MODUL PENDIDIKAN
KESEHATAN REPRODUKSI
UNTUK PESERTA DIDIK
SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Kerjasama antara:
Jumlah remaja di Indonesia berdasarkan Sensus Penduduk yang dilaksanakan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 adalah sebanyak 63 juta jiwa. Jumlah remaja yang cukup
besar ini rupanya belum diikuti dengan makin membaiknya akses layanan dan akses informasi
terkait kesehatan reproduksi dan seksual untuk remaja.
Sebagian besar remaja saat ini memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual
dari teman sebayanya atau melalui internet yang lebih mengedepankan konten pornografi
daripada aspek pendidikannya. Dampak dari ketidakpahaman remaja tentang pendidikan
kesehatan reproduksi dan seksualitas ini berakibat pada meningkatnya hal-hal negatif, seperti
tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan tidak diinginkan, ketidaksiapan ketika
menjalani perkawinan, terpapar virus HIVdan Infeksi Menular Seksual (IMS). Yang terpenting
adalah bagaimana kita mampu memberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada para
remaja secara tepat.
Pendidikan Kesehatan Reproduksi lewat jalur pendidikan merupakan sebuah jawaban strategis
atas persoalan-persoalan terkait dengan kesehatan reproduksi yang dihadapi oleh remaja saat
ini. Dalam hal ini selain pemenuhan hak remaja untuk memperoleh informasi yang benar
dan terbuka tentang kesehatan reproduksi juga dapat membantu remaja mengembangkan
kecakapan hidup untuk menghindari perilaku beresiko.
Pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual yang komprehensif sejatinya menjadi kebutuhan
yang mendesak untuk segera disampaikan kepada remaja. Diperlukan upaya-upaya dan
strategi yang sistematis dan berkelanjutan agar pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja
dapat diterapkan di sekolah. Kebijakan Nasional mengenai Pencegahan HIV dan AIDS melalui
pendidikan telah dikeluarkan sejak tahun 1997 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
melalui Keputusan Menteri Pendidikan tentang Pedoman Pencegahan HIV dan AIDS.
Dalam upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia, terutama pendidik dan
tenaga kependidikan dalam memberikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi, Pusat Kurikulum
dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memandang perlu untuk menyusun
Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi Bagi Siswa SMA/SMK/MA dan sederajat sebagai
Pedoman Bagi Guru dalam mengintegrasikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi ke dalam
Kurikulum. Bahan penyusunan Modul ini diadaptasi dari Buku Panduan Teknis Internasional
untuk Pendidikan Seksualitas (International Technical Guidance on Sexuality Education) yang
telah disesuaikan dengan konteks Indonesia.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT iii
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penyelesaian buku
ini, khususnya Bapak dan Ibu Guru SMA/SMK/MA yang telah membantu memberikan masukan,
Tim Revisi dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Tim
Penelaah, Subdit Anak Usia Remaja Kementerian Kesehatan, dan UNESCO serta UNFPA.
iv MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
KATA PENGANTAR
Direktur Bina Kesehatan Anak,
Kementerian Kesehatan
Anak usia sekolah dan remaja merupakan populasi yang sangat besar. Jumlah remaja usia 10
19 tahun diperkirakan sekitar 18% dari jumlah penduduk. Masalah kesehatan pada remaja
diantaranya terkait erat dengan kesehatan reproduksi dan perilaku beresiko. Berdasarkan data
BPS SDKI 2012 menunjukan angka fertilitas pada remaja umur 15-19 tahun sebesar 48/1000.
Hal ini sungguh memprihatinkan karena kehamilan dan persalinan pada remaja di bawah 20
tahun meningkatkan risiko kematian ibu dan bayi. Persalinan pada ibu di bawah umur 20 tahun
memiliki kontribusi dalam tingginya Angka Kematian Neonatal (34/1000), kematian bayi (50/
1000), dan kematian balita (61/1000). Sementara itu, masalah lain terkait kesehatan reproduksi
dan perilaku beresiko menunjukan bahwa 3,3% remaja anak usia 15-19 tahun mengidap AIDS
(Laporan Rutin Kemkes Tahun 1987-2013), sementara hanya 9,9% perempuan dan 10,6% laki-
laki usia 15-19 tahun memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV-AIDS.
Berdasarkan SDKI 2012, tempat diskusi mengenai kesehatan reproduksi bagi kebanyakan remaja
usia 15-19 tahun adalah teman sebaya mereka (lebih dari 50%) dan Guru (lebih dari 42%). Data
yang sama menunjukkan bahwa sebagian besar remaja (lebih dari 50%) mendapatkan materi
kesehatan reproduksi terutama terkait pubertas dari Guru. Sehingga guru menjadi salah satu
sumber daya yang sangat diharapkan dapat meningkatkan perilaku kesehatan remaja terkait
kesehatan reproduksi.
Regulasi bidang kesehatan yang telah ada untuk mendukung peningkatan kesehatan
reproduksi remaja melalui Undang-undang Kesehatan No.36 tahun 2009 pasal 136, PP No
61 tahun 2014 pasal 11 ayat 13, dan Permenkes No. 25 tahun 2014 mengamanatkan bahwa
upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan untuk mempersiapkan remaja menjadi
orang dewasa yang sehat dan produktif, baik sosial maupun ekonomi.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT v
Akhirnya, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kontribusi seluruh tim
penyusun serta kepada sekolah yang menjadi lokasi ujicoba implementasi modul ini, SD Negeri
Cilangkap 1, SD Santo Yoseph, MIS Al Khairiyah, SMPN 11 Jakarta, MTs Negeri 3 Jakarta, SMP
Trita Marta BPK Penabur Jakarta, SMAN 5 Jakarta, MAN 3 Jakarta, dan SMKN 1 Jakarta.
Semoga seluruh provinsi dapat mengimplementasikan modul ini ke seluruh sekolah. Saran dan
masukan sangat kami harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
vi MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
KATA PENGANTAR
Direktur Pendidikan Madrasah
Kementerian Agama
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, taufiq danhidayahNya.
Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi Untuk Peserta didik SD/MI,SMP/MTS, SMA/MA dan
SMK/MAK dan Sederajat untuk pegangan bagi guru, melalui Direktorat Bina Kesehatan Anak
bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, dengan didukung oleh UNFPA, UNESCO telah selesai di susun.
Modul ini menjadi acuan dan pegangan guru untuk mengintegrasikan pendidikan kesehatan
reproduksi dalam pembelajaran, pada semua jenjang satuan pendidikan dalam rangka
mewujudkan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, sesuai dengan
tujuan pendidikan Nasional.
Hal tersebut sesuai dengan Visi dan Misi Kementerian Agama: Terwujudnya masyarakat
Indonesia yang taat beragama, rukun, cerdas, mandiri dan sejahtera lahir dan batin yang
diimplementasikan dengan visi-misi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam diantaranya:
terbentuknya peserta didik yang cerdas, rukun dan mutafaqqih fiddin dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang bermutu, madiri dan Islami; Menumbuhkan budaya pengawasan dan upaya
prefentif dengan pendekatan nilai-nilai keagamaan.
Remaja pada anak usia sekolah merupakan populasi yang sangat besar. Jumlah remaja usia
10 19 tahun diperkirakan sekitar 18% dari jumlah penduduk. Berkaitan dengan ini, maka
usia remaja dibutuhkan pembimbingan, pengarahan dan pendidikan. Pendidikan kesehatan
reproduksi merupakan hal yang sangat di butuhkan untuk perkembangan masa depan,
untuk itu modul pendidikan kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk di integrasikan
dalam implementasi pembelaran ke seluruh tingkatan pada satuan pendidikan demi untuk
penguatan pendidikan kesehatan reproduksi dalam kehidupan pribadi maupun sosial mereka,
dan sekaligus menanamkan nilai-nilai agama yang menjadi landasan paling utama, sebagai
modal dasar atau benteng remaja Indonesia dari perilaku negatif maupun norma-norma yang
berlaku
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT vii
Akhimya, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kontribusi seluruh tim
penyusun serta kepada sekolah maupun kepala madrasah yang ikut terlibat dan menjadi lokasi
ujicoba implementasi modul ini, terutama Madrasah Ibtidaiyah (MIS) Al Khairiyah, Madrasah
Tsanawiyah (MTs) Negeri 3 Jakarta, dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Jakarta.
Semoga modul ini bisa menjadi acuan dalam mengintegrasikan untuk implementasi
pembelajaran pada satuan pendidikan terutama Madrasah di seluruh Indonesia. Amiin
viii MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
KATA PENGANTAR
Ada lebih dari 65 juta orang muda di Indonesia yang berusia antara 10 dan 24 tahun. Orang-
orang muda tersebut mewakili sekitar 28 persen dari populasi. Selama 15 tahun ke depan
atau lebih, mereka akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan perubahan
sosial di Indonesia. Namun, kelompok orang muda tersebut menghadapi tantangan, termasuk
di bidang kesehatan reproduksi. Pendidikan dan pelayanan yang sudah ada belum mengatasi
seluruh kebutuhan kesehatan reproduksi anak-anak muda. Kadang-kadang, guru dan penyedia
layanan kesehatan tidak nyaman dalam memberikan pendidikan dan pelayanan kesehatan
reproduksi kepada remaja.
Pendidikan kesehatan reproduksi yang terbangun dan terlaksana dengan baik sangat penting
untuk keberhasilan remaja di masa depan. Apabila pendidikan ini sudah tersedia di fase awal
perkembangan remaja, hal ini dapat membantu mereka membangun rasa hormat untuk diri
mereka sendiri dan pasangan mereka saat ini atau masa depan, serta rasa harga diri, otonomi,
dan kepercayaan diri untuk membuat pilihan positif terhadap perencanaan masa depan
mereka.
Kementerian Kesehatan dan UNFPA telah mengembangkan buku pegangan guru tentang
pendidikan kesehatan reproduksi di tingkat dasar dan menengah (SD, SMP dan SMA). Buku
pegangan guru ini dimaksudkan untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi berbasis
hak asasi dan membantu pendidikan, kesehatan, dan pihak berwenang lainnya dalam
mengembangkan dan melaksanakan materi pendidikan kesehatan reproduksi berbasis sekolah
dan program. Buku pegangan guru ini disusun menggunakan Pedoman Teknis Internasional
tentang Pendidikan Seksualitas (International Technical Guidance on Sexuality Education -
ITGSE), yang dikembangkan di tingkat global sebagai kolaborasi multi-lembaga, melibatkan
UNESCO, UNFPA, UNICEF, WHO dan UNAIDS. Delapan puluh tujuh negara telah menggunakan
ITGSE sebagai acuan mereka dalam memberikan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi.
Program-program ini telah memberikan kontribusi untuk penundaan inisiasi seks, pengurangan
frekuensi seks, pengurangan jumlah pasangan seksual,peningkatan penggunaan kondom, dan
pencegahan perilaku seksual berisiko lainnya.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT ix
Tanpa akses ke pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif, orang-orang muda,
terutama perempuan, menghadapi risiko menakutkan: kehamilan yang tidak diinginkan,
aborsi yang tidak aman, morbiditas dan kematian ibu, kekerasan, dan infeksi menular
seksual, termasuk HIV. Saya memahami menyediakan pendidikan kesehatan reproduksi yang
komprehensif masih menjadi isu sensitif di Indonesia. Oleh karena itu, dialog dan kerjasama
penting untuk terus dilakukan di antara kementerian, badan-badan PBB, pemimpin agama dan
masyarakat, LSM, dan organisasi pemuda. UNFPA berkomitmen untuk bekerja sama dengan
semua mitranya untuk mencapai akses universal terhadap kesehatan reproduksi, termasuk bagi
kaum muda. Memenuhi tujuan ini berarti mengurangi kemiskinan dan ketimpangan sosial dan
ekonomi, meningkatkan kesejahteraan semua perempuan, laki-laki, dan orang-orang muda,
dan mengamankan hak asasi manusia dan kesejahteraan generasi mendatang di Indonesia.
Jose Ferraris
x MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
DAFTAR ISI
Bab 1. Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penyusunan Modul 3
C. Manfaat Modul 4
D. Tim Pengguna Modul 5
E. Langkah-Langkah Menggunakan Modul 5
F. Langkah Mengintegrasikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Dalam
Kurikulum Sekolah 7
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT xi
E. KONSEP UTAMA 5: INFEKSI MENULAR SEKSUAL, HIV-AIDS dan NAPZA 144
TOPIK 5.1 INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV-AIDS 144
TOPIK 5.2 MEMUTUS MATA RANTAI STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP
ORANG DENGAN HIV DAN AIDS (ODHA) 155
TOPIK 5.3 NAPZA 160
LAMPIRAN:
1. Pre test dan post test 175
2. Contoh Pemetaan Kurikulum 2013 untuk Integrasi Pendidikan Kesehatan
Reproduksi Remaja pada Tingkatan SMA/SMK/MA dan Sederajat. 178
3. Contoh Silabus
4. Contoh RPP bermuatan Pendidikan Kesehatan Reproduksi
xii MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelompok remaja, yaitu penduduk dalam rentang u s i a 10-18 tahun berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No 25 tahun 2014, atau rentang usia 10 - 19 tahun menurut WHO.
Remaja merupakan kelompok umur yang berada dalam masa peralihan dan rentan terhadap
berbagai faktor eksternal dan internal yang berakibat perilaku negatif dan tidak sehat baik
secara fisik, mental maupun sosial. Saat ini populasi remaja di Indonesia memiliki proporsi
kurang lebih 20% dari jumlah penduduk (BPS, 2010), sedangkan untuk dunia, remaja diperkirakan
berjumlah 18% dari jumlah penduduk dunia (WHO, 2014). The International Conference on
Population and Development Programme of Action (ICPD-PoA) telah memprioritaskan
kebutuhan orang-orang muda.
Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI), didapatkan bahwa
remaja yang mengaku mempunyai teman yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah
usia 14-19 tahun sebesar 34,7% perempuan dan 30,9% laki-laki, sedangkan yang berusia 20-
24 tahun sebesar 48,6% perempuan dan 46,5% laki-laki. Hal tersebut menunjukkan bahwa
ternyata sudah terpaparnya remaja pada usia yang dini terhadap perilaku seksual berisiko.
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012, rata-rata umur remaja
pertama berpacaran 15 tahun, pertama berhubungan seksual 17 tahun, persentase remaja
15-19 tahun belum menikah yang pernah hubungan seksual sekitar 0,7-4,5%. Dari data yang
sama, persentase remaja 15-24 tahun belum menikah 58-60% berdiskusi tentang kesehatan
reproduksi dengan teman sebaya, 38-43% berdiskusi dengan gurunya, lainnya dengan saudara
kandung dan orang tua.
UNGASS (United Nations General Assembly Special Session/ Sesi Khusus Sidang Umum PBB)
menyepakati bahwa pada tahun 2010, di targetkan 95% remaja memiliki pengetahuan,
keahlian, dan akses ke pelayanan kesehatan sehingga bisa melindungi mereka terhadap infeksi
HIV. Untuk MDGs (Millenium Development Goals), Indonesia ditargetkan 60% remaja memiliki
pengetahuan yang komprehensif tentang HIV dan AIDS, sedangkan pada kenyataannya
berdasarkan data Survey Kesehatan Reproduksi Remaja target tersebut hanya tercapai
sebanyak 16,8%. Hal ini disebabkan oleh karena masih rendahnya pengetahuan remaja tentang
HIV dan AIDS sehingga remaja sangat rentan terhadap resiko resiko seperti kehamilan yang
tak diinginkan, aborsi, infeksi IMS, HIV dan AIDS, serta NAPZA (drug addiction). Data Riset
Kesehatan Dasar tahun 2010 menunjukkan bahwa umur perkawinan pertama pada remaja
perempuan usia 10-14 tahun adalah 4,8%, usia 15-19 tahun adalah 41,9%. Dari data yang sama,
persentase pengguguran kandungan pada remaja 15-19 tahun adalah 4,9%. Kehamilan usia
remaja tersebut menyumbangkan kematian ibu dan bayi, data Survey Demografi Kesehatan
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 1
Indonesia tahun 2012 menunjukkan Angka Kematian Bayi dari ibu berusia < 20 tahun adalah
56/1.000 kelahiran hidup.
Masalah diatas antara lain disebabkan jumlah remaja yang memiliki pengetahuan maupun
keterampilan tentang kesehatan reproduksi cukup terbatas. Banyak remaja yang mencapai
usia kedewasaan tanpa persiapan sehingga menyebabkan mereka mengalami konflik dan
kebingungan terkait dengan kesehatan reproduksi, seksualitas maupun gender. Hal ini
dikarenakan topik kesehatan reproduksi masih menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan
dengan orang dewasa, termasuk orang tua dan guru. Padahal kenyataannya, pada usia tersebut
banyak remaja masih sangat membutuhkan informasi yang benar dan komprehensif mengenai
kesehatan reproduksi. Hal di atas juga menunjukkan bahwa apabila masalah kesehatan
reproduksi di kalangan remaja diabaikan maka akan berpengaruh besar pada pertumbuhan
penduduk, kualitas generasi mendatang dan masa depan bangsa.
Sehubungan hal tersebut, selama tahun 2008-2009, UNESCO bersama dengan UNFPA,
UNICEF, WHO dan UNAIDS mengembangkan International Technical Guidance on Sexuality
Education (ITGSE) dan dilakukan studi ujicoba di 87 negara. Studi ujicoba ini dirancang untuk
menurunkan kehamilan yang tak diinginkan ataupun infeksi menular seksual, termasuk HIV.
Seluruh program ujicoba tersebut adalah program berbasis kurikulum, 70% diimplementasikan
di sekolah dan sisanya diterapkan di komunitas atau klinik. Sebagian besar program ujicoba
tersebut merupakan program yang sederhana, berlangsung kurang dari 30 jam atau bahkan 15
jam. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil telaah ini antara lain:
2 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Peserta didik ingin belajar tentang kesehatan reproduksi, seksualitas, HIV, penggunaan dan
penyalahgunaan narkoba. Ini adalah isu-isu yang relevan untuk kehidupan mereka saat
ini dan masa depan. Sayangnya, informasi dari guru dan buku pelajaran sekolah kurang
mengandung elemen penting (pengetahuan dan keterampilan) yang peserta didik dapat
digunakan untuk menghadapi tantangan kehidupan nyata.
Guru masih membutuhkan pelatihan dan pedoman untuk memberikan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi, seksualitas, HIV, dan penggunaan narkoba dan penyalahgunaan.
Ada banyak organisasi masyarakat yang mampu memberikan informasi dan pendidikan
dalam situasi di sekolah. Sayangnya hanya beberapa dari LSM bekerja sangat erat dengan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI atau dengan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan di daerah
Pada tahun 1994, Indonesia termasuk salah satu dari 179 negara yang menyetujui untuk
mengadaptasi The International Conference on Population and Development Programme
of Action (ICPD-PoA). UNFPA mempunyai mandat untuk membantu Negara-negara dalam
pelaksanaan ICPD-PoA yang menyoroti pentingnya pengarusutamaan pembangunan pemuda,
dengan penekanan pada berbagai bidang seperti: keterlibatan dan partisipasi pemuda dalam
pembangunan (rencana aksi 6,6-6,15), pemenuhan hak kesehatan reproduksi remaja (rencana
aksi 7, E, 7,41-7,48), dan pendidikan formal dan non-formal untuk remaja (rencana aksi 11,4-
11,10). ICPD PoA menekankan bahwa hak-hak reproduksi merupakan bagian dari hak asasi
manusia - diakui oleh undang-undang, perjanjian dan konsensus nasional dan internasional.1
Melihat tantangan kesehatan reproduksi remaja diatas serta peran guru yang strategis dalam
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan hidup sehat remaja, diperlukan sebuah acuan
bagi guru untuk menyampaikan materi kesehatan reproduksi bagi peserta didik. Untuk
mendukung upaya peningkatan kesehatan reproduksi yang komprehensif, Kementerian
Kesehatan RI bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama
atas dukungan UNFPA menyusun Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi Bagi Peserta didik
SD, SMP, SMA/K dan sederajat yang diadaptasi dari Buku Panduan Teknis Internasional untuk
Pendidikan Seksualitas (International Technical Guidance on Sexuality Education) yang telah
disesuaikan dengan konteks Indonesia.
Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi untuk Peserta didik SMA dan Sederajat ini disusun
sebagai rujukan bagi para pendidik dalam menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan
mengembangkan sikap, serta perilaku yang bertanggung jawab tentang upaya peningkatan
kesehatan reproduksi dan seksualitas yang komprehensif kepada remaja khususnya peserta
didik yang berusia setingkat Sekolah Lanjutan tingkat Akhir dan sederajat.
1 UNFPA Operational Guidance for Comprehensive Sexuality Education, United Nations Population Fund (UNFPA)
2014
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 3
C. Manfaat Modul
Bagi Guru
Membekali guru dengan informasi yang benar seputar kesehatan organ reproduksi
Mendorong guru untuk melakukan klarifikasi nilai pribadi menjadi nilai professional dalam
pemahanan dan mengajarkan seputar kesehatan reproduksi
Membekali guru untuk mendorong peserta didik laki-laki dan perempuan dalam
mengembangkan sikap dan perilaku yang bertanggungjawab terkait dengan sistem, proses
dan fungsi organ reproduksi
Mempertajam keterampilan pendidik dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik melalui belajar aktif dengan menerapkan beragam strategi dan
metode penyajian
Memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai serta membantu pemecahan
permasalahan remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi sekaligus memantapkan
moral, etika serta membangun komitmen agar remaja tidak melakukan aktifitas seks
sebelum menikah
Memberikan pedoman yang lebih terstandar pada guru tentang topik-topik kesehatan
reproduksi yang perlu diajarkan, bagaimana mengajarkannya serta jumlah jam pelajaran
yang dibutuhkan dalam melaksanakan pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di kelas
pada tingkat SMA/SMK/MA/sederajat
Membekali kemampuan pendidik dalam mengintegrasikan muatan pendidikan kesehatan
reproduksi dalam kurikulum sekolah yang disesuaikan dengan agama, nilai, norma,
budaya daerah, pengetahuan lokal, penyalahgunaan NAPZA dan karakteristik peserta
didik di setiap satuan pendidikan.
Memiliki pengetahuan yang lengkap, nilai yang positif dan keterampilan hidup yang relevan
terhadap kesehatan reproduksinya.
Mampu membuat keputusan terbaik dan berdasarkan informasi yang akurat (informed
choices) sehingga terhindar dari risiko-risiko kesehatan reproduksi, seperti: kehamilan yang
tidak diinginkan, penyalahgunaan NAPZA, infeksi menular seksual (IMS), serta HIV dan AIDS
Menjadi lebih mampu untuk melindungi diri dari pelecehan dan kekerasan seksual.
Mampu merencanakan tentang usia ideal menikah dan memiliki anak sehingga dapat
mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
4 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
D. Tim Pengguna Modul
Modul ini bisa digunakan dalam 2 alternatif praktek, yaitu: (1) secara monolitik; dan (2) secara
integratif. Sekolah terutama di lokasi yang memiliki masalah kesehatan reproduksi sangat besar,
seperti: angka kehamilan tidak diinginkan tinggi, perkawinan dini tinggi dan angka HIV tinggi-
maka sangat disarankan modul ini untuk dipraktekkan secara monolitik yang artinya menjadi
mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai muatan lokal. Sementara pilihan lain adalah secara
integratif, yaitu diintegrasikan melalui mata pelajaran yang ada sesuai dengan pokok bahasan
dan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah digariskan dalam kurikulum yang berlaku.
Langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam menggunakan modul ini, antara lain:
1. Kepala sekolah dan Komite Sekolah sudah setuju bahwa sekolah akan menerapkan
pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah.
2. Tim guru bidang studi yang akan mengajarkan topik pendidikan kesehatan reproduksi ini
sudah ditetapkan di sekolah dan diberikan orientasi atau pelatihan tentang bagaimana
menggunakan modul ini.
3. Masing-masing guru mata pelajaran membuat rencana pengintegrasian topik pada mata
pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Lakukan pre-test terhadap peserta didik pada awal proses pembelajaran dan post-test
pada akhir periode pembelajaran untuk melihat dampak pembelajaran pada peserta
didik. Gunakan lembar pre-test dan post-test yang dilampirkan pada modul ini atau
berbagai permainan pre-test dan post-test yang dapat dikembangkan
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 5
5. Ikuti langkah-langkah pembelajaran pada setiap topik. Guru dapat mengkreasikan
metode dan langkah pembelajaran sepanjang bisa mencapai tujuan pembelajaran yang
digariskan.
6. Persiapkan alat bantu yang dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran di kelas.
7. Waktu pembelajaran bisa disesuaikan dengan jam pelajaran yang tersedia pada mata
pelajaran yang diintegrasikan.
8. Sangat disarankan siswa mendapatkan semua topik yang ada di dalam modul pendidikan
kesehatan reproduksi ini. Pada ujicoba penerapan modul ini, satu tim yang terdiri dari
3-4 guru mata pelajaran membutuhkan waktu 2-3 bulan untuk menghabiskan materi
kesehatan reproduksi ini kepada satu kelas.
9. Selalu sampaikan, bahwa guru membuka akses untuk peserta didik jika ingin berdiskusi
lebih lanjut tentang kesehatan reproduksi, informasikan media komunikasi atau ruangan
yang disediakan untuk berkonsultasi tentang kesehatan reproduksi peserta didik.
Informasikan juga bahwa jika siswa membutuhkan konseling dan layanan kesehatan
reproduksi bisa mengunjungi Puskesmas Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
terdekat
10. Jika guru membutuhkan bantuan narasumber untuk topik tertentu, bisa menghubungi
Puskesmas PKPR terdekat.
6 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
F. Langkah Mengintegrasikan Pendidikan Kesehatan
Reproduksi Remaja Dalam Kurikulum Sekolah
1. Mengkaji dan menganalisis Kompetensi Dasar (KD) dari mata pelajaran yang relevan;
2. Menyusun Silabus yang mengintegrasikan pendidikan kesehatan reproduksi (termasuk
alokasi waktu).
Mengkaitkan materi yang ada pada modul dengan KD yang sesuai
Membuat indikator yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
Mengintegrasikan Materi Pokok, Kegiatan Pembelajaran, Penilaiian, Alokasi Waktu dan
Sumber Belajar pendidikan kesehatan reproduksi ke dalam silabus mata pelajaran.
3. Program Pembelajaran dan Penilaian
Mengintegrasikan materi pendidikan kesehatan reproduksi dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);
Memperkaya kegiatan pembelajaran dalam buku teks dengan kegiatan pembelajaran
yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan reproduksi
Melakukan penilaian autentik secara integratif pada pembelajaran yang sudah
diperkaya dengan materi kesehatan reproduksi
Bagan alur langkah mengintegrasikan pendidikan kesehatan reproduksi ke dalam Kurikulum
Mata Pelajaran
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 7
Narkoba
Narkoba
xxi
Diskriminasi terhadap Orang dengan HIV dan
AIDS (ODHA)
Pencegahan Kehamilan
Peta Topik Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Untuk SMP/ MTS dan Sederajat
Kesehatan Reproduksi
Citra Diri
Reproduksi
Pubertas
Kesetaraan Gender
Budaya, Sosial, dan Hak
Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Asasi Manusia
Peran Media
Pengambilan Keputusan
Keluarga
8 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
BAB 2
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 9
7. Tetap tenang:
Guru harus tenang mendengarkan peserta didik saat mereka mengekspresikan pendapat
mereka, bahkan saat guru mungkin tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
8. Meminta pendapat peserta didik:
Guru sebaiknya meminta peserta didik untuk mengekspresikan pendapat mereka
dan bukan meminta pengakuan atas pengalaman-pengalaman mereka yang mungkin
memalukan.
9. Menjawab pertanyaan-pertanyaan:
Lebih baik jika guru dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari peserta
didik. Akan tetapi jika guru merasa tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk
menjawab maka sebaiknya guru jujur dan menjanjikan akan mencarikan jawaban yang
benar daripada memaksa memberikan informasi yang salah.
10. Menunjukkan rasa percaya diri membahas topik-topik kesehatan reproduksi:
Topik tentang kesehatan reproduksi sering menjadi hal memalukan dan tabu bagi
kebanyakan orang termasuk peserta didik. Jika guru menunjukkan sikap canggung dan
malu, maka peserta didik menjadi canggung untuk mengikuti proses belajar dikelas
termasuk bisa menjadi tidak terbuka untuk menanyakan informasi yang mereka butuhkan.
11. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berkonsultasi di luar proses
pembelajaran. Jadi peran Guru tidak hanya berhenti pada proses pembelajaran saja.
Untuk membangun suasana belajar yang mendukung di dalam kelas, maka guru penting
menjaga hal-hal berikut:
Secara terbuka mengkritik setiap pendapat peserta didik. Sikap ini dapat menyebabkan
peserta didik menjadi tertutup.
Menceramahi dan menghujat. Sebagai contoh: Jika jadi kamu maka saya tidak akan
melakukan hal yang memalukan tersebut
Menertawakan pendapat atau komentar peserta didik yang bisa membuat mereka malu
untuk memberikan pendapat berikutnya.
2 UNFPA Operational Guidance for Comprehensive Sexuality Education, United Nations Population Fund (UNFPA) 2014
3 International Planned Parenthood Association (IPPF), From Evidence to Action: Advocating for Comprehensive Sexuality
Education, IPPF, London, 2009.
10 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
1. Pendekatan komprehensif-yang berarti bahwa pendidikan kesehatan reproduksi
mencakup semua topik penting yang membantu peserta didik mengambil keputusan
terbaik dan memiliki kemampuan mencegah risiko kesehatan reproduksi termasuk HIV
dan AIDS. Dengan demikian metodenya harus komprehensif membangun pengetahuan
yang lengkap dan akurat, sikap/nilai positif dan keterampilan psikososial.
2. Berbasis hak-yang berarti bahwa pendidikan ini dibangun berdasarkan nilai-nilai universal
dan prinsip-prinsip hak asasi manusia serta hukum yang menjamin harkat dan martabat
manusia, persamaan perlakuan dan kesempatan untuk berpartisipasi serta pemahaman
bahwa hak-hak tersebut penting untuk mewujudkan kesehatan reproduksi remaja serta
kesejahteraan. Pemahaman mengenai hak ini bukan hanya sekedar menginformasikan
kepada remaja atas hak-haknya, tetapi juga memberdayakan dan memampukan untuk
mempraktekkan hak serta tanggung jawab.
3. Sensitif gender-yang berarti bahwa materi-materi dan bahan ajar yang digunakan haruslah
terintegrasi dengan pemahaman pentingnya kesetaraan gender, dan konteks sosial secara
umum, untuk mencapai kesehatan reproduksi remaja. Pendidikan kesehatan reproduksi
yang komprehensif juga harus menyediakan media ajar yang dapat digunakan oleh remaja
perempuan dan remaja laki-laki untuk melakukan refleksi secara kritis faktor-faktor sosial
yang mempengaruhi perilaku. Pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif
seharusnya membuka kesempatan kepada remaja untuk berfikir, mendiskusikan dan
merefleksikan tekanan-tekanan sosial dan harapan-harapan masyarakat, terkait gender
yang dihadapi. Melalui cara ini, remaja dimampukan untuk memilih sikap dan nilai positif.
Hal ini akan membantu untuk memahami dan mengupayakan hak-haknya terpenuhi,
serta merubah dan melawan praktik-praktik kekerasan.
4. Berorientasi kewarganegaraan-yang berarti bahwa pendidikan ini menekankan pada
ketrampilan berfikir kritis untuk mendasari perilaku bertanggung jawab. Pendidikan ini
juga dimaksudkan untuk membangun pemahaman tentang bagaimana peran institusi-
institusi dan hubungannya dalam masyarakat, menumbuhkan rasa kewarganegaraan,
serta keterampilan-keterampilan untuk mempromosikan kondisi-kondisi yang mendukung
pemenuhan hak asasi dan kesejahteraan remaja.
5. Berperspektif positif terhadap kesehatan reproduksi-yang berarti bahwa semua bahan
dan materi ajar haruslah mencerminkan sikap yang positif terhadap kesehatan reproduksi.
Sikap positif terhadap kesehatan reproduksi merupakan hal yang penting untuk melawan
diskriminasi.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 11
Ciri-ciri pokok dari proses pendidikan partisipatif yang kritis adalah4:
1. Belajar dari pengalaman atau realita. Materi yang dipelajari bukan ajaran dari seseorang,
tetapi keadaan nyata atau pengalaman peserta didik. Tidak ada otoritas pengetahuan
seseorang yang lebih tinggi dari yang lainnya. Dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi,
hal ini menjadi sangat penting karena pengalaman yang dihadapi peserta didik terkait
kesehatan reproduksi dan seksualitas bisa jadi berbeda dengan pengalaman guru karena
berubahnya lingkungan sosial dan perbedaan-perbedaan individu.
2. Tidak menggurui. Semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan adalah guru
sekaligus peserta didik pada saat yang sama.
3. Dialogis. Proses yang dilakukan bukan lagi proses belajar-mengajar yang bersifat satu
arah, tetapi proses komunikasi dalam berbagai bentuk kegiatan (diskusi kelompok,
bermain peran, dsb) dan media (peraga, grafis, audio-visual, dsb). Proses komunikasi ini
lebih memungkinkan terjadinya dialog kritis antar orang yang terlibat dalam Pendidikan
Kesehatan Reproduksi tersebut.
Panduan proses belajar dan pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi disusun dalam
suatu proses yang dikenal sebagai Daur Belajar dari pengalaman yang distrukturkan. Proses
ini telah teruji sebagai suatu proses belajar yang memenuhi semua tuntutan atau prasyarat
pendidikan kritis. Hal tersebut terjadi karena urutan prosesnya memungkinkan bagi setiap
orang untuk mencapai pemahaman dan kesadaran atas realita sosial dengan cara terlibat
(partisipasi), baik langsung maupun tidak langsung, sebagai bagian dari realita tersebut5.
4 Toto Rahardjo, Roem Topatimasang, Mansour Fakih, Pendidikan Popular: Membangun Kesadaran Kritis,
INSISTPress, Jogjakarta, 2005, hal.98.
5 Ibid, hal.99-101.
12 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Cara seperti ini akan membantu dalam merumuskan, merinci dan memperjelas hal-hal
yang telah dipelajari. Misalnya: peserta didik menyimpulkan apa yang harus dilakukan jika
mau terhindar dari penularan HIV.
5. Tindakan. Tahap akhir dari daur belajar ini adalah memutuskan dan melaksanakan
tindakan-tindakan baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian
baru atas realitas tersebut. Langkah ini bisa diwujudkan dengan cara merencanakan
tindakan dalam rangka penerapan prinsip-prinsip yang telah disimpulkan. Tahap ini
menjadi bagian yang bersifat eksperimental. Tentu saja proses penerapannya akan
menjadi pengalaman tersendiri dan dengan pengalaman baru itulah maka daur proses ini
akan dimulai dari awal lagi dan seterusnya. Pada tahap ini, maka guru mendorong peserta
didik mempraktekkan apa yang dipelajari di kelas dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Berikut adalah daftar topik serta kemungkinan topik tersebut diintegrasikan pada mata
pelajaran yang relevan. Daftar ini tidak kaku, guru dapat mengkreasikan pengintegrasian topik
pada mata pelajaran lain sepanjang semua topik diberikan kepada siswa.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 13
No Materi Mata Pelajaran
14 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
2 Peran Media IPS
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Bimbingan Konseling
Bahasa Indonesia
3 Kesetaraan Gender IPS
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Bimbingan Konseling
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 15
16 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
BAB 3
Tujuan Pembelajaran:
1. Mendiskusikan peran keluarga dalam mencegah perilaku berisiko dan menyikapi
dampak perilaku berisiko di kalangan remaja, seperti: kehamilan yang tidak diinginkan,
penyalahgunaan Napza, Infeksi Menular Seksual, dan HIV-AIDS.
Alat Bantu
1. Kertas plano
2. Spidol
Waktu
90 menit
Langkah pembelajaran
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Bagikan kertas HVS kepada masing-masing siswa. Minta mereka untuk menuliskan:
3 peristiwa yang paling membahagiakanmu dalam keluarga?
3 peristiwa yang paling mengecewakanmu dalam keluarga?
3. Tanyakan kepada siswa:
Bayangkan jika dirimu atau anggota keluargamu adalah penyalahguna Napza, ODHA
atau hamil diluar nikah, apakah kamu atau anggota keluargamu akan terbuka mengaku
kepada keluarga tentang status tersebut? Kenapa?
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 17
Apakah keluarga memiliki sistem dukungan seberapapun buruknya kondisi yang kamu/
anggota keluargamu alami?
4. Minta peserta membentuk 4 (empat) kelompok. Tugas kelompok adalah:
Dukungan seperti apa yang kamu butuhkan dari keluarga seandainya dirimu menjadi
ODHA atau mengalami kehamilan yang tidak diinginkan?
Anggap keluarga menerima kondisi kamu meskipun berat, apakah keluarga akan
bersikap sama kepadamu ketika belum mengetahui statusmu? Mengapa?
5. Minta peserta mempresentasikan hasil kelompoknya.
6. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran.
Ide pokok:
Masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi dikalangan remaja yaitu: penyalahgunaan
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya), Infeksi Menular Seksual, HIV dan
AIDS serta kehamilan yang tidak diinginkan.
Kemungkinan perilaku anggota keluarga yang negatif dapat mempengaruhi perilaku hidup
sehat peserta didik. Oleh sebab itu, penting menekankan bahwa peserta didik harus
memiliki kemampuan untuk tidak meniru dan tetap percaya diri untuk tetap sehat bahkan
bisa menjadi agen perubahan (agent of change). Contohnya: Jika ada kakak yang merokok
di rumah, peserta didik tidak harus terpengaruh malah akan lebih baik jika mendorong
kakak tersebut untuk menghentikan kebiasaan merokoknya.
Sebagian besar remaja enggan membicarakan masalah kesehatan reproduksi dengan
keluarga karena kesibukan keluarga, adanya nilai tabu dalam keluarga membicarakan
tentang topik kesehatan, serta kurangnya keterampilan orang tua dalam mendiskusikan
topik-topik kesehatan reproduksi di rumah.
Peran anggota keluarga mungkin berubah saat anggota keluarga yang masih remaja
mengakui bahwa dirinya atau anggota keluarganya melakukan penyalahgunaan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya), HIV positif atau kehamilan yang tidak
diinginkan,
Ada sistem dukungan dalam keluarga pada keadaan darurat. Misalnya mencegah perkawinan
dini.
Keluarga dapat bertahan dalam keadaan darurat saat mereka saling mendukung anggota
keluarga lainnya dengan saling menghargai
Perlunya penanaman nilai-nilai moral dan agama kepada anak sebagai landasan berpikir
dalam mengambil keputusan
18 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Bahan Bacaan
Perilaku beresiko remaja membuat mereka sering dicap sebagai anak-remaja bermasalah
dan akhirnya mereka diperlakukan secara negatif dari lingkungan sosialnya. Perilaku beresiko
remaja adalah bentuk perilaku yang dapat membahayakan kesehatan dan kesejahteraan (well-
being) remaja, bahkan beberapa bentuk perilaku beresiko dapat merugikan orang lain.
Perlakuan negatif pada remaja yang dicap bermasalah dapat terjadi karena disebabkan
pemahaman yang kurang tepat atas perilaku beresiko. Sering perilaku beresiko hanya dilihat
sebagai akibat kenakalan remaja semata, akibatnya orang segera mengambil keputusan
untuk memperbaiki si remaja bermasalah. Perilaku beresiko remaja yang disebabkan oleh
gangguan penyesuaian diri muncul karena dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri remaja
(internal) maupun faktor dari luar diri (eksternal).
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 19
anak yang kurang harmonis dan otoriter membuat remaja sulit terbuka menyampaikan
persoalan yang dihadapinya pada orang tua, akibatnya anak kesulitan menyelesaikan
persoalannya dan terjerumus dalam perilaku beresiko.
2. Pengaruh negatif teman sebaya.
Sikap dan perilaku teman sebaya yang negatif juga dapat mempengaruhi perilaku remaja.
Upaya remaja untuk dapat diterima di kelompok sebayanya membuat mereka mudah
terpengaruh dan sulit menolak ajakan teman, bahkan untuk hal yang dapat merugikan
diri atau orang di sekitarnya.
3. Pengaruh negatif komunitas.
Kemiskinan, kurangnya akses pendidikan, komunitas yang acuh dan permisif pada
pelanggaran dapat membuat remaja lebih rentan terjerumus dalam perilaku beresiko dan
menghambat perkembangan diri remaja.
Dengan mengetahui berbagai faktor internal dan eksternal mempengaruhi problem remaja,
maka penting kita pahami bahwa penanganannya perlu dilakukan secara menyeluruh. Bukan
hanya remaja yang ditarget untuk dirubah tapi juga lingkungan sekitarnya yang juga turut
mempengaruhi munculnya perilaku beresiko tersebut. Contohnya: perilaku kecanduan yang
disebabkan oleh ketidakmampuan remaja mengelola stress dari problem keluarga dan tekanan
sosial dari teman sebaya, maka harus dihadapi dengan cara mengembangkan kemampuan
pengelolaan persoalan keluarga dan sikap asertif pada teman sebaya; dan lebih jauh lagi perlu
mempertimbangkan pembuatan kebijakan sosial untuk menghadapi persoalan kecanduan di
sekolah dan di masyarakat. Karena tidaklah mungkin menghadapi persoalan perilaku beresiko
remaja tanpa koordinasi dan kerjasama antar berbagai pihak yang terlibat, dalam hal ini orang-
tua dan keluarga, sekolah, lingkungan rumah, serta masyarakat. Pemahaman komprehensif
ini selayaknya menjadi dasar cara kita menghadapi perilaku beresiko remaja di masyarakat
Indonesia. Apakah anda setuju?
Remaja terjerumus dalam perilaku beresiko seringkali terjadi bukan karena persoalan
kurangnya informasi, namun karena remaja melakukan perilaku yang tidak konsisten dengan
sikapnya, contohnya: mengetahui bahwa ia belum siap melakukan perilaku seksual namun
ketika diminta oleh pacarnya akhirnya melakukan perilaku seksual. Hal ini terjadi bukan karena
keterbatasan informasi atau kelemahan kognitif sehingga mereka tidak mampu berpikir
tentang alternatif lain, namun lebih dikarenakan keterbatasan pengalaman sehingga mereka
20 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
dapat mengambil keputusan yang kurang tepat. Ketersediaan akses dan informasi yang lengkap
dapat mempengaruhi keterampilan remaja dalam mengambil keputusan untuk berperilaku
sehat. Remaja perlu memahami bahwa setiap keputusan yang diambilnya akan menghasilkan
konsekuensi yang harus ditanggung seumur hidupnya baik secara fisik, psikis dan sosial.
Di era globalisasi ini, akses informasi cukup luas, termasuk informasi tentang berbagai faktor
yang mempengaruhi perilaku beresiko remaja. Oleh karena itu, yang lebih diperlukan oleh
remaja bukan sekedar informasi namun lebih penting bagaimana mengembangkan cara-
cara pengelolaan diri remaja. Secara personal, program kesehatan remaja dibutuhkan
untuk mengembangkan kemampuan pengendalian diri dan perilaku produktif untuk dapat
menghadapi perubahan identitas perannya sebagai remaja. Kegagalan mencapai identitas
peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja
sebaiknya mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui
masa remajanya dengan baik, atau juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah
sebelumnya gagal pada tahap ini.
Selain itu, penting juga mengkondisikan faktor-faktor di luar diri remaja agar dapat mendukung
kemampuan pengelolaan diri remaja, seperti, seperti: hubungan dengan orang tua dan
teman sebaya. Sebaiknya orangtua juga mau berupaya untuk membenahi kondisi keluarga
sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja. Pola asuh
dan komunikasi orang-tua dan anak diupayakan menjadi lebih berorientasi pada kebutuhan
perkembangan remaja, orang-tua akan berperan sebagai orang yang mendukung (support
system) bagi si remaja sehingga remaja yang merasa aman dan diterima orang-tuanya akan
lebih mampu menghadapi tantangan perubahan masa remaja. Dalam hubungan dengan teman
sebaya, remaja perlu mengembangkan ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika sikap
dan perilaku teman sebaya atau komunitas tidak produktif atau bahkan dapat merugikan diri
dan masa depan remaja.
Pada umumya, waktu remaja lebih banyak dihabiskan di sekolah, sehingga lingkungan sekolah
juga dapat dipandang sebagai tantangan dunia remaja. Maka sistim pendidikan di sekolah perlu
menyeimbangkan perkembangan aspek kognitif dan juga aspek kepribadian agar si remaja
lebih mampu mengembangkan keterampilan hidup di sekolah. Lebih lanjut, aspek demografis
juga perlu diperhatikan karena kebutuhan kesehatan reproduksi remaja di berbagai wilayah
di Indonesia juga dapat berbeda karena dipengaruhi oleh aspek sosial, budaya, serta historis-
geografis (perkotaan-pedesaan). Maka perlu juga dipertimbangkan pembuatan kebijakan-
kebijakan sosial masyarakat yang fokus pada perbaikan keadaan sosial ekonomi secara mikro
dan makro. Secara umum, seluruh uraian ini menekankan bahwa pengembangan program
kesehatan remaja harus selalu berpijak pada berbagai faktor kontekstual dan aktual remaja
yang menjadi target program kesehatan.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 21
kesejahteraan remaja yang bermasalah tadi. Selain memperhatikan berbagai faktor internal
dan eksternal tadi, adalah tugas kita untuk membantu mereka bangkit dari keterpurukan
mereka dengan cara membantu mereka mengembangkan keterampilan hidup (life skills).
Beberapa keterampilan hidup yang perlu diolah adalah: pemahaman diri dan kemampuan
membuat perencanaan hidup, kemampuan penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan,
kemampuan komunikasi efektif, kemampuan empati dan membangun relasi interpersonal,
serta kemampuan pengendalian emosi dan pengelolaan stress.
Keterampilan hidup yang penting dikembangkan adalah kemampuan remaja agar dapat
mengenali masalahnya, lalu berpikir untuk dapat mengambil keputusan mengenai apa yang
harus dilakukannya dalam mengatasi masalah tersebut. Selanjutnya, perlu dikembangkan pula
pengetahuan dan keterampilan remaja agar mampu untuk menjadi individu yang lebih efektif
mengatasi kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya, serta meningkatkan
kewaspadaan remaja atas persoalan hidup yang mungkin terjadi pada dirinya. Keterampilan-
keterampilan hidup ini lebih efektif dikembangkan dalam proses pendampingan, karena hal ini
muncul dari proses belajar dan berlatih. Oleh karena itu, peran pendampingan ini selayaknya
diberikan oleh orang-orang terdekat remaja seperti orang-tua, guru, dan teman. Seluruh
komponen masyarakat juga bersiap mengarahkan remaja untuk dapat keluar dari masalahnya
serta menyediakan dukungan mereka untuk pengembangan keterampilan sosialnya. Terakhir,
perlu dikembangkan motivasi remaja untuk mencari segera bantuan, baik bantuan familial
ataupun profesional jika menghadapi persoalan yang kompleks bagi dirinya, artinya remaja
tahu apa dan dimana mencari bantuan bila menghadapi masalah yang tidak dapat mereka
kelola secara mandiri. Dalam hal ini peran psikolog, pekerja sosial, psikiater dan berbagai
profesi kesehatan mental perlu diberdayakan secara efektif. Dengan cara-cara ini, remaja
diberikan kesempatan dan akses seluas-luasnya agar mampu mengembangkan perilaku positif
dan produktif di masyarakatnya.
Perilaku beresiko yang banyak dihadapi remaja menghadapkan mereka kepada persoalan
psikososial dan kesehatan. Di Indonesia, persoalan perilaku beresiko perlu dicegah dan
ditanggulangi dengan program kesehatan remaja yang menyeluruh, terutama untuk
mengembangkan faktor internal dan faktor eksternal remaja dalam rangka mencapai
pemberdayaan remaja menyesuaikan diri dengan identitas perannya. Program kesehatan
remaja tidak cukup hanya sebagai pemberi informasi, namun perlu lebih mengedepankan
pengembangan ketrampilan hidup sehat hingga remaja terampil dalam mengembangkan
potensi dirinya dan mampu menghadapi persoalan dan tantangan hidupnya. Penanganan
remaja yang melakukan perilaku beresiko juga akan melibatkan berbagai pihak, dari orang-
tua, sekolah, dan masyarakat terutama dalam meningkatkan keterampilan hidup mereka.
22 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Ada beberapa jenis keluarga, yakni:
Keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak,
Keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka,
termasuk kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua.
Keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas
ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan posisi dalam keluarga pada situasi tertentu. Peranan pribadi dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Sebagai suami dari isteri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik anak-anak, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah
tangga, sebagai pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu
juga dapat berperan sebagai pencari nafkah dalam keluarganya.
Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik
fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
1. Pemeliharaan fisik dan kesehatan para anggota keluarga.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggota keluarga
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 23
Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam
keluarga.
Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan
anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur
kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur
penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.
Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam
keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing,
dan lainnya.
Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi
selanjutnya.
Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga, serta membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
Remaja juga mepunyai tanggung jawab/peran remaja dalam keluarga, antara lain:
1. Terbuka terhadap permasalahan yang sedang dihadapi
2. Komunikasi efektif dengan keluarga/orangtua
3. Mandiri
Suprajitno (2004) menyatakan bahwa fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai
tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi:
24 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya,
perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan
kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta
bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui keluarga sendiri. Jika demikian, anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau
perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Termasuk memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.
4. Membekali anak remajanya dengan pengetahuan kesehatan reproduksi.
Keluarga bertanggung jawab untuk membekali anak remajanya dengan pengetahuan
kesehatan reproduksi sedini mungkin untuk pembentukan nilai-nilai yang positif
menyangkutkesetaraan gender, mencegah kekerasan seksual, serta membantu anak
remajanya dalam pembuatan keputusan yang sehat dan bertanggung jawab terutama
untuk pencegahan risiko kesehatan reproduksi termasuk HIV dan AIDS.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 25
2. Keluarga harmonis tapi ada yang berperilaku negatif (misalnya: orang tua merokok, kakak
sering mabuk, dsb)
Cari waktu yang tepat untuk berdiskusi dari hati ke hati dengan anggota keluarga yang
memiliki perilaku negatif.
Sampaikan bahwa hal paling membahagiakan dalam keluarga adalah bahwa kita saling
menyayangi, mendukung dan peduli satu sama lain. Sampaikan juga bahwa dalam
keluarga, kita saling belajar dan memberikan contoh perilaku yang baik bagi anggota
keluarga lain.
Nyatakan perasaan kita tentang perilaku negatif dari anggota keluarga tersebut.
Sampaikan empajnhti dan rasa sedih ketika kita mengetahui dan melihat ada anggota
keluarga yang melakukan perilaku yang membahayakan dirinya.
Sampaikan bahwa kita akan lebih bahagia ketika mengetahui anggota keluarga hidup
sehat dan positif.
Tanyakan apa yang bisa kita atau anggota keluarga lain bantu untuk membuat anggota
keluarga yang berperilaku negatif tersebut berubah untuk hidup lebih sehat.
Ajak seluruh anggota keluarga untuk peduli dan menyampaikan dukungan kepada
anggota keluarga yang berperilaku negatif untuk berubah dan mempraktekkan pola
perilaku hidup sehat.
3. Keluarga sibuk
Cari waktu yang tepat ketika anggota keluarga sedang berkumpul (misalnya ketika
waktu makan malam) untuk menyampaikan bahwa perhatian, kasih sayang, kepedulian
dan kebersamaan dalam keluarga adalah penting. Untuk itu minta anggota keluarga
meskipun sibuk tetap memiliki waktu bersama untuk berkomunikasi antar anggota
keluarga seperti saat makan malam dan membicarakan hal-hal penting yang terjadi
pada anggota keluarga.
Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan positif lainnya untuk membangun
konsep diri yang positif, rasa berharga dan percaya diri yang menjadi bekal untuk hidup
lebih positif.
Bangun lingkar pertemanan yang positif dan bisa saling mendukung untuk melakukan
perilaku yang positif dan sehat.
Dekatkan diri kepada keluarga yang lebih luas seperti: om dan tante untuk tempat
curhat jika dibutuhkan dan dukungan untuk membangun perilaku yang positif dan
sehat.
4. Keluarga tidak harmonis (broken home)
Tanamkan nilai positif dalam diri bahwa meskipun keluarga kita tidak harmonis bukan
berarti hidup kita tidak berharga dan kita bisa melakukan pelarian untuk melakukan
perilaku-perilaku negatif yang tidak sehat.
Cari waktu yang tepat untuk berdiskusi dengan anggota keluarga mengenai pentingnya
keharmonisan dan kasih sayang dalam keluarga.
26 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Bangun hubungan yang lebih baik dengan keluarga yang lebih luas (seperti: om
dan tante terdekat) sebagai tempat bercerita dan mendapatkan dukungan dalam
menghadapi masa remaja secara lebih baik.
Temukan teman dan sahabat yang baik yang bisa saling mengingatkan dan curhat serta
bergaul lah secara positif.
Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan positif lainnya untuk membangun
konsep diri yang positif, rasa berharga dan percaya diri yang menjadi bekal untuk hidup
lebih positif.
Berceritalah kepada Guru yang kita percaya disekolah mengenai situasi yang kita
hadapi dan hal-hal yang kemungkinan bisa mendorong kita melakukan perilaku negatif
sehingga Guru bisa memberikan dukungan yang diperlukan.
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri. Sehingga
keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam mempelajari nilai-nilai yang
positif untuk pembuatan keputusan yang sehat dan bertanggung jawab terutama
untuk pencegahan risiko kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza,
Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV.
Kadangkala tidak semua keluarga bisa memberikan perhatian yang cukup, akan
tetapi jangan biarkan diri larut dalam perasaan tidak beruntung dan menjadikan
kondisi tersebut alasan sebagai pelarian untuk mempraktekkan perilaku yang
berisiko terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi
Menular Seksual (IMS) dan HIV.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah dengan keluarganya, Guru
segera mengajak peserta didik tersebut berdialog atau melakukan konseling dan
kemudian mengundang orang tua ke sekolah untuk mencari jalan keluar terbaik.
Pesan Kunci
Tumbuh dan berkembang memasuki masa remaja artinya memiliki tanggung jawab yang
bertambah terhadap diri sendiri, keluarga dan lingkungan. Oleh sebab itu, jika ada hal-
hal yang kurang harmonis dan kurang menyenangkan dalam keluarga maka kita ikut
bertanggung jawab untuk menginspirasi semua anggota keluarga agar menyelesaikannya
dan bukan malah sebaliknya kondisi tersebut mempengaruhi diri untuk melakukan
perilaku berisiko sebagai pelarian.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 27
Perencanaan berkeluarga di masa depan akan banyak dipengaruhi oleh pemaknaan yang
kita ambil dari praktek-praktek yang terjadi dalam keluarga kita saat ini. Perencanaan
berkeluarga berhubungan dengan kapan saat ideal berkeluarga, peran dan tanggung
jawab apa yang harus dilakukan, jumlah anak dalam keluarga, perencanaan kesejahteran
anggota keluarga, dan lainnya. Oleh sebab itu, hindari menikah dan memulai membentuk
keluarga karena telah terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Untuk membentuk
keluarga dibutuhkan kesiapan fisik, psikologis, sosial serta ekonomi dan bukan karena
adanya kejadian kehamilan yang tidak diinginkan.
28 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
TOPIK 1.2 PERTEMANAN DAN CINTA KASIH
Tujuan Pembelajaran:
1. Mengindentifikasi, mencegah dan menyikapi kekerasan dalam suatu hubungan
Alat Bantu:
1. Kertas plano
2. Spidol
Waktu:
90 menit
Langkah pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Tanyakan kepada peserta:
Apa makna pertemanan dan cinta kasih bagi kamu?
Berikan gambaran pertemanan dan cinta kasih yang baik dan sehat?
Sebutkan contoh-contoh kekerasan dalam suatu hubungan?
Apakah gampang bagi orang lain untuk mengenali kekerasan dalam suatu hubungan?
Mengapa?
3. Minta peserta membentuk 4 (empat) kelompok. Diskusikan:
Peraturan atau kebijakan apa saja yang kamu ketahui terkait dengan kekerasan dalam
suatu hubungan?
Apakah sulit mencari dukungan dari pihak lain untuk membantu penanganan kekerasan
dalam suatu hubungan? Mengapa?
4. Minta keloompok mempresentasikan hasil diskusinya.
5. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 29
Ide pokok:
Peserta didik dapat dilatih untuk mengenali tindakan kekerasan dalam suatu hubungan
Ada beberapa peraturan yang melarang tindakan kekerasan dalam suatu hubungan di
sebagian besar negara
Setiap anggota masyarakat bertanggung jawab untuk melaporkan tindakan kekerasan
kepada pihak berwajib
Pemberian dukungan dapat membantu orang yang mengalami tindakan kekerasan dalam
suatu hubungan
Bersikap tegas dalam menghadapi ajakan kekerasan dari teman sabaya adalah sikap penting
yang harus dibangun.
Bahan Bacaan
Menurut Stemberg (1988 dalam Weiten, 2011) sebuah hubungan memiliki 3 komponen
yaitu: hasrat (passion), keinginan untuk mendekat (intimacy) dan komitmen (commitment).
Saat kita melakukan sebuah hubungan maka komponen utama yang terbentuk adalah
hasrat yaitu rasa ingin mengenal lebih dalam dan kemudian dilanjutkan oleh kedekatan dan
komitmen. Jika rasa kedekatan lebih besar terbentuk maka hubungan yang ditimbulkan adalah
hubungan pertemanan karena berhubungan dengan kehangatan dan perasaan berbagi dalam
berhubungan sehingga terbentuk hubungan yang disebut companiote love yaitu hangat,
percaya, kasih sayang, saling toleran terhadap orang lain yang hidupnya sangat terkait dengan
hidup orang lain (Weiten, 2011)
30 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Selain hubungan interpersonal secara langsung yaitu dengan cara tatap muka, hubungan
interpersonal juga dapat terjalin melalui sosial media. contoh: twitter, facebook, chating dan
semacamnya. terkadang kita menemui orang yang terlihat santai di dunia maya namun pada
saat kita bertemu orang tersebut, dia tidak berlaku seperti layaknya dia di dunia maya bahkan
sebaliknya. Dengan pengalaman seperti itu, dapat dikatakan bahwa orang tersebut lebih mahir
melakukan hubungan interpersonal secara tidak langsung daripada secara langsung.
Membangun Pertemanan
Menurut Santrock (2007), teman sebaya (peer) adalah anak-anak atau remaja yang memiliki
tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Sementara Hetherington & Parke dalam
Desmita (2010) mendefinisikan teman sebaya (peer) sebagai sebuah kelompok sosial sering
didefinisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan sosial atau yang memiliki kesamaan
ciri-ciri, seperti kesamaan tingkat usia.
Cukup banyak istilah yang dipakai dalam pertemanan. Ada yang menyebut teman atau sahabat.
TEMAN SAHABAT
Orang yang seusia atau dekat Teman yang memiliki selera yang
usianya dengan kita dan memiliki serupa dan menikmati kegiatan-
PENGERTIAN
pengalaman serta ketertarikan kegiatan yang disukai bersama.
yang sama.
Aktivitas bersama seperti Dengan sahabat kita bisa melakukan
bermain, belajar dan bercanda perilaku yang saling menolong,
AKTIVITAS
seperti tukar-menukar nasehat dan
saling menolong dalam kesulitan
Dari berteman kita bisa jadi lebih Dari persahabatan kita bisa
senang, bisa tertawa, merasa mendapatkan manfaat seperti ada
ada yang selalu membantu dan yang mengingatkan membuat PR,
KEUNTUNGAN
membuat hidup menjadi lebih mengingatkan jika ada perkataan
berwarna. dan perlakuan yang salah dan selalu
ada pertolongan disaat kita susah.
Bisa jadi jika mendapat teman Sahabat juga kadang bisa
yang kurang baik maka teman mempengaruhi kita untuk bisa
bisa memaksa atau menekan kita melakukan sesuatu yang buruk.
KERUGIAN untuk melakukan sesuatu yang Atau mungkin bisa berbeda
kurang baik melalui perkataannya pendapat dan bertengkar. Tapi
maupun perbuatannya. mestinya yang namanya sahabat
tidak akan merusak kita.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 31
Kita dapat berteman dengan laki-laki dan perempuan. Pertemanan mestinya selalu dilandasi
dengan:
Hal baik dan positif
Saling pengertian
Saling menghormati
Menerima perbedaan
Saling memotivasi untuk sukses
Saling mengingatkan jika ada yang salah
Selagi masih remaja, kita perlu terus menjalin persahabatan dengan teman sebaya. Ini adalah
salah satu cara untuk mengembangkan diri. Beberapa manfaat yang bisa diperoleh antara lain:
Biasanya dengan sahabat kita bisa berbicara terbuka dan jujur. Hal ini memberikan
kemampuan kita untuk peka pada kekuatan, kelemahan, kebutuhan, dan keinginan orang
lain. Persahabatan memungkinkan kita untuk saling berbagi dalam banyak hal, termasuk
persoalan yang bersifat pribadi. Persahabatan dapat memberikan kesempatan bagi kita
untuk menggali dan mengenali diri sendiri.
Kepekaan kita karena persahabatan akan dapat meningkatkan rasa empati atau dapat
merasakan apa yang dirasakan orang lain. Kebersamaan dengan teman menjadikan kita
akan merasa memperoleh dukungan, termasuk saat kita sedang bermasalah atau sewaktu
mengalami stres.
Sikap positif yang ada pada kita seperti disiplin, rajin belajar, patuh pada orang tua, bisa
ditiru atau diikuti oleh sahabat maupun sebaliknya. Kalau kita melakukan hal baik, akan
terlihat baik di mata teman.
Selain hal-hal positif yang ditimbulkan dari persahabatan dengan teman sebaya ada juga
ternyata aspek negatifnya antara lain:
Karena ingin diakui atau diterima oleh teman, kita kadang melakukan hal-hal yang kurang
pas. Karena takut dibilang aneh, walau salah, kita tetap lebih menerima pendapat teman
dibanding pilihan kita sendiri.
32 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Kita juga jadi suka termakan tren. Kalau teman lain membeli sepatu atau tas baru misalnya,
terkadang kita pun tidak mau kalah dan ingin mengikutinya.
Kadang karena terlalu sering bersama teman, kita jadi tidak punya cukup waktu untuk
melakukan hal-hal lain yang menarik. Termasuk jadi jarang ketemu keluarga.
Kekerasan Dalam Hubungan Interpersonal
Tindakan kekerasan dalam suatu hubungan nyatanya bukan hanya melanda pasangan yang
sudah menikah saja yang lebih kita kenal dengan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga).
Bahkan saat ini banyak remaja perempuan yang menjadi korban tindak kekerasan oleh pacar
mereka. Tindakan kekerasannya tidak mesti berupa kekerasan fisik, tapi juga sikap memaksa
dan mengontrol pasanganya yang terlalu berlebihan.
Kekerasan dalam pacaran memang menempati urutan kedua dalam kasus kekerasan terhadap
perempuan setelah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), bahkan berdasarkan data dari
Komnas Perempuan sejak tahun 2010 terjadi 1.000 kasus kekerasan dalam pacaran. Angka
di lapangan mungkin diperkirakan akan lebih banyak lagi karena banyak korban yang belum
berani melapor.
Penyebab tingginya angka kekerasan dalam pacaran terjadi akibat banyaknya perempuan
yang tidak paham bentuk kekerasan fisik maupun psikis dalam suatu hubungan. Oleh sebab
itu mereka kerap tidak menyadari meski telah menjadi korban kekerasan oleh pacar mereka,
dalam kasus ini remaja yang paling rentan menjadi korban kekerasan. Sebab di usia itu,
gairah sedang meningkat dan dapat mendorong seseorang untuk mengartikan kasih sayang
ke hal yang salah. Pembiaran hubungan yang tidak sehat, bahkan sampai melakukan tindak
kekerasan, dapat menimbulkan risiko fatal.
Tidak sedikit tindak kekerasan dalam hubungan yang kemudian meningkat pada paksaan
berhungan seksual, aborsi dan tindakan lainnya yang dapat mengancam nyawa mereka.
Dalam kasus seperti ini sudah jelas dan perempuanlah yang menjadi korban. Dengan demikian
maka untuk menghindari hal-hal seperti ini perempuan diharapkan berani melawan, dalam
arti berani untuk bercerita kepada orang tua atau siapa saja yang dianggap representatif
untuk menceritakan permasalahannya sehingga bisa mendapatkan solusi terbaik dan jangan
menutup diri kalau memang kekerasan itu terjadi pada diri anda.
Bentuk tindak kekerasan itu tidak sebatas kekerasan fisik, melainkan bisa juga berupa
dominasi, sikap memaksa, atau pengontrolan pasangan yang kelewat berlebihan.Salah satu
pemicu melambungnya angka kekerasan dalam pacaran adalah banyaknya kaum hawa yang
tidak memahami bentuk-bentuk kekerasan fisik maupun psikis yang dilkukan oleh laki-laki.
Karenanya, seringkali mereka tidak menyadari telah menjadi korban kekerasan sang kekasih.
Dalam kasus ini, remaja paling sering jadi korban, karena kepolosannya dan ketidakpahamannya
akan bentuk-bentuk kekerasan.
Buruknya, tindak kekerasan bisa berkembang ke arah pemaksaaan hubungan seksual, aborsi,
dan berbagai aksi lain yang berpotensi mengancam nyawa. Tentu saja, perempuanlah yang
selalu jadi korban kekerasan dalam pacaran.
Untuk menghindari kian berkembangnya bebagai bentuk kekerasan dalam pacaran, diharapkan
perempuan lebih berani mengadakan perlawanan. Misalnya saja menceritakan hal-hal buruk
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 33
yang telah menimpanya pada pihak-pihak yang tepat, sehingga ia bisa mendapatkan solusi
terbaik. Para perempuan belia juga sebaiknya tidak bersikap tertutup atas peristiwa kekerasan
itu.
Biasanya, kekerasan dalam pacaran terjadi dalam bentuk bujukan untuk melakukan hubungan
seksual disertai janji-janji manis, namun setelah itu si korban ditinggalkan begitu saja. Dalam
beberapa peristiwa, masa pacaran malah diwarnai oleh hubungan seksual di bawah ancaman.
Kekerasan bisa juga terjadi dalam bentuk kekerasan fisik maupun emosional.
Aturan yang bisa diaplikasikan dalam tindak kekerasan ketentuan-ketentuan umum seperti
pasal-pasal 351-358 KUH Pidana. Sedangkan jika korbannya masih di bawah umur, bisa dikenai
ketentuan Undang Undang Perlindungan Anak.
Tuntutan ganti rugi yang mungkin timbul dari kasus kekerasan dalam pacaran bisa menggunakan
pasal 1365 KUH Perdata, dengan melancarkan gugatan perdata melalui Pengadilan Negeri.
Namun, jalannya proses persidangan umumnya sangat lambat, bertele-tele, dan lama,
sehingga tak jarang juga korban mendapatkan beban psikologis tambahan.
Buruknya, seringkali kekerasan terjadi di sekitar kita, namun semua orang seakan menganggap
hal tersebut sebagai peristiwa biasa saja. Misalnya, dalam hubungan pacaran, si laki-lakinya
sering meminta uang secara paksa pada pihak perempuan. Jika sang perempuan tidak
memberikannya, ia akan memaki-maki seenaknya. Masyarakat cenderung menganggap
peristiwa ini sebagai urusan pribadi mereka berdua. Padahal, sebenarnya, tindakan seperti ini
sudah termasuk tindak kekerasan dalam pacaran yang bisa dipidana.
Jenis Bullying
Olweus (1993), mengkategorikan dua jenis bullying terdiri dari Direct Bullying yaitu intimidasi
secara fisik dan verbal serta Indirect Bullying berupa kekerasan mental melalui isolasi secara
sosial.
Bullying fisik yaitu perlakuan kasar secara fisik yang dapat dilihat secara kasat mata seperti
menjambak rambut, kerah baju, menampar, menendang dll.
Bullying verbal yaitu perlakuan kasar yang dapat didengar seperti memalak, mengancam,
memaki, mencemooh, memfitnah dll.
Bullying mental yaitu perlakuan kasar yang tidak dapat dilihat dan didengar seperti
mengucilkan, memandang sinis dll.
34 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Pelaku Bullying
Terjerumusnya seorang anak menjadi pelaku bullying bisa dipicu oleh multi faktor diantaranya
dia mencontoh perilaku salah satu anggota keluarga yang juga pelaku bullying. Selanjutnya
dia mengaktualisasikan diri di lingkungan yang mendukung seperti di sekolah yang melakukan
pembiaran pada perilaku bullying.
Korban Bullying
Anak yang terlihat lebih lemah secara umum, seperti: lugu, miskin, lemah fisiknya dan nampak
berbeda seringkali menjadi korban bullying. Penderitaan ternyata tidak hanya dialami oleh
si korban saja, seringkali orangtua mengalami hal yang sama terutama mengalami tekanan
mental akibat perilaku bullying yang dilakukan pada buah hatinya.
Banyak anak korban keretakan rumahtangga melampiaskan rasa frustasinya dengan melakukan
agresi (serangan) kepada orang lain terutama kepada orang yang dianggapnya lemah dan tak
akan mampu melawan.
Sebagian masyarakat menganggap praktek bullying adalah proses alamiah dalam fase tumbuh
kembang seorang anak dimana perlakuan tersebut justru akan memperkuat mental korban
dan pelaku. Tak heran banyak anak merasa bangga menjadi pelaku bullying karena mengalami
pembiaran dan pembenaran oleh orangtua, guru dan lingkungannya.
Kamu jangan lebay dehcengeng amat sih baru dikata-katain segitu saja sudah melempem
sudah cuekin saja atau kamu lawan sekalian!! itulah kata-kata yang sering diucapkan
orangtua ataupun guru saat mendengar pengaduan praktek bullying dari anak.
Orangtua atau guru sering tidak tahu bahwa pelaku bullying biasanya senang berkelompok
dan kalaupun sendirian, biasanya sikap pelaku sangat brutal dan menghalalkan segala cara.
Hal ini jelas semakin mempersulit si korban untuk membela diri. Akhirnya praktek bullying
semakin merajalela dan sulit diberantas karena adanya dukungan pembenaran dari berbagai
pihak.
Akibat Bullying
Para korban bullying biasanya mengalami guncangan jiwa hingga mengalami depresi, prestasi
akademis menurun drastis, malas pergi kesekolah, menjadi penakut, sering marah-marah,
mudah tersinggung, sering berbohong, menarik diri dari pergaulan dan bahkan banyak yang
mencoba bunuh diri.
Mereka juga seringkali tidak memiliki keberanian untuk membela diri atau melaporkan ulah
pelaku kepada pihak sekolah atau orangtuanya karena beranggapan bagai menelan simalakama,
bila melapor belum tentu menyelesaikan persoalan karena acapkali justru si korban disalahkan
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 35
karena dianggap terlalu lemah atau pelaku semakin agresif demi membalas dendam karena
telah dilaporkan.
Sementara itu kecenderungan berbohong si korban adalah akibat dari tuntutan pelaku yang
sering memeras, meminta suatu benda atau uang dengan paksaan. Efek jangka panjang bagi
pelaku bullying adalah ia akan mudah menjadi pelaku kriminal karena ia terbiasa lepas kontrol,
tak lagi menghargai norma yang berlaku di masyarakat.
Di Indonesia terdapat banyak contoh bagaimana korban bullying berakhir tragis. Diantaranya
adalah seorang remaja putri yang sering diejek teman-temannya di sekolah karena ayahnya
seorang penjual bubur, ia merasa malu hingga akhirnya bunuh diri. Menurut hasil penelitian
Yayasan SEJIWA (2006), antara tahun 2002-2005 telah terjadi 30 kasus bunuh diri dan percobaan
bunuh diri menimpa korban bullying dengan rentang usia antara 6-15 tahun
Tanamkan kesadaran pada anak untuk menghargai privasi orang lain, bahwa tak seorangpun
berhak mengganggu ketenangan hidup orang lain dan perilaku agresi adalah sebuah
pelanggaran hukum yang dapat dituntut di muka pengadilan.
Orangtua korban wajib memberi dukungan dan perlindungan kepada anaknya untuk
memulihkan rasa percaya diri serta keberanian untuk melindungi diri dan menolak praktek
bullying.
Berbagai cara bisa dilakukan untuk mencegah perilaku bullying antara lain dengan melaporkan
ke pihak sekolah agar si pelaku diberi peringatan. Bila ulah pelaku sudah sangat mengganggu
dan setelah dilakukan teguran secara persuasif namun tidak juga terjadi perbaikan, jangan
ragu-ragu, dilaporkan saja ke aparat kepolisian.
36 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Beberapa Indikator Fisik Yang Bisa Diamati:
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 37
Patah tulang
a. Setiap patah tulang pada anak di bawah tiga tahun.
b. Patah tulang baru & lama (dalam penyembuhan) yg ditemukan bersamaan.
c. Patah tulang ganda
d. Patah tulang spiral pd tulang-tulang panjang lengan & tungkai.
e. Patah tulang pada kepala, rahang & hidung serta patahnya gigi.
Luka bakar
a. Bekas sundutan rokok uka bakar pada tangan, kaki, atau bokong akibat kontak bagian-
bagian tubuh tersebut dgn benda panas.
b. Bentuk luka yg khas sesuai dgn bentuk benda panas yg dipakai untuk menimbulkan luka
tsbt.
Lain-lain
a. Dislokasi/lepas sendi pd sendi bahu atau pinggul (kemungkinan akibat tarikan).
b. Tanda-tanda luka yg berulang.
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Pertemanan adalah proses yang menyenangkan dan positif karena dibangun atas rasa
saling peduli, perhatian, kasih sayang dan solidaritas. Oleh sebab itu, yang disebut
teman seharusnya tidak memaksa apalagi melakukan kekerasan untuk melakukan
perilaku-perilaku yang berisiko. Tekanan dan kekerasan dalam pertemanan atas
dasar apapun tidak bisa diterima dan merusak.
Kemampuan mengambil keputusan dan keberanian untuk menolak sangat penting
dimiliki untuk menghindari tekanan teman sebaya dalam melakukan perilaku yang
berisiko terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi
Menular Seksual (IMS) dan HIV.
Pertemanan termasuk pertemanan dengan lawan jenis harus dibangun atas dasar
penghormatan, kepedulian dan kasih sayang. Memaksa untuk melakukan apapun
termasuk aktifitas seksual dengan mengatasnamakan cinta adalah sebuah bentuk
kekerasan yang harus ditolak dengan tegas. Melakukan aktifitas seksual bukanlah
pembuktian rasa cinta tetapi hanya membuktikan jika organ reproduksi berfungsi.
38 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Jika cinta, maka seharusnya kita bisa saling menjaga dari hubungan seksual pra nikah
yang bisa berisiko terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, Infeksi Menular Seksual
(IMS) dan HIV.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah dalam pertemanan termasuk
menjadi pelaku atau korban dalam pertemanan, Guru segera mengajak peserta didik
tersebut berdialog atau melakukan konseling dan bisa merujuk peserta didik tersebut
ke Puskesmas PKPR terdekat untuk mendapatkan bantuan dan dukungan lebih lanjut
jika dibutuhkan.
Pesan Kunci
Tekanan teman sebaya dan kekerasan dalam pertemanan adalah perbuatan yang tidak
bisa diterima dan akan cenderung berulang terjadi dengan jumlah dan tingkat risiko yang
lebih besar jika dibiarkan.
Tidak ada cara lain, tolak dengan tegas dan penuh percaya diri setiap tekanan teman
sebaya serta pacar yang bisa memberikan risiko terhadap kehamilan yang tidak diinginkan,
penyalahgunaan Napza, Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV.
Penting dibangun solidaritas kelompok dalam pertemanan untuk menolak tekanan teman
sebaya dalam melakukan perilaku berisiko atau menolak semua bentuk kekerasan dalam
pertemanan. Aksi bersama (kolektif) biasanya lebih kuat dan berdampak dibandingkan
dengan aksi sendiri-sendiri (personal).
Membiarkan teman dengan perilaku buruk dan merusak terhadap orang lain adalah
tindakan yang salah karena perilaku tersebut cenderung berulang dan bertambah
buruk serta akan menjadi tidak baik terhadap pelaku dan korban. Oleh sebab itu, segera
laporkan kepada Guru di sekolah atau orang tua di rumah jika mengetahui ada teman
yang menjadi pelaku kekerasan.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 39
TOPIK 1.3 TOLERANSI DAN SIKAP MENGHARGAI
Tujuan Pembelajaran:
1. Menjelaskan mengapa penting untuk menentang stigma dan diskriminasi terhadap korban
kehamilan tidak diinginkan, korban penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan
Zat Adiktif lainnya), orang dengan HIV-AIDS.
Alat Bantu:
--
Waktu
90 menit
Langkah Pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Ajak siswa untuk melakukan:
Pikirkan dua hal penting tentang diri kamu yang membuat kamu merasa sama dengan
teman kamu yang ada di kelas ini
Sekarang pikirkan dua hal yang membuat kamu merasa paling berbeda dengan teman
kamu yang lainnya?
Menurut kamu, mengapa masyarakat memberikan stigma dan diskriminasi terhadap
korban kehamilan yang tidak diinginkan (KTD)? korban penyalahgunaan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya), orang dengan HIV-AIDS (ODHA) dan
3. Minta beberapa siswa secara sukarela menyampaikan apa yang mereka pikirkan.
4. Tanyakan kepada siswa:
Perasaan apa saja yang muncul karena kamu merasa sama dengan yang lainnya?
(tuliskan jawaban di atas papan tulis di sisi kolom yang satu)
Perasaan apa yang muncul ketika kamu menjadi berbeda dengan yang lainnya? (tuliskan
jawaban di papan tulis di sisi kolom sebelahnya)
5. Jelaskan kepda siswa bahwa setiap orang merasa berbeda atau tidak sesuai dengan
berbagai cara, dan perasaan ini terkadang tidak biasa.
6. Diskusikan beberapa hal sebelum menutup sesi pembelajaran:
Apakah keuntungan dan kerugian jika kita tampil beda ?
Bagaimanakah tanggapanmu jika korban kehamilan yang tidak diinginkan, korban
NAPZA, Penderita HIV-Aids dan, diperlakukan berbeda oleh orang lain? Apakah
perlakuan tersebut bisa dibenarkan?
40 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Bagaimana kamu diperlakukan ketika kamu dibedakan dengan orang lain
Pikirkan tentang kelompok minoritas dalam lingkungan masyarakat. Bagaimana
dengan orang yang memiliki kemampuan yang berbeda (diffabel), orang dengan kelas
sosial rendah, ras dan etnis minoritas, imigran, kelompok seksual minoritas (sepetti:
gay, waria, dan lesbian) diperlakukan dalam masyarakat?
Apakah hak mereka terkadang dilanggar?
Apakah ada yang membela hak-hak kelompok tersebut?
7. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran
Ide pokok:
Stigma dan diskriminasi berdampak negatif pada individu, komunitas maupun peserta didik
yang menjadi korban kehamilan yang tidak diinginkan, korban penyalahgunaan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya), serta dengan HIV-AIDS
Pada beberapa daerah, ada peraturan yang melarang adanya stigma dan diskriminasi
Bahan Bacaan
Sikap menghargai adalah sikap toleransi sesama umat manusia, menerima perbedaan antara
setiap manusia sebagai hal yang wajar, dan tidak melanggar hak asasi manusia lain. Sikap ini
adalah sikap damai, dimana seseorang menganggap keberadaan orang lain sebagai bagian
dari lingkungan sama seperti dirinya, tidak saling bermusuhan atau merugikan antar sesama
manusia, tidak membeda-bedakan warna kulit (ras), tidak menganggap bahwa dirinya adalah
manusia yang hebat dibandingkan manusia yang lain dan tidak menganggap manusia lain
itu lebih rendah. Menghargai orang lain, sebagai salah satu unsur kecerdasan moral adalah
elemen yang penting untuk kita tanamkan sejak dini. Dengan bisa menghargai orang lain, kita
bisa menjadi manusia yang lebih baik dan terpuji.
Dalam pengertian yang sederhana, stigma adalah sikap negatif yang terkait dengan keyakinan
atau pengetahuan seseorang. Stigma sosial adalah tidak diterimanya seseorang pada suatu
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 41
kelompok karena kepercayaan bahwa orang tersebut melawan norma yang ada. Stigma
sosial sering menyebabkan pengucilan seseorang ataupun kelompok. Stigma bisa diartikan
pandangan negatif atau prasangka buruk misalnya terhadap anak luar nikah, Orang Dengan
HIV/AIDS, dll.
Sedangkan diskriminasi adalah perilaku atau aksi yang dilakukan. Dengan demikian asal-
usul terjadinya stigma dan diskriminasi adalah dari pandangan negatif terhadap orang
atau kelompok tertentu yang dianggap mempunyai sesuatu yang tidak baik dan dianggap
bertentangan dengan pandangan kelompok mayoritas. Upaya menghilangkannya tentu dengan
menghapus pandangan negatif tersebut melalui peningkatan pengetahuan masyarakat.
Stigma yang ada dalam masyarakat dapat menimbulkan diskriminasi. Diskriminasi terjadi
ketika pandangan-pandangan negatif mendorong orang atau lembaga untuk memperlakukan
seseorang secara tidak adil yang didasarkan pada prasangka mereka, bisa jadi akan status HIV
seseorang, pilihan identitas gender, korban kekerasan seksual, dsb. Walaupun semua orang
seharusnya mampu menikmati hak asasi kita, tetapi kita tidak selalu dapat melakukannya.
Diskriminasi adalah tindakan yang memperlakukan satu orang atau satu kelompok secara kurang
adil atau kurang baik daripada orang atau kelompok yang lain. Diskriminasi dapat dilakukan
oleh individu, kelompok, atau kebijakan dan praktik organisasi atau layanan masyarakat.
Beberapa orang atau kelompok mungkin menjadi subyek dari penolakan sosial yang sangat
parah karena karakteristik atau pilihannya. Penolakan ini disebut dengan stigma. Sebagai
contoh di beberapa tempat orang dapat menjadi subyek stigma karena berat badan, perilaku
seksual, kepercayaan agama, status kesehatan, atau ketidakmampuan dalam berolahraga.
Ketika seseorang diperlakukan tidak adil karena identitasnya maka perlakuan tersebut disebut
dengan diskriminasi. Orang mempunyai hak untuk bebas dari diskriminasi. Diskriminasi terjadi
dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat dan lingkungan sosial yang lebih luas.
Diskriminasi tidak hanya dilakukan oleh individu saja bahkan pemerintah dan semua sistim
sosial (seperti sekolah, agama, atau lapangan pekerjaan) juga bisa melakukan diskriminasi.
Tanpa melihat sikap seseorang, kita semua mempunyai kewajiban untuk menghargai hak asasi
manusia seseorang
Mekanisme dukungan biasanya tersedia untuk menolong orang yang pernah mengalami
stigma dan diskriminasi
Sementara contoh diskriminasi meliputi para staf rumah sakit atau penjara yang menolak
memberikan pelayanan kesehatan kepada orang dengan HIV-AIDS (ODHA); atasan yang
memberhentikan pegawainya berdasarkan status atau prasangka akan status HIV mereka;
atau polisi yang menyudutkan korban perkosaan dengan pertanyaan yang menuduh korban
berkontribusi atas kejadian tersebut (seperti mengapa menggunakan rok pendek atau mengapa
keluar malam) dsb. Tindakan diskriminasi semacam itu adalah sebuah bentuk pelanggaran hak
asasi manusia.
42 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Mengapa kita perlu bersama-sama menghilangkan stigma dan diskriminasi?
Stigma dan diskriminasi membuat remaja yang menjadi korban maupun keluarganya
merasa takut atau malu untuk mengakui dan mencari bantuan. Mereka tidak mau pergi ke
rumah sakit atau mencari informasi lebih lanjut.
Stigma dan diskriminasi membuat pencegahan risiko reproduksi dan seksual, termasuk HIV-
AIDS tidak efektif. Karena calon korban dianggap kelompok tertentu sehingga kelompok lain
merasa dirinya aman.
Stigma dan diskriminasi bisa membunuh pelan-pelan. Mengambil hal terbaik dari diri
seseorang termasuk semangat untuk memperjuangkan masa depan.
Stigma dan diskriminasi menutup akses remaja yang menjadi korban terhadap pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan.
Stigma dan diskriminasi bisa dilawan dengan mengkampanyekan dukungan bagi korban
termasuk mendidik masyarakat memahami situasi dan dampak stigma dan diskriminasi
terhadap seseorang.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 43
Peserta Didik Dengan Penyalahgunaan Napza
Selalu lihat mereka dalam perspektif sebagai korban.
Lakukan konseling terhadap peserta didik tersebut untuk mengetahui alasan mereka
menggunakan Napza.
Undang orang tua peserta didik tersebut ke sekolah untuk mendapatkan konseling dan
dorong agar anak mereka mendapatkan terapi yang dibutuhkan.
Lakukan pendidikan pencegahan penyalahgunaan Napza disekolah sehingga peserta didik
lain tidak menjadi korban. Minta peserta didik untuk melaporkan kepada Guru disekolah
jika memngetahui ada teman mereka yang menjadi penyalahgunaan Napza.
Jika diketahui ada peserta didik yang menjadi bandar (penjual) Napza maka sebaiknya
segera laporkan kepada polisi untuk tindakan hukum karena sudah berhubungan dengan
pelanggaran hukum yang merusak orang lain serta sindikat yang lebih besar.
Peserta Dididk Dengan HIV positif (Orang Dengan HIV dan AIDS/ ODHA)
Selalu lihat mereka dalam perspektif sebagai korban.
Pahami bahwa HIV tidak menular lewat pertemanan, interaksi sehari-hari termasuk makan
bersama dan berkegiatan bersama.
Pastikan peserta didik di sekolah untuk mengetahui apa itu HIV dan AIDS, cara penularan dan
pencegahan serta membangun dukungan terhadap ODHA tanpa stigma dan diskriminasi.
Jika ada peserta didik yang diketahui adalah ODHA maka kita tidak perlu mengumumkannya
di sekolah. Dekati peserta didik tersebut dan ajak berdialog bahwa kita sebagai Guru akan
menerima berbagai kondisi peserta didik dan akan mendukung mereka untuk menghadapi
situasi mereka lebih baik tanpa memberikan rasa terpojok terhadap peserta didik tersebut.
Tawarkan jika dia butuh tempat curhat maka Guru siap kapanpun dibutuhkan.
Selalu pantau situasi disekolah jika ada Guru atau peserta didik lain yang mengetahui status
HIV peserta didik tersebut dan memberikan stigma srta diskriminasi terhadapnya.
Bangun nilai-nilai atau peraturan sekolah yang bebas dari stigma dan diskriminasi terhadap
siapapun.
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Setiap orang memiliki harkat dan martabat dalam hidup. Sehingga tanpa melihat dan
membeda-bedakan identitas, status dan latar belakangnya, maka kita berkewajiban
menghargai dan menghormati orang lain. Ini yang disebut dengan menerima
keberagaman.
Pengetahuan dan pandangan yang salah terhadap identitas, status dan latar belakang
seseorang bisa menimbulkan sikap negatif (stigma) yang akhirnya menimbulkan
perlakuan yang salah atau pembedaan perlakuan (diskriminasi) terhadap orang
44 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
tersebut. Stigma dan diskriminasi bisa menghambat hak orang atau kelompok lain
untuk mendapatkan pelayanan publik seperti: pendidikan dan kesehatan, pekerjaan
serta melukai harkat dan martabat mereka sebagai manusia.
Stigma dan diskriminasi memberikan dampak yang merugikan dan oleh sebab itu
harus dihentikan. Misalnya; stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV dan
AIDS (AIDS) telah membuat orang yang memiliki perilaku berisiko takut untuk tes HIV
atau mendapat pengobatan (anti retroviral/ ARV) sehingga berpotensi menularkan
HIV ke orang lain; remaja perempuan yang terlanjur hamil di luar nikah dipaksa
harus keluar dari sekolah sehingga hak melanjutkan pendidikan terputus sementara
remaja laki-laki bisa terus sekolahdan banyak lagi contoh lain.
Stigma dan diskriminasi harus dilawan dengan pendidikan/ pengetahuan serta
membangun nilai-nilai toleransi dan menerima keberagaman.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami stigma dan diskriminasi di sekolah,
Guru segera mengajak peserta didik tersebut berdialog atau melakukan konseling untuk
mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 45
TOPIK 1.4 PERKAWINAN DAN PENGASUHAN
Tujuan Pembelajaran:
1. Mengindentifikasi kebutuhan fisik, emosi, ekonomi, dan pendidikan anak dan kaitannya
dengan tanggung jawab orang tua
Alat Bantu:
1. Kertas plano
2. Spidol
Waktu:
90 menit
Langkah Pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Tanyakan kepada siswa:
Menurut kamu apa tantangan terberat menikah dan memiliki anak?
Apakah laki-laki dan perempuan memiliki perasaan dan pikiran yang sama menyangkut
tantangan ini?
3. Minta siswa membentuk kelompok terdiri dari 5 (lima) sampai 8 (delapan) orang. Tugas
kelompok adalah:
Apa saja kebutuhan fisik, emosi, ekonomi, dan pendidikan anak yang harus kamu
penuhi sebagai orang tua?
Bagaimana cara kamu akan memenuhi kebutuhan tersebut?
4. Minta kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
5. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran
Ide pokok:
Perkawinan harus didasari komitmen jangka panjang dengan penuh tanggung jawab dan
kesiapan dalam menghadapi tantangan
Kesejahteraan anak dapat dipengaruhi oleh masalah-masalah yang terjadi dalam
hubungan/ perkawinan
46 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memutuskan memiliki anak atau
tidak.
mempertimbangkan hak anak.
Bahan Bacaan
Pengesahan secara hukum suatu perkawinan biasanya terjadi pada saat dokumen tertulis yang
mencatatkan perkawinan ditanda-tangani. Upacara perkawinan sendiri biasanya merupakan
acara yang dilangsungkan untuk melakukan upacara berdasarkan adat-istiadat yang berlaku,
dan kesempatan untuk merayakannya bersama teman dan keluarga. Perempuan dan laki-
laki yang sedang melangsungkan perkawinan dinamakan pengantin, dan setelah upacaranya
selesai kemudian mereka dinamakan suami dan istri dalam ikatan perkawinan.
Pertimbangan-pertimbangan yang harus dipikirkan orang yang berniat kawin atau menikah
antara lain:
Ada alasan yang kuat untuk menikah. Masalah yang paling utama adalah keyakinan. Harus
ada alasan yang kuat kenapa kita menikah dan membina rumah tangga. Apa yang ingin
diperoleh? Apa kebaikannya bagi kita, pasangan dan keluarga? Jika jawabannya belum bisa
kitad apatkan, atau tidak realistis, lebih baik kita tunda dulu.
Harus siap berbagi. Kita harus menerima kenyataan bahwa kita akan tinggal bersama dengan
orang yang dicintai dan harus mau bekerja sama dalam suka maupun duka. Yang harus kita
sadari adalah kita tidak hanya berbagi tempat, namun juga emosi, waktu, perhatian dan
hal-hal yang abstrak dimana ukuran masing-masing orang tidak sama.
Bersedia untuk berpikiran terbuka. Kita harus bisa berpikiran terbuka supaya dapat
menyelesaikan masalah yang timbul dalam rumah tangga. Tidak ada rumah tangga yang
mulus-mulus saja tanpa masalah. Biasakan untuk bertukar pikiran dengan pasangan
sehingga kita bisa terbantu dalam menyelesaikan masalah.
Bersedia berkompromi. Toleransi dan mengerti apa yang pasangan rasakan itu sangat
penting, terutama saling menghargai pribadi masing-masing. Kita mungkin punya agenda,
pendapat atau prinsip sendiri, namun jangan lupakan bahwa pasangan anda juga memiliki
hal yang sama namun berbeda isinya.
Siap untuk hal-hal yang mungkin tidak nyaman. Segala tindakan pasti ada resikonya,
termasuk menikah. Perkawinan bisa membuka topeng masing-masing, dimana itu dipakai
ketika saling mengenal sebelum menikah dulu. Jika sudah memutuskan untuk menikah,
maka kita harus siap untuk menerima resiko paling buruk mengenai sikap pasangan.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 47
Siap menjadi orang tua. Dalam perkawinan tentu saja pasangan menginginkan anak sebagai
pelengkap rumah tangga. Penting untuk menanyakan diri serta pasangan apakah sudah
siap menjadi orang tua yang merawat, melindungi dan membesarkan anak-anak,
Perkawinan yang baik haruslah direncanakan dan berdasarkan cinta yang tulus. Pengalaman
menunjukkan bahwa perkawinan yang dilaksanakan karena terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan seringkali berakhir buruk dan bahkan seringkali menyebabkan kekerasan dalam
rumah tangga.
Menjadi penting untuk mempertimbangkan kapan usia yang cukup untuk menikah, alasan
melakukan perkawinan dan cara-cara untuk menjaga perkawinan dalam jangka panjang
termasuk kesiapan menjadi orang tua. Untuk menjadi suami dan istri serta bapak dan ibu.
48 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Pendewasaan usia perkawinan merupakan bagian dari program Keluarga Berencana Nasional.
Program PUP memberikan dampak pada peningkatan umur kawin pertama yang pada
gilirannya akan menurunkan Total Fertility Rate (TFR, atau jumlah anak dalam satu keluarga).
Tujuan program pendewasaan usia perkawinan adalah memberikan pengertian dan kesadaran
kepada remaja agar didalam merencanakan keluarga, mereka dapat mempertimbangkan
berbagai aspek berkaitan dengan kehidupan berkeluarga, kesiapan fisik, mental, emosional,
pendidikan, sosial, ekonomi serta menentukan jumlah dan jarak kelahiran. Tujuan PUP seperti
ini berimplikasi pada perlunya peningkatan usia kawin yang lebih dewasa.
Program Pendewasaan Usia Kawin dan Perencanaan Keluarga merupakan kerangka dari
program pendewasaan usia perkawinan. Kerangka ini terdiri dari tiga masa reproduksi, yaitu:
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 49
kelahiran agar ibu dapat menyusui anaknya dengan cukup banyak dan lama. Semua kontrasepsi,
yang dikenal sampai sekarang dalam program Keluarga Berencana Nasional, pada dasarnya
cocok untuk menjarangkan kelahiran. Akan tetapi dianjurkan setelah kelahiran anak pertama
langsung menggunakan alat kontrasepsi spiral (IUD).
1. Melahirkan
2. Mengasuh
3. Membesarkan
4. Mengarahkan menuju kepada kedewasaan serta menanamkan norma-norma dan nilai-
nilai yang berlaku.
Disamping itu juga harus mampu mengembangkan potensi yang ada pada diri anak, memberi
teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan pribadi dengan penuh tanggung jawab
dan penuh kasih sayang. Anak-anak yang tumbuh dengan berbagai bakat dan kecenderungan
masing-masing adalah karunia yang sangat berharga.
Beberapa penelitian yang dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti yang di kemukakan dalam
majalah rumah tangga dan kesehatan bahwa Orang tua berperan dalam menentukan hari
depan anaknya. Secara fisik supaya anak-anaknya bertumbuh sehat dan berpostur tubuh yang
lebih baik, maka anak-anak harus diberi makanan yang bergizi dan seimbang. Secara mental
anak-anak bertumbuh cerdas dan cemerlang, maka selain kelengkapan gizi perlu juga diberi
motivasi belajar disertai sarana dan prasarana yang memadai. Sedangkan secara sosial suapaya
anak-anak dapat mengembangkan jiwa sosial dan budi pekerti yang baik mereka harus di beri
peluang untuk bergaul mengaktualisasikan diri, memupuk kepercayaan diri seluas-luasnya.
Orang tua yang tidak memperdulikan anak-anaknya, orang tua yang tidak memenuhi tugas-
tugasnya sebagai ayah dan ibu, akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup
anak-anaknya. Terutama peran seorang ayah dan ibu adalah memberikan pendidikan dan
perhatian terhadap anak-anaknya. Sebagaimana dikemukakan, Perkembangan jiwa dan
sosial anak yang kadang-kadang berlangsung kurang mantap akibat orang tua tidak berperan
selayaknya. Naluri kasih sayang orang tua terhadap anaknya tidak dapat dimanifestasikan
dengan menyediakan sandang, pangan, dan papan secukupnya. Anak-anak memerlukan
perhatian dan pengertian supaya tumbuh menjadi anak yang matang dan dewasa.
50 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Dalam berbagai penelitian para ahli dapat dikemukakan beberapa hal yang perlu di berikan
oleh orang tua terhadap anaknya, sebagai mana diungkapkan sebagai berikut:
Orang tua perlu menciptakan lingkungan rumah atau keluarga yang serasi, selaras, dan
seimbang dengan kehadiran anak-anak berbakat. Disamping itu perlu menyiapkan sarana
lingkungan fisik yang memungkinkan anak mengembangkan bakatnya. Perlu sikap demokrasi
juga dalam memberikan banyak larangan, dirangsang untuk menjadi mandiri dan percaya diri.
Tugas-tugas serta peran yang harus dilakukan orang tua tidaklah mudah, salah satu tugas
dan peran orang tua yang tidak dapat dipindahkan adalah mendidik anak-anaknya. Sebab
orang tua memberi hidup anak, maka mereka mempunyai kewajiban yang teramat penting
untuk mendidik anak mereka. Jadi, tugas sebagai orang tua tidak hanya sekadar menjadi
perantara makhluk baru dengan kelahiran, tetapi juga memelihara dan mendidiknya, agar
dapat melaksanakan pendidikan terhadap anak-anaknya, maka diperlukan adanya beberapa
pengetahuan tentang pendidikan.
Seorang laki-laki dan perempuan yang berkomitmen untuk hidup sebagai suami istri berarti
bersedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu anak-anak yang bakal dilahirkan.
Ini berarti bahwa laki-laki dan perempuan yang terikat dalam perkawinan siap sedia untuk
menjadi orang tua dan salah satu kewajiban, hak orang tua tidak dapat dipindahkan adalah
mendidik anak-anaknya. Sebab seorang anak merupakan amanah dan perhiasan yang wajib
dijaga dengan sebaik-baiknya. Apabila tidak dijaga akan menyebabkan kualitas anak tidak
terjamin, sehingga dapat membahayakan masa depannya kelak. Orang tua harus dapat
meningkatkan kualitas anak dengan menanamkan nilai-nilai yang baik dan ahlak yang mulia
disertai dengan ilmu pengetahuan agar dapat tumbuh manusia yang mengetahui kewajiban
dan hak-haknya. Jadi, tugas orang tua tidak hanya sekadar menjadi perantara adanya makhluk
baru dengan kelahiran, tetapi juga mendidik dan memeliharanya.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 51
Menurut UU Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002, terdapat beberapa hak anak, antara lain:
52 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Suatu studi literatur yang dilakukan oleh UNICEF menemukan bahwa interaksi berbagai faktor
menyebabkan anak berisiko menghadapi perkawinan di usia dini. Diketahui secara luas bahwa
perkawinan anak berkaitan dengan tradisi dan budaya, sehingga sulit untuk mengubah. Alasan
ekonomi, harapan mencapai keamanan sosial dan finansial setelah menikah menyebabkan
banyak orangtua mendorong anaknya untuk menikah di usia muda.
Sesungguhnya dampak perkawinan dini yang terjadi di masyarakat sangat beragam, hal
tersebut seperti termuat di bawah ini:
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 53
3. Dampak psikologis
Secara psikis, anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks, sehingga akan
menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan.
Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang
dia sendiri tidak mengerti atas putusan hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan
menghilangkan hak anak untuk memperoleh pendidikan (Wajar 9 tahun), hak bermain
dan menikmati waktu luangnya serta hak-hak lainnya yang melekat dalam diri anak.
4. Dampak sosial
Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat patriarki
yang bias gender, yang menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya
dianggap pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran
agama apapun termasuk agama Islam yang sangat menghormati perempuan (Rahmatan
lil Alamin). Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya patriarki yang bias gender yang
akan melahirkan kekerasan terhadap perempuan.
5. Dampak perilaku seksual menyimpang
Adanya perilaku seksual yang menyimpang yaitu perilaku yang gemar berhubungan seks
dengan anak-anak yang dikenal dengan istilah pedofilia. Perbuatan ini jelas merupakan
tindakan ilegal (menggunakan seks anak), namun dikemas dengan perkawinan seakan-akan
menjadi legal.Hal ini bertentangan dengan UU.No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak khususnya pasal 81, ancamannya pidana penjara maksimum 15 tahun, minimum 3
tahun dan pidana denda maksimum 300 juta dan minimum 60 juta rupiah.
6. Rentan KDRT
Diperkirakan sebanyak 44 persen anak perempuan yang menikah dini mengalami
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan tingkat frekuensi tinggi (temuan Plan).
Sisanya, 56 persen anak perempuan mengalami KDRT dalam frekuensi rendah.
7. Risiko terkena penyakit dan meninggal
Menurut medis, pada perempuan di bawah usia 18 tahun, sangat rentan terkena kanker
serviks (kanker mulut rahim). Pada anak perempuan berusia 10-14 tahun memiliki
kemungkinan meninggal lima kali lebih besar, selama kehamilan atau melahirkan,
dibandingkan dengan perempuan berusia 20-25 tahun. Sedangkan, anak yang menikah
pada usia 15-19 tahun memiliki kemungkinan dua kali lebih besar.
8. Terputusnya akses pendidikan
Walau berdasarkan data empiris ada pasangan yang menikah dini tetapi berhasil
melanjutkan pendidikkannya dengan sukses, namun mayoritas pasangan yang menikah
dini tidak mampu melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi terutama di
daerah-daerah. Hanya 5,6 persen yang masih melanjutkan.
54 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Perkawinan usia dini telah terbukti memberikan dampak buruk, seperti: hubungan
seksual yang dipaksakan, kehamilan di usia yang sangat muda sehingga berisiko
terhadap kematian ibu dan bayi saat persalinan, tidak siap menjadi orang tua,
terputusnya pendidikan, rentan terjadi kekerasan dalam rumah tangga, dan berbagai
risiko lainnya.
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) adalah upaya untuk meningkatkan usia pada
perkawinan pertama, sehingga mencapai usia minimal pada saat perkawinan yaitu
21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. PUP bukan sekedar menunda
sampai usia tertentu saja tetapi mengusahakan agar kehamilan pertama pun
terjadi pada usia yang cukup dewasa. Hal ini didasarkan pada kesiapan laki-laki dan
perempuan secara fisik, mental dan sosial. Terutama pada perempuan berhubungan
dengan kesiapan organ reproduksi untuk hamil dan melahirkan secara sehat.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan
atau dipaksa menikah dini oleh orang tuanya, Guru segera mengajak peserta didik dan
orang tua nya berdialog atau melakukan konseling untuk mendapatkan bantuan dan
dukungan yang dibutuhkan.
Pesan Kunci
Tolak semua ajakan atau rayuan dari pacar atau teman untuk berhubungan seks sebelum
menikah atas alasan apapun karena berisiko terhadap kehamilan yang tidak diinginkan.
Dibanyak tempat, seringkali penyelesaian terhadap kehamilan yang tidak diinginkan
adalah melakukan perkawinan usia dini untuk menutupi malu.
Bicarakan dengan keluarga tentang usia ideal untuk menikah yaitu 21 tahun bagi
perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki untuk kesiapan fisik, mental dan sosial termasuk
kesiapan organ reproduksi untuk hamil dan melahirkan
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 55
B. KONSEP UTAMA 2: NILAI, SIKAP DAN KETERAMPILAN
Tujuan Pembelajaran:
1. Menjelaskan cara memahami dan bersikap yang sesuai dengan nilai yang benar
Alat Bantu:
1. Kertas plano
2. Spidol
Waktu:
90 menit
Langkah pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Tanyakan kepada siswa:
Sebutkan 1 (satu) hal yang paling penting dalam hidup kamu?
Mengapa hal tersebut penting dalam hidup kamu?
Sebutkan satu-dua contoh perilaku negative, bagi peserta didik ke dalam 2 kelompok
dengan pilihan benar salah (misal: Rangga dan Cinta berteman sejak SMP, lulus SMA
akan menikah daripada terjadi kehamilan di luar nikah)
Sebutkan satu-dua contoh perilaku positif, bagi peserta didik ke dalam 2 kelompok
dengan pilihan benar salah
3. Minta peserta membentuk kelompok yang terdiri dari 5 (lima) sampai 8 (delapan) orang.
4. Tugas kelompok adalah urutkan dan berikan rangking kepada semua daftar nilai dibawah
ini dari yang terpenting dan akan mendorong klita untuk terus berperilaku hidup sehat
ditempatkan di urutan pertama hingga yang kurang penting di urutan terakhir. Minta
kelompok menjelaskan daftar pertimbangan membuat urutan daftar nilai. Daftar nilai
sebagai berikut:
a. Persahabatan
b. Kejujuran
c. Cinta
d. Tanggung jawab
e. Berani berbeda
56 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
f. Penuh pertimbangan
g. Penghargaan
5. Minta semua kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, ajak siswa berdiskusi jika ada
yang tidak setuju dengan urutan daftar kelompok.
6. Tanyakan kepada semua siswa:
Bagaimana perasaan kamu ketika ada yang tidak setuju dengan nilai-nilai yang kamu
pilih?
Ketika temanmu menyampaikan perbedaan pandangan tentang nilai-nilai yang
penting, apakah kamu berpikir akan mengganti urutan daftar nilai-nilai mu? Mengapa?
7. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran.
Ide pokok:
Seiring dengan perkembangan anak, mereka akan mengembangkan nilai pribadi yang
mungkin dapat berbeda dari orangtuanya
Hubungan orangtua dan anak akan diperkuat oleh komunikasi terbuka antara orangtua dan
anak mengenai perbedaan yang ada dan ketika masing-masing pihak saling mengembangkan
rasa hormat walaupun mungkin memiliki perbedaan nilai
Setiap hubungan dapat berhasil, apabila seluruh pihak saling menghargai nilai yang dianut
oleh tiap-tiap individu
Bahan Bacaan
Hal-hal yang terakhir ini biasanya terjadi karena banyak faktor, tetapi berdasarkan penelitian,
jumlah yang terbesar adalah karena tingginya rasa solidaritas antar teman, pengakuan
kelompok, atau ajang penunjukkan identitas diri. Masalah akan timbul pada saat remaja salah
memilih arah dalam berkelompok.
Banyak ahli psikologi yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh
masalah, penuh gejolak, penuh risiko (secara psikologis), over energi, dan lain sebagainya,
yang disebabkan oleh aktifnya hormon-hormon tertentu. Tetapi statement yang timbul akibat
pernyataan yang stereotype dengan pernyataan diatas, membuat remaja pun merasa bahwa
apa yang terjadi, apa yang mereka lakukan adalah suatu hal yang biasa dan wajar.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 57
Minat untuk berkelompok menjadi bagian dari proses tumbuh kembang yang remaja alami.
Yang dimaksud di sini bukan sekadar kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang
memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya
berlaku dalam kelompok tersebut. Atau yang biasa disebut geng. Biasanya kelompok semacam
ini memiliki usia sebaya atau bisa juga disebut peer group.
Demi teman yang menjadi anggota kelompok ini, remaja bisa melakukan dan mengorbankan
apa pun, dengan satu tujuan, Solidaritas. Geng, menjadi suatu wadah yang luar biasa apabila
bisa mengarah terhadap hal yang positif. Tetapi terkadang solidaritas menjadi hal yang bersifat
semu, buta dan merusak, yang pada akhirnya merusak arti dari solidaritas itu sendiri.
Demi alasan solidaritas, sebuah geng sering kali memberikan tantangan atau tekanan-tekanan
kepada anggota kelompoknya (peer pressure) yang terkadang berlawanan dengan hukum atau
tatanan sosial yang ada. Tekanan itu bisa saja berupa paksaan untuk menggunakan Napza,
mencium pacar, melakukan hubungan seks, melakukan penodongan, buliying, bolos sekolah,
tawuran, merokok, corat-coret tembok, dan masih banyak lagi.
Secara individual, remaja sering merasa tidak nyaman dalam melakukan apa yang dituntutkan
pada dirinya. Namun, karena besarnya tekanan atau besarnya keinginan untuk diakui, ketidak
berdayaan untuk meninggalkan kelompok, dan ketidakmampuan untuk mengatakantidak,
membuat segala tuntutan yang diberikan kelompok secara terpaksa dilakukan. Lama kelamaan
prilaku ini menjadi kebiasaan, dan melekat sebagai suatu karakter yang diwujudkan dalam
berbagai prilaku negatif.
Kelompok atau teman sebaya memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menentukan arah
hidup remaja. Jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang penuh denganenergi
negatifseperti yang terurai di atas, segala bentuk sikap, perilaku, dan tujuan hidup remaja
menjadi negatif. Sebaliknya, jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang selalu
menyebarkan energi positif, yaitu sebuah kelompok yang selalu memberikan motivasi,
dukungan, dan peluang untuk mengaktualisasikan diri secara positif kepada semua anggotanya,
remaja juga akan memiliki sikap yang positif. Prinsipnya, perilaku kelompok itu bersifat menular.
Motivasi dalam kelompok (peer motivation) adalah salah satu contoh energi yang memiliki
kekuatan luar biasa, yang cenderung melatarbelakangi apa pun yang remaja lakukan. Dalam
konteks motivasi yang positif, seandainya ini menjadi sebuah budaya dalam geng, barangkali
tidak akan ada lagi kata-katakenakalan remajayang dialamatkan kepada remaja. Lembaga
pemasyarakatan juga tidak akan lagi dipenuhi oleh penghuni berusia produktif, dan di negeri
tercinta ini akan semakin banyak orang sukses berusia muda. Remaja juga tidak perlu lagi
merasakan peer pressure, yang bisa membuat mereka stres.
Secara teori diatas, remaja akan menjadi pribadi yang diinginkan masyarakat. Tetapi tentu
saja hal ini tidak dapat hanya dibebankan pada kelompok ataupun geng yang dimiliki remaja.
Karena remaja merupakan individu yang bebas dan masing-masing tentu memiliki keunikan
karakter bawaan dari keluarga. Banyak faktor yang juga dapat memicu hal buruk terjadi pada
remaja.
Seperti yang telah diuraikan diatas, kelompok remaja merupakan sekelompok remaja dengan
nilai, keinginan dan nasib yang sama. Contoh, banyak sorotan yang dilakukan publik terhadap
58 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
kelompok remaja yang merupakan kumpulan anak dari keluarga broken home. Kekerasan
yang telah mereka alami sejak masa kecil, trauma mendalam dari perpecahan keluarga, akan
kembali menjadi pencetus kenakalan dan kebrutalan remaja.
Tetapi, masa remaja memang merupakan masa dimana seseorang belajar bersosialisasi
dengan sebayanya secara lebih mendalam dan dengan itu pula mereka mendapatkan jati diri
dari apa yang mereka inginkan. Hingga, terlepas dari itu semua, remaja merupakan masa yang
indah dalam hidup manusia, dan dalam masa yang akan datang, akan menjadikan masa remaja
merupakan tempat untuk memacu landasan dalam menggapai kedewasaan.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 59
Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus
melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut
masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat
perbedaan tata nilai.
Pandangan tentang bagaimana menjadi laki-laki dan perempuan yang ideal menurut
masyarakat juga dipengaruhi oleh nilai sosial. Nilai-nilai ini telah diajarkan secara turun temurun
dan terbentuk dari hasil sosialisasi (proses belajar) baik di dunia pendidikan (sekolah), dalam
keluarga, melalui media massa atau interaksi di masyarakat. Oleh sebab itu pandangan tentang
bagaimana menjadi perempuan dan laki-laki berbeda pada setiap wilayah, kebudayaan dan
waktu.
Keluarga, teman dan masyarakat dapat memiliki perbedaan nilai. Kita harus mengembangkan
sikap toleran dan menghormati nilai, keyakinan dan sikap orang lain yang berbeda dengan
kita. Nilai dan keyakinan yang baik mestinya tidak menempatkan kita atau orang lain menjadi
berisiko. Nilai yang positif menyangkut seksualitas akan memandu kita mempraktekkan
perilaku seks yang sehat dan bertanggung jawab.
Pengetahuan dan pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi dan perilaku beresiko
merupakan hal penting, mengingat meningkatnya penundaan usia pernikahan di kalangan
perempuan, berimplikasi pada lamanya mereka menjalani masa aktif secara seksual sebelum
pernikahan. Sementara itu, informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual masih
dianggap sebagai kebutuhan orang yang sudah menikah sehingga informasi yang disediakan
bagi remaja sangat terbatas.
60 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
menyikapi dorongan seksualnya. Ketidaksiapan remaja akan pubertasnya ini terkait dengan
faktor budaya, yang tercermin dari mitos-mitos yang berkembang di masyarakat, jugatradisi
yang telah dipraktekkan turun temurun.Hal ini mengingat seksualitas merupakan konstruksi
sosial atas nilai, orientasi, dan perilaku yang berkaitan dengan seks. Selain merujuk pada pada
kondisi fisik dan biologis, juga merujuk pada identitas pribadi maupun sosial(Nuriyah, 2002).
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Nilai solidaritas dalam kelompok selalu memiliki makna positif dan tidak merusak.
Dengan demikian, nilai solidaritas tidak boleh menjadi dasar bagi kelompok sebaya
untuk menekan anggota kelompoknya dalam melakukan sesuatu yang berlawanan
dengan hukum atau tatanan sosial yang ada, seperti: paksaan untuk menggunakan
Napza, mencium lawan jenis, melakukan hubungan seks, bolos sekolah, tawuran,
dsb.
Memiliki nilai yang positif yaitu: menjaga tubuh dari kerusakan, menghormati
perbedaan, dan anti kekerasan akan membantu kita mempraktekkan perilaku-
perilaku yang sehat dan bertanggung jawab sehingga bisa terhindar dari kehamilan
yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi Menular Seksual (IMS) dan
HIV
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami kesulitan dengan tekanan teman
sebayanya, Guru segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling
untuk mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.
Pesan Kunci
Selalu ingat bahwa semua yang memberikan risiko kepada diri sendiri dan orang lain
adalah sesuatu yang tidak baik.
Keluarga, teman dan masyarakat dapat memiliki perbedaan nilai. Kita harus
mengembangkan sikap toleran dan menghormati nilai, keyakinan dan sikap orang lain
yang berbeda dengan kita. Nilai dan keyakinan yang baik mestinya tidak menempatkan kita
atau orang lain menjadi berisiko. Nilai yang positif akan memandu kita mempraktekkan
perilaku yang sehat dan bertanggung jawab sehingga terhindar dari kehamilan yang tidak
diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV.
Jika kelompok sebaya menekan kita untuk melakukan perilaku berisiko atas dasar nilai
solidaritas kelompok, maka tolak secara tegas dan percaya diri karena solidaritas tidak
pernah merusak dan menempatkan teman sebayanya menjadi berisiko
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 61
TOPIK 2.2 MENGHADAPI PENGARUH TEMAN SEBAYA
Tujuan Pembelajaran:
1. Mempraktikkan keterampilan dalam menghadapi pengaruh dan tekanan teman sebaya
Alat Bantu
--
Waktu
90 menit
Langkah pembelajaran
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Minta peserta membentuk 4 kelompok.
3. Tugas kelompok adalah peragakan bagaimana kelompok mampu menghadapi tekanan
teman sebaya, seandainya terjadi hal-hal di bawah ini
Kelompok 1
Temanmu sesama cewek mengajak bertaruh siapa yang bisa merayu dan mengajak
berhubungan dengan cowok disekolahmu.
Kelompok 2
Ketua OSIS yang kamu segani disekolah mengajak kamu mencoba Napza sekali saja
untuk membuat acara perpisahan sekolah lebih meriah.
Kelompok 3
Teman gank motormu mengajak iuran untuk membayar taruhan balapan motor..
Kelompok 4
Teman nongkrongmu mengejek kamu tiap kali kamu nongkrong bersama dia di kantin
sekolah karena sudah memiliki teman dekat lawan jenis tapi belum pernah berciuman
sama sekali denganya.
4. Berikan waktu 5 menit kepada masing-masing kelompok untuk memperagakan
pemeranannya.
5. Tanyakan kepada kelompok:
Bagaimana perasaan kamu tadi menghadapi tekanan dari teman sebayamu?
Kira-kira apa tantangan yang akan kamu hadapi jika mempraktekkannya dalam dunia
nyata?
Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran
62 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi setempat bila dianggap
bertentangan dengan norma, budaya, dan agama/ keyakinan.
Ide pokok
Remaja harus belajar mengambil keputusan yang rasional terhadap : penyalahgunaan
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya), perilaku seksual berisiko, HIV
dan AIDS serta kehamilan yang tidak diinginkan
Seseorang penting memiliki keterampilan asertif untuk dapat menolak pengaruh negatif
teman sebayanya,
Bahan Bacaan
Memasuki dunia remaja, seseorang akan berhadapan dengan lebih banyak hal dan tantangan.
Remaja akan mengalami pergolakan hormonal, tekanan sekolah, dan perubahan mood yang
drastis, serta yang paling sering dihadapi adalah tekanan dari teman sebaya. Bisa jadi karena
gaya hidup teman-teman sebayanya yang berbeda dan diluar nilai keluarga, sehingga terseret.
Atau karena nilai teman-teman yang tidak sesuai, sehingga menjadi tekanan tersendiri bagi
remaja.
Masa sekolah merupakan tahun-tahun rawan dimana remaja akan mengalami pergolakan emosi
untuk memilih lebih mendekat ke teman sebaya dibandingkan orang tua kandungnya.Ketika
menjauh dari teman, mereka akan mendapat cap pecundang sebagai salah satu ketakutan
terbesar. Untuk menghindari label ini, remaja terkadang akan memberontak, tidak
terkontrololeh orang tua mereka, merokok, penyalahgunaan narkotika, dan meminum alkohol
adalah cara termudah untuk menyatakan kemerdekaan.
Lebih parahnya lagi, akibat pergaulan akanmuncul fenomena remaja untuk mulai melakukan
hubungan seksualsecara dini.
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi tekanan teman sebaya:
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 63
2. Jauhi
Sebisa mungkin jauhi teman-teman yang melakukan tekanan sebaya (peer presure).
Terlebih jika kita adalah orang yang mudah terpengaruh. Kita bisa mengatakan bahwa harus
banyak watu dirumah untuk membantu orang tua, atau mengatakan sekarang banyak
kesibukan dilingkungan rumah karena aktif dalam kegiatan organisasi kepemudaan.
3. Laporkan
Semua orang akan benar-benar berterima kasih jika anda melaporkan seseorang yang
melakukan tindakan tekanan sebaya yang menggunakan ancaman kekerasan. Jangan
takut untuk melapor kepada pihak sekolah. Hal ini sangatlah penting mengingat tindakan
tekanan sebaya dalam bentuk ancaman kekerasan bisa merugikan banyak pihak.
4. Bentuk komunitas belajar
Dengan membentuk komunitas belajar itu artinya kita memiliki kelompok sendiri yang
sehat plus bikin pintar. Komunitas belajar juga bisa menjadi media untuk membangun
nilai-nilai pertemanan yang baik dan sehat.
5. Diskusikan dengan orang tua, guru atau teman baik jika bingung harus mengambil
keputusan
Jika kita merasa bingung ketika harus mengambil keputusan menyangkut bagaimana harus
merespon tekanan teman sebaya, maka kita bisa mendatangin orang yang kita percayai:
bisa orang tua, guru, atau teman baik untuk mendapatkan masukan.
6. Mengikuti seni bela diri
Selain membuat tubuh sehat dan kuat, mengikuti seni bela diri ternyata membuat seseorang
sungkan untuk memaksa atau melakukan tekanan terhadap kita. Walaupun bukan untuk
berkelahi, seni bela diri ternyata juga membantu sesorang dalam menyelamatkan diri.
Beberapa kasus tertentu dari tekanan sebaya ternyata melibatkan kontak fisik seperti
ancaman memukul dan berkelahi. Dengan mengikuti seni bela diri paling tidak kita
memiliki bekal untuk melindungi diri dalam keadaan tertentu yang memaksa.
Contoh yang jelas bahwa peningkatan keterampilan psikososial ini dapat memberi kontribusi
yang berarti dalam kehidupan keseharian adalah keterampilan mengatasi masalah perilaku
yang berkaitan dengan ketidak sanggupan mengatasi stres dan tekanan dalam hidup dengan
baik. Keterampilan psikososial di bidang kesehatan dikenal dengan istilah PKHS. Pendidikan
ketrampilan hidup sehat dapat diberikan secara berkelompok di mana saja, antara lain: di
sekolah, puskesmas, sanggar, rumah singgah, dan sebagainya.
64 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Kompetensi psikososial tersebut meliputi 10 aspek keterampilan, yaitu:
1. Pengambilan keputusan
Pada remaja keterampilan pengambilan keputusan ini berperan konstruktif dalam
menyelesaikan masalah berkaitan dengan hidupnya. Keputusan yang salah tak jarang
mengakibatkan masa depan menjadi suram.
2. Pemecahan masalah
Masalah yang tak terselesaikan yang terjadi karena kurangnya keterampilan pengambilan
keputusan akan menyebabkan stres dan ketegangan fisis.
3. Berpikir kreatif
Berfikir kreatif akan membantu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
Berpikir kreatif terealisasi karena adanya kesanggupan untuk menggali alternatif yang
ada dan mempertimbangkan sisi baik dan buruk dari tindakan yang akan diambil. Meski
tak menghasilkan suatu keputusan, berpikir kreatif akan membantu remaja merespons
secara fleksibel segala situasi dalam keseharian hidup.
4. Berpikir kritis
Merupakan kesanggupan untuk menganalisa informasi dan pengalaman secara objektif.
Hal ini akan membantu mengenali dan menilai faktor yang memengaruhi sikap dan
perilaku, misalnya: tata-nilai, tekanan teman sebaya, dan media.
5. Komunikasi efektif
Komunikasi ini akan membuat remaja dapat mengekspresikan dirinya baik secara
verbal maupun non-verbal. Harus disesuaikan antara budaya dan situasi, dengan cara
menyampaikan keinginan, pendapat, kebutuhan dan kekhawatirannya. Hal ini akan
mempermudah remaja untuk meminta nasihat atau pertolongan bilamana mereka
membutuhkan.
6. Hubungan interpersonal
Membantu menjalin hubungan dengan cara positif dengan orang lain, sehingga mereka
dapat meciptakan persahabatan, meningkatkan hubungan baik sesama anggota keluarga,
untuk mendapatkan dukungan sosial, dan yang terpenting adalah mereka dapat
mempertahankan hubungan tersebut; Hubungan interpersonal ini sangat penting untuk
kesejahteraan mental remaja itu sendiri. Keahlian ini diperlukan juga agar terampil dalam
mengakhiri hubungan yang tidak sehat dengan cara yang positif.
7. Kesadaran diri
Merupakan keterampilan pengenalan terhadap diri, sifat, kekuatan dan kelemahan, serta
pengenalan akan hal yang disukai dan dibenci. Kesadaran diri akan mengembangkan
kepekaan pengenalan dini akan adanya stres dan tekanan yang harus dihadapi. Kesadaran
diri ini harus dimiliki untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan hubungan
interpersonal yang baik, serta mengembangkan empati terhadap orang lain.
8. Empati
Dengan empati, meskipun dalam situasi yang tidak di kenal dengan baik, remaja mampu
membayangkan bagaimana kehidupan orang lain. Empati melatih remaja untuk mengerti
dan menerima orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya, dan juga membantu
menimbulkan perilaku positif terhadap sesama yang mengalaminya.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 65
9. Mengendalikan emosi
Keterampilan mengenali emosi diri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi
dapat memengaruhi perilaku, memudahkan menggali kemampuan merespons emosi
dengan benar. Mengendalikan dan mengatasi emosi diperlukan karena luapan emosi
kemarahan atau kesedihan dapat merugikan kesehatan bila tidak disikapi secara benar.
10. Mengatasi stres
Pengenalan stres dan mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap tubuh, membantu
mengontrol stres, dan mengurangi sumber penyebabnya. Misalnya membuat perubahan
di lingkungan sekitar atau merubah cara hidup (lifestyle). Diajarkan pula bagaimana
bersikap santai sehingga tekanan yang terjadi oleh stres yang tak terhindarkan tidak
berkembang menjadi masalah kesehatan yang serius.
Dengan menerapkan ajaran PKHS, remaja dapat mengambil keputusan segera untuk menolak
ajakan tersebut, merasa yakin akan kemampuannya menolak ajakan tersebut, berpikir
kreatif untuk mencari cara penolakan agar tidak menyakiti hati temannya dan mengerahkan
kemampuan berkomunikasi secara efektif dan mengendalikan emosi, sehingga penolakan
akan berhasil dilaksanakan dengan mulus.
Dalam menghindari diri dari tindak kekerasan baik fisis ataupun mental, beberapa
kompetensi dari life skills ini dapat membantu remaja mengambil keputusan agar
dapat merespons ancaman atau tindak kekerasan tersebut. Kekerasan fisis termasuk
kekerasan seksual dapat dihindari dengan berpikir kritis dan kreatif serta menggunakan
komunikasi efektif untuk menghindari dan menyelamatkan diri dari ancaman tersebut.
Kekerasan mental (tekanan, pelecehan, penghinaan) tidak menimbulkan akibat psikis apabila
kompetensi life skills diterapkan seperti berpikir kreatif, pengendalian emosi dan komunikasi
efektif.
Penting kita melakukan komunikasi asertif, yaitu komunikasi yang jujur, jelas, tegas mengenai
keputusan kita dengan menyampaikan perasaan, pikiran dan alasan kita menolak atau
menerima sebuah ajakan atau permintaan disertai dengan bahasa tubuh yang mendukung
keputusan yang kita sampaikan.
Kita selalu mempunyai hak untuk menyetujui atau menolak dalam mempraktekkan perilaku
berisiko. Komunikasi asertif bisa dipelajari, tetapi untuk mampu dipraktekkan harus terus
dilatih. Komunikasi yang efektif dapat membantu orang melindungi kesejahteraan dirinya
sendiri dan pasangannya. Perlindungan ini meliputi:
Menjaga dari IMS termasuk HIV; contoh: ketika teman mengajak untuk mencari pasangan
dalam melakukan hubungan seks berisiko maka kita bisa menyampaikan penolakan seperti:
Maaf saya tidak bisa ikut dengan kamu melakukan hubungan seks sebelum menikah,
karena saya meyakini bahwa hubungan seks haruslah dilakukan di dalam pernikahan,
dengan orang yang dicintai dan tanpa menimbulkan risiko buruk
66 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Perlindungan dari kehamilan yang tidak diinginkan; contoh: ketika pacar mengajak
melakukan hubungan seks dan menyatakan itu bukti dari rasa cinta maka kita bisa
menyampaikan penolakan seperti Saya mencintai kamu. Tetapi cinta yang saya pahami
adalah tidak pernah merusak. Bagi saya hubungan seks tidak pernah membuktikan rasa
cinta tetapi hanya membuktikan bahwa organ reproduksi kita bekerja
Mengurangi konflik yang dapat menjadi kekerasan; contoh: ketika kita berbeda pendapat
dengan pacar, maka kita bisa menyampaikan Smaya paham apa yang kamu maksud, akan
tetapi saya juga berharap kamu bisa mengerti keinginan saya. Kita bisa mencari titik temu
yang membuat kita berdua lebih bahagia dengan pilihan yang kita buat
Komunikasi penting untuk menjelaskan pengharapan dan batasan.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 67
NAPZA DAN PENGARUH TEMAN SEBAYA
68 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
A. Zat Adiktif
Zat Adiktif adalah zat-zat kimia atau zat bukan narkotika dan bukan psikotropika yang dapat
menimbulkan kecanduan atau ketagihan pada pemakainya. Contoh alkohol (minuman kera)
dan rokok. Minuman keras merupakan semua minuman bukan obat yang mengandung alkohol
(C2H5OH). Berdasarkan kandungan alkoholnya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:
B. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat. baik alami maupun buatan bukan narkotika yang bersifat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku. Termasuk psikotropika yaitu ekstasi (inex/cece/
kanding/cenin), shabu-shabu. L.SD, dan lain- lain.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 69
besar dimanfaatkan untuk menekan nafsu makan berlebih, mengobati penderita hiperaktif,
dan penderita narcolepsy, yaitu serangan rasa mengantuk berat yang tiba-tiba dan tidak
terkontrol. Akan tetapi, stimulan juga banyak disalah gunakan dalam bentuk konsumsi di luar
batas takaran yang dianjurkan. Pada tahap awal pemakaian, akan timbul perasaan senang
berlebihan, rasa percaya diri yang besar, dan semangat yang terlalu tinggi. Pada pemakaian
dalam dosis berlebih akan menunjukkan gejala-gejala seperti kejang-kejang, panik, muntah-
muntah, diare, bola mata membesar, halusinasi yang menakutkan, tidak dapat mengendalikan
emosi, dan koma, yang jxika dibiarkan dapat menyebabkan kematian,
70 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
2. Obat Penekan Saraf (Depresan)
Obat jenis depresan adalah obat yang bereaksi memperlambat kerja sistem saraf pusat. Obat
jenis ini biasanya berupa obat tidur dan obat penenang. Obat ini biasanya diminum untuk
mengurangi rasa cemas atau untuk membuat pikiran menjadi lebih santai. Obat ini juga
dipakai untuk mengatasi insomnia (penyakit kesulitan tidur). Contoh obat penekan saraf pusat
antara lain diazepam (valium), nitrazepam (mogadon), luminal, dan pil KB. Di Indonesia para
pengedar menamakan obat-obatan ini sebagai pil koplo. Penyalahgunaan obat penekan saraf
dapat menimbulkan berbagai macam efek, antara lain perasaan menjadi labil, bicara tak
karuan dan tidak jelas, mudah tersinggung, serta daya ingat dan koordinasi motorik terganggu
sehingga jalannya menjadi limbung.
3. Obat Halusinogen
Obat jenis halusinogen adalah obat yang jika dikonsumsi dapat menyebabkan timbulnya
halusinasi. Obat Halusinogen paling terkenal adalah lysergic acid diethylamide (LSD). Selain
itu, ada juga obat halusinogen yang tak kalah hebatnya dalam menciptakan halusinogen bagi
pemakainya, yaitu psilocybin, yang dihasilkan dari spesies jamur tertentu, dan mescalins, yang
dihasilkan dari sejenis kaktus yang bernama peyote.
Efek yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan obat halusinasi ini adalah sebagai berikut:
a. Keringat berlebihan, denyut jantung menjadi cepat dan tak teratur, timbul perasaan cemas.
b. Pupil mata melebar dan pandangan mata kabur.
c. Terjadi gangguan koordinasi motorik dan terjadi halusinasi.
C. Narkotika
Narkotika berasal dari kata narcotics yang artinya obat bius. Narkotika adalah zat kimia atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, sintesis atau bukan sintesis, yang dapat
menyebabkan penurunan kesadaran, hilangnya rasa dan menimbulkan ketergantungan.
Termasuk narkotika adalah ganja, heroin, putaw, kokain, morfin dan lain-lain:
Ganja berasal dan tanamanCanabis sativa, seperti pohon ketela. Penjualan ganja bentuk
kering disebut mariyuana dan minyak canabis. Digunakan dengan cara dihisap atau
dicampur dengan rokok.
Heroin adalah narkotika yang sangat keras. Berbentuk butiran atau tepung dan cair. Jenis
heroin adalab putaw dengan kadar adiktif rendah. Digunakan dengan cara dihisap atau
disuntik
Kokain (coke/charlie/snow) berasal dari tanaman coca, berbentuk bubuk putih. Kokain
menyebabkan pemakai merasa senang yang berlebihan, stres dan gelisah hilang.
Candu atau opium berasal dan tanaman Papaver somniferum, pengaruh candu merusak
susunan saraf dan otak. Candu mentah disebut Morfin dapat menimbulkan kematian.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 71
Dampak negatif pemakaian NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) antara lain :
1. Bagi kesehatan: kerongkongan panas, terganggunya fungsi organ-organ tubuh, kanker,
kerusakan saraf dan otak, emosi tidak stabil, mengantuk, prestasi menurun, dll
2. Bagi ekonomi: dapat memperbanyak pengeluaran uang (tidak hemat), berbelanja untuk
hal yang tidak bermanfaat, mengurangi pemenuhan kebutuhan pokok
3. Bagi sosial: pemakai akan dikucilkan dari masyarakat karena sering berbuat yanq tidak
baik/menimbulkan keresahan warga.
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Setiap orang bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri. Oleh sebab itu,
semua hal yang membahayakan kesehatan diri harus dihindari.
Pelajari dan praktekkan keterampilan tentang cara mengidentifikasi tindakan yang
baik dan tidak baik dari teman sebaya serta cara mengambil keputusan dalam
menghadapi tindakan tersebut. Tindakan yang tidak baik selalu memberikan risiko
terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi Menular
Seksual (IMS) dan HIV.
Kita mempunyai hak untuk menolak melakukan semua perilaku berisiko.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah tekanan teman sebayanya,
Guru segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling untuk
mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.
72 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
UNTUK PESERTA DIDIK
Pesan Kunci
Berlatihlah untuk mengatakan tidak secara tegas beserta alasannya jika ada teman
sebaya yang mengajak atau menekan untuk melakukan perilaku yang berisiko terhadap
kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi Menular Seksual (IMS)
dan HIV.
Berteman dengan siapa saja adalah baik. Yang terpenting kita memiliki sikap yang tidak
mudah terpengaruh oleh teman dan teman tersebut mau menerima perbedaan.
Bangun rasa percaya diri dan berani berbeda dalam pertemanan. Sehingga meskipun
kita bisa jadi diejek atas pilihan sikap tertentu tidak membuat kita merubah hal-hal baik
dalam diri.
Cari bantuan dan dukungan dari teman lain, Guru atau konselor yang kita percayai jika
kita bimbang akan suatu hal. Mencari dukungan lebih baik daripada memutuskan sesuatu
yang kita masih ragu termasuk ajakan terhadap perilaku yang berisiko.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 73
TOPIK 2.3
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Tujuan Pembelajaran:
1. Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan konsekuensi hukum, sosial dan kesehatan
terkait dengan pengambilan keputusan perilaku berisiko
Alat Bantu:
1. Kertas plano
2. Spidol
Waktu:
90 menit
Langkah pembelajaran
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Tanyakan kepada peserta:
Selain memiliki konsekuensi kesehatan, keputusan menyangkut perilaku seksual yang
berisiko memiliki konsekuensi apalagi?
Berikan contohnya?
3. Minta peserta membentuk 4 (empat) kelompok
4. Tugas kelompok adalah menuliskan contoh konsekuensi kesehatan, psikologis, hukum
dan sosial dari kasus dibawah ini.
Kelompok 1
Jika teman lawan jenis kita tidak mau melakukan hubungan seks dan kita tetap merayu
dan sedikit memaksa, konsekuensi apa saja yang akan kita hadapi.
Kelompok 2
Jika kita hamil diluar nikah dan ingin aborsi, konsekuensi apa saja yang mungkin kita
hadapi.
Kelompok 3
Jika kita melakukan hubungan seks dengan pekerja seks maka konsekuensi apa saja
yang akan kita hadapi
5. Minta kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
6. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran
74 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi setempat bila dianggap
bertentangan dengan norma, budaya, dan agama/ keyakinan.
Ide pokok:
Perilaku berisiko memiliki konsekuensi bagi diri sendiri maupun orang lain, dan dapat
mencakup konsekuensi hukum. Perilaku berisiko bisa menimbulkan: ketergantungan pada
penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya), kehamilan yang
tidak diinginkan (KTD), Infeksi Menular Seksual (IMS), serta HIV
Ada perturan Negara yang mengatur tentang kesehatan reproduksi antara lain UUD
Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, UUD no 35 tahun 2019 tentang penyalahgunaan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya),
Terdapat kesepakatan dan konvensi internasional yang terkait dengan kesehatan seksual
dan reproduksi yang terkait dengan HAM (CEDAW, CRC) yang dapat dijadikan sebagai dasar
hukum nasional terkait dengan akses pelayanan kesehatan.
Bahan Bacaan
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 75
menyadari kondisi, dan definisi masalah
2. Tahap pencarian atau tahap evaluasi.
Merupakan tahap mengumpulkan informasi tentang kemungkinan alternatif pemecahan
masalah dan kemudian mengevaluasi alternatif tersebut. Dalam tahap ini individu mencari
kepentingan dari suatu masalah, kesulitan, sumber daya, dan waktu
3. Tahap memilih alternatif dan membuat keputusan
Dalam tahap ini individu mengambil keputusan dengan memilih dari bentuk alternatif
yang telah dipilih. Dalam tahap ini individu mengumpulkan semua informasi untuk
menyelesaikan masalah, dengan cara yang meminimalisasi kerugian.
4. Tahap evaluasi hasil.
Setelah membuat keputusan dan mengambil tindakan sesuai keputusan, pengambil
keputusan mengevaluasi tepat-tidaknya keputusan yang dibuat berdasarkan hasil atau
akibat dari keputusan tersebut. Dan kemudian mempertahankan hasil keputusan.
Memutuskan tentang pencegahan perilaku berisiko menjadi penting bagi remaja. Pertimbangan
yang penting tentu saja berhubungan dengan nilai pribadi dan pertimbangan masa depan,
serta kesiapan diri. Tentu bagi remaja, pilihan terbaik adalah menunda hubungan seksual
hingga menikah (siap).
Dalam realitanya, banyak remaja yang telah mengenal beberapa tahapan perilaku seksual :
Pegangan tangan
Berpelukan
Berciuman
Menempelkan alat kelamin ke kelamin pasangan
Hubungan seks
Akan tetapi meskipun remaja telah mengenal perilaku tersebut, akan tetapi banyak dari
mereka yang tidak memahami risiko yang ditimbulkannya. Hal ini terjadi karena informasi yang
mereka terima tidak lengkap atau bisa saja salah karena mendapatkan informasi berupa mitos
yang salah.
Remaja harus memahami kesadaran diri dan berpikir kritis terhadap dampak perilaku tersebut.
Contoh jika pacarnya memeluk dirinya, maka dia harus berfikir habis ini dia akan melakukan
apa ya? Karena biasanya setelah melakukan sesuatu perilaku seksual yang ringan maka ada
kecenderungan akan meningkat pada perilaku seksual yang berbahaya dan berisiko.
Dari berbagai penelitian, ada beberapa alasan remaja melakukan hubungan seksual meski
sebenarnya mereka tidak mau (terpaksa):
Mendapatkan tekanan sebaya
Membuktikan cinta atau mendapatkan komitmen dalam sebuah hubungan
Menghindari menyakiti perasaaan orang lain
76 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Karena pacaran tidak dilakukan untuk waktu yang lama
Karena mempunyai persetujuan sebelumnya untuk berhubungan seks walaupun salah
satunya telah berubah pikiran
Untuk mendapatkan uang atau hadian dan
Karena alkohol atau obat-obatan yang telah merusak penilaian atau kemampuan untuk
menolak hubungan seksual yang tidak diinginkan sebelumnya
Dan banyak lagi
Dampak hubungan seksual pada remaja, antara lain:
Kehamilan tidak diinginkan
Infeksi menular seksual dan HIV-AIDS
Stigma dan diskriminasi
Latihan dan dukungan dapat membantu remaja menyelesaikan tekanan melakukan hubungan
seks lebih dini dan belajar untuk mengkomunikasikan dengan rasa percaya diri yang lebih
tinggi. Remaja juga perlu memahami bagaimana berpacaran secara sehat.
Sebelum membahas tentang pertemanan dengan lawan jenis yang sehat, kita perlu tahu dulu
seperti apa hubungan yang tidak sehat itu? Di kehidupan sekitar kita sangat banyak contoh
pertemanan dengan lawan jenis tidak sehat yang bisa kita lihat. Mulai dari kasus hamil di luar
nikah, sakit jiwa, hingga bunuh diri. Untuk menjalani hidup yang penuh dengan impian dan
harapan, tentu Anda tak ingin jatuh di tengah-tengah karena tersandung bahaya gara-gara
dalam berteman dengan lawan jenis.
Hubungan ini seharusnya diartikan dengan hubungan persahabatan yang lebih dekat, mulai
disalahartikan menjadi hubungan yang bebas melakukan apapun berdua. Nah, ini tentu sangat
berbahaya, bisa mengakibatkan pergaulan bebas hingga menyebabkan keadaan-keadaan yang
sangat merugikan, terutama bagi perempuan.Salah satu kasus yang diakibatkan oleh hubungan
tidak sehat ini adalah hamil di luar nikah.
Pertemanan dengan lawan jenis yang sehat adalah memenuhi kriteria sehat, baik sehat fisik,
sehat psikis, sehat sosial, maupun sehat seksual.
Sehat secara fisik ditunjukkan dengan tidak ditemuinya bentuk kekerasan fisik yang dilakukan
terhadap pasangan.
Sehat secara psikis ditandai dengan sikap-sikap bijak sepasang individu yang terlibat dalam
hubungan. Mereka mampu mengendalikan emosi, berempati terhadap pasangan, saling
menghargai, saling percaya, dan saling menghormati. Dengan begitu, hubungan ini akan
menciptakan kenyamanan dan keterbukaan.
Sehat sebara biologis, remaja yang tengah menjalin hubungan ini berada dalam fase
perkembangan dan kematangan seks. Oleh sebab itu, diperlukan kendali untuk mengontrol
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 77
dorongan seks sehingga tidak terjerumus seks pranikah. Jika aktivitas ini sudah disejajarkan
dengan aktivitas seksual, berarti hubungan tersebut tidak sehat. Contohnya jika teman
kamu sudah mulai menyentuh, memegang atau meraba maka kamu harus berpikir kritis
habis ini apa ya? Dan harus berpikir kreatif untuk mencegah dan menolaknya contohnya
kalo lebih baik kita tidak saling pegang atau raba karena akan terjadi dorongan seksual,
dan saya tidak siap menanggung risikonya.
Sosial:
Rawan kriminalitas,
seperti: perkelahian,
kekerasan, dsb
Cap sosial: masa depan
suram (madesu),
pengganggu ketertiban
umum, dianggap penjahat,
dsb
Psikologis:
Tidak fokus dan malas
78 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Napza termasuk Bisa jadi dianggap Melupakan Kesehatan:
lem keren dan jantan semua beban Merusak otak dan organ
dalam pergaulan dan masalah tubuh lainnya
yang dihadapi Menyebabkan
ketergantungan
Meninggal karena
overdosis
Sosial:
Rawan arus mendapatkan
uang untuk membelinya,
Cap sosial: masa depan
suram (madesu),
pengganggu ketertiban
umum, dianggap penjahat,
dsb
Target operasi polisi
Psikologi:
Tidak fokus
Malas
Beberapa situasi kebijakan, peraturan dan hukum menyangkut kesehatan reproduksi, antara
lain:
1. Komite Hak Anak (CRC) telah berulang kali menyatakan keprihatinan terhadap tingginya
tingkat perkawinan dini yang terjadi di kalangan remaja perempuan dibawah usia 15 tahun,
terutama yang tinggal di pedalaman/pedesaan. Komisi Hak Anak (CRC) juga menyarankan
pemerintah agar mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah berulangnya kejadian
ini. Undang-Undang Perkawinan No 1 tahun 1974 ayat 7 (1) menyatakan minimal usia nikah
bagi laki-laki adalah 19 tahun dan 16 tahun bagi perempuan. Komisi Hak Anak (CRC) dan
Komisi Penghapusan Diskriminasi Terhadap Perempuan (CEDAW) telah menyampaikan
kepedulian mereka dan menyatakan bahwa undang-undang tersebut mendiskriminasi
perempuan. Oleh karena itu mereka menyarankan pemerintah Indonesia untuk
memastikan agar usia menikah bagi perempuan sama dengan usia menikah bagi laki-laki
yaitu 18 tahun untuk laki-laki dan perempuan, sesuai dengan rekomendasi Komite Hak
Anak.
2. Pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual yang komprehensif dan
berbasis hak menjadi jauh lebih rumit karena pemerintah mengeluarkan UU Pornografi
No.44 Tahun 2008. Pasal 1 Undang-Undang ini, mendefinisikan pornografi sebagai segala
sesuatu yang melanggar norma kesusilaan. Jika mengacu pada pasal 13 dan 14, peralatan
medis, barang-barang, materi pendidikan dan peralatan mengajar dapat dikategorikan
sebagai bahan pornografi. Saat ini pemerintah dalam tahap penyusunan peraturan
Pasal 13 dan 14, dan peraturan tersebut mengajukan pembatasan akses remaja untuk
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 79
mendapatkan informasi kesehatan seksual dan reproduksi dan pendidikan, dan juga
membatasi penggunaan bahan belajar kesehatan reproduksi hanya untuk organisasi
dan / atau profesional kesehatan yang disahkan Pemerintah. Membatasi akses remaja
untuk mendapatkan informasi dan pendidikan seperti ini merupakan tindakan yang tidak
tepat karena hal ini sama saja melarang mereka belajar bagaimana melindungi diri dari
kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular seksual (termasuk HIV).
3. Undang-Undang Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana No. 52, membatasi
penyediaan kontrasepsi dan pelayanan KB hanya untuk pasangan menikah. Hukum
dan kebijakan yang membatasi akses ke pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi,
informasi dan pendidikan hanya untuk pasangan yang sudah menikah tidak menghargai
seksualitas remaja dan kaum muda serta menghalangi mereka dari melindungi diri dari
kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular seksual.
4. Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, terutama pasal 79, 136, dan 137 yang
mengatur mengenai pemeliharaan kesehatan remaja termasuk kesehatan reproduksi.
5. Peraturan Pemerintah No 61 tahun 2014, yang mengatur berbagai kebijakan terkait
kesehatan reproduksi seperti pengaturan mengenai akses kesehatan reproduksi, hak
setiap orang dalam bereproduksi, mengenai aborsi yang diperbolehkan dan sebagainya
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Perilaku yang berisiko tidak hanya memberikan konsekuensi terhadap aspek
kesehatan diri saja, akan tetapi bisa memberikan konsekuensi dari sisi hukum (seperti:
ditangkap karena melanggar peraturan) dan sosial (cap dan pengucilan sosial).
Pertimbangkan semua aspek tersebut ketika membuat keputusan terhadap perilaku
atau perbuatan tertentu yang bisa membahayakan diri sendiri, keluarga dan
masyarakat.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah kepercayaan diri dalam
pengambilan keputusan, Guru segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan
konseling untuk mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.
80 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
TOPIK 2.4
KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN NEGOSIASI
Tujuan Pembelajaran:
1. Mampu mempraktekkan komunikasi efektif dan negosiasi untuk menolak pengaruh
perilaku berisiko.
Alat Bantu
--
Waktu
90 menit
Langkah pembelajaran
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Tanyakan kepada peserta:
Apa yang dimaksud dengan komunikasi asertif? (Pada pelajaran sebelumnya kita sudah
pernah membahasnya).
3. Minta peserta membentuk 4 (empat) kelompok.
4. Tugas kelompok menyusun skenario dimana ada tekanan teman sebaya untuk
menggunakan Napza sekaligus pesta seks nanti malam.
Bagi tugas pemeran dalam skenario ini
Peragakan bagaimana komunikasi asertif bekerja dalam situasi ini
Pemeranan per kelompok hanya maksimal 5 menit
5. Tanyakan kepada peserta:
Bagaimana perasaan kamu mempraktekkan komunikasi asertif tadi?
Apakah susah mempraktekkannya?
Apa kira-kira tantangan yang kamu hadapi jika mempraktekkannya dalam dunia nyata?
6. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 81
Ide pokok:
Remaja bisa mempelajari bagaimana mempraktekkan keterampilan berkomunikasi efektif
untuk menolak pengaruh perilaku berisiko.
Keterampilan negosiasi dan bersikap asertif dapat membantu seseorang untuk menolak
pengaruh perilaku berisiko termasuk kekerasan seksual dan hubungan seksual di luar nikah.
Bahan Bacaan
Perilaku asertif tidak sama dengan dengan perilaku agresif. Orang asertif berani menyuarakan
sesuatu yang menjadi pendapatnya dengan tetap menghargai orang lain.
Komunikasi asertif juga akan menuntun seseorang untuk memutuskan antara mengatakan
ya atau tidak untuk situasi tertentu. Sebaliknya, orang yang kurang asertif cenderung selalu
berkata ya meskipun sebenarnya dia tidak berada dalam mood untuk melakukan hal tersebut.
82 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
4. Hidup yang tidak terikat dan bebas
Orang asertif selalu percaya dengan prinsipnya tanpa terlalu banyak terganggu dengan
apa yang dikatakan orang lain. Orang asertif umumnya bahagia dan percaya diri karena
mampu menentukan pilihan dan tujuan hidupnya sendiri. Orang lain tidak akan bisa
memanfaatkan orang yang asertif karena perilaku asertif membuat seseorang tetap
kukuh dengan prinsipnya. Sebaliknya, orang yang tidak bisa berkata tidak cenderung
dimanfaatkan orang lain karena ketidakmampuannya untuk menolak.
Tidak bisa dipungkiri bahwa remaja sangat dekat dengan teman sebayanya. Remaja sangat
senang membentuk kelompok-kelompok teman sebaya. Tidak menutup kemungkinan
bahwa remaja akan menghadapi berbagai situasi selama bersosialisasi dengan orang
lain. Situasi yang dihadapi bisa merupakan situasi positif maupun negatif yang
berdampak terhadap kehidupan remaja.
Remaja yang menghadapi situasi sulit dalam pergaulannya misalnya banyak mengalami
tekanan dari teman sebaya maupun dari lingkungan sekitarnya. Tekanan dari sebaya dirasa
berat apabila remaja tidak mampu menangkal tekanan-tekanan tersebut secara positif.
Remaja tanpa sadar mendapat tekanan untuk berpenampilan dan berperilaku seperti
teman sebayanya atau peer groupnya agar dapat diterima didalam kelompok.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Family and Consumer Science di Ohio
Amerika Serikat menunjukkan fakta bahwa kebanyakan remaja mulai merokok karena
dipengaruhi oleh temannya terutama sahabat yang lebih dahulu merokok. Remaja yang
lingkungannya merokok akan lebih mudah ikut-ikutan merokok terutama bila remaja
tersebut rentan terhadap tekanan teman sebaya. Demikian juga pada penyalahgunaan
Napza dan seks bebas dimana remaja tersebut ikut-ikutan teman sebaya yang sudah
melakukan seks bebas dan memakai Napza.
Banyak studi yang telah dilakukan oleh universitas dan lembaga penelitian di negara maju
sehubungan dengan tekanan teman sebaya dan kebiasaan merokok, penggunaan alkohol dan
Napza serta hubungan seksual oleh remaja. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa semua
itu berkaitan dengan kemampuan remaja untuk bersikap asertif. Bersikap atau berperilaku
asertif adalah ketika seseorang mampu untuk berkata tidak, mampu meminta pertolongan,
mampu mengekspresikan perasaan baik positif maupun negatif secara wajar, serta mampu
berkomunikasi tentang hal-hal yang bersifat umum.
Jadi bersikap atau berperilaku asertif adalah berani untuk jujur secara terbuka
menyatakan kebutuhan, perasaan dan pikiran secara tegas tanpa menyinggung
perasaan orang lain atau melanggar hak orang lain.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 83
secara langsung sehingga tidak hanya mengikuti kemauan orang lain saja. Oleh karena itu
rermaja akan diuntungkan karena remaja dapat menolak ajakan yang membawa
dampak negatif terhadap dirinya dan orang lain. Selain itu, pentingnya bersikap atau
berperilaku asertif pada remaja adalah meningkatkan ketrampilan berkomunikasi secara
jujur, sabar, percaya diri dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Remaja akan
dapat memahami dirinya dan orang lain karena remaja tahu apa yang diinginkannya
dan orang lain sehingga remaja bebas mengekspresikan diri sendiri yang akan dapat
meningkatkan harga diri dan rasa percaya dirinya.
Yang terutama dari semua itu adalah remaja yang berperilaku asertif mampu dalam
membuat keputusan bagi dirinya sehingga akan lebih mudah menggapai peluang untuk
mencapai apa yang dicita-citakannya. Dalam hal ini, remaja mampu membuat keputusan
akan berperilaku positif atau negatif dan mempunyai keputusan sendiri untuk memilih
lingkungan pergaulan yang positif sehingga terhindar dari resiko-resiko seks bebas yang tidak
aman, Napza dan HIV/AIDS serta hal-hal negatif lainnya.
Agar dapat berperilaku asertif ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan :
Kenali diri sendiri dengan baik, apa yang menjadi kelebihan dan apa yang menjadi
kekurangan, kesukaan, ideologi, dan sebagainya.
Kembangkan nilai dan kepercayaan yang dapat membuat kita bersikap asertif.
Pelajari ketrampilan bersikap atau berperilaku asertif, mulai dari mengungkapkan apa yang
diinginkan kepada orang lain, kemudian memperhatikan keinginan orang lain tetapi tetap
mampu mengungkapkan keinginan sendiri.
Latihan bersikap asertif bisa dilakukan berulang-ulang dengan teman atau keluarga dan
minta mereka untuk memberikan masukan atau evaluasi.
Kembangkan kemampuan komunikasi yang efektif sehingga dalam penyampaian sikap
asertif akan lebih mudah. Misalnya, belajar berbicara yang disertai dengan kontak mata
dan sikap tubuh yang terbuka dan santai, nada suara mantap serta ekspresi wajah sesuai
dengan pesan yang disampaikan.
Berani katakan tidak untuk ajakan yang tidak bermanfaat bahkan cenderung
menyesatkan dan beresiko tehadap seks pra nikah, HIV/AIDS, dan Napza).
Caranya misalnya katakan tidak apabila diajak untuk melakukan sesuatu hal yang
sifatnya negatif, berkata terus terang, beri alasan, mengubah topik pembicaraan,
pergi atau berlalu, angkat bahu dan menghindari situasi. Contoh kalimat yang bisa
digunakan: Tidak, terima kasihTidak, saya tidak merokok atau tidak mau mencobanya
Tidak, terima kasih, Kamu liat pertandingan semalam.
Akhirnya, perilaku atau sikap asertif merupakan suatu ketrampilan yang harus
ditanamkan pada remaja sejak dini. Ketrampilan asertif ini merupakan pola sikap dan
perilaku yang dipelajari sebagai reaksi atas situasi sosial yang dihadapi remaja sehingga
perlu untuk terus dilatih penerapannya. Diharapkan bahwa perilaku asertif dapat
menjadi tameng bagi remaja dalam menangkal dampak-dampak negatif dari pengaruh
negatif lingkungannya.
84 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Komunikasi asertif merupakan langkah penting untuk menolak berbagai perilaku
berisiko. Maka membangun komunitas remaja yang asertif akan memberikan
keuntungan besar karena aksi yang dilakukan akan kolektif (bersama) sehingga
menjadi lebih kuat.
Secara asertif melaporkan kejadian-kejadian atau kasus yang terjadi di sekolah
kepada Guru atau di rumah kepada orang tua untuk lebih cepat diambil langkah
pencegahan.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah tekanan teman sebayanya,
Guru segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling untuk
mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 85
TOPIK 2.5
MENCARI BANTUAN DAN DUKUNGAN
Tujuan Pembelajaran:
1. Mampu mencari bantuan dan dukungan yang tepat
Alat Bantu:
1. Visusalisasi peristiwa terkait atau kliping koran
Waktu
90 menit
Langkah pembelajaran
Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
Minta siswa membentuk 4 (empat) kelompok.
Tugas kelompok adalah memperagakan cara mengkomunikasikan meminta bantuan dan
dukungan ke pusat pelayanan atau lembaga dukungan. Sampaikan dukungan apa yang
kamu minta.
Kelompok 1: Kamu remaja yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan
Kelompok 2: Kamu remaja yang terinfeksi HIV
Kelompok 3: Kamu remaja yang mengalami perkosaan
Kelompok 4: Kamu remaja yang terlanjur menjadi Pekerja Seks Komersial karena human
traficking
Atur agar semua anggota kelompok bisa memainkan peran
Tanyakan kepada siswa:
Bagaimana perasaanmu ketika mengkomunikasikan langsung kebutuhanmu untuk
mendapatkan pelayanan dan dukungan?
Kira-kira apa tantangan yang akan kamu hadapi jika mempraktekkannya dalam dunia nyata?
Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran
86 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Ide pokok:
Penting memiliki sikap asertif untuk meminta bantuan pada sumber bantuan yang tepat
Setiap orang berhak untuk mendapat bantuan sesuai kebutuhan, yang menghargai , dan
menjaga kerahasiaan serta privasi
Bahan Bacaan
Penting untuk membuat daftar kontak dan alamat tempat konsultasi, klinik/ rumah sakit, pusat
krisis perempuan, atau kantor polisi sehingga jika sewaktu-waktu terjadi kasus yang menimpa
kita atau teman sebaya bisa dirujuk ke tempat-tempat tersebut.
Kelompok teman sebaya merupakan dunia nyata remaja yang menyiapkan tempat remaja
menguji dirinya sendiri dan orang lain. Keberadaan teman sebaya dalam kehidupan remaja
merupakan keharusan, untuk itu seorang remaja harus mendapatkan penerimaan yang baik
untuk memperoleh dukungan dari kelompok teman sebayanya. Melalui berkumpul dengan
teman sebaya yang memiliki kesamaan dalam berbagai hal tertentu, remaja dapat mengubah
kebiasan-kebiasan hidupnya dan dapat mencoba berbagai hal yang baru serta saling mendukung
satu sama lain. Teman sebaya selain merupakan sumber referensi bagi remaja mengenai
berbagai macam hal, juga dapat memberikan kesempatan bagi remaja untuk mengambil peran
dan tanggung jawab yang baru melalui pemberian dorongan (dukungan sosial).
Dukungan sosial adalah bantuan yang diterima individu dari orang lain atau kelompok di
sekitarnya, dengan membuat penerima merasa nyaman, dicintai dan dihargai. Konsep
operasional dari dukungan sosial adalah perceived support (dukungan yang dirasakan), yang
memiliki dua elemen dasar diantaranya adalah persepsi bahwa ada sejumlah orang lain dimana
seseorang dapat mengandalkannya saat dibutuhkan dan derajat kepuasan terhadap dukungan
yang ada.
Melalui dua elemen dasar dari dukungan yang dirasakan remaja yang diperoleh dari teman
sebaya, remaja dapat merasa lebih tenang apabila dihadapkan pada suatu masalah. Hal
tersebut dapat menimbulkan keyakinan pada diri remaja bahwa apapun yang dilakukan oleh
remaja akan mendapatkan dukungan dari teman sebayanya. Dukungan social yang bersumber
dari teman sebaya dapat membuat remaja memiliki kesempatan untuk melakukan berbagai
hal yang belum pernah mereka lakukan serta belajar mengambil peran yang baru dalam
kehidupannya. Remaja mampu menjalankan peran sosialnya di masayarakat apabila remaja
tersebut telah berhasil membentuk identitas dirinya.
Oleh karena itu untuk dapat menyelesaikan krisis identitas dalam upaya membentuk identitas
dirinya, remaja sangat membutuhkan dukungan dari teman sebayanya. Dukungan sosial yang
didapat melaui teman sebayanya remaja dapat memperoleh timbal balik atas apa yang remaja
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 87
lakukan dalam lingkungan sosialnya sehingga remaja menjadi tahu kelebihan dan kekurangan
yang ada pada dirinya, selain itu remaja dapat memperoleh informasi-informasi penting terkait
dengan hal apa saja yang harus remaja lakukan agar remaja mampu membentuk identitas
dirinya. Melalui informasi yang diperoleh melalui teman sebaya dalam bentuk dukungan sosial,
remaja dapat mengetahui dan mengerti mengenai siapa dirinya, apakah yang remaja inginkan
di masa yang akan datang serta peran sosial apa yang harus dijalankan dalam kehidupan
sosialnya. Dalam hal ini remaja sudah mampu membentuk identitas dirinya yang optimal.
Remaja yang telah berhasil membentuk identitas dirinya yang stabil akan memperoleh suatu
pandangan yang jelas tentang dirinya, memahami perbedaan dan persamaannya dengan
orang lain, menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya, penuh percaya diri, tanggap terhadap
berbagai situasi, mampu mengantisipasi tantangan masa depan serta mengenal perannya
dalam masyarakat. Oleh karena itu, dukungan sosial merupakan salah satu hal penting untuk
pembentukan identitas diri seorang remaja. Dukungan sosial yang bersumber dari kelompok
teman sebaya dapat membantu remaja mengatasi krisis dalam upaya pencapaian identitas.
Dukungan dari teman sebaya membuat remaja merasa memiliki teman senasib, teman untuk
berbagi minat yang sama, dapat melaksanakan kegiatan kreatif, saling menguatkan bahwa
mereka dapat berubah ke arah yang lebih baik dan memungkinkan remaja memperoleh rasa
nyaman, aman serta rasa memiliki identitas diri. Dukungan teman sebaya biasanya terjadi
dalam interaksi sehari-hari remaja, misalnya melalui hubungan akrab yang dijalin remaja
bersama teman sebayanya melalui suatu perkumpulan
Remaja bisa menjadi korban seperti: perkosaan, kehamilan tidak diinginkan, terinfeksi HIV.
Ada beberapa cara untuk memberikan dukungan sosial korban. Menurut Sarafino (2006),
dukungan sosial dibagi menjadi 4 yaitu dukungan emosional dan penghargaan, dukungan
instrumental, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan (library.binus.ac.id)
1. Dukungan emosional dan penghargaan. Kedua dukungan ini mengarah pada pemberian
perhatian, kepedulian, ekpresi empati, dan kasih sayang pada korban. Selain itu, Kita juga
bisa memberikan dorongan yang positif serta menghargai ide, keputusan, dan perilaku
yang korban lakukan.
2. Dukungan Instrumental. Dukungan ini mengarah pada pemberian bantuan secara
langsung atau tidak langsung yang dapat berupa jasa atau benda. Misalnya, memberikan
perlengkapan hidup, kebutuhan rumah tangga, dan membantu korban mengurus
kehidupan mereka.
3. Dukungan Informasi. Dukungan ini mengarah pada pemberian saran, nasihat, kritikan, dan
petuah yang dapat membantu korban untuk menghadapi kerasnya hidup dan perlakuan
diskriminatif yang mungkin diterima dengan sabar dan tabah.
4. Dukungan persahabatan. Dukungan ini erat kaitannya dengan hakikat kita sebagai
makhluk sosial. Dukungan ini mengarah pada pemberian dukungan berupa penerimaan
dalam sebuah kelompok atau lingkungan sehingga erasa diterima sebagai bagian dari
masyarakat.
Dukungan dapat dikelompokkan menjadi:
1. dukungan teman sebaya
2. dukungan sosial, dari masyarakat sekitar
88 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
3. dukungan layanan kesehatan (Puskesmas PKPR)
4. dukungan hukum, dari kepolisian dan pengadilan
5. dukungan psikologis, dari pusat konsultasi psikologis atau pusat krisis dan penanganan
kekerasan
Kebutuhan layanan yang tidak terpenuhi ini juga ditegaskan dalam angka Unmet Need keluarga
berencana untuk wanita usia 15-24 tahun yaitu 9,8 %. Angka ini sedikit lebih tinggi dari Unmet
Need total yaitu 9%. Artinya, tingkat kebutuhan yang belum terpenuhi pada kelompok ini
relatif tetap dari semenjak tahun 1997.
Studi lain yang dilakukan oleh PKBI6 mengenai Pengetahuan dan Sikap terhadap Kesehatan
Seksual dan Reproduksi dan Hak Asasi (SRHR) atas 2400 kaum muda di 24 kota mengungkapkan
bahwa 26,5% kaum muda mengalami kesulitan mengakses informasi SRHR dan 46,7% merasa
sulit untuk mendapatkan kondom.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 89
Survei Komnas Perlindungan Anak bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA)
di 12 provinsi pada 2007 diperoleh pengakuan remaja bahwa sebanyak 62,7% siswa SMP
mengaku sudah melakukan seks sebelum menikah. Data lain yang dimiliki PKBI dari semenjak
1992 hingga 2010 menunjukkan angka yang konsisten, sekitar 10-20% remaja usia 15-24 tahun
yang mengaku sudah melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
Sebuah studi yang dilakukan oleh PKBI pada tahun 2010 juga mengungkapkan terdapat 17,1%
kaum muda telah melakukan hubungan seksual. Studi lainnya yang diadakan PKBI di kliniknya
dari 2004-2007 menemukan bahwa 8,6% dari 31.697 kasus kehamilan yang tidak diinginkan
dan membutuhkan akses ke konseling dan layanan terjadi pada remaja perempuan di bawah
21 tahun. Selain itu, Kementerian Kesehatan melaporkan, pada tahun 2009 ada 52,5%
penderita HIV berusia di bawah 30 tahun. Artinya, tingkat prevalensi di kalangan anak muda
telah meningkat drastis akibat penularan dari penggunaan Napza suntik dan hubungan seks
tanpa kondom7.
Sehubungan masalah kespro remaja dengan kebijakan pemerintah terkait kespro tersebut
diatas, tindakan yang dapat diambil sehubungan permasalahan yang dialami sbb (referensi):
90 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Informasi Pusat-Pusat Pelayanan Yang Bisa Memberikan Dukungan Dan
Bantuan
Puskesmas, praktik bidan, praktik dokter, klinik, rumah sakit
Peran provider di sektor kesehatan:
Merespon kekerasan seksual
Memberikan pelayanan klinis
Mengumpulkan bukti forensik
Merujuk untuk intervensi krisis lebih lanjut
Mencegah kekerasan seksual dan stigmatisasi, dengan berkolaborasi dengan sektor-sektor
lain yang terkait.
Rujukan:
Puskesmas PKPR terdekat. Minimal terdapat 4 Puskesmas PKPR di setiap Kabupaten/ Kota
di seluruh Indonesia. Staff dan konselor Puskesmas PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja) telah dilatih untuk melayani kebutuhan layanan kesehatan termasuk kesehatan
reproduksi remaja dengan standar yang ramah dan menghargai remaja.
RS polisi di tiap propinsi di bagian P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan Dan Anak)
RSU Propinsi PPT (Pusat Pelayanan Terpadu),
RSU Kab/Kota, RSU Provinsi: Klinik Kesehatan Remaja
Lembaga pelayanan krisis untuk perempuan (Women Crisis Center) atau klinik dan Youth
Center PKBI di daerah
Pusat Krisis Terpadu
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 91
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Remaja dapat memberikan atau menerima dukungan sosial untuk mencegah atau
mengatasi suatu masalah yang dihadapi. Dukungan sosial adalah bantuan yang diter-
ima individu dari orang lain atau kelompok di sekitarnya, dengan membuat peneri-
ma merasa nyaman, dicintai dan dihargai.
Remaja yang telah berhasil membentuk identitas dirinya yang stabil akan
memperoleh suatu pandangan yang jelas tentang dirinya, memahami perbedaan
dan persamaannya dengan orang lain, menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya,
penuh percaya diri, tanggap terhadap berbagai situasi, mampu mengantisipasi
tantangan masa depan serta mengenal perannya dalam masyarakat. Oleh karena itu,
dukungan sosial yang positif merupakan salah satu hal penting untuk pembentukan
identitas diri seorang remaja.
Remaja dapat menjadi korban kekerasan, perkosaaan, pelecehan seksual yang
berisiko terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi
Menular Seksual (IMS) dan HIV. Untuk mengatasi masalah tersebut, terdapat banyak
dukungan yang bisa diberikan, antara lain: dukungan teman sebaya; dukungan sosial,
dari masyarakat sekitar; dukungan layanan kesehatan (Puskesmas PKPR); dukungan
hukum, dari kepolisian dan pengadilan; dukungan psikologis, dari pusat konsultasi
psikologis atau pusat krisis dan penanganan kekerasan.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah tekanan teman sebayanya,
Guru segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling untuk
mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.
Pesan Kunci
Segera cari bantuan atau dukungan jika mengalami masalah kekerasan atau bullying
termasuk kekerasan seksual dan perkosaaan yang bisa berisiko terhadap kehamilan
yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi Melular Seksual (IMS) dan HIV.
Perasaan malu dan bersalah seharusnya tidak menjadi penghalang dalam mencari
pertolongan dan bantuan. Sumber (pusat) bantuan yang baik akan menjaga kerahasiaan
identitas yang membutuhkan pertolongan.
Cari tahu dan catat lembaga layanan dan lembaga rujukan lain yang bisa membantu
kita ketika menghadapi masalah kesehatan reproduksi.
Jika malu atau ragu mengakses lembaga layanan atau rujukan tersebut, minta Guru
untuk mendampingi kita ketika mengunjungi lembaga tersebut.
92 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
C. KONSEP UTAMA 3: BUDAYA, SOSIAL DAN HAK ASASI MANUSIA
TOPIK 3.1
BUDAYA DAN HUKUM
Tujuan Pembelajaran:
1. Menjelaskan konsep hak asasi manusia terkait dengan kesehatan reproduksi dan gender.
Alat Bantu:
1. Lembar Kasus Hak Seksual dan Reproduksi
Waktu
90 menit
Langkah pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran .
2. Jelaskan mengenai hak seksual dan reproduksi remaja kepada siswa.
3. Minta peserta membentuk 4 (empat) kelompok.
4. Bagikan lembar kasus Hak Seksual dan Reproduksi (terlampir). Tugas kelompok adalah
mendiskusikan:
Apa yang kamu rasakan mendengar cerita tadi?
Hak seksual dan reproduksi apa yang berkaitan dengan cerita tadi?
Apakah kamu pikir cerita ini mewakili kekerasan hak asasi manusia? mengapa?
Siapa yang bertanggungjawab atas apa yang terjadi pada kasus tersebut? Buatlah
daftar orang-orang yang harusnya bertanggungjawab atas apa yang terjadi.
Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
5. Gali lebih dalam pandangan siswa dengan memberikan pertanyaan:
Apakah kamu tahu tentang kasus yang serupa yang pernah terjadi di lingkungan kamu?
Hak apakah yang telah dilanggar? Selain hak kesehatan reproduksi, apakah ada HAM
yang dilanggar?
Apakah kamu pernah mendengar bentuk pelanggaran hak seksual dan reproduksi
lainnya di lingkungan kamu? Seperti pelecehan, tidak adanya informasi tentang
penyakit seksual dan perkawinan usia dini
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 93
Apa yang harus dilakukan untuk menghentikan pelanggaran tersebut?
Apa kesimpulan yang dapat kita ambil tentang hubungan antara hak seksual dan
reproduksi dengan kesehatan reproduksi dan seksual?
6. Tutup sesi dengan menjelskan ide pokok pembelajaran pembelajaran
Ide pokok:
Ada instrumen hukum internasional dan nasional yang berkenaan dengan perkawinan anak,
sunat perempuan, usia konsensus, perkosaan, pelecehan seksual, dan akses ke pelayanan
kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi
Menghargai hak asasi manusia mengharuskan kita menerima perbedaan identitas gender
seseorang
Budaya, hak asasi manusia dan praktik sosial mempengaruhi peran gender dan keadilan
gender
Bahan Bacaan
Sensus penduduk 2010 Biro Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia8 mencatat bahwa
Indonesia memiliki 237,6 juta penduduk. Dimana 27,6% dari total jumlah penduduk tersebut
adalah remaja dengan rentang usia 15-24 tahun.
Dari seluruh Provinsi di Indonesia, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur adalah tiga
Provinsi dengan jumlah penduduk remaja terbesar di Indonesia dengan persentase masing-
masing 17,97%, 13,65%, dan 12,1%. Sementara itu, Papua Barat adalah provinsi dengan jumlah
penduduk muda paling sedikit, dengan presentase 0,35%9.
Lebih lanjut, BPS mengemukakan, 38,56% dari total jumlah penduduk remaja atau sebanyak
15,8 juta penduduk muda telah bekerja10, 39,2 persennya atau 16,09 juta penduduk remaja
masih sekolah11. Selama periode 2000-2009 ditemukan penurunan jumlah penduduk muda
yang bekerja, dari 54,8% pada tahun 2000 menjadi 50,3% pada tahun 2009. Dari data tersebut
juga ditemukan, lebih banyak penduduk muda laki-laki yang bekerja dibandingkan penduduk
muda perempuan12.
94 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Dilihat dari beragamnya latar belakang demografis dan sosial, remaja di Indonesia memiliki
potensi, kontribusi, kebutuhan, dan tantangan yang juga beragam. Jenis perhatian dan investasi
yang diberikan pemerintah di dalam berbagai aspek tersebut kepada remaja akan menentukan
seberapa besar kontribusi remaja di dalam pembangunan. Dalam hal kependudukan terdapat
beberapa aspek yang saling terkait dalam menentukan kontribusi signifikan remaja terhadap
pembangunan, yaitu pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.
Tabel 1. memperlihatkan bahwa dalam 5 tahun belakangan tidak terjadi perubahan yang
signfikan dalam penurunan angka ASFR pada usia 15-19 tahun. Angka ASFR perlu menjadi
perhatian mengingat jumlah remaja perempuan yang secara demografis besar, sekitar 10
juta pada tahun 2010 (BPS, 2010).
13 Lampiran RPJMN 2010-2014, Peraturan Presiden Republik Indonesia no 5 tahun 2010. Bappenas, 2010
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 95
Selain kehamilan pada usia dini, pernikahan dini masih merupakan praktik yang umum
terjadi di Indonesia. Berdasarkan Riset Dasar Kesehatan Indonesia (Riskerdas) 2010, 46,4%
dari remaja perempuan di Indonesia telah menikah sebelum menginjak umur 20 tahun.
Hukum diskriminatif, kemiskinan, kebiasaan sosial dan agama serta ketidaksetaraan
gender turut berkontribusi pada keberlangsungan praktik pernikahan dini ini. Selain
itu, terbatasnya hukum aborsi serta adanya stigma terhadap kehamilan di luar nikah
membuat remaja perempuan yang hamil tanpa pernikahan seringkali dipaksa menikah.
Ditemukan bahwa anak yang sudah menikah dan remaja yang hamil umumnya tidak
melanjutkan pendidikan mereka. Perlindungan Negara dalam pencegahan pernikahan
dini belum maksimal dilakukan karena UU Perkawinan No 1 tahun 1974 pasal 7 (1) masih
menetapkan usia minimum pernikahan untuk anak laki-laki pada 19 tahun dan 16 tahun
untuk anak perempuan.
3. Infeksi Menular Seksual (Termasuk HIV)
Tiga indikator penting untuk memperkirakan kerentanan remaja terhadap HIV adalah
dengan menganalisis tingkat pengetahuan, perilaku berisiko dan keterpaparan remaja
terhadap program yang efektif. Pengukuran ketiga indikator tersebut menunjukkan bahwa
remaja Indonesia berada dalam posisi rentan.
Implikasi lain dari terbatasnya akses informasi, layanan kesehatan, serta kentalnya stigma
terhadap seksualitas remaja yaitu tidak terlindunginya remaja dari infeksi menular seksual
termasuk HIV. Kementerian Kesehatan melaporkan 52,5% orang dengan HIV berusia di
bawah 30 tahun dengan tingkat infeksi tertinggi adalah kelompok yang paling aktif secara
seksual, yaitu usia 20-29 tahun (46,4%), diikuti oleh usia 30-39 tahun (31,5%). Jumlah
kasus AIDS kumulatif dari 1 April 1987 sampai Desember 2011 tercatat 28,757 kasus.
Survei-survei tingkat nasional secara konsisten memberikan gambaran bahwa tingkat
pengetahuan komprehensif HIV dan AIDS pada remaja secara umum, masih lebih rendah
dari 20%. Padahal, kalau dibandingkan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah
2010-2014 RPJMN, adalah 95% pada akhir tahun 2014.
Terdapat beberapa data mengenai perilaku seks remaja. Angka yang ada memang sangat
fantastis, misalnya survei Komnas Perlindungan Anak bekerja sama dengan Lembaga
Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada 2007 diperoleh pengakuan remaja bahwa:
Sebanyak 62,7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan. Tapi dari survei yang dilakukan
PKBI pada tahun 2010 memperlihatkan bahwa dari usia 13-16 tahun atau usia SMP
sekitar 10 %. Hal yang perlu dicatat disini bukan masalah sedikit atau banyaknya, namun
fenomena ini memang ada dan perlu dilakukan langkah bersama untuk mengatasi hal ini.
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia - SKRRI (Kemenkes & BPS, 2007), penelitian
terhadap siswa SMA di 6 kota (Kemenkes, 2008 dan 2009), dan Riset Kesehatan Dasar
- Riskesdas (Kemkes, 2010) memberikan hasil yang relatif konsisten tentang persentase
remaja yang memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV dan AIDS relatif rendah
yaitu di bawah 20%.
Penelitian yang dilakukan oleh KPAN tahun 2010 menunjukkan bahwa alasan responden
perempuan melakukan hubungan seks adalah karena hubungan seksual terjadi begitu
saja sehingga tidak ada upaya pencegahan yang bisa dilakukan (38%), dipaksa pasangan
(21%), karena keingintahuan atau berpikir bahwa mereka akan segera menikah (7%),
dan dipengaruhi teman (4%). Hal ini menunjukan bahwa perempuan muda yang sudah
melakukan hubungan seks tidak pernah merencanakan hubungan seksual pertamanya
dan 1 dari 5 remaja perempuan mengalami kekerasan dari pasangannya.
96 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
4. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dan Aborsi tidak aman
Aborsi yang tidak aman pada remaja adalah dampak dari pengacuhan negara dan
masyarakat terhadap remaja. Remaja sering dipersalahkan padahal sebenarnya mereka
adalah korban. Remaja sering dianggap sebagai mahluk yang aseksual, sehingga remaja
cenderung lebih sering diacuhkan dan diharapkan mereka dapat mencari sendiri informasi
seksualitas yang mereka butuhkan.
Lebih jauh, bila kehamilan yang tidak diinginkan terjadi pada perempuan di usia sekolah,
siswi tersebut akan dipersalahkan dan pandangan pihak sekolah yang bias gender akan
menciptakan diskriminasi ganda terhadap perempuan. Pertama, diskriminasi dalam hal
pendidikan karena siswi tersebut tidak dapat meneruskan pendidikan yang seharusnya
dipenuhi sebagai bagian haknya sebagai warga negara. Kedua, akses terhadap layanan
kesehatan yang seringkali tidak ramah terhadap remaja membuat remaja tersebut
kebingungan tanpa memiliki pilihan.
Data riset remaja PKBI tahun 2010 menunjukkan bahwa mayoritas remaja masih
mempercayai mitos-mitos terkait seksualitas terutama ketika mengalami kehamilan yang
tidak diinginkan misalnya : minum jamu-jamuan, dipijat-pijat dan loncat-loncat. Ini sangat
berbahaya karena ini mengancam hidup remaja perempuan itu. Tingginya kepercayaan
remaja terhadap mitos terkait seksualitas menunjukkan bahwa remaja masih memiliki
pengetahuan yang minim dalam aspek seksual.
Implikasi dari tidak cukupnya informasi mengenai sekualitas dan reproduksi yang
kompehensif, terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi
serta stigma sosial yang melekat pada seksualitas remaja salah satunya adalah rentannya
remaja perempuan terhadap kematian akibat aborsi yang tidak aman.
Karena dibatasi oleh hukum, umumnya tindakan aborsi tidak diketahui. Akan tetapi setiap
tahunnya diperkirakan ada sekitar 2 juta aborsi terjadi di Indonesia dan kebanyakan tidak
dilakukan dengan aman. Studi PKBI pada 2000-2010 menunjukkan bahwa dari 94.270 kasus
kehamilan yang tidak diinginkan, sekitar 20%-nya berasal dari remaja perempuan dan
perempuan dewasa yang/atau belum menikah. Menurut Bappenas (Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional), komplikasi dari aborsi tidak aman berkontribusi 6-16% pada
angka kematian ibu nasional di Indonesia14. Aborsi yang tidak aman dapat menciptakan
risiko yang tidak dapat dibenarkan bagi kesehatan dan hidup kaum perempuan.
5. Kekerasan Seksual
Berdasarkan laporan Komnas Perempuan tahun 2010, jumlah kasus kekerasan terhadap
perempuan-pelecehan seksual, perkosaan, perdagangan perempuan untuk industri seks
meningkat secara tajam. Kekerasan seksual saaat ini tercatat merupakan sepertiga kasus
dari semua kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia.
Penelitian terhadap pekerja perempuan ditemukan bahwa sekitar 60% pekerja perempuan
pernah mengalami kasus pelecehan seksual (Sumardi & Setyowati, 1999). Sementara
praktek sunat perempuan di Indonesia yang kebanyakan menjadi simbol dan dilakukan
dengan cara menggores klitoris, masih tetap merupakan manifestasi untuk mengontrol
tubuh dan seksualitas perempuan.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 97
Memahami Hak Reproduksi Remaja Sebagai Bagian Dari HAM
Setiap orang lahir dengan hak asasi manusia termasuk hak reproduksi yang harus dihargai. Hak
tidak datang bersamaan dengan tanggung jawab bahkan orang yang tidak bertanggung jawab
sekalipun tetap memiliki hak. Hak perlu dipelajari dan dilatih dengan menghargai sepenuhnya
hak orang lain (tanggung jawab)
Jika kita melihat realita kasus seperti orang tua yang menjual anak remaja nya (trafficking)
sehingga anaknya menjadi pekerja seks dan kemudian HIV positif, maka tidak hak kesehatan
reproduksi saja yang dilanggar. Realita tersebut juga menggambarkan hak asasi manusia dan
hak anak untuk hidup sehat, terbebas menjadi korban trafficking, hak untuk dilindungi, hak
mendapat pendidikan dan layanan kesehatan. Misalnya pada realita tersebut, walaupun sudah
sampai HIV, maka remaja tersebut tetap perlu memperjuangkan kesehaatannya/obat untuk
tetap hidup, gizi untuk tumbuh kembang dan hidup, pendidikan, dll.
Orang tua yang menjual anaknya (trafficking) bisa dikenai sanksi hukum dengan melaporkan
kepada polisi. Jika menemukan kasus remaja sebagai korban trafficking maka bisa menghubungi
Kepolisian, Dinas Sosial terdekat atau LSM yang bergerak untuk isu trafficking.
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Perilaku seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain norma atau aturan
termasuk aturan agama dan hukum yang berlaku mulai dari tingkat keluarga,
masyarakat, nasional bahkan internasional. Setiap pilihan perilaku seksual memiliki
konsekuensi yang menyertainya. Perilaku seksual yang berisiko berdampak pada
kehamilan yang tidak diinginkan, Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV.
Semua orang termasuk remaja memiliki hak untuk sehat secara rerproduksi dan
terbebas dari kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan NAPZA, Infeksi
Menular Seksual (IMS), serta HIV-AIDS.
Peraturan dan hukum dibuat untuk menjamin hak sehat semua orang terpenuhi
termasuk menjamin akses semua orang dalam mendapatkan layanan untuk
mencegah dan mengobati jika terjadi kejadian atau kasus yang berhubungan dengan
kesehatan reproduksi.
98 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah tekanan teman sebayanya,
Guru segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling untuk
mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.
Apa yang terjadi pada Sinta: ketika Sinta kembali, orangtunya menolak untuk menerimanya.
Kemudian Sinta menikah tetapi di tes ternyata dia positif HIV. Tidak jelas apakah dia terinfeksi
pada saat dia dipaksa menjadi pekerja seks atau setelah menikah.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 99
TOPIK 3.2
PERAN MEDIA
Tujuan Pembelajaran:
1. Menilai secara kritis pengaruh yang mungkin ditimbulkan oleh pesan dalam media masa
mengenai kesehatan reproduksi
2. Mengidentifikasi cara-cara bagaimana media masa dapat memberikan kontribusi positif
untuk mempromosikan perilaku sehat dan aman serta menganut kesetaraan gender
Alat Bantu
1. Potongan berita koran tentang pelecehan seksual atau perkosaan
Waktu
90 menit
Langkah pembelajaran
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Tanyakan kepada peserta:
Apa peran media bagi masyarakat?
3. Minta peserta membentuk 4 (empat) kelompok.
4. Bagikan potongan berita koran (cuplikan berita koran terkait kasus riil pelecehan seksual
atau perkosaan) dan minta kelompok untuk menganalisis:
Bagaimana korban digambarkan dalam berita tersebut?
Apakah kamu merasa berempati (dapat merasakan apa yang dirasakan oleh korban)
dalam pemberitaan tersebut?
Bagaimana seharusnya pemberitaan terhadap kasus itu dibuat dengan lebih empati
kepada korban?
5. Minta setiap kelompok mempresentasikan hasil kelompoknya.
6. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pembelajaran
100 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Ide pokok:
Mampu menyikapi media massa tentang pencitraan perempuan dan laki-laki baik yang
negatif maupun yang positif.
Media masa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi perilaku positif maupun negatif dalam
mempromosikan hubungan yang menganut kesetaraan gender
Bahan Bacaan
Saat ini permasalahan kesehatan reproduksi remaja meningkat karena makin awalnya
kematangan seksual remaja. Makin dini usia kematangan seksual remaja, maka makin panjang
periode risiko kesehatan reproduksinya. Perkembangan organ reproduksi yang ditandai dengan
meningkatnya aktivitas seksual remaja menyebabkan berbagai tantangan masalah kesehatan
reproduksi.
Remaja menempatkan media massa sebagai sumber informasi seksual yang lebih penting
dibanding orangtua. Tayangan media massa yang menonjolkan aspek pornografi diyakini erat
hubungannya dengan meningkatnya berbagai kasus kekerasan seksual. Menurut Kartono
(2003), rangsangan seksual yang kuat dari berbagai sumber seperti media (blue film dan
majalah porno), godaan dan rangsangan dari lawan jenis mengakibatkan kematangan seksual
anak menjadi lebih cepat. Di Indonesia, pornografi telah menjadi hal yang sangat umum karena
mudah diakses. Aliansi Selamatkan Anak Indonesia (2006) menyatakan bahwa Indonesia
merupakan negara tanpa aturan pornografi yang jelas. Remaja merupakan populasi terbesar
sasaran pornografi. Konsumen utama pornografi adalah laki-laki usia 12-17 tahun. Suatu studi
melaporkan bahwa pornografi menyebabkan dorongan seksual lebih tinggi pada remaja laki-
laki dibanding perempuan. Menurut remaja laki-laki yang pernah berhubungan seks, salah
satu faktor yang menyebabkan mereka melakukannya adalah pengaruh menonton film porno.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 101
Survei dari Yayasan Kita dan Buah Hati di Jabodetabek tahun 2005 menunjukkan bahwa lebih
80% anak usia 9-12 tahun telah mengakses materi pornografi melalui situs-situs internet.
Sebagian besar dari mereka merupakan pelajar yang sedang mencari bahan pelajaran untuk
memenuhi tugas sekolah. Dampak menonton film porno terhadap perilaku remaja adalah
terjadinya peniruan yang sangat memprihatinkan. Adegan dalam film porno akan merangsang
remaja untuk meniru atau mempraktikkan hal yang dilihatnya. Efek paparan pornografi tidak
hanya berupa pengetahuan tentang pornografi, tetapi sampai pada aspek afektif dan bahkan
kecenderungan untuk berperilaku.
Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup berarti untuk
memberikan informasi tentang menjaga kesehatan khususnya kesehatan reproduksi remaja.
Dengan adanya artikel-artikel yang dibuat dalam media massa, remaja akan mengetahui hal-
hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Media Massa
berperan untuk menginformasilkan berbagai akses persoalan yang terkait dengan kesehatan
reproduksi kepada publik. Informasi yang diberikan diharapkan bermanfaat bagi publik untuk
memilih tindakan yang tepat dalam mengatasi persoalan terkait. Di sisi lain, media massa
bisa diperlukan ketika berbagai pihak belum atau kurang menunjukkan kepedulian terhadap
permasalahan kesehatan reproduksi. Pengawasan oleh media massa akan terwujud melalui
sorotan yang mempertanyakan rasionalisasi kebijakan publik tentang kesehatan reproduksi,
implementasi dan pengawasannya dengan mengungkap berbagai persoalan yang terjadi.
Hal yang sama ternyata terjadi di Indonesia. Thamrin Amal Tamagola (1990) menyimpulkan
bahwa iklan media cetak memperlihatkan adanya dominasi bias gender. Tidak hanya pada
media cetak, iklan di televisi pun banyak yang mencerminkan itu. Dalam buku hasil penelitian
terhadap 45 iklan selama Juli 2003 lalu, diketahui bahwa iklan-iklan masih saja banyak yang
bias gender.
Remaja sebagai konsumen media massa banyak belajar dan meniru dari iklan-ikaln tersebut.
Contohnya tentang konsep cantik yang digambarkan berambut lurus, kulit putih dan langsing,
membuat banyak perempuan meluruskan rambut, menggunakan berbagai obat untuk
pemutihan kulit termasuk obat-obat pelangsing bahkan mengontrol pola makan hingga
perilaku anoreksia (membuang sengaja makanan setelah dimakan) yang tidak sehat.
Iklan dan media massa telah memberikan ide kadang tidak realistis dan bias tentang seharusnya
menjadi laki-laki dan perempuan di masyarakat. Bahkan remaja cenderung menjadi target
pasar konsumerisme produk-produk yang diiklankan media.
102 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Manfaat-Umum
Mencari informasi: sekolah, pelajaran, bisnis, pekerjaan; chatting; reservasi: tiket, hotel;
menjual barang atau jasa; shopping; membayar tagihan: telpon, asuransi, kartu kredit; e-mail;
diskusi secara oline atau konferensi.
Pengaruh Negatif
Aneka macam materi yang berpengaruh negatif pun bertebaran di internet. Misalnya:
pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat
pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun.
Barang-barang seperti viagra, alkhol, Napza banyak ditawarkan melalui internet. Bahkan,
melalui internet orang juga melakukan penipuan dan pencurian.
Internet, kata yang tidak asing di telinga setiap orang. Saat ini dengan bermodalkan telepon
selular yang memiliki koneksi internet, internet dapat diakses dengan mudahnya melalui HP
dimanapun kita berada. Atau jika tidak, disetiap sudut kota pasti terdapat sebuah Warung yang
menjual jasa internet atau yang biasa disebut dengan Warnet. Dunia Informasi Tanpa Batas,
begitulah orang-orang menyebutnya. Akses atau jalan terhadap penyampaian Informasi-
informasi yang ada didunia ini dapat diambil dengan mudahnya. Banyak Ilmu pengetahuan
yang begitu melimpah disana, informasi mengenai apapun dapat kita temukan di jagat internet
ini.
Walaupun tak dapat dipungkiri bahwa karena adanya kebebasan ini dapat terjadi pula
penyalahgunaan fasilitas internet sebagai sarana untuk kriminalitas atau asusila. Karena remaja
adalah makhluk yang rentan terhadap perubahan disekitarnya, maka mereka cenderung akan
mengikuti hal yang paling dominan yang berada didekatnya.
Remaja yang kesehariannya bergaul dengan internet akan lebih tanggap terhadap perubahan
informasi disekitarnya karena ia terbiasa dan lebih mengetahui tentang informasi-informasi
tersebut sehingga dia lebih daripada yang lainnya. Akan tetapi terdapat juga bahaya pornografi
di internet jika remaja tidak mampu membentengi diri. Terdapat banyak bahaya yang
ditimbulkan oleh pornografi, yang sifatnya secara berangsur-angsur dan bisa menyebabkan
kecanduan.
Berikut ini, beberapa bahaya yang ditimbulkan oleh pornografi berdasarkan penelitian dan
pengamatan di Amerika:
Pornografi dapat membuat anak menjadi korban kekerasan seksual
Terdapat hubungan kuat antara pornografi dengan perkosaan dan kekerasan seksual
Pornografi mendorong remaja melakukan hubungan seks lebih dini bahkan dilakukan
secara tidak terlindungi sehingga mempertinggi resiko penyakit menular seksual, HIV dan
hamil diluar nikah
Pornografi dapat mendorong remaja melakukan tindakan seksual terhadap remaja lain
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 103
Pornografi mempengaruhi pembentukan sikap, nilai dan perilaku
Pornografi mengganggu jati diri dan perkembangan anak
Temuan-temuan Psikolog Dr. Victor Cline menyatakan bahwa ingatan-ingatan dari pengalaman
yang terjadi saat perasaan terangsang (termasuk di sini rangsangan seksual) dipatri di otak oleh
epinephrine, suatu hormone dalam glandula adrenalin, dan susah dihapus. Hal ini mungkin
merupakan sebagian penjelasan tentang pengaruh candu pornografi. Melihat pornografi
bisa membuat kondisi seseorang secara potensial mengulangi fantasi seksualnya sewaktu
masturbasi.
Identitas seksual terbentuk secara berangsur-angsur pada masa kanak-kanak dan remaja.
Sebenarnya, anak-anak umumnya tidak memiliki suatu kekuatan seksual alami sampai
menginjak usia 10 dan 12 tahun. Selama perkembangannya, anak-anak khususnya mudah
terkena pegaruh yang mempengaruhi proses perkembangan itu. Jalur singkat melalui
pornografi membelokkan proses perkembangan kepribadian normal, dengan memberikan
informasi yang salah tentang seksualitas, perasaan terhadap diri dan jasmani yang membuat
anak binggung, berubah dan rusak.
Pornografi sering mengenalkan pada sensasi seksual sebelum waktunya. Padahal secara
perkembangan, anak-anak belumlah siap menghadapinya. Pengetahuan tentang sensasi
seksual ini dapat membingungkan dan memberi rangsangan berlebihan pada anak. Rangsangan
seksual pornografi dan akibat akhir yang diperoleh darinya adalah merusak jiwa. Contohnya,
jika rangsangan awal pada seorang anak lelaki adalah foto-foto porno, dia akan terbiasa
terangsang melalui foto-foto itu. Hasilnya adalah sulit bagi seseorang mengalami kepuasan
seksual, selain dari gambar-gambar porno.
Beberapa contoh perilaku dan risikonya yang bisa terinspirasi dari media
104 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Media kadang bisa memberikan pesan yang salah (mitos) soal kesehatan reproduksi
dan bahkan mempromosikan pornografi. Oleh sebab itu, pilihlah media yang tepat
dan tolak semua bentuk pornografi dalam media karena bisa mengakibatkan
kecanduan.
Mitos (pesan yang salah) dapat mempengaruhi perilaku seseorang menjadi berisiko
terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi Menular
Seksual (IMS) dan HIV.
Pornografi berbahaya dan merusak. Banyak terjadi kasus-kasus pelecehan seksual
dan perkosaan oleh pelaku karena terinspirasi oleh pornografi. Media mempengaruhi
cara pandang seseorang terhadap citra tubuh, perilaku seksual dan peran gender
Penggambaran negatif dari media masa terhadap laki-laki dan perempuan
mempengaruhi kepercayaan diri seseorang
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah dengan pornografi, Guru
segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling untuk mendapatkan
bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 105
TOPIK 3.3
KESETARAAN GENDER
Tujuan Pembelajaran:
1. Menunjukkan kemampuan untuk memperjuangkan kesetaraan gender, antara lain
penghapusan anggapan-anggapan peran gender tertentu, kekerasan berbasis gender,
dan perkawinan dini.
Alat Bantu:
Contoh gambar atau berita koran yang menunjukkan ketidaksetaraan gender
Waktu
90 menit
Langkah pembelajaran
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Minta peserta membentuk 4 (empat) kelompok. Kelompok 1 dan 2 akan berdebat selama
15 menit dipandu oleh guru sebagai moderator. Begitupun dengan kelompok 3 dan 4.
Tema debat:
Kelompok 1 dan 2: Laki-laki yang senang di rumah adalah banci
Kelompok 3 dan 4: Perempuan untuk apa sekolah tinggi-tinggi karena ujungnya nanti
akan menjadi ibu rumah tangga juga
3. Lakukan pengundian untuk mendapatkan peran pro dan kontra
4. Berikan waktu berdepat selama 15 menit.
5. Catat aspek-aspek penting yang menjadi argumen di dalam debat tadi dan bahas bersama
siswa setelah semua debat selesai
6. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran
Ide pokok:
Setiap orang memiliki kewajiban untuk memperjuangkan kesetaraan gender dan bersuara
terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia, seperti, kekerasan berbasis gender , dan
perkawinan dini.
106 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Bahan Bacaan
SEKS GENDER
Ditentukan oleh Tuhan atau kodrat Bukan kodrat tapi buatan masyarakat
Dalam setiap masyarakat, norma gender dan peran gender mempengaruhi kehidupan
seseorang termasuk kehidupan seksualnya. Peran gender dapat dipelajari. Bukan merupakan
bawaan lahir dan bukan datang dari Tuhan. Hampir semua yang bisa dilakukan laki-laki juga
bisa dilakukan oleh perempuan begitupun sebaliknya.
Dalam budaya dan masyarakat, orang mempunyai sikap yang berbeda tentang peran gender
dan kesetaraan gender Kepercayaan tentang gender juga beragam dari budaya (masyarakat)
yang satu dengan budaya (masyarakat) yang lain. Peran gender berubah dari waktu ke waktu.
Peran gender muncul dari keyakinan gender. Pemahaman yang tidak tepat mengenai keyakinan
gender menimbulkan diskriminasi.
Laki-laki wataknya tegas dan rasional Pantas menjadi mandor atau pimpinan
dan tidak pantas di rumah memasak
Perempuan biar setinggi apapun akhirnya ke Pendidikan anak laki-laki perlu diutamakan
dapur juga dibandingkan anak perempuan
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 107
Apa saja bentuk-bentuk ketidakadilan gender itu?
1. Beban Ganda
Pembagian kerja berdasarkan gender membagi pekerjaan laki-laki di ruang publik
sementara perempuan di ruang domestik. Namun seiring dengan perkembangan jaman
dan kebutuhan ekonomi, perempuan masuk ke ruang publik menjadi pencari nafkah.
Meskipun demikian perempuan tetap dituntut untuk bertanggungjawab terhadap
urusan rumah tangga (domestik). Inilah yang dinamakan Beban Ganda. Beban ganda
adalah beban kerja yang ditanggung oleh laki-laki dan perempuan ketika mendapat
upah (gaji dari hasil kerja) ditambah dengan pekerjaan yang dilakukan tanpa menerima
upah (gratis). Kata bekerja/pekerjaan seringkali mengacu kepada hal-hal yang bersifat
publik aktivitas di luar rumah, dan dihargai sehingga memiliki nilai ekonomis. Sementara
pekerjaan domestik/privat (dilakukan di rumah), tidak memiliki nilai ekonomis sehingga
tidak memiliki upah (gratis).
2. Marginalisasi Perempuan
Marginalisasi perempuan adalah proses peminggiran perempuan. Marginalisasi
perempuan terjadi dalam kultur, birokrasi, dan program-program pembangunan. Sehingga
secara sistematis perempuan tersingkir dan dimiskinkan secara sosial dan ekonomi.
Contohnya, konsep laki-laki adalah pencari nafkah utama (kepala keluarga) sementara
perempuan adalah pencari nafkah tambahan menyebabkan tenaga kerja perempuan
memiliki nilai ekonomis yang rendah dibanding dengan laki-laki. Upah buruh perempuan
lebih rendah dari buruh laki-laki meskipun dengan jam kerja yang sama. Perempuan tidak
memiliki beberapa tunjangan kerja yang dimiliki laki-laki, alasannya karena perempuan
bukan kepala keluarga.
Padalah banyak sekali perempuan yang menjadi Pencari Nafkah Utama dalam keluarga.
Contoh lainnya adalah karena perempuan selalu dicitrakan lemah, tidak rasional dan
tidak berani, maka perempuan seringkali tidak di perhitungkan untuk duduk dalam posisi
penting membuat keputusan. Suara perempuan tidak di dengar, sehingga seringkali
keputusan-keputusan publik yang dibuat merugikan perempuan atau tidak berpengaruh
terhadap perubahan kehidupan perempuan.
3. Stereotipi
Stereotipi adalah pelabelan negatif. Perempuan seringkali mendapatkan pelabelan negatif
seperti manusia yang lemah, emosional, dan tidak rasional. Pelabelan ini berimplikasi
negatif terhadap aktualisasi diri perempuan di ranah publik dan domestik. Misalnya
karena dianggap lemah, maka perempuan harus dilindungi.
Dalam budaya patriarki yang kental kata melindungi seringkali diartikan mengontrol dan
membatasi mobilitas perempuan demi keselamatannya. Akibatnya perempuan dilarang
keluar rumah dimalam hari karena perempuan tidak dapat melindungi dirinya, berbahaya
baginya karena dia seorang perempuan.
4. Diskriminasi
Diskriminasi adalah perlakuan yang membedakan dan merugikan terhadap seseorang
atau sekelompok orang karena jenis kelaminnya, agama, ras pilihan identitas seksualnya,
dan status sosial. Contoh diskriminasi berbasis gender adalah, anak perempuan seringkali
mendapatkan kesempatan nomor dua untuk bersekolah daripada anak laki-laki. Anak
108 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
perempuan setelah kehilangan kesempatan bersekolah, kemudian dinikahkan pada usia
muda.
Perempuan seringkali tidak memiliki pilihan untuk menentukan pasangannya. Calon
suami perempuan harus mendapatkan persetujuan dari orang tua, utamanya Bapak
sebagai wali. Ketika menikah, nama perempuan akan hilang dan digantikan dengan
nama suaminya. Dalam pergaulan sosial dia akan dipanggil Ibu X (nama suaminya) bukan
nama aslinya. Ketika menikah, pihak keluarga (ayahnya) menyerahkannya kepada pihak
suami sebagai milik suami, dan menjadi tanggungjawab sepenuhnya oleh suami. Jika
beruntung dia memiliki suami yang baik dan mencintainya, maka dia dapat hidup tenang.
Namun jika tidak beruntung, maka KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) mengancam
kehidupannya. KDRT apapun bentuknya selalu menghancurkan kehidupan perempuan
lahir dan batin.
Perempuan juga seringkali menghadapi diskriminasi ganda atau diskriminasi yang
berlapis. Contohnya seorang perempuan dengan disabilitas, lahir dari kelompok sosial
ekonomi kelas bawah. Ada tiga bentuk diskriminasi yang dapat dialaminya, diskriminasi
berdasarkan gender, karena dia perempuan, diskriminasi karena dia memiliki disabilitas
(kecacatan) dan diskriminasi karena kelas sosial ekonominya.
Kesetaraan Gender
Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam
kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan
nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.
Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidak adilan struktural, baik
terhadap laki-laki maupun perempuan.
Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki.
Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi,
marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.
Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi
antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan
berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil
dari pembangunan
Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan
sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan
dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk
mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga memperoleh manfaat
yang sama dari pembangunan.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 109
Kesetaraan gender membantu perkembangan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
dan lingkungan
PBB telah mengidentifikasi kesetaraan gender sebagai salah satu dari delapan kunci MDGs
bagi sebuah negara untuk dicapai
Jutaan orang secara aktif mempromosikan kesetaraan gender dalam keluarga, sekolah,
tempat kerja, masyarakat, dan negara.
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Membangun kesetaraan gender penting untuk menjamin kesejahteraan, akses dan
partisipasi yang sama bagi perempuan dan laki-laki dalam pembangunan.
Pandangan gender yang salah tentang menjadi perempuan dan laki-laki mempertinggi
risiko terhadap kesehatan reproduksi. Misalnya laki-laki macho adalah agresif, berani
menantang bahaya dan harus berada diluar rumah sehingga banyak laki-laki yang
melakukan praktek perilaku berisiko. Sementara perempuan yang baik digambarkan
harus selalu berada dirumah dan patuh sehingga tidak belajar dan tidak terbiasa
memiliki posisi tawar dalam menolak perilaku berisiko yang bisa menimpa dirinya.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah tekanan teman sebayanya,
Guru segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling untuk
mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.
Pesan Kunci
Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sangat penting bagi hak asasi manusia.
Mencapai kesetaraan gender merupakan kunci dari memerangi HIV dan AIDS, mengakhiri
perkawinan anak, mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan dan membuat kehamilan
aman.
Belajar menghormati antar jenis kelamin sedini mungkin penting untuk membangun
lingkungan yang ramah dan mendukung terhadap laki-laki dan perempuan terutama
dalam pencegahan praktek perilaku berisiko terhadap kehamilan tidak diinginkan,
penyalahgunaan Napza, Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV
110 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
D. KONSEP UTAMA 4: KESEHATAN REPRODUKSI
TOPIK 4.1
PUBERTAS
Tujuan Pembelajaran:
1. Menjelaskan perubahan emosi dan fisik utama pada pubertas yang terjadi sebagai hasil dari
perubahan hormonal
2. Memahami konsep seksulitas manusia secara positif dan lengkap dari aspek biologis, sosial,
psikologi, spiritual, etika, dan kebudayaan
Alat Bantu:
1. Kertas plano
2. Spidol
3. Potongan kertas berisi pernyataan di dalam amplop (sejumlah kelompok)
Waktu
90 menit
Langkah Pembelajaran:
Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
Minta siswa membentuk 4 (empat) kelompok. Kelompok 1 dan 2 menjadi kelompok
perempuan sementara kelompok 3 dan 4 menjadi kelompok laki-laki.
Tugas kelompok adalah:
Gambarkan bentuk tubuh laki-laki atau perempuan ketika pubertas.
Berikan tanda di gambar bagian tubuh mana saja yang berubah serta tandai juga pada
gampar aspek psikologis/ emosi apa saja yang juga berubah
Tuliskan apa yang menyebabkan perubahan semua itu?
Minta kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
Jelaskan bahwa perubahan tersebut dipengaruhi oleh hormon.
Tanyakan kepada peserta:
Apakah sama antara horman laki-laki dengan perempuan?
Apakah hormon tersebut juga mempengaruhi sifat dan sikap laki-laki atau perempuan?
Jelaskan ide pokok pembelajaran langkah 1 hingga 6.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 111
Siswa masih dalam kelompok yang sama, bagikan ke setiap kelompok masing-masing
satu amplop yang berisi potongan kartu dengan pernyataan. Setiap kelompok menyusun
potongan kertas tersebut dalam kategori SEHAT dan TIDAK SEHAT.
Tanyakan kepada setiap kelompok:
Bagaimana cara kamu memutuskan setiap potongan kartu masuk ke kategori mana?
Potongan kartu mana yang lebih mudah dikategorikan dibanding yang lain? Mengapa?
Bagaimana supaya perilaku yang masuk kategori tidak sehat menjadi sehat?
Lanjutkan tugas kelompok dengan memilih potongan kartu yang hanya masuk kategori
sehat. Tugas kelompok adalah:
Masukkan pernyataan dalam potongan kartu tersebut ke dalam 4 (empat) kategori,
yaitu: fisik, emosional, sosial dan spiritual.
Tanyakan kepada setiap kelompok:
Potongan kartu mana yang lebih mudah dikategorikan dibanding yang lain? Mengapa?
Faktor apa menurut kamu yang mempengaruhi seseorang dalam membuat pilihan
yang sehat dan tidak sehat?
Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran langkah 8 hingga 11.
Ide pokok:
Langkah pembelajaran 1 6
Hormon laki-laki dan perempuan berbeda dan mempunyai pengaruh besar dalam
perubahan fisik dan emosi yang terjadi sepanjang hidup
Hormon dapat mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh, pertumbuhan seksual primer
dan sekunder.
Langkah pembelajaran 8 11
Seksualitas merupakan sesuatu yang kompleks dan beragam yang melibatkan komponen
biologis, sosial, psikologi, spiritual, etika, dan kebudayaan
Seksualitas dapat meningkatkan kesejahteraan seseorang, bila ditunjukkan dengan cara
yang sopan/baik
Bahan Bacaan
112 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat. Pada perempuan,
pubertas ditandai dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai
dengan mimpi basah.
Seorang anak akan menunjukkan tanda-tanda awal dari pubertas, seperti suara yang mulai
berubah, tumbuhnya rambut-rambut pada daerah tertentu dan payudara membesar untuk
seorang gadis. Untuk seorang anak perempuan, tanda-tanda itu biasanya muncul pada usia
10 tahun ke atas dan pada anak laki-laki, biasanya lebih lambat, yaitu pada usia 11 tahun
ke atas. Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung-jawab atas munculnya
dorongan seks.
Penyebab munculnya pubertas ini adalah hormon yang dipengaruhi oleh hipofisis (pusat dari
seluruh sistem kelenjar penghasil hormon tubuh). Berkat kerja hormon ini, remaja memasuki
masa pubertas sehingga mulai muncul ciri-ciri kelamin sekunder yang dapat membedakan
antara perempuan dan laki-laki. Dengan kata lain, pubertas terjadi karena tubuh mulai
memproduksi hormon-hormon seks sehingga alat reproduksi telah berfungsi dan tubuh
mengalami perubahan.
Hormon seks yang memengaruhi perempuan adalah estrogen dan progesteron yang diproduksi
di indung telur, sedangkan pada laki-laki diproduksi oleh testis dan dinamakan testosteron.
Hormon-hormon tersebut ada di dalam darah dan memengaruhi alat-alat dalam tubuh
sehingga terjadilah beberapa pertumbuhan.
1. Peran Kelenjar Pituitary Kelenjar pituitary mengeluarkan dua hormon yaitu hormon
pertumbuhan yang berpengaruh dalam menentukan besarnya individu, dan hormon
gonadotrofik yang merangsang gonad untuk meningkatkan kegiatan. Sebelum masa puber
secara bertahap jumlah hormon gonadotrofik semakin bertambah dan kepekaan gonad
terhadap hormon gonadotrofik dan peningkatan kepekaan juga semakin bertambah,
dalam keadaan demikian perubahan-perubahan pada masa puber mulai terjadi.
2. Peran Gonad- Dengan pertumbuhan dan perkembangan gonad, organ-organ seks yaitu
ciri-ciri seks primer: bertambah besar dan fungsinya menjadi matang, dan ciri-ciri seks
sekunder, seperti rambut kemaluan mulai berkembang.
3. Interaksi Kelenjar Pituitary dan Gonad Hormon yang dikeluarkan oleh gonad, yang
telah dirangsang oleh hormon gonadotrofik yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary,
selanjutnya bereaksi terhadap kelenjar ini dan menyebabkan secara berangsur-angsur
penurunan jumlah hormon pertumbuhan yang dikeluarkan sehingga menghentikan
proses pertumbuhan, interaksi antara hormon gonadotrofik dan gonad berlangsung
terus sepanjang kehidupan reproduksi individu, dan lambat laun berkurang menjelang
perempuan mendekati menopause dan laki-laki mendekati climacteric.
Kesehatan reproduksi dan seksualitas menjadi penting diperhatikan pada masa pubertas
mengingat laki-laki dan perempuan sudah mulai matang secara seksual. Kesehatan seksual
adalah sebuah keadaan fisik, emosi, mental dan sosial, berkaitan dengan seksualitas yang tidak
hanya terbebas dari penyakit, disfungsi atau kelemahan. Merupakan pendekatan yang positif
terhadap perkembangan manusia. Pendekatan yang menghargai hak-hak seksual manusia.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 113
Dimensi Seksualitas:
Dimensi Spiritual
a. Keyakinan
b. Nilai-nilai
c. norma
Dimensi Sosial
a. Latar belakang personal
b. Persahabatan dan pertemanan
c. Pacaran
d. Perkawinan
e. Budaya
f. Aspek hukum
Dimensi Emosi
a. Perilaku (sikap, pendidikan, ekspresi)
b. Perasaan tentang citra tubuh
c. Perasaan / suasana hati
Dimensi Fisik
a. Reproduksi
b. Pengaturan kelahiran
c. Kehamilan
d. Respon seksual
e. Perkembangan dan pertumbuhan
Sedang pada laki-laki, 2 tahun lebih lambat mulainya, namun setelah itu bertambah tinggi
12-15 cm dalam tempo 1 tahun pada usia 13 tahun sampai menjelang 14 tahun Pertumbuhan
tinggi remaja dipengaruhi 3 faktor, yaitu: genetik (faktor keturunan), gizi dan variasi individu.
Secara genetik orangtua yang tubuhnya tinggi, punya anak remaja yang juga tinggi. Faktor
gizi juga sangat berpengaruh, remaja dengan status gizi yang baik akan tumbuh lebih tinggi
114 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
dibanding dengan remaja yang dengan status gizi kurang. Untuk memantau perkembangan
fisik remaja dapat dilakukan dengan mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT) secara berkala.
(Kemkes, 2011)
Pertumbuhan fisik anak perempuan dan laki-laki belum tentu sejalan dengan perkembangan
emosionalnya. Seorang remaja yang badannya tinggi besar belum tentu mempunyai emosi
yang matang, sebaliknya yang bertubuh sedang bisa saja mempunyai emosi yang lebih matang.
Pada masa pubertas terjadi perubahan fisik dan psikologis pada remaja laki-laki dan perempuan.
REMAJA PEREMPUAN
Pertumbuhan pesat umumnya terjadi pada usia 10-11 tahun. Tanda awal pubertas pada remaja
perempuan adalah adanya pertumbuhan payudara, dimana daerah puting susu dan sekitarnya
mulai membesar. Selain payudara membesar, mulai muncul rambut pubis (kemaluan). Pada
sepertiga remaja perempuan, pertumbuhan rambut pubis terjadi sebelum tumbuhnya
payudara, rambut ketiak dan rambut badan. Rambut badan mulai tumbuh pada usia 12-13
tahun, tumbuhnya rambut badan bervariasi. Pengeluaran sekret vagina pada usia 10-13 tahun.
Keringat ketiak mulai diproduksi pada usia 12-13 tahun, karena berkembangnya kelenjar apokrin
yang juga menyebabkan keringat ketiak mempunyai bau yang khas. Pada remaja perempuan,
Menstruasi umumnya terjadi pada usia 11-14 tahun. Selanjutnya pematangan seksual penuh
remaja perempuan terjadi pada usia 16 tahun, sedangkan pada laki-laki pematangan seksual
penuh terjadi pada usia 17-18 tahun.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 115
Pertumbuhan payudara dapat dipakai sebagai salah satu indikator kematangan perempuan.
Pada umumnya pertumbuhan payudara sesuai tingkatan pubertas sebagai berikut :
TingkatPubeSalah satu payudara dapat tumbuh lebih besar dari yang lain, namun
perbedaannya tidak terlalu mencolok. Besar kecilnya payudara dipengaruhi faktor keturunan,
dan dapat berbeda dari generasi ke generasi dalam keluarga. Daerah puting susu merupakan
daerah seksual yang sensitif. Pada perempuan yang sudah mempunyai anak, payudara dapat
memproduksi dan menyimpan air susu ibu (ASI). ASI adalah makanan bayi yang paling utama
dan seharusnya diberikan pertama kali ke bayi. Kemampuan memproduksi ASI tidak dipengaruhi
oleh besar kecilnya payudara. Remaja perempuan juga perlu memeriksa payudaranya sendiri
dengan meraba seluruh bagian payudara dan sebaiknya dilakukan setelah selesai haid untuk
mengetahui adanya masa atau benjolan, dan bila ditemukan masa/benjolan yang menetap
atau membesar atau terasa sakit/nyeri sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter.
Pertumbuhan Rambut
Tanda pertumbuhan fisik lainnya yang mungkin terjadi pada pubertas adalah pertumbuhan
rambut. Pada beberapa anak perempuan dapat tumbuh rambut atau tumbuh kumis yang
tipis seperti pada laki-laki, hal ini merupakan variasi yang normal. Kemungkinan rambut lepas
secara berlebihan (rontok) dapat terjadi dan akan hilang dengan sendirinya. Namun apabila
kerontokan rambut terjadi dalam jangka waktu lama atau terjadi pertumbuhan rambut
yang berlebihan, maka remaja disarankan menghubungi dokter. Yang paling penting untuk
diperhatikan adalah pertumbuhan rambut pubis melalui lima stadium pertumbuhan seperti
pada tabel berikut. Apabila perempuan sudah dewasa maka rambut pubis akan tumbuh
terdistribusi dalam bentuk segitiga terbalik, penyebaran mencapai bagian medial paha.
Tanda pubertas yang utama pada perempuan adalah Menstruasi. Menstruasi adalah peristiwa
keluarnya cairan darah dari vagina dimana darah tersebut merupakan lapisan dinding rahim
yang meluruh bersama sel telur yang sudah matang namun tidak dibuahi. Menstruasi yang
pertama kali dialami oleh remaja perempuan disebut menarche.
Rahim adalah tempat menempelnya sel telur yang sudah di buahi. Lapisan ini terdiri dari
lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah. Setelah menstruasi permukaan dalam uterus
116 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
menjadi tebal karena pengaruh hormon estrogen. Kemudian terjadi ovulasi (lepasnya sel telur
dari ovarium/indung telur yang terjadi sebulan sekali) diikuti dengan keluarnya cairan karena
pengaruh hormon progesteron. Bila tidak terjadi pembuahan maka lapisaan tadi bersama
sel telur akan terlepas (meluruh) dan keluar melalui vagina yang disebut sebagai menstruasi.
Waktu antara dua menstruasi disebut siklus menstruasi. Walaupun rata-rata periodenya
datang 28 hari, hal ini dapat bervariasi pada setiap perempuan. Periode awal menstruasi ini
juga bisa belum teratur selama 2-3 tahun.
Pada saat pubertas terjadi perubahan fisik yang bermakna sampai pubertas berakhir dan
berhenti pada saat dewasa, keadaan ini terjadi pada semua remaja normal. Yang berbeda
adalah awal mulainya. Mungkin ada remaja laki-laki yang sudah tumbuh kumis tipis, sementara
yang lainnya belum. Seringkali perkembangan yang berbeda dengan sebayanya membuat
remaja risau, akan tetapi bila tidak terlalu jauh dengan temannya masih bisa dianggap normal
dan akan mengejar ketinggalan pertumbuhan tersebut. Harus diingat bahwa seorang anak
bekembang pada saat yang berbeda dan dengan kecepatan yang berbeda pula.
REMAJA LAKI-LAKI
Awal pubertas pada remaja laki-laki biasanya dimulai pada usia 10-13 tahun. Saat mulai
pubertas sampai dewasa, biasanya memerlukan waktu sekitar 4 tahun, yang stadiumnya
dilihat dari alat kelamin dan rambut pubisnya.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 117
Pertumbuhan pesat umumnya terjadi pada usia 12-13 tahun, dimana penis mulai membesar.
Pada usia 11-12 tahun, testis dan skrotum membesar, kulit skrotum menjadi gelap dan
rambut pubis di penis mulai tumbuh. Ejakulasi mulai terjadi pada usia 13-14 tahun, ditandai
dengan keluarnya mukus cair dari lubang penis setelah penis ereksi (memanjang/mengeras/
membesar). Rambut ketiak, rambut badan, kumis, cambang dan jenggot tumbuh pada usia
13-15 tahun, dan pertumbuhannya sangat bervariasi pada tiap orang. Pada usia tersebut juga
terjadi perkembangan kelenjar keringat ketiak, yaitu kelenjar apokrin meningkatkan produksi
keringat di ketiak dan menimbulkan bau badan dewasa. Suara parau timbul pada usia 14-15
tahun. Setahun sebelum suara pecah, jakun mulai tumbuh.
Mimpi basah
Selama masa pubertas, testis tumbuh menjadi lebih besar, spermatozoa mulai terbentuk,
dan pada prinsipnya pada saat tersebut sistim reproduksi telah matang dan mulai berfungsi.
Peristiwa yang sering digunakan sebagai indikator Pubertas pada remaja laki-laki adalah mulai
mengalami Mimpi basah. Mimpi basah merupakan peristiwa keluarnya sperma (spermatozoa)
saat tidur, sering terjadi pada saat mimpi tentang seks. Mimpi basah sebetulnya merupakan
salah satu cara alami berejakulasi.
Ejakulasi terjadi karena sperma, yang terus menerus diproduksi setiap hari dan perlu keluar. Ini
merupakan pengalaman yang normal bagi laki-laki. Mekanisme ejakulasi dimulai dari sperma
yang telah diproduksi akan dikeluarkan dari testis melalui saluran/ vas deferens, kemudian
sperma disimpan dalam kantung mani, jika penuh akan keluar secara otomatis. Mimpi basah
umumnya terjadi secara periodik, berkisar setiap 2-3 minggu. (Kemkes, 2011)
Bila pubertas terjadi sebelum usia 9 tahun, atau belum juga terjadi sampai usia 13-15 tahun,
perlu dikonsultasikan ke dokter untuk memastikan ada tidaknya kelainan.
Perkembangan psikososial
Menurut Erickson (1963), pencarian identitas diri mulai dirintis seseorang pada usia yang
sangat muda, yaitu sekitar usia remaja muda. Pencarian identitas diri berarti pencarian jati
diri, dimana remaja ingin tahu kedudukan dan perannya dalam lingkungannya, di samping
ingin tahu juga tentang dirinya sendiri yang menyangkut soal apa dan siapa dia, semua yang
118 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
berhubungan dengan aku ingin diketahui dan dikenalnya. Pada usia 12-15 tahun, pencarian
identitas diri masih berada pada tahap permulaan. Dimulai pada pengukuhan kemampuan
yang sering diungkapkan dalam bentuk kemauan yang tidak dapat dikompromikan sehingga
mungkin berlawanan dengan kemauan orang lain. Bila kemauan itu ditentang, mereka akan
memaksa agar kemauannya dipenuhi. Ini merupakan suatu bentuk awal dari pencarian aku
yang dapat menjadi masalah bagi lingkungannya. Gejala lain yang menguatkan dugaan bahwa
remaja ingin mencari jati dirinya adalah perilakunya yang cenderung untuk melepaskan diri
dari ikatan orangtuanya. Remaja akan lebih suka melakukan kegiatan pribadi atau berkumpul
dengan teman-temannya diluar dibanding bersama orangtuanya. (Kemkes, 2011)
Penyesuaian terhadap lingkungan baru dapat menjadi masalah bagi remaja karena
meninggalkan dunia anak-anak berarti memasuki dunia baru yang penuh dengan tuntutan-
tuntutan baru yang belum dikenalnya padahal ia sudah meninggalkan dunia lama. Masalah
yang dihadapi remaja dengan lingkungan sosialnya terutama masalahmasalah di sekolah
seperti penyesuaian dalam belajar, membagi waktu luang dan penyesuaian atas perbedaan
dengan teman-temannya.
Pergaulan dengan lawan jenisnya juga dapat menjadi sesuatu yang mengesankan bagi remaja.
Bila mengalami hambatan dalam hubungan lawan jenis, maka remaja biasanya akan menarik
diri dari lingkungan sosialnya. Secara fisik, adanya perkembangan kelenjar kelamin remaja
menimbulkan perasaan berbeda dan peningkatan perhatian terhadap lawan jenisnya, bahkan
hal ini merupakan tanda yang khas bahwa masa remaja sudah dimulai yaitu merasa jatuh
cinta pada orang lain.
Emosi
Emosi adalah reaksi sesaat yang biasanya muncul dalam bentuk perilaku, sedangkan perasaan
adalah sesuatu yang sifatnya lebih menetap. Pada masa remaja, kepekaan emosi biasanya
meningkat, sehingga rangsangan sedikit saja sudah menimbulkan luapan emosi yang besar,
misalnya menjadi mudah marah atau mudah menangis. Masa remaja didominasi oleh
peran emosi, hal ini dapat dilihat dari seleranya tentang lagu, buku bacaan, perilakunya
pada saat mengendarai kendaraan. Kepekaan emosi remaja yang meningkat biasanya akan
mempengaruhi perilakunya, misalnya saat putus pacar, maka frustasinya akan dibawa ke
sekolah, ke rumah, di jalan dan bahkan dapat mempengaruhi prestasi akademiknya. Kepekaan
emosi yang meningkat dapat berbentuk: menyendiri, mudah marah, gelisah dengan bentuk
perilaku seperti menggigit kuku, menggaruk-garuk dan sebagainya, merusak benda-benda,
mencoret-coret, suka berkelahi dan sebagainya atau bahkan mengalami gangguan mental
emosional (depresi) dan mengonsumsi NAPZA. Secara
emosional remaja ingin diperlakukan seperti orang dewasa, serta merasa senang bila
dihargai. Keinginan remaja untuk diakui sebagai orang dewasa sering menimbulkan konflik
dengan lingkungan. Konflik tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami kecemasan dan
ketegangan. (Kemkes, 2011)
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 119
Perkembangan Kecerdasan
Perkembangan intelegensia masih berlangsung sampai usia 21 tahun. Perkembangan
intelegensia menyebabkan remaja suka belajar sesuatu yang logis untuk mengerti hubungan
antara hal yang satu dengan yang lainnya. Remaja juga punya daya imajinasi yang dapat
mendorong prestasi misalnya mengarang lagu, membuat karangan ilmiah, membuat sajak
dan prestasi-prestasi lainnya yang menggambarkan kemampuan intelegensia dan imajinasi
remaja. Perkembangan intelektualnya membuat remaja mampu generalisasi, mampu melihat
relasi antara hal yang satu dengan yang lain, mampu mengadakan pembicaraan intelektual,
mengkritik dan mampu berpikir secara abstrak. (Kemkes, 2011)
Mengatasi pubertas
Perubahan fisik Perubahan mental Tindakan
Jerawat Minder karena jelek Jaga kebersihan muka
Percaya diri karena hal normal
Haid Tidak nyaman dan tidak Ganti pembalut secara teratur
semangat Lakukan aktifitas yang disenangi
seperti biasa
Payudara membesar Minder karena ukuran Percaya diri karena ukuran payudara
payudara dianggap ditentukan faktor genetis dan gizi dan
kekecilan atau seluruh perempuan di dunia memiliki
kebesaran ukuran payudara berbeda
Suara membesar Tidak nyaman dan malu Percaya diri karena ini proses yang
alamiah dan dihadapi oleh remaja
laki-laki diseluruh dunia
Tumbuh bulu / rambut Tidak nyaman karena Percaya diri karena dipengaruhi oleh
di tubuh berbeda dengan teman genetis serta banyak juga remaja lain
sebaya yang tumbuh bulu/ rambut di tubuh
banyak atau malah sedikit
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Pubertas menandakan organ reproduksi mulai bekerja dimana laki-laki mulai
meproduksi sperma dan perempuan memproduksi sel telur. Jika sperma dan sel
telur bertemu melalui hubungan seksual bisa mngakibatkan kehamilan.
Proses perubahan fisik yang cepat yang diikuti oleh perubahan psikologis dan sosial
kadang menimbulkan ketidaknyamanan dalam diri. Melalui masa pubertas dengan
membangun konsep diri yang baik penting untuk membantu bertahan dari pengaruh
negatif dan tekanan teman sebaya dalam melakukan perilaku yang berisiko terhadap
kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi Menular Seksual
(IMS) dan HIV.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah pubertas, Guru segera
mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling atau merujuk ke Puskesmas
PKPR terdekat mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.
120 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
UNTUK PESERTA DIDIK
Pesan Kunci
Pubertas menandakan mulai terjadi kematangan seksual oleh sebab itu praktekkan
perilaku yang positif dan sehat.
Secara sosial mulai banyak tekanan teman sebaya untuk mempraktekkan perilaku yang
berisiko seperti: merokok, penyalahgunaan Napza, atau seks pra nikah. Bangun rasa
berani dan percaya diri untuk mengatakan tidak menolak perilaku yang berisiko.
Bangun lingkar pertemanan yang positif dan saling mendukung untuk hidup sehat.
Cari dukungan dan bantuan ketika ragu memutuskan perilaku tertentu.
POTONGAN KARTU
Mengecek kesehatan secara berkala Mencari tahu hal-hal yang kita tidak mengerti
Mengetahui cara cebok yang baik Merasa senang dan nyaman menjadi laki-laki
atau perempuan
Mandi secara teratur Mengatakan kepada orang isi perasaan kamu
Mengganti pembalut setiap 2 hingga 4 Menegosiasikan perilaku seksual dengan
jam sekali pasangan
Merencanakan kehamilan Merasa nyaman dengan citra tubuh
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 121
PENJELASAN TENTANG DIMENSI SEKSUALITAS
FISIK EMOSIONAL
Sehat: Sehat:
Mengecek kesehatan secara berkala Mencari tahu tentang hal-hal yang tidak
Mengetahui cara cebok yang baik dimengerti
Mandi secara teratur Merasa senang dan nyaman menjadi laki-
Mengganti pembalut setiap 2 hingga 4 laki atau perempuan
jam Mengatakan kepada orang lain tentang isi
Merencanakan kehamilan perasaanmu
Menggunakan kondom untuk seks yang Menegosiasikan perilaku seks kepada
aman pasangan
Merasa nyaman dengan citra tubuh
Tidak Sehat:
Melakukan seks yang tidak aman Tidak Sehat:
Melakukan diet ketat jika kamu merasa Merasa bersalah mengalami mimpi basah
gemuk Mengejek dan menyakiti orang yang
berbeda dari kamu: gender,warna kulit,
bentuk tubuh
Menggunakan alkolol atau Napza untuk
mendapatkan kenikmatan dalam seks
SOSIAL SPIRITUAL
Sehat: Sehat:
Mematuhi hukum dan norma sosial Memahami bahwa setiap keluarga
tentang seks memiliki keyakinan yang berbeda
Membangun persahabatan dengan laki- Berperilaku sesuai dengan nilai dan
laki dan perempuan keyakinan diri
Memahami tidak artinya TIDAK Mendengarkan pandangan orang lain
Melawan diskriminasi ketika kamu dengan baik
melihatnya terjadi
Tidak Sehat:
Tidak Sehat: Mempermainkan budaya dan keyakinan
Mengakhiri hubungan pertemanan untuk mendapatkan kesenangan
hingga teman mengatakan dasar
sampah!
Memaksa orang lain untuk melakukan
hubungans eks
122 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
TOPIK 4.2
REPRODUKSI
Tujuan Pembelajaran:
1. Membedakan antara fungsi reproduksi dan dorongan seksual
2. Mendefinisikan elemen-elemen utama dari tanggung jawab dalam perilaku seksual.
Alat Bantu
1. Kertas plano
2. Spidol
Waktu
90 menit
Langkah Pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Jelaskan kepada siswa bahwa remaja dapat memutuskan apakah dan kapan remaja
menjadi aktif secara seksual yang seharusnya dilakukan pada usia tertentu sesudah
menikah, namun kadang-kadang terdapat remaja yang sudah melakukan hubungan
seksual sebelum menikah, dan kejadian tesebut sering menimbulkan permasalahan
dikemudian hari.
3. Minta siswa membentuk 3 (tiga) kelompok. Kelompok 1 (satu) terdiri dari anggota laki-laki
saja, kelompok 2 (dua) terdiri dari anggota perempuan saja, dan kelompok 3 (tiga) terdiri
dari anggota gabungan antara laki-laki dan perempuan.
4. Bagikan kertas plano dan spidol kepada setiap kelompok. Tugas kelompok adalah
mendiskusikan tentang:
Hal apa yang menjadi pertimbangan kamu ketika memutuskan akan memulai aktifitas
seksual sebelum menikah atau setelah menikah? Mengapa?
Apakah sulit mengambil keputusan tersebut? Mengapa?
5. Presentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok.
6. Tanyakan kepada siswa:
Apakah sama pertimbangan laki-laki dan perempuan ketika akan memutuskan
berhubungan seks atau menundanya ketika akan menikah dari hasil diskusi kelompok
tadi?
Pertimbangan apa yang menjadi prioritas bagi laki-laki dan pertimbangan mana yang
menjadi prioritas bagi perempuan?
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 123
7. Jelaskan ide pokok pembelajaran 1 hingga 6.
8. Tanyakan kepada siswa:
Menurut kamu apa itu tanggung jawab?
Apakah kamu akan memiliki rasa bangga jika menunjukkan perilaku yang bertanggung
jawab?
9. Minta siswa membentuk 4 (empat) kelompok. Bagikan kertas plano/ karton, majalah
bekas, spidol warna, gunting dan lem kertas kepada masing-masing kelompok. Tugas
kelompok adalah:
Membuat sebuah poster yang menarik tentang bentuk-bentuk perilaku seks yang
bertanggung jawab serta keuntungan mempraktekkannya.
Membuat sebuah yel-yel tentang perilaku bertanggung jawab.
Kelompok mempresentasikan posternya dimulai dengan yel-yel. Berikan apresiasi kepada
semua kelompok.
10. Ajak siswa untuk berdiri melingkar.
11. Minta setiap siswa meneriakkan satu kalimat Saya akan........... sambil mengepalkan
tangan keatas menyangkut keinginan menerapkan perilaku bertanggung jawab.
12. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran 8 11.
Ide pokok:
Langkah pembelajaran 1 6
Kesepakatan bersama dalam wadah perkawinan merupakan persyaratan utama sebelum
melakukan aktivitas seksual dengan pasangan tetapnya.
Pengambilan keputusan dalam melakukan hubungan seks membutuhkan pertimbangan
awal mengenai keluarga berencana dan strategi pengurangan risiko yaitu untuk mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan dan IMS
Laki-Laki dan perempuan mengalami perubahan fungsi seksual dan reproduksi sepanjang
hidupnya
Kesehatan reproduksi mempengaruhi tingkat kesuburan seseorang, dan apabila tidak subur
ada beberapa cara untuk mengatasi persoalan ini.
Langkah pembelajaran 8 11
Perilaku seksual memiliki konsekuensi yang nyata dan harus disertai dengan tanggung
jawab
Apabila sudah berkomitmen untuk memiliki pasangan, harus bertanggung jawab untuk
mencegah kehamilan yang tidak direncanakan dan IMS, termasuk HIV
Banyak orang memiliki kedekatan dengan pacar/teman dekat tanpa harus melakukan
kontak seksual.
124 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Bahan Bacaan
KESEHATAN REPRODUKSI
Definisi kesehatan reproduksi menurut ICPD Kairo (Konferensi Kependudukan dan
Pembangunan, 1994) yaitu suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan
sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Dengan adanya definisi tersebut maka setiap
orang berhak dalam mengatur jumlah keluarganya, termasuk memperoleh penjelasan yang
lengkap tentang cara-cara kontrasepsi sehingga dapat memilih cara yang tepat dan disukai.
Selain itu, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
Saat ini, kesehatan reproduksi di Indonesia yang diprioritaskan baru mencakup empat
komponen/program, yaitu: Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Keluarga Berencana, Kesehatan
Reproduksi Remaja, serta Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Seks ual (PMS)
termasuk HIV/AIDS. Pelayanan yang mencakup empat komponen/program tersebut disebut
Pelayanan Kesehat an Reproduksi Esensial (PKRE). Jika PKRE ditambah dengan pelayanan
Kesehatan Reproduksi untuk Usia Lanjut, maka pelayanan yang diberikan akan mencakup
seluruh komponen Kesehatan Reproduksi, yang disebut Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Komprehensif (PKRK).
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 125
ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
1. Ovarium atau indung telur. Terdapat pada kiri dan kanan ujung tuba ( fimbria/umbai-
umbai ) dan terletak di rongga panggul, merupakan kelenjar yang juga memproduksi
hormon estrogen dan progesteron. Ukurannya 3x3x2 cm, tiap ovarium mengandung
150.000 - 200.000 folikel primordial. Sejak pubertas tiap bulan secara bergantian ovarium
melepas satu ovum yang telah matang, peristiwa ini disebut ovulasi.
2. Tuba fallopii (saluran telur). Merupakan dua saluran pada kanan dan kiri rahim sepanjang
+10cm dimana pada ujungnya melebar berbentuk seperti jari tangan yang disebut fimbria
yang menghubungkan uterus dengan ovarium.
3. Fimbrae (umbai-umbai). Dapat di analogikan dengan jari-jari tangan, umbai-umbai ini
berfungsi untuk menangkap sel telur yang di keluarkan indung telur.
4. Uterus (rahim). Uterus rahim bentuknya seperti buah pear, berongga dan berotot.
Sebelum hamil beratnya 30-50 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan lebar 6cm kurang
lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil mampu membesar dan beratnya
mencapai 1000 gram.
Uterus terdiri dari 3 lapisan yaitu :
Lapisan para metrium merupakan lapisan paling luar dan yang berhubungan dengan
rongga perut.
Lapisan meometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong bayi keluar pada
proses persalinan (kontraksi)
Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat menempelnya sel telur
yang sudah di buahi. Lapisan ini terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi pembuluh
darah.
126 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Setelah menstruasi permukaan dalam uterus menjadi tebal karena pengaruh hormon
estrogen. Kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan keluarnya cairan karena pengaruh
hormon progesteron. Bila tidak terjadi pembuahan maka lapisan tadi bersama sel telur
akan terlepas (meluruh) dan keluar melalui vagina yang disebut sebagai menstruasi.
Waktu antara dua menstruasi disebut siklus menstruasi. Walaupun rata-rata periodenya
datang 28 hari, hal ini dapat bervariasi pada setiap perempuan. Periode ini juga sangat
tidak teratur pada 2-3 tahun awal menstruasi.
5. Serviks (leher rahim). Merupakan daerah bagian bawah rahim yang berhubungan dengan
bagian atas vagina. Serviks memproduksi cairan berlendir (mukus). Pada sekitar waktu
ovulasi mukus ini menjadi banyak, elastik, licin. Hal ini membantu spermatozoa untuk
mencapai uterus.
6. Vagina (liang kemaluan). Merupakan saluran yang elastis, panjangnya sekitar 8-10 cm
dan berakhir pada rahim. Vagina dilalui oleh darah pada saat menstruasi dan merupakan
jalan lahir. Selain itu vagina merupakan tempat masuknya penis ketika berhubungan seks.
7. Klitoris (kelentit). Merupakan organ kecil yang berada di atas urethra dan dilindungi lipatan
labium minora. Ukurannya sebesar kacang polong, penuh dengan sel syaraf sensorik dan
pembuluh darah.
8. Labia (bibir kemaluan). Terdiri dari 2 bibir, yaitu labium mayora (bibir luar) merupakan
bibir yang tebal dan besar dan labium minora (bibir dalam) merupakan bibir yang tipis
yang menjaga jalan masuk ke vagina.
9. Hymen (selaput dara). Berupa selaput tipis dan biasanya berlubang kecil, letaknya pada
permukaan luar vagina. Hymen ada yang bersifat elastis (tidak mudah robek) dan ada
yang bersifat kaku (mudah robek). Pada seorang gadis yang belum pernah berhubungan
seks, keadaan hymen intact (utuh). Hymen bisa robek karena penetrasi penis ketika
berhubungan seks, tapi bisa juga robek karena olah raga atau onani/masturbasi.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 127
1. Testis (buah pelir)
Merupakan organ (terdiri dari 2 buah) penghasil hormon testosteron dan spermatozoa.
Spermatozoa dihasilkan terus menerus setiap hari selama hidup. Spermatozoa sangat
kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop, bentuknya seperti
berudu (kecebong), dapat bergerak sendiri dengan ekornya. Cairan putih dan kental yang
diproduksi oleh vesikula seminalis dan kelenjar prostat bercampur dengan spermatozoa
membentuk campuran yang disebut semen. Pada saat puncak rangsang seksual terjadi
orgasme atau ejakulasi, yaitu semen dipancarkan keluar dari ujung penis yang ereksi.
Testis membutuhkan suhu sedikit lebih rendah dari suhu badan (36-37 oC) agar dapat
berfungsi secara optimal. Hal inilah yang menyebabkan mengapa testis terletak di luar
tubuh yaitu di dalam suatu kantong yang disebut skrotum. Pada laki-laki, ukuran dan
posisi testis agak sedikit berbeda antara kanan dan kiri, hal ini masih normal.
2. Skrotum.
Kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat-lipat. Skrotum adalah
tempat bergantungnya testis. Skrotum mengandung otot polos yang mengatur jarak testis
ke dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif menetap.
3. Vas deferens (saluran sperma)
Saluran yang menyalurkan sperma dari testis epididimys menuju ke urethra/saluran
kencing pars prostatika. Vas deferens panjangnya 4,5 cm dengan diameter 2,5 mm.
Saluran ini muara dari epididimys yaitu saluran-saluran yang lebih kecil dari vas deferens.
Bentuknya berkelok-kelok dan membentuk bangunan seperti topi.
4. Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar lainnya.
Adalah kelenjar-kelenjar yang menghasilkan cairan sperma (ejakulat/semen) yang berguna
untuk memberikan makanan pada sperma.
5. Penis
Berfungsi sebagai alat sanggama dan sebagai saluran untuk pengeluaran sperma dan air
eni. Banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Dapat berubah dari yang semula
kecil dan lemas menjadi besar dan tegang saat ereksi. Hal ini terjadi karena penis terisi
darah saat terangsang. Penis tidak mengandung tulang dan tidak berbentuk dari otot.
Ukuran dan bentuk penis bervariasi, namun bila penis ereksi ukurannya hampir sama.
6. Preputium
Lekukan kulit yang menutupi glans penis (kepala penis). Karena preputium itu sempit
maka penting dilakukan adalah menjaga kebersihan daerah ini dan dianjurkan preputium
diambil secara operatif, hal ini disebut sirkumsisi/sunat.
128 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Berikut ini beberapa organ tubuh yang bisa menimbulkan rangsangan seksual
Dengan memahami beberapa conton organ tubuh yang dapat memberikan rangsangan, maka
penting untuk menjaga agar jangan mulai ada sentuhan dari pasangan atau orang lain pada
area organ tubuh tersebut. Selain itu, organ tubuh tersebut adalah area privat kita yang tidak
boleh ada sembarang orang boleh menyentuhnya. Jika ada sentuhan dari orang lain dengan
seenaknya maka sudah termasuk dalam kategori pelecehan seksual.
Memutuskan kapan melakukan hubungan seks menjadi penting bagi remaja. Pertimbangan
yang penting tentu saja berhubungan dengan nilai pribadi, risiko melakukan hubungan seks
lebih awal, pertimbangan masa depan, serta kesiapan diri. Pilihan terbaik bagi remaja tentu
saja menunda hubungan seksual hingga menikah (siap).
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 129
Beberapa alasan orang berhubungan seks meski sebenarnya mereka tidak mau (terpaksa):
Mendapatkan tekanan sebaya
Membuktikan cinta atau mendapatkan komitmen dalam sebuah hubungan
Menghindari menyakiti perasaaan orang lain
Karena pacaran tidak dilakukan untuk waktu yang lama
Karena mempunyai persetujuan sebelumnya untuk berhubungan seks walaupun salah
satunya telah berubah pikiran
Untuk mendapatkan uang atau hadian dan
Karena alkohol atau obat-obatan yang telah merusak penilaian atau kemampuan untuk
menolak hubungan seksual yang tidak diinginkan sebelumnya
Dan banyak lagi
Latihan dan dukungan dapat membantu remaja menyelesaikan tekanan melakukan hubungan
seks lebih dini dan belajar untuk mengkomunikasikan dengan rasa percaya diri yang lebih
tinggi.
Langkah pembelajaran 8 11
Yang dimaksud bertanggung jawab adalah:
Menunjukkan adanya penghargaan baik terhadap diri maupun orang lain.
Mampu mengendalikan atau mengontrol diri.
Mempertahankan diri dari tekanan teman sebaya atau pacar dari hal-hal yang bisa merusak
kesehatan.
Memahami konsekuensi perilaku dan siap menerima segala risikonya.
Mampu mempraktekkan perilaku yang sehat
Perilaku seks bertanggung jawab adalah Abstinence (puasa seks), menjadi tanggung jawab
utama remaja
Perilaku seks bertanggung jawab bisa dipraktekkan jika kita memiliki nilai positif tentang seks,
memiliki konsep diri positif, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan mengelola
tekanan teman sebaya.
130 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Rremaja tidak melakukan seks pra nikah (abstinence) karena remaja belum siap terhadap
konsekuensi secara kesehatan (terjadinya kehamilan tidak diinginkan, Infeksi Menular
Seksual, serta HIV-AIDS), psikologis(rasa bersalah dan menyesal, rasa malu, rasa tidak
berharga, dsb), dan sosial-budaya (mendapat cap buruk masyarakat, dikucilkan secara
sosia, dsb).
Seks pra nikah tidak pernah menjadi tanda atau bukti cinta atas dasar apapun. Jadi
jangan tertipu oleh pasangan yang meminta hubungan seks sebagai bukti cinta.
Perempuan mengalami beban lebih berat ketika terjadi seks pra nikah karena jika
terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, secara fisik perempuan menjalani proses
kehamilan dan secara sosial mendapat stigma karena hamil diluar nikah. Perempuan
juga menghadapi risiko persalinan usia muda .
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah kesehatan reproduksi, Guru
segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling atau merujuk ke
Puskesmas PKPR terdekat mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 131
TOPIK 4.3
CITRA DIRI
Tujuan Pembelajaran:
1. Memiliki citra diri yang positif tentang tubuh.
Alat Bantu:
Kertas plano
Spidol
Gambar foto model laki-laki dan perempuan yang secara fisik terlihat ideal
Waktu
90 menit
Langkah Pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Tanyakan kepada siswa:
Pikirkan ketika kamu berusia sembilan tahun. Bagaimana anak usia sembilan tahun
merasakan tentang tubuh dan penampilan mereka? Apakah kebanyakan dari kamu
kuatir dengan penampilanmu?
Apa yang terjadi ketika remaja. Apakah kebanyakan kamu merasa bebas dan nyaman
atau khawatir dengan penampilanmu?
Pesan dan gambaran apa sajakah yang kamu terima dari film dan iklan tentang
bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berpenampilan? Apakah tekanan ini
lebih sering terjadi pada anak perempuan atau pada anak laki-laki?
Apakah menurut kamu, remaja seringkali dinilai karena penampilannya? Apakah
kebanyakan orang juga dinilai atas dasar penampilan ini?
Apakah yang kamu banggakan dari bentuk fisikmu?
Apakah yang kamu tidak senangi dari bentuk fisikmu?
3. Minta peserta membentuk 4 (empat) kelompok. Bagikan kertas plano dan spidol warna-
warni. Masing-masing kelompok ditugaskan untuk:
Membuat satu poster tentang ciri-ciri remaja ideal dan sehat. Kelompok 1 dan 2
membuat poster remaja laki-laki lalu kelompok 3 dan 4 membuat poster remaja
perempuan.
4. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran.
132 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi setempat bila dianggap
bertentangan dengan norma, budaya, dan agama/ keyakinan.
Ide pokok:
Penting memiliki pemikiran kritis dalam menyikapi standar tubuh yang tidak realistis
menyangkut penampilan
Citra diri seseorang terhadap tubuhnya dapat mempengaruhi kepercayaan diri, pengambilan
keputusan dan perilaku
Bahan Bacaan
Belajar nyaman dengan diri sendiri merupakan hal yang penting dari harga diri. Anak perempuan
dan perempuan dewasa seringkali merasa cemas dengan tekanan sosial berkaitan dengan
penampilan fisik. Status sosial anak perempuan dan perempuan dewasa sering tergantung
dari penampilannya
Praktik budaya (dari kontes kecantikan hingga sunat perempuan) mendorong tekanan bagi
perempuan muda untuk mencapai kecantikan ideal sesuai dengan budaya. Anak perempuan
dan perempuan dewasa sering kali menjadi subyek dari komentar dan kekerasan seksual yang
mengecewakan, tidak nyaman, dan mengancam. Perempuan dan khususnya anak perempuan
lebih rentan dibandingkan anak laki-laki dengan perasaan negatif tentang tubuh mereka;
perasaan tersebut dapat membuat mereka menjadi mengalami gangguan pola makan.
Beberapa anak perempuan yang memiliki bentuk tubuh yang kurang (atau kepercayaan diri
yang rendah secara umum) merasa mereka harus menyetujui untuk berhubungan seks untuk
mendapatkan cinta dan persetujuan
Anak laki-laki dan laki-laki dewasa juga merasa cemas tentang penampilannya
Mereka mungkin merasa tertekan untuk menjadi kuat secara fisik atau bertubuh atletis
untuk dilihat sebagai maskulin
Anak laki-laki dan laki-laki dewasa juga menjadi subyek komentar seksual dan kekerasan
Beberapa anak laki-laki juga mengalami gangguan pola makan
Anak laki-laki seringkali merasakan bahwa mencari dukungan untuk masalah tubuh dan
penampilan kurang dapat diterima secara sosial dibandingkan dengan anak perempuan
Hampir semua orang dengan ketidakmampuan fisik atau penyakit yang kronis masih tetap
dapat melakukan semua aspek kehidupan termasuk seksualitasnya. Akan tetapi seringkali,
mereka mendapatkan diskriminasi dan isolasi sosial karena status kesehatan dan keadaan
fisiknya. Stigma ini merendahkan kepercayaan diri seseorang tentang tubuh dan kemampuan
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 133
mereka untuk mendapatkan kehidupan sosial (termasuk seksual) yang utuh. Diskriminasi dan
stigma seperti itu juga berdampak pada kemampuan seseorang untuk mendapatkan tempat
tinggal, pekerjaan, dan akses ke ruang publik
Di seluruh dunia, orang dengan ketikdakmampuan atau yang mempunyai kemampuan berbeda
(termasuk orang dengan HIV dan AIDS) telah melakukan usaha untuk menghilangkan stigma
dan diskriminasi tersebut.
Dengan dukungan, semua remaja dapat merasa nyaman dengan penampilan fisiknya. Mereka
juga dapat mengembangkan sumber kepercayaan diri dan nilai dirinya. Sebagai contoh, mereka
dapat berkonsentrasi pada pencapaian akademis, bakat yang kreatif, dan kemampuan lainnya
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Citra diri yang positif akan membantu kita untuk menghargai tubuh dan menjaganya
dari risiko dan kerusakan.
Citra diri yang positif terbangun jika kita mau menerima kelebihan dan kekurangan
tubuh serta menghargainya seperti apa adanya.
Fokuslah mencari hal-hal yang baik, berharga dan menyenangkan pada tubuh dan
dirinya agar bisa menghargai tubuh. Penghargaan terhadap tubuh akan membantu
untuk menolak segala bentuk perilaku yang dapat merusak tubuhnya.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah citra diri, Guru segera
mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling atau merujuk ke Puskesmas
PKPR terdekat mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.
Pesan Kunci
Pahami bahwa belajar merasa nyaman dengan diri sendiri adalah hal penting dari harga
diri.
Tidak usah terpengaruh oleh tekanan sosial dari lingkungan dan media tentang konsep
ideal penampilan tubuh (seperti: jenis dan warna rambut, warna kulit, bentuk tubuh, dsb)
karena akan memberikan rasa tidak nyaman pada diri dan akhirnya mencoba melakukan
praktek-praktek yang berbahaya terhadap tubuh, seperti: suntik untuk kulit lebih putih,
meluruskan dan mewarnai rambut, diet berlebihan dan anoreksia, dsb.
Menghargai tubuh adalah termasuk tidak membiarkan orang lain menyentuh tubuh
secara seenaknya atau sembarangan atas alasan apapun. Tubuh adalah area privat yang
perlu dijaga.
134 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
TOPIK 4.4
PENCEGAHAN KEHAMILAN
Tujuan Pembelajaran:
1. Memahami keuntungan dan risiko penggunaan metode kontrasepsi
Alat Bantu:
1. Kertas metaplan
2. Spidol
3. Gambar alat-alat kontrasepsi yang beredar di Indonesia
Waktu:
90 menit
Langkah pembelajaran:
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Bagikan dua kartu metaplan dan spidol kepada masing-masing peserta.
3. Minta mereka menuliskan kontrasepsi yang mereka ketahui.
4. Ajak peserta berdiri melingkar. Minta mereka menyampaikan pendapat dan menunjukkan
kartunya serta menyusun di lantai berdasarkan:
Hormonal dan non hormonal
Jangka pendek dan jangka panjang
Yang cocok dengan remaja
Yang bagus untuk perlindungan ganda
5. Jelaskan tentang metoda kontrasepsi, beserta keuantungan dan kerugiannya.
6. Tutup sesi dengan menyampaikan ide pokok pembelajaran
Ide pokok:
Beberapa metode kontrasepsi memiliki efek samping dan/atau tidak disarankan untuk
digunakan dalam keadaan tertentu (kontraindikasi) berdasarkan konsultasi dengan tenaga
kesehatan.
Penggunaan kontrasepsi dilakukan agar terdapat perencanaan yang matang dalam
berkeluarga terutama saat bereproduksi
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 135
Bahan Bacaan
Bahan Bacaan
METODE PENCEGAHAN KEHAMILAN
METODE PENCEGAHAN KEHAMILAN
Lembar fakta
Lembar KB KB
fakta : Kondom
: Kondom
Apaitu
Apa ituKondom?
Kondom?
142
Kondom adalah suatu material yang tipis terbuat dari latex (atau juga polyurethane atau juga
usus domba) yang dapat dipasang di penis saat ereksi untuk menampung sperma
136 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Bagaimana cara kerjanya?
Kondom dapat menampung sperma sehingga tidak masuk vagina, anus atau mulut.
Kondom dimasukkan ke penis sebelum ejakulasi atau berhubungan seks. Setelah kondom
terisi sperma dapat dibuka perlahan. Satu kondom digunakan satu kali.
Seberapa efektif?
Kondom efektif untuk mencegah kehamilan dan IMS ketika digunakan dengan benar saat laki-
laki dan pasangannya melakukan hubungan seks.
Efektivitas kondom:
Kondom baik karena mencegah IMS dan tidak perlu resep dokter.
Namun perlu ketrampilan khusus untuk menggunakannya secara tepat dan perlu negosiasi
dengan pasangan.
Kondom perempuan adalah suatu material yang tipis terbuat dari polyurethane yang dipasang
di vagina
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 137
Seberapa efektif?
Kondom perempuan efektif untuk mencegah kehamilan dan IMS ketika digunakan dengan benar
saat perempuan dan pasangannya melakukan hubungan seks. Namun kondom perempuan ini
ternyata kurang efektif mencegah kehamilan dibandingkan metode kontrasepsi lain.
138 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Seberapa efektif?
Pil KB sangat efektif untuk mencegah kehamilan ketika digunakan dengan benar
Petugas kesehatan dapat mengingatkan remaja dimana sebaiknya menyimpan pil KB tersebut
dan bagaimana cara mengingat waktu minum Pil KB secara rutin.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 139
Seberapa efektif?
Suntik KB salah satu metode yang sangat efektif untuk mencegah kehamilan
Apa manfaat menggunakan suntik KB?
Tidak mengganggu atau menghentikan hubungan seks ketika sedang berlangsung
Tidak perlu pengetahuan tertentu, langsung datang ke petugas jika ingin dapat suntik KB
Tidak perlu mengingat-ingat setiap hari
Efektivitas suntik KB
Suntik KB baik bagi perempuan terutama bagi yang kesulitan mengingat waktu minum pil
KB. Namun untuk suntik KB perlu mengingat kapan jadwal kunjungan ulang ke fasilitas yang
tergantung pilihan jenis suntik KB.
Seberapa efektif?
Implant Norplant salah satu metode yang sangat efektif untuk mencegah kehamilan
140 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Apa manfaat menggunakan Implant Norplant?
Mencegah kehamilan hingga lima tahun
Tidak mengganggu atau menghentikan hubungan seks
Tidak perlu mengingat-ingat setiap hari
Efektivitas implant
Implant Norplant baik dan aman bagi perempuan. Namun perlu konsultasi lebih dulu karena
mungkin akan terjadi perdarahan setelah implant dipasang. Ada juga remaja perempuan yang
takut implant yang terpasang di lengan dapat terlihat dari luar. Oleh karena itu petugas harus
meyakinkan bahwa jarang sekali kapsul implant yang tertanam di balik kulit lengan terlihat dari
luar.
Seberapa efektif?
IUD salah satu metode yang sangat efektif untuk mencegah kehamilan
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 141
Apa kerugian menggunakan IUD?
Tidak dapat mencegah IMS
Dapat menimbulkan penyakit peradangan pelvis (PID)
Efektivitas IUD
IUD baik dan aman bagi perempuan yang punya satu pasangan tetap dan bagi perempuan usia
20 tahun yang belum melahirkan beresiko kena PID dan sakit saat menstruasi jika pakai IUD.
Perlu skrinning IMS untuk mendeteksi ada tidaknya PID. Jika remaja beresiko tinggi kena IMS
maka disarankan pakai metode kontrasepsi yang lain misal kondom.
Seberapa efektif?
Beberapa studi menunjukkan bahwa pil emergensi ini dapat mencegah kehamilan 75%.
142 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Menimbulkan nausea dan muntah-muntah
Menyebabkan sakit perut
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Kehamilan yang baik haruslah diinginkan dan pada saat yang tepat, yaitu dalam
pernikahan dan usia produktif (tidak berisiko) didalam janji pernikahan agar dapat
dipertanggung jawabkan oleh pihak laki-laki dan perempuan
Banyak metoda, alat dan obat kontrasepsi saat ini yang membantu untuk mencegah
kehamilan. Alat dan obat kontrasepsi tersebut diciptakan bagi pasangan yang sudah
menikah sehingga membantu mereka untuk mengatur jumlah dan jarak anak
mereka.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah kesehatan reproduksi, Guru
segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling atau merujuk ke
Puskesmas PKPR terdekat mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.
Pesan Kunci
Pahami bahwa cara pencegahan kehamilan terbaik bagi remaja adalah tidak melakukan
hubungan seks pra nikah.
Meskipun kondom banyak dipromosikan dalam konteks pencegahan Infeksi Menular
Seksual dan HIV akan tetapi perlu dipahami bahwa kondom ditujukan untuk kelompok
yang berisiko terhadap IMS dan HIV sebagai bentuk pengurangan dampak buruk seksual
(harm reduction) dan bukan kepada semua populasi umum.
Mempelajari tentang kehamilan dan cara pencegahannya penting dilakukan dalam
konteks perencanaan berkeluarga.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 143
F. KONSEP UTAMA 5: INFEKSI MENULAR SEKSUAL, HIV-AIDS
dan NAPZA
TOPIK 5.1
INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV-AIDS
Tujuan Pembelajaran:
1. Memahami strategi penurunan resiko yang efektif untuk mencegah infeksi menular
seksual termasuk HIV-AIDS
Alat Bantu:
1. Kertas plano
2. Spidol
3. Majalah bekas
4. Gunting
5. Lem kertas
Waktu
60 menit
Langkah pembelajaran
1. Buka sesi dengan menjelaskan sesi pembelajaran
2. Tanyakan kepada peserta:
Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah adalah cara yang terbaik menghindari
risiko IMS dan HIV. Apakah semua remaja bisa mempraktekkannya?
Apa kesulitan yang bisa mereka hadapi saat menerapkannya
3. Minta peserta membentuk 4 (empat) kelompok
4. Tugas kelompok adalah membuat poster secara kreatif untuk mempromosikan bagaimana
tips agar remaja bisa menerapkan tidak berhubungans eks sebelum menikah.
5. Minta kelompok mempresentasikan karya mereka
6. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran
144 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Ide pokok:
Kemampuan komunikasi dan negosiasi dapat membantu remaja melawan tekanan individu
dan kelompok untuk melakukan hubungan seksual.
Bahan Bacaan
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang
timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh infeksi HIV. Akibat menurunnya
kekebalan tubuh pada seseorang maka orang tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti
TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak dan kanker.
Stadium AIDS membutuhkan pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus
HIV di dalam tubuh sehingga bisa sehat kembali.
Dalam penularan infeksi HIV dikenal ada istilah yang disebut dengan ESSE yaitu prinsip dimana
dimungkinkan untuk terjadi penularan HIV dari satu manusia ke manusia lainnya.
ESSE ini adalah kepanjangan dari Exit, Survive, Sufficient dan Enter. Dalam bahasa indonesia
bisa diartikan: ada virus yang keluar dari tubuh penderita, Virus tersebut bisa bertahan hidup,
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 145
jumlah Virus cukup untuk menginfeksi dan adanya jalan masuk virus ke tubuh orang lain. HIV
hanya bisa menular jika empat prinsip ini dipenuhi semua dan tidak bisa menular jika hanya
salah satu atau sebagian prinsip terpenuhi.
E= Exit ini maksudnya ada jalan keluar bagi cairan tubuh yang mengandung HIV yang
ada dalam tubuh seseorang keluar tubuh. Hal semacam ini misalnya jika terjadi luka
atau keluarnya cairan tubuh yang mengandung HIV seperti ketika seseorang melakukan
hubungan seksual. Bagi penularan melalui jarum suntik bisa diartikan karena ada darah
yang tersisa di dalam jarum bekas dan kemudian masuk kedalam tubuh seseorang.
S= Survive ini maksudnya dari cairan tubuh yang keluar ini harus mengandung virus yang
tetap bertahan hidup. HIV bila berada di luar tubuh inangnya (manusia) dia tidak akan
bertahan hidup lama. Ini misalnya ketika cairan tubuh keluar di saat berenang atau berada
dalam udara bebas lainnya. Virus HIV survive pada media hidupnya (darah, cairan sperma,
cairan vagina dan air susu ibu). Cairan keringat dan saliva (ludah) tidak bisa menularkan HIV.
S= Sufficient ini maksudnya kandungan HIV dalam cairan tubuh yang keluar dari orang yang
terifeksi HIV harus ada dalam kandungan/jumlah yang cukup. Jika jumlahnya sedikit, HIV
tidak akan bisa menginkubasi tubuh manusia lainnya. Makin besar jumlah cairan tubuh
(darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu) yang masuk ke tubuh orang lain maka
makin besar kemungkinan menularkan.
Enter= Adanya jalur masuk di tubuh manusia yang memungkinkan kontak dengan cairan
tubuh yang mengandung HIV. Ini mengapa penggunaan kondom serta pelicin kemudian
penting sebab akan meminimalisir terjadinya perlukaan ketika terjadi kontak hubungan
seksual.
146 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Apakah ada pengobatan untuk HIV dan AIDS?
Terinfeksi HIV bukanlah vonis mati. AIDS dapat dicegah dengan pengobatan antiretroviral atau
ARV. Pengobatan ARV menekan laju perkembangan virus HIV di dalam tubuh sehingga orang
dengan infeksi HIV dapat kembali sehat atau bebas gejala. Namun virus HIV masih ada di
dalam tubuhnya dan tetap bisa menularkan pada orang lain.
Apakah orang yang telah terinfeksi HIV boleh berkeluarga dan memiliki keturunan?
Risiko penularan kepada pasangan melalui hubungan seksual dapat dicegah dengan penggunaan
kondom. Pengobatan dengan ARV juga dapat menekan pertumbuhan virus HIV dalam tubuh
manusia sampai ke batas yang tidak terdeteksi sehingga risiko penularan ke pasangan dapat
dikurangi, namun harus tetap menggunakan kondom.
Orang yang telah terinfeksi HIV bahkan tetap dapat memiliki keturunan dengan aman. Melalui
program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA/PMTCT), penularan HIV dari ibu
ke anak saat kehamilan, melahirkan dan menyusui dapat dikurangi sampai 0%. Calon orang
tua dapat menekan risiko penularan pada anak dengan mengetahui status HIV sejak dini.
Berkonsultasilah dengan dokter yang merawat.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 147
Penyakit IMS misalnya:
Sifilis
148 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Ulkus Mole
Klamidia
Herpes Genitalis
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 149
Kutil Kelamin
Gejala yang timbul tergantung pada jenis IMS yang diderita. Beberapa gejala IMS yang mungkin
timbul adalah:
Hindari hubungan seks atau gunakan kondom dalam hubungan seks selama masih dalam
pengobatan. Agar infeksi tidak berulang, ajak pasangan untuk diperiksa dan diobati pula.
Bila IMS tidak mendapakan pengobatan yang tepat, dapat meningkatkan risiko terkena infeksi
HIV, kemandulan, keguguran, atau penularan IMS kepada pasangan atau bayi yang dikandung.
Pengobatan HIV:
Pengobatan HIV dan AIDS pada dasarnya meliputi aspek Medis Klinis, Psikologis dan Aspek
Sosial yang meliputi pengobatan supportive (dukungan), pencegahan dan pengobatan infeksi
oportunistik dan pengobatan antiretroviral.
150 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
ARV atau Antiretroviral
ARV merupakan singkatan dari Antiretroviral, yaitu obat yang dapat menghentikan reproduksi
HIV didalam tubuh. Bila pengobatan tersebut bekerja secara efektif, maka kerusakan kekebalan
tubuh dapat ditunda bertahuntahun dan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga
orang yang terinfeksi HIV dapat mencegah AIDS. Dengan semakin meningkatnya jumlah kasus
infeksi HIV tersebut, ARV memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat sehat melalui
strategi penanggulangan AIDS yang memadukan upaya pencegahan dengan upaya perawatan,
dukungan serta pengobatan.
Hingga saat ini, ARV masih merupakan cara paling efektif serta mampu menurunkan angka
kematian dan berdampak pada peningkatan kualitas hidup orang terinfeksi HIV sekaligus
meningkatkan harapan masyarakat untuk hidup lebih sehat. Sehingga pada saat ini HIV dan
AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan seperti diabetes, asma atau
darah tinggi dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang pembunuh yang menakutkan
IMS juga disebut penyakit kelamin, namun itu hanya menunjuk pada penyakit yang ada di
kelamin. Istilah infeksi menular seksual lebih luas maknanya, karena menunjuk pada cara
penularannya. Tanda-tandanya juga ada di alat penglihatan, mulut, saluran pencernaan,
hati, otak dan bagian tubuh lainnya. Contohnya HIV-AIDS dan Hepatitis B yang menular
lewat hubungan seks, tetapi penyakitnya tidak bisa dilihat dari alat kelaminnya. Artinya, alat
kelaminnya masih tampak sehat meskipun orangnya membawa bibit penyakit-penyakit ini.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 151
Apa saja jenis-jenis IMS itu?
IMS ada banyak sekali jenisnya! Beberapa diantaranya yang paling penting adalah:
GO atau kencing nanah
Klamidia
Herpes kelamin
Sifilis atau raja singa
Jengger ayam
Hepatitis
HIV-AIDS
Di zaman sekarang, Klamidia semakin sering ditemui. Seperti juga GO, klamidia amat sering
membuat orang mandul bila tidak diobati dengan benar. Jengger ayam dan herpes juga sering
ditemui dan biasanya menjengkelkan karena penyakit-penyakit ini kumat-kumatan seumur
hidup. Raja Singa juga akibatnya buruk kalau tidak cepat diobati. Hepatitis kalau sudah
parah juga berbahaya dan merusak hati. Sementara AIDS yang disebabkan HIV dan merusak
kekebalan tubuh manusia juga makin banyak dan membuat orang sakit-sakitan. Sebagian
besar mereka yang tertular HIV meninggal karena AIDS. Obat-obatan untuk mengendalikan
(bukan menyembuhkan) HIV umumnya mahal, sehingga tidak terjangkau kebanyakan orang.
Sementara Herpes, sering kambuh dan sangat nyeri kalau kambuh. Pada Herpes, yang diobati
cuma gejala luarnya saja, tetapi bibit penyakitnya akan tetap hidup di dalam tubuh selamanya.
Catat!Hepatitis juga tidak bisa disembuhkan. Walau begitu, ada jenis Hepatitis tertentu yang
bisa dicegah dengan imunisasi.
Pada perempuan, IMS seringkali tidak menunjukkan gejala. Meski gejalanya tidak ada dan
tidak terasa sakit, IMS ini bisa ditularkan kepada orang lain.
152 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Apa gejala IMS yang paling umum?
IMS sering tidak menujukkan gejala, terutama pada wanita. Namun demikian, ada pula IMS
yang menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:
Keluarnya cairan dari vagina, penis atau dubur yang berbeda dari biasanya. Pada perempuan,
keputihan yang keluar semakin banyak. Warnanya bisa putih susu, kekuningan, kehijauan
atau disertai dengan bercak darah. Bisa pula baunya tidak enak, berbentuk cairan ataupun
serpihan-serpihan seperti pecahan susu.
Perih, nyeri atau panas saat kencing atau setelah kencing, atau menjadi sering kencing.
Luka terbuka, luka basah di sekitar kemaluan atau sekitar mulut. Sifat lukanya bisa nyeri,
bisa juga tidak.
Tumbuhan seperti jengger ayam atau kutil sekitar kemaluan.
Gatal-gatal di daerah alat kelamin.
Bengkak di lipatan paha.
Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak dan nyeri.
Sakit perut di bagian bawah yang kumat-kumatan dan tidak ada hubungannya dengan haid.
Keluar darah sehabis berhubungan seks.
Secara umum merasa tidak enak badan atau demam.
Mencegah Penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) Dan HIV
Bagi remaja, cara utama untuk pencegahan IMS adalah tidak melakukan berhubungan seks
sebelum menikah sama sekali (Abstinensia).
Sebagai pengetahuan bahwa, dalam ilmu medis, ada cara lain untuk menghindari IMS adalah
menggunakan pelindung atau kondom saat berhubungan seks. Cara ini lebih ditujukan pada
pasangan yang sudah menikah atau kelompok yang sudah terlanjur aktif secara seksual dan
berisiko terhadap penularan IMS dan HIV. Tetapi tidak melakukan hubungan seks sebelum
menikah adalah cara paling ideal bagi remaja. Meskipun seks dengan pelindung (kondom)
dapat mencegah IMS dan HIV, akan tetapi remaja secara psikologis akan merasa bersalah
karena melakukan hubungan seks sebelum menikah dan secara sosial bisa mendapatkan
stigma dari lingkungan.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 153
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Penularan Infeksi Menular Seksual berhubungan dengan perilaku. Artinya
mempraktekkan perilaku yang sehat secara konsisten merupakan kunci dari
pencegahan.
Melakukan pencegahan jauh lebih baik dan merupakan pilihan cerdas daripada
tertular dan mengobatinya.
Jika mendapati diri sendiri atau teman sebaya terkena gejala salah satu Infeksi
Menular Seksual, segeralah ke dokter atau Puskesmas PKPR terdekat dan jangan
diobati sendiri karena dibutuhkan obat yang tepat untuk gejala tertentu.
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah Infeksi Menular Seksual,
Guru segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling atau merujuk
ke Puskesmas PKPR terdekat mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.
Pesan Kunci
Hubungan seks pranikah adalah pintu masuk penularan Infeksi Menular Seksual (IMS).
Oleh sebab itu, cara pencegahan paling baik bagi remaja adalah tidak melakukan
hubungan seks pra nikah.
Tolak ajakan dari siapapun untuk melakukan hubungan seks pra nikah meskipun
mengatasnamakan cinta. Karena hubungan seks hanya membuktikan bahwa organ
reproduksi bekerja, adanya hasrat seksual dari perubahan hormon tubuh dan bukan
membuktikan cinta.
Jangan malu mencari bantuan ke Puskesmas PKPR terdekat jika mengalami gejala Infeksi
menular seksual (IMS). Mengobati sendiri bukanlah pilihan bijak karena bisa jadi malah
membuat virus/ bakteri penyebabnya semakin berkembang.
154 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
TOPIK 5.2
MEMUTUS MATA RANTAI STIGMA DAN DISKRIMINASI
TERHADAP ORANG DENGAN HIV DAN AIDS (ODHA)
Tujuan Pembelajaran:
1. Menjelaskan konsep dan penyebab stigma dan diskriminasi yang dihadapi oleh ODHA
(Orang Dengan HIV dan AIDS) serta mampu melawan stigma dan diskriminasi tersebut.
Alat Bantu:
1. Kertas plano/ karton
2. Spidol warna warni
Waktu
90 menit
Langkah Pembelajaran
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Tanyakan kepada siswa:
Jika saat ini ada orang dengan HIV dan AIDS ada disini, hal apa yang ingin kamu tanyakan
kepada mereka? Mengapa?
3. Minta siswa membentuk 4 (empat) kelompok. Bagikan lembar cerita kepada masing-
masing kelompok. Tugas kelompok adalah mendiskusikan:
Bagaimana perasaan anggota kelompok membaca cerita tersebut?
Apa yang dipelajari bagaimana rasanya mendapatkan HIV?
Stigma dan diskriminasi apa yang biasanya dialami oleh orang dengan HIV dan AIDS?
Buat satu poster yang berisi pesan dukungan atau mengakhiri stigma dan diskriminasi
terhadap orang dengan HIV dan AIDS?
4. Presentasikan hasil kerja kelompok.
5. Tanyakan kepada siswa:
Hal penting apakah yang kamu pelajari hari ini?
Bagaimana hal yang kamu pelajari membuat kamu berbeda?
6. Tutup sesi dengan menjelaskan ide pokok pembelajaran
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 155
Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi setempat bila dianggap
bertentangan dengan norma, budaya, dan agama/ keyakinan.
Ide pokok:
Stigma dan diskriminasi terhadap orang dan komunitas tertentu dapat mempersulit
akses terhadap pelayanan dan informasi kesehatan serta pendidikan; sehingga dapat
memperbesar kerentanan mereka
ODHA harus menjadi advokat yang kuat bagi hak-hak mereka, yang dapat diperkuat
dengan dukungan dari masyarakat
ODHA dapat menjadi pendidik dan penggerak kaum muda yang efektif karena pengalaman
mereka, dan mereka dapat memberikan arahan, dan dukungan pada orang muda
Bahan Bacaan
Dibandingkan TB Paru dan Kusta, yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu, AIDS adalah sesuatu
yang amat baru. Indonesia baru mengenal AIDS pada tahun 1987. Adalah wajar kalau kemudian
ada pandangan dan kepercayaan-kepercayaan yang salah mengenai HIV/AIDS ini. Apalagi pada
awal-awal masuknya HIV/AIDS, label tentang Tidak ada obat, kematian, seks, obat bius dan
moral melekat amat erat dengan HIV/AIDS.
Masalahnya sekarang ini adalah abad ke 21, abad kemajuan. Kalau ada stigma dan diskriminasi,
mestinya ya pada awal-awal dikenalnya penyakit. Sekarang sudah waktunya menuju ke Zero
discrimination.
156 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Stigma dan Diskriminasi: Hambatan Utama Pengendalian HIV dan AIDS
Stigma terkait HIV dan AIDS akan diikuti dengan diskriminasi, misalnya perlakuan negatif dan
pembatasan-pembatasan kesempatan yang bisa mempengaruhi seluruh aspek kehidupan
ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS). Mulai dari pergaulan sosial, kesempatan memperoleh
pendidikan dan pekerjaan, pelayanan kesehatan, bepergian, dan lain-lain. Hal ini justru
menghambat upaya pengendalian HIV/AIDS, membuat AIDS tetap menjadi the silent
killer(pembunuh yang diam).
Ketidaktahuan bisa diakibatkan karena orang memang tidak tahu atau memperoleh informasi
yang salah. Hal ini akan menimbulkan sikap negatif yaitu stigma yang memberi label atau cap
kepada ODHA dengan predikat-predikat yang tidak baik. Akibat dari sikap tersebut tumbuhlah
perilaku diskriminatif, dimana yang paling menonjol adalah: perbedaan perlakuan, penolakan
dan pembatasan.
Satu-satunya yang diuntungkan dengan adanya stigma dan diskriminasi hanyalah virus AIDS,
karena banyak orang takut mengetahui status HIVnya, dan yang sudah tahu kalau dirinya HIV
positif akan kesulitan mengakses pelayanan. Penularan dan kematian yang terkait dengan AIDS
akan jalan terus. Inilah tantangan sekaligus ancaman stigma dan diskriminasi harus dijawab.
Tujuan pengendalian HIV dan AIDS di Indonesia adalah menurunnya jumlah kasus baru
HIV (target jangka panjang:zero new infection atau nol infeksi baru), menurunnya tingkat
diskriminasi (target jangka panjang: zero discrimination atau nol diskriminasi), dan
menurunnya angka kematian AIDS (target jangka panjang:zero AIDS related deaths atau nol
kematian karena AIDS) serendah mungkin serta meningkatnya kualitas hidup ODHA,
Dalam kaitan dengan upaya mencapai zero discrimination, karena stigma dan diskriminasi
disebabkan oleh ketidaktahuan dan ketidakpedulian, maka cara yang terbaik untuk
mengatasinya adalah dengan meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan kepedulian
akankebutuhan pribadi dan orang lain.
Berdasarkan UU Kesehatan dan UU HAM, Kesehatan adalah Hak Asasi Manusia yang meliputi
hak untuk mengetahui dan melindungi kondisi kesehatan pribadi, hak untuk mempertahankan
derajat kesehatan pribadi serta hak untuk meningkatkan kesehatan pribadi keluarga dan
masyarakat. Bila pengetahuan komprehensif masyarakat mengenai HIV dan AIDS baik, maka
hal-hal positif yang terjadi antara lain:
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 157
1. Masyarakat dapat melaksanakan sendiri perilaku hidup yang tidak berisiko terhadap
penularan HIV dan AIDS. Walaupun AIDS belum ada obat yang menyembuhkan tuntas,
tetapi AIDS dapat dicegah dan dihindari.
2.Karena sudah punya pengetahuan, maka stigmatisasi menurun dan otomatis diskriminasi
juga turun. Berkurangnya pembedaan perlakuan, penolakan dan pembatasan akan
meningkatkan kualitas hidup ODHA baik jasmani, rohani dan sosial.
3.Orang tidak takut lagi meminta tes untuk mengetahui status HIV-nya. Dengan mengetahui
status HIV maka kita dapat mengambil langkah-langkah terbaik bagi yang kemudian
ternyata HIV positif maupun yang HIV negatif
4. ODHA dapat dengan mudah mengakses ARV. Dengan akses obat yang lancar dan
berkesinambungan, kualitas dan umur harapan hidup akan meningkat. Stigma semakin
berkurang karena kematian dan kondisi buruk sebagai salah satu penyebab stigma sudah
tereliminasi.
Akhirnya, lingkaran setan pun menjadi berbalik kata: masyarakat menjadi semakin tahu, makin
tidak takut, makin tidak ada stigma, makin tidak ada diskriminasi, dan seterusnya sampai tercapai
cita-cita: zero discrimination yang kontribusinya amat besar dalam menghentikan penularan
dan menghentikan kematian yang berhubungan dengan AIDS. Sayang bahwa perjalanan kita
tidak selamanya lancar. Apalagi yang kita hadapi adalah stigma dan diskriminasi. HIV dan AIDS
adalah sesuatu yang sensitif sehingga dalam memberikan penyuluhan tidak boleh gegabah.
Oleh sebab itu dikatakan tantangan sekaligus ancaman.
UNTUK GURU
1. Pesan Kunci
Mempraktekkan perilaku hidup sehat secara konsisten adalah cara pencegahan HIV
terbaik.
Meskipun dengan status HIV nya, ODHA berhak untuk hidup sehat. Dukungan
keluarga dan orang disekitar mereka sangat diperlukan dan berarti untuk membantu
mereka membangun hidup sehat.
Stigma dan diskriminasi telah menghambat upaya penurunan kasus HIV. Stigma dan
diskriminasi muncul dari ketidaktahuan dan ketidakpedulian masyarakat.
Memutus mata rantai stigma dan diskriminasi akan membantu memutus mata
rantai penularan HIV karena telah terbangun pengetahuan dan kepedulian dari
semua orang
2. Jika terpantau ada peserta didik yang mengalami masalah Infeksi Menular Seksual,
Guru segera mengajak peserta didik berdialog atau melakukan konseling atau merujuk
ke Puskesmas PKPR terdekat mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan.
158 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
UNTUK PESERTA DIDIK
Pesan Kunci
Miliki informasi yang lengkap dan akurat tentang cara penularan dan pencegahan IMS
dan HIV.
Hindari alkohol dan NAPZA yang dapat mempertinggi risiko tertular IMS dan HIV karena
alkohol dan NAPZA membuat kita tidak bisa mengontrol perilaku secara sehat.
Segera lakukan konseling dan tes jika merasa diri kita telah melakukan perilaku yang
berisiko terhadap IMS dan HIV.
Bangun pengetahuan dan kepedulian yang lebih baik diantara teman sebaya untuk
menurunkan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA.
Libatkan ODHA untuk menjadi pendidik bagi remaja agar terhindar dari HIV serta advokat
untuk memperjuangkan hak-hak mereka .
Pantau dan catat kasus-kasus pelanggaran hak termasuk stigma dan diskriminasi lalu
dorong Pemerintah untuk menjamin kehidupan ODHA secara lebih baik.
Dukung ODHA untuk selalu hidup lebih sehat
LEMBAR CERITA
Saya adalah seorang perempuan Sunda berusia 20 tahun dan positif HIV, virus yang menyebabkan
AIDS. Ketika kecil, saya telah kehilangan kedua orang tua dan dibesarkan oleh kakak perempuan
tertua saya. Ketika berusia 17 tahun, saya hamil dan memeriksakan kehamilan di Puskesmas
terdekat di mana saya mendapatkan tes HIV. Ketika saya diberitahukan bahwa hasil tes saya
adalah positif, saya tidak dapat mempercayainya. Selama ini saya merasa sehat dan tampak
sehat. Sepertinya hal tersebut tidak nyata. Saya tidak ingin mati. Ketika saya sampaikan ini
kepada pacar saya, dia mentertawakannya. Dia berkata yang benar saja, kamu tidak tampak
sakit, mereka hanya mencoba menakuti kamu saja. Tetapi ketika dia juga ikut tes ternyata dia
juga terinfeksi. Beruntungnya kakak perempuan saya sangat penyayang. Dia membantu saya
untuk pengobatan dan memberikan dukungan dengan berbagai cara. Saya telah memutuskan
bahwa saya tidak akan membiarkan HIV menjadi penghalang bagi kehidupan saya. Jika saya
memilih, saya akan terus berjuang. Sangat beruntung karena saya telah di tes sehingga saya
bisa memulai terapi ARV yang menjaga saya tetap sehat dan melindungi bayi saya untuk lahir
tanpa HIV. Hal yang paling berat bagi saya adalah ketika orang memperlakukan saya dengan
buruk karena keadaan saya. Saya tidak tahu berapa lama saya akan tetap sehat tetapi saya
menjalani kehidupan saya dengan sungguh sungguh. Saya adalah seorang ibu yang baik dan
saya memiliki pekerjaan yaitu mengajar remaja tentang bagaimana melindungi diri sendiri dan
pasangan dari virus ini.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 159
TOPIK 5.3
NAPZA
Tujuan Pembelajaran:
Menjelaskan pengertian Napza, jenis, dan dampak dari penggunaan Napza kaitannya dengan
HIV AIDS
Alat Bantu:
Lembar kasus
Waktu
90 menit
Langkah Pembelajaran
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Guru menjelaskan kepada peserta didik tentang informasi Napza dan HIV dan AIDS
3. Guru menguraikan lebih lanjut tentang informasi Napza dan HIV AIDS secara lebih rinci,
dan segala hal yang berkaitan dengan informasi yang sedang dibicarakan
4. Setelah guru selesai memberikan informasi, beri kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya
5. Untuk dapat lebih memahami informasi Napza dan HIV AIDS yang disampaikan, peserta
dapat membaca lembar informasi
6. Pada akhir kegiatan, guru memberikan penegasan mengenai makna dari seluruh kegiatan
yang telah dilaksanakan ini
Bahan Bacaan
NAPZA
A. Pengertian
Napza singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Menurut WHO definisi dari
Napza adalah sesuatu yang dimasukkan ke dalam tubuh baik berupa zat padat, cair, maupun
160 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
gas yang merubah fungsi tubuh secara fisik maupun psikis, tidak termasuk makanan, air, dan
oksigen yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi tubuh yang normal.
Obat-obatan psikotropika adalah sesuatu unsur yang dapat merubah salah satu atau lebih
fungsi dari tubuh yaitu merubah jalan pikiran seseorang. Seperti kita ketahui bahwa ada zat
yang dapat merubah jalan pikiran dan dipakai dalam upacara ritual, dunia kedokteran, atau
tujuan untuk rekreasi/santai.
Ada cara pemakaian obat-obatan yang berhubungan dengan budaya, oleh karena itu
pemakaiannya ada yang dibolehkan dan ada yang tidak. Sebagai contoh kokain dan heroin
pada awal abad ini (oleh suku/etnik Indian) ini diperbolehkan tetapi sekarang dilarang.
Beberapa tahun terakhir ini tembakau sudah mulai disorot dari segi medis dan sosial sesuai
dengan bertambahnya lmu pengetahuan tentang keguanaan dan efek samping dari tembakau
tersebut.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 161
1. Apa yang dimaksud dengan penyalahgunaan obat-obatan
Pemakaian obat dan zat-zat berbahaya dengangan maksud bukan untuk pengobatan atau
penelitian serta digunakan tanpa mengikuti aturan serta dosis yang benar.
2. Alasan seseorang menggunakan Napza
Apapun alasannya pemakaian obat-obatan/Napza ini baik untuk pengobatan medis
atau untuk rekreasi tujuannya tetaplah merubah keadaan perasaan/mood seseorang.
Pemakaian obat dalam jangka pendek menghilangkan rasa sakit, mengurangi stress,
meningkatkan rasa nikmat, mengurangi hambatan-hambatan emosi, dan menghilangkan
perasaan euforia.
Berbagai alasan seseorang menyalahgunakan Napza antara lain:
Penggunaan coba-coba
Keinginan dan godaann untuk bereksperimen efek yang singkat pada tubuh
Penggunaan rekreasi atau penggunaan untuk hubungan sosial
Sekelompok orang yang dapat memakai obat-obatan terlarang untuk mencapai efek sama
dengan lingkungan sosial tertentu
Contoh: menggunakan alkohol bersama-sama untuk tujuan santai dan mengurangi hambatan
psikologis
Seseorang dapat menggunakan untuk masuk dalam kelompok sosial tertentu
Penggunaan untuk pribadi:
- Untuk menghilangkan rasa sakit
- Untuk menambah energi
- Untuk relaks/santai dan mendapat kegembiraan
- Untuk pengobatan penyakit
Contoh: seseorang menyukai ganja untuk menambah nafsu makan
Penggunaan untuk mengatasi masalah psikologis
- Melarikan diri dari masalah pribadi, megatasi masalah rendah diri, kesepian, kebosanan,
keretakan keluarga, masalah pergaulan, dan masalah pengangguran
- Menghilangkan kejemuan
- Menghilangkan stres
- Melarikan diri dari trauma psikis atau trauma fisik misalnya kecelakaan, kematian,
masalah seksual, dan lain-lain
Penggunaan untuk hal-hal lainnya
- Pengaruh tekanan teman sebaya atau faktor lingkungan
- Nafsu ingin atau menentang level sosial atau struktur sosial tertentu
- Untuk mencapai puncak dalam upacara ritual keagamaan dalam agama/kepercayaan
tertentu
162 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
C. Bagaimana Napza Dipakai sebagai Pengobatan
Seseorang umumnya diberi obat untuk tujuan pengeobatan. Mereka sebaiknya mengerti
bahwa isi dari resep dipakai hanya dibawah pengawasan dokter dan sesuai dengan aturan
pemakaian. Obat yang diresepkan pada seseorang tidak diperbolehkan diberi pada orang lain
tanpa sepengetahuan tenaga medis/dokter.
3. Ketergantungan
Tak ada obat yang menjadikan ketergantungan fisik atau psikis secara langsung. Bagaimanapun
akibat yang berhubungan dengan obat-obatan dapat terjadi di semua tahap pemakaian, mulai
dari coba-coba sampai ketergantungan. Semua obat dapat menjadi masalah bila dipakai
berlebihan atau tidak menurut aturannya. Obat dapat menyebabkan sehat dan dapat pula
menjadikan masalah pada remaja oleh karena itu perlu perhatian terhadapnya.
Ketergantungan fisik: adalah konsisi pada seseorang untuk menjalankan fungsi tubuh normal
sehari-hari diperlukan obat-obatan (Napza), bila tidak digunakan akan terjadi perubahan fungsi
Ketergantungan psikis: pengguna yang menggunakan Napza tersebut merasa sangat yakin
bahwa ia akan mengalami sesuatu yang sulit/kesulitan bila penggunaan obat dihentikan oleh
karena tidak ada orang yang dapat menolongnya kecuali Napza.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 163
5. Bagaimana cara obat digunakan?
Ada beberapa cara atau metode pemakaian obat ini, meliputi: dimakan, ditelan, dihisap,
disuntik, dihirup melalui hidung, disedot melalui hidung, dan ditempel dikulit.
Penggunaan melalui penyuntikan dan penghirupan berpengaruh sangat cepat sesuai dengan
aliran darah ke otak. Pengguna biasanya memilih cara/metode yang tercepat meskipun
kadang-kadang cara yang digunakannya sendiri tidak tepat atau berbahaya.
Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) melaporkan sampai tahun 2003 kenaikan jumlah
pengindap HIV dikalangan penggunan Napza meningkat sangat tajam. Hasil survei di Jakarta
menyatakan bahwa Napza yang paling digemari adalah heroin dan penggunaan yang paling
digemari adalah penyuntikan.
Di Indonesia, para pengguna Napza jarum suntik merupakan bagian yang cukup besar dalam
persentase keseluruhan kasus HIV dan AIDS. Data dari Depkes pada akhir Juni tahun 2007 lebih
dari 50% kasus AIDS cara penularannya melalui Napza dengan jarum suntik. Cara penyuntikan
menyebabkan resiko yang berbahaya, terutama pada jarum yang dipakai bergantian.
164 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Khusus pengguna dalam penjara atau tahana, mereka hampir tak mungkin mendapatkan
jarum suntik yang suci hama/bersih, sehingga tempat itu merupakan tempat penyebaran
HIV yang sangat cepat.
D. Jenis-jenis Napza
Napza berdasarkan efeknya terhadap susunan syaraf dibagi menjadi 3 bagian:
Depresan
Stimulan
Halusinogen
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 165
Depresan
Depresan maksudnya adalah bahwa efek dari obat-obatan ini menurunkan atau menekan kerja
susunan syaraf pusat, walaupun tidak selalu membuat pengguna menjadi merasa tertekan.
Efek obat ini tergantung pada konsentrasi dan berapa banyak digunakan.
Depresan menghasilkan suasana relaks pada dosisi rendah. Beberapa depresan dapat
menyebabkan euforia/perasaan gembira serta rasa tenang dan nyaman. Obat ini boleh
dikatakanwind window atau mengurangi kegelisahan, stres atau kesulitan untuk relaks/
santai. Oleh karena menekankerja susunan syaraf pusat obat ini mempengaruhi koordinasi
anatara susunan syaraf dengan motorik, konsentrasi, dan cara membuat keputusan. Hal ini
membuat menjadi sangat berbahaya bila selama minum obat-obatan/Napza mengendarai
kendaraan atau mengoperasikan mesin-mesin tertentu.
Dalam dosis besar depresan ini dapat menyebabkan tidaksadarkan diri oleh karena efek
menurunkan frekuensi pernapasan dan denyut jantung. Seseorang dapat berbicara menjadi
lambat, tanpa gerak, dan tanpa koordinasi. Efek lain dalam dosis besar adalah mual, muntah,
dan pada keadaan ekstrim dapat mengakibatkan kematian.
Stimulan
Stimulan maksudnya adalah efek dari obat-obatan ini merangsang atau meningkatkan
kerja susunan saraf pusat dan membuat pengguna merasa lebih segar, lebih waspada, dan
percaya diri. Obat-obatan/Napza ini dapat meningkatkan denyut jantung, temperatur tubuh,
dan tekanan darah. Tergantung kekuatan atau dosis obat, efek lain terhadap tubuh yaitu
menurunkan nafsu makan, pelebaran pupil, banyak bicara, gelisah, dan sulit tidur.
Dosis lebih tinggi dapat menyebabkan gelisah, sakit kepala, kram perut, cepat marah, paranoid/
curiga, dan panik. Pemakaian lama dari stimulan yang kuat juga menghasilkan efek seperti
disebut di atas.
166 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Halusinogen
Halusinogen maksudnya adalah efek dari obat tersebut menyebabkan terjadinya halusinasi.
Halusinasi ialah gangguan/penyimpangan persepsi dari kenyataan. Pengguna dapat mengalami
gangguan atau distorsi dari persepsi pendengaran, persepsi penglihatan, misalnya objek yang
kecil menjadi besar. Efek dari halusinogen sulit diprediksi, selalu tergantung dari suasana hati
pengguna.
1. Faktor Individu
Penyalahgunaan obat dipengaruhi oleh: keadaan mental, kondisi fisik dan psikologis
seseorang. Kondisi mental seperti gangguan kepribadian, depresi, dan retardasi mental dapat
memperbesar kecenderungan seseorang untuk menyalahgunakan Napza. Faktor individu
pada umumnya ditentukan oleh dua aspek, yaitu:
a. Aspek Biologis
Para ahli menunjukkan bukti-bukti bahwa faktor genetik berperan pada alkoholisme serta
pada beberapa bentuk perilaku yang menyimpang dan antisosial termasuk penyalahgunaan
zat. Juga kelainan-kelainan biokimiawi yang spesifik didapatkan pada orang-orang yang
mengalamai ketergantungan obat atau alkohol.
b. Aspek Psikologis
Sebagian besar penyalahgunaan obat dimulai pada masa remaja. Beberapa ciri
perkembangan masa remaja dapat mendorong seseorang untuk menyalahgunakan obat
terlarang, yaitu kepercayaan diri yang kurang, ketidakmampuan mengelola masalah/stres
yang dihadai,coba-coba dan berpetualang untuk memperoleh pengalaman baru yang
membuat remaja terjerumus pada penyalahgunaan obat telarang.
Pada sebagian remaja, penyalahgunaan zat merupakan alat interkasi sosial, yaitu agar
diterima oleh teman-eman sebaya. Biasanya merupakan perwujudan dari penentangan
terhadap otoritas orang tua, peraturan tata tertib yang dulunya dipatuhi, dalam rangka
bereksplorasi mencari identitas diri serta agar dianggap sudah dewasa.
Eksplorasi seksual bisa mendorong penyalahgunaan zat baik untuk mengurangi hambatan
psikologis, meningkatkan fantasi, sensasi, dan mengatasi rasa bersalah. Pada usia remaja
awal umumnya mempunyai kepercayaan ang unik tetapi keliru, bahwa apa yang terjadi
pada orang lain tidak akan terjadi padanya termasuk akibat-akibat penyalahgunaan obat/
zat adiktif.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 167
Terdapat 6 faktor (yang dapat berdiri sendiri atau bergabung satu sama lain) untuk menjelaskan
mengapa dapat terjadi penyalahgunaan obat terlarang sedang orang lain tidak, yaitu:
Kebutuhan untuk menekan frustasi dan dorongan agresif
Ketidakmampuan menunda keputusan
Tidak ada identifikasi seksual yang jelas
Kurang kesadaran dan upaya untuk mencapai tujuan-tujuan yang dapat diterima secara
sosial
Menggunakan perilaku yang menyerempet bahaya untuk menunjukkan kemampuan diri
Menekan rasa bosan
Pada masa anak-anak terdapat ciri perilaku yang mungkin menunjukkan seorang calon
penyalahgunaan zat dikemudian hari, seperti gangguan tingkah laku di sekolah, gangguan
perilaku ringan, kurang patuh terhadap hukum, dan kurang rasa keagamaannya.
3. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor sosiologis yang dianggap dapat menyebabkan penyalahgunaan zat:
a. Hubungan dalam keluarga
Keluarga yang memiliki masalah penyalahgunaan zat sering ditandai oleh Ibu yang
dominan, overprotectif atau terlalu melindungi, ayah yang memisahkan diri dan tidak
mau terlibat dalam keluarga.
Selain itu juga didapat perubahan-perubahan antara sikap membujuk dengan konflik
antara perlindungan yang berlebihan dengan mengabaikan individualitas anak dan adanya
paksaan orang tua terhadap sukses yang mendorong anak melarikan diri ke alam impian
melalui obat.
b. Pengaruh teman
Pengaruh teman bagi terjadinya penyalahgunaan zat/obat terlarang sangat penting pada
masa remaja. Hukum kelompok teman sebaya (pemukulan dan terutama pengucilan) bagi
mereka yang mencoba menghentikan pemakaian zat/obat terlarang tertentu dirasakan
lebih berat dari bahaya penyalahgunaan zat itu sendiri.
c. Pengaruh lingkungan
Penyalahgunaan zat/obat terlarang sejak lama diakui sebagai salah satu sumber bagi
penerimaan keberadaan seseorang di lingkungan tertentu, dan selanjutnya akan diperkuat
oleh budaya penggunaan yang ada di lingkungan tersebut.
Secara umum urutan tahapan penyelahgunaan zat/obat terlarang terbagi dalam beberapa
tahapan berikut ini:
168 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
1) Resiko Kecil
Yaitu anak atau remaja yang mempunyai karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut:
a. Sehat secara fisik maupun mental
b. Mempunyai kemampuan penyesuaian atau adaptasi sosial yang baik
c. Memiliki sikap jujur dan bertanggungjawab
d. Mempunyai cita-cita yang rasional
e. Dapat mengisi waktu senggang secara positif
2) Resiko Besar
Yaitu anak atau remaja yang mempunyai karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai sifat mudah kecewa dan untuk mengatasinya cenderung agresif dan
destruktif
b. Bila mempunyai keinginan tidak bisa menunggu, menuntut kepuasan segera
c. Pembosan, sering merasa tertekan. Murung atau tidak sanggup berfungsi dalam hidup
sehari-hari
d. Suka mencari sensasi. Melakukan hal-hal yang berbahaya/mengandung resiko
e. Kurang dorongan untuk berhasil dalam pendidikan, pekerjaan atau kegiatan lain,
prestasi belajar buruk, partisipasi pada kegiatan ekstrakurikuler kurang, kurang berolah
raga, dan cenderung makan berlebihan
f. Mempunyai rasa rendah diri, kecemasan, obsesi, apatis, menarik diri dari pergaulan,
depresi, kurang mampu menghadapi stres, serta hiperaktif
g. Suka tidur larut malam
h. Ada riwayat penyimpangan perilaku hubungan seksual dini, putus sekolah dan perilaku
antisosial pada usia dini (agresivitas, membohong, mencuri, mengabaikan peraturan,
mulai merokok pada usia dini).
i. Merasa hubungan dalam keluarga kurang dekat, ada keluarga yang alkoholik, atau
pemakai obat-obatan
j. Berteman dengan alkoholik/penyalahgunaan zat psikoaktif, kehidupan agam ayang
kurang religius
3) Coba-coba
Kontak pertama dengan obat/zat terlarang seperti ganja sering terjadi pada usia remaja.
Berkumpul bersama teman sebaya lalu bila salah seorang menghisap ganja maka yang
lain pun akan mencobanya, mungkin sekedar ingin tahu, mungkin juga memperlihatkan
kehebatannya. Kebanyakan tidak melanjutkan pengalaman pertama ini. Beberapa
kemudian melanjutkan proses eksperimentasi atau coba-coba ini dengan mencoba zat-
zat lain dengan cara-cara yang lebih canggih.
4) Kadang-kadang
Sebagian setelah tahap coba-coba kemudian melanjutkan pemakaian zat psikotropika
sehingga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, karena
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 169
pemakaian bahan-bahan tersebut masih terbatas, tidak ada perubahan mendasar yang
dialami pemakai. Mereka tetap dapat bersekolah atau bekerja seperti biasa.
5) Ketagihan
Pada tahap ini, frekuensi, jenis dan dosis yang dipakai meningkat, termasuk bertambahnya
pemakaian bahan-bahan beresiko tinggi. Gangguan fisik, mental, dan amasalah-masalah
sosial makin jelas. Tahap ini sering disebut tahap kritis karena ada bahaya yang nyata.
Meskipun demikian, pada beberapa pemakai (dengan bantuan) masih dapat berhenti
pada tahap ini.
6) Ketergantungan
Merupakan bentuk ekstrim dari ketagihan, upaya mendapatkan zat-zat psikoaktif dan
memakainya secara teratur merupakan aktivitas utama sehari-hari, mengalahkan semua
kegiatan lain, kondisi fisik dan mental terus menerus menurun, hidup sudah kehilangan
makna. Keadaan pemakai selalu membutuhkan obat tertentunagar dapat berfungsi
secara wajar baik fisik maupun psikologis. Ketergantungan fisik misalnya badan menjadi
lemah dan sensi-sendi terasa nyeri pada saat tidak menggunakan obat dalam jangka
waktu tertentu. Ketergantungan secar psikologis ditunjukkan oleh adanya perasaan
tidakpercaya diri dalam pergaulan sehari-hari jika tidak menggunakan obat.
Efek obat bagi tubuh tergantung jenis obat yang digunakan, banyak dan sering tidaknya
menggunakan, cara menggunakannya serta apakah digunakan bersamaan dengan obat lain,
juga tergantung dari berbagai faktor biologis (misalnya kepribadian, harapan atau perasaan saat
memakai) dan faktor biologis (seperti berat badan, kecenderungan alergi tertentu) pemakai.
Secara fisiologis organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem saraf pusat (otak
dan sumsum tulang belakang), organ-organ otonom (jantung, paru, hati, ginjal), dan panca
indera (karena yang dipengaruhi adalah susunan sarafpusat). Pada hakikatnya, penyalahgunaan
obat ini:
1. Dampak Fisik
Dampak secara alamiah dapat secara langsung oleh bahan yang dipakai, maupun secara tidak
langsung, misalnya karena bahan pencampur, pemakaian tidak sesuai aturan atau karena
buruknya sterilisasi alat yang dipakai. Berikut ini adalah macam-macam gangguan jasmaniah
akibat penyalahgunaan zat:
a. Gangguan pada sistem saraf (neurogis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan
kesadaran, kerusakan saraf tepi
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler seperti: infeksi, akut otot
170 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
jantung, gangguan peredaran darah)
c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: pernanahan (abses), bekas suntikan, dan alergi
d. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran
bernapas, pengerasan jaringan paru-paru, penggumpalan benda asing yang terhirup
e. Gangguan pada hemopoetik, seperti: pembentukan sel darah terganggu
2. Dampak Psikis
Bermacam-macam gangguan kejiwaan seperti psikotik (gangguan jiwa berat), depresi, tindak
kekerasan, dan pengrusakan, percobaan bunuh diri dapat dijumpai pada penyalahgunaan zat.
Depresi sering muncul sebagai akibat rasa bersalah dan putus asa karena gagal berhenti
dari penyalahgunaan zat, terlebih lagi adanya sikap yang menyudutkan/menyalahkan dari
pihak keluarga yang bersangkutan. Beberapa pemakai sudah mempunyai masalah kejiwaan
sebelumnya dan penyalahgunaan zat merupakan cara untuk mengatasinya.
Perlu diperhatikan kemungkinan adanya gangguan medis dan kejiawaan pada seseorang
penyalahgunaan zat, karen ayang bersangkutan biasanya tidak melaporkan hal itu. Mungkin
karena tidak disadari atau tidak merasakannya, misalnya rasa nyeri dapat tertutup oleh efek
analgesik obat yang digunakan.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 171
Jenis Napza Gejala Gejala Putus Intoksikasi
Pemakaian Obat
Ganja (kanabis) Gembira, santai, Susah tidur, Panik, ngantuk, agak
kepala berat, mata gelisah, makan demam, pupil membesar,
merah, gejala kurang koma, kematian
gangguan jiwa
(curiga berlebih).
Flash back.
Dan moralitas
berkurang
Barbiturat Mula-mula gelisah, Gelisah, sukar Gelisah, pengendalian
ngantuk, daya tidur, muntah- diri berkurang, banyak
ingat dan daya muntah, gemetar, bicara, suka bertengkar,
pikir berkurang, dan kejang-kejang bicara tak jelas, jalan
malas bicara dan tak seimbang, napas
tindakan lambat berkurang, koma,
kematian
172 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Berkawan dengan orang yang tergolong peminum berat atau pemakai obat secara
berlebihan
Sudah mulai merokok pasda usia yang lebih dini daripada rata-rata perokok lainnya
Kehidupan keluarga atau dirinya kurang religius
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 173
d. Mulai melupakan tanggung jawab rutinnya di rumah
e. Tidak mau mempedulikan aturan keluarga
f. Sering pulang lewat jama malam dan menginap di rumah teman
g. Sering pergi ke disko, mall, atau tempat-tempat keluyuran (menghabiskan waktu untuk
kegiatan yang sia-sia)
h. Pola tidur berubah, pagi susah dibangunkan, malam suka begadang
i. Bila ditanya sikapnya defensif atau penuh kebencian
j. Menghabiskan uang tabungannya dan selalu kehabisan uang
k. Sering mencuri uang dan barang-barang berharga di rumah dan ini sering tidak
diketahui
l. Sering merongrong keluarganya minta uang dengan berbagai alasan
m. Malas mengurus diri
n. Sering tersinggung dan mudah marah
o. Menarik diri dan sering di kamar, dan mengunci diri
p. Sering berbohong
q. Banyak menghindar dari pertemuan dengan anggota keluarag lainnya
r. Bersikap kasar terhadap anggota keluarga
s. Sering dijumpai dalam keadaan mabok, bicara pelo, dan jalan sempoyongan
t. Ada obat-obatan, kertas timah, bau-bauan yang tidak biasa di rumah atau ditemukan
jarum suntik namun ia akan mengatakan bahwa barang-barang itu bukan miliknya
174 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
LAMPIRAN 1
PRE POST TEST PENDIDIKAN KESEHATAN
REPORODUKSI YANG KOMPREHENSIF
BAGI SISWA SMA/SMK/MA
Pilihlah jawaban apakah anda Setuju (S) atau Tidak Setuju (TS) dengan pernyataan dibawah
ini dengan memberi tanda centang (V) pada kolom jawaban yang sesuai
No Pernyataan Jawaban
Setuju Tidak
Setuju
1 Penerimaan dan dukungan yang baik dari keluarga akan
membantu remaja untuk percaya diri menolak pengaruh buruk
dari lingkungan sekitarnya
2 Hubungan seksual adalah ekspresi tertinggi dari rasa cinta
3 Hubungan seksual pada remaja selalu terjadi dengan
terencana
4 Jika didiamkan maka kekerasan dalam hubungan yang terjadi
akan berhenti dengan sendirinyai nanti
5 Seorang yang kita cintai tidak mungkin menjadi pelaku
kekerasan
6 Stigma dan diskriminasi mengambil hal terbaik dari diri
seseorang termasuk semangat untuk memperjuangkan masa
depan
7 Remaja boleh menikah kapan saja jika saling cinta
8 Jika kita menolak ajakan teman untuk melakukan sesuatu
yang tidak kita sukai maka kita bisa disebut tidak memiliki
solidaritas pertemanan
9 Remaja tidak perlu mencari informasi tentang tempat-tempat
layanan kesehatan reproduksi remaja karena belum tentu
dibutuhkan nanti
10 Laki-laki semakin maskulin jika berani menantang bahaya
meskipun bisa merusak kesehatan
11 Ketika perempuan mengatakan tidak saat diajak melakukan
hubungan seksual oleh pacarnya itu berarti dia tidak sungguh-
sungguh menolak karena memang sifat perempuan suka
dirayu dahulu
12 Jika mendapatkan informasi tentang kontrasepsi maka remaja
cenderung untuk mencoba mempraktekkan hubungan seksual
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 175
13 Orang yang terinfeksi HIV pasti memiliki perilaku yang buruk
dalam hidupnya
14 Orang dengan HIV positif seharusnya tidak boleh berada di
sekolah karena bisa menularkan virusnya kepada orang lain
15 Dukungan positif bisa membuat kualitas hidup orang yang HIV
positif menjadi lebih baik
Pilihlah jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberikan tanda silang (X) pada
tempat yang disediakan
2. Stigma adalah....
a. Pembedaan perlakuan terhadap sesama manusia karena perbedaan warna kulit,
golongan, suku, ekonomi, agama, dsb
b. Label atau cap negatif yang diberikan kepada seseorang
c. Pembatasan kesempatan seseorang
d. Pengabaian seseorang dalam masyarakat
4. Berikut ini adalah ciri-ciri orang yang bersikap atau berperilaku asertif, kecuali....
a. Mampu untuk berkata tidak jika diajak melakukan sesuatu yang berisiko
b. Mampu mengekspresikan perasaan positif dan negatif
c. Rela mengikuti kemauan semua orang demi menyenangkan hati orang tersebut
d. Mampu meminta pertolongan jika membutuhkan
176 MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
5. Perubahan fisik, mental dan sosial pada remaja laki-laki pada masa pubertas dipengaruhi
oleh hormon....
a. Estrogen
b. Testosteron
c. Progesteron
d. Prolaktin
6. Berikut adalah alasan remaja boleh melakukan hubungan seks sebelum menikah....
a. Membuktikan rasa cinta
b. Mengikat pacar agar bisa lanjut hingga ke jenjang perkawinan nanti
c. Ingin membahagiakan pasangan
d. Semua salah
7. Alat kontrasepsi manakah dibawah ini yang efektif mencegah kehamilan sekaligus
mencegah infeksi menular seksual dan HIV.....
a. Pil KB
b. Kondom
c. IUD
d. Suntik KB
8. Cara paling aman untuk mencegah penularan infeksi menular seksual adalah....
a. Tidak melakukan hubungan seksual sama sekali hingga saat yang tepat dalam
perkawinan
b. Meminta perempuan minum pil KB sebelum melakukan hubungan seksual
c. Minum antibiotik setelah melakukan hubungan seksual
d. Jawaban a dan c adalah benar
9. Alat reproduksi pada perempuan yang berfungsi untuk mematangkan dan melepas satu
sel telur yang sudah matang adalah
a. Saluran Telur
b. Indung Telur
c. Sel Telur
d. Rahim
10. Stigma dan diskriminasi pada orang HIV positif akan menyebabkan....
a. Banyak orang takut melakukan tes HIV akibat membayangkan stigma yang akan mereka
dapatkan setelah tes
b. Orang yang sudah HIV positif jadi takut membuka diri dan mungkin bisa menularkan
virus pada pasangannya
c. Orang-orang yang berisiko terinfeksi HIV bisa jadi tidak tahu telah memiliki virus dan
bisa menyebarkan virusnya ke banyak orang
d. Semua benar
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT 177
178
LAMPIRAN 2
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
No Mata Konsep/KD - SMA/ MA
Pelajaran
Konsep X Konsep XI Konsep XII
4.3 Berperilaku yang 4.5 Berperilaku yang mencerminkan 4.5 Menyajikan hikmah
mencontohkan kesadaran beriman kepada Kitab-kitab dan manfaat saling
keluhuran budi, kokoh Suci Allah SWT menasihati dan berbuat
pendirian, pemberi 4.6 Berperilaku yang mencerminkan baik (ihsan) dalam
rasa aman, tawakal kesadaran beriman kepada Rasul- kehidupan
dan perilaku adil rasul Allah SWT 4.6 Memperagakan tata cara
sebagai implementasi 4.7 Menampilkan perilaku taat kepada pernikahan dalam Islam
dari pemahaman aturan, kompetisi dalam kebaikan, 4.7 Menyajikan hak dan
makna Asmaul Husna dan bekerja keras kedudukan wanita
al-Kariim, al-Mumin, dalam keluarga
al-Wakiil, al-Matiin, berdasarkan hukum
al-Jaami, al-Adl, dan Islam
al- Akhiir
4.3 Berperilaku yang
mencontohkan
keluhuran budi, kokoh
pendirian, pemberi
rasa aman, tawakal
dan perilaku adil
sebagai implementasi
dari pemahaman
makna Asmaul Husna
al-Kariim, al-Mumin,
al-Wakiil, al-Matiin,
al-Jaami, al-Adl, dan
al- Akhiir
Contoh untuk Agama lain silahkan menyesuaikan antara Konsep Kespro dengan KD terkait
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
179
No Mata Konsep/KD - SMA/ MA
180
Pelajaran
Konsep X Konsep XI Konsep XII
2. PPKn Mencari 3.1 Menganalisis kasus- Mencari 3.1 Menganalisis kasus pelanggaran HAM Mencari bantuan 3.1 Menganalisis berbagai
bantuan dan kasus pelanggaran bantuan dan dalam rangka pelindungan, pemajuan, dan dukungan kasus pelanggaran HAM
dukungan HAM dalam rangka dukungan dan pemenuhan HAM Budaya dan secara argumentatif dan
Budaya dan pelindungan dan Budaya dan Hukum saling keterhubungan
Hukum pemajuan HAM Hukum Peran media antara aspek ideal,
Peran media sesuai dengan Peran media Citra diri instrumental dan
Citra diri nilai-nilai Pancasila Citra diri praksis sila-sila Pancasila
dalam kehidupan 3.4 Menganalisis kasus
bermasyarakat, pelanggaran hak dan
berbangsa, dan pengingkaran kewajiban
bernegara. sebagai warga negara
3.5 Memahami sistem
hukum dan peradilan
nasional dalam lingkup
NKRI.
3.6 Menganalisis kasus
pelanggaran hak
dan pengingkaran
kewajiban sebagai
warga negara
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
No Mata Konsep/KD - SMA/ MA
Pelajaran
Konsep X Konsep XI Konsep XII
4.1 Menyaji kasus 4.1 Menyaji hasil anlisis tentang kasus 4.1 Menyaji pembahasan
kasus pelanggaran pelanggaran HAM dalam pelindungan, kasus pelanggaran HAM
HAM dalam rangka pemajuan, dan pemenuhan HAM secara argumentatif dan
perlindungan dan saling keterhubungan
pemajuan HAM antara aspek ideal,
sesuai dengan instrumental dan
nilai-nilai Pancasila praksis sila-sila Pancasila
dalam kehidupan 4.4 Menyaji analisis
bermasyarakat, penanganan kasus
berbangsa, dan pelanggaran hak dan
bernegara. pengingkaran kewajiban
4.5 Menyaji hasil telaah sebagai warga negara
sistem hukum dan
peradilan nasional
dalam lingkup NKRI
4.6 Menyaji analisis
penanganan kasus
pelanggaran hak
dan pengingkaran
kewajiban sebagai
warga negara
3. Pendidikan Meng-hadapi 3.11 Mengidentifika- Meng-hadapi 3.9 Memahami upaya pencegahan dan Meng-hadapi 3.9 Memahami berbagai
Jasmani, pengaruh si jenis-jenis dan pengaruh penanggulangan bahaya NARKOBA pengaruh teman peraturan perundangan
Olahraga, teman sebaya menganalisis bahaya teman dan psikotropika terhadap diri sendiri, sebaya serta konsekuensi
dan Budaya dan penggunaan NARKOBA sebaya keluarga, lingkungan, bangsa dan Budaya dan hukum bagi para
Kesehatan Hukum dan psikotropika Budaya dan negara. Hukum pengguna dan
terhadap diri Hukum pengedar NARKOBA dan
sendiri, keluarga dan psikotropika.
masyarakat luas. .
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
181
No Mata Konsep/KD - SMA/ MA
182
Pelajaran
Konsep X Konsep XI Konsep XII
Reproduksi 3.10 Memahami dampak seks bebas Reproduksi 3.10 Memahami beberapa
Perkawinan terhadap diri sendiri, keluarga dan IMS dan HIV- faktor yang dapat
yang tidak masyarakat luas. AIDS mencegah perilaku
diinginkan 3.11 Memahami bahaya, penularan, dan Memutus mata terkait yang menjurus
IMS dan HIV- cara mencegah HIV dan AIDS. rantai stigma kepada STDS (Sexually
AIDS 3.12 Menganalisis perencanaan program dan diskrimi nasi Transmitted Disease),
Memutus kesehatan pribadi. terhadap ODHA AIDS dan kehamilan.
mata rantai 3.11 Memahami dampak
stigma dan dan penanggulangan
diskriminasi Penyakit Menular
terhadap Seksual (PMS) terhadap
ODHA diri sendiri, keluarga dan
masyarakat
4.11 Menyajikan hasil 4.9 Menyajikan informasi berkaitan 4.9 Menyajikan berbagai
identifikasi dan analisis dengan upaya pencegahan dan peraturan perundangan
bahaya penggunaan penanggulangan bahaya NARKOBA serta konsekuensi
NARKOBA dan dan psikotropika.terhadap diri sendiri, hukum bagi para
psikotropika terhadap keluarga, lingkungan, bangsa dan pengguna dan pengedar
dirinya, keluarga dan negara. NARKOBA dan
masyarakat luas. 4.10 Menyajikan informasi tentang psikotropika.
dampak seks bebas terhadap diri 4.10 Menyajikan berbagai
sendiri, keluarga dan masyarakat luas. upaya untuk mencegah
14.11 Menyajikan informasi berkaitan perilaku terkait yang
dengan bahaya, penularan, dan cara menjurus kepada STDS
mencegah HIV dan AIDS. (Sexually Transmitted
Disease), AIDS dan
4.12 Merancang program perencanaan kehamilan.
kesehatan pribadi untuk 1 semester. 4.11 Menyajikan dampak
dan penanggulangan
Penyakit Menular
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
Seksual (PMS) terhadap
diri sendiri, keluarga dan
masyarakat.
No Mata Konsep/KD - SMA/ MA
Pelajaran
Konsep X Konsep XI Konsep XII
4. Biologi IMS dan HIV 3.3 Menerapkan IMS dan HIV 3.6 Menganalisis hubungan antara Pubertas 3.1 Menganalisis hubungan
AIDS pemahaman tentang AIDS struktur jaringan penyusun antara faktor internal
virus berkaitan dengan Reproduksi organ pada sistem sirkulasi dan dan eksternal dengan
ciri, replikasi, dan peran NAPZA mengaitkannya dengan bioprosesnya proses pertumbuhan
virus dalam aspek sehingga dapat menjelaskan dan perkembangan
kesehatan masyarakat. mekanisme peredaran darah serta pada Mahluk Hidup
gangguan fungsi yang mungkin berdasarkan hasil
terjadi pada sistem sirkulasi manusia percobaan
melalui studi literatur, pengamatan,
percobaan, dan simulasi.
3.11Mengevaluasi pemahaman diri
tentang bahaya penggunaan senyawa
psikotropika dan dampaknya terhadap
kesehatan diri, lingkungan dan
masyarakat.
3.12 Menganalisis hubungan antara
struktur jaringan penyusun organ
reproduksi dengan fungsinya
dalam proses reproduksi manusia
melalui studi literatur, pengamatan,
percobaan, dan simulasi.
3.13 Menerapkan pemahaman tentang
prinsip reproduksi manusia untuk
menanggulangi pertambahan
penduduk melalui program keluarga
berencana (KB)
dan peningkatan kualitas hidup SDM
melalui pemberian ASI ekslusif.
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
183
No Mata Konsep/KD - SMA/ MA
184
Pelajaran
Konsep X Konsep XI Konsep XII
4.3 Menyajikan data 4.6 Menyajikan hasil analisis tentang
tentang ciri, replikasi, kelainan pada struktur dan fungsi
dan peran virus dalam darah, jantung dan pembuluh darah
aspek kesehatan dalam yang menyebabkan gangguan sistem
bentuk model/charta. peredaran darah manusia melalui
berbagi bentuk media presentasi.
4.9 Merencanakan dan melaksanakan
pengamatan pengaruh pencemaran
udara dan mengolah informasi
beberapa resiko negatif merokok pada
remaja untuk menentukan keputusan.
4.11 Menyajikan hasil analisis tentang
kelainan pada struktur dan fungsi
saraf dan hormon pada sistem
koordinasi yang disebabkan
oleh senyawa psikotropika yang
menyebabkan gangguan sistem
koordinasi manusia dan melakukan
kampanye anti narkoba pada berbagai
media.
4.13 Menyajikan hasil analisis tentang
kelainan pada struktur dan fungsi
organ yang menyebabkan gangguan
sistem reproduksi manusia melalui
berbagi bentuk media presentasi.
4.14Memecahkan masalah kepadatan
penduduk dengan menerapkan
prinsip reproduksi manusia.
4.15Merencanakan dan melakukan
kampanye tentang upaya
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
penanggulangan pertambahan
penduduk dan peningkatan kualitas
SDM melalui program keluarga
berencana (KB) dan pemberian ASI
ekslusif dalam bentuk poster dan
spanduk.
No Mata Konsep/KD - SMA/ MA
Pelajaran
Konsep X Konsep XI Konsep XII
5 Bahasa Semua 3.1 Memahami struktur Semua 3.1 Memahami struktur dan kaidah teks Semua 3.1 Memahami struktur
Indonesia konsep dapat dan kaidah teks konsep dapat cerita pendek, pantun, cerita ulang, konsep dapat dan kaidah teks cerita
diintegrasikan anekdot, eksposisi, diintegrasikan eksplanasi kompleks, dan ulasan/reviu diintegrasikan sejarah, berita, iklan,
sesuai dengan laporan hasil observasi, sesuai dengan film/drama baik lisan maupun tulisan sesuai dengan teks editorial/opini, dan
teks yang ada prosedur kompleks dan teks yang ada 3.2 Membandingkan teks cerita pendek, yang ada pada cerita fiksi dalam novel
pada Bahasa negosiasi baik melalui pada Bahasa pantun, cerita ulang, eksplanasi Bahasa Indonesia baik melalui lisan
Indonesia lisan dan tulisan Indonesia kompleks, dan ulasan/reviu film/ maupun tulisan
3.2 Membanding-kan teks drama baik melalui lisan maupun 3.2 Membandingkan
anekdot, laporan hasil tulisan struktur dan kaidah teks
observasi, prosedur 3.3 Menganalisis teks cerita pendek, cerita sejarah, berita,
kompleks dan negosiasi pantun, cerita ulang, eksplanasi iklan, editorial/opini,
baik melalui lisan dan kompleks, dan ulasan/reviu film/ dan cerita fiksi dalam
tulisan drama baik melalui lisan maupun novel baik melalui lisan
3.3 Menganalisis teks tulisan maupun tulisan
anekdot, laporan hasil 3.4 Mengevaluasi teks cerita pendek, 3.3 Menganalisis teks
observasi, prosedur pantun, cerita ulang, ekplanasi cerita sejarah, berita,
kompleks dan negosiasi kompleks, dan ulasan/reviu film/ iklan, editorial/opini,
baik melalui lisan dan drama berdasarkan kaidah-kaidah dan cerita fiksi dalam
tulisan baik melalui lisan maupun tulisan novel baik melalui lisan
3.4 Mengevaluasi teks maupun tulisan
anekdot, laporan hasil 3.4 Mengevaluasi teks
observasi, prosedur cerita sejarah, berita,
kompleks dan negosiasi iklan, editorial/opini,
berdasarkan kaidah- dan cerita fiksi dalam
kaidah teks baik lisan novel baik melalui lisan
maupun tulisan maupun tulisan
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
185
No Mata Konsep/KD - SMA/ MA
186
Pelajaran
Konsep X Konsep XI Konsep XII
4.1 Menginterpre-tasi teks Semua 4.1 Menginterpretasi makna teks cerita Semua 4.1Menginterpretasi makna
anekdot, laporan hasil konsep dapat pendek, pantun, cerita ulang, konsep dapat teks cerita sejarah,
observasi, prosedur diintegrasikan eksplanasi kompleks, ulasan/reviu diintegrasikan berita, iklan, editorial/
kompleks dan negosiasi sesuai dengan film/drama baik secara lisan maupun sesuai dengan teks opini, dan cerita fiksi
baik melalui lisan dan teks yang ada tulisan yang ada pada dalam novel baik secara
tulisan pada Bahasa 4.2 Memproduksi teks cerita pendek, Bahasa Inggris lisan maupun tulisan
4.2 Memproduksi teks Inggris pantun, cerita ulang, eksplanasi 4.2Memproduksi teks
anekdot, laporan hasil kompleks, dan ulasan/reviu film/ cerita sejarah, berita,
observasi, prosedur drama yang koheren sesuai dengan iklan, editorial/opini,
kompleks dan negosiasi karakteristik yang akan dibuat baik dan cerita fiksi dalam
baik melalui lisan dan secara lisan maupun tulisan novel baik secara lisan
tulisan 4.3 Menyunting teks cerita pendek, maupun tulisan
4.3 Menyuting teks pantun, cerita ulang, eksplanasi 4.3Menyunting teks cerita
anekdot, laporan hasil kompleks, dan ulasan/reviu film/ sejarah, berita, iklan,
observasi, prosedur drama sesuai dengan struktur dan editorial/opini, dan
kompleks dan negosiasi kaidah baik secara lisan maupun cerita fiksi dalam
sesuai dengan struktur tulisan novel baik secara lisan
dan kaidah teks baik 4.4 Mengabstraksi teks cerita pendek maupun tulisan
secara lisan dan tulisan pantun, cerita ulang, eksplanasi 4.4Mengabstraksi teks
4.4 Mengabstraksi teks kompleks, dan ulasan/reviu film/ cerita sejarah, berita,
anekdot, laporan hasil drama baik secara lisan maupun iklan, editorial/opini,
observasi, prosedur tulisan dan cerita fiksi dalam
kompleks dan negosiasi 4.5 Mengobservasi teks cerita pendek, novel baik secara lisan
baik secara lisan dan pantun, cerita ulang, eksplanasi maupun tulisan
tulisan kompleks, dan ulasan/reviu film/ 4.5Mengonversi teks cerita
4.5 Mengonversi teks drama ke dalam bentuk yang lain sejarah, berita, iklan,
anekdot, eksposisi, sesuai dengan struktur dan kaidah editorial/opini, dan
laporan hasil observasi, baik secara lisan maupun tulisan cerita fiksi dalam novel
prosedur kompleks ke dalam bentuk yang
dan negosiasi ke dalam lain sesuai dengan
MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/SMK/MA DAN SEDERAJAT
bentuk yang lain sesuai struktur dan kaidah
dengan struktur dan teks baik secara lisan
kaidah teks baik secara maupun tulisan
lisan dan tulisan