HIV survive pada media hidupnya (darah, cairan sperma,
cairan vagina dan air susu ibu). Cairan keringat dan saliva (ludah) tidak bisa menularkan HIV.
S= Sufficient ini maksudnya kandungan HIV dalam cairan tubuh yang keluar dari orang yang
terifeksi HIV harus ada dalam kandungan/jumlah yang cukup. Jika jumlahnya sedikit, HIV
tidak akan bisa menginkubasi tubuh manusia lainnya. Makin besar jumlah cairan tubuh
(darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu) yang masuk ke tubuh orang lain maka
makin besar kemungkinan menularkan.
Enter= Adanya jalur masuk di tubuh manusia yang memungkinkan kontak dengan cairan
tubuh yang mengandung HIV. Ini mengapa penggunaan kondom serta pelicin kemudian
penting sebab akan meminimalisir terjadinya perlukaan ketika terjadi kontak hubungan
seksual.

Apakah infeksi HIV dapat dicegah?


Ya. dengan cara:
Tidak berhubungan seks (selibat)
Selalu setia pada pasangan
Jauhi narkoba

Bagaimana cara mengetahui status HIV?


Orang yang sedang dalam tahap HIV tidak bisa kita kenali. Mereka tampak sehat dan tidak
menunjukkan gejala penyakit apapun. Status terinfeksi HIV hanya dapat diketahui setelah
mengikuti test HIV yang disertai konseling. Segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat (Klinik
VCT) untuk tes HIV.

Apa yang dimaksud dengan tes HIV?


Layanan test HIV dan konseling ini disebut sebagai VCT (Voluntary Counseling and Testing).
Tes HIV biasanya berupa tes darah untuk memastikan adanya antibodi HIV di dalam sampel
darah. Tes HIV bersifat sukarela dan rahasia. Sebelum melakukan tes HIV, akan dilakukan
konseling untuk mengetahui tingkat risiko infeksi dari perilaku selama ini dan bagaimana
nantinya harus bersikap setelah mengetahui hasil tes HIV. Untuk tes cepat dapat juga digunakan
tes usapan selaput lendir mulut (Oraquick)

146 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Apakah ada pengobatan untuk HIV dan AIDS?
Terinfeksi HIV bukanlah vonis mati. AIDS dapat dicegah dengan pengobatan antiretroviral atau
ARV. Pengobatan ARV menekan laju perkembangan virus HIV di dalam tubuh sehingga orang
dengan infeksi HIV dapat kembali sehat atau bebas gejala. Namun virus HIV masih ada di
dalam tubuhnya dan tetap bisa menularkan pada orang lain.

Apakah orang yang telah terinfeksi HIV boleh berkeluarga dan memiliki
keturunan?
Risiko penularan kepada pasangan melalui hubungan seksual dapat dicegah dengan penggunaan
kondom. Pengobatan dengan ARV juga dapat menekan pertumbuhan virus HIV dalam tubuh
manusia sampai ke batas yang tidak terdeteksi sehingga risiko penularan ke pasangan dapat
dikurangi, namun harus tetap menggunakan kondom.

Orang yang telah terinfeksi HIV bahkan tetap dapat memiliki keturunan dengan aman. Melalui
program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA/PMTCT), penularan HIV dari ibu
ke anak saat kehamilan, melahirkan dan menyusui dapat dikurangi sampai 0%. Calon orang
tua dapat menekan risiko penularan pada anak dengan mengetahui status HIV sejak dini.
Berkonsultasilah dengan dokter yang merawat.

Apakah orang yang telah terinfeksi HIV perlu dihindari?


Anda tidak perlu menghindari orang yang telah terinfeksi HIV. Penularan HIV terjadi melalui
cara-cara yang spesifik. Berinteraksi sosial dengan orang yang telah terinfeksi HIV tidak
menyebabkan penularan HIV.

Mendobrak Mitos HIV:


HIV tidak menular di kolam renang umum

HIV tidak menular melalui batuk atau bersin


HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk atau serangga lainnya
HIV tidak menular dengan berbagi alat makan bersama
HIV tidak menular karena berjabat tangan
HIV tidak menular karena berciuman

Adakah keterkaitan infeksi HIV dan Infeksi Menular Seksual (IMS) ?


Infeksi Menular Seksual atau IMS adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual
baik melalui vagina, anus atau mulut. Orang yang mengidap IMS memiliki risiko yang lebih
besar untuk terinfeksi HIV. Perlukaan pada kelamin karena adanya IMS dapat mempermudah
seseorang tertular HIV saat berhubungan seks tanpa pengaman.

Gejala yang timbul tergantung pada jenis IMS yang diderita. Beberapa gejala IMS yang mungkin
timbul adalah:
Keluarnya sekret atau nanah dari penis, vagina atau anus
Nyeri atau terasa panas waktu kencing

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 147
Benjolan, bintil atau luka pada penis, vagina, anus atau mulut
Pembengkakan di pangkal paha
Perdarahan setelah berhubungan kelamin
Nyeri pada perut bawah (wanita)
Nyeri pada buah pelir

Penyakit IMS misalnya:


Sifilis
Kencing Nanah (Gonore)
Klamidia
Herpes Genitalis
Infeksi Trikomunas
Kutil Kelamin
Bila terdapat gejala di atas, jangan mengobati diri sendiri dengan obat bebas di pasaran. IMS
itu mencakup banyak jenis penyakit. Segera periksakan diri anda ke layanan kesehatan terdekat
untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

Hindari hubungan seks atau gunakan kondom dalam hubungan seks selama masih dalam
pengobatan. Agar infeksi tidak berulang, ajak pasangan untuk diperiksa dan diobati pula.

Bila IMS tidak mendapakan pengobatan yang tepat, dapat meningkatkan risiko terkena infeksi
HIV, kemandulan, keguguran, atau penularan IMS kepada pasangan atau bayi yang dikandung.

Pengobatan HIV:
Pengobatan HIV dan AIDS pada dasarnya meliputi aspek Medis Klinis, Psikologis dan Aspek
Sosial yang meliputi pengobatan supportive (dukungan), pencegahan dan pengobatan infeksi
oportunistik dan pengobatan antiretroviral.

ARV atau Antiretroviral


ARV merupakan singkatan dari Antiretroviral, yaitu obat yang dapat menghentikan reproduksi
HIV didalam tubuh. Bila pengobatan tersebut bekerja secara efektif, maka kerusakan kekebalan
tubuh dapat ditunda bertahuntahun dan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga
orang yang terinfeksi HIV dapat mencegah AIDS. Dengan semakin meningkatnya jumlah kasus
infeksi HIV tersebut, ARV memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat sehat melalui
strategi penanggulangan AIDS yang memadukan upaya pencegahan dengan upaya perawatan,
dukungan serta pengobatan.

Hingga saat ini, ARV masih merupakan cara paling efektif serta mampu menurunkan angka
kematian dan berdampak pada peningkatan kualitas hidup orang terinfeksi HIV sekaligus
meningkatkan harapan masyarakat untuk hidup lebih sehat. Sehingga pada saat ini HIV dan
AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan seperti diabetes, asma atau
darah tinggi dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang pembunuh yang menakutkan

148 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Mencegah Penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) Dan HIV

Bagi remaja, cara utama untuk pencegahan IMS adalah tidak melakukan berhubungan seks
sebelum menikah sama sekali (Abstinensia).

Sebagai pengetahuan bahwa, dalam ilmu medis, ada cara lain untuk menghindari IMS adalah
menggunakan pelindung atau kondom saat berhubungan seks. Cara ini lebih ditujukan pada
pasangan yang sudah menikah atau kelompok yang sudah terlanjur aktif secara seksual dan
berisiko terhadap penularan IMS dan HIV. Tetapi tidak melakukan hubungan seks sebelum
menikah adalah cara paling ideal bagi remaja. Meskipun seks dengan pelindung (kondom)
dapat mencegah IMS dan HIV, akan tetapi remaja secara psikologis akan merasa bersalah
karena melakukan hubungan seks sebelum menikah dan secara sosial bisa mendapatkan
stigma dari lingkungan.

Di bawah ini ada beberapa cara untuk menghindari IMS:

Tidak melakukan seks sama sekali adalah cara paling aman untuk mencegah terjangkit IMS
dan sangat disarankan bagi remaja.
Bagi pasangan yang sudah menikah dan kelompok yang sudah terlanjur aktif mempraktekkan
hubungan seks sebelum menikah, maka gunakan kondom secara konsisten.
Hindari berbagi-pakai untuk handuk dan pakaian.
Dapatkan vaksinasi untuk Hepatitis B secara lengkap. Ada 3 seri suntikan yang harus
didapatkan untuk kriteria lengkap.
Lakukan test HIV.
Jika bermasalah dengan alkohol atau penyalah-gunaan obat, segeralah mencari pertolongan.
Orang yang mabuk atau dalam pengaruh obat-obatan seringkali gagal untuk melakukan
seks secara aman.

MEMUTUS MATA RANTAI STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP ODHA


Stigmatisasi dan diskriminasi sebenarnya tidak hanya dialami ODHA. Sebelum ada HIV
dan AIDS, para penyandang kusta maupun orang-orang yang pernah menyandang kusta
merasakan pengalaman tidak menyenangkan dengan adanya stigma dan diskriminasi ini.
Dengan ditemukannya obat MDT yang bisa menyembuhkan kusta tanpa cacat asal penyakitnya
ditemukan dini dan berobat teratur selama minimal 6 bulan, pandangan dan sikap negatif ini
mulai hilang.

Hippocrates konon melarang murid-muridnya mengunjungi penderita Phthisis (sebutan


TB Paru pada waktu itu) karena akan menurunkan kredibilitas tabib, sebab tidak mampu
menyembuhkan. Berarti ada perlakuan beda untuk penderita TB.

Dibandingkan TB Paru dan Kusta, yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu, AIDS adalah sesuatu
yang amat baru. Indonesia baru mengenal AIDS pada tahun 1987. Adalah wajar kalau kemudian
ada pandangan dan kepercayaan-kepercayaan yang salah mengenai HIV/AIDS ini. Apalagi pada
awal-awal masuknya HIV/AIDS, label tentang Tidak ada obat, kematian, seks, obat bius dan
moral melekat amat erat dengan HIV/AIDS.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 149
Masalahnya sekarang ini adalah abad ke 21, abad kemajuan. Kalau ada stigma dan diskriminasi,
mestinya ya pada awal-awal dikenalnya penyakit. Sekarang sudah waktunya menuju ke Zero
discrimination.

Beberapa hal yang mendukung timbulnya stigma antara lain:

HIV/AIDS dikaitkan dengan ketiadaan obat dan kematian;


Dikaitkan dengan perilaku seksual yang justru sudah merupakan stigma tersendiri di
beberapa kelompok masyarakat;
Pandangan moral dan ketidak tahuan serta informasi yang salah tentang HIV/AIDS

Stigma dan Diskriminasi: Hambatan Utama Pengendalian HIV dan AIDS


Stigma terkait HIV dan AIDS akan diikuti dengan diskriminasi, misalnya perlakuan negatif dan
pembatasan-pembatasan kesempatan yang bisa mempengaruhi seluruh aspek kehidupan
ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS). Mulai dari pergaulan sosial, kesempatan memperoleh
pendidikan dan pekerjaan, pelayanan kesehatan, bepergian, dan lain-lain. Hal ini justru
menghambat upaya pengendalian HIV/AIDS, membuat AIDS tetap menjadi the silent
killer(pembunuh yang diam).

Ketidak-tahuan bisa diakibatkan karena orang memang tidak tahu atau memperoleh informasi
yang salah. Hal ini akan menimbulkan sikap negatif yaitu stigma yang memberi label atau cap
kepada ODHA dengan predikat-predikat yang tidak baik. Akibat dari sikap tersebut tumbuhlah
perilaku diskriminatif, dimana yang paling menonjol adalah: perbedaan perlakuan, penolakan
dan pembatasan.

Satu-satunya yang diuntungkan dengan adanya stigma dan diskriminasi hanyalah virus AIDS,
karena banyak orang takut mengetahui status HIVnya, dan yang sudah tahu kalau dirinya HIV
positif akan kesulitan mengakses pelayanan. Penularan dan kematian yang terkait dengan AIDS
akan jalan terus. Inilah tantangan sekaligus ancaman stigma dan diskriminasi harus dijawab.

Meningkatkan Pengetahuan Adalah Solusinya


Berangkat dari ketidaktahuan mengenai HIV dan AIDS apalagi kalau ditambah dengan informasi
yang tidak benar akan menimbulkan perasaan takut kepada HIV dan AIDS termasuk ODHA. Rasa
takut akan menimbulkan stigma dan stigma menghasilkan tindakan diskriminatif. Karena ada
stigma + diskriminasi maka orang jadi enggan bicara tentang HIV/AIDS, enggan mengetahui
status HIV-nya, enggan pergi ke fasilitas kesehatan, dan tentu saja kalau memerlukan ARV tidak
akan mendapatkannya karena enggan untuk pergi ke fasilitas kesehatan, sekalipun sudah tahu
bahwa ARV gratis. Kematian akan semakin tinggi, ketakutan semakin menjadi dan stigmatisasi
makin merajalela. Terjadilah lingkaran setan atau circulus viciosus yang berputar terus
sampai habisnya manusia.

Tujuan pengendalian HIV dan AIDS di Indonesia adalah menurunnya jumlah kasus baru HIV
(target jangka panjang: zero new infection atau nol infeksi baru), menurunnya tingkat
diskriminasi (target jangka panjang: zero discrimination atau nol diskriminasi), dan
menurunnya angka kematian AIDS (target jangka panjang:zero AIDS related deaths atau nol
kematian karena AIDS) serendah mungkin serta meningkatnya kualitas hidup ODHA,

150 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Dalam kaitan dengan upaya mencapai zero discrimination, karena stigma dan diskriminasi
disebabkan oleh ketidaktahuan dan ketidakpedulian, maka cara yang terbaik untuk
mengatasinya adalah dengan meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan kepedulian
akankebutuhan pribadi dan orang lain.

Berdasarkan UU Kesehatan dan UU HAM, Kesehatan adalah Hak Asasi Manusia yang meliputi
hak untuk mengetahui dan melindungi kondisi kesehatan pribadi, hak untuk mempertahankan
derajat kesehatan pribadi serta hak untuk meningkatkan kesehatan pribadi keluarga dan
masyarakat. Bila pengetahuan komprehensif masyarakat mengenai HIV dan AIDS baik, maka
hal-hal positif yang terjadi antara lain:

1. Masyarakat dapat melaksanakan sendiri perilaku hidup yang tidak berisiko terhadap
penularan HIV dan AIDS. Walaupun AIDS belum ada obat yang menyembuhkan tuntas,
tetapi AIDS dapat dicegah dan dihindari.
2.Karena sudah punya pengetahuan, maka stigmatisasi menurun dan otomatis diskriminasi
juga turun. Berkurangnya pembedaan perlakuan, penolakan dan pembatasan akan
meningkatkan kualitas hidup ODHA baik jasmani, rohani dan sosial.
3.Orang tidak takut lagi meminta tes untuk mengetahui status HI-nya. Dengan mengetahui
status HIV maka kita dapat mengambil langkah-langkah terbaik bagi yang kemudian
ternyata HIV positif maupun yang HIV negatif
4. ODHA dapat dengan mudah mengakses ARV. Dengan akses obat yang lancar dan
berkesinambungan, kualitas dan umur harapan hidup akan meningkat. Stigma semakin
berkurang karena kematian dan kondisi buruk sebagai salah satu penyebab stigma sudah
tereliminasi.

Akhirnya, lingkaran setan pun menjadi berbalik kata: masyarakat menjadi semakin tahu, makin
tidak takut, makin tidak ada stigma, makin tidak ada diskriminasi, dan seterusnya sampai tercapai
cita-cita: zero discrimination yang kontribusinya amat besar dalam menghentikan penularan
dan menghentikan kematian yang berhubungan dengan AIDS. Sayang bahwa perjalanan kita
tidak selamanya lancar. Apalagi yang kita hadapi adalah stigma dan diskriminasi. HIV dan AIDS
adalah sesuatu yang sensitif sehingga dalam memberikan penyuluhan tidak boleh gegabah.
Oleh sebab itu dikatakan tantangan sekaligus ancaman.

UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Mempraktekkan perilaku hidup sehat secara konsisten adalah cara pencegahan HIV
terbaik.
Meskipun dengan status HIV nya, ODHA berhak untuk hidup sehat. Dukungan
keluarga dan orang disekitar mereka sangat diperlukan dan berarti untuk membantu
mereka membangun hidup sehat.
Stigma dan diskriminasi telah menghambat upaya penurunan kasus HIV. Stigma dan
diskriminasi muncul dari ketidaktahuan dan ketidakpedulian masyarakat.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 151
Memutus mata rantai stigma dan diskriminasi akan membantu memutus mata rantai
penularan HIV karena telah terbangun pengetahuan dan kepedulian dari semua
orang
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah Infeksi Menular Seksual,
Guru segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling atau merujuk
ke Puskesmas PKPR terdekat mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.

UNTUK PESERTA DIDIK

Pesan Kunci
Miliki informasi yang lengkap dan akurat tentang cara penularan dan pencegahan IMS
dan HIV.
Hindari alkohol dan NAPZA yang dapat mempertinggi risiko tertular IMS dan HIV karena
alkohol dan NAPZA membuat kita tidak bisa mengontrol perilaku secara sehat.
Segera lakukan konseling dan tes jika merasa diri kita telah melakukan perilaku yang
berisiko terhadap IMS dan HIV.
Bangun pengetahuan dan kepedulian yang lebih baik diantara teman sebaya untuk
menurunkan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA.
Libatkan ODHA untuk menjadi pendidik bagi remaja agar terhindar dari HIV serta advokat
untuk memperjuangkan hak-hak mereka .
Pantau dan catat kasus-kasus pelanggaran hak termasuk stigma dan diskriminasi lalu
dorong Pemerintah untuk menjamin kehidupan ODHA secara lebih baik.
Dukung ODHA untuk selalu hidup lebih sehat

152 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
LAMPIRAN 1
PRE POST TEST PENDIDIKAN KESEHATAN
REPORODUKSI YANG KOMPREHENSIF
BAGI SISWA SMP/ MTSn

Pilihlah jawaban apakah anda Setuju (S) atau Tidak Setuju (TS) dengan pernyataan dibawah
ini dengan memberi tanda centang (V) pada kolom jawaban yang sesuai

No Pernyataan Jawaban
Setuju Tidak
Setuju
1 Konsep diri seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri dengan
mempertimbangkan budaya dan pengalaman dalam keluarga,
situasi eksternal dan internal orang tersebut.
2 Untuk meningkatkan harga diri, seseorang boleh melakukan
apa saja termasuk memaksakan kehendaknya kepada orang
lain
3 Tidak tahan akan kritik, selalu mengeluh dan cenderung
merasa tidak disenangi oleh orang lain merupakan tanda
individu dengan konsep diri yang negatif
4 Hubungan interpersonal yang baik jika kita membina
hubungan dengan orang lain tanpa memandang profesi dan
pribadi orang tersebut
5 Stigma akan memperburuk hubungan interpersonal
seseorang
6 Ketika seseorang diperlakukan tidak adil karena identitasnya
maka perlakuan tersebut disebut dengan diskriminasi
7 Pernikahan adalah hak asasi yang harus diputuskan oleh
individu itu sendiri dengan kesadaran dan keinginan nya
sendiri tidak dengan paksaan oleh siapapun.
8 Kerentanan kekerasan dalam rumah tangga merupakan salah
satu akibat dari pernikahan yang tidak terencana dengan baik
9 Berteman dan bersosialisasi dengan siapapun tanpa
membedakan, namun punya prinsip memutuskan apa yang
diinginkan dan baik untuk diri akan mendukung salah satu
konsep diri yang baik.
10 Remaja boleh melakukan hubungan seksual kapan saja
dengan pasangan jika diinginkan dan pasangan juga mau
melakukannya

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 153
11 Terpaksa melakukan hubungan seksual karena diancam mau
diputuskan termasuk kekerasan
12 Mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dengan
lengkap akan membantu remaja untuk mempraktekkan
perilaku hidup sehat

Pilihlah jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberikan tanda silang (X) pada
tempat yang disediakan

KONSEP 4

Topik 4.1
1. Berikut merupakan beberapa perubahan fisik yang wajar terjadi pada remaja .
a. Mulai tumbuh payudara
b. Penis dan testis yang membesar
c. Tumbuh bulu kelamin
d. Semua benar

2. Berikut merupakan beberapa perubahan yang terjadi pada remaja, kecuali .


a. Menjadi tertarik dengan orang lain
b. Menjadi kurang percaya diri
c. Mulai mencari identitas diri
d. Senang berkumpul dengan teman sebaya

Topik 4.2
3. Yang bukan alat reproduksi perempuan adalah .
a. Buah Pelir
b. Rahim
c. Serviks
d. Hymen/Selaput Dara
4. Alat reproduksi pada perempuan yang berfungsi untuk mematangkan dan melepas satu
sel telur yang sudah matang adalah
a. Saluran Telur
b. Indung Telur
c. Sel Telur
d. Rahim

154 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
5. Alat reproduksi pada laki-laki yang berfungsi sebagai penghasil hormon testosteron dan
sel sperma adalah
a. Buah pelir
b. Penis
c. Skrotum
d. Serviks

6. Berikut merupaka alat reproduksi laki-laki, kecuali


a. Buah pelir
b. Penis
c. Serviks
d. Skrotum

KONSEP 5

Topik 5.1
7. Berikut merupakan perilaku yang aman dari penularan infeksi menular seksual, kecuali
a. Abstinence atau tidak melakukan hubungan seks
b. Perilaku yang tidak mempertukarkan cairan mani, vagina dan darah
c. Jika terlanjur aktif secara seksual, orang dewasa yang berhubungan seks menggunakan
kondom secara konsisten
d. Melakukan hubungan seks yang tidak siap

8. Yang bukan jenis IMS adalah


a. Sifilis
b. Kencing nanah
c. Kencing batu
d. Kutil kelamin

9. Berikut bukan merupakan gejala IMS yang timbul pada seseorang


a. Keluarnya nanah dari penis, vagina atau anus
b. Nyeri dan terasa panas saat kencing
c. Nyeri pada payudara
d. Nyeri pada buah pelir

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT 155
Topik 5.2
10. Virus yang menyerang kekebalan tubuh pada manusia adalah
a. Infeksi Menular Seksual
b. AIDS
c. HIV
d. Influenza

11. Berikut merupakan pernyataan yang benar terkait beda HIV dengan AIDS, kecuali
a. HIV adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh sedangkan AIDS adalah kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh
b. HIV adalah virus yang dapat menular ke orang lain sedangkan AIDS bukan virus
c. HIV dapat tertular pada siapapun yang memiliki perilaku berisiko sedangkan AIDS
d. HIV adalah virus yang ditulari melalui udara sedangkan AIDS ditulari melalui cairan
darah

12. Berikut merupakan kegiatan yang dapat memperbesar risiko seseorang tertular HIV,
kecuali
a. Berpelukan dengan kakak yang tertular HIV
b. Melakukan hubungan seks dengan orang yang tertular HIV
c. Seorang Ibu hamil yang tertular HIV kemudian melahirkan
d. Menggunakan alat suntik bergantian tanpa disterilkan

13. Berikut merupakan 4 (empat) prinsip yang memperbesar kemungkinan terjadinya


penularan HIV
a. Jalan keluar virus, Kemampuan virus bertahan hidup, kecocokan tubuh menerima
virus, Jalur masuk virus
b. Jalan keluar virus, Kemampuan virus bertahan hidup, Jumlah virus yang cukup, Jalur
masuk virus
c. Melakukan hubungan seks, Kemampuan virus bertahan hidup, kecocokan tubuh
menerima virus, Jalur masuk virus
d. Melakukan hubungan seks, Kemampuan virus bertahan hidup, Jumlah virus
seberapapun, Jalur masuk virus
14. Berikut merupakan profesi yang dapat menyebabkan seseorang tertular HIV
a. Polisi
b. Dokter
c. Ibu Rumah Tangga
d. Semua benar

156 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
LAMPIRAN 2

Contoh Pemetaan Kurikulum 2013 untuk Integrasi Pendidikan Kesehatan


Reproduksi Remaja pada Tingkatan SMP/ MTs dan Sederajat

Mata Pelajaran Konsep Kompetensi Dasar Konsep Kompetensi Dasar Konsep Kompetensi Dasar
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

Pendidikan Agama Budaya, Sosial, 3.8. Memahami ketentuan Budaya, Sosial, dan 3.9. Memahami hikmah Hubungan dengan 3.4. Memahami Q.S. Al- Isra
dan Budi Pekerti dan Hak Asasi bersuci dari hadas Hak Asasi Manusia/ penetapan makanan Orang Lain/Keluarga; (17): 23 dan Q.S. Luqman
Islam Manusia/Budaya besar berdasarkan Budaya dan Hukum dan minuman yang halal Toleransi dan Sikap (31): 14 dan hadits terkait
dan Hukum ketentuan syariat dan haram berdasarkan Menghargai tentang perilaku hormat
Islam Al-Quran dan Hadits dan taat kepada orang tua
dan guru.
3.5. Memahami Q.S. Al-
Hubungan dengan Baqarah (2): 83 dan hadits
Orang Lain/Keluarga; terkait tentang tata krama,
Toleransi dan Sikap sopan-santun, dan rasa
Menghargai malu.
4.8. Mempraktikkan tata 4.9. Mengonsumsi makanan 4.4. Menyajikan contoh
cara bersuci dari hadas yang halal dan bergizi perilaku hormat dan taat
besar sesuai ketentuan syariat kepada orang tua da guru
Islam sebagai implementasi dari
pemahaman Q.S. Al- Isra
(17): 23 dan Q.S. Luqman
(31): 14 dan hadits terkait
4.5. Menyajikan contoh
perilaku tata krama,

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
sopan-santun, dan rasa
malu sebagai implementasi
dari pemahaman Q.S. Al-

157
Baqarah (2): 83 dan hadits
terkait.
Mata Pelajaran Konsep Kompetensi Dasar Konsep Kompetensi Dasar Konsep Kompetensi Dasar

158
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

Pendidikan Pemahaman 3.4. Memahami norma- Budaya, Sosial, dan 3.5. Memahami Hak Asasi Budaya, Sosial, dan 3.3. Memahami aturan hukum
Pancasila dan Sikap, Nilai, dan norma yang berlaku Hak Asasi Manusia/ Manusia (HAM) dalam Hak Asasi Manusia/ yang berlaku dalam
Kewarganegaraan Keterampilan dalam kehidupan Budaya dan Hukum Undang-Undang Budaya dan Hukum kehidupan bermasyarakat
bermasyarakat dan Dasar Negara Republik dan bernegara
bernegara Indonesia Tahun 1945

- Toleransi 3.6. Memahami - Toleransi dan 3.6. Memahami makna - Toleransi dan Sikap 3.5. Memahami masalah-
dan sikap keberagaman suku, Sikap menghargai keberagaman dalam menghargai masalah yang muncul
menghargai agama, ras, budaya, - Hak dan bingkai Bhinneka - Kesetaraan gender dalam keberagaman
- Budaya, Sosial, dan gender Kewajiban anak Tunggal Ika - Budaya dan masyarakat dan cara
dan Hak Asasi - Budaya, sosial, hukum pemecahannya
Manusia dan Hak Asasi - Peran Media
- Kesetaraan Manusia
Gender - Pertemanan dan
cinta kasih
- Kesetaraan
gender
4.4. Menyaji hasil 4.4. Menalar hasil telaah 4.3. Menyaji hasil telaah
pengamatan norma dan kebiasaan tentang aturan hukum
tentang norma- antardaerah di yang berlaku dalam
norma yang berlaku Indonesia kehidupan bermasyarakat
dalam kehidupan 4.8. Berinteraksi dengan dan bernegara
bermasyarakat dan teman dan orang lain 4.5. Menalar penyelesaian
berbangsa berdasarkan prinsip masalah yang muncul
4.6. Berinteraksi dengan saling menghormati, dalam keberagaman
teman dan orang lain dan menghargai dalam masyarakat

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
berdasarkan prinsip keberagaman suku, 4.7. Berinteraksi dengan
saling menghormati, agama, ras, budaya, dan teman dan orang lain
dan menghargai dalam gender berdasarkan prinsip
keberagaman suku, saling menghormati,
agama, ras, budaya, dan menghargai dalam
dan gender keberagaman suku, agama,
ras, budaya, dan gender
Mata Pelajaran Konsep Kompetensi Dasar Konsep Kompetensi Dasar Konsep Kompetensi Dasar
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

Bahasa Indonesia Semua 3.1. Memahami teks hasil Semua konsep 3.1. Memahami teks cerita Semua konsep 3.1. Memahami teks
Komsep dapat observasi, tanggapan dapat diintegrasikan moral/fabel, ulasan, dapat diintegrasikan eksemplum, tanggapan
diintegrasikan deskriptif, eksposisi, tergantung dari diskusi, cerita prosedur, tergantung dari kritis, tantangan, dan
tergantung dari eksplanasi, dan cerita teks yang ada pada dan cerita biografi baik teks yang ada pada rekaman percobaan baik
teks yang ada pendek baik melalui Bahasa Indonesia melalui lisan maupun Bahasa Indonesia melalui lisan maupun
pada Bahasa lisan maupun tulisan tulisan tulisan
Indonesia
4.1. Menangkap makna 4.2. Menyusun teks 4.2. Menyusun teks
teks hasil observasi, cerita moral/fabel, eksemplum, tanggapan
tanggapan deskriptif, ulasan, diskusi, cerita kritis, tantangan, dan
eksposisi, eksplanasi, prosedur, dan cerita rekaman percobaan sesuai
dan cerita pendek baik biografi sesuai dengan dengan karakteristik teks
secara lisan maupun karakteristik teks yang yang akan dibuat baik
tulisan akan dibuat baik secara secara lisan mupun tulisan
4.4. Meringkas teks hasil lisan maupun tulisan
observasi, tanggapan
deskriptif, eksposisi,
eksplanasi, dan cerita
pendek baik secara
lisan maupun tulisan

Matematika Data yang terkait 3.11. Memahami teknik Data yang terkait 3.14. Memahami teknik Data yang terkait 3.4. Memahami perbandingan
dengan IMS, HIV/ penyajian data dua dengan IMS, HIV/ penyajian data dua dengan IMS, HIV/ bertingkat dan persentase,
AIDS, dan NAPZA variabel menggunakan AIDS, dan NAPZA variabel menggunakan AIDS, dan NAPZA serta mendeskripsikan
tabel, grafik batang, tabel, grafik batang, permasalahan
diagram lingkaran, dan diagram lingkaran, dan menggunakan tabel, grafik,
grafik garis grafik garis dengan dan persamaan
komputer serta

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
menganalisis hubungan
antar variabel

159
Mata Pelajaran Konsep Kompetensi Dasar Konsep Kompetensi Dasar Konsep Kompetensi Dasar

160
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

4.8. Mengumpulkan, 4.7. Mengumpulkan, 4.6. Mengumpulkan, mengolah,


mengolah, mengolah, menginterpretasi, dan
menginterpretasi, dan menginterpretasi, menampilkan data hasil
menyajikan data hasil dan menyajikan data pengamatan dalam bentuk
pengamatan dalam hasil pengamatan tabel dan berbagai grafik
bentuk tabel, diagram, dalam bentuk tabel, serta mengidentifikasi
dan grafik diagram, dan grafik hubungan antar variabel
dari dua variabel serta mengambil
serta mengidentifikasi kesimpulan
hubungan antar variabel

1.1. Mengagumi keteraturan 1.1. Mengagumi keteraturan 1.1. Mengagumi keteraturan


dan kompleksitas dan kompleksitas dan kompleksitas ciptaan
ciptaan Tuhan tentang ciptaan Tuhan tentang Tuhan tentang aspek fisik
aspek fisik dan aspek fisik dan dan kimiawi, kehidupan
kimiawi, kehidupan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem,
dalam ekosistem, dalam ekosistem, dan peranan manusia
dan peranan manusia dan peranan manusia dalam lingkungan serta
dalam lingkungan serta dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam
mewujudkannya dalam mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama
pengamalan ajaran pengamalan ajaran yang dianutnya
agama yang dianutnya agama yang dianutnya

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Mata Pelajaran Konsep Kompetensi Dasar Konsep Kompetensi Dasar Konsep Kompetensi Dasar
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

2.1. Menunjukkan perilaku 2.1. Menunjukkan perilaku 2.1. Menunjukkan perilaku


ilmiah (memiliki rasa ilmiah (memiliki rasa ilmiah (memiliki rasa
ingin tahu; objektif; ingin tahu; objektif; ingin tahu; objektif; jujur;
jujur; teliti; cermat; jujur; teliti; cermat; teliti; cermat; tekun;
tekun; hati-hati; tekun; hati-hati; hati-hati; bertanggung
bertanggung jawab; bertanggung jawab; jawab; terbuka; kritis;
terbuka; kritis; kreatif; terbuka; kritis; kreatif; kreatif; inovatif dan peduli
inovatif dan peduli inovatif dan peduli lingkungan) dan bekerja
lingkungan) dalam lingkungan) dalam sama dalam aktivitas
aktivitas sehari-hari aktivitas sehari-hari sehari-hari
2.3. Menunjukkan 2.3. Menunjukkan 2.3. Menunjukkan perilaku
perilaku bijaksana dan perilaku bijaksana dan bijaksana dan bertanggung
bertanggungjawab bertanggung jawab jawab dalam aktivitas
dalam aktivitas sehari- dalam aktivitas sehari- sehari-hari
hari hari 2.4. Menunjukkan penghargaan
2.4. Menunjukkan 2.4. Menunjukkan kepada orang dalam
penghargaan kepada penghargaan kepada aktivitas sehari-hari
orang lain dalam orang lain dalam
aktivitas sehari-hari aktivitas sehari-hari
Ilmu Pengetahuan - NAPZA 3.7. Mendeskripsikan - Pubertas 3.1. Mendeskripsikan struktur
Alam (IPA) zat aditif (alami dan - Kesehatan dan fungsi sistem
buatan) dalam makanan Reproduksi/ reproduksi pada manusia,
dan minuman (segar Reproduksi kelainan dan penyakit
dan dalam kemasan), - IMS, HIV dan AIDS pada sistem reproduksi
dan zat adiktif- - Mencari bantuan dan penerapan pola hidup
psikotropika serta dan dukungan yang menunjang kesehatan
pengaruhnya terhadap reproduksi
kesehatan 3.3. Mendeskripsikan penyebab
perkembangan penduduk

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
dan dampaknya bagi
lingkungan

161
Mata Pelajaran Konsep Kompetensi Dasar Konsep Kompetensi Dasar Konsep Kompetensi Dasar

162
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

4.7. Menyajikan data, 4.1. Menyajikan hasil


informasi, dan penelusuran informasi dari
mengusulkan berbagai sumber tentang
ide pemecahan penyakit menular seksual
masalah untuk dan upaya pencegahannya
menghindari terjadinya 4.3. Menyajikan hasil
penyalahgunaan zat penelusuran informasi
aditif dalam makanan tentang perkembangan
dan minuman serta zat penduduk dan dampaknya
adiktif-psikotropika bagi lingkungan

Ilmu Pengetahuan - Budaya dan 3.3. Memahami jenis-jenis - Budaya dan 3.3. Mendiskripsikan fungsi - Budaya dan 3.3. Membandingkan manfaat
Sosial (IPS) Hukum kelembagaan sosial, Hukum dan peran kelembagaan Hukum kelembagaan sosial,
- Peran media budaya, ekonomi - Peran media sosial, budaya, ekonomi - Peran media budaya, ekonomi dan
- Kesetaraan dan politik dalam - Kesetaraan dan politik dalam - Kesetaraan gender politik dalam masyarakat
gender masyarakat gender masyarakat bagi kehidupan berbangsa
dan bernegara

- Toleransi dan 3.4. Memahami pengertian - Toleransi dan 3.4. Mendeskripsikan - Toleransi dan sikap 3.4. Membandingkan
sikap menghar dinamika interaksi sikap menghargai bentuk-bentuk dan menghargai landasan dari dinamika
gai manusia dengan - Menghadapi sifat dinamika interaksi - interaksi manusia dengan
- Menghadapi lingkungan alam, sosial, pengaruh teman manusia dengan Menghadapi lingkungan alam, sosial,
pengaruh budaya, dan ekonomi sebaya lingkungan alam, sosial, pengaruh teman budaya, dan ekonomi
teman sebaya budaya, dan ekonomi sebaya

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
Mata Pelajaran Konsep Kompetensi Dasar Konsep Kompetensi Dasar Konsep Kompetensi Dasar
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

4.2. Menghasilkan 4.2. Menggunakan 4.2. Merumuskan alternatif


gagasan kreatif untuk berbagai strategi tindakan nyata dalam
memahami jenis-jenis untuk memecahkan mengatasi masalah yang
kelembagaan sosial, masalah yang berkaitan kelembagaan sosial,
budaya, ekonomi dan dengan fungsi peran budaya, ekonomi dan
politik di lingkungan kelembagaan sosial, politik dalam kehidupan
masyarakat sekitar budaya, ekonomi dan berbangsa dan bernegara
politik di lingkungan
masyarakat sekitar
4.3. Mengobservasi dan 4.3. Menyajikan hasil 4.3. Merumuskan alternatif
menyajikan bentuk- pengamatan tentang tindakan nyata dan
bentuk dinamika bentuk-bentuk dan melaksanakannya sebagai
interaksi manusia sifat dinamika interaksi bentuk partisipasi dalam
dengan lingkungan manusia dengan mengatasi masalah
alam, sosial, budaya, lingkungan alam, sosial, lingkungan alam, sosial,
dan ekonomi di budaya, dan ekonomi di budaya, dan ekonomi
lingkungan masyarakat lingkungan masyarakat sebagai akibat adanya
sekitar sekitar dinamika interaksi
manusia dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
Bahasa Inggris Semua Konsep 3.4. Memahami fungsi Semua Konsep 3.6. Menerapkan struktur Semua Konsep 3.13. Menerapkan struktur teks
dapat diintegra sosial, struktur dapat diintegra teks dan unsur dapat diintegra sikan dan unsur kebahasaan
sikan tergantung teks, dan unsur sikan tergantung kebahasaan untuk tergantung dari untuk melaksanakan fungsi
dari teks yang kebahasaan dari teks dari teks yang ada melaksanakan fungsi teks yang ada pada sosial teks factual report
ada pada Bahasa pemaparan jati diri, pada Bahasa Inggris sosial menyatakan Bahasa Inggris dengan menyatakan dan
Inggris sesuai dengan konteks dan menanyakan menanyakan tentang teks
penggunaannya. tindakan/kejadian yang ilmiah faktual tentang
dilakukan/terjadi secara orang, binatang, benda,

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
rutin atau merupakan gejala dan peristiwa alam
kebenaran umum, dan sosial, pendek dan
sesuai dengan konteks sederhana, sesuai dengan

163
penggunaannya. konteks pembelajaran di
pelajaran lain di Kelas IX.
Mata Pelajaran Konsep Kompetensi Dasar Konsep Kompetensi Dasar Konsep Kompetensi Dasar

164
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

4.5. Menyusun teks


lisan dan tulis untuk
memaparkan dan
menanyakan jati diri,
dengan sangat pendek
dan sederhana, dengan
memperhatikan fungsi
sosial, struktur teks,
dan unsur kebahasaan
yang benar dan sesuai
konteks.

Seni Budaya Teater Semua Konsep 3.2. Memahami teknik Semua Konsep 3.2. Memahami teknik Semua Konsep 3.2. Memahami rancangan
dapat dibuat penyusunan, konsep dapat dibuat membuat naskah drama dapat dibuat naskah dan pementasan teater
naskah dramanya dan naskah drama. naskah dramanya dari sumber budaya dramanya tergantung Modern.
tergantung dari tergantung dari tradisional dari teks yang akan 3.3. Memahami rancangan
teks yang akan teks yang akan didramakan dan konsep produksi
didramakan didramakan dan waktu yang tersedia manajemen pertunjukan
dan waktu yang waktu yang tersedia teater
tersedia
4.2. Membuat konsep / 4.2. Membuat naskah drama 4.2. Merancang dan
naskah drama yang secara sederhana mempersiapkan
berkaitan dengan tema dari sumber budaya pementasan teater
alam. tradisional Modern.
4.3. Merancang 4.3. Merancang 4.3. Merancang konsep
pementasan dan pertunjukkan teater produksi manajemen

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
menerapkan prinsip tradisional pertunjukan teater
kerjasama dalam 4.4. Mempertunjukan teater 4.4. Menampilkan pertunjukan
berteater dengan gaya teater teater modern
4.4. Menampilkan tradisional
pertunjukkan teater
Mata Pelajaran Konsep Kompetensi Dasar Konsep Kompetensi Dasar Konsep Kompetensi Dasar
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

Pendidikan Jasmani, - Menghadapi 3.10. Memahami konsep - Menghadapi 3.9. Memahami prinsip- - Konsep diri 3.9. Memahami peran aktivitas
Olah Raga dan Pengaruh gaya hidup sehat untuk Pengaruh Teman prinsip pencegahan - Pemahaman, Sikap fisik, dan makanan bergizi
Kesehatan Teman Sebaya mencegah berbagai Sebaya terhadap bahaya seks dan Nilai dalam mengontrol berat
- Pertemanan penyakit. - Pertemanan dan bebas, NAPZA, dan obat badan, pencegahan
dan cinta kasih cinta kasih berbahaya lainnya, bagi penyakit, konsep diri,
- Pubertas - IMS dan HIV/ diri sendiri, keluarga kinerja, dan pengurangan
AIDS dan NAPZA dan masyarakat. biaya perawatan
- Mencari bantuan kesehatan.
dan dukungan
4.10. Mencoba menerapkan 4.9. Melakukan tindakan 4.9. Menyajikan informasi
konsep gaya hidup pencegahan terhadap berkaitan peran aktivitas
sehat untuk mencegah bahaya seks bebas, fisik, dan makanan bergizi
berbagai penyakit. NAPZA, dan obat dalam mengontrol berat
berbahaya lainnya, bagi badan, pencegahan
diri sendiri, keluarga penyakit, konsep diri,
dan masyarakat. kinerja, dan pengurangan
biaya perawatan
kesehatan.

MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT
165
166 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMP/MTS DAN SEDERAJAT

Anda mungkin juga menyukai