Anda di halaman 1dari 174

MODUL PENDIDIKAN

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


Konsep Diri Bantuan Keluarga
Pubertas
Menghargai
Life Skill
PHBS
Komunikasi
Pertemanan

UNTUK GURU
BUKU PANDUAN GURU iii

KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Kata Pengantar
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

Jumlah remaja di Indonesia berdasarkan sensus penduduk yang dilaksanakan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2010 adalah sebanyak 63 juta jiwa. Jumlah remaja yang cukup besar
ini rupanya belum diikuti dengan makin membaiknya akses layanan dan akses informasi terkait
kesehatan reproduksi dan seksual untuk remaja.

Muatan terkait kesehatan reproduksi remaja (kespro) pada kurikulum pendidikan dasar dan
menengah tertuang dalam mata pelajaran (mapel) IP A, Biologi, Pendidikan Jasmani, Olahraga,
dan Kesehatan, serta dapat menjadi muatan dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan
Agama dan Budi Pekerti, serta Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Selain dari mapel dalam kurikulum, sebagian besar remaja saat ini memperoleh informasi
tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas dari teman sebayanya atau melalui internet
yang lebih bermuatan pornografi daripada aspek pendidikannya. Dampak dari pemahaman yang
kurang tepat terhadap kesehatan reproduksi dan seksualitas berakibat pada meningkatnya
kasuskasus negatif, seperti tingginya angka perilaku hubungan seks pranikah, kehamilan remaja,
ketidaksiapan menghadapi perkawinan, terjangkit virus HIV Aids dan Infeksi Menular Seksual
(IMS). Hal terpenting dalam hal ini adalah bagaimana kita mampu memberikan pendidikan
kesehatan reproduksi dan seksualitas secara tepat.

Upaya pendidikan kespro dan seksualitas perlu dilakukan secara strategis dan sistematis
secara nasional serta berkelanjutan. Pengajaran yang tepat dan komprehensif terkait
kespro dan seksualitas melalui layanan dalam mata pelajaran yang ada secara intrakurikuler
dan kokurikuler, serta layanan kurikulum melalui ekstrakurikuler dan budaya sekolah perlu
penguatan baik melalui pengayaan materi/konten dan metode pengajaran yang tepat. Hal ini
perlu dilakukan karena keterbatasan kemampuan guru dalam pemberian materi yang relevan
dan metode komunikasi yang tepat mengingat bahwa muatan kespro dan seksualitas termasuk
sensitif terkait budaya dan etika.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan
kualitas hidup siswa dalam aspek kespro dan seksualitas baik yang dilakukan oleh unit-unit
utama Kemendikbud secara mandiri maupun kerja sama dengan kementerian/lembaga lain.

Mengingat bahwa muatan kespro dan seksualitas telah telah ada dalam kurikulum yang telah
diberlakukan secara nasional, maka Kemendikbud melalui inisiasi dari Kementerian Kesehatan
atas dukungan dari United Nations Fund for Population Activities (UNFPA) dan UNESCO
bekerja sama dengan Kementerian Agama menyusun kurikulum kespro dan seksualitas SD/
MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA, Pemetaan materi kespro dengan mapel yang relevan, serta
modul kespro untuk guru. Dokumen-dokumen perangkat kurikulum tersebut disusun untuk
memberikan pengayaan dan penguatan dalam proses pendidikan kespro dan seksualitas di
iv Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

satuan pendidikan sesuai dengan kurikulum yang relevan yang diimplementasikan oleh satuan
pendidikan.

Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penyelesaian perangkat
kurikulum muatan kespro dan seksualitas ini, khususnya kepada tim pengembang, tim penelaah,
UNESCO, dan UNFPA yang telah bekerja sama sehingga dokumen-dokumen ini dapat terwujud.

Jakarta, 14 Desember 2017


Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan

Ir. Totok Supriyatno, Ph.D


19601005 198603 1005

didikan dan Kebudayaan


BUKU PANDUAN GURU v

Kata Pengantar
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya,
Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi Tingkat SD/MI dan Sederajat (Buku Panduan Guru)
telah selesai disusun. Modul ini merupakan adaptasi dari International Technical Guidance on
Sexuality Education (ITGSE) yang telah diterapkan di 87 Negara (diantaranya 29 negara
berkembang). Modul ini digunakan sebagai panduan bagi para pendidik dalam menyebarluaskan
pengetahuan, mengembangkan keterampilan, membangun sikap serta perilaku yang positif dan
sehat tentang kesehatan reproduksi.

Materi dalam modul ini mengandung pengetahuan yang komprehensif terkait kesehatan
reproduksi meliputi substansi: pubertas, organ reproduksi, NAPZA dan pendidikan keterampilan
hidup sehat (kompetensi psikososial) sehingga remaja akan mendapat pemahaman yang utuh
untuk bekal menangkal pengaruh lingkungan sehingga dapat mencegah perilaku berisiko.
Dalam menyampaikan materi ini dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran, muatan lokal,
kokurikuler, ekstrakurikuler, bimbingan dan konseling, serta pengayaan dan pembiasaan.

Akhirnya, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kontribusi seluruh tim
dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, PGRI, UNFPA, UNICEF,
UNESCO, WPF Rutgers yang terlibat dalam pengembangan buku modul ini.

Semoga buku ini dapat diimplementasikan dengan baik di sekolah dan bermanfaat bagi peserta
didik dalam mendapatkan pengetahuan dan membangun perilaku yang positif dan sehat terkait
kesehatan reproduksi serta bagi pendidik sebagai panduan untuk mendidik kesehatan reproduksi
sambil berkreasi di dunia pendidikan.

Jakarta, November 2017


Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat

dr. Anung Sugihantono, M.Kes


vi Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

KEMENTERIAN
AGAMA

Kata Pengantar
DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, taufiq, dan hidayahNya.
Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Tingkat SD/MI, SMP/MTS dan SMA/SMK/
MA dan Sederajat untuk pegangan bagi guru, melalui kerjasama antara Kementerian Kesehatan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementrian Agama serta didukung oleh UNFPA,
UNESCO dan UNICEF telah selesai disusun.

Modul ini menjadi acuan dan pegangan guru untuk mengintegrasikan pendidikan kesehatan
reproduksi dalam pembelajaran, pada semua jenjang satuan pendidikan dalam rangka mewujudkan
berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab, sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional.

Hal tersebut sesuai dengan Visi dan Misi Kementerian Agama: “Terwujudnya masyarakat
Indonesia yang taat beragama, rukun, cerdas, dan sejahtera lahir dan batin dalam rangka
mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong”
yang diimplementasikan dengan visi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam yaitu “Terwujudnya
Pendidikan Islam yang unggul, moderat, dan menjadi rujukan dunia dalam integrasi ilmu agama,
pengetahuan dan teknologi”serta misi diantaranya: Peningkatan mutu Pendidikan Islam ditandai
dengan terpenuhinya standar nasional pendidikan sehingga menghasilkan peserta didik yang
unggul ditingkat nasional dan internasional dengan tetap menghargai tradisi, kearifan lokal,
etos kemandirian, wawasan kebangsaan, dan nilai kemoderenan.

Remaja pada anak usia sekolah merupakan populasi yang sangat besar. Berkaitan dengan ini,
maka usia remaja dibutuhkan pembimbingan, pengarahan, dan pendidikan. Pendidikan kesehatan
reproduksi merupakan hal yang sangat di butuhkan untuk perkembangan masa depan, untuk
itu modul pendidikan kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk diintegrasikan dalam
implementasi pembelajaran ke seluruh tingkatan pada satuan pendidikan demi untuk penguatan
pendidikan kesehatan reproduksi dalam kehidupan pribadi maupun sosial mereka, dan sekaligus
menanamkan nilai-nilai agama yang menjadi landasan paling utama, sebagai modal dasar atau
benteng remaja Indonesia dari perilaku negatif maupun norma-norma yang berlaku

Sehubungan hal tersebut diatas, Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Agama,


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dengan dukungan UNFPA, UNESCO dan UNICEF,
mengembangkan Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja bagi Guru SD /MI, SMP /MTs
dan SMA/SMK/MA ini, untuk membentuk pribadi positif pada usia-usia remaja dan membantu
mengarahkan kehidupan mereka pada masa depan yang gemilang dengan berlandaskan keimanan,
ketaqwaan dan berakhlak mulia sesuai dengan cita-citabangsa Indonesia dalam tujuan sistem
pendidikan nasinal.
BUKU PANDUAN GURU vii

Akhimya, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kontribusi seluruh tim penyusun.
Semoga modul ini bisa menjadi acuan dalam mengintegrasikan untuk implementasipembelajaran
pada satuan pendidikan terutama Madrasah di seluruh Indonesia. Aamiin.

Jakarta, Desember 2017


DIrektur Jenderal Pendidikan Islam

Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, MA


NIP. 196901051996031003
viii Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Kata Pengantar
KEPALA PERWAKILAN UNFPA INDONESIA

UNFPA, Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (The United Nations


Population Fund) adalah lembaga pembangunan internasional yang memiliki mandat untuk
mendukung negara-negara berkembang dalam menyusun kebijakan dan program untuk
mengurangi kemiskinan, dan untuk memastikan bahwa setiap kehamilan diinginkan,
setiap kelahiran berlangsung aman, dan setiap potensi pemuda terpenuhi. Bila remaja,
terutama remaja perempuan, tidak dapat mengakses pendidikan dan pelayanan
kesehatan reproduksi yang komprehensif, maka mereka akan menghadapi resiko yang
berat, seperti: kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi yang tidak aman, kesakitan
dan kematian ibu, kekerasan, dan infeksi menular seksual, termasuk HIV. Pendidikan
kesehatan reproduksi yang dikembangkan dan dilaksanakan dengan baik berperan
penting dalam membantu pemuda meraih keberhasilan di masa depan. Pendidikan dan
pelayanan kesehatan reproduksi membantu remaja dari sejak awal untuk menghargai
diri sendiri dan pasangan (atau calon pasangan) mereka, juga memupuk harga diri,
kemandirian, dan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan yang positif terhadap
rencana mereka di masa depan.

Pedoman Teknis International untuk Pendidikan Seksualitas (The International


Technical Guidance on Sexuality Education - ITGSE) digunakan sebagai referensi untuk
menyusun modul pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) untuk guru, dengan
mengadopsi konteks sosial dan budaya lokal. ITGSE adalah hasil kolaborasi beberapa
lembaga internasional, termasuk UNESCO, WHO, UNFPA, UNAIDS, dan UNICEF.
Pedoman ini disusun untuk memandu pengembangan kurikulum KRR dan membantu
lembaga yang berwenang untuk bidang pendidikan, kesehatan, dan lainnya dalam
menyusun dan melaksanakan materi dan program pendidikan KRR di sekolah. Pedoman
ini juga menyediakan suatu sistem penting untuk membahas isu gender. Kurikulum
dengan komponen kesetaraan gender akan mempromosikan hubungan yang saling
menghormati, dan tanpa kekerasan, serta berkontribusi untuk pengembangan potensi
sosial, kesehatan, dan ekonomi remaja. Modul ini dikembangkan secara komprehensif
dan sesuai tingkat perkembangan usia (SD, SMP, dan SMA). Keunikan dari modul ini
terletak pada cara pembelajaran yang menekankan pada partisipasi, kreatifitas dan
pemikiran kritis, baik pada guru maupun murid.

Saya sangat menghargai komitmen Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan


dan Kebudayaan yang telah memimpin pengembangan modul bagi guru untuk pendidikan
KRR. Saya menghargai UNESCO dan UNICEF yang telah bekerja sama dengan UNFPA
untuk mendukung pemerintah dalam mengembangkan modul pendidikan KRR di Indonesia.
Saya berharap modul dan diversifikasi kurikulum akan membantu para guru untuk lebih
berminat dan percaya diri dalam memberikan pendidikan KRR di sekolah, sehingga
BUKU PANDUAN GURU ix

remaja dapat mengakses pendidikan KRR yang komprehensif dan sesuai dengan tingkat
perkembangan usia.

UNFPA berkomitmen untuk mendukung pencapaian akses universal kesehatan reproduksi,


termasuk bagi remaja. Bila tujuan ini tercapai, maka kemiskinan dan kesenjangan sosial
dan ekonomi akan menurun, kesejahteraan semua perempuan, laki-laki dan remaja
akan meningkat, serta pemenuhan hak asasi manusia dan kesejahteraan generasi masa
depan di Indonesia akan terjamin.

Hormat kami,

Dr. Annette Sachs Robertson


Kepala Perwakilan UNFPA
x Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

DAFTAR ISI

Pengantar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . x

Bab I
PENDAHULUAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
B. Tujuan Kurikulum Kesehatan Reproduksi Untuk Siswa Sd/Mi dan Sederajat. . 3
C. Manfaat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
D. Ruang Lingkup. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

Bab II
KURIKULUM KESEHATAN REPRODUKSI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
A. Pengertian Kurikulum Kesehatan Reproduksi Untuk Siswa Sd/Mi dan Sederajat
Bagi Guru. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
B. Karakteristik Kurikulum Kesehatan Reproduksi Untuk Siswa Sd/Mi
dan Sederajat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
C. Prinsip Kurikulum Kesehatan Reproduksi Untuk Siswa Sd/Mi. . . . . . . . . . . . . . 9
D. Kerangka Dasar Kurikulum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
E. Kompetensi Dasar Kesehatan Reproduksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
F. Implementasi Kurikulum Kesehatan Reproduksi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
G. Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
H. Tips Memberikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Di Kelas. . . . . . . . . . . . . . 18

Bab III
IMPLEMENTASI MODUL KESEHATAN REPRODUKSI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
KONSEP UTAMA 1: HUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN. . . . . . . . . . . . . . . . . 22
Topik 1.1 Pengenalan Diri. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
Topik 1.2 Keluarga. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
Topik 1.3 Pertemanan Dan Cinta Kasih. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
Topik 1.4 Toleransi Dan Sikap Menghargai. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
KONSEP UTAMA 2: NILAI, SIKAP DAN KETERAMPILAN. . . . . . . . . . . . . . . . . 47
Topik 2.1 Pemahaman Sikap Dan Nilai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47
Topik 2.2 Menghadapi Pengaruh Teman Sebaya. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52
Topik 2.3 Pengambilan Keputusan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 58
Topik 2.4 Keterampilan Berkomunikasi Dan Negosiasi. . . . . . . . . . . . . . . . . 65
Topik 2.5 Mencari Bantuan Dan Dukungan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68
BUKU PANDUAN GURU xi

KONSEP UTAMA 3: BUDAYA, SOSIAL DAN HAK ASASI MANUSIA. . . . . . . 73


Topik 3.1 Budaya Dan Norma . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 73
Topik 3.2 Peran Media. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 79
Topik 3.3 Kesetaraan Gender. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 85
Topik 3.4 Kekerasan Seksual . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 90
KONSEP UTAMA 4: KESEHATAN REPRODUKSI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 97
Topik 4.1 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 97
Topik 4.2 Pubertas. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 102
Topik 4.3 Kesehatan Reproduksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 113
KONSEP UTAMA 5: NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF LAIN
(NAPZA) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 120
Topik 5.1 Narkotika, Psikotropika Dan Zat Adiktif Lain (Napza) . . . . . . . . 120

BAB IV
PENUTUP. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 129

DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 131

Lampiran 1
KAMUS ISTILAH DI MODUL KESEHATAN REPRODUKSI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 133
Lampiran 2
SOAL PRE DAN POST TEST . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 137
Lampiran 3
PEMETAAN MATERI DAN KOMPETENSI KESEHATAN REPRODUKSI
DENGAN MATA PELAJARAN TINGKAT SD/MI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 143
xii Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat
BUKU PANDUAN GURU 1

Bab I
Pendahuluan
2 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menjadi landasan
semua perundang-undangan yang ada menjamin setiap orang berhak hidup sejahtera lahir,
batin, dan sehat. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanahkan
untuk menjamin ketersediaan sarana informasi terkait kesehatan reproduksi. Sementara
dalam Peraturan Pemerintah No 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi menyebutkan
pemerintah bertanggung jawab memberikan komunikasi, informasi dan edukasi terkait
kesehatan reproduksi remaja melalui proses pendidikan formal dan nonformal serta
kegiatan pemberdayaan remaja. Dalam UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan Pemerintah berhak mengarahkan, membimbing, membantu dan
mengawasi penyelengarakan pendidikan.

Banyak data menunjukkan permasalahan kesehatan reproduksi yang dialami oleh remaja
sudah dimulai dari usia dini. SDKI 2012 menunjukkan 0,7% perempuan usia 15-19
tahun dan 4,5% laki-laki usia 15-19 tahun pernah melakukan hubungan seksual pranikah,
sementara berdasarkan penelitian Global School Health Survey (GSHS, 2015) 3,8% remaja
perempuan dan 6,9% remaja laki – laki pernah melakukan hubungan seksual. Data tersebut
menunjukkan adanya peningkatan seks pra nikah pada remaja. Selain itu, pendidikan
kesehatan reproduksi di sekolah masih kurang. GSHS 2015 menunjukkan hanya 20,38%
siswa yang menyatakan pernah diajarkan di kelas apa yg dilakukan jika dipaksa melakukan
hubungan seksual, 63,62 pernah diajarkan menghindari pelecehan, 36,33% pernah diajarkan
cara menolak berhubungan seksual, sementara hanya 9,9% perempuan dan 10,6% laki-laki
usia 15-19 tahun memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV-AIDS. SKRRI 2012
menunjukkan persentase remaja 15-24 tahun belum menikah 58-60% berdiskusi tentang
kesehatan reproduksi dengan teman sebaya, 38-43% berdiskusi dengan gurunya, lainnya
dengan saudara kandung dan orangtua.

Selama tahun 2008-2009, UNESCO bersama dengan UNFPA, UNICEF, WHO dan UNAIDS
mengembangkan International Technical Guidance on Sexuality Education (ITGSE)
melakukan studi uji coba di 87 negara. Studi uji coba ini dirancang untuk menurunkan
kehamilan yang tak diinginkan ataupun infeksi menular seksual, termasuk HIV. Seluruh
program uji coba tersebut adalah program berbasis kurikulum, 70% diimplementasikan di
sekolah dan sisanya diterapkan di komunitas atau klinik. Program ini menunjukan penundaan
hubungan seksual sebesar 37%, penurunan frekuensi berhubungan seksual sebesar 31%,
peningkatan penggunaan kondom 40%, peningkatan penggunaan kontrasepsi 40% dan
penurunan resiko hubungan seksual sebesar 53%.

Melihat masalah kesehatan reproduksi remaja di atas serta peran guru yang strategis
dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan hidup sehat remaja, diperlukan sebuah
acuan bagi guru untuk menyampaikan materi kesehatan reproduksi dan keterampilan sosial
bagi siswa. Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
serta Kementerian Agama atas dukungan UNFPA dan UNESCO menyusun Modul Pendidikan
Kesehatan Reproduksi Bagi Siswa SD, SMP, SMA/K dan sederajat yang diadaptasi
dari Buku Panduan Teknis Internasional untuk Pendidikan Seksualitas (International
Technical Guidance on Sexuality Education) yang telah disesuaikan dengan konteks
Indonesia. Penggunannnya melalui kegiatan kurikuler, dapat berupa intrakurikuler maupun
ekstrakurikuler serta kegiatan pengayaan atau pembiasaan lainnya.
BUKU PANDUAN GURU 3

B. Tujuan Kurikulum Kesehatan Reproduksi untuk


Siswa SD/MI dan Sederajat

1. Tujuan Umum

Kurikulum Kesehatan Reproduksi untuk Siswa SD/MI dan sederajat secara umum
bertujuan untuk memandu para pendidik dalam menyebarluaskan pengetahuan,
mengembangkan keterampilan, membangun sikap serta perilaku yang positif dan sehat
tentang kesehatan reproduksi

2. Tujuan Khusus

Kurikulum Kesehatan Reproduksi untuk Siswa SD/MI dan sederajat secara khusus
bertujuan agar guru memahami dan memiliki keterampilan tentang materi:
a. hubungan dengan orang lain
b. nilai, sikap, dan keterampilan
c. budaya, sosial, dan hak asasi manusia
d. kesehatan reproduksi

C. Manfaat

Bagi Guru

yy Membekali guru dengan informasi yang benar seputar kesehatan organ reproduksi
yy Mendorong guru untuk melakukan klarifikasi nilai pribadi menjadi nilai profesional
dalam pemahanan dan mengajarkan seputar kesehatan reproduksi
yy Membekali guru untuk mendorong siswa laki-laki dan perempuan dalam mengembangkan
sikap dan perilaku yang bertanggungjawab terkait dengan sistem, proses, dan fungsi
organ reproduksi
yy Mempertajam keterampilan pendidik dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa melalui belajar aktif dengan menerapkan beragam strategi
dan metode penyajian
yy Memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai serta membantu
pemecahan permasalahan remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
sekaligus memantapkan moral, etika serta membangun komitmen agar remaja tidak
melakukan aktivitas seks sebelum menikah
yy Memberikan pedoman yang lebih terstandar pada guru tentang topik-topik kesehatan
reproduksi yang perlu diajarkan, bagaimana mengajarkannya serta jumlah jam
pelajaran yang dibutuhkan dalam melaksanakan pendidikan Kesehatan Reproduksi
Remaja di kelas pada tingkat SD/ sederajat
yy Membekali kemampuan pendidik dalam mengintegrasikan muatan pendidikan kesehatan
reproduksi dalam kurikulum sekolah “yang disesuaikan dengan agama, nilai, norma,
budaya daerah, pengetahuan lokal, dan karakteristik siswa di setiap satuan pendidikan”
4 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Bagi Siswa

Diharapkan modul ini akan membantu memastikan siswa untuk mendapatkan informasi
yang akurat dan lengkap menyangkut kesehatan reproduksi yang dibutuhkan melalui
pembelajaran di dalam kelas, sehingga siswa akan:
yy Memiliki pengetahuan yang lengkap, nilai yang positif, dan keterampilan hidup yang
relevan terhadap kesehatan reproduksinya
yy Mampu membuat keputusan terbaik dan berdasarkan informasi yang akurat (informed
choices) sehingga terhindar dari risiko-risiko kesehatan reproduksi, seperti: kehamilan
yang tidak diinginkan, penyalahgunaan NAPZA, infeksi menular seksual (IMS), serta
HIV dan AIDS
yy Menjadi lebih mampu untuk melindungi diri dari pelecehan dan kekerasan seksual
yy Mampu merencanakan tentang usia ideal menikah dan memiliki anak sehingga dapat
mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup materi Kurikulum Kesehatan Reproduksi untuk Siswa SD/MI dan Sederajat
bagi Guru terdiri atas 5 (lima) aspek sebagai berikut:
1. Hubungan dengan Orang Lain
2. Nilai, Sikap dan Keterampilan
3. Budaya, Sosial dan Hak Asasi Manusia
4. Kesehatan Reproduksi
5. NAPZA

Uraian ruang lingkup materi Kurikulum Kesehatan Reproduksi untuk Siswa SD/MI dan
Sederajat bagi Guru serta rekomendasi implementasi:

No. ASPEK MATERI MUATAN TERPADU


1. Hubungan 1. Pengendalian Diri - Pendidikan Agama dan Budi
dengan Orang 1. Keluarga Pekerti
Lain 1. Pertemanan dan Kasih - Bahasa Indonesia
Sayang - Pendidikan Pancasila dan
1. Toleransi dan Menghargai Kewarganegaraan
- IPS
2. Nilai, Sikap dan a. Pemahaman, Nilai dan Sikap - Pendidikan Agama dan Budi
Keterampilan b. Menghadapi Pengaruh Teman Pekerti
Sebaya - Bahasa Indonesia
c. Pengambilan Keputusan - Pendidikan Pancasila dan
d. Keterampilan Berkomunikasi Kewarganegaraan
dan Bernegosiasi - IPS
e. Mencari Bantuan dan - Bahasa
Dukungan - Pendidikan Jasmani Olahraga
dan Kesehatan
BUKU PANDUAN GURU 5

No. ASPEK MATERI MUATAN TERPADU


3. Budaya, Sosial a. Budaya, Norma, dan Hukum - Pendidikan Agama dan Budi
dan Hak Asasi b. Peran Media Pekerti
Manusia c. Kesetaraan Gender - Bahasa Indonesia
d. Kekerasan Seksual - Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
- IPS
- Pendidikan Jasmani, Olah
Raga dan Kesehatan
4. Kesehatan 1. Perilaku Hidup Bersih dan - Pendidikan Agama dan Budi
Reproduksi Sehat Pekerti
1. Pubertas - IPA
1. Reproduksi - Bahasa Indonesia
- Pendidikan Jasmani, Olah
Raga dan Kesehatan
5. NAPZA a. Napza - Pendidikan Jasmani, Olah
Raga dan Kesehatan
6 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat
BUKU PANDUAN GURU 7

Bab II
Kurikulum
Kesehatan Reproduksi
8 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

A. Pengertian Kurikulum Kesehatan Reproduksi untuk


Siswa SD/MI dan Sederajat bagi Guru

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan


bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian
tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran.

Kurikulum kesehatan reproduksi untuk siswa SD/MI dan sederajat adalah kurikulum
pendidikan yang berwawasan kesehatan reproduksi yang berisi tentang hubungan dengan
orang lain; nilai, sikap, dan keterampilan; budaya, sosial, dan hak asasi manusia; kesehatan
reproduksi tentang perilaku hidup bersih dan sehat serta pubertas.

B. Karakteristik Kurikulum Kesehatan Reproduksi


untuk Siswa SD/MI dan Sederajat

Kurikulum kesehatan reproduksi untuk siswa SD/MI dan Sederajat memiliki


karakteristik sebagai berikut:

1. Menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan kearifan lokal


pentingnya kearifan lokal dalam pembangunan karakter bangsa dimana masyarakat
haruslah mampu memahami secara utuh nilai-nilai moral sebagai suatu kodrat dan jati
diri dasar suatu bangsa
2. Pendekatan komprehensif
pendidikan kesehatan reproduksi mencakup semua topik penting yang membantu siswa
mengambil keputusan terbaik dan memiliki kemampuan mencegah risiko kesehatan
reproduksi termasuk HIV dan AIDS. Dengan demikian metodenya harus komprehensif
membangun pengetahuan yang lengkap dan akurat, sikap/nilai positif, dan keterampilan
psikososial
3. Berbasis hak
bahwa dibangun berdasarkan nilai-nilai universal dan prinsip-prinsip hak asasi manusia
serta hukum yang menjamin harkat dan martabat manusia, persamaan perlakuan dan
kesempatan untuk berpartisipasi serta pemahaman bahwa hak-hak tersebut penting
untuk mewujudkan kesehatan reproduksi remaja serta kesejahteraan. Pemahaman
mengenai hak ini bukan hanya sekedar menginformasikan kepada remaja atas hak-
haknya, tetapi juga memberdayakan dan memampukan untuk mempraktikkan hak
serta tanggung jawab
4. Sensitif gender
materi-materi dan bahan ajar yang digunakan haruslah terintegrasi dengan pemahaman
pentingnya kesetaraan gender dan konteks sosial secara umum untuk mencapai
kesehatan reproduksi remaja. Pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif
juga harus menyediakan media ajar yang dapat digunakan oleh remaja perempuan
dan remaja laki-laki untuk melakukan refleksi secara kritis faktor-faktor sosial
yang mempengaruhi perilaku. Pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif
BUKU PANDUAN GURU 9

seharusnya membuka kesempatan kepada remaja untuk berfikir, mendiskusikan dan


merefleksikan tekanan-tekanan sosial dan harapan-harapan masyarakat, terkait
gender yang dihadapi. Melalui cara ini, remaja dimampukan untuk memilih sikap dan
nilai positif. Hal ini akan membantu untuk memahami dan mengupayakan hak-haknya
terpenuhi, serta merubah dan melawan praktik-praktik kekerasan
5. Berorientasi kewarganegaraan
pendidikan ini menekankan pada keterampilan berfikir kritis untuk mendasari
perilaku bertanggung jawab. Pendidikan ini juga dimaksudkan untuk membangun
pemahaman tentang bagaimana peran institusi-institusi dan hubungannya dalam
masyarakat, menumbuhkan rasa kewarganegaraan, serta keterampilan-keterampilan
untuk mempromosikan kondisi-kondisi yang mendukung pemenuhan hak asasi dan
kesejahteraan remaja
6. Berperspektif positif terhadap kesehatan reproduksi
semua bahan dan materi ajar haruslah mencerminkan sikap yang positif terhadap
kesehatan reproduksi. Sikap positif terhadap kesehatan reproduksi merupakan hal
yang penting untuk melawan diskriminasi yang terkait dengan orientasi seksual, status
HIV seseorang dan disabilitas (perbedaan kemampuan fisik)

C. Prinsip Kurikulum Kesehatan Reproduksi untuk Siswa SD/MI

1. Berlaku secara nasional


2. Urutan penyajian materi disesuaikan dengan kurikulum SD/MI
3. Semua kompetensi dasar pada kurikulum kesehatan reproduksi disampaikan secara
utuh

D. Kerangka Dasar Kurikulum

1. Landasan Filosofis

a. Kurikulum kesehatan reproduksi, pada semua jenjang dan satuan pendidikan


dalam rangka mewujudkan berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab, sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional
b. Kurikulum kesehatan reproduksi dalam pembelajaran untuk membangun
manusia Indonesia agar memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan tentang
perkembangan kesehatan siswa untuk keberhasilannya di masa depan
c. Kurikulum kesehatan reproduksi dalam pembelajaran dapat membantu siswa
membangun rasa hormat untuk diri sendiri dan orang lain, menumbuhkan rasa
harga diri, otonomi, dan kepercayaan diri untuk membuat pilihan positif terhadap
perencanaan masa depan mereka

2. Landasan Sosiologis

yy kurikulum kesehatan reproduksi anak dan remaja dikembangkan atas dasar adanya
kebutuhan akan diversifikasi rancangan dan proses pendidikan dalam rangka
10 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

membangun manusia Indonesia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,


kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab dalam bidang kesehatan reproduksi yang dipandang sebagai komponen
penting untuk menurunkan perilaku seksual berisiko,
yy diversifikasi dalam kurikulum dimungkinkan karena kebutuhan akan kesehatan
dalam masy arakat, agar pendidikan selalu dapat menjawab tuntutan perubahan
sesuai dengan zamannya. Dengan demikian, pendidikan akan mampu memberikan
kontribusi secara optimal dalam upaya membangun masyarakat berbasis
pengetahuan tentang kesehatan.

3. Landasan Psikopedagogis

yy kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi bertujuan untuk memenuhi tuntutan


perwujudan konsepsi pendidikan yang berfokus pada perkembangan siswa
beserta konteks kehidupannya sebagaimana dimaknai dalam konsepsi pedagogik
transformatif. Konsepsi ini menuntut bahwa kurikulum harus didudukkan sebagai
wahana pendewasaan siswa sesuai dengan perkembangan psikologisnya dan
mendapatkan perlakuan pedagogis sesuai dengan konteks lingkungan dan jamannya,
yy kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi dimaksudkan sebagai rujukan bagi para
pendidik dalam menyebarluaskan pengetahuan, ketrampilan dan mengembangkan
sikap, serta perilaku yang bertangungjawab tentang upaya peningkatan kesehatan
reproduksi dan seksualitas yang komprehensif kepada siswa,
yy kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi menekankan pada proses pembangunan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan di bidang kesehatan reproduksi siswa melalui
berbagai pendekatan yang mencerdaskan dan mendidik. Penguasaan substansi
mata pelajaran tidak lagi ditekankan pada pemahaman konsep yang steril dari
kehidupan masyarakat melainkan pembangunan pengetahuan melalui pembelajaran
otentik. Dengan demikian kurikulum dan pembelajaran selain mencerminkan
muatan pengetahuan sebagai bagian dari peradaban manusia, juga mewujudkan
proses pembudayaan siswa sepanjang hayat.

4. Landasan Teoritis

yy kurikulum kesehatan reproduksi dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan


standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi
(competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan
adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadi
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi siswa dalam
mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan,
dan bertindak,
yy regulasi bidang kesehatan yang telah ada untuk mendukung peningkatan kesehatan
reproduksi remaja melalui undang-undang kesehatan nomor 36 tahun 2009 pasal
136, PP nomor 61 tahun 2014 pasal 11 ayat 13, dan Permenkes nomor 25 tahun 2014
mengamanatkan bahwa Upaya Pemeliharaan Kesehatan Remaja harus ditujukan
untuk mempersiapkan remaja menjadi orang dewasa yang sehat dan produktif
baik sosial maupun ekonomi,
BUKU PANDUAN GURU 11

yy pendidikan kesehatan reproduksi merupakan hal yang sangat dibutuhkan untuk


perkembangan masa depan. Untuk itu, modul pendidikan kesehatan reproduksi
sangatlah penting untuk diintegrasikan dalam implementasi pembelajaran ke
seluruh tingkatan pada satuan pendidikan demi untuk penguatan pendidikan
kesehatan reproduksi dalam kehidupan pribadi maupun sosial mereka,
yy modul ini menjadi penting karena tanpa akses ke pendidikan kesehatan reproduksi
yang komprehensif, siswa akan menghadapi risiko yang membahayakan akibat
menyerap informasi yang tidak benar yang akan berimbas pada masalah kesehatan
reproduksi, misal: kehamilan tidak diinginkan, penyalahgunaan NAPZA, perilaku
seks menyimpang, dan risiko tertular IMS dan HIV,
yy sesuai amanat UU nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan bahwa upaya kesehatan
adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/
atau masyarakat. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan
yang bersifat promosi kesehatan. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu
kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.

5. Landasan Yuridis

Kurikulum Kesehatan Reproduksi untuk Siswa SD/MI dan Sederajat bagi Guru adalah:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
2. Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) di
Indonesia,
3. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
4. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011 tentang Kesejahteraan Sosial
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan
Anak,
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Reproduksi,

E. Kompetensi Dasar Kesehatan Reproduksi

Kompetensi Dasar (KD) adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus
dicapai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi
yang telah ditetapkan, oleh karena itulah maka kompetensi dasar merupakan penjabaran
dari standar kompetensi.

KD-3 mengarahkan siswa untuk memahami dan menerapkan pengetahuan. KD-4 menumbuhkan
keterampilan siswa untuk mencoba, mengolah, dan menyaji serta menalar pengetahuan yang
didapatnya.
12 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Pendidikan Dasar (Kelas I-VI SD/MI dan Sederajad)

KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4


REKOMENDASI
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
1. Hubungan dengan Orang Lain
3.1 4.1 Kelas 1,
Mengenal konsep diri positif, Berani memperkenalkan diri dan 3 s.d. 6
meliputi: gambaran diri, ideal diri, membuat keputusan yang tepat
harga diri, peran, dan identitas untuk selalu menjaga diri dan
yang ada pada dirinya. tubuhnya dari gangguan orang lain

3.2 4.2 Kelas 1 s.d. 6


Memahami fungsi keluarga, tugas Mengomunikasikan masalah yang
dan tanggung jawab dirinya sebagai dihadapinya kepada keluarga
anggota keluarga terutama pada orang tua
3.3 4.3 Kelas 1-2, 4- 6
Mengenal berbagai tipe teman Menjalin pertemanan yang baik
dan contoh pertemanan yang baik berdasarkan rasa empati dan kasih
berdasarkan kasih sayang sayang
3.4 4.4 Kelas 1 s.d. 6
Menerapkan sikap toleransi dan Menunjukkan sikap toleransi dan
saling menghargai atas keunikan saling menghargai dengan tidak
setiap orang membeda-bedakan teman

2. Pemahaman Nilai dan Sikap


3.5 4.5 Kelas 1 s.d. 6
Memahami nilai positif bagi diri Menunjukkan sikap positif dalam
pribadi dalam upaya menjaga diri menjaga diri dari pengaruh
dari pengaruh lingkungan lingkungan
3.6 4.6 Kelas 1, 2, 4-6
Memahami pengaruh teman Menolak tekanan teman sebaya
sebaya dan mengetahui cara untuk melakukan perilaku berisiko
menghadapinya dan melaporkannya kepada orang
tua atau guru
3.7 4.7 Kelas 1, 2, 4-6
Memahami alasan dalam mengambil Mengambil keputusan yang tepat
keputusan agar terhindar dari untuk menghindari perilaku
perilaku berisiko berisiko
3.8 4.8 Kelas 2, 4 s.d. 6
Memahami cara komunikasi Berkomunikasi secara baik dan
yang baik dan efektif dalam efektif serta berani menolak
menyampaikan pendapat dan perilaku berisiko
menolak perilaku berisiko
3.9 4.9 Kelas 4 s.d. 6
Memahami cara-cara mendapatkan Meminta bantuan dan dukungan
perlindungan dan dukungan dari berbagai pihak yang dapat
dari berbagai pihak yang dapat dipercaya dalam mengatasi
dipercaya apabila mengalami suatu masalah/kejadian yang berisiko
masalah/kejadian yang berisiko bagi kesehatan
bagi kesehatan
BUKU PANDUAN GURU 13

KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4


REKOMENDASI
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
3. Budaya, Sosial, dan Hak Asasi Manusia
3.10 4.10 Kelas 1 s.d. 6
Mengenal hak anak, budaya, dan Mempraktikkan aturan yang
norma berkaitan dengan perilaku baik dalam menjaga kesehatan
kesehatan reproduksi reproduksi
3.11 4.11 Kelas 3 s.d. 5
Memahami dampak media terhadap Memilah dan memilih informasi
pola pikir dan perilaku anak, dari media yang bermanfaat sesuai
khususnya pornografi dengan usia
3.12 4.12 Kelas 1 s.d. 6
Menerapkan kesempatan yang sama Menunjukkan sikap penerimaan dan
antara laki-laki dan perempuan memberi kesempatan yang sama
dalam keluarga, sekolah, dan bagi laki-laki dan perempuan untuk
masyarakat berperan di lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat
3.13 4.13 Kelas 1 s.d. 6
Mengenal berbagai bentuk Menunjukkan sikap penolakan
kekerasan seksual, cara terhadap berbagai bentuk
menghindari, reaksi dan sanksi kekerasan seksual
hukum terhadap perlakuan yang
tidak pantas atau tidak wajar

4. Kesehatan Reproduksi
3.14 4.14 Kelas 1 s.d. 6
Memahami cara memelihara Membiasakan perilaku hidup bersih
kebersihan dan kesehatan tubuh dan sehat dalam kehidupan sehari-
serta alat kelamin hari
3.15 4.15 Kelas 3, 6
Mengenal ciri-ciri pubertas secara Berperilaku positif pada perubahan
fisik dan psikis pada laki-laki dan fisik dan psikis yang terjadi pada
perempuan serta dampak yang diri dan teman sebaya
dapat terjadi
3.16 4.16 Kelas 1, 3, 6
Mengenal organ reproduksi dan Menjaga kesehatan organ
bertanggungjawab terhadap reproduksi
pemeliharaan kebersihan dan
kesehatannya

5. NAPZA
3.17 3.17 Kelas 5
Mengenal NAPZA, bahan atau Memilih jajanan yang aman dan
jajanan yang mengakibatkan efek tidak mengandung NAPZA
adiksi dalam kehidupan sehari-hari
14 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

F. Implementasi Kurikulum Kesehatan Reproduksi

Dilakukan dalam kegiatan kurikuler, dapat berupa intrakurikuler maupun ekstrakurikuler


serta kegiatan pengayaan atau pembiasaan lainnya.

Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan oleh sekolah yang sudah teratur,
jelas, dan terjadwal dengan sistematik yang merupakan program utama dalam proses
mendidik siswa.

Sesuai dengan prinsip diversifikasi kurikulum, maka guru dapat mengajarkan secara
komprehensif materi/kompetensi tentang kesehatan reproduksi dengan berbagai cara
sebagai berikut:

a. Integrasi ke dalam mata pelajaran (integrated curricula atau


integrated approach)

yy kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum


dengan cara menghapus garis batas mata pelajaran yang terpisah-pisah sedangkan
pembelajaran terpadu merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang
menggunakan beberapa bidang mata pelajaran yang sesuai;
yy modul diberikan sesuai dengan materi pembelajaran untuk jenjang SD, pada mata
pelajaran Pendidikan Agama; IPS; Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraa; IPA;
Bahasa Indonesia; Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.

b. Mata pelajaran muatan lokal

yy Muatan lokal diorientasikan untuk menjembatani kebutuhan keluarga dan masyarakat


dengan tujuan pendidikan nasional. Dapat pula dikemukakan, mata pelajaran ini juga
memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya yang dianggap
perlu oleh daerah yang bersangkutan, dimana materinya tidak dapat dikelompokkan
ke dalam mata pelajaran yang ada. Oleh sebab itu, mata pelajaran muatan lokal
harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya
setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu
membekali siswa dengan keterampilan dasar sebagai bekal dalam kehidupan (life
skill).
yy Secara lebih khusus, kurikulum muatan lokal bertujuan: 
a) mengenalkan dan mengakrabkan siswa dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya 
b) membekali siswa dengan kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai
daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada
umumnya
c) memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai atau aturan-aturan
yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai
luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional
d) menyadari lingkungan dan masalah-masalah yang ada di masyarakat serta
dapat membantu mencari pemecahannya

c. Kokurikuler

yy adalah kegiatan yang menunjang serta membantu kegiatan intrakurikuler


biasanya dilaksanakan di luar jadwal intrakurikuler dengan maksud agar siswa
BUKU PANDUAN GURU 15

lebih memahami dan memperdalam materi yang ada di intrakurikuler, biasanya


kegiatan ini berupa penugasan atau pekerjaan rumah ataupun tindakan lainnya yang
berhubungan dengan materi intrakurikuler yang harus diselesaikan oleh siswa;
yy dalam melaksanakan kegiatan kokurikuler, ada hal-hal yang harus diperhatikan,
diantaranya
1. dalam memberikan tugas kokurikuler hendaknya jelas dan sesuai dengan pokok
bahasan atau sub pokok bahasan yang sedang diajarkan,
2. dalam memberikan tugas kokurikuler seorang guru hendaknya tahu mengenai
tingkat kesulitannya bagi siswa sehingga tugas yang diberikan kepada siswa
itu sesuai dengan kemampuannya dan tidak memberatkan baik pada fisiknya
maupun psikisnya,
3. dalam penilaian tugas kokurikuler, hendaknya jelas dan adil sesuai dengan
hasil masing-masing kemampuan siswanya,
4. dalam fungsi memberikan tugas kokurikuler, hendaknya selain untuk
memperdalam pengetahuan siswa, guru juga hendaknya dengan tugas
kokurikuler ini dapat membantu dalam penentuan nilai raport.

d. Ekstrakurikuler

yy kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran


biasa (di luar intrakurikuler), dan kebanyakan materinya pun di luar materi
intrakurikuler, yang berfungsi utamanya untuk menyalurkan/mengembangkan
kemampuan siswa sesuai dengan minat dan bakatnya, memperluas pengetahuan,
belajar bersosilisasi, menambah keterampilan, mengisi waktu luang, dan lain
sebagainya, dapat dilaksanakan di sekolah ataupun kadang-kadang dapat di luar
sekolah seperti: Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dokter kecil, pendidikan
kepramukaan;
yy dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler ini, ada hal-hal yang harus
diperhatikan, supaya kegiatan ini berlangsung dengan baik, diantaranya
1. dalam pelaksanaan kegiatannya, hendaknya dapat bermanfaat bagi siswa, baik
buat masa kini maupun masa yang akan datang,
2. dalam pelaksanaan kegiatannya, hendaknya tidak membebani bagi siswa,
3. dalam jenis kegiatannya hendaknya dapat memanfaatkan lingkungan sekitar,
alam, industri, dan dunia usaha,
4. dalam pelaksanaannya tidak mengganggu kegiatan yang utama, yakni kegiatan
intrakurikuler.

e. Bimbingan dan Konseling

yy tri pusat pendidikan manusia meliputi keluarga, masyarakat, dan sekolah menjadi
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan prestasi siswa. Lingkungan yang
kondusif perlu ditumbuhkan dari tri pusat pendidikan ini. Sekolah atau jalur
pendidikan memegang peranan strategis untuk memberikan pendidikan mengenai
pengembangan kemampuan mencetak generasi anak bangsa yang berprestasi. Jalur
pendidikan memiliki keunggulan untuk melakukan hal tersebut, peranan tersebut
disebabkan karena jalur pendidikan dapat menjangkau sejumlah besar anak dan
generasi muda di dalamnya;
yy materi modul dapat diberikan pada waktu Bimbingan dan Konseling secara individual
atau kelompok, kegiatan keputrian (pada saat siswa sedang menyelenggarakan sholat
Jum’at, pesantren kilat, retreat atau keagamaan lainnya). Dapat diselenggarakan
secara khusus mengundang nara sumber atau dialog antar guru dan siswa.
16 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

f. Pengayaan dan Pembiasaan

yy materi modul dapat diberikan menyesuaikan dengan kesiapan sekolah serta guru,
misalnya dengan mengadakan kegiatan pengayaan untuk lebih mengenalkan dan
mengkampanyekan dalam rangka mengarusutamakan tentang kesehatan reproduksi
secara berkala;
yy bentuk kegiatan tersebut, antara lain: melalui membaca 15 menit setiap hari,
perayaan menyambut hari besar tertentu (misal: hari bumi, hari kesehatan sedunia,
hari anak sedunia). Dengan mengadakan serangkaia acara (misal: lomba bercerita,
kunjungan ke Posyandu dan Puskesmas, lomba dokter kecil) serta kegiatan lainnya
yang memperkaya serta membiasakan siswa hidup bersih dan sehat baik di sekolah,
rumah maupun lingkungannya.

G. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran yaitu
menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran
sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk
jejaring untuk semua mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai
pendekatan ilmiah apabila memenuhi 7 (tujuh) kriteria pembelajaran berikut;
1. materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda,
atau dongeng semata,
2. penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru siswa terbebas dari
prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang
dari alur berpikir logis,
3. mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi
pembelajaran,
4. mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan,
kesamaan, dan tautan sama lain dari materi pembalajaran,
5. mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan
pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran,
6. berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan,
7. tujuan dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Adapun langkah-langkah pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:

yy Pertama, mengamati
Di dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti
menentukan objek apa yang akan diobservasi, membuat pedoman observasi sesuai
dengan lingkup objek yang akan diobservasi, menentukan secara jelas data apa yang
perlu diobservasi baik primer maupun sekunder, menentukan/letak objek yang akan
diobservasi, menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar, menentukan cara dan melakukan
pencatatan atas hasil observasi seperti menggunakan buku catatan kamera-tape
recorder-video perekam dan alat tulis lainnya.
BUKU PANDUAN GURU 17

yy Kedua, menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi siswa untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru
bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu siswanya belajar
dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan siswanya, ketika itu pula dia
mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Kriteria pertanyaan yang baik adalah singkat dan jelas, menginspirasi jawaban,
memiliki fokus, bersifat probing atau divergen, bersifat validatif atau penguatan,
memberikan kesempatan siswa untuk berpikir ulang, merangsang peningkatan
tuntutan kemampuan kognitif dan merangsang proses interaksi.

yy Ketiga, menalar
Istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah
yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi siswa
harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan
sistematis atas fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan
berupa pengetahuan. Terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan
penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik
simpulan dari fenomena atau atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum.
Jadi, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus-kasus
yang berisifat nyata secara individual atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat
umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi
inderawi atau pengamatan empirik. Penalaran deduktif merupakan cara menalar
dengan menarik simpulan dari pernyataan atau fenomena yang bersifat umum
menuju pada hal yang bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan
pola silogisme (kategorial, hipotesis dan alternatif)

yy Keempat, mencoba
Dimasudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap,
keterampilan dan pengetahuan. Akativitas pembelajaran yang nyata antara lain:
1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan
kurikulum, 2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia
dan harus disediakan, 3) mempelajari dasar teoretis yang relevan dan hasil
eksperimen sebelumnya, 4) melakukan dan mengamati percobaan, 5) mencatat
fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data, 6) menarik simpulan
atas hasil percobaan; dan 7) membuat laporan dan

yy Kelima, komunikasi
Mengkomunikasikan hasil percobaan.

Mudah-mudahan dengan menggunakan pendekatan ilmiah siswa diharapkan memiliki


Standar Kompetensi Lulusan seperti: 1) Sikap, pribadi yang beriman, berakhlak
mulia, percaya diri dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial, alam sekitar serta dunia dan perabannya; 2) Keterampilan, pribadi
yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif/dalam ranah abstrak
dan konkrit; 3) Pengetahuan, pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban.
18 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

H. Tips Memberikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Kelas

1. Buatlah kesepakatan belajar


Membuat kesepakatan belajar diawal proses pembelajaran pendidikan kesehatan
reproduksi menjadi penting mengingat topik yang dibahas cukup sensitif dan
selama ini jarang dibicarakan secara terbuka. Kesepakatan belajar akan membantu
untuk membangun lingkungan yang aman dan nyaman bagi siswa untuk saling berbagi
pengetahuan, nilai/ sikap serta pengalaman hidup menyangkut kesehatan reproduksi.
Beberapa hal yang penting untuk disepakat, antara lain menyangkut: bahwa topik
kesehatan reproduksi adalah hal positif dan tidak memalukan; mendorong semua
siswa aktif menyampaikan pendapat dan bercerita pengalaman; terbuka dan saling
menghargai pendapat dan pengalaman; tidak ada penghakiman, stigma dan diskriminasi;
serta menjunjung kerahasiaan dimana semua cerita pengalaman yang diungkap dalam
sesi pembelajaran tidak boleh disampaikan kepada orang diluar kelas.
2. Jadilah tulus
Sebuah sikap tulus akan membuat komunikasi lebih mudah. Guru harus mampu
mengekspresikan rasa tulusnya ketika membahas topik-topik tertentu.
3. Pendengar yang baik
Mendengarkan adalah bagian penting dari komunikasi yang baik. Guru harus menunjukkan
bahwa dirinya mendengarkan dengan baik ketika sedang memperhatikan pernyataan
atau pertanyaan siswa serta apa yang menjadi fokus perhatian atau kekhawatiran
dalam pikiran siswa.
4. Berpikiran terbuka
Guru harus menunjukkan sikap terbuka sehingga siswa merasa nyaman mengekspresikan
pendapat dan nilainya menyangkut topik yang sedang dibahas.
5. Jadilah fleksibel
Guru harus fleksibel dan mencoba untuk menanggapi perhatian dan kebutuhan yang
mungkin muncul dari siswa ketika sedang mendiskusikan suatu topik meskipun apa yang
menjadi perhatian siswa tidak menjadi bagian dalam topik yang sedang dibahas oleh
guru.
6. Menjaga privasi
Guru harus menunjukkan bahwa pembicaraan tentang topik yang diajarkan di dalam
kelas mendiskusikan fakta dan opini dan tidak sedang membongkar pengalaman yang
memalukan dari siswa.
7. Tetap tenang
Guru harus tenang mendengarkan siswa saat mereka mengekspresikan pendapat
mereka, bahkan saat guru mungkin tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
8. Meminta pendapat siswa
Guru sebaiknya meminta siswa untuk mengekspresikan pendapat mereka dan bukan
meminta pengakuan atas pengalaman-pengalaman mereka yang mungkin memalukan.
9. Menjawab pertanyaan-pertanyaan
Lebih baik jika guru dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari siswa.
Akan tetapi jika guru merasa tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjawab
maka sebaiknya guru jujur dan menjanjikan akan mencarikan jawaban yang benar
daripada memaksa memberikan informasi yang salah.
BUKU PANDUAN GURU 19

10. Menunjukkan rasa percaya diri membahas topik-topik kesehatan reproduksi


Topik tentang kesehatan reproduksi sering menjadi hal memalukan dan tabu bagi
kebanyakan orang termasuk siswa. Jika guru menunjukkan sikap canggung dan malu,
maka siswa menjadi canggung untuk mengikuti proses belajar dikelas termasuk bisa
menjadi tidak terbuka untuk menanyakan informasi yang mereka butuhkan.

Untuk membangun suasana belajar yang mendukung di dalam kelas, maka guru
penting menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal berikut:

yy Secara terbuka mengkritik setiap pendapat siswa. Sikap ini dapat menyebabkan siswa
menjadi tertutup
yy Menceramahi dan menghujat. Sebagai contoh: “Jika jadi kamu maka saya tidak akan
melakukan hal yang memalukan tersebut”
yy Menertawakan pendapat atau komentar siswa yang bisa membuat mereka malu untuk
memberikan pendapat berikutnya

Kegiatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi


setempat bila dianggap bertentangan dengan norma, budaya,
dan agama/keyakinan
20 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat
BUKU PANDUAN GURU 21

Bab III
Implementasi
Modul Kesehatan
Reproduksi
22 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

KONSEP UTAMA 1:

Hubungan Dengan Orang Lain

TOPIK 1.1 PENGENALAN DIRI


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
 (RPP)
Alokasi Waktu: 45 menit

KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4 MUATAN


MATERI
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN) TERPADU
Pengenalan Diri 3.1 4.1 Bahasa
Mengenal konsep diri Berani memperkenalkan Indonesia,
positif, meliputi: gambaran diri dan membuat Agama
diri, ideal diri, harga diri, keputusan yang tepat
peran, dan identitas yang untuk selalu menjaga Kelas 1,
ada pada dirinya. diri dan tubuhnya dari 3 s.d 6
gangguan orang lain

Tujuan

1. Siswa mampu untuk mengenali kelebihan atau hal-hal positif dalam dirinya
2. Siswa berani untuk mengenalkan dirinya serta kemudian memahami cara menjaga diri
dan tubuhnya dari gangguan orang lain

Materi

1. Setiap orang itu unik dan memiliki kelebihan yang dapat dibanggakan
2. Berani untuk memperkenalkan diri itu baik
3. Selalu bersyukur atas apa yang telah Tuhan anugerahkan kepada tubuh kita, untuk itu
kita wajib untuk merawatnya

Sumber dan Media

1. Kertas
2. Spidol warna warni
3. Wacana

Kegiatan Pembelajaran

1. buka sesi dengan menjelaskan tujuan


2. ajak siswa untuk mengamati kemudian dilanjutkan menalar dengan memperkenalkan
diri sendiri, keluarga serta kelebihan atau hal yang disenangi dari diri sendiri
3. bagikan selembar kertas HVS dan spidol kepada semua siswa
4. di kelas rendah (1-3), minta siswa untuk mencoba membuat satu gambar yang bisa
melambangkan diri mereka dikertas HVS yang sudah dibagikan
Bagi kelas tinggi (4-6), untuk mencoba membuat peta konsep (mind map) untuk
menggambarkan konsep diri secara lebih lengkap
BUKU PANDUAN GURU 23

5. minta kepada siswa secara sukarela untuk maju ke depan kelas menunjukkan gambarnya
sambil menceritakan atau mengkomunikasikan:
yy nama
yy tempat dan tanggal lahir
yy hobi
yy satu hal yang disenangi pada dirinya (misal: pengungkapan rasa syukur karena diberi
panca indera yang lengkap, dll)
yy hal/kebiasaan positif yang selalu dilakukan (misal: sayang kepada adik/kakak,
orangtua; menyapu; merapikan tempat tidur, memberi makan hewan peliharaan,
menolong ibu, cium tangan orang tua, dll)
Bagi kelas tinggi dengan materi pengayaan: gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran,
dan identitas yang ada pada dirinya. Dilanjutkan dengan bagaimana cara/bersikap
menjaga dirinya dari gangguan orang lain

6. tutup sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, review, menarik kesimpulan bersama
serta melakukan refleksi
Refleksi sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar pada
prinsipnya merupakan kegiatan untuk nilai siswa kepada pendidik. Penilaian tersebut
dapat dilakukan secara tertulis maupun secara lisan oleh siswa kepada pendidiknya.
Penilaian dari siswa dapat berisi ungkapan curahan hatinya yang berupa kesan, pesan,
harapan serta kritikan yang bersifat membangun atas proses belajar mengajar yang
diterimanya sejak awal hingga akhir proses tersebut.

Refleksi untuk Guru

yy membuat siswa merasa mampu dengan sikap dan pandangan positif terhadap kemampuan
siswa, maka siswa juga akan berpandangan positif terhadap kemampuan dirinya.
yy memberi kesempatan berpendapat yang merata tidak terpaku pada mereka yang pintar
dan aktif berbicara saja, juga memotivasi siswa yang cenderung pendiam
yy memperhatikan kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan
yy membuka diri kepada seluruh siswa untuk berdialog atau melakukan konseling. Jika
terpantau ada siswa yang mengalami masalah, Guru segera melakukan konseling dan
merujuk ke Puskesmas terdekat untuk bantuan dan dukungan lebih lanjut

Refleksi untuk Siswa

yy setiap kita diciptakan unik dan berbeda. Jadi kita harus senang dan bangga dengan diri
sendiri
yy selalu lihat hal-hal yang menyenangkan dari diri sehingga kita bersyukur
yy selalu jaga diri dan tubuh kita. Jangan biarkan orang lain menyentuh bagian tubuh pribadi
kita

24 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Wacana
Mengenal Diri Sebagai Bagian Dari Konsep Diri
Karakteristik Konsep Diri Anak Usia Sekolah Dasar
Terjadi penurunan dalam konsep diri anak pada saat awal masuk sekolah dasar. Menurut
John W. Santrock (2011: 56), perubahan dalam konsep diri anak selama di sekolah dasar
dapat dilihat dari tiga karakteristik konsep diri berikut ini.

1. Karakteristik Internal
Anak usia sekolah dasar lebih memahami dirinya melalui karakteristik internal daripada
melalui karakteristik eksternal. Anak-anak terutama kelas rendah lebih cenderung
menyebutkan karakteristik psikologis (seperti kesukaan) dalam menggambarkan diri
mereka daripada menyebutkan karakteristik fisik (seperti warna mata atau benda-
benda milik mereka). Sebagai contoh adalah anak usia 8 tahun yang mendeskripsikan
dirinya sebagai ”Aku seorang yang pintar dan terkenal”.

2. Karakteristik Aspek Sosial


Aspek-aspek sosial dari pemahaman anak terhadap dirinya mengalami peningkatan
selama di sekolah dasar. Anak usia sekolah dasar sering menjadikan kelompok-
kelompok sosial sebagai acuan dalam mendeskripsikan diri. Misalnya saja, sejumlah
anak mengacu diri mereka sebagai Pramuka perempuan.

3. Karakteristik Perbandingan Sosial


Anak cenderung membedakan diri dari orang lain secara komparatif daripada secara
absolut. Karenanya, anak usia sekolah dasar cenderung berpikir tentang apa yang dapat
dilakukan dibandingkan dengan apa yang dapat dilakukan oleh orang lain.

Carl Rogers mendeskripsikan teori kepribadian The Self atau Self Structure sebagai
sebuah struktur yang menunjukkan bagaimana setiap individu melihat dirinya sendiri
yaitu:
1. Karakteristik Real Self (keadaan diri individu saat ini)
2. Karakteristik Ideal Self (keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu
sendiri atau apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut).

Anak mulai dapat membedakan antara Real Self dan Ideal Self mereka pada masa
usia sekolah dasar, yang mencakup kemampuan untuk membedakan kompetensi mereka
yang sebenarnya dengan apa yang ingin mereka capai dan dianggap penting.

KOMPONEN KONSEP DIRI

1. Gambaran Diri
adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar atau tidak sadar termasuk
persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi
tubuh saat ini dan masa lalu.
2. Ideal Diri
yy adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan
standar pribadi
yy Standar ini berhubungan dengan tipe orang atau sejumlah aspirasi cita-cita nilai
yang dicapai
BUKU PANDUAN GURU 25

yy Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi oleh orang
penting dari dirinya yang memberikan tuntutan atau harapan
yy Ini diperlukan oleh individu untuk memacu dirinya ke tingkat yang lebih baik
3. Harga Diri
yy Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai degan menganalisa
seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri
yy PENTING! Penerimaan diri tanpa syarat sebagai individu yang berarti walaupun
salah, gagal atau kalah
yy Harga diri diperoleh dari penghargaan diri sendiri dan dari orang lain yaitu
perasaan dicintai, dihargai dan dihormati
yy Jika individu selalu berhasil maka cenderung mempunyai harga diri yang tinggi
dan jika individu sering mengalami kegagalan maka cenderung mempunyai harga
diri yang rendah
Untuk meningkatkan harga diri dapat dilakukan dengan:
a. Memberi kesempatan untuk berhasil yaitu dengan memberikan tugas yang
memungkinkan diselesaikan, kemudian diberi pujian atau penghargaan atas
keberhasilannya
b. Menanamkan/memberi gagasan yang dapat memotivasi kreativitas untuk
berkembang
c. Mendorong aspirasi dengan menanggapi pertanyaan dan pendapatnya serta
memberi dukungan terhadap aspirasi yang positif sehingga merasa diterima

Harga diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia, maka:


yy Semakin dekat diri ideal kita dengan citra diri kita, semakin tinggi harga diri
kita
yy Semakin jauh diri ideal kita dengan citra diri kita, semakin rendah harga diri
kita
yy Tinggi rendahnya harga diri seseorang akan mempengaruhi kepercayaan dirinya

4. Peran
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat.

5. Identitas
Identitas adalah kesadaran akan diri merupakan gabungan dari semua aspek konsep
diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.

Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat adalah seseorang yang
memandang dirinya berbeda dengan orang lain, memiliki otonomi yaitu mengerti
dan percaya diri, respek diri, mampu dan menguasai diri, mengatur diri sendiri dan
menerima diri.

Ciri-ciri individu identitas diri positif adalah:


yy Mengenal diri sebagai organisme yang utuh, terpisah dari orang lain
yy Memandang berbagai aspek diri sebagai suatu keselarasan
yy Menilai diri sesuai dengan penilaian masyarakat
yy Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang
yy Memiliki tujuan yang dapat direalisasikan

Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih mengarah pada
kerendahan hati dan kedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan. Orang yang
26 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai konsep diri yang
positif.

Konsep diri positif akan bersikap optimis, percaya diri sendiri dan selalu bersikap
positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialami. Kegagalan tidak
dipandang sebagai akhir segalanya, namun dijadikan sebagai penemuan dan pelajaran
berharga untuk melangkah ke depan. Individu yang memiliki konsep diri positif akan
mampu menghargai dirinya sendiri
BUKU PANDUAN GURU 27

TOPIK 1.2 KELUARGA


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
 (RPP)
Alokasi Waktu: 90 menit

KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4


MATERI MUATAN TERPADU
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
Keluarga 3.2 4.2 Bahasa Indonesia,
Memahami fungsi keluarga, Mengomunikasikan PPKN, Agama
tugas dan tanggung jawab masalah yang
dirinya sebagai anggota dihadapinya kepada Kelas 1 s.d. 6
keluarga keluarga terutama pada
orang tua

Tujuan

1. Siswa dapat memahami konsep ‘keluarga’ dengan menggunakan berbagai contoh struktur
keluarga serta tugas dan tanggungjawab dirinya sebagai anngota keluarga
2. Siswa dapat menyadari bahwa keluarga itu penting dalam kehidupan

Materi

1. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang biasanya terdiri dari ayah, ibu,
dan anak
2. Di dunia ini terdapat berbagai macam tipe keluarga, seperti: keluarga dengan orang
tua lengkap, orang tua tunggal, keluarga luas (extended family), anak sebagai kepala
keluarga, pengasuh sebagai kepala keluarga, keluarga kecil, dll
3. Setiap anggota keluarga memiliki peran dan kebutuhan yang berbeda
4. Keluarga berperan penting dalam mengajarkan norma-norma pada anak
5. Keluarga seharusnya tidak membedakan anggota keluarga laki-laki dan perempuan dalam
hal peran dan tanggung jawab
6. Keluarga menolong anak untuk memahami nilai dan mempengaruhi kepribadian anak

Sumber dan Media

1. Kertas karton
2. Foto keluarga/gambar
3. Gunting
4. Lem kertas
5. Wacana

Kegiatan Pembelajaran

1. buka sesi belajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa secara sukarela
untuk menceritakan hasil pembelajaran yang diingat/mengkomunikan kembali dari sesi
sebelumnya
2. jelaskan tujuan
28 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

3. ajak siswa kelas rendah untuk mengamati sekaligus bernalar, tentang:


yy Menurut kamu keluarga inti adalah . . .
yy Siapa saja anggota keluarga lainnya?
yy Apa saja kebiasaan atau pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing anggota
keluarga yang kamu gambarkan tadi?
yy Apa hal yang paling menyenangkan yang kamu rasakan dalam keluargamu?

Pada siswa kelas tinggi, ajak siswa untuk mengembangkan keahlian bertanya dengan
melakukan diskusi terbuka tentang keluarga inti:
yy Apa tanggung jawab atau peran setiap anggota keluarga.
yy Bagaimana apabila keluarga inti tidak lengkap?
yy Apakah ada penggantian peran bagi keluarga yang tidak lengkap?
yy Pentingkah peran keluarga inti bagimu? Mengapa?

4. bagikan kertas karton, gunting, dan lem kepada siswa


5. tugaskan siswa untuk mencoba membuat poster mengenai “Keluargaku” dengan cara
menempelkan foto/gambar keluarga mereka di kertas karton
6. tempelkan poster di dinding kelas dan minta secara sukarela siswa menjelaskan/
mengkomunikasikan posternya secara bergantian
7. tutup sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, bersama-sama menarik kesimpulan,
dan melakukan refleksi pembelajaran

Refleksi bagi Guru

yy mengingatkan siswa bahwa keluarga yang dimiliki dapat tidak sama satu dengan lainnya
misalnya ada yang tinggal dengan keluarga inti atau keluarga luas atau keluarga asuh,
tinggal dengan kedua orangtua atau orangtua tunggal atau orangtua asuh.
yy menjalin komunikasi dengan keluarga siswa terkait tanggung jawab mewujudkan
lingkungan yang baik untuk tumbuhkembang siswa.
yy mengingatkan siswa bahwa kadangkala tidak semua keluarga bisa memberikan
perhatian yang cukup atau tidak semua keluarga memberikan teladan yang baik, akan
tetapi jangan biarkan diri larut dalam perasaan tidak beruntung dan menjadikan
kondisi tersebut alasan sebagai pelarian untuk mempraktikkan perilaku yang berisiko
terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan Napza, Infeksi Menular
Seksual (IMS) dan HIV
yy membuka diri kepada seluruh siswa untuk berdialog atau melakukan konseling. Jika
terpantau ada siswa yang mengalami masalah, Guru segera melakukan konseling dan
merujuk ke Puskesmas terdekat untuk bantuan dan dukungan lebih lanjut

Refleksi bagi Siswa

yy mensyukuri keluarga yang dimiliki apapun kondisinya dengan bersikap positif


yy menjaga komunikasi dengan anggota keluarga secara intensif
yy bersikap positif dalam keluarga, jika ada hal-hal yang kurang harmonis dan kurang
menyenangkan dalam keluarga maka siswa tidak terpengaruh untuk melakukan perilaku
berisiko sebagai pelarian.
BUKU PANDUAN GURU 29

Wacana
Memahami Keluarga
Memahami tentang Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga
terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan, hidup dalam satu rumah tangga, berinter aksi
satu sama lain dan memiliki peran masing-masing.

Ada beberapa jenis keluarga, yakni:


yy Keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak
yy Keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak
mereka, termasuk kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua
yy Keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga
luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan


yang berhubungan dengan posisi dalam keluarga pada situasi tertentu. Peranan pribadi
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan
masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:


yy Sebagai suami dari isteri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik anak-anak, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
yy Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah
tangga, sebagai pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu
ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah dalam keluarganya.
yy Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya
baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:

1. Pemeliharaan fisik dan kesehatan para anggota keluarga


2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3. Pembagian tugas masing-masing anggota keluarga
4. Sosialisasi antar anggota keluarga
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya
30 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:

1. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak
untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak
2. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi
anggota masyarakat yang baik
3. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota
keluarga merasa terlindung dan merasa aman
4. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana dapat merasakan perasaan dan suasana anak
dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota
keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan
dalam keluarga
5. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan
anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur
kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia
6. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur
penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga
7. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan
dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman
masing-masing, dan lainnya
8. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi
selanjutnya
9. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga, serta membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga

Tugas dan Tanggung Jawab Keluarga

Keluarga yang memiliki anak remaja tentunya mempunyai peran/tanggung jawab yang
disesuaikan dengan perubahan fisik dan psikososial yang sedang terjadi pada remaja.
Peran/tanggungjawab keluarga/orangtua terhadap anak remaja:
yy Memahami tentang perubahan (tumbuh-kembang) remaja
yy Bisa menjadi pendengar aktif (orangtua bisa bereran sebagai sahabat)
yy Menerapkan dan mendorong anak berdisiplin
yy Komunikatif dan tanggap terhadap kebutuhan/permasalahan remaja
yy Membangun suasana harmonis
yy Menjadi role model
yy Tidak menghakimi/menasehati, harus memahami perubahan/pubertas yang terjadi, dll
yy Membimbing anak mencari teman sejati
yy Mengetahui teman-teman anak
yy Mengetahui aktivitas anak/anggota keluarga

Remaja juga mepunyai tanggung jawab/peran remaja dalam keluarga, antara lain:
1. Terbuka terhadap permasalahan yang sedang dihadapi
2. Komunikasi efektif dengan keluarga/orangtua
3. Mandiri
BUKU PANDUAN GURU 31

Suprajitno (2004), menyatakan bahwa fungsi pemeliharaan kesehatan,


keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan, meliputi:

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga


Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh
kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan
sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian
orang tua/keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
4. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan
kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan
dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat
meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh
bantuan.
5. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui keluarga sendiri. Jika demikian, anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan
atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Termasuk memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.

6. Membekali anak remajanya dengan pengetahuan kesehatan reproduksi.


Keluarga bertanggung jawab untuk membekali anak remajanya dengan pengetahuan
kesehatan reproduksi sedini mungkin untuk pembentukan nilai-nilai yang positif
menyangkut kesetaraan gender, mencegah kekerasan seksual, serta membantu anak
remajanya dalam pembuatan keputusan yang sehat dan bertanggung jawab terutama
untuk pencegahan risiko kesehatan reproduksi termasuk HIV dan AIDS.

Tips-tips untuk menghadapi berbagai situasi anggota keluarga

1. Keluarga harmonis tapi tidak terbuka (tabu membicarakan kesehatan reproduksi)


yy Sampaikan kepada anggota keluarga bahwa seiring pertambahan usia menuju
kedewasaan, banyak perubahan yang terjadi pada fisik, psikologis dan mental
(disebut pubertas). Hal ini alamiah dan terjadi pada semua orang
yy Ceritakan bahwa semakin bertambah usia maka semakin banyak tantangan yang
dihadapi dalam berperilaku yang lebih sehat. Ceritakan contoh-contoh pengalaman
yang terjadi disekitar rumah, sekolah atau lingkungan bermain, seperti: ajakan
merokok, dsb
yy Ajak anggota keluarga untuk bercerita bagaimana pengalaman mereka dulu ketika
menghadapi masa remajanya. Tanyakan apa yang membuat mereka bertahan dan
melalui masaremajanya dengan baik. Ini dilakukan untuk membiasakan anggota
keluarga saling bercerita pengalaman sehingga mendorong untuk lebih terbuka
yy Minta dukungan keluarga untuk membantu kita tetap berperilaku yang sehat dan
tidak mudah terpengaruh bahkan bisa lebih percaya diri untuk menginspirasi
orang lain untuk hidup sehat
32 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

yy Sampaikan bahwa keluarga adalah tempat utama kita belajar tentang pengetahuan,
nilai-nilai dan perilaku dalam hidup. Oleh sebab, keterbukaan dalam keluarga dalam
membicarakan kesehatan reproduksi sangat penting untuk melalui masa remaja
dengan baik
yy Sampaikan kepada anggota keluarga bahwa remaja seiring pertambahan usia
menuju kedewasaan, banyak perubahan yang terjadi pada fisik, psikologis dan
mental disebut pubertas

2. Keluarga harmonis tapi ada yang berperilaku negatif (misalnya: orang tua merokok,
kakak sering mabuk, dsb)
yy Cari waktu yang tepat untuk berdiskusi dari hati ke hati dengan anggota keluarga
yang memiliki perilaku negatif
yy Sampaikan bahwa hal paling membahagiakan dalam keluarga adalah bahwa kita
saling menyayangi, mendukung dan peduli satu sama lain. Sampaikan juga bahwa
dalam keluarga, kita saling belajar dan memberikan contoh perilaku yang baik bagi
anggota keluarga lain
yy Nyatakan perasaan kita tentang perilaku negatif dari anggota keluarga tersebut.
Sampaikan empajnhti dan rasa sedih ketika kita mengetahui dan melihat ada
anggota keluarga yang melakukan perilaku yang membahayakan dirinya
yy Sampaikan bahwa kita akan lebih bahagia ketika mengetahui anggota keluarga
hidup sehat dan positif
yy Tanyakan apa yang bisa kita atau anggota keluarga lain bantu untuk membuat
anggota keluarga yang berperilaku negatif tersebut berubah untuk hidup lebih
sehat
yy Ajak seluruh anggota keluarga untuk peduli dan menyampaikan dukungan kepada
anggota keluarga yang berperilaku negatif untuk berubah dan mempraktekkan
pola perilaku hidup sehat

3. Keluarga sibuk
yy Cari waktu yang tepat ketika anggota keluarga sedang berkumpul (misalnya ketika
waktu makan malam) untuk menyampaikan bahwa perhatian, kasih sayang, kepedulian
dan kebersamaan dalam keluarga adalah penting. Untuk itu minta anggota keluarga
meskipun sibuk tetap memiliki waktu bersama untuk berkomunikasi antar anggota
keluarga seperti saat makan malam dan membicarakan hal-hal penting yang terjadi
pada anggota keluarga
yy Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan positif lainnya untuk membangun
konsep diri yang positif, rasa berharga dan percaya diri yang menjadi bekal untuk
hidup lebih positif
yy Bangun lingkar pertemanan yang positif dan bisa saling mendukung untuk melakukan
perilaku yang positif dan sehat
yy Dekatkan diri kepada keluarga yang lebih luas yang dapat dipercaya seperti: om
dan tante untuk tempat curhat jika dibutuhkan dan dukungan untuk membangun
perilaku yang positif dan sehat

4. Keluarga tidak harmonis (broken home)


yy Tanamkan nilai positif dalam diri bahwa meskipun keluarga kita tidak harmonis
bukan berarti hidup kita tidak berharga dan kita bisa melakukan pelarian untuk
melakukan perilaku-perilaku negatif yang tidak sehat
yy Cari waktu yang tepat untuk berdiskusi dengan anggota keluarga mengenai
pentingnya keharmonisan dan kasih sayang dalam keluarga
BUKU PANDUAN GURU 33

yy Bangun hubungan yang lebih baik dengan keluarga yang lebih luas (seperti: om
dan tante terdekat) sebagai tempat bercerita dan mendapatkan dukungan dalam
menghadapi masa remaja secara lebih baik
yy Temukan teman dan sahabat yang baik yang bisa saling mengingatkan dan curhat
serta bergaullah secara positif
yy Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan positif lainnya untuk membangun
konsep diri yang positif, rasa berharga dan percaya diri yang menjadi bekal untuk
hidup lebih positif
yy Berceritalah kepada Guru yang kita percaya disekolah mengenai situasi
yy yang kita hadapi dan hal-hal yang kemungkinan bisa mendorong kita
yy melakukan perilaku negatif sehingga Guru bisa memberikan dukungan yang
diperlukan
34 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

TOPIK 1.3 PERTEMANAN DAN CINTA KASIH


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Alokasi Waktu: 45 menit
KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4
MATERI MUATAN TERPADU
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
Pertemanan dan 3.3 4.3 Bahasa
Cinta Kasih Mengenal berbagai Menjalin pertemanan Indonesia, IPS,
tipe teman dan contoh yang baik berdasarkan Agama
pertemanan yang baik rasa empati dan kasih
berdasarkan kasih sayang sayang Kelas 1 s.d. 6

Tujuan

1. Siswa dapat mendefinisikan teman


2. Siswa dapat menunjukkan keterampilan yang dibutuhkan untuk membina pertemanan

Materi

1. Ada berbagai jenis teman, seperti teman sekelas, teman beda kelas, teman dirumah,
teman dekat, shabat, teman laki-laki, teman perempuan.
2. Persahabatan pada umumnya didasarkan pada kepercayaan, berbagi, dan empati
(merasakan, peduli)
3. Ada bermacam cara untuk mengungkapkan persahabatan dan untuk menyayangi orang
lain
4. Persahabatan dan cinta kasih membantu orang untuk menyayangi dirinya sendiri
5. Hubungan pertemanan bisa sehat ataupun tidak sehat. Hubungan yang melibatkan
kekerasan dalam persahabatan merupakan contoh hubungan yang tidak sehat

Sumber dan Media

1. Siswa sebagai model


2. Contoh puisi atau lirik lagu atau gambar, ataupun skenario drama
3. Wacana

Kegiatan Pembelajaran

1. buka sesi belajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa secara sukarela untuk
bertanya atau menceritakan hasil pembelajaran yang diingat dari sesi sebelumnya
2. jelaskan tujuan
3. untuk kelas rendah, minta salah satu siswa secara sukarela untuk maju ke depan kelas
dan mencoba menceritakan:
yy Nama 2 (dua) orang temannya serta alasan mengapa senang berteman dengan
mereka?
yy Kegiatan apa saja yang dilakukan bersama teman tersebut?

untuk kelas tinggi, ajak siswa untuk mengamati, mengidentifikasi beragam hubungan
yang kita bangun dengan orang lain
BUKU PANDUAN GURU 35

yy Minta siswa untuk menalar kemudian membuat daftar teman, teman dekat, sahabat,
saudara dalam kehidupan mereka dan bagaimana bentuk pertemanan yang terjalin
di antara mereka
yy Kemudian mintalah siswa saling berbagi daftar tersebut kepada temannya dan
menceritakannya.
yy Sebutkan beberapa kata yang menggambarkan nilai-nilai orang yang paling dekat
dengan kalian? (seperti: baik, jujur, menghargai, berbagi, menyayangi, dipercaya,
menyenangkan, memberi rasa aman, dsb). Tuliskan kata tersebut di papan tulis
4. minta siswa untuk mengekspresikan nilai-nilai pertemanan tersebut ke dalam puisi
atau lirik lagu atau gambar, ataupun skenario drama mengenai bagaimana menjalin
pertemanan berdasarkan kasih sayang dan ketulusan.
5. tutup sesi pembelajaran dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, menyimpulkan
materi bersama-sama serta melakukan refleksi pembelajaran

Refleksi untuk Guru

yy memberikan kepedulian, perhatian, kasih sayang dan empati kepada siswa


yy memotivasi siswa untuk menjalin pertemanan dengan dasar rasa saling peduli, perhatian,
kasih sayang dan empati
yy menciptakan lingkungan yang aman dan menyenangkan sehingga mencegah adanya
kekerasan atau pengaruh negatif dalam pertemanan
yy memantau siswa terutama mengenali tanda-tanda kekerasan baik fisik maupun psikis
dan segera menindaklanjutinya.
yy membuka diri kepada seluruh siswa untuk berdialog atau melakukan konseling. Jika
terpantau ada siswa yang mengalami masalah, Guru segera melakukan konseling dan
merujuk ke Puskesmas terdekat untuk bantuan dan dukungan lebih lanjut

Refleksi untuk Siswa

yy Membangun pertemanan yang didasari atas rasa saling peduli, perhatian, kasih sayang
dan solidaritas
yy Berteman dengan siapa saja, namun tetap menjaga diri dari teman yang memberi
pengaruh tidak baik
yy Sebagai seorang teman seharusnya tidak memaksa apalagi melakukan kekerasan untuk
melakukan perilaku-perilaku yang berisiko
yy Meminta bantuan kepada guru atau orangtua jika menemukan adanya kekerasan atau
hal negatif dalam pertemanan
yy Pertemanan dan kasih sayang memberikan pengaruh positif terhadap siswa
36 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Wacana
Membangun Pertemanan

Membangun Hubungan Interpersonal

Hampir semua orang, mempunyai hubungan interpersonal untuk menjadi bahagia. Hubungan
interpersonal adalah hubungan antara individu yang satu dengan individu yang lain. Kegiatan
seperti bekerja sama, melakukan kegiatan secara bersama, curhat dengan orang lain
dikategorikan sebagai hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal timbul akibat rasa
ketertarikan dengan orang lain. Rasa tertarik bukan hanya didefinisikan sebagai cinta atau
suka melainkan juga melalui rasa empati. Contohnya adalah pertemanan atau persahabatan.

Menurut Stemberg (1988 dalam Weiten, 2011) sebuah hubungan memiliki 3 komponen yaitu:
hasrat (passion), keinginan untuk mendekat (intimacy) dan komitmen (commitment). Saat
kita melakukan sebuah hubungan maka komponen utama yang terbentuk adalah hasrat yaitu
rasa ingin mengenal lebih dalam dan kemudian dilanjutkan oleh kedekatan dan komitmen.
Jika rasa kedekatan lebih besar terbentuk maka hubungan yang ditimbulkan adalah
hubungan pertemanan karena berhubungan dengan kehangatan dan perasaan berbagi dalam
berhubungan sehingga terbentuk hubungan yang disebut companiote love yaitu “hangat,
percaya, kasih sayang, saling toleran terhadap orang lain yang hidupnya sangat terkait
dengan hidup orang lain” (Weiten, 2011).

Selain hubungan interpersonal secara langsung yaitu dengan cara tatap muka, hubungan
interpersonal juga dapat terjalin melalui sosial media. contoh: twitter, facebook, chating
dan semacamnya. terkadang kita menemui orang yang terlihat santai di dunia maya namun
pada saat kita bertemu orang tersebut, dia tidak berlaku seperti layaknya dia di dunia
maya bahkan sebaliknya. Dengan pengalaman seperti itu, dapat dikatakan bahwa orang
tersebut lebih mahir melakukan hubungan interpersonal secara tidak langsung daripada
secara langsung. 

Melakukan hubungan interpersonal sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tak


terbayangkan bila kita hidup tanpa melakukan hubungan interpersonal. Beberapa alasan
yang dapat menimbulkan hubungan interpersonal adalah rasa ketertarikan yang positif,
adanya kesamaan, efek timbal balik yang memberikan keuntungan positif serta perasaan
nyaman bisa saling berbagi. Hubungan interpersonal memiliki banyak manfaat, salah satunya
adalah dukungan sosial. Setelah kita melakukan hubungan interpersonal maka kita dapat
lebih percaya diri dan semangat dalam menghadapi suatu hal. 

Membangun Pertemanan

Menurut Santrock (2007), teman sebaya (peer) adalah anak-anak atau remaja yang memiliki
tingkat  usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Sementara Hetherington & Parke dalam
Desmita (2010) mendefinisikan teman sebaya (peer) sebagai sebuah kelompok sosial
sering didefinisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan sosial atau yang memiliki
kesamaan ciri-ciri, seperti kesamaan tingkat usia.

Cukup banyak istilah yang dipakai dalam pertemanan. Ada yang menyebut teman atau
sahabat.
BUKU PANDUAN GURU 37

TEMAN SAHABAT
PENGERTIAN Orang yang seusia atau dekat Teman yang memiliki selera yang
usianya dengan kita dan memiliki serupa dan menikmati kegiatan-
pengalaman serta ketertarikan kegiatan yang disukai bersama.
yang sama.
AKTIVITAS Aktivitas bersama seperti Dengan sahabat kita bisa melakukan
bermain, belajar dan bercanda perilaku yang saling menolong, seperti
tukar-menukar nasehat dan saling
menolong dalam kesulitan
KEUNTUNGAN Dari berteman kita bisa jadi Dari persahabatan kita bisa
lebih senang, bisa tertawa, mendapatkan manfaat seperti ada
merasa ada yang selalu yang mengingatkan membuat PR,
membantu dan membuat hidup mengingatkan jika ada perkataan dan
menjadi lebih berwarna. perlakuan yang salah dan selalu ada
pertolongan disaat kita susah.
KERUGIAN Bisa jadi jika mendapat Sahabat juga kadang bisa
teman yang kurang baik maka mempengaruhi kita untuk bisa
teman bisa memaksa atau melakukan sesuatu yang buruk. Atau
menekan kita untuk melakukan mungkin bisa berbeda pendapat dan
sesuatu yang kurang baik bertengkar. Tapi mestinya yang
melalui perkataannya maupun namanya sahabat tidak akan merusak
perbuatannya. kita.

Empat fungsi hubungan teman sebaya, mencakup:

1. Hubungan teman sebaya sebagai sumber emosi (emotional resources), baik untuk
memperoleh rasa senang maupun untuk beradaptasi terhadap stress;
2. Hubungan teman sebaya sebagai sumber kognitif (cognitive resources) untuk pemecahan
masalah dan mendapatkan pengetahuan;
3. Hubungan teman sebaya sebagai konteks di mana keterampilan sosial dasar (misalnya
keterampilan komunikasi sosial, keterampilan kerjasama dan keterampilan masuk
kelompok) diperoleh atau ditingkatkan;
4. Hubungan teman sebaya sebagai landasan untuk terjalinnya bentuk-bentuk hubungan
lainnya (misalnya hubungan dengan saudara kandung) yang lebih harmonis. Hubungan
teman sebaya yang berfungsi secara harmonis di kalangan anak-anak prasekolah telah
terbukti dapat memperhalus hubungan antara anak-anak itu dengan adiknya.
 
Selagi masih remaja, kita perlu terus menjalin persahabatan dengan teman sebaya. Ini
adalah salah satu cara untuk mengembangkan diri. Beberapa manfaat yang bisa diperoleh
antara lain:
yy Biasanya dengan sahabat kita bisa berbicara terbuka dan jujur. Hal ini memberikan
kemampuan kita untuk peka pada kekuatan, kelemahan, kebutuhan, dan keinginan orang
lain. Persahabatan memungkinkan kita untuk saling berbagi dalam banyak hal, termasuk
persoalan yang bersifat pribadi. Persahabatan dapat memberikan kesempatan bagi
kita untuk menggali dan mengenali diri sendiri
yy Kepekaan kita karena persahabatan akan dapat meningkatkan rasa empati atau dapat
merasakan apa yang dirasakan orang lain. Kebersamaan dengan teman menjadikan
38 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

kita akan merasa memperoleh dukungan, termasuk saat kita sedang bermasalah atau
sewaktu mengalami stres
yy Sikap positif yang ada pada kita seperti disiplin, rajin belajar, patuh pada orang tua,
bisa ditiru atau diikuti oleh sahabat maupun sebaliknya. Kalau kita melakukan hal baik,
akan terlihat baik di mata teman
Selain hal-hal positif yang ditimbulkan dari persahabatan dengan teman sebaya ada juga
ternyata aspek negatifnya antara lain:
yy Karena ingin diakui atau diterima oleh teman, kita kadang melakukan hal-hal yang
kurang pas. Karena takut dibilang aneh, walau salah, kita tetap lebih menerima pendapat
teman dibanding pilihan kita sendiri
yy Kita juga jadi suka termakan tren. Kalau teman lain membeli sepatu atau tas baru
misalnya, terkadang kita pun tidak mau kalah dan ingin mengikutinya
yy Kadang karena terlalu sering bersama teman, kita jadi tidak punya cukup waktu untuk
melakukan hal-hal lain yang menarik. Termasuk jadi jarang ketemu keluarga

Kekerasan dalam Hubungan Interpersonal

Tindakan kekerasan dalam suatu hubungan nyatanya bukan hanya melanda pasangan yang
sudah menikah saja yang lebih kita kenal dengan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga).
Bahkan saat ini banyak remaja perempuan yang menjadi korban tindak kekerasan oleh
teman dekat mereka. Tindakan  kekerasannya tidak mesti berupa kekerasan fisik, tapi juga
sikap memaksa dan mengontrol teman dekat yang terlalu berlebihan.

Mendeteksi Kekerasan

Kekerasan berdampak pada berbagai aspek kehidupan yang membutuhkan daya adaptasi
yang luar biasa dan menimbulkan distres serta gejala pasca trauma. Anak memiliki ciri
temperamen dan perasaan yang unik, sehingga dapat memberikan reaksi yang berbeda
terhadap trauma atau tekanan yang sama. Anak mungkin akan mengekspresikan masalah
melalui kata-kata, keluhan fisik atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan tahapan
perkembangannya.
Gejala yang mungkin muncul:
1. Ketakutan
yy Takut akan reaksi keluarga maupun teman-teman
yy Takut orang lain tidak akan mempercayai keterangannya
yy Takut melaporkan kejadian yang dialaminya
yy Takut terhadap pelaku
yy Takut ditinggal sendirian
yy Reaksi emosional lain sperti syok, rasa tidak percaya, marah, malu, menyalahkan
diri sendiri, kacau, bingung, histeris yang menyebabkan sulit tidur (insomnia),
hilang nafsu makan, mimpi buruk, selalui ingat peristiwa itu
2. Siaga berlebihan (mudah kaget, terkejut, curiga)
3. Panik
4. Berduka ( perasaan sedih terus menerus)

Beberapa indikator fisik yang bisa diamati:

Memar dan bilur


a. Pada wajah, bibir/mulut, bagian tubuh lainnya seperti di punggung, bokong, paha, betis,
dll
BUKU PANDUAN GURU 39

b. Terdapat baik memar/bilur yang baru maupun yang sudah mulai menyembuh
c. Corak-corak memar/bilur yang menunjukkan benda tertentu yang dipakai untuk
kekerasan

Luka lecet dan luka robek


a. Di mulut, bibir, mata, kuping, lengan, tangan, dsb
b. Di genitalia
c. Luka akibat gigitan oleh manusia
d. Di bagian tubuh lain, terdapat baik luka yang baru atau yang berulang

Patah tulang
a. Patah tulang pada anak biasanya terjadi pada usia di bawah tiga tahun
b. Patah tulang baru & lama (dalam penyembuhan) yang ditemukan bersamaan
c. Patah tulang ganda
d. Patah tulang spiral pd tulang-tulang panjang lengan & tungkai
e. Patah tulang pada kepala, rahang dan hidung serta patahnya gigi

Luka bakar
a. Bekas sundutan rokok luka bakar pada tangan, kaki, atau bokong akibat kontak bagian-
bagian tubuh tersebut dengan benda panas
b. Bentuk luka yang khas sesuai dengan bentuk benda panas yang dipakai untuk menimbulkan
luka tersebut

Cedera pada kepala


a. Perdarahan (hematoma) subkutan dan atau subdural, yang dapat dilihat pada foto
rontgen
b. Bercak/area kebotakan akibat tertariknya rambut
c. Terdapat cedera baik yang baru atau berulang

Lain-lain
a. Dislokasi/lepas sendi pada sendi bahu atau pinggul (kemungkinan akibat tarikan)
b. Tanda-tanda luka yang berulang
40 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

TOPIK 1.4 TOLERANSI DAN SIKAP MENGHARGAI


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Alokasi Waktu: 45 menit

KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4 MUATAN


MATERI
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN) TERPADU
Toleransi 3.4 4.4 Bahasa
dan Sikap Menerapkan sikap toleransi Menunjukkan sikap Indonesia,
Mengharggai dan saling menghargai atas toleransi dan saling PPKN, Agama
keunikan setiap orang menghargai dengan tidak
membeda-bedakan teman Kelas 1 s.d. 6

Tujuan

1. Siswa menunjukkan sikap menghargai dan toleransi


2. Siswa memahami stigma dan diskriminasi

Materi

1. Nilai toleransi, penerimaan dan sikap menghargai merupakan kunci utama hubungan
pertemanan yang sehat
2. Setiap manusia itu unik dan berharga serta dapat memberikan manfaat yang baik bagi
teman, keluarga dan lingkungannya
3. Setiap manusia berhak untuk dihargai
4. Perundungan, kekerasan, stigma dan diskriminasi merupakan tindakan yang melanggar
hak asasi manusia

Sumber dan Media:

1. Siswa sebagai model


2. Contoh kasus mengenai perundungan/bullying
3. Wacana

Kegiatan Pembelajaran

1. buka sesi belajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa secara sukarela untuk
mengkomunikasikan kembali/menceritakan hasil pembelajaran yang diingat dari sesi
sebelumnya
2. jelaskan tujuan
3. ajak siswa kelas rendah, secara sukarela mengemukakan hasil pengamatannya dengan
mencoba menyatakan pendapatnya jika mereka menemukan situasi seperti dibawah ini,
apa yang akan mereka lakukan:
yy kamu di sebelah temanmu dan melihat dia tidak membawa pensil?
yy kamu sedang bermain dan melihat temanmu terjatuh, apa yang akan kamu lakukan?
yy kamu sedang berpuasa dan ada temanmu berbeda agama tidak puasa lalu makan di
dekatmu, apa yang kamu lakukan?
BUKU PANDUAN GURU 41

untuk siswa kelas tinggi, ajaklah bernalar dari hasil mengamati melalui diskusi:

yy ajak siswa mencoba untuk mengamati sarana dan prasarana umum, bagaimanakah
masyarakat sekitarmu memanfaatkannya? (misal: trotoar, ATM, bus, angkutan
kota, kereta, taman kota, dll)
yy tahukah kamu tanda atau papan himbauan yang biasanya dipasang di tempat umum?
(misal: kursi khusus untuk ibu hamil/menyusui, penyandang cacat, dan lansia)
yy apakah tindakanmu apabila melihat tanda tersebut?
yy apabila ada yang menyalahgunakan tanda tersebut, bagaimanakah caramu untuk
mengingatkannya?
bagaimana caramu menyikapi perbedaan di antara teman-temanmu di sekolah atau
di lingkungan rumahmu yang memiliki perbedaan suku, agama, status ekonomi, status
sosial?

4. ajak siswa bernalar melalui diskusi kasus bullying/perundungan yang marak terjadi:
yy Untuk siswa kelas rendah Apa yang kamu lakukan jika melihat temanmu:
–– Mengejek teman lain
–– Memukul teman lain
yy Untuk siswa kelas tinggi:
–– Apa pendapat mereka sebagai generasi muda
–– Apa yang harus dilakukan apabila mengetahui kejadian tersebut?
–– Bagaimana perasaan teman yang terkena bullying/perundungan?
–– Apa yang bisa dilakukan untuk menolong korban?

5. tutup sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, mereview materi pembelajaran


serta melakukan refleksi

Refleksi untuk Guru

yy memberikan perlakuan yang sama kepada semua siswa dan orangtuanya


yy menghargai pendapat siswa
yy membuka diri kepada seluruh siswa untuk berdialog atau melakukan konseling. Jika
terpantau ada siswa yang mengalami masalah, Guru segera melakukan konseling dan
merujuk ke Puskesmas terdekat untuk bantuan dan dukungan lebih lanjut

Refleksi untuk Siswa

yy mengembangkan sikap toleransi dan menghargai kepada teman, keluarga atau


lingkungannya tanpa memandang latar belakang suku, agama, status ekonomi, dan sosial.
yy menghormati guru dan orangtua
yy dapat memberikan manfaat yang baik bagi teman, keluarga dan lingkungannya
yy tidak melakukan perundungan, kekerasan, stigma dan diskriminasi yang merupakan
pelanggaran hak asasi manusia
42 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Wacana

Saling Menghargai

Di dalam kehidupan ini kita harus membangun sikap saling menghargai antara sesama
manusia. Sikap saling menghargai akan menciptakan kehidupan yang aman, tentram dan
indah.

Sikap menghargai adalah sikap toleransi sesama umat manusia, menerima perbedaan antara
setiap manusia sebagai hal yang wajar, dan tidak melanggar hak asasi manusia lain. Sikap
ini adalah sikap damai, dimana seseorang menganggap keberadaan orang lain sebagai bagian
dari lingkungan sama seperti dirinya, tidak saling bermusuhan atau merugikan antar sesama
manusia, tidak membeda-bedakan warna kulit (ras),  tidak menganggap bahwa dirinya
adalah manusia yang hebat dibandingkan manusia yang lain dan tidak menganggap manusia
lain itu lebih rendah. Menghargai orang lain, sebagai salah satu unsur kecerdasan moral
adalah elemen yang penting untuk kita tanamkan sejak dini. Dengan bisa menghargai orang
lain, kita bisa menjadi manusia yang lebih baik dan terpuji.

Stigma dan Diskriminasi

Kata “stigma” berasal dari Yunani, untuk menyebut bekas luka akibat kulit ditempel besi
panas yang dilakukan pada budak, penjahat atau orang-orang yang dianggap kriminal lainnya,
sehingga mudah diidentifikasi sebagai orang yang hina atau harus dijauhi. Stigma juga bisa
diartikan sebagai “label” untuk orang-orang yang tidak dikehendaki.

Dalam pengertian yang sederhana, stigma adalah sikap negatif yang terkait dengan
keyakinan atau pengetahuan seseorang. Stigma sosial adalah tidak diterimanya seseorang
pada suatu kelompok karena kepercayaan bahwa orang tersebut melawan norma yang ada.
Stigma sosial sering menyebabkan pengucilan seseorang ataupun kelompok. Stigma bisa
diartikan pandangan negatif atau prasangka buruk misalnya terhadap anak luar nikah,
homoseksual, Orang Dengan HIV/AIDS, dll.

Sedangkan diskriminasi adalah perilaku atau aksi yang dilakukan. Dengan demikian asal-
usul terjadinya “stigma” dan “diskriminasi” adalah dari pandangan negatif terhadap orang
atau kelompok tertentu yang dianggap mempunyai sesuatu yang tidak baik dan dianggap
bertentangan dengan pandangan kelompok mayoritas. Upaya menghilangkannya tentu dengan
menghapus pandangan negatif tersebut melalui peningkatan pengetahuan masyarakat.

Stigma yang ada dalam masyarakat dapat menimbulkan diskriminasi. Diskriminasi terjadi
ketika pandangan-pandangan negatif mendorong orang atau lembaga untuk memperlakukan
seseorang secara tidak adil yang didasarkan pada prasangka mereka, bisa jadi akan
status HIV seseorang, pilihan identitas gender, korban kekerasan seksual, dsb. Walaupun
semua orang seharusnya mampu menikmati hak asasi kita, tetapi kita tidak selalu dapat
melakukannya.

Diskriminasi adalah tindakan yang memperlakukan satu orang atau satu kelompok secara
kurang adil atau kurang baik daripada orang atau kelompok yang lain. Diskriminasi dapat
dilakukan oleh individu, kelompok, atau kebijakan dan praktik organisasi atau layanan
masyarakat.
BUKU PANDUAN GURU 43

Ketika seseorang diperlakukan tidak adil karena identitasnya maka perlakuan tersebut
disebut dengan diskriminasi. Orang mempunyai hak untuk bebas dari diskriminasi.
Diskriminasi terjadi dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat dan lingkungan
sosial yang lebih luas.

Diskriminasi tidak hanya dilakukan oleh individu saja bahkan pemerintah dan semua sistim
sosial (seperti sekolah, agama, atau lapangan pekerjaan) juga bisa melakukan diskriminasi.
Tanpa melihat sikap seseorang, kita semua mempunyai kewajiban untuk menghargai hak
asasi manusia seseorang

Mengapa kita perlu bersama-sama menghilangkan stigma dan diskriminasi?

yy Stigma dan diskriminasi membuat remaja yang menjadi korban maupun keluarganya
merasa takut atau malu untuk mengakui dan mencari bantuan. Mereka tidak mau pergi
ke rumah sakit atau mencari informasi lebih lanjut
yy Stigma dan diskriminasi membuat pencegahan risiko reproduksi dan seksual, termasuk
HIV-AIDS tidak efektif. Karena calon korban dianggap kelompok tertentu sehingga
kelompok lain merasa dirinya aman
yy Stigma dan diskriminasi bisa membunuh pelan-pelan. Mengambil hal terbaik dari diri
seseorang termasuk semangat untuk memperjuangkan masa depan
yy Stigma dan diskriminasi menutup akses remaja yang menjadi korban terhadap
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

Stigma dan diskriminasi bisa dilawan dengan mengkampanyekan dukungan bagi korban
termasuk mendidik masyarakat memahami situasi dan dampak stigma dan diskriminasi
terhadap seseorang.

Menangani Stigma dan Diskriminasi pada Beberapa Situasi di sekolah

Siswa dengan Kehamilan Tidak Diinginkan

yy Selalu lihat mereka dalam perspektif sebagai korban


yy Bangun lingkungan tanpa stigma dan diskriminasi disekolah sehingga Guru dan siswa
lainnya tidak memberikan ejekan, kata-kata sinis yang dapat membuat siswa dengan
kehamilan yang tidak diinginkan menjadi lebih terpuruk dan melakukan tindakan
lanjutan yang mungkin saja berdampak buruk bagi dirinya
yy Pahami bahwa apapun yang telah terjadi pada siswa dengan kehamilan yang tidak
diinginkan, tidak menghilangkan hak mereka untuk mendapatkan pendidikan. Oleh
sebab itu, mengeluarkan mereka dari sekolah bukanlah solusi. Lakukan konseling dan
berikan mereka cuti sekolah sehingga proses kelahiran selesai
yy Undang orang tua siswa tersebut ke sekolah dan lakukan konseling tentang bagaimana
menyikapi situasi ini secara bijak
yy Bangun kesepakatan diantara Guru bagaimana melihat situasi ini secara lebih positif
dan bijak
yy Sampaikan didalam kelas mengenai situasi yang terjadi dan bagaimana kasus tersebut
bisa menjadi bahan pelajaran bagi siswa lain untuk melindungi diri dari kehamilan yang
tidak diinginkan. Fokuskan pada kasus yang dialami dan bukan orang yang mengalaminya
yy Tawarkan kepada siswa yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan jika butuh
pendamping untuk mendapatkan konseling lanjutan dan layanan pada Puskesmas PKPR
terdekat
44 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Siswa dengan Penyalahgunaan Napza

yy Selalu lihat mereka dalam perspektif sebagai korban


yy Lakukan konseling terhadap siswa tersebut untuk mengetahui alasan mereka
menggunakan Napza
yy Undang orang tua siswa tersebut ke sekolah untuk mendapatkan konseling dan dorong
agar anak mereka mendapatkan terapi yang dibutuhkan
yy Lakukan pendidikan pencegahan penyalahgunaan Napza disekolah sehingga siswa lain
tidak menjadi korban. Minta siswa untuk melaporkan kepada Guru disekolah jika
memngetahui ada teman mereka yang menjadi penyalahgunaan Napza
yy Jika diketahui ada siswa yang menjadi bandar (penjual) Napza maka sebaiknya segera
laporkan kepada polisi untuk tindakan hukum karena sudah berhubungan dengan
pelanggaran hukum yang merusak orang lain serta sindikat yang lebih besar

Siswa dengan HIV positif (Orang dengan HIV dan AIDS/ ODHA)

yy Selalu lihat mereka dalam perspektif sebagai korban


yy Pahami bahwa HIV tidak menular lewat pertemanan, interaksi sehari-hari termasuk
makan bersama dan berkegiatan bersama
yy Pastikan siswa di sekolah untuk mengetahui apa itu HIV dan AIDS, cara penularan dan
pencegahan serta membangun dukungan terhadap ODHA tanpa stigma dan diskriminasi
yy Jika ada siswa yang diketahui adalah ODHA maka kita tidak perlu mengumumkannya
di sekolah. Dekati siswa tersebut dan ajak berdialog bahwa kita sebagai Guru akan
menerima berbagai kondisi siswa dan akan mendukung mereka untuk menghadapi
situasi mereka lebih baik tanpa memberikan rasa terpojok terhadap siswa tersebut.
Tawarkan jika dia butuh tempat curhat maka Guru siap kapanpun dibutuhkan
yy Selalu pantau situasi disekolah jika ada Guru atau siswa lain yang mengetahui status
HIV siswa tersebut dan memberikan stigma srta diskriminasi terhadapnya
yy Bangun nilai-nilai atau peraturan sekolah yang bebas dari stigma dan diskriminasi
terhadap siapapun

Perilaku Bullying/Perundungan dalam Pertemanan

Menurut kamus Webster, makna dari kata bullying adalah penyiksaan atau pelecehan
yang dilakukan tanpa motif tapi dengan sengaja dilakukan berulang-ulang terhadap orang
yang lebih lemah. Adapun menurut Yayasan SEJIWA, bullying adalah suatu situasi dimana
terjadinya penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan orang/kelompok kepada seseorang
hingga membuat korban merasa terintimidasi. Secara umum bullying dapat diartikan
sebagai sikap agresi dari seseorang atau kelompok dengan tujuan untuk menyakiti orang
lain baik secara fisik maupun mental.

Jenis Bullying/Perundungan

Olweus (1993), mengkategorikan dua jenis bullying terdiri dari Direct Bullying yaitu
intimidasi secara fisik dan verbal serta Indirect Bullying berupa kekerasan mental melalui
isolasi secara sosial.
yy Bullying fisik yaitu perlakuan kasar secara fisik yang dapat dilihat secara kasat mata
seperti menjambak rambut, kerah baju, menampar, menendang dll
yy Bullying verbal yaitu perlakuan kasar yang dapat didengar seperti memalak, mengancam,
memaki, mencemooh, memfitnah dll
BUKU PANDUAN GURU 45

yy Bullying mental yaitu perlakuan kasar yang tidak dapat dilihat dan didengar seperti
mengucilkan, memandang sinis dll.

Pelaku Bullying/Perundungan

Terjerumusnya seorang anak menjadi pelaku bullying bisa dipicu oleh multi faktor
diantaranya dia mencontoh perilaku salah satu anggota keluarga yang juga pelaku bullying.
Selanjutnya dia mengaktualisasikan diri di lingkungan yang mendukung seperti di sekolah
yang melakukan pembiaran pada perilaku bullying.

Korban Bullying/Perundungan

Anak yang terlihat lebih lemah secara umum, seperti: lugu, miskin, lemah fisiknya dan nampak
berbeda seringkali menjadi korban bullying. Penderitaan ternyata tidak hanya dialami oleh
si korban saja, seringkali orangtua mengalami hal yang sama terutama mengalami tekanan
mental akibat perilaku bullying yang dilakukan pada buah hatinya.

Faktor Pendukung Budaya Bullying

Masih lekatnya keyakinan sebagian masyarakat bahwa sebaik-baiknya pola asuh anak
adalah dengan menerapkan disiplin tinggi disertai kekerasan demi pencapaian sukses si
anak. Anak-anak yang terbiasa mendapat perlakuan kasar dari orangtuanya, tanpa sadar dia
akan meniru dan menerapkan sikap kasar dalam perilakunya sehari-hari hingga mendorong
terjadinya perilaku bullying kepada orang lain.

Banyak anak korban keretakan rumahtangga melampiaskan rasa frustasinya dengan


melakukan agresi (serangan) kepada orang lain terutama kepada orang yang dianggapnya
lemah dan tak akan mampu melawan.

Sebagian masyarakat menganggap praktek bullying adalah proses alamiah dalam fase
tumbuh kembang seorang anak dimana perlakuan tersebut justru akan memperkuat mental
korban dan pelaku. Tak heran banyak anak merasa bangga menjadi pelaku bullying karena
mengalami pembiaran dan pembenaran oleh orangtua, guru dan lingkungannya. ”Kamu jangan
lebay deh…cengeng amat sih baru dikata-katain segitu saja sudah melempem…sudah cuekin
saja atau kamu lawan sekalian…!!” itulah kata-kata yang sering diucapkan orangtua ataupun
guru saat mendengar pengaduan praktek bullying dari anak.

Orangtua atau guru sering tidak tahu bahwa pelaku bullying biasanya senang berkelompok
dan kalaupun sendirian, biasanya sikap pelaku sangat brutal dan menghalalkan segala cara.
Hal ini jelas semakin mempersulit si korban untuk membela diri. Akhirnya praktek bullying
semakin merajalela dan sulit diberantas karena adanya dukungan pembenaran dari berbagai
pihak.

Akibat Bullying

Para korban bullying biasanya mengalami guncangan jiwa hingga mengalami depresi, prestasi
akademis menurun drastis, malas pergi kesekolah, menjadi penakut, sering marah-marah,
mudah tersinggung, sering berbohong, menarik diri dari pergaulan dan bahkan banyak yang
mencoba bunuh diri.
46 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Mereka juga seringkali tidak memiliki keberanian untuk membela diri atau melaporkan
ulah pelaku kepada pihak sekolah atau orangtuanya karena beranggapan bagai menelan
simalakama, bila melapor belum tentu menyelesaikan persoalan karena acapkali justru
si korban disalahkan karena dianggap terlalu lemah atau pelaku semakin agresif demi
membalas dendam karena telah dilaporkan.

Sementara itu kecenderungan berbohong si korban adalah akibat dari tuntutan pelaku
yang sering memeras, meminta suatu benda atau uang dengan paksaan. Efek jangka panjang
bagi pelaku bullying adalah ia akan mudah menjadi pelaku kriminal karena ia terbiasa lepas
kontrol, tak lagi menghargai norma yang berlaku di masyarakat.

Di Indonesia terdapat banyak contoh bagaimana korban bullying berakhir tragis.


Diantaranya adalah seorang siswi yang sering diejek teman-temannya di sekolah karena
ayahnya seorang penjual bubur, ia merasa malu hingga akhirnya bunuh diri. Menurut hasil
penelitian Yayasan SEJIWA (2006), antara tahun 2002-2005 telah terjadi 30 kasus
bunuh diri dan percobaan bunuh diri menimpa korban bullying dengan rentang usia antara
6-15 tahun.

Pencegahan dan Penanganan Bullying

Kasih sayang orangtua yang proporsional dalam proses tumbuh kembang anak serta dukungan
penuh pada potensinya sangatlah penting. Hal ini akan menumbuhkan rasa percaya diri dan
memenuhi kepuasan batin pada anak hingga mereka akan tumbuh menjadi anak yang cerdas
dan berakhlak mulia.

Tanamkan kesadaran pada anak untuk menghargai privasi orang lain, bahwa tak seorangpun
berhak mengganggu ketenangan hidup orang lain dan perilaku agresi adalah sebuah
pelanggaran hukum yang dapat dituntut di muka pengadilan.

Orangtua korban wajib memberi dukungan dan perlindungan kepada anaknya untuk
memulihkan rasa percaya diri serta keberanian untuk melindungi diri dan menolak praktek
bullying.

Berbagai cara bisa dilakukan untuk mencegah perilaku bullying antara lain dengan melaporkan
ke pihak sekolah agar si pelaku diberi peringatan. Bila ulah pelaku sudah sangat mengganggu
dan setelah dilakukan teguran secara persuasif namun tidak juga terjadi perbaikan, jangan
ragu-ragu, dilaporkan saja ke aparat kepolisian.
BUKU PANDUAN GURU 47

KONSEP UTAMA 2:

NILAI, SIKAP DAN KETERAMPILAN

TOPIK 2.1 PEMAHAMAN SIKAP DAN NILAI


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
 (RPP)
Alokasi Waktu: 45 menit

KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4


MATERI MUATAN TERPADU
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
Pemahaman 3.5 4.5 Bahasa Indonesia,
Sikap dan Nilai Memahami nilai positif bagi Menunjukkan sikap positif PJOK, Agama
diri pribadi dalam upaya dalam menjaga diri dari
menjaga diri dari pengaruh pengaruh lingkungan Kelas 1 s.d. 6
lingkungan

Tujuan

1. Siswa mendefinisikan nilai positif bagi diri pribadi


2. Siswa mempelajari nilai-nilai positif tentang gender, hubungan, kedekatan, cinta kasih,
dan kesehatan reproduksi

Materi

1. Nilai dan keyakinan membantu kita membangun hubungan antara sesama manusia
2. Nilai-nilai dan keyakinan tentang kesetaraan, penerimaan, penghargaan dan toleransi
3. Nilai-nilai terkait gender, hubungan, kedekatan, cinta kasih, dan kesehatan reproduksi

Sumber dan Media

yy Siswa sebagai model


yy Wacana

Kegiatan Pembelajaran

1. buka sesi belajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa secara sukarela
untuk mencoba menalar dan menceritakan hasil pembelajaran yang diingat dari sesi
sebelumnya
2. jelaskan tujuan
3. dengan mengasah keterampilan bertanya, ajak siswa berdiskusi tentang kesetaraan,
penerimaan, penghargaan dan toleransi:
yy mana yang lebih mudah menjadi laki-laki dan perempuan? Mengapa?Minta siswa
untuk menyebutkan hal-hal baik yang menjadi tugas laki-laki dan hal-hal baik yang
menjadi tugas perempuan
yy sampaikan bahwa menjadi laki-laki dan perempuan sama baiknya dan harus saling
menghargai
48 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

4. setelah berdiskusi kemudian ajak siswa menyatakan sikap tentang pernyataan berikut
dengan memberikan penilaian benar atau salah:

Pernyataan Benar Salah


Bapak merokok V
Bapak memasak di dapur V
Ibu menyusui bayi V
Ibu menjewer telinga anaknya V
Ibu mengemudikan mobil V
Ibu memperbaiki kran air yang rusak V
Bapak mencuci piring V
Bapak mengganti popok bayi V
Siswa laki-laki meneriaki siswa V
perempuan yang rok nya tampak
rembesan menstruasi
Siswa laki-laki membelikan pembalut V
untuk Ibunya
Siswa perempuan menertawakan siswa V
laki-laki yang sudah memiliki kumis
Siswa perempuan menegur siswa laki- V
laki yang mengintip rok temannya

yy guru memberikan umpan balik mengapa pernyataan tersebut salah terkait perilaku
berisiko, sedangkan pernyataan tersebut benar terkait kesetaraan gender
5. tutup sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, menarik kesimpulan, serta
melakukan refleksi pembelajaran

Refleksi untuk Guru

yy Mempraktekkan nilai-nilai positif bagi dirinya, sesama pengajar dan kepada semua
siswa
yy Mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat
yy Guru membuka diri kepada seluruh siswa untuk berdialog atau melakukan konseling.
Jika terpantau ada siswa yang mengalami masalah, Guru segera melakukan konseling
dan merujuk ke Puskesmas terdekat untuk bantuan dan dukungan lebih lanjut

Refleksi untuk Siswa

yy Percaya diri dengan memiliki nilai pribadi positif yang memandu perilaku hidup bersih
dan sehat.
yy Memahami bahwa semua yang memberikan risiko kepada diri sendiri dan orang lain
adalah sesuatu yang tidak baik
yy Memahami bahwa keluarga, teman dan masyarakat dapat memiliki perbedaan nilai.
Siswa mengembangkan sikap toleran dan menghormati nilai, keyakinan dan sikap orang
lain yang berbeda dengan kita.
BUKU PANDUAN GURU 49

Wacana
Memahami tentang Nilai Pribadi

Pada masa remaja, terdapat banyak hal baru yang terjadi, dan bisa lebih bersifat
menantang, karena hal baru yang mereka alami merupakan tanda-tanda menuju
kedewasaan. Dari masalah yang timbul akibat pergaulan, keingintahuan tentang asmara
dan seks, hingga masalah-masalah yang bersinggungan dengan hukum dan tatanan sosial
yang berlaku di sekitar remaja.
Banyak ahli psikologi yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh
masalah, penuh gejolak, penuh risiko (secara psikologis), over energi, dan lain sebagainya,
yang disebabkan oleh aktifnya hormon-hormon tertentu. Tetapi pernyataan yang timbul
akibat stereotype dengan pernyataan diatas, membuat remaja pun merasa bahwa apa
yang terjadi, apa yang mereka lakukan adalah suatu hal yang biasa dan wajar.
Minat untuk berkelompok menjadi bagian dari proses tumbuh kembang yang remaja alami.
Yang dimaksud di sini bukan sekadar kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang
memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya
berlaku dalam kelompok tersebut. Atau yang biasa disebut geng. Biasanya kelompok
semacam ini memiliki usia sebaya atau bisa juga disebut peer group.
Demi teman yang menjadi anggota kelompok ini, remaja bisa melakukan dan mengorbankan
apa pun, dengan satu tujuan, Solidaritas. Geng, menjadi suatu wadah yang luar biasa
apabila bisa mengarah terhadap hal yang positif. Tetapi terkadang solidaritas menjadi hal
yang bersifat semu, buta dan merusak, yang pada akhirnya merusak arti dari solidaritas
itu sendiri.

Demi alasan solidaritas, sebuah geng sering kali memberikan tantangan atau tekanan-
tekanan kepada anggota kelompoknya (peer pressure) yang terkadang berlawanan
dengan hukum atau tatanan sosial yang ada. Tekanan itu bisa saja berupa paksaan untuk
menggunakan narkoba, mencium pacar, melakukan hubungan seks, melakukan penodongan,
bulliying, bolos sekolah, tawuran, merokok, corat-coret tembok dan masih banyak lagi.

Secara individual, remaja sering merasa tidak nyaman dalam melakukan apa yang
dituntutkan pada dirinya. Namun, karena besarnya tekanan atau besarnya keinginan untuk
diakui, ketidak berdayaan untuk meninggalkan kelompok, dan ketidakmampuan untuk
mengatakan “tidak”, membuat segala tuntutan yang diberikan kelompok secara terpaksa
dilakukan. Lama kelamaan perilaku ini menjadi kebiasaan, dan melekat sebagai suatu
karakter yang diwujudkan dalam berbagai perilaku negatif. Prinsipnya, perilaku kelompok
itu bersifat menular.

Secara teori diatas, remaja akan menjadi pribadi yang diinginkan masyarakat. Tetapi
tentu saja hal ini tidak dapat hanya dibebankan pada kelompok ataupun geng yang dimiliki
remaja. Karena remaja merupakan individu yang bebas dan masing-masing tentu memiliki
keunikan karakter bawaan dari keluarga. Banyak faktor yang juga dapat memicu hal buruk
terjadi pada remaja.

Tetapi, masa remaja memang merupakan masa dimana seseorang belajar bersosialisasi
dengan sebayanya secara lebih mendalam dan dengan itu pula mereka mendapatkan jati
diri dari apa yang mereka inginkan. Hingga, terlepas dari itu semua, remaja merupakan
masa yang indah dalam hidup manusia, dan dalam masa yang akan datang, akan menjadikan
masa remaja merupakan tempat untuk memacu landasan dalam menggapai kedewasaan.
50 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Nilai dan Kesehatan Reproduksi

Nilai adalah pinsip-prinsip, keyakinan dan ide-ide yang kita percayai dan memandu kita
dalam berperilaku. Nilai kita pelajari dari keluarga, teman sebaya, guru, media, dan
masyarakat. Nilai dan keyakinan membantu kita mengambil keputusan tentang hidup dan
hubungan antara sesama manusia.

Sifat-sifat nilai adalah sebagai berikut:

yy Nilai itu suatu yang nyata sekaligus abstrak dan ada dalam kehidupan manusia
yy Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu
keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal
yy Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai

Nilai akan selalu berkembang, contohnya adalah kejujuran, kedamaian, keindahan, keadilan,
kebersamaan, ketakwaan, dan keharmonisan. Nilai juga merupakan bagian dari hidup
manusia. Oleh karena itu, hubungan antar manusia selalu diikat oleh nilai.

Dalam filsafat, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:


yy Nilai logika adalah nilai benar-salah
yy Nilai estetika adalah nilai indah-tidak indah (jelek)
yy Nilai etika/moral adalah nilai baik-buruk

Menurut Notonegoro, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:


yy Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau
kebutuhan ragawi manusia
yy Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas
yy Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia, meliputi:
1. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia;
2. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan manusia;
3. Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa)
manusia;
4. Nilai religius (agama) yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak yang
bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.

Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus
melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut
masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain
terdapat perbedaan tata nilai.

Ciri nilai sosial di antaranya sebagai berikut:


yy Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga masyarakat
yy Disebarkan di antara warga masyarakat (bukan bawaan lahir)
yy Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar)
yy Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia
yy Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain
yy Dapat memengaruhi pengembangan diri sosial
yy Memiliki pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat. Cenderung berkaitan satu
sama lain dan membentuk sistem nilai
BUKU PANDUAN GURU 51

Pandangan tentang bagaimana menjadi laki-laki dan perempuan yang “ideal” menurut
masyarakat juga dipengaruhi oleh nilai sosial. Nilai-nilai ini telah diajarkan secara turun
temurun dan terbentuk dari hasil sosialisasi (proses belajar) baik di dunia pendidikan
(sekolah), dalam keluarga, melalui media massa atau interaksi di masyarakat. Oleh sebab
itu pandangan tentang bagaimana menjadi perempuan dan laki-laki berbeda pada setiap
wilayah, kebudayaan dan waktu.

Pengetahuan dan pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi dan perilaku berisiko


merupakan hal penting, mengingat meningkatnya pendewasaan usia pernikahan di kalangan
perempuan, berimplikasi pada lamanya mereka menjalani masa aktif secara seksual sebelum
pernikahan. Sementara itu, informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual masih
dianggap sebagai kebutuhan orang yang sudah menikah sehingga informasi yang disediakan
bagi remaja sangat terbatas.

Temuan menarik menyangkut pemahaman remaja adalah masih banyaknya mitos-mitos yang
dipelajari oleh remaja. Misalnya mitos seputar menstruasi yang diajarkan pada remaja,
antara lain: tidak boleh memakan nanas dan ketimun, meminum air es, tidak boleh memakan
makanan yang pedas, tidak boleh tidur siang karena darah menstruasi akan naik menuju
mata, dan lainnya. Kondisi ini setidaknya menunjukkan bagaimana  sebagian besar remaja
perempuan khususnya, terkesan tidak siap untuk mengalami perubahan-perubahan fisik
dan hormonal seiring dengan pubertas yang dialaminya. Terkesan bahwa lingkungan sosial
terdekat, khususnya keluarga dan komunitas, belum menanamkan nilai-nilai yang positif dan
konstruktif berkenaan dengan pubertas remaja, termasuk bagaimana mereka seharusnya
menyikapi dorongan seksualnya. Ketidaksiapan remaja akan pubertasnya ini terkait
dengan faktor budaya, yang tercermin dari mitos-mitos yang berkembang di masyarakat,
juga tradisi yang telah dipraktekkan turun temurun. Hal ini mengingat seksualitas
merupakan konstruksi sosial atas nilai, orientasi, dan perilaku yang berkaitan dengan seks.
Selain merujuk pada pada kondisi fisik dan biologis, juga merujuk pada identitas pribadi
maupun sosial (Nuriyah, 2002).
52 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

TOPIK 2.2 MENGHADAPI PENGARUH TEMAN SEBAYA


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
 (RPP)
Alokasi Waktu: 90 menit

KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4


MATERI MUATAN TERPADU
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
Menghadapi 3.6 4.6 Bahasa Indonesia,
Pengaruh Teman Memahami pengaruh teman Menolak tekanan teman PPKN, Agama
Sebaya sebaya dan mengetahui cara sebaya untuk melakukan
menghadapinya perilaku berisiko dan Kelas 1 s.d. 6
melaporkannya kepada
orang tua atau guru

Tujuan

Siswa memahami bahwa tekanan teman sebaya dapat mempengaruhi perilaku dan
mengetahui cara menghadapinya

Materi

1. Berbagai pengaruh teman sebaya


2. Pengaruh positif atau negatif dari teman sebaya
3. Norma sosial mempengaruhi nilai dan perilaku kesehatan reproduksi
4. Perilaku asertif dapat mengatasi norma sosial negatif dan tekanan teman sebaya

Sumber dan Media

1. Tali atau kapur tulis


2. Wacana

Kegiatan Pembelajaran

1. buka sesi belajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
atau secara sukarela untuk mencoba mengkomunikasikan kembali/menceritakan hasil
pembelajaran yang diingat dari sesi sebelumnya
2. jelaskan tujuan
3. buat satu garis lurus di lantai dengan menggunakan tali atau kapur tulis. Ajak siswa
untuk mencoba menalar dalam bermain “seberangi garis”. Diujung satu garis tulis
kata “setuju” dan di ujung satunya tulis kata “tidak setuju” dan di tengah garis tulis
“ragu-ragu”
4. bacakan pernyataan berikut satu persatu dan minta siswa berdiri sesuai di garis
setuju/tidak setuju/ragu. Tanyakan alasan masing-masing peserta kenapa setuju/
tidak setuju/ ragu-ragu. Ajak mereka untuk menalar dan mencoba menentukan sikap
dan memberikan pendapat saling diskusi antar pilihan dan biarkan jika ada peserta
yang memilih pindah dari setuju menjadi tidak setuju misalnya (sesuaikan pertanyaan
dengan jenjang kelas rendah atau tinggi)
BUKU PANDUAN GURU 53

5. pernyataan/pernyataan/sikap sebagai berikut:


yy jika teman baik meminta kamu menemani dia untuk mencari buku komik kesukaannya
maka kamu akan mengikutinya meskipun harus bolos sekolah
yy jika teman sepermainanmu mengolok-ngolok kamu selalu berada di rumah dan tidak
pantas ikut menjadi kelompok bermain mereka maka kamu akan mengikuti dengan
berusaha sesering mungkin keluar rumah untuk bergabung dengan teman bermain
tersebut
yy jika teman main kamu mengajak kamu merokok demi persahabatan dan tanda
solidaritas maka kamu akan mencoba merokok
yy jika sahabat kamu membicarakan teman yang berjerawat lalu mengajak kamu
untuk menjauhinya
yy jika kelompok teman sepermainanmu beramai-ramai mengajak mengintip toilet
perempuan
6. tanyakan kepada siswa:
yy apakah kamu sulit memilih setuju/tidak setuju/ragu-ragu dalam permainan tadi?
Mengapa?
yy jika dalam kejadian nyata kamu mengalami peristiwa tersebut, apakah kamu akan
merasa tertekan? Nyatakan perasaan kamu atas situasi di atas (misal saya merasa
tertekan ketika membolos sekolah).
yy apakah sulit menolak ajakan teman untuk melakukan apa yang mereka inginkan
sementara kamu tidak menyukainya? Apa yang membuat sulit? Sampaikan
penolakanmu dengan sopan (misalnya: maaf, saya tidak mau mencobanya karena
dapat membuat sesak nafas lho).
yy jika kamu sudah menyampaikan penolakan tetapi temanmu tetap memaksakan
situasi di atas, apa yang kamu lakukan? (misalnya: menghindari teman tersebut,
mengisi waktu dengan kegiatan positif, curhat dengan konselor sebaya/orangtua/
guru)
7. tutup sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, menarik kesimpulan serta
melakukan refeksi

Refleksi untuk Guru

yy menerapkan komunikasi asertif kepada seluruh siswa yang melakukan perilaku berisiko
yy mengarahkan siswa untuk tidak melakukan perilaku berisiko atau memberi pengaruh
negative kepada siswa lainnya
yy memantau siswa yang mengalami tekanan karena pengaruh teman sebaya
yy membuka diri kepada seluruh siswa untuk berdialog atau melakukan konseling. Jika
terpantau ada siswa yang mengalami masalah, Guru segera melakukan konseling dan
merujuk ke Puskesmas terdekat untuk bantuan dan dukungan lebih lanjut

Refleksi untuk Siswa

yy percaya diri dalam mengungkapkan keinginan, perasaan dan permasalahan yang


dihadapinya dengan jelas
yy dapat menyampaikan penolakan secara sopan terhadap ajakan teman untuk melakukan
perilaku berisiko
yy membentengi diri atau menghindari teman yang memaksa melakukan perilaku berisiko
yy berani mengungkapkan dan mendiskusikan kepada orangtua atau guru tentang perlakuan
teman yang memaksanya untuk melakukan perilaku berisiko
54 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Wacana

Menghadapi Pengaruh Teman Sebaya

Tekanan teman sebaya merupakan tekanan sosial dari kelompok atau perseorangan yang
mengharuskan seseorang untuk bertindak dan berpikiran dengan cara tertentu, agar dia
dapat diterima oleh kelompok  tersebut atau disebut “tekanan sebaya” yang sangat terkait
dengan remaja.

Memasuki dunia remaja, seseorang akan berhadapan dengan lebih banyak hal dan tantangan.
Remaja akan mengalami pergolakan hormonal, tekanan sekolah, dan perubahan mood yang
drastis, serta yang paling sering dihadapi adalah tekanan dari teman sebaya. Dapat terjadi
karena gaya hidup teman-teman sebayanya yang berbeda dan di luar nilai keluarga, sehingga
terseret. Atau karena nilai teman-teman yang tidak sesuai, sehingga menjadi tekanan
tersendiri bagi remaja.

Masa sekolah merupakan tahun-tahun rawan di mana remaja akan mengalami pergolakan emosi
untuk memilih lebih mendekat ke teman sebaya dibandingkan orang tua kandungnya. Ketika
menjauh dari teman, mereka akan mendapat cap “pecundang” sebagai salah satu ketakutan
terbesar.  Untuk menghindari label ini, remaja terkadang akan memberontak, tidak
terkontrol oleh orang tua mereka, merokok, penyalahgunaan narkotika, dan meminum
alkohol adalah cara termudah untuk menyatakan kemerdekaan.

Lebih parahnya lagi, akibat pergaulan akan muncul fenomena remaja untuk mulai melakukan
hubungan seksual secara dini. 

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi tekanan teman sebaya

1. berani bilang “tidak”:


berani bilang tidak pada teman jika diajak melakukan hal-hal negatif. Keberanian ini
sangat lah membantu terutama untuk menangkis berbagai tekanan, argumen atau rayuan
yang dikeluarkan oleh teman sebaya. Misalnya jika ada teman yang mengajak merokok
maka kita dapat menolak secara baik tetapi tegas, seperti: “Maaf saya tidak merokok
karena saya telah berjanji kepada kedua orang tua saya untuk tidak melakukannya”
atau “Maaf saya telah memutuskan untuk tidak merokok karena banyak pengalaman
keluarga saya yang merokok yang akhirnya sakit-sakitan di usia yang muda”,

2. jauhi/hindari: 
sedapat mungkin jauhi teman-teman yang melakukan tekanan sebaya (peer presure).
Terlebih jika kita adalah orang yang mudah terpengaruh. Kita dapat mengatakan
bahwa harus banyak watu dirumah untuk membantu orang tua, atau mengatakan
sekarang banyak kesibukan dilingkungan rumah karena aktif dalam kegiatan organisasi
kepemudaan,

3. laporkan:
semua orang akan benar-benar berterima kasih jika Anda melaporkan seseorang yang
melakukan tindakan tekanan sebaya yang menggunakan ancaman kekerasan. Jangan
takut untuk melapor kepada pihak sekolah. Hal ini sangatlah penting mengingat tindakan
tekanan sebaya dalam bentuk ancaman kekerasan dapat merugikan banyak pihak,
BUKU PANDUAN GURU 55

4. bentuk komunitas belajar:


dengan membentuk komunitas belajar itu artinya kita memiliki kelompok sendiri yang
sehat plus bikin pintar. Komunitas belajar juga dapat menjadi media untuk membangun
nilai-nilai pertemanan yang baik dan sehat,

5. diskusikan dengan orang tua, guru atau teman baik jika bingung harus mengambil
keputusan:
jika kita merasa bingung ketika harus mengambil keputusan menyangkut bagaimana
harus merespon tekanan teman sebaya, maka kita dapat mendatangi orang yang kita
percayai: dapat orang tua, guru, atau teman baik untuk mendapatkan masukan,

6. mengikuti keterampilan bela diri:


selain membuat tubuh sehat dan kuat, mengikuti seni bela diri ternyata membuat
seseorang sungkan untuk memaksa atau melakukan tekanan terhadap kita. Walaupun
bukan untuk berkelahi, seni bela diri ternyata juga membantu sesorang dalam
menyelamatkan diri. Beberapa kasus tertentu dari tekanan sebaya ternyata melibatkan
kontak fisik seperti ancaman memukul dan berkelahi. Dengan mengikuti seni bela diri
paling tidak kita memiliki bekal untuk melindungi diri dalam keadaan tertentu yang
memaksa.

Kemampuan Psikososial Melalui Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)

Dalam menangani kesehatan remaja perlu tetap diingat dengan optimisme bahwa bila remaja
dibekali dengan keterampilan hidup sehat maka remaja akan sanggup menangkal pengaruh
yang merugikan bagi kesehatannya. Pendidikan ketrampilan hidup sehat merupakan adaptasi
dari Life Skills Education (LSE). Sedangkan life skills atau keterampilan hidup adalah
kemampuan psikososial seseorang untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi masalah
dalam kehidupan sehari-hari secara efektif. Keterampilan ini mempunyai peran penting
dalam promosi kesehatan dalam lingkup yang luas, yaitu: kesehatan fisik, mental, dan sosial.

Contoh yang jelas bahwa peningkatan keterampilan psikososial ini dapat memberi kontribusi
yang berarti dalam kehidupan keseharian adalah keterampilan mengatasi masalah perilaku
yang berkaitan dengan ketidak sanggupan mengatasi stres dan tekanan dalam hidup dengan
baik. Keterampilan psikososial di bidang kesehatan dikenal dengan istilah PKHS. Pendidikan
ketrampilan hidup sehat dapat diberikan secara berkelompok di mana saja, antara lain: di
sekolah, puskesmas, sanggar, rumah singgah, dan sebagainya.

Kompetensi psikososial tersebut meliputi 10 aspek keterampilan, yaitu

1. pengambilan keputusan:
pada remaja keterampilan pengambilan keputusan ini berperan konstruktif dalam
menyelesaikan masalah berkaitan dengan hidupnya. Keputusan yang salah tak jarang
mengakibatkan masa depan menjadi suram,
2. pemecahan masalah:
masalah yang tak terselesaikan yang terjadi karena kurangnya keterampilan
pengambilan keputusan akan menyebabkan stres dan ketegangan fisik,
3. berpikir kreatif:
akan membantu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Berpikir kreatif
terealisasi karena adanya kesanggupan untuk menggali alternatif yang ada dan
mempertimbangkan sisi baik dan buruk dari tindakan yang akan diambil. Meski tak
56 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

menghasilkan suatu keputusan, berpikir kreatif akan membantu remaja merespons


secara fleksibel segala situasi dalam keseharian hidup,
4. berpikir kritis:
merupakan kesanggupan untuk menganalisis informasi dan pengalaman secara objektif.
Hal ini akan membantu mengenali dan menilai faktor yang memengaruhi sikap dan
perilaku, misalnya: tata-nilai, tekanan teman sebaya, dan media,
5. komunikasi efektif:
akan membuat remaja dapat mengekspresikan dirinya baik secara verbal maupun
non-verbal. Harus disesuaikan antara budaya dan situasi, dengan cara menyampaikan
keinginan, pendapat, kebutuhan dan kekhawatirannya. Hal ini akan mempermudah
remaja untuk meminta nasihat atau pertolongan bilamana mereka membutuhkan,
6. hubungan interpersonal:
membantu menjalin hubungan dengan cara positif dengan orang lain, sehingga mereka
dapat meciptakan persahabatan, meningkatkan hubungan baik sesama anggota
keluarga, untuk mendapatkan dukungan sosial, dan yang terpenting adalah mereka
dapat mempertahankan hubungan tersebut; Hubungan interpersonal ini sangat penting
untuk kesejahteraan mental remaja itu sendiri. Keahlian ini diperlukan juga agar
terampil dalam mengakhiri hubungan yang tidak sehat dengan cara yang positif,
7. kesadaran diri:
merupakan keterampilan pengenalan terhadap diri, sifat, kekuatan, dan kelemahan,
serta pengenalan akan hal yang disukai dan dibenci. Kesadaran diri akan mengembangkan
kepekaan pengenalan dini akan adanya stres dan tekanan yang harus dihadapi.
Kesadaran diri ini harus dimiliki untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan
hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan empati terhadap orang lain,
8. empati:
dengan empati, meskipun dalam situasi yang tidak di kenal dengan baik, remaja mampu
membayangkan bagaimana kehidupan orang lain. Empati melatih remaja untuk mengerti
dan menerima orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya, dan juga membantu
menimbulkan perilaku positif terhadap sesama yang mengalaminya,
9. mengendalikan emosi:
keterampilan mengenali emosi diri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi
dapat memengaruhi perilaku, memudahkan menggali kemampuan merespons emosi
dengan benar. Mengendalikan dan mengatasi emosi diperlukan karena luapan emosi
kemarahan atau kesedihan dapat merugikan kesehatan bila tidak disikapi secara benar,
10. mengatasi stres:
pengenalan stres dan mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap tubuh, membantu
mengontrol stres, dan mengurangi sumber penyebabnya. Misalnya membuat perubahan
di lingkungan sekitar atau merubah cara hidup (lifestyle). Diajarkan pula bagaimana
bersikap santai sehingga tekanan yang terjadi oleh stres yang tak terhindarkan tidak
berkembang menjadi masalah kesehatan yang serius.

Dengan menerapkan ajaran PKHS, remaja dapat mengambil keputusan segera untuk menolak
ajakan tersebut, merasa yakin akan kemampuannya menolak ajakan tersebut, berpikir
kreatif untuk mencari cara penolakan agar tidak menyakiti hati temannya dan mengerahkan
kemampuan berkomunikasi secara efektif dan mengendalikan emosi, sehingga penolakan
akan berhasil dilaksanakan dengan mulus.
BUKU PANDUAN GURU 57

Pentingnya Komunikasi Asertif

Penting kita melakukan komunikasi asertif, yaitu komunikasi yang jujur, jelas, tegas
mengenai keputusan kita dengan menyampaikan perasaan, pikiran dan alasan kita menolak
atau menerima sebuah ajakan atau permintaan disertai dengan bahasa tubuh yang
mendukung keputusan yang kita sampaikan.
58 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

TOPIK 2.3 PENGAMBILAN KEPUTUSAN


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
 (RPP)
Alokasi Waktu: 90 menit

KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4


MATERI MUATAN TERPADU
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
Pengambilan 3.7 4.7 Bahasa
Keputusan Memahami alasan dalam Mengambil keputusan yang Indonesia, Agama
mengambil keputusan agar tepat untuk menghindari
terhindar dari perilaku perilaku berisiko Kelas 1-2, 4-6
berisiko

Tujuan

1. Siswa memahami contoh pengambilan keputusan dan risikonya


2. Siswa mampu mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah

Materi

1. Setiap orang memiliki hak untuk mengambil keputusan


2. Setiap keputusan memiliki risiko
3. Keterampilan dalam mengambil keputusan
4. Pentingnya pendampingan dari orangtua atau guru dalam pengambilan keputusan yang
tepat
5. Teman sebaya, budaya, media dapat mempengaruhi pengambilan keputusan

Sumber dan Media:

1. Contoh kasus
2. Wacana

Kegiatan Pembelajaran

1. buka sesi belajar dengan mengajak siswa untuk mengamati kemudian memberikan
kesempatan kepada siswa secara sukarela untuk menceritakan/mengkomunikasikan
kembali hasil pembelajaran yang diingat dari sesi sebelumnya
2. jelaskan tujuan
3. ajak siswa untuk bernalar kemudian mencoba permainan “Ini Keputusanku”
4. bagi menjadi 4 kelompok:
yy Kasus 1:
seorang siswa perempuan hendak pergi menemani ibunya menghadiri resepsi
pernikahan saudara. Ibunya meminta anak tersebut untuk memilih baju yang akan
dikenakanya. Siswa tersebut memilih rok mini, atasan kaos tipis dan ketat serta
sepatu olahraga sementara ibunya memilihkan sepasang baju batik dan sepatu
Pantofel.
yy Kasus 2:
sekelompok siswa janjian bertemu di bioskop untuk menonton film “YYY”, setibanya
mereka disana terdapat film “YYY”, “XXX”, “ZZZ”. Film “YYY” merupakan film
BUKU PANDUAN GURU 59

drama petualangan anak, “XXX” drama percintaan yag sedang terkenal, sedangkan
film “ZZZ” merupakan film horor terlaris bulan ini. Beberapa siswa mengusulkan
untuk menonton film lain yaitu “XXX”dan “ZZZ”
yy Kasus 3:
seorang siswa laki-laki memiliki jerawat di dahi dan kedua pipinya. Orangtua
menganjurkan tidak perlu minum obat cukup rajin membersihkan wajah, sedangkan
sahabatnya menyarankan untuk memencet jerawat tersebut dan memakai salep
kosmetik yang ada di televisi.
yy Kasus 4:
seorang siswa perempuan yang mengalami menstruasi, masuk sekolah dengan
kesiapan membawa satu pembalut. Pada jam istirahat, seharusnya waktu
mengganti pembalut, siswa harus menyelesaikan tugas dari gurunya. Ketika jam
istirahat hampir habis, ada seorang teman mendatanginya dengan raut muka pucat
menceritakan bahwa mendapatkan menstruasi namun tidak membawa pembalut.
5. beri waktu untuk berdiskusi kelompok, kemudian minta siswa mempresentasikan
keputusan yang diambil dan alasannya
6. ajak siswa berdiskusi lebih lanjut. Tanyakan kepada siswa:
yy apakah susah membuat keputusan pilihan dalam kasus di atas?
yy pada pilihan yang mana pemgambilan keputusan dirasa sangat sulit dan sebaliknya
pengambilan keputusan dirasa paling mudah? Mengapa hal tersebut terjadi?
yy hal-hal apa yang menjadikan pengambilan keputusan menjadi mudah?
7. jelaskan kepada siswa bahwa dari bermain peran tadi kita belajar bahwa berpikir
kritis, memegang teguh nilai positif dan berdiskusi membuat pegambilan keputusan
terasa lebih mudah karena kita mengetahui dengan jelas keuntungan atau risiko dari
pilihan kita
Pada siswa kelas tinggi:
Apakah pendapat teman sekelompok mempengaruhi keputusan? Apakah menjadi lebih
sulit/mudah untuk pengambilan keputusan? Apakah semua anggota kelompok sepakat/
ada yang tidak sepakat dengan pengambilan keputusan tersebut?
8. tutup sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, menarik kesimpulan dan refleksi

Refleksi untuk Guru

yy menerapkan tata tertib sekolah yang memberikan wawasan siswa sesuai aspek
kesehatan, hukum, psikologis dan sosial
yy memfasilitasi siswa berlatih untuk berpikir kritis dan kreatif membuat daftar
keuntungan dan kerugian dari setiap pengambilan keputusan
yy membuka diri kepada seluruh siswa untuk berdialog atau melakukan konseling. Jika
terpantau ada siswa yang mengalami masalah, Guru segera melakukan konseling dan
merujuk ke Puskesmas terdekat untuk bantuan dan dukungan lebih lanjut

Refleksi untuk Siswa

yy selalu percaya diri, memegang teguh nilai positif dengan berpikir kritis sisi keuntungan
dan risikonya ketika memutuskan perilaku tertentu terutama yang bisa memberikan
dampak buruk terhadap diri sendiri, teman sebaya, keluarga dan masyarakat
yy segera mencari dukungan jika dibutuhkan untuk mencegah melakukan perilaku berisiko
tersebut atau menghentikannya bagi yang sudah terlanjur melakukannya.
60 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Wacana
Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah sebuah proses menentukan sebuah pilihan dari berbagai
alternatif pilihan yang tersedia. Seseorang terkadang dihadapkan pada suatu keadaan
dimana ia harus menentukan pilihan (keputusan) dari berbagai alternatif yang ada. Proses
ini terkadang amatlah rumit karena berdampak pada dirinya dan lingkungan sekitarnya.

Beberapa tips untuk membuat keputusan adalah:


yy Berpikir jernih
yy Berpikir dari segala sudut pandang
yy Berpikir positif negatifnya keputusan tersebut
yy Berpikir dampak dan manfaat keputsannya
yy Menanyakan dengan orang terdekat. Tapi penting diingat, ucapan mereka hanya
sebatas saran. Tetap pikirkan baik-baik
yy Jangan bertindak sebelum berpikir

Kleindorfer (1993) menyatakan bahwa kebutuhan, nilai dan tujuan yang hendak dicapai
seseorang merupakan faktor dasar dalam mengambil keputusan. Kleindorfer (1993)
menyebutkan adanya tahapan yang terjadi dalam proses pengambilan keputusan yang
berlangsung adalah:
1. Tahap penemuan masalah dan definisi masalah
Merupakan tahap dimana individu menyadari adanya masalah yang perlu diselesaikan

2. Tahap pencarian atau tahap evaluasi


Merupakan tahap mengumpulkan informasi tentang kemungkinan alternatif pemecahan
masalah dan kemudian mengevaluasi alternatif tersebut

3. Tahap memilih alternatif dan membuat keputusan


Dalam tahap ini individu mengambil keputusan dengan memilih dari bentuk alternatif
yang telah dipilih.

4. Tahap evaluasi hasil.


Setelah membuat keputusan dan mengambil tindakan sesuai keputusan, pengambil
keputusan mengevaluasi tepat-tidaknya keputusan yang dibuat berdasarkan hasil atau
akibat dari keputusan tersebut

Memutuskan tentang pencegahan perilaku berisiko menjadi penting bagi remaja.


Pertimbangan yang penting tentu saja berhubungan dengan nilai pribadi dan pertimbangan
masa depan, serta kesiapan diri. Tentu bagi remaja, pilihan terbaik adalah menunda
hubungan seksual hingga menikah (siap).

Dalam realitanya, banyak remaja yang telah mengenal beberapa tahapan perilaku seksual :
yy Pegangan tangan, berpelukan, berciuman, menempelkan alat kelamin ke kelamin
pasangan, hubungan seks

Meskipun remaja telah mengenal perilaku tersebut, akan tetapi banyak dari mereka yang
tidak memahami risiko yang ditimbulkannya. Hal ini terjadi karena informasi yang mereka
terima tidak lengkap atau bisa saja salah karena mendapatkan informasi berupa mitos yang
salah.
BUKU PANDUAN GURU 61

Setiap perilaku seksual tersebut mengandung risiko. Biasanya remaja mencoba-coba


mempraktekkannya dari yang dianggap biasa seperti pegangan tangan lalu kemudian
berlanjut setahap demi setahap jika pasangannya juga mau melakukannya.

Remaja harus memahami kesadaran diri dan berpikir kritis terhadap dampak perilaku
tersebut. Contoh jika pacarnya memeluk dirinya, maka dia harus berfikir “habis ini dia
akan melakukan apa ya?” Karena biasanya setelah melakukan sesuatu perilaku seksual yang
ringan maka ada kecenderungan akan meningkat pada perilaku seksual yang berbahaya dan
berisiko.

Dari berbagai penelitian, ada beberapa alasan remaja melakukan hubungan seksual meski
sebenarnya mereka tidak mau (terpaksa):
yy Mendapatkan tekanan dari teman sebaya
yy Membuktikan cinta atau mendapatkan komitmen dalam sebuah hubungan
yy Menghindari menyakiti perasaaan orang lain
yy Karena berteman dengan lain jenis tidak dilakukan untuk waktu yang lama
yy Karena mempunyai persetujuan sebelumnya untuk berhubungan seks walaupun salah
satunya telah berubah pikiran
yy Untuk mendapatkan uang atau hadian
yy Karena telah terpengaruh alkohol atau obat-obatan yang telah merusak penilaian atau
kemampuan untuk menolak hubungan seksual yang tidak diinginkan sebelumnya, dll

Dampak hubungan seksual pada remaja, antara lain:


yy Kehamilan tidak diinginkan, infeksi menular seksual dan HIV-AIDS, stigma dan
diskriminasi

Latihan dan dukungan dapat membantu remaja menyelesaikan tekanan melakukan hubungan
seks lebih dini dan belajar untuk mengkomunikasikan dengan rasa percaya diri yang lebih
tinggi. Remaja juga perlu memahami bagaimana berteman secara sehat.

Pertemanan antara lawan jenis secara Sehat

Pertemanan antara lawan jenis sejatinya merupakan sebuah proses untuk saling mengenal
sering disalahartikan sebagai kebebasan berinteraksi dengan lawan jenis. Pada masa ini
yang seharusnya menjadi jalan untuk saling mengenal bisa jadi malah menyebabkan masalah
baru yang berisiko.

Sebelum membahas tentang pertemanan antara lawan jenis secara sehat, kita perlu tahu
dulu seperti apa pertemanan antara lawan jenis yang tidak sehat itu? Di kehidupan sekitar
kita sangat banyak contoh yang bisa kita lihat. Mulai dari kasus hamil di luar nikah, sakit
jiwa, hingga bunuh diri. Untuk menjalani hidup yang penuh dengan impian dan harapan,
tentu Anda tak ingin jatuh di tengah-tengah karena tersandung bahaya pertemanan antara
lawan jenis yang tidak sehat.

Kejadian seperti itu biasanya disebabkan oleh anggapan yang salah mengenai “hubungan
pertemanan antar lawan jenis”. Hubungan yang seharusnya diartikan dengan hubungan
persahabatan yang lebih dekat, mulai disalahartikan menjadi hubungan yang bebas
melakukan apapun berdua. Nah, ini tentu sangat berbahaya, bisa mengakibatkan pergaulan
bebas hingga menyebabkan keadaan-keadaan yang sangat merugikan, terutama bagi
perempuan. Salah satu kasus yang diakibatkan oleh hubungan pertemanan lawan jenis tidak
sehat ini adalah hamil di luar nikah.
62 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Pertemanan antar lawan jenis yang sehat adalah hubungan yang memenuhi kriteria “sehat”,
baik sehat fisik, sehat psikis, sehat sosial, maupun sehat seksual.
yy Sehat secara fisik ditunjukkan dengan tidak ditemuinya bentuk kekerasan fisik yang
dilakukan terhadap pasangan
yy Sehat secara psikis ditandai dengan sikap-sikap bijak individu yang terlibat dalam
hubungan. Mereka mampu mengendalikan emosi, berempati, saling menghargai, saling
percaya, dan saling menghormati. Dengan begitu, hubungan ini akan menciptakan
kenyamanan dan keterbukaan
yy Secara biologis, remaja yang tengah menjalin hubungan ini berada dalam fase
perkembangan dan kematangan seks. Oleh sebab itu, diperlukan kendali untuk
mengontrol dorongan seks sehingga tidak terjerumus seks pranikah. Jika hubungan itu
sudah disejajarkan dengan aktivitas seksual, berarti hubungan tersebut tidak sehat.
Contohnya jika teman lawan jenis kamu sudah mulai menyentuh, memegang atau meraba
maka kamu harus berpikir kritis “habis ini apa ya? Dan harus berpikir kreatif untuk
mencegah dan menolaknya contohnya kalo lebih baik kita tidak saling pegang atau raba
karena akan terjadi dorongan seksual, dan saya tidak siap menanggung risikonya

Beberapa contoh perilaku berisiko dan dampaknya

PERILAKU
MITOS PERGAULAN RISIKO JANGKA PANJANG
BERISIKO
Hubungan seksual Bisa jadi dianggap Kehamilan usia muda
keren, jantan, yy Perdarahan à remaja hamil meninggal
dan populer dalam yy Bayi kurang gizi à bayi meninggal
pergaulan Penyakit menular seksual
yy Gonore,dll
Sanksi sosial:
yy Pergunjingan, cap tidak perawan, dsb
Merokok Bisa jadi dianggap Kesehatan:
keren dan jantan yy Radang paru-paru
dalam pergaulan yy Sakit jantung
yy Bisa menyebabkan meninggal usia muda
Alkohol Bisa jadi dianggap Kesehatan:
keren dan jantan yy Merusak organ tubuh
dalam pergaulan yy Menyebabkan kematian bagi jenis
minuman keras oplosan
Sosial:
yy Rawan kriminalitas, seperti: perkelahian,
kekerasan, dsb
yy Cap sosial: masa depan suram (madesu),
pengganggu ketertiban umum, dianggap
penjahat, dsb
Psikologis:
yy Tidak fokus dan malas
BUKU PANDUAN GURU 63

PERILAKU
MITOS PERGAULAN RISIKO JANGKA PANJANG
BERISIKO
Napza termasuk Bisa jadi dianggap Kesehatan:
lem keren dan jantan yy Merusak otak dan organ tubuh lainnya
dalam pergaulan yy Menyebabkan ketergantungan
yy Meninggal karena overdosis
Sosial:
yy Rawan arus mendapatkan uang untuk
membelinya,
yy Cap sosial: masa depan suram (madesu),
pengganggu ketertiban umum, dianggap
penjahat, dsb
yy Target operasi polisi
Psikologi:
yy Tidak fokus
yy Malas

Beberapa Kebijakan Terkait Kesehatan Reproduksi Remaja

Penting bagi remaja untuk memahami beberapa kebijakan, peraturan dan hukum menyangkut
kesehatan reproduksi yang dapat membantu memberikan pertimbangan pada remaja dalam
pembuatan keputusan perilaku kesehatan reproduksinya.

Beberapa situasi kebijakan, peraturan dan hukum menyangkut kesehatan reproduksi,


antara lain

1. Komite Hak Anak (CRC) telah berulang kali menyatakan keprihatinan terhadap
tingginya tingkat perkawinan dini yang terjadi di kalangan remaja perempuan dibawah
usia 15 tahun, terutama yang tinggal di pedalaman/pedesaan. Komisi Hak Anak (CRC)
juga menyarankan pemerintah agar mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah
berulangnya kejadian ini. Undang-Undang Perkawinan No 1 tahun 1974 ayat 7
(1) menyatakan minimal usia nikah bagi laki-laki adalah 19 tahun dan 16 tahun bagi
perempuan.
Komisi Hak Anak (CRC) dan Komisi Penghapusan Diskriminasi Terhadap Perempuan
(CEDAW) telah menyampaikan kepedulian mereka dan menyatakan bahwa undang-
undang tersebut mendiskriminasi perempuan. Oleh karena itu mereka menyarankan
pemerintah Indonesia untuk memastikan agar usia menikah bagi perempuan sama
dengan usia menikah bagi laki-laki yaitu 18 tahun untuk laki-laki dan perempuan, sesuai
dengan rekomendasi Komite Hak Anak.

2. Pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual yang komprehensif dan


berbasis hak menjadi jauh lebih rumit karena pemerintah mengeluarkan UU Pornografi
Nomor 44 Tahun 2008. Pasal 1 Undang-Undang ini, mendefinisikan pornografi sebagai
segala sesuatu yang melanggar norma kesusilaan.
Jika mengacu pada pasal 13 dan 14, peralatan medis, barang-barang, materi pendidikan
dan peralatan mengajar dapat dikategorikan sebagai bahan pornografi. Saat ini
pemerintah dalam tahap penyusunan peraturan Pasal 13 dan 14, dan peraturan
tersebut mengajukan pembatasan akses remaja untuk mendapatkan informasi
kesehatan seksual dan reproduksi dan pendidikan, dan juga membatasi penggunaan
64 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

bahan belajar kesehatan reproduksi hanya untuk organisasi dan/atau profesional


kesehatan yang disahkan Pemerintah. Membatasi akses remaja untuk mendapatkan
informasi dan pendidikan seperti ini merupakan tindakan yang tidak tepat karena hal
ini sama saja melarang mereka belajar bagaimana melindungi diri dari kehamilan yang
tidak diinginkan dan penyakit menular seksual (termasuk HIV).

3. Undang-Undang Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nomor 52,


membatasi penyediaan kontrasepsi dan pelayanan KB hanya untuk pasangan menikah.
Hukum dan kebijakan yang membatasi akses ke pelayanan kesehatan seksual dan
reproduksi, informasi dan pendidikan hanya untuk pasangan yang sudah menikah
tidak menghargai seksualitas remaja dan kaum muda serta menghalangi mereka dari
melindungi diri dari kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular seksual.

4. Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, terutama pasal 79, 136, dan
137 yang mengatur mengenai pemeliharaan kesehatan remaja termasuk kesehatan
reproduksi.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014, yang mengatur berbagai kebijakan terkait
kesehatan reproduksi seperti pengaturan mengenai akses kesehatan reproduksi, hak
setiap orang dalam bereproduksi, mengenai aborsi yang diperbolehkan dan sebagainya
BUKU PANDUAN GURU 65

TOPIK 2.4 KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN NEGOSIASI


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
 (RPP)
Alokasi Waktu: 90 menit

KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4


MATERI MUATAN TERPADU
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
Keterampilan 3.8 4.8 Bahasa
Berkomunikasi Memahami cara komunikasi Berkomunikasi secara baik Indonesia, PJOK,
dan Negosiasi yang baik dan efektif dalam dan efektif serta berani Agama
menyampaikan pendapat dan menolak perilaku berisiko
menolak perilaku berisiko Kelas 2, 4 s.d. 6

Tujuan

1. Siswa memahami berbagai macam contoh komunikasi


2. Siswa mampu memperagakan komunikasi efektif

Materi

1. Setiap orang berhak untuk mengekspresikan dirinya


2. Komunikasi merupakan aspek penting dalam menjalin hubungan dengan keluarga, teman
dan lingkungan
3. Berbagai macam contoh komunikasi
4. Keterampilan komunikasi efektif, mampu berkata “ya” dan “tidak”
5. Perilaku asertif merupakan aspek penting dalam komunikasi
6. Negosiasi membutuhkan hubungan yang saling menghargai dan kerjasama dari semua
pihak

Sumber dan Media

1. Siswa sebagai model


2. Wacana

Kegiatan Pembelajaran

1. buka sesi belajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa secara sukarela
untuk menceritakan kembali hasil pengamatan/pembelajaran yang diingat dari sesi
sebelumnya
2. jelaskan tujuan
3. minta siswa saling bercerita bergantian tentang hal yang menyenangkan dan
menyedihkan dalam hidup mereka, beri waktu siswa masing-masing 3 (tiga) menit.
tanyakan kepada siswa:
yy apakah ada kesulitan dalam menyampaikan/menalar cerita dari teman-temannya
tadi?
yy hal-hal apa yang membuat sulit dalam penyampaian cerita?
minta siswa secara bergantian menyebutkan kalimat “iya, saya setuju...” dengan suara
lantang dan mimik wajah senang. Lalu dilanjutkan dengan kalimat “tidak, saya tidak
setuju...” dengan suara lantang dan muka tegas
66 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

4. minta siswa secara sukarela mempraktekkan komunikasi asertif berupa kalimat


penolakan dalam situasi diajak ke tempat game online setelah pulang sekolah
yy sampaikan penolakan dengan mengungkapkan perasaan beserta alasannya…….
(contoh kalimat “saya tidak tenang kalau pulang terlambat, ibu saya pasti cemas”.
yy sampaikan penolakan dengan jelas…..(contoh kalimat “saya tidak bisa pergi”).
yy sampaikan penolakan dengan meminta persetujuan dan terima kasih…. (contoh
kalimat “saya harap kamu tidak keberatan, terima kasih atas pengertiannya)

ajak siswa praktek lebih lanjut dalam situasi temannya tetap memaksa:
yy ulangi penolakan…. (contoh kalimat “saya betul-betul tidak bisa pergi kesana”,
sambal bergegas hendak pulang”)
yy negosiasi…. (contoh kalimat “Bagaimana kalau antar saya pulang saja, ibu saya pasti
masak makanan enak”)
yy menunda… (contoh kalimat “Mungkin kita bisa pergi lain waktu, kalua saya sudah
dapat ijin dari ibu saya” (sambil bergerak pulang)

5. tutup sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, kesimpulan, dan melakukan


refleksi

Refleksi untuk Guru

yy mempraktikkan komunikasi asertif kepada seluruh siswa.


yy memotivasi seluruh siswa untuk berani mengatakan “tidak” jika ada ajakan atau Katakan
‘tidak’ untuk ajakan melakukan perilaku yang bisa merusak tubuh atau membahayakan
orang lain
yy membuka diri kepada seluruh siswa untuk berdialog atau melakukan konseling. Jika
terpantau ada siswa yang mengalami masalah, Guru segera melakukan konseling dan
merujuk ke Puskesmas terdekat untuk bantuan dan dukungan lebih lanjut

Refleksi untuk Siswa

yy berlatih komunikasi dengan teman atau keluarga sampai pesan yang disampaikan
mendapat umpan balik dengan benar.
yy percaya diri dan memegang teguh nilai positif mengatakan ‘’tidak” untuk menolak
pengaruh negatif.
BUKU PANDUAN GURU 67

Wacana
Komunikasi Asertif

Komunikasi yang baik disebut juga dengan komunikasi asertif. Komunikasi asertif
adalah kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif tanpa terlalu banyak
terganggu dengan apa yang orang lain mungkin pikirkan atau katakan.

Perilaku asertif tidak sama dengan dengan perilaku agresif. Orang asertif berani
menyuarakan sesuatu yang menjadi pendapatnya dengan tetap menghargai orang lain.
Berikut adalah beberapa kelebihan seseorang bersikap asertif

1. bebas dari konflik internal:


bayangkan situasi berikut, kamu sedang mengalami sakit kepala parah dan ingin
menghabiskan waktu sendirian untuk beristirahat. Tapi teman baikmu menelepon dan
mengatakan bahwa ia ingin pergi keluar denganmu. Menghadapi situasi ini, sebenarnya
kamu hendak menolak ajakan tersebut karena tidak dalam mood untuk melakukannya.
Tapi karena tidak mampu berkata ‘tidak’, kamu akhirnya pergi keluar sehingga menambah
derita sakit kepalamu dengan melakukan apa yang tidak ingin kamu lakukan. Jika kamu
cukup asertif untuk menolak teman, kamu dapat menghabiskan waktu beristirahat atau
melakukan apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan. Untuk berkata ‘tidak’, kamu tidak
harus bersikap kasar. Komunikasi asertif harus tetap mengedepankan hubungan saling
menghormati. Dari contoh diatas, sikap asertif akan membuat seseorang terhindar
dari stres dan tekanan yang tidak perlu dari lingkungan,

2. meningkatkan percaya diri:


komunikasi asertif membantu meningkatkan kepercayaan diri. Orang yang asertif
berarti tidak ragu dalam menyuarakan pendapatnya. Orang lain juga akan cenderung
menghargai orang yang asertif karena berani menyuarakan pikiran dan memilih
memberikan jawaban yang jujur. Apresiasi dan penghargaan dari orang lain pada
akhirnya akan meningkatkan rasa percaya diri kamu yang telah bersikap asertif,

3. membantu mengelola stres:


bersikap asertif membuat seseorang lebih mudah mengelola stres. Orang yang asertif
tidak akan menyesali apa yang dilakukan karena telah menyuarakan apa yang menjadi
pendapat dan keyakinannya,

4. hidup yang tidak terikat dan bebas:


orang asertif selalu percaya dengan prinsipnya tanpa terlalu banyak terganggu dengan
apa yang dikatakan orang lain. Orang asertif umumnya bahagia dan percaya diri karena
mampu menentukan pilihan dan tujuan hidupnya sendiri. Orang lain tidak akan dapat
memanfaatkan orang yang asertif karena perilaku asertif membuat seseorang tetap
kukuh dengan prinsipnya. Sebaliknya, orang yang tidak dapat berkata ‘tidak’ cenderung
dimanfaatkan orang lain karena ketidakmampuannya untuk menolak.

Jadi bersikap atau berperilaku asertif adalah berani untuk jujur secara terbuka menyatakan
kebutuhan, perasaan dan pikiran secara tegas tanpa menyinggung perasaan orang lain atau
melanggar hak orang lain.
68 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

TOPIK 2.5 MENCARI BANTUAN DAN DUKUNGAN


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
 (RPP)
Alokasi Waktu: 90 menit

KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4


MATERI MUATAN TERPADU
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
Mencari Bantuan 3.9 4.9 PJOK
dan Dukungan Memahami cara-cara Meminta bantuan dan
mendapatkan perlindungan dukungan dari berbagai Kelas 4 s.d. 6
dan dukungan dari berbagai pihak yang dapat dipercaya
pihak yang dapat dipercaya dalam mengatasi masalah/
apabila mengalami suatu kejadian yang berisiko bagi
masalah/kejadian yang kesehatan
berisiko bagi kesehatan

Tujuan

1. Siswa mengidentifikasi cara-cara tertentu sehingga orang dapat saling menolong


2. Siswa mengidentifikasi masalah tertentu dan sumber bantuan yang sesuai

Materi

1. Setiap orang berhak untuk mendapatkan perlindungan dan dukungan


2. Teman, keluarga, guru, tokoh agama, dan anggota masyarakat bisa menjadi pihak yang
memberikan dukungan dan pertolongan
3. Berbagai macam sumber bantuan dan dukungan yang ada di sekolah dan masyarakat
luas
4. Beberapa masalah mungkin membutuhkan bantuan dari luar sekolah atau masyarakat
5. Pelecehan, kekerasan seksual perlu dilaporkan untuk mendapatkan bantuan

Sumber dan Media

1. Lembar/studi kasus
2. Wacana

Kegiatan Pembelajaran

1. buka sesi belajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa secara sukarela untuk
menceritakan/mengkomunikasikan kembali hasil pembelajaran yang diingat dari sesi
sebelumnya
2. jelaskan tujuan
3. ajak siswa untuk menceritakan 1 (satu) pengalaman ketika sedang sedih atau tidak
nyaman dan butuh dukungan atau bantuan dari orang lain. Kemudian tanyakan:
yy siapa yang mendukung atau membantu kamu saat itu dan apa bentuk dukungan atau
bantuannya?
yy apakah mudah meminta dukungan atau bantuan dari orang lain? Mengapa?
4. minta siswa membentuk kelompok kecil kemudian menalar kasus berikut dan
menyampaikan pendapatnya melalui diskusi:
BUKU PANDUAN GURU 69

yy Hadi kelas 1 SD izin ke toilet, ibu guru cemas karena agak lama belum kembali
ke kelas. Tiba-tiba hadi muncul di kelas, ibu guru melihat keanehan pada hadi
yang memakai celana terbalik, spontan ibu guru curiga kemudian mengajak hadi
bercerita. Hadi pun bercerita kalau di toilet bertemu dengan petugas kebersihan
dan dia diminta untuk membuka celana, diraba dan diciumi sekujur tubuhnya.
yy Sari kelas 1 SD pergi dan pulang sekolah menggunakan mobil jemputan yang
kondisinya penuh melebihi kapasitas tempat duduk. Kondisi tersebut memaksa siswa
duduk berdesakan bahkan berpangku-pangkuan. Suatu hari sari menangis ketika
sedang dimadikan oleh ibunya karena merasa kesakitan diselangkangan, spontan
ibunya curiga dan meminta sari bercerita. Sari pun bercerita bahwa tadi siang
saat pulang sekolah dia duduk dipangku oleh kakak kelas laki-laki kemudian tangan
kakak kelas tersebut masuk kedalam rok sari dan meraba bagian selangkangannya.
–– menurut kamu apa yang terjadi pada Hadi dan Sari? Apakah yang dilakukan
oleh petugas kebersihan dan kakak kelas merupakan kejahatan?
–– apa yang seharusnya Hadi dan Sari lakukan pada waktu itu?
–– kepada siapa seharusnya Hadi dan Sari meminta bantuan?
5. tutup sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, menarik kesimpulan, melakukan
refleksi

Refleksi untuk Guru

yy memberi teladan sikap sopan dan santun kepada seluruh siswa


yy mengenali perubahan perilaku pada siswa untuk mendeteksi terjadinya pelecehan,
kekerasan dan perlakuan buruk lainnya.
yy mewujudkan lingkungan sekolah bebas kekerasan fisik, psikis, seksual, penelantaran
yy memfasilitasi kunjungan lapangan ke puskesmas dan kantor polisi terdekat untuk
memperkenalkan kepada sumber bantuan
yy membuka diri kepada seluruh siswa untuk berdialog atau melakukan konseling. Jika
terpantau ada siswa yang mengalami masalah, Guru segera melakukan konseling dan
merujuk ke Puskesmas terdekat untuk bantuan dan dukungan lebih lanjut

Refleksi untuk Siswa

yy memiliki daftar orang dewasa yang dapat dipercaya yang diyakini baik kepadanya
(misalnya: ibu kandung, nenek, ibu guru).
yy mengetahui puskesmas dan kantor polisi terdekat
yy dapat mengenali perlakuan buruk kepada dirinya dan berani mengungkapkan masalahnya
untuk meminta bantuan kepada orang dewasa yang dapat dipercaya.
yy tidak menyimpan rahasia jika mengalami suatu kejadian tidak nyaman berupa kekerasan
atau paksaan

Wacana
Mencari Bantuan dan Dukungan

Kadang kita butuh dukungan dan bantuan dari teman sebaya, keluarga, guru, orang-orang
di sekitar, bahkan dari pihak profesional seperti: dokter, konselor/psikolog, dan pihak lain
70 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

untuk dapat mengambil keputusan yang tepat dalam berperilaku hidup sehat. Dukungan
yang kita minta bisa berupa : informasi, rujukan, curhat, pembuatan keputusan, dsb.

Penting untuk membuat daftar kontak dan alamat tempat konsultasi, klinik/rumah sakit,
pusat krisis perempuan, atau kantor polisi sehingga jika sewaktu-waktu terjadi kasus yang
menimpa kita atau teman sebaya bisa dirujuk ke tempat-tempat tersebut.

Kelompok teman sebaya merupakan dunia nyata remaja yang menyiapkan tempat remaja
menguji dirinya sendiri dan orang lain. Keberadaan teman sebaya dalam kehidupan remaja
merupakan keharusan, untuk itu seorang remaja harus mendapatkan penerimaan yang
baik untuk memperoleh dukungan dari kelompok teman sebayanya. Melalui berkumpul
dengan teman sebaya yang memiliki kesamaan dalam berbagai hal tertentu, remaja dapat
mengubah kebiasan-kebiasan hidupnya dan dapat mencoba berbagai hal yang baru serta
saling mendukung satu sama lain. Teman sebaya selain merupakan sumber referensi bagi
remaja mengenai berbagai macam hal, juga dapat memberikan kesempatan bagi remaja
untuk mengambil peran dan tanggung jawab yang baru melalui pemberian dorongan
(dukungan sosial).

Melalui dua elemen dasar dari dukungan yang dirasakan remaja yang diperoleh dari teman
sebaya, remaja dapat merasa lebih tenang apabila dihadapkan pada suatu masalah. Dukungan
sosial yang bersumber dari teman sebaya dapat membuat remaja memiliki kesempatan
untuk melakukan berbagai hal yang belum pernah mereka lakukan serta belajar mengambil
peran yang baru dalam kehidupannya. Remaja mampu menjalankan peran sosialnya di
masyarakat apabila remaja tersebut telah berhasil membentuk identitas dirinya.

Remaja yang telah berhasil membentuk identitas dirinya yang stabil akan memperoleh
suatu pandangan yang jelas tentang dirinya, memahami perbedaan dan persamaannya
dengan orang lain, menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya, penuh percaya diri, tanggap
terhadap berbagai situasi, mampu mengantisipasi tantangan masa depan serta mengenal
perannya dalam masyarakat.

Remaja bisa menjadi korban seperti: perkosaan, kehamilan tidak diinginkan, terinfeksi
HIV. Ada beberapa cara untuk memberikan dukungan sosial korban. Menurut Sarafino
(2006), dukungan sosial dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Dukungan emosional dan penghargaan. Kedua dukungan ini mengarah pada pemberian
perhatian, kepedulian, ekpresi empati, dan kasih sayang pada korban. Selain itu, Kita
juga bisa memberikan dorongan yang positif serta menghargai ide, keputusan, dan
perilaku yang korban lakukan
2. Dukungan Instrumental. Dukungan ini mengarah pada pemberian bantuan secara
langsung atau tidak langsung yang dapat berupa jasa atau benda. Misalnya, memberikan
perlengkapan hidup, kebutuhan rumah tangga, dan membantu korban mengurus
kehidupan mereka
3. Dukungan Informasi. Dukungan ini mengarah pada pemberian saran, nasihat, kritikan,
dan petuah yang dapat membantu korban untuk menghadapi kerasnya hidup dan
perlakuan diskriminatif yang mungkin diterima dengan sabar dan tabah
4. Dukungan persahabatan. Dukungan ini erat kaitannya dengan hakikat kita sebagai
makhluk sosial. Dukungan ini mengarah pada pemberian dukungan berupa penerimaan
dalam sebuah kelompok atau lingkungan sehingga erasa diterima sebagai bagian dari
masyarakat
BUKU PANDUAN GURU 71

Dukungan dapat dikelompokkan menjadi:


1. dukungan teman sebaya
2. dukungan sosial, dari masyarakat sekitar
3. dukungan layanan kesehatan (Puskesmas PKPR)
4. dukungan hukum, dari kepolisian dan pengadilan
5. dukungan psikologis, dari pusat konsultasi psikologis atau pusat krisis dan penanganan
kekerasan

Sehubungan masalah kesehatan reproduksi remaja dengan kebijakan pemerintah


terkait kesehatan reproduksi tersebut diatas, tindakan yang dapat diambil sehubungan
permasalahan yang dialami sbb (referensi):

1. Masalah 2. Kemungkinan 3. Konsekuensi 4. Rekomendasi


atau Perilaku tindakan dari
berisiko remaja atau orang
tua
5. Hubungan 6. Lanjut hubungan 8. Hubungan 11. Mengikuti kegiatan
seksual 7. Putus paksa backstreet positif (olahraga,
9. Hamil musik, dll)
10. Tertular 12. Putus hubungan
IMS, HIV
13. Kehamilan 14. Aborsi 15. Perdarahan, 16. Melanjutkan
meninggal pendidikan, home
schooling
17. Antenatal care ke
fasilitas kesehatan
18. Konsumsi 19. Melanjutkan 20. Kecanduan 22. Terapi kecanduan
NAPZA penggunaaan 21. Meninggal
Napza atau dunia karena
menghentikannya overdosis

Informasi Pusat-Pusat Pelayanan yang Bisa Memberikan Dukungan dan Bantuan


Puskesmas, praktik bidan, praktik dokter, klinik, rumah sakit
Peran provider di sektor kesehatan:
1. Merespon kekerasan seksual
2. Memberikan pelayanan klinis
3. Mengumpulkan bukti forensik
4. Merujuk untuk intervensi krisis lebih lanjut
5. Mencegah kekerasan seksual dan stigmatisasi, dengan berkolaborasi dengan sektor-
sektor lain yang terkait

Yang perlu diperhatikan sebelum pemeriksaan korban kekerasan seksual:


yy Korban jangan menunggu terlalu lama
yy ijin tertulis untuk pemeriksaan
yy sebaiknya polisi dan dokter memeriksa dalam waktu yang bersamaan
yy dokter didampingi perawat perempuan/bidan
yy dokter menjelaskan apa yang akan dilakukan dan manfaat pemeriksaan
72 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Rujukan:
yy Puskesmas terdekat. Di puskesmas terdapat petugas PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja) yang telah dilatih untuk melayani kebutuhan layanan kesehatan termasuk
kesehatan reproduksi remaja dengan standar yang ramah dan menghargai remaja.
yy RS polisi di tiap propinsi di bagian P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan Dan Anak)
yy RSU Propinsi PPT (Pusat Pelayanan Terpadu),
yy RSU Kab/Kota, RSU Provinsi: Klinik Kesehatan Remaja
yy Lembaga pelayanan krisis untuk perempuan (Women Crisis Center) atau klinik dan
Youth Center PKBI di daerah
yy Pusat Krisis Terpadu
BUKU PANDUAN GURU 73

KONSEP UTAMA 3:

BUDAYA, SOSIAL DAN HAK ASASI MANUSIA

TOPIK 3.1 BUDAYA DAN NORMA


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
 (RPP)
Alokasi Waktu: 90 menit

KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4


MATERI MUATAN TERPADU
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
Budaya dan 3.10 4.10 PPKN
Norma Mengenal hak anak, budaya Mempraktikkan aturan
dan norma berkaitan yang baik dalam menjaga Kelas 1 s.d. 6
dengan perilaku kesehatan kesehatan reproduksi
reproduksi

Tujuan

1. Siswa dapat mengindentifikasi sumber informasi terkait masalah kesehatan reproduksi


2. Siswa dapat mengindentifikasi nilai budaya, agama dan hak asasi manusia dan norma
sosial tentang kesehatan reproduksi

Materi

1. Keluarga merupakan sumber informasi untuk mempelajari tentang kesehatan


reproduksi
2. Nilai dan kepercayaan dari keluarga dan masyarakat mempengaruhi pemahaman kita
tentang kesehatan reproduksi
3. Budaya masyarakat, hak asasi manusia dan standar hukum turut mempengaruhi
pemahaman kita tentang kesehatan reproduksi
4. Semua budaya memiliki tata cara, norma dan tabu yang terkait kesehatan reproduksi
5. Hak kesehatan reproduksi merupakan bagian dari hak asasi manusia

Sumber dan Media

1. Spidol, kertas
2. Wacana

Kegiatan Pembelajaran

1. buka sesi belajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa secara sukarela
untuk menceritakan/mengkomunikasikan kembali hasil pembelajaran yang diingat dari
sesi sebelumnya
2. jelaskan tujuan
3. ajak siswa untuk mengamati dan mendiskusikan kesehatan reproduksi melalui diskusi
berikut:
74 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

yy pernah mendengar “puber”? …..(Puber adalah masa peralihan dari anak-anak


menuju dewasa).
yy siapa yang tahu tanda-tanda puber?coba sebutkan tanda-tanda puber pada
perempuan dan laki-laki……(Pada perempuan pinggul melebar, tumbuh rambut
diketiak dan sekitar kelamin, payudara membesar, puting menonjol, menstruasi
dan timbul jerawat, sedangkan pada laki-laki otot-otot tumbuh membesar, tumbuh
rambut sekitar ketiak, kumis, dagu dan kelamin, tumbuh jakun dan perubahan suara
menjadi berat, penis dan buah zakar membesar, mimpi basah dan tumbuh jerawat)
yy siapa yang mengajarkan kalian bagaimana menghadapi puber? Apakah kamu
mempraktikkan apa yang diajarkan tersebut? Mengapa?............(guru membuka
diri jika siswa ingin bercerita tentang kesehatan reproduksi, guru memberitahu
sumber informasi yang baik misalnya orangtua, Buku Rapor Kesehatanku, tenaga
kesehatan di puskesmas dan lain sebagainya).
4. minta siswa berkelompok, membuat daftar hal-hal terkait kesehatan reproduksi
yang berlaku di keluarga atau lingkungannya. Ajak siswa untuk bernalar dan mencoba
berdiskusi tentang daftar budaya yang telah dibuat
yy apakah kamu merasa tertekan atau merasa tidak nyaman dari budaya tersebut?
Mengapa?
yy guru memberikan informasi yang benar terhadap daftar budaya yang dibuat siswa.

Tabel ini untuk wacana Guru


Budaya Mitos Fakta
Jangan makan ikan saat menstruasi V Justru perlu gizi dimana ikan merupakan
sumber protein
Tidak boleh cuci rambut saat V Kita harus tetap menjaga kebersihan
menstruasi karena rambut akan rontok diri termasuk pada saat menstruasi
Minum soda saat menstruasi agar V Lamanya haid tidak dipengaruhi
darahnya keluar lancar oleh soda, bahkan minuman bersoda
mengandung kadar gula yang tinggi
Merokok itu simbol kejantanan V Kejantanan tidak dinilai dari perilaku
merokok, bahkan merokok dapat
menimbulkan impotensi
Lulus SD belum menikah dicap perawan V Pelanggaran hak anak, karena usia 0
tua – 18 tahun dilindungi Undang-Undang
Perlindungan Anak, memiliki hak untuk
menyelesaikan pendidikan tumbuh
dan berkembang. Secara fisik belum
siap untuk kehamilan, secara psikis
belum stabil emosinya untuk mengasuh
anak, dan secara ekonomi belum
siap memenuhi kebutuhan anak, baik
sandang, pangan dan papan.
Bayi baru lahir dikasih makan pisang V Makanan terbaik bayi baru lahir hanya
Air Susu Ibu, setelah 6 bulan baru bisa
diberi makanan pendamping
BUKU PANDUAN GURU 75

Budaya Mitos Fakta


Mimpi basah hanya terjadi pada laki- V Mimpi basah merupakan standar
laki nakal pubertas yang harus dialami oleh semua
laki-laki sekitar usia 14 tahun
Saat menstruasi tidak diperbolehkan V Anak memerlukan olahraga sedikitnya
olahraga 30 menit sehari untuk mendukung
pertumbuhannya
Anak laki-laki tidak boleh mencuci V Anak laki-laki dan anak perempuan
piring sama-sama memiliki kewajiban
membantu pekerjaan rumah.
Anak perempuan tidak boleh bermain V Anak laki-laki dan anak perempuan
sepak bola sama-sama membutuhkan olahraga yang
mengandung lari, loncat, lompat dan
lempar

5. tutup sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, membuat kesimpulan, dan


melakukan refleksi

Refleksi untuk Guru

yy menyediakan sumber informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan


memberi kemudahan bagi siswa untuk mendapatkanya.
yy menerapkan perilaku kesehatan reproduksi yang baik, sebaiknya tidak mengikuti
budaya atau mitos yang berisiko terhadap kesehatannya.
yy membuka diri kepada seluruh siswa untuk berdialog atau melakukan konseling. Jika
terpantau ada siswa yang mengalami masalah, Guru segera melakukan konseling dan
merujuk ke Puskesmas terdekat untuk bantuan dan dukungan lebih lanjut

Refleksi untuk Siswa

yy melakukan komunikasi dengan orangtua dan guru untuk mendiskusikan masa puber dan
kesehatan reproduksi
yy membaca buku rapor kesehatanku, mata pelajaran IPA, PJOK untuk mendapatkan
informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi
yy mengenali gejala puber dan jika merasa ada masalah untuk segera memeriksakan diri
ke puskesmas bersama orangtua atau guru.
yy menerapkan perilaku kesehatan reproduksi yang baik, sebaliknya tidak mengikuti
budaya atau mitos yang berisiko terhadap kesehatannya.

Wacana
Budaya dan Hukum Menyangkut Kesehatan Reproduksi di Indonesia

Norma sosial dan kebjiakan merupakan produk dari masyarakat pembuatnya. Sehingga
isi norma sosial dan produk hukum atau kebijakan tersebut menggambarkan pandangan
pembuatnya tentang topik atau isu yang dibahas.
76 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Dilihat dari beragamnya latar belakang demografis dan sosial, remaja di Indonesia memiliki
potensi, kontribusi, kebutuhan, dan tantangan yang juga beragam. Jenis perhatian dan
investasi yang diberikan pemerintah di dalam berbagai aspek tersebut kepada remaja
akan menentukan seberapa besar kontribusi remaja di dalam pembangunan. Dalam hal
kependudukan terdapat beberapa aspek yang saling terkait dalam menentukan kontribusi
signifikan remaja terhadap pembangunan, yaitu pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.

Situasi Kesehatan Seksual Dan Reproduksi Remaja Di Indonesia


1. Pertemanan dengan Lain Jenis
Pertemanan beda jenis atau yang dikenal dengan berteman dengan lain jenis di
Indonesia dimulai pada usia yang cukup muda. Seperempat perempuan dan setengah
dari laki-laki memulai berteman dengan lain jenis pada usia kurang dari 15 tahun
(SKRRI, 2007). Tingkat kehamilan pada remaja perempuan cukup tinggi. Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) mencatat bahwa 8,5% remaja
perempuan usia 15-19 tahun hamil dimana 1 dari 5 remaja perempuan usia 19 tahun
telah hamil atau menjadi ibu. Tingkat kehamilan remaja perempuan ditemukan
lebih tinggi di wilayah pedesaaan.

2. Kehamilan dan Pernikahan Dini


Kehamilan dan pernikahan di usia dini masih banyak terjadi di Indonesia. Ini
tercermin salah satunya dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2007, yang menunjukkan bahwa tingkat kelahiran remaja atau Age Specific
Fertility Rate (ASFR) usia 15-19 berada pada 35/1000, Ini berarti bahwa terjadi
35 kelahiran per 1000 perempuan usia 15-19.

Selain kehamilan pada usia dini, pernikahan dini masih merupakan praktik yang umum
terjadi di Indonesia. Berdasarkan Riset Dasar Kesehatan Indonesia (Riskerdas)
2010, 46,4% dari remaja perempuan di Indonesia telah menikah sebelum
menginjak umur 20 tahun. Hukum diskriminatif, kemiskinan, kebiasaan sosial dan
agama serta ketidaksetaraan gender turut berkontribusi pada keberlangsungan
praktik pernikahan dini ini. Selain itu, terbatasnya hukum aborsi serta adanya
stigma terhadap kehamilan di luar nikah membuat remaja perempuan yang hamil
tanpa pernikahan seringkali dipaksa menikah. Ditemukan bahwa anak yang sudah
menikah dan remaja yang hamil umumnya tidak melanjutkan pendidikan mereka.
Perlindungan Negara dalam pencegahan pernikahan dini belum maksimal dilakukan
karena UU Perkawinan No 1 tahun 1974 pasal 7 (1) masih menetapkan usia minimum
pernikahan untuk anak laki-laki pada 19 tahun dan 16 tahun untuk anak perempuan. 

3. Infeksi Menular Seksual (termasuk HIV)


Tiga indikator penting untuk memperkirakan kerentanan remaja terhadap
HIV adalah dengan menganalisis tingkat pengetahuan, perilaku berisiko dan
keterpaparan remaja terhadap program yang efektif. Pengukuran ketiga indikator
tersebut menunjukkan bahwa remaja Indonesia berada dalam posisi rentan.

Terdapat beberapa data mengenai perilaku seks remaja. Angka yang ada memang
sangat fantastis, misalnya survei Komnas Perlindungan Anak bekerja sama dengan
Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada 2007 diperoleh pengakuan
remaja bahwa: Sebanyak 62,7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan. Tapi dari
survei yang dilakukan PKBI pada tahun 2010 memperlihatkan bahwa dari usia 13-
16 tahun atau usia SMP sekitar 10 %. Hal yang perlu dicatat disini bukan masalah
BUKU PANDUAN GURU 77

sedikit atau banyaknya, namun fenomena ini memang ada dan perlu dilakukan
langkah bersama untuk mengatasi hal ini.

Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia-SKRRI (Kemenkes & BPS, 2007),


penelitian terhadap siswa SMA di 6 kota (Kemenkes, 2008 dan 2009), dan Riset
Kesehatan Dasar - Riskesdas (Kemkes, 2010) memberikan hasil yang relatif
konsisten tentang persentase remaja yang memiliki pengetahuan komprehensif
mengenai HIV dan AIDS relatif rendah yaitu di bawah 20%.

Penelitian yang dilakukan oleh KPAN tahun 2010 menunjukkan bahwa alasan
responden perempuan melakukan hubungan seks adalah karena hubungan seksual
terjadi begitu saja sehingga tidak ada upaya pencegahan yang bisa dilakukan
(38%), dipaksa pasangan (21%), karena keingintahuan atau berpikir bahwa mereka
akan segera menikah (7%), dan dipengaruhi teman (4%). Hal ini menunjukan bahwa
perempuan muda yang sudah melakukan hubungan seks tidak pernah merencanakan
hubungan seksual pertamanya dan 1 dari 5 remaja perempuan mengalami kekerasan
dari pasangannya.

4. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dan Aborsi Tidak Aman


Aborsi yang tidak aman pada remaja adalah dampak dari pengacuhan negara dan
masyarakat terhadap remaja. Remaja sering dipersalahkan padahal sebenarnya
mereka adalah korban. Remaja sering dianggap sebagai mahluk yang aseksual,
sehingga remaja cenderung lebih sering diacuhkan dan diharapkan mereka dapat
mencari sendiri informasi seksualitas yang mereka butuhkan.

Lebih jauh, bila kehamilan yang tidak diinginkan terjadi pada perempuan di usia
sekolah, siswi tersebut akan dipersalahkan dan pandangan pihak sekolah yang
bias gender akan menciptakan diskriminasi ganda terhadap perempuan. Pertama,
diskriminasi dalam hal pendidikan karena siswi tersebut tidak dapat meneruskan
pendidikan yang seharusnya dipenuhi sebagai bagian haknya sebagai warga negara.
Kedua, akses terhadap layanan kesehatan yang seringkali tidak ramah terhadap
remaja membuat remaja tersebut kebingungan tanpa memiliki pilihan.

Data riset remaja PKBI tahun 2010 menunjukkan bahwa mayoritas remaja masih
mempercayai mitos-mitos terkait seksualitas terutama ketika mengalami kehamilan
yang tidak diinginkan misalnya : minum jamu-jamuan, dipijat-pijat dan loncat-
loncat. Ini sangat berbahaya karena ini mengancam hidup remaja perempuan itu.
Tingginya kepercayaan remaja terhadap mitos terkait seksualitas menunjukkan
bahwa remaja masih memiliki pengetahuan yang minim dalam aspek seksual.

Implikasi dari tidak cukupnya informasi mengenai sekualitas dan reproduksi


yang kompehensif, terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan seksual dan
reproduksi serta stigma sosial yang melekat pada seksualitas remaja salah satunya
adalah rentannya remaja perempuan terhadap kematian akibat aborsi yang tidak
aman.

5. Kekerasan Seksual
Berdasarkan laporan Komnas Perempuan tahun 2010, jumlah kasus kekerasan
terhadap perempuan-pelecehan seksual, perkosaan, perdagangan perempuan untuk
industri seks – meningkat secara tajam. Kekerasan seksual saaat ini tercatat
merupakan sepertiga kasus dari semua kasus kekerasan terhadap perempuan di
Indonesia.
78 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Penelitian terhadap pekerja perempuan ditemukan bahwa sekitar 60% pekerja


perempuan pernah mengalami kasus pelecehan seksual (Sumardi & Setyowati,
1999). Sementara praktek sunat perempuan di Indonesia yang kebanyakan menjadi
simbol dan dilakukan dengan cara menggores klitoris, masih tetap merupakan
manifestasi untuk mengontrol tubuh dan seksualitas perempuan.

Memahami Hak Reproduksi Remaja Sebagai Bagian dari HAM

Setiap orang lahir dengan hak asasi manusia termasuk hak reproduksi yang harus dihargai.
Hak tidak datang bersamaan dengan tanggung jawab bahkan orang yang tidak bertanggung
jawab sekalipun tetap memiliki hak. Hak perlu dipelajari dan dilatih dengan menghargai
sepenuhnya hak orang lain (tanggung jawab)

Hak reproduksi remaja (IPPF Charter)


yy Hak atas informasi
yy Hak atas pelayanan
yy Hak untuk melindungi diri dan dilindungi
yy Hak untuk menjadi diri sendiri
yy Hak untuk berpartisipasi dan dilibatkan dalam pembuatan keputusan

Hak reproduksi remaja merupakan bagian dari hak asasi manusia. Hak seksual dan reproduksi
ini bisa digunakan sebagai instrumen untuk melihat apakah terjadi pelanggaran oleh negara
terhadap pemenuhan hak-hak ini bagi kesejahteraan dan kesehatan remaja.

Jika kita melihat realita kasus seperti orang tua yang menjual anak remajanya (trafficking)
sehingga anaknya menjadi pekerja seks dan kemudian HIV positif, maka tidak hak kesehatan
reproduksi saja yang dilanggar. Realita tersebut juga menggambarkan hak asasi manusia
dan hak anak untuk hidup sehat, terbebas menjadi korban trafficking, hak untuk dilindungi,
hak mendapat pendidikan dan layanan kesehatan. Misalnya pada realita tersebut, walaupun
sudah sampai HIV, maka remaja tersebut tetap perlu memperjuangkan kesehaatannya/
obat untuk tetap hidup, gizi untuk tumbuh kembang dan hidup, pendidikan, dll.

Orang tua yang menjual anaknya (trafficking) bisa dikenai sanksi hukum dengan
melaporkan kepada polisi. Jika menemukan kasus remaja sebagai korban trafficking maka
bisa menghubungi Kepolisian, Dinas Sosial terdekat atau LSM yang bergerak untuk isu
trafficking.
BUKU PANDUAN GURU 79

TOPIK 3.2 PERAN MEDIA


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
 (RPP)
Alokasi Waktu: 45 menit

KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4


MATERI MUATAN TERPADU
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
Peran Media 3.11 4.11 Bahasa
Memahami dampak media Memilah dan memilih Indonesia, IPS
terhadap pola pikir dan informasi dari media yang
perilaku anak, khususnya bermanfaat sesuai dengan Kelas 3 s.d. 5
pornografi usia

Tujuan

1. Siswa mampu memahami beragam media, kisah nyata atau fiksi


2. Siswa mampu menceritakan gambaran laki-laki dan perempuan menurut media
3. Siswa memahami dampak media terhadap pola pikir dan perilaku terkait kesehatan
reproduksi

Materi

1. Beragam media: televisi, internet, buku, koran


2. Media massa bisa menghadirkan cerita yang dapat berupa kenyataan ataupun imaginasi
3. Media massa bisa memberikan gambaran yang positif maupun negatif terhadap
kesehatan reproduksi
4. Media masa mempengaruhi nilai pribadi, sikap, dan norma sosial tentang kesehatan
reproduksi

Sumber dan Media

1. Siswa sebagai model


2. Contoh media misalnya poster/tayangan di televisi/internet
3. Wacana

Kegiatan Pembelajaran

1. buka sesi belajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa secara sukarela untuk
berdiskusi serta menceritakan hasil pembelajaran yang diingat dari sesi sebelumnya
2. jelaskan tujuan
3. ajak siswa kelas rendah untuk mengamati dan bernalar tentang:
yy minta siswa menyebutkan media yang menjadi favorit siswa….majalah/
koran?radio?televisi?internet (youtube, fourshare, google, dll)?media sosial (line,
instagram, facebook, twitter, path, dll)
yy apa yang paling sering kamu lihat dari media favorit kamu?
yy mengapa kamu suka melihat hal itu?
yy ceritakan apa hal baik dari tontonan tersebut? Apa hal buruknya?
yy apakah orangtua kamu tahu atau mendamping?
80 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

4. guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil, lalu masing-masing kelompok diminta untuk
mengamati dan menalar suatu media misalnya poster/tayangan di televisi/internet,
misalnya suatu reality show menayangkan dua anak artis laki-laki dan perempuan yang
masih balita dicandai untuk saling menggoda dan berciuman, diskusikan:
yy bagaimana perasaan, reaksi kamu menonton tayangan tersebut?
yy apakah tayangan tersebut boleh kamu tiru?jika boleh jelaskan mengapa?jika tidak
boleh mengapa?
5. tutup sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran serta lakukan refleksi

Refleksi untuk Guru

yy mengajak siswa untuk membuat kesepakatan penggunaan media di sekolah dan disiplin
menerapkannya
yy memanfaatkan media untuk menunjang proses pembelajaran
yy menanamkan etika berkomunikasi positif dalam menggunakan media
yy membuka diri kepada seluruh siswa untuk berdialog atau melakukan konseling. Jika
terpantau ada siswa yang mengalami masalah, Guru segera melakukan konseling dan
merujuk ke Puskesmas terdekat untuk bantuan dan dukungan lebih lanjut

Refleksi untuk Siswa

yy memegang nilai positif dengan memilih media atau tayangan yang baik dan berguna
sesuai dengan usianya
yy melakukan komunikasi dengan orangtua atau guru jika memerlukan penjelasan terhadap
suatu media atau tayangan
yy memanfaatkan media untuk menunjang proses pendidikan
yy percaya diri, berpikir kritis terhadap tren media yang sedang digemari teman sebaya,
kakak atau orang dewasa lainnya.
yy menjaga keamanan privasinya dalam menggunakan media
yy mematuhi kesepakatan penggunaan media yang telah dibuat bersama guru dan orangtua

Wacana
Pengaruh Media

Media massa adalah sarana/alat untuk menyampaikan informasi, gagasan, iklan, pendidikan,
dan hiburan kepada masyarakat luas. Media massa adalah alat yang digunakan dalam
penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan
alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Media
massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak,
cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan
jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media
massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin,
2007).
BUKU PANDUAN GURU 81

Liliweri, 2001 mengemukakan bahwa jenis media massa yaitu media yang berorentasi pada
aspek:
yy penglihatan (verbal visual) misalnya media cetak
yy pendengaran (audio) semata-mata (radio, tape recorder), verbal vokal
yy pendengaran dan penglihatan (televisi, film, video) yang bersifat verbal visual vokal

Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat
kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi
dan rekreasi, atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan.

Saat ini permasalahan kesehatan reproduksi remaja meningkat karena makin awalnya
kematangan seksual remaja. Makin dini usia kematangan seksual remaja, maka makin
panjang periode risiko kesehatan reproduksinya. Perkembangan organ reproduksi yang
ditandai dengan meningkatnya aktivitas seksual remaja menyebabkan berbagai tantangan
masalah kesehatan reproduksi.

Remaja menempatkan media massa sebagai sumber informasi seksual yang lebih penting
dibanding orangtua. Tayangan media massa yang menonjolkan aspek pornografi diyakini
erat hubungannya dengan meningkatnya berbagai kasus kekerasan seksual. Menurut
Kartono (2003), rangsangan seksual yang kuat dari berbagai sumber seperti media (blue
film dan majalah porno), godaan dan rangsangan dari lawan jenis mengakibatkan kematangan
seksual anak menjadi lebih cepat. Di Indonesia, pornografi telah menjadi hal yang sangat
umum karena mudah diakses. Aliansi Selamatkan Anak Indonesia (2006) menyatakan
bahwa Indonesia merupakan negara tanpa aturan pornografi yang jelas. Remaja merupakan
populasi terbesar sasaran pornografi. Konsumen utama pornografi adalah laki-laki usia 12-
17 tahun. Suatu studi melaporkan bahwa pornografi menyebabkan dorongan seksual lebih
tinggi pada remaja laki-laki dibanding perempuan. Menurut remaja laki-laki yang pernah
berhubungan seks, salah satu faktor yang menyebabkan mereka melakukannya adalah
pengaruh menonton film porno.

Survei dari Yayasan Kita dan Buah Hati di Jabodetabek tahun 2005 menunjukkan bahwa
lebih 80% anak usia 9-12 tahun telah mengakses materi pornografi melalui situs-situs
internet. Sebagian besar dari mereka merupakan pelajar yang sedang mencari bahan
pelajaran untuk memenuhi tugas sekolah. Dampak menonton film porno terhadap perilaku
remaja adalah terjadinya peniruan yang sangat memprihatinkan. Adegan dalam film porno
akan merangsang remaja untuk meniru atau mempraktikkan hal yang dilihatnya. Efek
paparan pornografi tidak hanya berupa pengetahuan tentang pornografi, tetapi sampai
pada aspek afektif dan bahkan kecenderungan untuk berperilaku.

Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup berarti untuk
memberikan informasi tentang menjaga kesehatan khususnya kesehatan reproduksi remaja.
Dengan adanya artikel-artikel yang dibuat dalam media massa, remaja akan mengetahui
hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Media
Massa berperan untuk menginformasilkan berbagai akses persoalan yang terkait dengan
kesehatan reproduksi kepada publik. Informasi yang diberikan diharapkan bermanfaat
bagi publik untuk memilih tindakan yang tepat dalam mengatasi persoalan terkait. Di sisi
lain, media massa bisa diperlukan ketika berbagai pihak belum atau kurang menunjukkan
kepedulian terhadap permasalahan kesehatan reproduksi. Pengawasan oleh media massa
akan terwujud melalui sorotan yang mempertanyakan rasionalisasi kebijakan publik tentang
kesehatan reproduksi, implementasi dan pengawasannya dengan mengungkap berbagai
persoalan yang terjadi.
82 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Menghindari Peran Negatif Media

Dalam buku hasil penelitian terhadap 45 iklan selama Juli 2003 lalu, diketahui bahwa
iklan-iklan masih saja banyak yang bias gender. Contoh penggambaran ikan bias gender
tersebut seperti terlihat dalam karakter fisik, laki-laki kuat dan perempuan identik dengan
keindahan. Atau dalam karakter psikologis, laki-laki rasional, perempuan emosional. Sebagai
contoh terlihat dalam iklan motor Yamaha Yupiter versi ”pacar Komeng cemburu” yang
melukiskan stereotip cepat salah sangka, mudah panik, marah dan cemburu yang dilekatkan
pada perempuan.

Begitu pula dalam pembagian wilayah peran laki-laki dan perempuan, yaitu wilayah publik
(luar rumah) dan domestik.(dalam rumah). Sebagai contoh dalam iklan Surf, digambarkan
laki-laki pergi kerja dan perempuan bersama anak-anak di rumah.

Remaja sebagai konsumen media massa banyak belajar dan meniru dari iklan-ikaln
tersebut. Contohnya tentang konsep cantik yang digambarkan berambut lurus, kulit putih
dan langsing, membuat banyak perempuan meluruskan rambut, menggunakan berbagai
obat untuk pemutihan kulit termasuk obat-obat pelangsing bahkan mengontrol pola makan
hingga perilaku anoreksia (membuang sengaja makanan setelah dimakan) yang tidak sehat.

Iklan dan media massa telah memberikan ide kadang tidak realistis dan bias tentang
seharusnya menjadi laki-laki dan perempuan di masyarakat. Bahkan remaja cenderung
menjadi target pasar konsumerisme produk-produk yang diiklankan media.

Pengaruh Media Internet Pada Remaja

Internet ialah jaringan global antar komputer untuk berkomunikasi dari satu lokasi ke
lokasi lainnya di belahan dunia (seperti sekolah, universitas, institusi riset, museum, bank,
perusahaan bisnis, perorangan, stasiun TV ataupun radio).

Manfaat–Umum

Mencari informasi: sekolah, pelajaran, bisnis, pekerjaan; chatting; reservasi: tiket, hotel;
menjual barang atau jasa; shopping; membayar tagihan: telpon, asuransi, kartu kredit;
e-mail; diskusi secara oline atau konferensi.

Manfaat dalam Dunia Pendidikan

Dalam dunia pendidikan internet dapat membantu siswa untuk mengakses berbagai
informasi dan ilmu pengetahuan serta sharing riset antarsiswa terutama dengan mereka
yang berjuauhan tempat tinggalnya.

Pengaruh Negatif Internet

Aneka macam materi yang berpengaruh negatif pun bertebaran di internet. Misalnya:
pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat
pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun.
Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui internet. Bahkan,
melalui internet orang juga melakukan penipuan dan pencurian.

Internet, kata yang tidak asing di telinga setiap orang. Saat ini dengan bermodalkan telepon
selular yang memiliki koneksi internet, internet dapat diakses dengan mudahnya melalui HP
BUKU PANDUAN GURU 83

dimanapun kita berada. Atau jika tidak, disetiap sudut kota pasti terdapat sebuah Warung
yang menjual jasa internet atau yang biasa disebut dengan “Warnet”. Dunia Informasi
Tanpa Batas, begitulah orang-orang menyebutnya. Akses atau jalan terhadap penyampaian
Informasi-informasi yang ada didunia ini dapat diambil dengan mudahnya. Banyak Ilmu
pengetahuan yang begitu melimpah disana, informasi mengenai apapun dapat kita temukan
di jagat internet ini.

Berikut ini, beberapa bahaya yang ditimbulkan oleh pornografi berdasarkan penelitian dan
pengamatan di Amerika:
yy Pornografi dapat membuat anak menjadi korban kekerasan seksual
yy Terdapat hubungan kuat antara pornografi dengan perkosaan dan kekerasan seksual
yy Pornografi mendorong remaja melakukan hubungan seks lebih dini bahkan dilakukan
secara tidak terlindungi sehingga mempertinggi resiko penyakit menular seksual, HIV
dan hamil di luar nikah
yy Pornografi dapat mendorong remaja melakukan tindakan seksual terhadap remaja lain
yy Pornografi mempengaruhi pembentukan sikap, nilai dan perilaku
yy Pornografi mengganggu jati diri dan perkembangan anak
yy Temuan-temuan Psikolog Dr. Victor Cline menyatakan bahwa ingatan-ingatan dari
pengalaman yang terjadi saat perasaan terangsang (termasuk di sini rangsangan
seksual) dipatri di otak oleh epinephrine, suatu hormone dalam glandula adrenalin,
dan susah dihapus. Hal ini mungkin merupakan sebagian penjelasan tentang pengaruh
candu pornografi. Melihat pornografi bisa membuat kondisi seseorang secara potensial
mengulangi fantasi seksualnya sewaktu masturbasi.
Identitas seksual terbentuk secara berangsur-angsur pada masa kanak-kanak dan
remaja. Sebenarnya, anak-anak umumnya tidak memiliki suatu kekuatan seksual alami
sampai menginjak usia 10 dan 12 tahun. Selama perkembangannya, anak-anak khususnya
mudah terkena pegaruh yang mempengaruhi proses perkembangan itu. Jalur singkat
melalui pornografi membelokkan proses perkembangan kepribadian normal, dengan
memberikan informasi yang salah tentang seksualitas, perasaan terhadap diri dan
jasmani yang membuat anak binggung, berubah dan rusak.

Pornografi sering mengenalkan pada sensasi seksual sebelum waktunya. Padahal


secara perkembangan, anak-anak belumlah siap menghadapinya. Pengetahuan tentang
sensasi seksual ini dapat membingungkan dan memberi rangsangan berlebihan pada
anak. Rangsangan seksual pornografi dan akibat akhir yang diperoleh darinya adalah
merusak jiwa. Contohnya, jika rangsangan awal pada seorang anak lelaki adalah foto-
foto porno, dia akan terbiasa terangsang melalui foto-foto itu. Hasilnya adalah sulit
bagi seseorang mengalami kepuasan seksual, selain dari gambar-gambar porno.

Beberapa contoh perilaku dan risikonya yang bisa terinspirasi dari media

Perilaku Risiko kesehatan Mengatasi masalah


Menonton film Kecanduan pornografi; Kegiatan positif
porno Tidak mampu menahan diri untuk Konseling
mempraktekkannya sehingga sering menjadi
pelaku pencabulan atau perkosaan
84 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Perilaku Risiko kesehatan Mengatasi masalah


Masturbasi/ Kecanduan masturbasi/ onani; Kegiatan positif
Onani Pada perempuan ada risiko selaput dara robek Konseling
ketika melakukan masturbasi dengan benda
asing;
Konsentrasi menurun
Perasaan bersalah dan berdosa. Menimbulkan
kelelahan jika dilakukan secara terus-menerus.
Resiko infeksi jika menggunakan alat-alat yang
tidak bersih atau berbahaya
Memasukkan Risiko selaput dara robek; Konseling
jari/ alat ke Jika alat yang dimasukkan kotor bisa
dalam vagina mengakibatkan keputihan
BUKU PANDUAN GURU 85

TOPIK 3.3 KESETARAAN GENDER


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
 (RPP)
Alokasi Waktu: 90 menit
KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4
MATERI MUATAN TERPADU
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
Kesetaraan 3.12 4.12 Bahasa
Gender Menerapkan kesempatan yang Menunjukkan sikap Indonesia, PPKN,
sama antara laki-laki dan penerimaan dan memberi PJOK
perempuan dalam keluarga, kesempatan yang sama bagi
sekolah, dan masyarakat laki-laki dan perempuan Kelas 1 s.d. 6
untuk berperan di lingkungan
keluarga, sekolah, dan
masyarakat

Tujuan

1. Siswa dapat mendefinisikan gender


2. Siswa dapat mengidentifikasi ketidaksetaraan gender yang terjadi pada laki-laki dan
perempuan

Materi

1. Keluarga, sekolah, teman, media dan masyarakat merupakan sumber pembelajaran


tentang gender
2. Budaya, norma sosial dan keyakinan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
kesetaraan gender
3. Ketidaksetaraan gender dapat terjadi di dalam keluarga, persahabatan, komunitas,
dan masyarakat
4. Hak asasi manusia menjamin adanya kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan
5. Setiap orang bisa berperan dalam mengatasi ketidaksetaraan gender

Sumber dan Media

1. Siswa sebagai model


2. wacana

Kegiatan Pembelajaran

1. buka sesi belajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa secara sukarela untuk
menceritakan/mengkomunikasikan kembali hasil pembelajaran yang diingat dari sesi
sebelumnya
2. jelaskan tujuan
3. ajak siswa kelas rendah untuk mengamati:
yy apa persamaan dan perbedaan menjadi laki-laki dan perempuan yang kamu lihat dan
rasakan dalam kehidupan sehari-hari?
yy apa hal-hal/kebiasaan yang kamu sukai dan tidak kamu sukai dari teman laki-laki?
Dan apa yang kamu sukai dan tidak sukai dari teman perempuan?
86 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

4. tanyakan apakah siswa mengetahui istilah “gender”, umpan balikan dengan menyebutkan
pengertian gender dan bedanya dengan kodrati jenis kelamin (seks).
5. minta peserta membentuk kelompok kecil mendiskusikan contoh pernyataan dibawah
ini untuk membedakan gender atau seks:

Pernyataan Situasi Gender Seks


Hanya perempuan yang memiliki vagina √
Hanya laki-laki yang memiliki penis √
Hanya perempuan yang mengalami menstruasi √
Hanya laki-laki yang mengalami tumbuh jakun √
Laki-laki tabu melakukan pekerjaan rumah tangga √
(mencuci piring, memasak, menyapu, dll)
Perempuan harus tinggal di rumah untuk mengurus anak √
Laki-laki bersikap kasar √
Perempuan bersifat lembut √
Hanya laki-laki yang boleh jadi ketua kelas √
Hanya perempuan yang boleh menangis untuk menunjukan √
emosinya
Hanya laki-laki yang boleh menjadi pilot √
Hanya perempuan yang boleh menjadi juru masak (koki) √
Hanya laki-laki yang boleh menjadi tentara √
Hanya perempuan yang boleh menjadi perawat √
Hanya laki-laki yang boleh bermain sepak bola √
Hanya perempuan yang boleh menari √
Hanya laki-laki yang boleh memanjat pohon √
Hanya perempuan yang boleh bermain masak-masakan √

yy minta kelompok mempresentasikan hasil yang telah mereka kerjakan.


yy ajak mereka menalar kemudian minta mereka bertanya dan membuat simpulan
hasil nalar tersebut:
–– apakah ada pekerjaan sehari-hari yang diinginkan oleh laki-laki atau
perempuan tapi tabu mereka lakukan ? Mengapa?
–– apakah ada cita-cita yang diinginkan oleh laki-laki atau perempuan tapi tabu
mereka pilih? Mengapa?
6. ajak siswa diskusi lebih lanjut tentang ketidaksetaraan gender sebagaimana contoh
diatas misalnya membatasi kesempatan pendidikan, membebankan pekerjaan rumah
pada perempuan saja, membuat tabu laki-laki untuk menangis, membatasi cita-cita
yang mana dapat membatasi pemenuhan hak azasi manusia.
7. tutup sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, menarik kesimpulan, dan
melakukan refleksi

Refleksi untuk Guru

yy memperlakukan dan memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh siswa laki-laki
dan perempuan
yy menerapkan tata tertib sekolah yang memperhatikan kesetaraan gender
BUKU PANDUAN GURU 87

yy membuka diri kepada seluruh siswa untuk berdialog atau melakukan konseling. Jika
terpantau ada siswa yang mengalami masalah, Guru segera melakukan konseling dan
merujuk ke Puskesmas terdekat untuk bantuan dan dukungan lebih lanjut

Refleksi untuk Siswa

yy memahami kesetaraan gender


yy berani memperjuangkan hak untuk tumbuh, berkembang, mendapatkan pendidikan dan
pelayanan kesehatan
yy berkomunikasi dengan orangtua, guru untuk mendiskusikan keinginan/cita-cita yang
dibatasi oleh ketidaksetaraan gender

Wacana

Mendefinisikan Gender

Apakah Gender itu?

Untuk memahami konsep gender, kata “gender” harus dibedakan dengan kata “seks” (jenis
kelamin). Pengertian jenis kelamin merupakan penyifatan atau pembagian dua jenis kelamin
manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya:
laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, memiliki jakala (kala menjing), memproduksi
sperma, sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi Rahim, memproduksi telur, dan
mempunyai alat menyusui. Alat-alat tersebut secara biologis dan merupakan ketentuan
biologis sebagai keputusan Tuhan atau kodrat.

Sedangkan konsep lainnya adalah konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada
kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi secara social maupun kultural. Misal:
perempuan dikenal seagai sosok yang lemah lembut, cantik, emosional, keibuan; sedangkan
laki-laki adalah sosok yang kuat, jantan, perkasa, rasional. Ciri dan sifat tersebut dapat
dipertukarkan, artinya ada laki-laki yang emosional, lembut dan sebaliknya ada perempuan
yang kuat dan rasional.

Tabel perbedaan seks dan gender

SEKS GENDER
Tidak dapat berubah Dapat berubah
Tidak dapat dipertukarkan Dapat dipertukarkan
Berlaku sepanjang masa Tergantung situasi dan kondisi
Berlaku dimana saja Tergantung budaya
Ditentukan oleh Tuhan atau kodrat Bukan kodrat tapi buatan masyarakat
88 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Dalam setiap masyarakat, norma gender dan peran gender mempengaruhi kehidupan
seseorang termasuk kehidupan seksualnya. Peran gender dapat dipelajari. Bukan merupakan
bawaan lahir dan bukan datang ‘dari Tuhan’. Hampir semua yang bisa dilakukan laki-laki juga
bisa dilakukan oleh perempuan begitupun sebaliknya.

Dalam budaya dan masyarakat, orang mempunyai sikap yang berbeda tentang peran
gender dan kesetaraan gender Kepercayaan tentang gender juga beragam dari budaya
(masyarakat) yang satu dengan budaya (masyarakat) yang lain. Peran gender berubah dari
waktu ke waktu. Peran gender muncul dari keyakinan gender. Pemahaman yang tidak tepat
mengenai keyakinan gender menimbulkan diskriminasi.

KEYAKINAN GENDER BENTUK DISKRIMINASI


Perempuan lembut, keibuan dan emosional Tidak boleh menjadi manager atau
pimpinan
Perempuan pekerjaan utamanya dirumah, Perempuan boleh dibayar lebih rendah
kalau bekerja diluar rumah hanya membantu dan tidak perlu kedudukan yang penting
suami atau mencari tambahan saja
Laki-laki wataknya tegas dan rasional Pantas menjadi mandor atau pimpinan
dan tidak pantas di rumah memasak
Perempuan biar setinggi apapun akhirnya ke Pendidikan anak laki-laki perlu
dapur juga diutamakan dibandingkan anak
perempuan

Dominasi laki-laki berbeda di masing-masing budaya dari masa ke masa. Perbedaan tersebut
tersebut seringkali terjadi disebabkan oleh kelas sosial, kasta, agama, suku dan praktek
sosial budaya yang berkembang di masyarakat. Meskipun dominasi tersebut berbeda-beda,
ada yang kuat dan lemah, tetapi pada praktiknya budaya patriarki tetap ada dan melekat
hampir di setiap suku bangsa.

Kesetaraan Gender

Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi
dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan
keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan
tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidak adilan
struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.

Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki.
Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi,
marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.

Tujuan kesetaraan gender merupakan tujuan kunci pembangunan di seluruh dunia.


yy Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sangat penting bagi hak asasi manusia
yy Mencapai kesetaraan gender merupakan kunci dari memerangi HIV dan AIDS,
mengakhiri perkawinan anak, mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan dan membuat
kehamilan aman
yy Kesetaraan gender membantu perkembangan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
dan lingkungan
BUKU PANDUAN GURU 89

yy PBB telah mengidentifikasi kesetaraan gender sebagai salah satu dari delapan kunci
MDGs bagi sebuah negara untuk dicapai
yy Jutaan orang secara aktif mempromosikan kesetaraan gender dalam keluarga, sekolah,
tempat kerja, masyarakat, dan negara

Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi
antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan
berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan
adil dari pembangunan.
90 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

TOPIK 3.4 KEKERASAN SEKSUAL


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
 (RPP)
Alokasi Waktu: 90 menit

KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4


MATERI MUATAN TERPADU
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
Kekerasan 3.13 4.13 PJOK, Agama,
Seksual Mengenal berbagai bentuk Menunjukkan sikap PPKN
kekerasan seksual, cara penolakan terhadap
menghindari, reaksi dan berbagai bentuk kekerasan Kelas 1 s.d. 6
sanksi hukum terhadap seksual
perlakuan yang tidak pantas
atau tidak wajar

Tujuan

1. Siswa memahami bentuk-bentuk kekerasan seksual


2. Siswa memahami apa yang dapat dilakukan untuk menghindari diri dari kekerasan
seksual

Materi

1. Hak asasi manusia melindungi semua orang dari pelecehan seksual dan kekerasan
berbasis gender
2. Bentuk-bentuk kekerasan seksual seperti menyolek atau sentuhan paksa, hubungan
seks yang tidak diinginkan dan perkosaan
3. Kekerasan seksual merupakan tindakan yang salah dan melawan hukum
4. Adat istiadat dapat memberikan pembelajaran yang positif
5. Sumber bantuan dalam menghadapi kasus kekerasan seksual
6. Keterampilan perilaku asertif dapat mencegah terjadinya kekerasan seksual dan
pelanggaran berbasis gender

Sumber dan Media

1. Siswa sebagai model


2. Spidol, kertas
3. Wacana

Kegiatan Pembelajaran

1. minta siswa membentuk kelompok kecil untuk berdiskusi membuat daftar contoh
bentuk kekerasan berdasarkan situasi berikut:

Pernyataan situasi Kekerasan Bukan kekerasan Pelecehan


Guru menampar pipi siswa yang
berisik ketika proses belajar hingga √
mulut siswa mengeluarkan darah
BUKU PANDUAN GURU 91

Pernyataan situasi Kekerasan Bukan kekerasan Pelecehan


Siswa laki-laki mencolek pantat √
teman perempuan
Sekelompok siswa laki-laki saling √
memukul hingga guru datang
memisahkan
Seorang paman mencolek payudara √
keponakan perempuannya dengan
sengaja
Petugas kebersihan meminta siswa √
laki-laki membuka celana dan
memegang pantatnya
Seorang guru olahraga memperbaiki √
gerakan senam siswa perempuan
dengan memegang tangan siswa
tersebut
Seorang guru meminta siswa yag √
datang terlambat untuk menyapu
kelas
Pedagang minuman memperkosa √
seorang siswa perempuan setelah
diiming-imingi sejumlah uang

yy minta siswa mempresentasikan hasil diskusi, kemudian ajak siswa berdiskusi lebih
lanjut dari daftar kekerasan yang sudah dibuat untuk dipilah mana yang tergolong
kekerasan seksual.
2. ajak siswa berdiskusi tentang kekerasan seksual. Minta siswa untuk mengamati
kemudian menalar tentang:
yy siapa disini yang belum bisa mandi atau berpakaian sendiri?
yy siapa yang membantu memandikan atau mengenakan pakaian?
yy menurut kamu, siapa yang boleh melihat bagian tubuhmu yang tertutup pakaian
dalam? Mengapa mereka boleh, yang lain tidak boleh?
yy menurut kamu, bagian tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang lain? Mengapa
bagian tubuh tersebut tidak boleh disentuh, sementara bagian lain boleh?
yy menurut kamu bagaimana dengan bibir? leher? payudara? bokong? paha? alat
kelamin? Apakah boleh disentuh oleh orang lain? Mengapa?
yy guru mengumbalikkan tentang hak setiap orang melindungi dirinya sendiri untuk
menentukan boleh atau tidaknya disentuh.
3. guru mengumpanbalikkan bentuk dan dampak kekerasan seksual dan menjelaskan cara
pencegahan kekerasan seksual dilanjutkan dengan menyanyikan lagu “Sentuhan Boleh
dan Tidak Boleh”.
4. ajak siswa mengamati kemudian menalar lebih dalam kemudian mencoba melakukan
dialog/diskusi:
yy apa yang dimaksud dengan kekerasan seksual?
yy apa yang dimaksud dengan pelecehan seksual?
yy apa yang kalian ketahui tentang pelanggaran HAM?
yy bagaimana seharusnya kalian bersikap dalam mempertahankan/menghindarkan
diri dari segala tindakan berisiko?
92 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

5. tutup sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, menarik kesimpulan, serta


melakukan refleksi

Refleksi untuk Guru

yy mengenali tanda-tanda kekerasan seksual baik gejala fisik maupun psikis yang mungkin
dapat terjadi pada semua siswa
yy mewujudkan lingkungan sekolah bebas kekerasan dengan meningkatkan prosedur
keamanan termasuk pengawasan toilet atau tempat-tempat sepi
yy membuka diri kepada seluruh siswa untuk berdialog atau melakukan konseling. Jika
terpantau ada siswa yang mengalami masalah, Guru segera melakukan konseling dan
merujuk ke Puskesmas terdekat untuk bantuan dan dukungan lebih lanjut

Refleksi untuk Siswa

yy mengatakan ‘tidak’ dengan tegas apabila mendapatkan sentuhan pada daerah ‘pribadi’
dan segera laporkan perlakukan tersebut kepada Guru yang dipercaya atau orang
tua. Siswa tidak menyimpan rahasia atas perlakukan ini karena bisa jadi pelaku akan
meneruskan perlakuan kekerasan seksual dengan bentuk yang lebih berbahaya
yy memahami bahwa tubuhnya adalah miliknya, jadi tidak bisa disentuh oleh siapapun
tanpa seijin kalian. Jika ada yang menyentuh tubuh kalian terutama bagian yang
‘pribadi’ tanpa seijin kalian dan kalian merasa tidak nyaman atas perlakuan tersebut
maka orang tersebut telah melakukan pelecehan seksual

Wacana

Kekerasan Seksual Pada Anak:


Apa dan Bagaimana Cara Mencegahnya
Kekerasan seksual pada anak adalah tindakan seksual apapun dengan seorang anak yang
dilakukan oleh orang dewasa atau anak yang lebih tua. Tindakan tersebut meliputi memegang
alat kelamin anak, menyuruh anak memegang alat kelamin orang dewasa, kontak mulut ke
alat kelamin atau penetrasi vagina atau anus anak.

Bentuk lain yang sering luput dari perhatian juga terjadi; meliputi orang dewasa yang
menunjukkan alat kelaminnya kepada anak, menunjukkan gambar-gambar atau video porno,
atau memanfaatkan anak untuk membuat hal-hal berbau porno.

Siapa saja yang dapat menjadi pelaku kekerasan seksual?

Anak laki-laki maupun perempuan paling sering dilecehkan oleh orang dewasa atau anak
yang lebih tua yang mereka kenal dan yang dapat mengontrol mereka. Pelakunya dikenal
oleh korban dalam 8 dari 10 kasus yang dilaporkan. Pelakunya seringkali adalah sosok
yang dihomati yang dipercaya dan disayangi oleh anak tersebut. Hampir selalu sang anak
diyakinkan untuk melakukan seks melalui bujukan, sogokan atau ancaman.
BUKU PANDUAN GURU 93

Bagaimana mengetahui bahwa anak mengalami kekerasan seksual?

Jarang anak akan memberitahu jika mereka mengalami kekerasan seksual. Anak-anak yang
mengalami pelecehan seringkali sudah diyakinkan oleh si pelaku agar mereka tidak memberi
tahu siapapun tentang pelecehan tersebut. Pernyataan awal seorang anak yang mengalami
pelecehan bisa jadi tidak lengkap. Ia mungkin hanya memberi petunjuk tentang masalah
itu. Beberapa anak yang dilecehkan mungkin memberi tahu temannya tentang pelecehan
tersebut. Anak yang diberi tahu atau melihat pelecehan pada anak lain memberi tahu orang
dewasa. Guru dan orang tua perlu waspada akan perubahan perilaku yang menandakan
masalah ini.

Gejala-gejala berikut dapat memberi kesan adanya pelecehan seksual:

yy ketakutan yang luar biasa dan mencolok akan seseorang atau tempat tertentu
yy respon anak yang tidak beralasan ketika anak ditanya apakah ia telah disentuh
seseorang
yy ketakutan yang tidak beralasan akan pemeriksaan fisik
yy gambar-gambar yang menakutkan atau menggunakan banyak warna merah dan hitam
yy perubahan tiba-tiba dalam melakukan hal apapun
yy kesadaran akan alat kelamin dan tindakan serta kata-kata seksual
yy upaya untuk membuat anak lain melakukan tindakan seksual

Tanda-tanda fisik pelecehan meliputi penyakit menular seksusal, seperti gonore atau
herpes. Pada pemeriksaan, dokter akan melihat adanya perubahan alat kelamin atau anus
yang menunjukkan pelecehan.

Jika anak mengaku mengalami pelecehan seksual, apa yang harus kita
lakukan?

Yang utama, anggap serius namun tetap tenang. Banyak anak yang melaporkan pelecehan tapi
tidak dipercaya. Ketika pengaduan seorang anak diabaikan, ia mungkin tidak akan memberi
tahu lagi. Akibatnya, anak akan menjadi korban selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun. Jutaan anak hidupnya hancur akibat pelecehan seksual yang terus berlangsung.

Pastikan kita membantu anak memahami bahwa pelecehan tersebut bukan salahnya. Berikan
sebanyak mungkin cinta dan rasa nyaman. Jika kita marah, jangan biarkan anak melihatnya,
kita tentu tidak ingin ia mengira kemarahan tersebut ditujukan kepadanya. Beri tahu anak
betapa pemberaninya ia telah memberi tahukan kejadian yang dialaminya. Hal ini sangat
penting jika anak telah dilecehkan oleh kerabat dekat atau teman keluarganya. Kemudian,
beri tahu seseorang. Cari bantuan. Bicarakan dengan dokter anak, konselor, polisi, pekerja
sosial perlindungan anak, atau pihak lain.

Apa yang akan terjadi pada anak dan pelaku jika pelecehan seksual
dilaporkan?

Dokter, polisi bahkan psikolog/konselor akan menentukan apakah telah terjadi pelecehan
seksual atau tidak. Kadang polisi akan membiarkan psikolog/ konselor menangani kasus
tersebut. Hal ini mungkin terjadi bila anak tidak dilecehkan secara fisik atau pelakunya
anggota keluarga. Ketika anak dilecehkan bukan oleh anggota keluarga, hal tersebut akan
ditangani oleh polisi.
94 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Setelah kasus dilaporkan, apa yang terjadi tergantung keadaan. Tingkat risiko pelecehan
tambahan pada anak menjadi perhatian utama pihak berwajib. Pelakunya mungkin mendapat
tuntutan pidana. Anak dan keluarga akan membutuhkan dukungan yang sangat besar dari
saudara dan teman.

Bentuk Kekerasan Seksual yang ditemukan Komnas Perempuan dari hasil pemantauan 1998
– 2013 sebagai berikut
1. Perkosaan
2. Intimidasi Seksual termasuk Ancaman atau Percobaan Perkosaan;
3. Pelecehan Seksual;
4. Eksploitasi Seksual;
5. Perdagangan Perempuan untuk Tujuan Seksual;
6. Prostitusi Paksa;
7. Perbudakan Seksual;
8. Pemaksaan perkawinan, termasuk cerai gantung;
9. Pemaksaan Kehamilan;
10. Pemaksaan Aborsi;
11. Pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi;
12. Penyiksaan Seksual;
13. Penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual;
14. Praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau mendiskriminasi perempuan;
15. Kontrol seksual, termasuk lewat aturan diskriminatif beralasan moralitas dan agama

Perkosaan

yy Adalah suatu perbuatan hubungan seksual tanpa persetujuan korban


yy paksaan penetrasi dianggap sebagai pemerkosaan
yy “percobaan pemerkosaan” merupakan usaha untuk memperkosa seseorang yang tidak
mengakibatkan terjadinya penetrasi

Tren hukum:
Perkosaan dapat ditetapkan pada kasus:

yy Persetubuhan tidak hanya penis ke vagina, tetapi juga ke oral, anal dan juga masuknya
benda asing ke vagina, anal, oral
yy Bukan hanya kekerasan dan ancaman kekerasan, tetapi yang penting “tanpa
persetujuannya”
yy Juga di dalam ikatan perkawinan

Pencabulan

Adalah semua perbuatan yang dilakukan untuk mendapatkan kenikmatan seksual sekaligus
mengganggu kehormatan kesusilaan, dapat dipidana 9 tahun (ps 289). Sering digunakan
sebagai tuntutan subsider pada perkosaan yang persetubuhannya tidak terbukti.

Pelecehan seksual

yy Adalah sejenis tindakan seksual yang tidak dikehendaki atau tidak disukai korban
BUKU PANDUAN GURU 95

yy Terjadi jika seseorang yang berkuasa, memanfaatkan kedudukannya untuk mendesak


orang lain dengan tindakan seksual
yy Termasuk menyerang/merendahkan martabat perempuan

Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah kekerasan seksual?

Tetap waspada akan kekerasan seksual dan ajarkan anak tentang apa itu kekerasan
seksual. Beritahu bahwa mereka dapat dan harus berkata “Tidak!” atau “Stop!” pada orang
dewasa yang mengancam mereka secara seksual. Pastikan anak tahu bahwa tidak apa-apa
memberitahukan tentang orang yang berusaha menganiaya mereka siapapun pelakunya.

Tindakan-tindakan pencegahan untuk menjaga anak-anak sebaiknya dimulai sejak dini,


karena jumlah kasus pelecehan pada anak mencakup anak prasekolah. Panduan berikut
menyediakan berbagai topik sesuai umur untuk didiskusikan dengan anak:
yy 18 bulan: ajarkan anak nama-nama anggota tubuh dengan benar.
yy 3-5 tahun: ajarkan anak tentang bagian tubuh yang sifatnya pribadi dan bagaimana
cara berkata “tidak” untuk tindakan seksual lebih lanjut. Berikan jawaban yang jujur
terang tentang seks.
yy 5-8 tahun: diskusikan keamanan saat jauh dari rumah dan perbedaan antara “sentuhan
baik” dan “sentuhan buruk”. Dorong anak untuk bercerita tentang pengalaman
menakutkan.
yy 8-12 tahun: tekankan keamanan diri sendiri. Mulai diskusikan aturan perilaku seksual
yang bisa diterima oleh keluarga.
yy 13-18 tahun: tekankan keamanan diri sendiri. Diskusikan pemerkosaan, pemerkosaan
saat berteman dengan lain jenis, penyakit menular seksual, dan kehamilan yang tidak
diinginkan.
(Sumber: ERIC digest, diadaptasi dari selebaran CHILD SEXUAL ABUSE: WHAT IT
IS AND HOW TO PREVENT IT).

Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak

Untuk mencegah terjadinya pelecehan/ kekerasan seksual, anak perlu diajarkan untuk
menjaga privasi organ reproduksinya, dengan cara menyampaikan beberapa tips dibawah
ini kepada anak di dalam kelas:

1. tubuhmu adalah milikmu


tubuhmu adalah sepenuhnya milikmu. Ada beberapa anggota tubuhmu yang bersifat
‘pribadi’ sehingga tidak ada satu orang pun yang boleh melihat atau menyentuhnya
tanpa seijinmu,

2. bedakan sentuhan yang pantas dan sentuhan yang tidak pantas


katakan ‘tidak’ dengan segera dan secara tegas apabila kamu mendapatkan sentuhan
yang tidak pantas pada bagian ‘pribadi’ mu (area yang tertutup oleh pakaian dalam
misalnya payudara, penis/vagina, bokong). Apabila kamu tidak yakin apakah sentuhan
seseorang kepadamu pantas atau tidak, kamu harus memberitahukannya pada orang
tua atau orang dewasa yang kamu percayai (misal: polisi, guru atau dokter),

3. bedakan rahasia yang baik dan rahasia yang buruk


setiap rahasia yang membuat kamu merasa gelisah, tidak nyaman, ketakutan, dan
sedih adalah bukan rahasia yang baik dan tidak patut untuk disimpan, melainkan harus
diberitahukan pada orang tua atau orang dewasa yang dipercayai (misal : polisi, guru
96 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

atau dokter). Pelaku pelecehan seksual seringkali menggunakan taktik agar kamu
merahasiakan hal tersebut dari orang tua/orang lain,

4. bicarakan dengan orang tua


jangan malu untuk membicarakan kepada orang tua atau orang dewasa yang kamu
percayai (misal : polisi, guru atau dokter) apabila kamu merasa khawatir, cemas, sedih
ataupun merasa mendapatkan perlakukan pelecehan atau kekerasan dari orang lain.
Kamu dapat membicarakan hal tersebut kepada orang tua atau orang dewasa yang
kamu percayai (misal : polisi, guru atau dokter).
BUKU PANDUAN GURU 97

KONSEP UTAMA 4:

KESEHATAN REPRODUKSI

TOPIK 4.1 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
 (RPP)
Alokasi Waktu: 45 menit

KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4


MATERI MUATAN TERPADU
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
Perilaku Hidup 3.14 4.14 Bahasa
Bersih dan Memahami cara memelihara Membiasakan perilaku hidup Indonesia, IPA,
Sehat kebersihan dan kesehatan bersih dan sehat dalam PJOK, Agama
tubuh serta alat kelamin kehidupan sehari-hari
Kelas 1 s.d. 6

Tujuan

Siswa memahami cara membersihkan alat reproduksinya serta Manajemen Kebersihan


Menstruasi (MKM) untuk menjaga kesehatan tubuh

Materi

1. Alat kelamin adalah bagian tubuh penting yang harus dijaga, dibersihkan dan dirawat
2. Alat kelamin harus dibersihkan secara tepat terutama bagi perempuan karena alat
reproduksi perempuan sebagian besar terletak pada bagian dalam tubuh
3. Manajemen Kebersihan Menstruasi

Sumber dan Media

1. Siswa sebagai model


2. Spidol, kertas
3. Brosur MKM
4. Wacana

Kegiatan Pembelajaran

1. buka sesi belajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa secara sukarela untuk
menceritakan/mengkomunikasikan kembali hasil pembelajaran yang diingat dari sesi
sebelumnya
2. jelaskan tujuan pembelajaran
3. ajak siswa untuk mengamati dan menalar:
yy kapan kamu biasanya cuci tangan?
yy apa yang biasa kamu lakukan setelah buang air kecil?
98 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

yy apa yang biasa kamu lakukan setelah buang air besar? Khususnya bagi anak
perempuan?
yy seberapa sering kamu mengganti pakaian dalam?
4. siapa yang sudah mengalami menstruasi (bagi poerempuan) atau mimpi basah (bagi
laki-laki)? Bagi yang sudah menstruasi, seberapa sering kamu mengganti pembalutmu?
5. minta siswa membentuk kelompok kecil untuk berdiskusi tentang perilaku hidup bersih
dan sehat terkait kesehatan reproduksi:

Perilaku Hasil diskusi


Menjaga PHBS kesehatan reproduksi
perempuan:
yy Berapa kali dalam sehari mengganti
pakaian dalam?
yy Bagaimana cara mencuci vagina?
yy Berapa kali dalam sehari mengganti
pembalut?
yy Apakah boleh keramas saat mentruasi?
yy Bagaimana kamu membuang pembalut?
yy Apakah boleh makan ikan saat
menstruasi?
yy Apakah boleh berolahraga saat
menstruasi?
Menjaga PHBS kesehatan reproduksi laki-
laki:
yy Bagaimana cara mencuci penis?
yy Apakah laki-laki harus sunat?
yy Apakah harus keramas setelah mimpi
basah?
yy Apakah boleh memotong kuku setelah
mimpi basah?
yy Apakah harus selalu mengatur pola
makan?

6. guru mengumpanbalikkan kepada siswa tentang bagaimana cara membersihkan alat


kelamin untuk kesehatan tubuh serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat, tidak
hanya di rumah, namun di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal kita.
7. guru membagi kelompok dan menugaskan untuk membuat sebuah poster:
yy kelompok siswa laki-laki: membuat poster kebersihan diri untuk laki-laki
yy kelompok siswa perempuan: membuat poster kebersihan diri perempuan
8. tutup sesi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, menarik kesimpulan bersama-
sama kemudian melakukan refleksi

Refleksi untuk Guru

yy menghimbau siswa untuk selalu menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh serta tidak
membiarkan orang lain untuk menyentuhnya sembarangan
yy menciptakan lingkungan sekolah sehat termasuk toilet yang berfungsi dan bersih,
terdapat air mengalir serta terpisah antara laki-laki dan perempuan
yy membuka diri kepada seluruh siswa untuk berdialog atau melakukan konseling. Jika
BUKU PANDUAN GURU 99

terpantau ada siswa yang mengalami masalah, Guru segera melakukan konseling dan
merujuk ke Puskesmas terdekat untuk bantuan dan dukungan lebih lanjut

Refleksi untuk Siswa

yy menjaga kebersihan dan kesehatan tubuhnya serta tidak membiarkan orang lain untuk
menyentuh sembarangan
yy membiasakan diri untuk cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir pada saat sebelum
dan sesudah makan, sesudah melakukan kegiatan, sesudah buang air besar dan buang
air kecil
yy membiasakan diri cebok dengan gerakan dari depan ke belakang dan dikeringkan
menggunakan handuk atau tissue setiap habis buang air kecil dan besar.
yy membiasakan diri mandi secara teratur dan mengganti pakaian dalam minimal 2 kali
sehari
yy mengganti pembalut ketika menstruasi setiap 4 jam atau setelah buang air bagi siswa
perempuan.

Wacana
Cara Membersihkan dan Menjaga Alat Kelamin

Perawatan organ reproduksi dan seksual (alat kelamin) secara umum bagi remaja laki-laki
dan perempuan:
yy Cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan alat kelamin
yy Keringkan alat kelamin dengan baik setelah cebok sebelum menggunakan celana kembali
yy Sebaiknya memilih dan menggunakan pakaian dalam dari bahan katun agar bisa
menyerap keringat
yy Hindari menggunakan celana yang ketat karena bisa membuat peredaran darah tidak
lancar dan membuat suhu vagina, penis dan testis menjadi panas
yy Bila penis dan vagina terluka sebaliknya bilas dengan air aquades (air hasil penyulingan
yang bisa dibeli di apotek)
yy Cebok dengan gerakan dari depan ke belakan sehingga bibit penyakit dari anus tidak
terbawa
Penting untuk merawat alat kelamin kita secara teratur agar alat kelamin menjadi sehat
tanpa penyakit.

Cara Merawat/Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi Perempuan

1. Bersihkan alat kelamin dan sekitarnya paling sedikitsetiap buang air besar, buang air
kecil dan pada waktu mandi
2. Bersihkan semua bagian alat kelamin sampai ke seluruh lipatan/lekuk sehingga tidak
ada kotoran tertinggal
3. Sabunlah semua bagian sampai lipatan/lekuk baru disiram/dibilas dengan air bersih,
kemudian keringkan dengan cara menekan
4. Siram/bilas dari arah depan ke belakang
100 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

5. Pada saat menstruasi, rentan untuk terjadinya infeksi, maka :


yy Gunakan pembalut bersih dang anti secara teratur 2-3 kali dalam sehari atau
setiap setelah selesai buang air kecil atau bila pembalut telah penuh darah atau
saat mandi
yy Bila menggunakan pembalut kain, segeralah cuci sampai bersih begitu selesai
digunakan

Cara Merawat/Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi Laki-laki

1. Pertama tama tariklah kulit batang penis kearah atas sehingga seluruh permukaan
penis terlihat sampai bagian yang berlekuk. Hal ini perlu dilakukan karena pada bagian
yang berlekuk mengendap produk kelenjar yang disebut smegma
2. Semua bagian harus disabun dan dibersihkan sampai tidak ada kotoran yang tertinggal
3. Kotoran yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi dan menurut penelitian para ahli,
kotoran tersebut dapat menyebabkan kanker pada alat kelamin perempuan yang masuk
pada saat melakukan hubungan seksual. Karena itu khitan/sunat pada anak laki-laki
adalah perlu untuk menjaga kebersihan dan kesehatan alat kelamin. Bagi yang tidak
menjalankan sunat/khitan, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan alat kelaminnya
4. Disarankan untuk selalu membersihkan alat kelamin setelah mengalami mimpi basah

Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM)

Masa remaja menjadi perhatian khusus karena norma sosial-budaya dapat menjadi
pengahalang bagi siswi untuk mendapatkan informasi akurat tentang menstruasi dan
manajemen kebersihan menstruasi saat menstruasi pertama. Menstruasi dan MKM yang
buruk dapat menyebabkan putus sekolah, ketidakhadiran, dan masalah kesehatan seksual
dan reproduksi lainnya yang memiliki konsekuensi kesehatan dan sosial-ekonomi dalam
jangka panjang bagi siswi.

Sebuah penelitian telah mengidentifikasi sejumlah tantangan yang berdampak pada


kemampuan siswi dalam mengelola kebersihan menstruasi di sekolah.

Faktor-faktor tersebut berdampak pada menurunnya partisipasi dan prestasi di sekolah,


ketidakhadiran, dan risiko kesehatan, diantaranya adalah:
1. Ketidakcukupan pengetahuan tentang menstruasi, siklus menstruasi dan MKM
berakibat pada kurangnya persiapan pada saat menstruasi pertama, miskonsepsi
tentang pembuangan sampah pembalut, dan kurangnnya pengetahuan tentang
bagaimana mengelola menstruasi dengan aman di sekolah. Sementara itu, ibu,
teman, dan guru merupakan sumber informasi utama tentang menstruasi tetapi
mereka tidak dapat memberikan informasi yang akurat dan menyeluruh tentang
menstruasi.
2. Keyakinan dan kepercayaan bahwa menstruasi itu kotor atau tidak bersih berdampak
pada praktik MKM yang tidak didukung dengan fasilitas air, sanitasi, dan kebersihan
di sekolah. Hampir semua siswi mengatakan mereka harus menyuci sampah pembalut
sebelum dibuang, akan tetapi sebagian besar sekolah tidak menyediakan air yang
cukup atau tempat tersendiri untuk praktik MKM tersebut. Terlebih lagi, hanya
sedikit sekolah yang menyediakan tempat sampah untuk membuang pembalut di dalam
toilet, dan siswi merasa malu saat membuang sampah pembalut. Keyakinan akan
bahaya membakar sampah pembalut membuat siswi enggan untuk mengganti atau
membuang sampah pembalut di sekolah.
BUKU PANDUAN GURU 101

3. Ketidakcukupan air, fasilitas sanitasi, dan kebersihan di sekolah juga menjadi


tantangan bagi siswi yang sedang menstruasi. Selain ketidakcukupan air untuk
mencuci, toilet yang kecil dan tidak bersih serta kurangnya privasi menyebabkan
siswi enggan untuk mengganti pembalut di sekolah. Hampir semua fasilitas air,
sanitasi dan kebersihan di sekolah tidak dapat diakses oleh siswa berkebutuhan
khusus (cacat). Akibatnya, siswi terpaksa pulang ke rumah untuk mengganti pembalut
atau memakai kain selama lebih dari delapan jam dan itu dapat membuat alat kelamin
iritasi dan gatal, juga mereka takut ‘bocor’ serta menodai pakaian.

Ketidakcukupan fasilitas air, sanitasi, dan kebersihan serta ketakutan akan ‘bocor’
menyebabkan partisipasi di sekolah dan kegiatan sosial menurun. Sakit dan gejala menstruasi
lain seperti lemas, lesu, dan pusing juga menyebakan partisipasi di sekolah menurun. Satu
dari tujuh siswi tidak masuk ke sekolah satu hari atau lebih saat menstruasi. Selain takut
akan noda atau ‘bocor’, penyebab utama mereka tidak berangkat adalah sakit dan
merasa tidak sehat. Pada umumnya, siswi, ibu, dan guru salah paham pada keamanan
pengobatan, berarti banyak siswi yang tidak mampu mengatasi gejala tersebut di sekolah.

Selain mengurangi tingkat partisipasi, praktik tantangan yang dihadapi oleh siswi di sekolah
saat ini adalah risiko kesehatan terkait infeksi, rasa tidak nyaman siswi, iritasi, dan
gatal pada kemaluan jika menggunakan pembalut dalam waktu yang lama. Selain itu,
larangan makanan juga dapat meningkatkan risiko kurang gizi.

Sangat diharapkan peran serta orangtua, guru, sekolah, dan instansi yang terkait untuk
dapat menciptakan sarana dan prasarana yang kondusif untuk menerapkan MKM agar siswi
merasa nyaman khusunya pada saat di sekolah, dilanjutkan ketika di rumah, maupun ketika
berada di tempat-tempat umum.
102 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

TOPIK 4.2 PUBERTAS


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
 (RPP)
Alokasi Waktu: 90 menit

KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4


MATERI MUATAN TERPADU
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
Pubertas 3.15 4.15 Bahasa
Mengenal ciri-ciri pubertas Berperilaku positif pada Indonesia, IPA,
secara fisik dan psikis pada perubahan fisik dan psikis PJOK, Agama
laki-laki dan perempuan yang terjadi pada diri dan
serta dampak yang dapat teman sebaya Kelas 3, 6
terjadi

Tujuan

1. Siswa mampu membedakan ciri – ciri pubertas


2. Siswa memahami perubahan tubuh perempuan dan laki-laki sebagaimana tumbuh
kembangnya
3. Siswa memahami proses maturasi dan kematangan sistem reproduksi

Materi

1. Setiap orang memiliki tubuh berbeda yang perlu dihargai


2. Laki-laki dan perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan memiliki perkembangan
tubuh yang berbeda dan berubah dari waktu ke waktu
3. Beberapa bagian tubuh dianggap pribadi
4. Pubertas merupakan suatu masa dimana perubahan fisik dan emosi terjadi ketika anak
tumbuh dan menjadi dewasa
5. Pubertas ditandai dengan menstruasi pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki
6. Tubuhmu adalah milikmu, tidak ada satu orang pun yang boleh melihat atau menyentuh
anggota tubuhmu yang bersifat pribadi, seperti bibir dan area yang tertutup oleh
pakaian dalam seperti: payudara, alat kelamin (vagina atau penis) dan bokong.

Sumber dan Media:

1. Spidol, Kertas plano


2. Contoh percakapan
3. Wacana

Kegiatan Pembelajaran

1. buka sesi belajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa secara sukarela untuk
menceritakan/mengkomunikasikan kembali hasil pembelajaran yang diingat dari sesi
sebelumnya
2. jelaskan tujuan
3. minta siswa membentuk kelompok kecil dan berdiskusi dengan teman sebangku: apakah
ada yang berbeda dari tubuhmu atau temanmu? Adakah perbedaan dari siswa yang
lain? Jika ada sebutkanlah 5 perbedaan yang terjadi pada tubuhmu!
BUKU PANDUAN GURU 103

1.
2.

3.
4.
5.

yy dalam hal ini, guru tidak perlu memaksakan bahwa semua siswa dapat mengidentifikasi
lima perubahan. Jika mereka hanya dapat mengidentifikasi satu perubahan, dan
itu dapat dikonfirmsikan ke teman sebangkunya, hal itu tidak menjadi masalah.
Jika sudah selesai, guru dapat memperdalam hasil diskusi dengan teman sebangku,
dengan bertanya beberapa hal di bawah ini:
–– Apakah hanya tubuhmu yang berubah?
–– Adakah hal lain yang berubah?
–– Menurutmu, mengapa itu dapat terjadi?
4. ajak siswa kelas rendah membentuk kelompok kecil
Bagikan kertas plano dan spidol, minta per kelompok membuat gambar anak laki-laki
dan kelompok lainnya gambar anak perempuan. Beri nama anggota tubuh pada gambar
tersebut

minta wakil kelompok mempresentasikan/mengkomunikasikan gambar kelompoknya.

Ajak mereka bernalar lebih lanjut tentang:


yy apa persamaan dan perbedaan tubuh antara laki-laki dan perempuan?
yy bagian mana yang merupakan alat reproduksi laki-laki dan perempuan?
yy tampilkan gambar peraga tubuh laki-laki dan perempuan bagian luar dan dalam.
Tandai mana yang merupakan alat kelamin laki-laki dan perempuan serta jelaskan
fungsi masing-masing
yy guru mengingatkan bahwa: tubuhmu adalah milikmu, tidak ada satu orang pun yang
boleh melihat atau menyentuh anggota tubuhmu yang bersifat pribadi, seperti
bibir dan area yang tertutup oleh pakaian dalam seperti: payudara, alat kelamin
(vagina atau penis) dan bokong.
5. ajak siswa kelas tinggi membagi kelompok laki – laki dan perempuan untuk bermain peran
percakapan di bawah ini, kemudian minta mereka mengamati, menalar dan berdiskusi :

Cerita 1

Diah : “Maya, kamu sudah mendapat haid belum?”


Maya : “Haid itu apa?”
Diah : “Katanya semua perempuan yang sudah remaja pasti akan mengalaminya,
itu lho…….keluarnya darah dari kemaluan kita setiap bulan.”
Maya : “Ooooo,kalau itu aku belum, bagaimana dengan kamu?apakah sudah
mendapat haid?”
104 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Diah : “Aku sudah, 2 bulan yang lalu.”


Maya : “Ceritakan Diah, bagaimana rasanya?sakit atau tidak?dan kenapa perempuan
harus haid?”
Diah : “Kata ibuku, setiap perempuan yang sudah mendapat haid,tandanya dia
sudah dewasa dan harus bisa lebih menjaga dirinya.”
Maya : “Menjaga dari apa?”
Diah : “Katanya kita harus menjaga kebersihan kemaluan kita dan katanya juga haid
pertama itu adalah tanda bahwa organ reproduksi kita sudah matang.”
Maya : “Jadi kalau orang yang sudah haid itu, sudah boleh punya anak?”
Diah : “Wah, aku tidak tahu kalau itu, tapi kata ibuku orang yang sudah mendapat
haid itu harus bisa lebih menjaga pergaulannya dengan laki-laki karena dia
sudah dapat hamil.”
Maya : “Kok aku belum dapat haid, padahal umur kita kan sama?”
Diah : “Aku tidak tahu, kalau begitu kita tanya ke ibu guru saja.”

Cerita 2

Hady : Hai Putu, sejak kapan kamu berkumis? Wah, semakin ganteng saja kamu.”
Putu : “Sebenarnya aku sudah lama tumbuh kumis, tapi selalu kucukur habis,
karena malu, tapi sekarang biar aja aku memakai kumis, tambah ganteng
kan?”
Evan : “Wah, kamu jadi besar kepala karena dipuji Putu.”
Hady : “Kamu memang keliatan ganteng, tapi jadi seperti Pak Raden guru
matematika kita, iya kan Evan?”
Evan : “Iya ya. Tapi tidak apa-apa Putu, kamu jadi keliatan tambah dewasa sekarang,
jangan-jangan semakin banyak cewek yang tertarik padamu?”
Hady : “Teman-teman kita yang perempuan juga keliatan berubah sekarang,
menjadi tambah cantik dan keliatan dewasa sekarang.”
Putu : “Ah, menurutku perubahan seperti itu bukan hal yang memalukan bahkan
seharusnya kamu boleh bangga karena kamu tidak seperti anak-anak lagi.”
Evan : “Hahahaha….sudah ah aku jadi malu, yuk kita masuk kelas lagi.”

diskusikan:
yy apakah yang kalian ketahui tentang mimpi basah atau menstruasi?
yy gambarkan bagian tubuh yang akan mengalami perubahan ketika pubertas
yy bagaimana sikap kalian dalam menghadapi pubertas? Akan ada perubahan fisik,
psikis/emosi, spiritual, sosial serta mengahadapi tekanan/ajakan untuk melakukan
tindakan yang berisiko?
yy presentasikan hasil diskusi kelompok
6. tutup sesi dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, mengambil kesimpulan serta
melakukan refleksi

Refleksi untuk Guru

yy menciptakan lingkungan sekolah sehat termasuk menerapkan kawasan tanpa


perundungan
yy memantau seluruh siswa terutama kelas tinggi yang sudah memasuki pubertas untuk
mendampingi menghadapi masa tersebut
BUKU PANDUAN GURU 105

yy membuka diri kepada seluruh siswa untuk berdialog atau melakukan konseling. Jika
terpantau ada siswa yang mengalami masalah, Guru segera melakukan konseling dan
merujuk ke Puskesmas terdekat untuk bantuan dan dukungan lebih lanjut

Refleksi untuk Siswa

yy mengantisipasi perubahan pada dirinya sendiri terkait pubertas


yy membangun lingkar pertemanan yang positif dan saling mendukung untuk hidup sehat
yy berani dan percaya diri untuk mengatakan “tidak” menolak perilaku yang berisiko

Wacana

PERUBAHAN REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN


PADA MASA PUBERTAS
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan
pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat
berumur delapan hingga sepuluh tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun.
Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat. Pada
perempuan, pubertas ditandai dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada
laki-laki ditandai dengan mimpi basah.

Seorang anak akan menunjukkan tanda-tanda awal dari pubertas, seperti suara yang mulai
berubah, tumbuhnya rambut-rambut pada daerah tertentu dan payudara membesar untuk
seorang gadis. Untuk seorang anak perempuan, tanda-tanda itu biasanya muncul pada usia
10 tahun ke atas dan pada anak laki-laki, biasanya lebih lambat, yaitu pada usia 11 tahun ke
atas. Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung-jawab atas munculnya
dorongan seks.

Penyebab munculnya pubertas ini adalah hormon yang dipengaruhi oleh hipofisis (pusat
dari seluruh sistem kelenjar penghasil hormon tubuh). Berkat kerja hormon ini, remaja
memasuki masa pubertas sehingga mulai muncul ciri-ciri kelamin sekunder yang dapat
membedakan antara perempuan dan laki-laki. Dengan kata lain, pubertas terjadi karena
tubuh mulai memproduksi hormon-hormon seks sehingga organ reproduksi telah berfungsi
dan tubuh mengalami perubahan.

Hormon seks yang memengaruhi perempuan adalah estrogen dan progesteron yang
diproduksi di indung telur, sedangkan pada laki-laki diproduksi oleh testis dan dinamakan
testosteron. Hormon-hormon tersebut ada di dalam darah dan memengaruhi alat-alat
dalam tubuh sehingga terjadilah beberapa pertumbuhan.

Penyebab terjadinya perubahan pada masa pubertas

1. peran kelenjar pituitary yang mengeluarkan dua hormon yaitu hormon pertumbuhan
yang berpengaruh dalam menentukan besarnya individu, dan hormon gonadotrofik yang
merangsang gonad untuk meningkatkan kegiatan. Sebelum masa puber secara bertahap
106 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

jumlah hormon gonadotrofik semakin bertambah dan kepekaan gonad terhadap hormon
gonadotrofik dan peningkatan kepekaan juga semakin bertambah, dalam keadaan
demikian perubahan-perubahan pada masa puber mulai terjadi;
2. peran gonad dengan pertumbuhan dan perkembangan gonad, organ-organ seks yaitu
ciri-ciri seks primer : bertambah besar dan fungsinya menjadi matang, dan ciri-ciri
seks sekunder, seperti rambut kemaluan mulai berkembang.

Interaksi Kelenjar Pituitary dan Gonad – Hormon yang dikeluarkan oleh gonad, yang telah
dirangsang oleh hormon gonadotrofik yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary, selanjutnya
bereaksi terhadap kelenjar ini dan menyebabkan secara berangsur-angsur penurunan
jumlah hormon pertumbuhan yang dikeluarkan sehingga menghentikan proses pertumbuhan,
interaksi antara hormon gonadotrofik dan gonad berlangsung terus sepanjang kehidupan
reproduksi individu, dan lambat laun berkurang menjelang perempuan mendekati menopause
dan laki-laki mendekati climacteric.

Kesehatan reproduksi dan seksualitas menjadi penting diperhatikan pada masa pubertas
mengingat laki-laki dan perempuan sudah mulai matang secara seksual. Kesehatan seksual
adalah sebuah keadaan fisik, emosi, mental dan sosial, berkaitan dengan seksualitas yang
tidak hanya terbebas dari penyakit, disfungsi atau kelemahan. Merupakan pendekatan yang
positif terhadap perkembangan manusia. Pendekatan yang menghargai hak-hak seksual
manusia.

Dimensi Seksualitas:

Dimensi Spiritual
a. Keyakinan
b. Nilai-nilai
c. Norma

Dimensi Sosial
a. Latar belakang personal
b. Persahabatan dan pertemanan
c. Berteman dengan lain jenis
d. Perkawinan
e. Budaya
f. Aspek hukum

Dimensi Emosi
a. Perilaku (sikap, pendidikan, ekspresi)
b. Perasaan tentang citra tubuh
c. Perasaan / suasana hati

Dimensi Fisik
a. Reproduksi
b. Pengaturan kelahiran
c. Kehamilan
d. Respon seksual
e. Perkembangan dan pertumbuhan
BUKU PANDUAN GURU 107

A. PERUBAHAN FISIK PADA REMAJA


Yang spesifik pada pertumbuhan fisik remaja baik laki-laki maupun perempuan adalah
kecepatan tumbuhnya (growth spurt). Pada saat ini pertumbuhan tinggi badan (linier)
terjadi amat cepat. Perbedaan pertumbuhan fisik laki-laki dan perempuan adalah pada
pertumbuhan organ seksual dan organ reproduksinya, dimana akan diproduksi hormon
yang berbeda, penampilannya yang berbeda, serta bentuk tubuh yang berbeda akibat
berkembangnya tanda seks sekunder. Anak perempuan mulai tumbuh pesat fisiknya
pada usia 10 tahun dan pertumbuhan paling cepat terjadi pada usia 12 tahun.
Sedang pada laki-laki, 2 tahun lebih lambat mulainya, namun setelah itu bertambah
tinggi 12-15 cm dalam tempo 1 tahun pada usia 13 tahun sampai menjelang 14 tahun
Pertumbuhan tinggi remaja dipengaruhi 3 faktor, yaitu: genetik (faktor keturunan),
gizi dan variasi individu. Secara genetik orangtua yang tubuhnya tinggi, punya anak
remaja yang juga tinggi. Faktor gizi juga sangat berpengaruh, remaja dengan status
gizi yang baik akan tumbuh lebih tinggi dibanding dengan remaja yang dengan status
gizi kurang. Untuk memantau perkembangan fisik remaja dapat dilakukan dengan
mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT) secara berkala. (Kemkes, 2011)
Pertumbuhan fisik anak perempuan dan laki-laki belum tentu sejalan dengan
perkembangan emosionalnya. Seorang remaja yang badannya tinggi besar belum tentu
mempunyai emosi yang matang, sebaliknya yang bertubuh sedang bisa saja mempunyai
emosi yang lebih matang.
Pada masa pubertas terjadi perubahan fisik dan psikologis pada remaja laki-laki dan
perempuan.

REMAJA PEREMPUAN

Pertumbuhan pesat umumnya terjadi pada usia 10-11 tahun. Tanda awal pubertas pada
remaja perempuan adalah adanya pertumbuhan payudara, dimana daerah puting susu
dan sekitarnya mulai membesar. Selain payudara membesar, mulai muncul rambut
pubis (kemaluan). Pada sepertiga remaja perempuan, pertumbuhan rambut pubis
terjadi sebelum tumbuhnya payudara, rambut ketiak dan rambut badan. Rambut badan
mulai tumbuh pada usia 12-13 tahun, tumbuhnya rambut badan bervariasi. Pengeluaran
sekret vagina pada usia 10-13 tahun. Keringat ketiak mulai diproduksi pada usia 12-13
tahun, karena berkembangnya kelenjar apokrin yang juga menyebabkan keringat ketiak
mempunyai bau yang khas. Pada remaja perempuan, Menstruasi umumnya terjadi pada
usia 11-14 tahun. Selanjutnya pematangan seksual penuh remaja perempuan terjadi
pada usia 16 tahun, sedangkan pada laki-laki pematangan seksual penuh terjadi pada
usia 17-18 tahun.
108 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Pertumbuhan payudara dapat dipakai sebagai salah satu indikator kematangan


perempuan. Pada umumnya pertumbuhan payudara sesuai tingkatan pubertas sebagai
berikut :

Salah satu payudara dapat tumbuh lebih besar dari yang lain, namun perbedaannya
tidak terlalu mencolok. Besar kecilnya payudara dipengaruhi faktor keturunan,
dan dapat berbeda dari generasi ke generasi dalam keluarga. Daerah puting susu
merupakan daerah seksual yang sensitif. Pada perempuan yang sudah mempunyai anak,
payudara dapat memproduksi dan menyimpan air susu ibu (ASI). ASI adalah makanan
bayi yang paling utama dan seharusnya diberikan pertama kali ke bayi. Kemampuan
memproduksi ASI tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya payudara. Remaja perempuan
juga perlu memeriksa payudaranya sendiri dengan meraba seluruh bagian payudara dan
sebaiknya dilakukan setelah selesai haid untuk mengetahui adanya masa atau benjolan,
dan bila ditemukan masa/benjolan yang menetap atau membesar atau terasa sakit/
nyeri sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter.

Pertumbuhan Rambut
Tanda pertumbuhan fisik lainnya yang mungkin terjadi pada pubertas adalah
pertumbuhan rambut. Pada beberapa anak perempuan dapat tumbuh rambut atau
tumbuh kumis yang tipis seperti pada laki-laki, hal ini merupakan variasi yang normal.
Kemungkinan rambut lepas secara berlebihan (rontok) dapat terjadi dan akan hilang
dengan sendirinya. Namun apabila kerontokan rambut terjadi dalam jangka waktu
lama atau terjadi pertumbuhan rambut yang berlebihan, maka remaja disarankan
menghubungi dokter. Yang paling penting untuk diperhatikan adalah pertumbuhan
rambut pubis melalui lima stadium pertumbuhan seperti pada tabel berikut. Apabila
perempuan sudah dewasa maka rambut pubis akan tumbuh terdistribusi dalam bentuk
segitiga terbalik, penyebaran mencapai bagian medial paha.

Menstruasi
Tanda pubertas yang utama pada perempuan adalah menstruasi. Menstruasi adalah
peristiwa keluarnya cairan darah dari vagina dimana darah tersebut merupakan lapisan
dinding rahim yang meluruh bersama sel telur yang sudah matang namun tidak dibuahi.
Menstruasi yang pertama kali dialami oleh remaja perempuan disebut menarche.
BUKU PANDUAN GURU 109

Rahim adalah tempat menempelnya sel telur yang sudah di buahi. Lapisan ini terdiri
dari lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah. Setelah menstruasi permukaan
dalam uterus menjadi tebal karena pengaruh hormon estrogen. Kemudian terjadi
ovulasi (lepasnya sel telur dari ovarium/indung telur yang terjadi sebulan sekali)
diikuti dengan keluarnya cairan karena pengaruh hormon progesteron. Bila tidak
terjadi pembuahan maka lapisaan tadi bersama sel telur akan terlepas (meluruh) dan
keluar melalui vagina yang disebut sebagai menstruasi. Waktu antara dua menstruasi
disebut siklus menstruasi. Walaupun rata-rata periodenya datang 28 hari, hal ini
dapat bervariasi pada setiap perempuan. Periode awal menstruasi ini juga bisa belum
teratur selama 2-3 tahun.

Pada saat pubertas terjadi perubahan fisik yang bermakna sampai pubertas berakhir
dan berhenti pada saat dewasa, keadaan ini terjadi pada semua remaja normal. Yang
berbeda adalah awal mulainya. Mungkin ada remaja laki-laki yang sudah tumbuh kumis
tipis, sementara yang lainnya belum. Seringkali perkembangan yang berbeda dengan
sebayanya membuat remaja risau, akan tetapi bila tidak terlalu jauh dengan temannya
masih bisa dianggap normal dan akan mengejar ketinggalan pertumbuhan tersebut.
Harus diingat bahwa seorang anak bekembang pada saat yang berbeda dan dengan
kecepatan yang berbeda pula.

REMAJA LAKI-LAKI

Awal pubertas pada remaja laki-laki biasanya dimulai pada usia 10-13 tahun. Saat
mulai pubertas sampai dewasa, biasanya memerlukan waktu sekitar 4 tahun, yang
stadiumnya dilihat dari alat kelamin dan rambut pubisnya.
110 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Stadium Umur Tanda Pubertas Laki-Laki


Pertumbuhan pesat umumnya terjadi pada usia 12-13 tahun, dimana penis mulai
membesar. Pada usia 11-12 tahun, testis dan skrotum membesar, kulit skrotum menjadi
gelap dan rambut pubis di penis mulai tumbuh. Ejakulasi mulai terjadi pada usia 13-14
tahun, ditandai dengan keluarnya mukus cair dari lubang penis setelah penis ereksi
(memanjang/mengeras/membesar). Rambut ketiak, rambut badan, kumis, cambang dan
jenggot tumbuh pada usia 13-15 tahun, dan pertumbuhannya sangat bervariasi pada
tiap orang. Pada usia tersebut juga terjadi perkembangan kelenjar keringat ketiak,
yaitu kelenjar apokrin meningkatkan produksi keringat di ketiak dan menimbulkan
bau badan dewasa. Suara parau timbul pada usia 14-15 tahun. Setahun sebelum suara
pecah, jakun mulai tumbuh.

Mimpi basah
Selama masa pubertas, testis tumbuh menjadi lebih besar, spermatozoa mulai
terbentuk, dan pada prinsipnya pada saat tersebut sistim reproduksi telah matang
dan mulai berfungsi. Peristiwa yang sering digunakan sebagai indikator Pubertas pada
remaja laki-laki adalah mulai mengalami Mimpi basah. Mimpi basah merupakan peristiwa
keluarnya sperma (spermatozoa) saat tidur, sering terjadi pada saat mimpi tentang
seks. Mimpi basah sebetulnya merupakan salah satu cara alami berejakulasi.

Ejakulasi terjadi karena sperma, yang terus menerus diproduksi setiap hari dan perlu
keluar. Ini merupakan pengalaman yang normal bagi laki-laki. Mekanisme ejakulasi
dimulai dari sperma yang telah diproduksi akan dikeluarkan dari testis melalui saluran/
vas deferens, kemudian sperma disimpan dalam kantung mani, jika penuh akan keluar
secara otomatis. Mimpi basah umumnya terjadi secara periodik, berkisar setiap 2-3
minggu. (Kemkes, 2011)

Bila pubertas terjadi sebelum usia 9 tahun, atau belum juga terjadi sampai usia 13-15
tahun, perlu dikonsultasikan ke dokter untuk memastikan ada tidaknya kelainan.

B. PERKEMBANGAN JIWA PADA REMAJA

Perkembangan psikososial
Menurut Erickson (1963), pencarian identitas diri mulai dirintis seseorang pada
usia yang sangat muda, yaitu sekitar usia remaja muda. Pencarian identitas diri
berarti pencarian jati diri, dimana remaja ingin tahu kedudukan dan perannya dalam
lingkungannya, di samping ingin tahu juga tentang dirinya sendiri yang menyangkut soal
apa dan siapa dia, semua yang berhubungan dengan “aku” ingin diketahui dan dikenalnya.
Pada usia 12-15 tahun, pencarian identitas diri masih berada pada tahap permulaan.
BUKU PANDUAN GURU 111

Dimulai pada pengukuhan kemampuan yang sering diungkapkan dalam bentuk kemauan
yang tidak dapat dikompromikan sehingga mungkin berlawanan dengan kemauan orang
lain. Bila kemauan itu ditentang, mereka akan memaksa agar kemauannya dipenuhi.
Ini merupakan suatu bentuk awal dari pencarian “aku” yang dapat menjadi masalah
bagi lingkungannya. Gejala lain yang menguatkan dugaan bahwa remaja ingin mencari
jati dirinya adalah perilakunya yang cenderung untuk melepaskan diri dari ikatan
orangtuanya. Remaja akan lebih suka melakukan kegiatan pribadi atau berkumpul
dengan teman-temannya diluar dibanding bersama orangtuanya. (Kemkes, 2011)

Psikososial merupakan manifestasi perubahan faktor-faktor emosi, sosial dan


intelektual. Tahap perkembangan remaja dibahas lima aspek, yaitu kemandirian,
perkembangan kognitif, teman sebaya, citra diri (body image) dan perkembangan
seksualitas. (Kemkes, 2011)

Penyesuaian terhadap lingkungan baru dapat menjadi masalah bagi remaja karena
meninggalkan dunia anak-anak berarti memasuki dunia baru yang penuh dengan tuntutan-
tuntutan baru yang belum dikenalnya padahal ia sudah meninggalkan dunia lama.
Masalah yang dihadapi remaja dengan lingkungan sosialnya terutama masalahmasalah
di sekolah seperti penyesuaian dalam belajar, membagi waktu luang dan penyesuaian
atas perbedaan dengan teman-temannya.

Pergaulan dengan lawan jenisnya juga dapat menjadi sesuatu yang mengesankan bagi
remaja. Bila mengalami hambatan dalam hubungan lawan jenis, maka remaja biasanya
akan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Secara fisik, adanya perkembangan kelenjar
kelamin remaja menimbulkan perasaan berbeda dan peningkatan perhatian terhadap
lawan jenisnya, bahkan hal ini merupakan tanda yang khas bahwa masa remaja sudah
dimulai yaitu merasa “jatuh cinta” pada orang lain.

Emosi
Emosi adalah reaksi sesaat yang biasanya muncul dalam bentuk perilaku, sedangkan
perasaan adalah sesuatu yang sifatnya lebih menetap. Pada masa remaja, kepekaan
emosi biasanya meningkat, sehingga rangsangan sedikit saja sudah menimbulkan luapan
emosi yang besar, misalnya menjadi mudah marah atau mudah menangis. Masa remaja
didominasi oleh peran emosi, hal ini dapat dilihat dari seleranya tentang lagu, buku
bacaan, perilakunya pada saat mengendarai kendaraan. Kepekaan emosi remaja yang
meningkat biasanya akan mempengaruhi perilakunya, misalnya saat putus pacar, maka
frustasinya akan dibawa ke sekolah, ke rumah, di jalan dan bahkan dapat mempengaruhi
prestasi akademiknya. Kepekaan emosi yang meningkat dapat berbentuk: menyendiri,
mudah marah, gelisah dengan bentuk perilaku seperti menggigit kuku, menggaruk-garuk
dan sebagainya, merusak benda-benda, mencoret-coret, suka berkelahi dan sebagainya
atau bahkan mengalami gangguan mental emosional (depresi) dan mengonsumsi NAPZA.
Secara emosional remaja ingin diperlakukan seperti orang dewasa, serta merasa senang
bila dihargai. Keinginan remaja untuk diakui sebagai orang dewasa sering menimbulkan
konflik dengan lingkungan. Konflik tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami
kecemasan dan ketegangan. (Kemkes, 2011)

Perkembangan Kecerdasan
Perkembangan intelegensia masih berlangsung sampai usia 21 tahun. Perkembangan
intelegensia menyebabkan remaja suka belajar sesuatu yang logis untuk mengerti
hubungan antara hal yang satu dengan yang lainnya. Remaja juga punya daya imajinasi
yang dapat mendorong prestasi misalnya mengarang lagu, membuat karangan ilmiah,
112 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

membuat sajak dan prestasi-prestasi lainnya yang menggambarkan kemampuan


intelegensia dan imajinasi remaja. Perkembangan intelektualnya membuat remaja
mampu generalisasi, mampu melihat relasi antara hal yang satu dengan yang lain,
mampu mengadakan pembicaraan intelektual, mengkritik, dan mampu berpikir secara
abstrak (Kemkes, 2011).

Mengatasi Pubertas
Perubahan Fisik Perubahan Mental Tindakan
Jerawat Minder karena wajah tidak Jaga kebersihan muka
bersih Percaya diri karena hal normal
Haid Tidak nyaman dan tidak Ganti pembalut secara teratur
semangat Lakukan aktivitas yang disenangi
seperti biasa
Payudara Minder karena ukuran Percaya diri karena ukuran payudara
membesar payudara dianggap ditentukan faktor genetis dan gizi
kekecilan atau kebesaran dan seluruh perempuan di dunia
memiliki ukuran payudara berbeda
Suara Tidak nyaman dan malu Percaya diri karena ini proses yang
membesar alamiah dan dihadapi oleh remaja
laki-laki diseluruh dunia
Tumbuh bulu Tidak nyaman karena Percaya diri karena dipengaruhi oleh
/ rambut di berbeda dengan teman genetis serta banyak juga remaja lain
tubuh sebaya yang tumbuh bulu/ rambut di tubuh
banyak atau malah sedikit
BUKU PANDUAN GURU 113

TOPIK 4.3 KESEHATAN REPRODUKSI


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
 (RPP)
Alokasi Waktu: 90 menit
KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4
MATERI MUATAN TERPADU
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
Kesehatan 3.16 4.16 Bahasa Indonesia,
Reproduksi Mengenal organ reproduksi Menjaga kesehatan PJOK, Agama
dan bertanggungjawab organ reproduksi
terhadap pemeliharaan Kelas 1, 3, 6
kebersihan dan
kesehatannya

Tujuan

2. Siswa mengenal organ reproduksi dan fungsinya


3. Siswa menjaga kebersihan dan kesehatan organ reproduksi
4. Siswa mengenal alat kontrasepsi

Materi

1. Sehat berarti bukan hanya tidak adanya penyakit tetapi merupakan kondisi sejahtera
secara fisik, mental dan sosial
2. Reproduksi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia
3. Karena organ reproduksi remaja sudah berfungsi pada saat pubertas, maka sebenarnya
remaja sudah bisa bereproduksi. Akan tetapi secara psikologis masih menuju
kematangan, maka remaja akan memiliki risiko cukup besar bereproduksi di usia muda

Sumber dan Media

1. alat peraga anatomi tubuh dan organ reproduksi manusia laki-laki dan perempuan
2. brossur MKM
3. Wacana

Kegiatan Pembelajaran

1. dengan berdiskusi, bertanya dan menggali pemahaman mereka tentang materi


kesehatan reproduksi sebelumnya, yaitu cara beristinjak menghilangkan kotoran
dengan baik dan benar, pubertas, serta Manajemen Kebersihan Menstruasi
2. menyebutkan tujuan pembelajaran
3. ajak siswa berdiskusi tentang darimana bayi berasal?
yy guru menanyakan kepada siswa “Darimana bayi berasal?”
yy siswa mungkin akan menjawab dengan beraneka jawaban sesuai pengetahuan
mereka, guru mengumpanbalikkan penjelasan siklus reproduksi misalnya:

Guru membuka pembahasan dengan menjelaskan proses reproduksi hewan dan tumbuhan
terlebih dulu. Misal untuk proses reproduksi tumbuhan, guru menjelaskan bahwa bibit jatuh
ke tanah, dengan bantuan hujan dan matahari, bibit akan tumbuh menjadi tumbuhan baru.
114 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Kemudian guru menjelaskan siklus reproduksi hewan salah satunya kucing. Kucing jantan
harus menempatkan spermanya di kucing betina dengan cara menaiki kucing betina hingga
hamil dan melahirkan bayi-bayi kucing dan proses ini disebut reproduksi.

Setelah menjelaskan bagaimana proses reproduksi pada tumbuhan dan hewan, guru mulai
menjelaskan siklus reproduksi pada manusia dimulai dengan menjelaskan bahwa proses
reproduksi pada manusia berbeda dari tumbuhan dan hewan dimana saat ayah dan ibu
ingin menciptakan bayi mereka terlebih dahulu menjalin hubungan yang spesial dan personal
(sambil menunjukan gambar misal foto sepasang pengantin kemudian ada gambar lain
sepasang suami istri yang sedang berada diatas tempat tidur dan sebagian besar tubuhnya
tertutup selimut). Kemudian guru menjelaskan lebih lanjut bahwa proses terjadinya bayi
yaitu adanya pertemuan antara sel telur yang ada dalam tubuh ibu dan sperma yang yang
datang dari testikel ayah yang akan dikirim melalui penis ayah ke dalam vagina ibu.

1. guru menyajikan gambar atau alat peraga anatomi tubuh dan organ reproduksi manusia
laki-laki dan perempuan serta menjelaskan proses terjadinya kehamilan.
2. guru menjelaskan jarak kehamilan yang ideal, perlunya perawatan kesehatan ibu hamil
dan bayi yang dilahirkan.
3. guru menjelaskan perlunya kesiapan laki-laki dan perempuan untuk bereproduksi dari
sisi kesehatan fisik, mental dan sosial ekonomi. Ajak siswa berdiskusi:
yy bagaimana menyiapkan diri kalian supaya organ reproduksi sehat di masa dewasa?
yy bagaimana menjaga diri dari perbuatan yang berisiko?
4. ajaklah untuk mengambil kesimpulan serta melakukan refleksi

Refleksi untuk Guru

yy mengembangkan upaya pencegahan kehamilan di sekolah


yy menerapkan tata tertib yang tidak diskriminasi gender, misalnya jika terjadi kehamilan,
tidak anya menyalahkan perempuan, tetapi juga laki-laki
yy membuka diri kepada seluruh siswa untuk berdialog atau melakukan konseling. Jika
terpantau ada siswa yang mengalami masalah, Guru segera melakukan konseling dan
merujuk ke Puskesmas terdekat untuk bantuan dan dukungan lebih lanjut.

Refleksi untuk Siswa

yy mengantisipasi perubahan pada dirinya sendiri terkait pubertas


yy membangun lingkar pertemanan yang positif dan saling mendukung untuk hidup sehat
yy berani dan percaya diri untuk mengatakan “tidak” menolak perilaku yang berisiko
BUKU PANDUAN GURU 115

Wacana

Sistem Reproduksi
Pada manusia, sistem reproduksi berbeda antara pria dan perempuan.

A. Alat Kelamin Pria

Secara lebih jelas, alat reproduksi pria dapat dilihat pada gambar berikut:

Alat reproduksi pria dibedakan menjadi 2, yaitu:


1. bagian luar : penis dan scrotum
2. bagian dalam :
a. kelenjar vesika seminalis (seminal vesicle), kelenjar prostat, dan kelenjar
cowperi
b. saluran epididimis, vas deferens, ejaculatorius, dan uretra
c. testis

yy SEL SPERMA
Pria menghasilkan sel sperma seumur hidup. Sel sperma dibentuk di testis dan
berwarna merah, serta berukuran mikro. Sel sperma akan dikeluarkan bersama
dengan cairan semen dari vesika seminalis. Cairan semen sendiri berwarna putih,
lengket, dan berlendir. Dalam 1 ml cairan semen mengandung kurang lebih 20 juta
sel sperma. Berikut bentuk dari sel sperma:
116 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Sel sperma terbagi menjadi 3 bagian yaitu:


1. kepala (head) : untuk menembus ovum
2. leher/tengah (middle piece): sumber energi
3. ekor (tail): untuk alat gerak

B. Alat Reproduksi perempuan

Alat reproduksi pada perempuan  juga terbagi menjadi 2 macam:


1. bagian luar : labia mayora, labia minora, selaput dara, mons veneris, dan klitoris
2. bagian dalam : ovarium, oviduct/tuba fallopi, uterus/rahim, dan vagina

Untuk lebih jelasnya, lihat gambar berikut:

Gambar alat reproduksi perempuan bagian dalam dapat dilihat pada gambar berikut:

Sedangkan fungsi masing-masing alat baik pada pria maupun perempuan bisa dilihat
pada tabel berikut:

Alat kelamin pria Alat kelamin perempuan


Luar Dalam Luar Dalam
1. penis = 1. testis = untuk 1. labia mayora = 1. Ovarium = tempat
untuk alat membentuk sperma bibir tebal membentuk
reproduksi dan h. Testosteron ovum
2. epididimis = tempat 2. labia minora = 2. oviduct (tuba
pematangan sperma bibir kecil fallopi) = tempat
& penampungan fertilisasi
sementara
3. vas deferens = 3. selaput dara 3. uterus (rahim) =
saluran sperma (himen) tempat embrio
BUKU PANDUAN GURU 117

Alat kelamin pria Alat kelamin perempuan


Luar Dalam Luar Dalam
4. vesika seminalis = 4. mons veneris 4. vagina = jalan
kantong sperma masuknya sperma
5. uretra = saluran di 5. klitoris = tonjolan
sepanjang penis kecil pada labia
mayora
6. kelenjar prostat dan
Cowperi

yy OVUM (SEL TELUR)


Perempuan menghasilkan ovum tiap bulan sekali atau kurang lebih 28 hari sekali
di ovarium dan berjumlah 1-2 ovum. Setelah ovum matang maka akan dikeluarkan
ke oviduct (OVULASI) dan di tempat ini, ovum menunggu sperma 2x 24 jam. Jika
ada sperma masuk maka akan terjadi pembuahan (fertilisasi) dan jika tidak maka
akan mati dan dikeluarkan yang dinamakan dengan proses menstruasi. Perempuan
mengalami mens sampai umur kurang lebih 45 th, selebihnya akan berhenti
(menopause). Bentuk ovum dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Proses Pembentukan Sperma Dan Ovum


Gambar berikut ini adalah proses pembentukan sperma (spermatogenesis) dan
proses pembentukan ovum (oogenesis) dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
118 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Pembentukan sperma (spermatogenesis) menghasilkan 4 sel sperma yang


fungsional, sedangkan pembentukan ovum (oogenesis) menghasilkan 1 ovum yang
fungsional & 3 lainnya mati (polar body).
yy Fertilisasi
kemudian akan membentuk zigot. ZIGOT berubah menjadi MORULA --->
BLASTULA ---> GASTRULA ---> EMBRIO yang akan menempel di rahim.
Selaput pelindung embrio di dalam rahim, antara lain: Amnion, Korion, Alantois, dan
Plasenta. Alantois adalah jaringan yang terletak di dalam tali pusat yang banyak
mengandung pembuluh darah. Berikut gambarnya:

Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi dibedakan menjadi 4 fase:
1. Fase menstruasi (hari 1-4) =
–– ovum tidak dibuahi
–– sekresi progesteron berhenti
2. Fase pra-ovulasi (hari 5-13) =
–– Progesteron menurun dan memacu FSH (Folicle Stimulating Hormone)
–– ovum masak dan memacu sekresi estrogen
–– estrogen naik sehingga FSH menurun, yang diikuti sekresi LH (Luteinizing
Hormone)
3. Fase Ovulasi (hari 14) = 
–– sekresi LH merangsang ovulasi
–– Terbentuk korpus luteum (badan kuning) yang menghasilkan progesteron
4. Fase pasca ovulasi (hari 15-28)=
–– apabila terjadi pembuahan, tidak terjadi pembentukan ovum
–– apabila tidak terjadi pembuahan, maka corpus luteum berubah menjadi
korpus albicans dan sekresi hormon progesteron dan estrogen berhenti

Alat Kontrasepsi

No. Macam alat kontrasepsi Keterangan


1 Sistem kalender Tidak melakukan hubungan intim di masa subur
(abstinensia) perempuan

2 Pil KB Pil mengandung hormon estrogen & progesteron


BUKU PANDUAN GURU 119

No. Macam alat kontrasepsi Keterangan


3 Susuk Kapsul di pasang di lengan perempuan; jumlah 2

4 Suntik hormon Suntikan hormon

5 Kondom Untuk mencegah masuknya sel sperma

6 IUD (Intra Uterine Di pasang di rahim; cegah penempelan embrio


Device)

7 Jeli, busa & spons Mengandung spermisida / pembunuh sperma

8 Vasektomi Pemotongan vas deferens pada pria

9 Tubektomi Pemotongan tuba fallopi pada perempuan


120 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Konsep Utama 5:

NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF LAIN


(NAPZA)

TOPIK 5.1
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF LAIN (NAPZA)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
 (RPP)
Alokasi Waktu: 90 menit
KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4 MUATAN
MATERI
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN) TERPADU
Narkotika, 3.17 3.17 PJOK
Psikotropika dan Mengenal Napza, bahan atau Memilih jajanan yang aman
Zat Adiktif Lain jajanan yang mengakibatkan dan tidak mengandung Kelas 5
(NAPZA) efek adiksi dalam kehidupan Napza
sehari-hari

Tujuan

Siswa mengenal NAPZA, bahan atau jajanan yang mengakibatkan efek adiksi

Materi

1. Pengenalan tentang Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif serta bahayanya


2. Cara menghindari NAPZA

Sumber dan Media

1. Beberapa jajanan/kemasan jajanan dengan warna meyolok


2. Contoh Gambar/poster NAPZA
3. Spidol, kertas plano
4. Wacana

Kegiatan Pembelajaran

1. buka sesi belajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa secara sukarela untuk
menceritakan/mengkomunikasikan kembali hasil pembelajaran yang diingat dari sesi
sebelumnya
2. jelaskan tujuan
3. ajak siswa untuk mengamati poster/gambar/artikel tentang zat/bahan/jajanan yang
mengandung NAPZA.
4. mengajak siswa bernalar bahwa zat tesebut dapat dengan mudah ditemukan disekitar
kita. Guru menginformasikan kerugian serta bahayanya mengkonsumsi bahan yang
mengandung NAPZA bagi kesehatan karena dapat mengakibatkan ketagihan serta
kematian
BUKU PANDUAN GURU 121

5. ajak mereka untuk mencoba diskusi bagaimana cara menghindari dan menolak
keberadaan maupun konsumsi bahan/jajanan yang mengandung napza
6. guru membagi kelompok dan menugaskan untuk membuat sebuah media promosi tentang
NAPZA misalnya:
yy mengenal zat/bahan/jajanan berbahaya yang mengandung NAPZA
yy dampak NAPZA bagi kesehatan
yy bahaya konsumsi NAPZA
7. menutup sesi dengan menarik kesimpulan dan melakukan refleksi pembelajaran

Refleksi untuk Guru

yy menciptakan lingkungan sekolah sehat tanpa asap rokok dan NAPZA


yy secara berkala memperkenalkan contoh zat/bahan/jajanan yang mengandung
NAPZA yang mungkin ada disekitar kita
yy secara berkala melakukan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA
yy mengenali perubahan perilaku seluruh siswa untuk mendeteksi penyalahgunaan
NAPZA.
yy membuka diri kepada seluruh siswa untuk berdialog atau melakukan konseling. Jika
terpantau ada siswa yang mengalami masalah, Guru segera melakukan konseling
dan merujuk ke Puskesmas terdekat untuk bantuan dan dukungan lebih lanjut

Refleksi untuk Siswa

yy mengenali sat/bahan/jajanan yang mengandung NAPZA


yy percaya diri, memegang teguh nilai positif dan berani menolak melakukan semua
perilaku berisiko terhadap kesehatan termasuk ajakan merokok atau mencoba barang/
bahan berbahaya bagi kesehatan/Napza
yy dapat mencari bantuan dan dukungan serta melaporkan kepada Guru yang kita
percayai jika kita mendapat tekanan dalam pergaulan karena mencari dukungan lebih
baik daripada memutuskan sesuatu yang kita masih ragu termasuk ajakan terhadap
perilaku yang berisiko misal: ajakan mengkonsumsi Napza.

Wacana

Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lain (NAPZA)

Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak dapat dicegah. Mengingat hampir seluruh
penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab. Tentu saja hal ini dapat membuat para orang tua, ormas, pemerintah
khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu merajalela.

Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih sedikit kemungkinan
untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak
usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling
efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan
122 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu
menjauhi Narkoba.

Menurut kesepakatan Convention on the Rights of the Child (CRC) yang juga disepakati


Indonesia pada tahun 1989, setiap anak berhak mendapatkan informasi kesehatan
reproduksi (termasuk HIV/AIDS dan narkoba) dan dilindungi secara fisik maupun mental.
Namun realita yang terjadi saat ini bertentangan dengan kesepakatan tersebut, sudah
ditemukan anak usia 7 tahun sudah ada yang mengkonsumsi narkoba jenis inhalan (uap
yang dihirup). Anak usia 8 tahun sudah memakai ganja, lalu di usia 10 tahun, anak-anak
menggunakan narkoba dari beragam jenis, seperti inhalan, ganja, heroin, morfin, ekstasi,
dan sebagainya (riset BNN bekerja sama dengan Universitas Indonesia).

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian narkoba oleh pelaku
dengan tingkat pe ndidikan SD hingga tahun 2007 berjumlah 12.305. Data ini begitu
mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus narkoba (khususnya di kalangan
usia muda dan anak-anak, penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan mengancam.
Penyebaran narkoba menjadi makin mudah karena anak SD juga sudah mulai mencoba-coba
mengisap rokok. Tidak jarang para pengedar narkoba menyusup zat-zat adiktif (zat yang
menimbulkan efek kecanduan) ke dalam lintingan tembakaunya.

Di Indonesia, perkembangan pencandu narkoba semakin pesat. Para pencandu narkoba itu
pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia produktif
atau usia pelajar. Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan
perkenalannya dengan rokok. Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal
yang wajar di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat,
apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah
menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan.

Apa itu Narkoba?

Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan Obat berbahaya. Selain “narkoba”, istilah
lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan RI adalah NAPZA yang
merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini, baik
“narkoba” atau NAPZA, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko
kecanduan bagi penggunanya.  

Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai


untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu.
Namun kini pemanfaatannya disalah gunakan diantaranya dengan pemakaian yang telah
diluar batas dosis/over dosis. 

Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga jika disalahgunakan
akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial. Karena itu Pemerintah
memberlakukan Undang-undang (UU) untuk penyalahgunaan narkoba yaitu UU No.5 tahun
1997 tentang Psikotropika dan UU No.22 tahun 1997 tentang Narkotika.
BUKU PANDUAN GURU 123

Gambar beberapa macam NAPZA yang beredar di pasaran

Ganja Heroin Ekstasi

Zat-zat psikoaktif baru Piperazine

LSD PCP

Kokain Kratom (narkotika jenis baru)


124 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Berikut adalah jenis-jenis NAPZA

1. Zat Adiktif
Zat Adiktif adalah zat-zat kimia atau zat bukan narkotika dan bukan psikotropika
yang dapat menimbulkan kecanduan atau ketagihan pada pemakainya. Contoh alkohol
(minuman keras) dan rokok. Minuman keras merupakan semua minuman bukan obat yang
mengandung alkohol (C2H5OH). Berdasarkan kandungan alkoholnya dapat dibedakan
menjadi 3 kelompok yaitu
1. kelompok A, kadar alkohol 1 - 5. contoh bir;
2. kelompok B, kadar alkohol 5 - 20, contoh anggur;
3. kelompok C, kadar alkohol 20 - 50, contoh arak, wiski dan vodka.

Rokok mengandung zat-zat yang beracun dan dapat menyebabkan kecanduan, yaitu
nikotin dan 4000 zat kimia dalam setiap batangnya, di antaranya 40 zat kimia yang
berbahaya yaitu hidrogen sianida (HCn), arsen, amonia, polonium, dan karbon monoksida
(CO). Zat kimia tersebut juga berbahaya bagi perokok pasif yaitu orang yang tidak
merokok tetapi berada di lingkungan asap rokok.

Efek bahan kimia dalam rokok  bagi kesehatan

Bahan kimia Efek


Nikotin - Menyebabkan ketagihan
-  Merusak jaringan otak
-  Menyebabkan darah mudah menggumpal
-  Mengeraskan pembuluh darah arteri
Tar - Membunuh sel-sel pada saluran pernafasan dan paru-paru
- Meningkatkan produksi lendir dan cairan paru-paru
-  Menyebabkan kanker  paru-paru
Karbonmonoksida -  Meracuni darah karena mengikat hemoglobin darah 200
kali lebih kuat daripada oksigen
Zat-zat karsinogen -  Merangsang tumbuhnya sel-sel kanker di dalam tubuh
Iritan -  Mengganggu saluran pernafasan dan kantong udara pada
paru-paru

2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat. baik alami maupun buatan bukan narkotika
yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Termasuk
psikotropika yaitu ekstasi (inex/cece/kanding/cenin), shabu-shabu, LSD, dan lain- lain.
1. Obat perangsang (Stimulan)
Obat perangsang atau stimulan yaitu obat-obatan yang dapat menimbulkan
rangsang tertentu pada pemakainya. Obat ini bekerja dengan memberikan
rangsangan terhadap otak dan saraf. Obat rangsang dapat berupa amphetamine
atau turunannya. Stimulan yang sering beredar di pasaran adalah ekstasi dan
shabu-shabu. Pemakaian amphetamine sebagian besar dimanfaatkan untuk menekan
nafsu makan berlebih,  mengobati penderita hiperaktif, dan penderita narcolepsy,
yaitu serangan rasa mengantuk berat yang tiba-tiba dan tidak terkontrol. Akan
tetapi, stimulan juga banyak disalahgunakan dalam bentuk konsumsi di luar batas
takaran yang dianjurkan. Pada tahap awal pemakaian, akan timbul perasaan senang
BUKU PANDUAN GURU 125

berlebihan, rasa percaya diri yang besar, dan semangat yang terlalu tinggi. Pada
pemakaian dalam dosis berlebih akan menunjukkan gejala-gejala seperti kejang-
kejang, panik, muntah-muntah, diare, bola mata membesar, halusinasi yang
menakutkan, tidak dapat mengendalikan emosi, dan koma, yang jika dibiarkan
dapat menyebabkan kematian,

2. Ekstasi atau Methylenedioxy Amphetamine ( MDMA)


Ekstasi atau Methylenedioxy Amphetamine yaitu turunan zat amphetamine yang
bereaksi lebih kuat dan amphetamine sendiri. Mulanya ekstasi digunakan untuk
mengobati penyakit syaraf dan gangguan kejiwaan yang lain. Ekstasi mempunyai
rumus kimia C11H15O2. Ekstasi juga disebut pil setan, karena pengaruhnya seperti
setan yang merusak sistem saraf pusat dan sel-sel otak. Selain itu, pil ini juga
dapat menyebabkan ketergantungan. Ekstasi yang banyak diperdagangkan biasanya
berupa kapsul berwama kuning dan merah muda atau berupa tablet berwama
coklat dan putih. Ekstasi dapat dikategorikan sebagai kelompok obat yang mudah
dimodifikasi struktur kimianya untuk memperoleh bahan aktif yang lebih ampuh
khasiatnya.
Jika ekstasi diminum maka akan segera timbul gejala-gejala berikut
1. perasaan menjadi sangat gembira, tersanjung, bersemangat, dan puas diri
serta menjadi lebih terbuka kepada orang lain,
2. tubuh gemetar, gigi gemeletuk, keluar keringat dingin, dan detak jantung
tidak normal,
3. nafsu makan hilang, pandangan kabur, dan keluar air mata  terus-menerus,
4. badan panas luar biasa (hipertermia), yang apabila diikuti dengan minum
terlalu banyak air akan menimbulkan ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh
yang disebut dengan hipnotermia. Jika terjadi komplikasi dapat menimbulkan
kematian.

3. Shabu-shabu
Salah satu turunan amphetamine yang lain adalah metamphetamine yang memiliki
rumus kimia C10H15N. Zat ini juga dikenal sebagai shabu-shabu. Bentuknya yang
berupa kristal tidak berwarna dan tak berbau sangat mudah larut dalam air.
Shabu-shabu memiliki efek yang sangat keras pada susunan saraf. Efek yang
dapat ditimbulkan cenderung lebih cepat dan lebih hebat daripada ekstasi. Secara
psikis shabu-shabu dapat menimbulkan efek-efek berikut
1. timbulnya perasaan sehat, percaya diri, bersemangat, dan rasa gembira yang
berlebihan,
2. muncul  perasaan berkuasa disertai peningkatan konsentrasi semu,
3. nafsu makan menurun, sulit tidur, dan biasanya muncul  halusinasi. Mirip
seperti jika mengonsumsi alkohol, pemakai ekstasi dapat dalam jangka lama
dapat mengalami penurunan berat badan terus-menerus, kerusakan organ
dalam, stroke, bahkan kematian. Jika orang sudah kecanduan, ia akan terus-
menerus gelisah, ketakutan, sensitif, bingung, dan putus asa.
4. Obat Penekan Saraf (Depresan)
Obat jenis depresan adalah obat yang bereaksi memperlambat kerja sistem
saraf pusat. Obat jenis ini biasanya berupa obat tidur dan obat penenang. Obat
ini biasanya diminum untuk mengurangi rasa cemas atau untuk membuat pikiran
menjadi lebih santai. Obat ini juga dipakai untuk mengatasi insomnia (penyakit
kesulitan tidur). Contoh obat penekan saraf pusat antara lain diazepam (valium),
126 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

nitrazepam (mogadon), luminal, dan pil KB. Di Indonesia para pengedar menamakan
obat-obatan ini sebagai pil koplo. Penyalahgunaan obat penekan saraf dapat
menimbulkan berbagai macam efek, antara lain perasaan menjadi  labil, bicara
tak karuan dan tidak jelas, mudah tersinggung, serta daya ingat dan koordinasi
motorik  terganggu sehingga jalannya menjadi limbung.
5. Obat Halusinogen
Obat jenis halusinogen adalah obat yang jika dikonsumsi dapat menyebabkan
timbulnya halusinasi. Obat Halusinogen paling terkenal adalah lysergic acid
diethylamide (LSD). Selain itu, ada juga obat halusinogen yang tak kalah hebatnya
dalam menciptakan  halusinogen bagi  pemakainya, yaitu psilocybin, yang dihasilkan
dari spesies jamur tertentu, dan mescalins, yang dihasilkan dari sejenis kaktus
yang bernama peyote.
Efek yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan obat halusinasi ini adalah sebagai
berikut
1. keringat berlebihan, denyut jantung menjadi cepat dan tak teratur, timbul
perasaan cemas,
2. pupil mata melebar dan pandangan mata kabur,
3. terjadi gangguan koordinasi motorik dan terjadi halusinasi.

3. Narkotika
Narkotika berasal dari kata narcotics yang artinya obat bius.  Narkotika adalah
zat kimia atau obat  yang berasal  dari tanaman atau bukan tanaman, sintesis atau
bukan sintesis, yang dapat  menyebabkan penurunan kesadaran, hilangnya rasa dan
menimbulkan ketergantungan.  Termasuk narkotika adalah ganja, heroin, putaw, kokain,
morfin dan lain-lain
yy ganja berasal dan tanaman Canabis sativa, seperti pohon ketela. Penjualan ganja
bentuk kering disebut mariyuana dan minyak canabis. Digunakan  dengan cara
dihisap atau dicampur dengan rokok,
yy heroin adalah narkotika yang sangat keras. Berbentuk  butiran atau tepung dan
cair. Jenis heroin adalab putaw dengan kadar adiktif rendah. Digunakan dengan
cara dihisap atau disuntik,
yy kokain (coke/charlie/snow) berasal dari tanaman coca, berbentuk bubuk putih.
Kokain menyebabkan pemakai merasa senang yang berlebihan, stres dan gelisah
hilang,
yy candu atau opium berasal dan tanaman Papaver somniferum, pengaruh candu
merusak susunan saraf dan otak. Candu mentah disebut Morfin dapat menimbulkan 
kematian.

Dampak negatif pemakaian NAPZA (Narkotika,


Psikotropika dan Zat Adiktif)  antara lain

1. bagi kesehatan: kerongkongan panas, terganggunya fungsi organ-organ tubuh,


kanker, kerusakan saraf dan otak, emosi tidak stabil, mengantuk, prestasi 
menurun, dan lain-lain;
2. bagi ekonomi: dapat memperbanyak pengeluaran uang (tidak hemat), berbelanja
untuk hal yang tidak bermanfaat, mengurangi pemenuhan kebutuhan pokok;                  
3. bagi sosial: pemakai akan dikucilkan dari masyarakat karena sering berbuat yanq
tidak baik/menimbulkan keresahan warga.
BUKU PANDUAN GURU 127

Cara Menghindari diri dari pengaruh NAPZA

Dalam menanggulangi beredarnya NAPZA maka harus tercipta koordinasi yang baik
antara pihak orang tua, sekolah/masyarakat dan pihak yang berwajib. Beberapa cara
untuk mengatasi gerakan NAPZA adalah
1. melaporkan segala bentuk kepemilikan, peredaran atau penyalahgunaan kepada
pihak-pihak yang terkait,
2. mempelajari dengan sungguh-sungguh akan bahaya yang dapat ditimbulkan akibat
mengkonsumsi NAPZA,          
3. meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME,
4. aktif di berbagai kegiatan positif, misalnya karang taruna, remaja masjid,
perkumpulan olahraga, dan lain-lain,
5. berteman dengan orang yang tidak menggunakan NAPZA,
6. belajarlah berkata “TDAK” jika ditawari NAPZA,
7. sering membaca cerita tentang bahaya/korban penggunaan NAPZA,
8. menjalin kerjasama/komunikasi  yang baik antara berbagai pihak  dan cara-cara
lain untuk mencegah beredarnya NAPZA.
128 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat
BUKU PANDUAN GURU 129

BAB IV
PENUTUP
130 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Kurikulum Kesehatan Reproduksi telah dilengkapi dengan KD Kompetensi Dasar yang melingkupi
KD 3 dan KD 4, untuk jenjang SD, ada 5 aspek pokok, yaitu: Hubungan dengan Orang Lain; Nilai,
Sikap dan Keterampilan; Budaya, Sosial dan Hak Asasi Manusia; Kesehatan Reproduksi; Infeksi
Menular Seksual, HIV dan AIDS, serta NAPZA. Dijabarkan ke dalam 17 KD untuk jenjang SD.

Diversifikasi kurikulum Kesehatan Reproduksi dengan mata pelajaran jenjang SD pun telah
disesuaikan dan disusun. Adapun mata pelajaran yang terintegrasi atau sesuai dengan modul
Kesehatan Reproduksi tersebut adalah: Bahasa Indonesia, Agama, PPKN, IPS, dan PJOK.

Implementasi kurikulum Kesehatan Reproduksi ini dapat diberikan dengan berbagai pilihan
cara sesuai dengan pembelajaran Kurikulum 2013 dengan memperhatikan keperluan sekolah
serta siswanya. Diantaranya dengan cara integrasi ke dalam muatan terpadu, muatan lokal,
ekstrakurikuler, dll. Diharapkan dapat mempermudah sekolah atau guru dalam hal ini untuk
menyampaikan materi Kesehatan Reproduksi. RPP yang dirancang pun diharapkan dapat
membantu banyak guru untuk menyampaikan materi pada muatan terpadu atau muatan local
sekalipun, karena sudah dilengkapi dengan alternative kegiatan yang dipilah untuk siswa kelas
rendah (1-3) dan kelas tinggi (4-6). Dihimbau dengan sangat mengingat betapa pentingnya
informasi tentang Kesehatan Reproduksi ini agar dapat diberikan secara lengkap dan utuh
sejak usia dini.
BUKU PANDUAN GURU 131

DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Aedi, Nur et all. 2016. Manajemen Kurikulum Sekolah. Jakarta: Gosyen Publishing.
Afiyanti, Yati et al. 2016. Seksualitas dan Kesehatan. Reproduksi Perempuan. Promosi,
Permasalahan dan Penanganannya dalam Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Arief, S Iman. 2016. Psikologi Positif (Pendekatan saintifik Menuju Kebahagiaan). Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Fakih, M. 2016. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta: Insistpress
Innesia, DA Dinda. Et al. 2016. Gambaran Minat dan Popularitas Kegiatan Ekstrakurikuler
Remaja di Wilayah Bintaro . Jakarta: Universitas Pembangunan Jaya.
Kaspan, S Kartini. 2016. Beauty-Morphosis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kemenkes RI. 2017. Rapor Kesehatanku Buku Informasi Kesehatan peserta didik tingkat SD/
MI. Jakarta: Setditjen Kesmas.
Kemenkes RI. 2017. Rapor Kesehatanku Buku Catatan Kesehatan peserta didik tingkat SD/MI.
Jakarta: Setditjen Kesmas
Kemenkes RI. 2017. Rapor Kesehatanku Buku Informasi Kesehatan peserta didik tingkat SMP/
MTS dan SMA/SMK/MA. Jakarta: Setditjen Kesmas.
Kemenkes RI. 2017. Rapor Kesehatanku Buku Catatan Kesehatan peserta didik tingkat SMP/
MTS dan SMA/SMK/MA. Jakarta: Setditjen Kesmas
Rohan, H Hasdianah., et al. 2017. Buku Kesehatan Reproduksi. Pengenalan Penyakit menular
Reproduksi dan Pencegahan. Malang: Intimedia.
Toto Rahardjo, Roem Topatimasang, Mansour Fakih, Pendidikan Popular: Membangun Kesadaran
Kritis, INSISTPress, Jogjakarta, 2005, hal.98

PENELITIAN, RISET, SENSUS, JURNAL


Astuti, D Ratna. 2014. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP
DIRI SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MENDUNGAN I YOGYAKARTA. Skripsi.
Yogyakarta: UNY
International Planned Parenthood Association (IPPF), From Evidence to Action: Advocating
for Comprehensive Sexuality Education, IPPF, London, 2009.
Laporan Rutin Kemkes Tahun 1989-2013
Lampiran RPJMN 2010-2014, Peraturan Presiden Republik Indonesia no 5 tahun 2010. Bappenas,
2010.
Profil Kesehatan Hidup Tahun 2005
Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan Indonesia 2010.
Modul Pelatihan Pelayanan kesehatan peduli remaja bagi tenaga kesehatan, UNFPA
Nasir, M. 2013. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal dalam Konteks Pendidikan Islam di
Madrasah. Journal Hunafa Vol.10, No. 1, Juni 2013: 1-18. Samarinda.
Parama, PP., Abdallah, KK. 2016. KEARIFAN LOKAL SEBAGAI BENTENG KARAKTER
BANGSA: STUDI KASUS TRADISI PERNIKAHAN ADAT JAWA ALA KADIPATEN
PAKUALAMAN – YOGYAKARTA. Journal ETNOGRAFI / Vol. XVI / No. 1 / 2016/
1-58. Yogyakarta: UGM.
Permen_Nomor_62_th_2014_ttg_Kegiatan_Ekstrakurikuler
Sensus Penduduk 2010, Biro Pusat Statistik Republik Indonesia
Sensus Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), Agustus 2010. Berdasarkan Sensus Penduduk,
Mei 2010
Wafiroh, N. et al. 2013. Filsafat, Etika, dan Kearifan Lokal untuk Konstruksi Moral Kebangsaan.
Switzerland: Globethics.net Focus 7.
132 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

RUJUKAN ELEKTRONIK
https://www.academia.edu/9881001/Standar_STANDAR_KOMPETENSI_DAN_
KOMPETENSI_DASAR
http://biologiedutainment.blogspot.co.id/2011/10/bab-ii-sistem-reproduksi.html
http://buguruwati.blogspot.co.id/2014/03/mencermati-standar-kompetensi-lulusan.html
https://dokterkecil.wordpress.com/tag/kesehatan-reproduksi
http://eprints.umk.ac.id/1042/9/8_Indah_Lestari.pdf
http://jabar.bnn.go.id/artikel/penyebaran-narkoba-di-kalangan-anak-anak-dan-remaja
http://www.kompasiana.com/unamunir/memberikan-pendidikan-dalam-menjaga-
kesehatan-reproduksi-dan-mental-remaja-adalah-tanggung-jawab-
kita_578c7fcb2cb0bd3706188a5d
https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pengertian-standar-kompetensi-sk-
kompetensi-dasar-kd-dan-indikator/
http://www.sarkomet.com/2017/01/waspadai-penyebaran-narkoba-di-kalangan.html
BUKU PANDUAN GURU 133

Lampiran 1
KAMUS ISTILAH
DI MODUL KESEHATAN
REPRODUKSI
134 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

SINGKATAN

BPS: Badan Pusat Statistik

GSHS: Global school-based student health survey

ICPD-PoA: The International Conference on Population and Development –


Programme of Action

HIV dan AIDS: Human Immunodeficiency Virus and Acquired Immune Deficiency Syndrome

IMS: Infeksi Menular Sosial

MDGs: Millenium Development Goals

NAPZA: Narkotika Alkohol Psikotropika Zat Adiktif

PHBS: perilaku hidup bersih dan sehat

SKRRI: Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia

ISTILAH
1. Bullying adalah penyiksaan atau pelecehan yang dilakukan tanpa motif tapi dengan sengaja
dilakukan berulang-ulang terhadap orang yang lebih lemah. Adapun menurut Yayasan
Sejiwa, bullying adalah suatu situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuasaan yang
dilakukan orang/kelompok kepada seseorang hingga membuat korban merasa terintimidasi.
Secara umum bullying dapat diartikan sebagai sikap agresi dari seseorang atau kelompok
dengan tujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental.
2. Ekstasi atau Methylenedioxy Amphetamine yaitu turunan zat amphetamine yang bereaksi
lebih kuat dan amphetamine sendiri
3. Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa (di luar
intrakurikuler), dan kebanyakan materinya pun di luar materi intrakurikuler, yang berfungsi
utamanya untuk menyalurkan/mengembangkan kemampuan siswa sesuai dengan minat dan
bakatnya, memperluas pengetahuan, belajar bersosilisasi, menambah keterampilan, mengisi
waktu luang, dan lain sebagainya, dapat dilaksanakan di sekolah ataupun kadang-kadang
dapat di luar sekolah
4. Emosi adalah reaksi sesaat yang biasanya muncul dalam bentuk perilaku, sedangkan
perasaan adalah sesuatu yang sifatnya lebih menetap
5. Gender yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang
dikontruksi secara social maupun kultural
6. Internet ialah jaringan global antar komputer untuk berkomunikasi dari satu lokasi ke
lokasi lainnya di belahan dunia (seperti sekolah, universitas, institusi riset, museum, bank,
perusahaan bisnis, perorangan, stasiun TV ataupun radio)
7. Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan
pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan tersebut
8. Kokurikuler adalah kegiatan yang menunjang serta membantu kegiatan intrakurikuler
biasanya dilaksanakan di luar jadwal intrakurikuler dengan maksud agar peserta
9. Komunikasi asertif adalah kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif
tanpa terlalu banyak terganggu dengan apa yang orang lain mungkin pikirkan atau katakan
BUKU PANDUAN GURU 135

10. Kurikulum terpadu: adalah suatu pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan
cara menghapus garis batas mata pelajaran yang terpisah-pisah
11. Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) adalah pengelolaan kebersihan dan kesehatan
pada saat perempuan mengalami menstruasi. Perempuan harus dapat menggunakan pembalut
yang bersih, dapat diganti sesering mungkin selama periode menstruasi, dan memiliki akses
untuk pembuangannya, serta dapat mengakses toilet, sabun, dan air untuk membersihkan
diri dalam kondisi nyaman dengan privasi yang terjaga.
12. Nilai adalah pinsip-prinsip, keyakinan dan ide-ide yang kita percayai dan memandu kita
dalam berperilaku
13. Narkotika berasal dari kata narcotics yang artinya obat bius.  Narkotika adalah zat
kimia atau obat  yang berasal  dari tanaman atau bukan tanaman, sintesis atau bukan
sintesis, yang dapat  menyebabkan penurunan kesadaran, hilangnya rasa dan menimbulkan
ketergantungan. 
14. Pembelajaran terpadu: merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang
menggunakan beberapa bidang mata pelajaran yang sesuai
15. Pencabulan dalah semua perbuatan yang dilakukan untuk mendapatkan kenikmatan seksual
sekaligus mengganggu kehormatan kesusilaan, dapat dipidana 9 tahun (pasal 289)
16. Psikotropika adalah zat atau obat. baik alami maupun buatan bukan narkotika yang bersifat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku
17. Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan
pematangan fungsi seksual
18. UNESCO Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (bahasa Inggris: United
Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, disingkat UNESCO) merupakan
badan khusus PBB yang didirikan pada 1945.
19. UNFPA United Nations Population Fund memulai operasinya tahun 1969 sebagai  badan ini
ditempatkan di bawah otoritas Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Beberapa tugas
UNFPA melibatkan penyediaan suplai dan layanan untuk merawat kesehatan. Mereka juga
mendorong partisipasi pemuda dan wanita untuk membantu mengembangkan masyarakat
mereka yang terkena dampak dari kesehatan yang buruk yang meluas ke berbagai sektor
seperti pencegahan penyakit kelamin termasuk HIV/AIDS.
20. UNICEF United Nations Children’s Fund. Merupakan salah satu organisasi di bawah
naungan PBB. Organisasi UNICEF didirikan pada tanggal 11 Desember 1946 dan bermarkas
di New York, Amerika Serikat. UNICEF bekerja di seluruh dunia untuk menghargai hak-
hak anak, menanggulangi kemiskinan, kekerasan, wabah penyakit, dan diskriminasi.
21. Zat Adiktif adalah zat-zat kimia atau zat bukan narkotika dan bukan psikotropika yang
dapat menimbulkan kecanduan atau ketagihan pada pemakainya
136 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat
BUKU PANDUAN GURU 137

Lampiran 2
Soal Pre dan Post
Test
138 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

1. Ciri-ciri konsep diri positif, kecuali:


a. Percaya diri
b. Berani menyampaikan pendapat
c. Pendiam dan suka menyendiri
d. Memiliki cita-cita

2. Beberapa tugas pokok keluarga, yaitu:


a. Pemeliharaan fisik dan kesehatan para anggota keluarga
b. Pembagian tugas masing-masing anggota keluarga
c. Bersikap tidak peduli antar anggota keluarga
d. A dan b benar

3. Hal-hal positif dari persahabatan sebagai berikut, kecuali:


a. Persahabatan memungkinkan kita untuk saling berbagi dalam banyak hal.
b. Meningkatkan rasa empati atau dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.
c. Sikap positif yang ada pada kita bisa ditiru atau diikuti oleh sahabat maupun sebaliknya.
d. Persahabatan membuat kita termakan tren, misalnya teman lain membeli sepatu atau
tas baru, terkadang kita pun tidak mau kalah dan ingin mengikutinya

4. Gejala yang mungkin muncul dari korban kekerasan, antara lain:


a. Ketakutan, siaga berlebihan (mudah kaget, terkejut, curiga), panik dan berduka (
perasaan sedih terus menerus)
b. Gembira, peka terhadap orang lain
c. Mudah simpati dan gembira berlebihan
d. a, b dan c salah semua

5. Apabila kamu memiliki teman yang berada dalam kesusahan karena orangtuanya dirawat di
rumah sakit, apa yang akan kamu lakukan:
a. Menggalang dana untuk meringankan biaya pengobatan
b. Bersikap tidak peduli
c. Bergembira karena temanmu tidak bersekolah sehingga kamu tidak memiliki saingan di
kelas
d. Bersikap empati dan berusaha menggalang dana untuk meringankan beban biaya
pengobatan

6. Kita perlu bersama-sama menghilangkan stigma dan diskriminasi dalam pertemanan karena
beberapa hal berikut, kecuali:
a. Membuat remaja yang menjadi korban maupun keluarganya merasa takut atau malu
untuk mengakui dan mencari bantuan. Mereka tidak mau pergi ke rumah sakit atau
mencari informasi lebih lanjut
b. Stigma dan diskriminasi membuat pencegahan risiko reproduksi dan seksual, termasuk
HIV-AIDS efektif.
c. Bisa membunuh pelan-pelan karena mengambil hal terbaik dari diri seseorang termasuk
semangat untuk memperjuangkan masa depan
d. Menutup akses remaja yang menjadi korban terhadap pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan.

7. Yang termasuk bullying fisik yaitu:


a. Memaki
b. Mencemooh
c. Mengucilkan
d. Menjambak rambut
BUKU PANDUAN GURU 139

8. Ciri nilai sosial di antaranya berikut, kecuali:


a. Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga masyarakat
b. bukan bawaan lahir
c. Terbentuk melalui sosialisasi
d. Bukan merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia

9. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi tekanan teman sebaya:
a. berani bilang tidak pada teman jika diajak melakukan hal-hal negatif dan sedapat
mungkin jauhi teman-teman yang melakukan tekanan sebaya (peer presure).
b. Mengikuti semua pendapat teman termasuk pendapat yang keliru kebenarannya
c. Tidak terbuka kepada keluarga
d. b dan c benar
10. 10 aspek keterampilan psikososial, diantaranya yaitu:
a. Berpikir kritis, kreatif, komunikasi efektif dan pemecahan masalah
b. Suka mengkritik pendapat orang lain
c. Simpati dan luwes dalam pergaulan
d. a, b dan c salah semua
11. Beberapa tips dalam membuat keputusan, diantaranya:
a. Berpikir jernih, berpikir dari segala sudut pandang
b. Bertanya kepada orang terdekat dan secara serta merta mengikuti apa yang disarankan
teman kita
c. Berpikir dampak dan manfaat keputsannya
d. a dan c benar
12. beberapa kelebihan dari bersikap asertif yaitu:
a. bebas dari konflik internal, meningkatkan percaya diri, membantu mengelola stres
b. menjadi korban bullying
c. dikucilkan oleh teman
d. tidak disenangi teman

13. Dukungan social dapat dibagi menjadi 4 yaitu:


a. dukungan persahabatan, dukungan informasi, dukungan emosional dan dukungan
instrumental
b. dukungan meteri, dukungan emosional, dukungan informasi dan dukungan instrumental
c. dukungan barang berharga, dukungan dalam bentuk uang, dukungan simpati dan dukungan
emosi
d. a, b dan c salah

14. Hak reproduksi remaja antara lain:


a. Hak atas informasi, hak atas pelayanan, hak untuk melindungi diri dan dilindungi, hak
untuk menjadi diri sendiri dan hak untuk berpartisipasi dan dilibatkan dalam pembuatan
keputusan
b. Hak atas kebebasan menyampaikan pendapat, hak untuk dilindungi, hak untuk memperoleh
pendidikan
c. Hal untuk bekerja sesuai dengan minat dan bakat
d. b dan c salah

15. Pengaruh negatif media masa terhadap remaja:


a. Kecanduan pornografi dan game online
b. Mengakses informasi dan pengetahuan yang bermanfaat dalam menyelesaikan tugas
c. Bergadang
d. a. b dan c benar
140 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

16. perbedaan seks dan gender yaitu, kecuali:


a. seks tidak dapat dirubah sedangkan gender dapat dirubah
b. seks berlaku dimana saja sedangkan gender tergantung budaya
c. seks dan gender tidak dapat dipertukarkan
d. a dan b benar

17. Bentuk-bentuk kekerasan seksual sebagai berikut, kecuali:


a. Perkosaan, intimidasi seksual termasuk ancaman atau percobaan perkosaan; pelecehan
seksual; eksploitasi seksual; perdagangan perempuan untuk tujuan seksual;
b. prostitusi paksa; perbudakan seksual; pemaksaan perkawinan, termasuk cerai gantung;
pemaksaan kehamilan; pemaksaan aborsi;
c. pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi; memaki; menjambak
d. penyiksaan seksual; penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual; praktik
tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau mendiskriminasi perempuan;

18. tips mencegah terjadinya kekerasan seksual sebagai berikut:


a. bedakan sentuhan yang pantas dan tidak pantas
b. bedakan rahasia yang baik dan rahasia yang buruk
c. menjaga anggota tubuh yang bersifat pribadi dan melapor kepada orang tua jika ada
yang berusaha untuk menyentuh anggota tubuh yang bersifat pribadi tersebut.
d. A, b dan c benar

19. Perawatan organ reproduksi dan seksual bagi remaja laki-laki dan remaja perempuan,
kecuali:
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan alat kelamin
b. Keringkan alat kelamin dengan baik setelah cebok sebelum menggunakan celana kembali
c. Sebaiknya memilih dan menggunakan pakaian dalam dari bahan katun agar bisa menyerap
keringat
d. menggunakan celana yang ketat

20. perawatan organ reproduksi perempuan, kecuali:


a. Bersihkan alat kelamin dan sekitarnya paling sedikit setiap buang air besar, buang air
kecil dan pada waktu mandi
b. Pada saat menstruasi, gunakan pembalut bersih dan ganti secara teratur 2-3 kali dalam
sehari atau setiap setelah selesai buang air kecil atau bila pembalut telah penuh darah
atau saat mandi
c. Siram/bilas dari arah belakang ke depan
d. a dan b benar

21. tanda-tanda awal pubertas pada perempuan, kecuali:


a. mimpi basah
b. payudara membesar
c. tumbuhnya rambut-rambut pada daerah tertentu
d. pinggul melebar

22. dampak negatif pemakaian Napza, kecuali:


a. terganggunya fungsi organ-organ tubuh, kanker, kerusakan saraf dan otak, emosi tidak
stabil, mengantuk, prestasi  menurun, dan lain-lain;
b. pemakai akan dikucilkan dari masyarakat karena sering berbuat yanq tidak baik/
menimbulkan keresahan warga
c. disenangi teman dan cepat menjadi kaya
d. a dan b benar
BUKU PANDUAN GURU 141

23. cara menghindari diri dari Napza yaitu, kecuali:


a. melaporkan segala bentuk kepemilikan, peredaran atau penyalahgunaan kepada pihak-
pihak yang terkait
b. mempelajari dengan sungguh-sungguh akan bahaya yang dapat ditimbulkan akibat
mengkonsumsi NAPZA          
c. meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME
d. berteman dengan orang yang menggunakan NAPZA,

24. ciri-ciri pubertas pada laki-laki yaitu, kecuali:


a. Mimpi basah
b. Suara berubah
c. Mulai tumbuh rambut pada area tertentu
d. Menstruasi

25. Gejala-gejala yang dapat memberi kesan seseorang menjadi korban pelecehan seksual
yaitu:
a. ketakutan yang luar biasa dan mencolok akan seseorang atau tempat tertentu
b. respon anak yang tidak beralasan ketika anak ditanya apakah ia telah disentuh seseorang
c. ketakutan yang beralasan akan pemeriksaan fisik
d. a dan be benar
142 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat
BUKU PANDUAN GURU 143

Lampiran 3
PEMETAAN MATERI DAN
KOMPETENSI KESEHATAN
REPRODUKSI DENGAN
MATA PELAJARAN
TINGKAT SD/MI
144 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Materi -1

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas
Hubungan Mata
SD/MI

6
4

5
1
Dengan Orang Pelajaran
Lain
Pengenalan 3.1 Bahasa 3.9. 3.4. 3.3 3.2 3.3
Diri Mengenal konsep Indonesia 4.9. 4.4. 3.5 3.5 3.4
diri positif, 3.9 3.6 3.10
meliputi:gambaran 3.10 4.2. 4.3
diri, ideal diri, 4.3 4.5 4.4
harga diri, peran, 4.9 4.6 4.10
dan identitas yang 4.10
ada pada dirinya. 4.5
4.1 Agama PAI PAH PAI PAKa PAB
Berani PAI 1.10 1.3 1.2 1.1 1.2
memperkenalkan PAH 2.10 2.3 2.2 2.1 2.2
diri dan membuat PAKa 3.10 3.3 3.2 3.1 3.2
keputusan yang PAB 4.10 4.3 4.2 4.1 4.2
tepat untuk selalu
menjaga diri dan PAH PAB PAH PAB
tubuhnya dari 1.1 1.2 1.3 1.3
gangguan orang lain 1.2 2.2 2.3 2.3
1.3 3.2 3.3 3.3
1.4 4.2 4.4 4.3

PAKa PAB
1.1 1.4
2.1 2.4
3.1 3.4
4.1 4.4
1.2
2.2 PAKa
3.2 1.1
4.2 2.1
3.1
PAB 4.1
1.1
2.1
3.1
4.1
Keluarga 3.2 Bahasa 3.9
Memahami fungsi Indonesia 3.10
keluarga, tugas dan 3.11
tanggung jawab
dirinya sebagai
anggota keluarga
PPKN 1.2
2.2
3.2
4.2
BUKU PANDUAN GURU 145

Materi -1

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas
Hubungan Mata
SD/MI

6
4

5
1
Dengan Orang Pelajaran
Lain
Agama PAB PAI PAI PAI PAI PAI
PAI 1.4 1.8 1.14 1.13 1.11 1.6
PAH 2.4 2.8 2.14 2.13 2.11 2.6
PAB 3.4 3.8 3.14 3.13 3.11 3.6
PAKong 4.4 4.8 4.14 4.13 4.11 4.6
PAKa
PAKong PAB PAB PAH PAH PAH
1.5 1.1 1.3 1.2 1.4 1.5
2.5 2.1 2.3 2.2 2.4 2.5
3.5 3.1 3.3 3.2 3.4 3.5
4.5 4.1 4.3 4.2 4.4 4.5

PAKa PAKong PAKong PAB PAKong PAKong


1.3 1.5 1.5 1.1 1.5 1.1
2.3 2.5 2.5 2.1 2.5 2.1
3.3 3.5 3.5 3.1 3.5 3.1
4.3 4.5 4.5 4.1 4.5 4.1
PAKong
PAKa 1.5
1.1 2.5
2.1 3.5
3.1 4.5
4.1
PAKa
1.4
2.4
3.4
4.4
4.2 4.9 4.5 4.2 4.4
Mengomunikasikan 4.10 4.9 4.5 4.9
masalah yang 4.11 4.10
dihadapinya kepada
keluarga terutama
pada orang tua
Agama 1.9 1.13
PAI 2.9 2.13
3.9 3.13
4.9 4.13
146 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Materi -1

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas
Hubungan Mata
SD/MI

6
4

5
1
Dengan Orang Pelajaran
Lain
Pertemanan 3.3 Bahasa 3.9. 3.9 3.2 3.4
dan kasih Mengenal berbagai Indonesia 4.9 3.10 3.5 3.9
sayang tipe teman dan 3.11
5. contoh pertemanan 4.11
yang baik IPS 3.2
berdasarkan kasih
Agama PAKong PAI PAI PAKong PAKong PAB
sayang
PAI 1.4 1.17 1.7 1.4 1.4 1.3
PAB 2.4 2.17 1.14 2.4 2.4 2.3
PAKong 3.4 3.17 2.7 3.4 3.4 3.3
PAKa 4.4 4.17 2.14 4.4 4.4 4.3
3.7
PAKa PAB 3.14 PAKa
1.6 1.2 4.7 1.5
2.6 2.2 4.14 2.5
3.6 3.2 3.5
4.6 4.2 PAkong 4.5
PAKong 1.3
1.4 2.3
2.4 3.3
3.4 4.3
4.4
PAKa
PAKa 1.6
1.2 2.6
2.2 3.6
3.2 4.6
4.2
4.3 Bahasa 4.9 4.2 4.4
Menjalin Indonesia 4.10 4.5 4.9
pertemanan yang Agama 1.2 1.7 1.9
baik berdasarkan PAI 1.17 1.14 2.9
rasa empatidan 2.2 2.7 3.9
kasih sayang 2.17 2.14 4.9
3.2 3.7
3.17 3.14
4.2.1 4.7
4.2.2 4.14
4.17
Toleransi 3.4. Bahasa 3.8 3.6 3.5 3.10
dan Menerapkan sikap Indonesia 4.6 3.10
Menghargai toleransi dan saling
menghargai atas
keunikan setiap
orang
BUKU PANDUAN GURU 147

Materi -1

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas
Hubungan Mata
SD/MI

6
4

5
1
Dengan Orang Pelajaran
Lain
PPKN 1.3 1.3 1.3 1.4 1.3 1.3
2.3 2.3 2.3 2.4 2.3 2.3
3.3 3.3 3.3 3.4 3.3 3.3
4.3 4.3 4.3 4.4 4.3 4.3
1.4 1.4 1.4 1.4
2.4 2.4 2.4 2.4
3.4 3.4 3.4 3.4
4.4 4.4 4.4 4.4

Agama PAB PAI PAI PAI PAI PAI


PAI 1.1 1.13 1.6. 1.6 1.7 1.6
PAH 2.1 2.13 2.6. 2.6 2.7 2.6
PAB 3.1 3.13. 3.6. 3.6 3.7 3.6
PAKa 4.1 4.13 4.6. 4.6 4.7 4.6

PAH PAKa PAH PAB PAKa


1.1 1.8 1.1 1.4 1.7
2.1 2.8 2.1 2.4 2.7
3.1 3.8 3.1 3.4 3.7
4.1 4.8 4.1 4.4 4.7

PAH PAKa
1.3 1.5
2.3 2.5
3.3 3.5
4.3 4.5
4.4 Bahasa 4.8 4.5 4.9
Menunjukkan sikap Indonesia 4.9 4.10
toleransi dan saling 4.10
menghargai dengan
tidak membeda-
bedakan teman
148 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

Materi -1

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas
Hubungan Mata
SD/MI

6
4

5
1
Dengan Orang Pelajaran
Lain
Agama PAH PAI PAH PAI PAI
PAI 1.3 1.8 1.1 1.7 1.6
PAH 2.3 1.13 2.1 2.7 2.6
3.3 2.8 3.1 3.7 3.6
4.3 2.13 4.1 4.7 4.6
3.8
3.13
4.8
4.13

PAH
1.3
2.3
3.3
4.3
Perkawinan -
dan
Pengasuhan
BUKU PANDUAN GURU 149

KD Kelas 2

KD Kelas 3

KD Kelas 6
KD Kelas 4

KD Kelas 5
KD Kelas 1
Materi -2
Mata
Pemahaman SD/MI
Pelajaran
Nilai dan Sikap

Pemahaman 3.5 Bahasa 3.4. 3.5 3.3


Nilai dan Memahami nilai positif Indonesia 3.10
Sikap bagi diri pribadi
dalam upaya menjaga PJOK 3.8 3.9 3.9 3.10 3.9 3.9
pengaruh lingkungan
Agama 1.2 1.14
PAI 2.2 2.14
3.2 3.14
4.2 4.14
4.5 Bahasa 4.4 4.5 4.3
Menunjukkansikap Indonesia 4.10
positif dalam menjaga PJOK 4.8 4.9 4.9 4.10 4.9 4.9
diri dari pengaruh
Agama 1.2 1.14
lingkungan
PAI 2.2 2.14
3.2 3.14
4.2 4.14
6. 3.6 Bahasa 3.5 3.2
Menghadapi Memahamipengaruh Indonesia 3.10 3.5
Pengaruh teman sebaya dan IPS 3.2
Teman mengetahui cara
PJOK 3.8 3.9 3.10 3.10 3.9
Sebaya menghadapinya
4.6 Bahasa 4.10
Menolak tekanan Indonesia
teman sebaya untuk 4.9 4.2
melakukan perilaku
beresiko dan
Bahasa 4.5
melaporkannya kepada
Indonesia
orang tua atau guru
IPS 4.2

PJOK 4.8 4.9 4.10 4.10 4.9

Pengambilan 3.7 PJOK 3.10 3.10 3.9


keputusan Memahami alasan
dalam mengambil Agama 1.2
keputusan agar PAI 2.2
terhindar dari 3.2
perilaku beresiko 4.2
Bahasa 3.9
Indonesia 4.9
3.10
4.10
150 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

KD Kelas 2

KD Kelas 3

KD Kelas 6
KD Kelas 4

KD Kelas 5
KD Kelas 1
Materi -2
Mata
Pemahaman SD/MI
Pelajaran
Nilai dan Sikap

4.7 PJOK 4.10 4.10 4.9


Mengambil keputusan
Agama 1.12
yang tepat untuk
PAI 2.12
menghindari perilaku
3.12
beresiko
4.12
PPKN 1.2 1.2 1.1. 1.1 1.1
2.2 2.2 2.1 2.1 2.1
3.2 3.2 3.1 3.1 3.1
4.2 4.2 4.1 4.1 4.1
7. 3.8 Bahasa 3.4 3.1 3.4 3.2 3.5 3.3
Keterampi- Memahami cara Indonesia 4.4 4.1. 4.4 4.2 4.5 4.3
lan Berko- komunikasi yang 3.5 3.6. 3.5 3.3 3.7 3.4
munikasi dan baik dan efektif 4.5. 4.6. 4.5 4.3 4.7 4.4
Bernegosiasi dalam menyampaikan 3.8 3.10 3.5 3.8 3.8
pendapat dan menolak 4.8 4.10 4.5 4.8 4.8
perilaku berisiko
PJOK 3.10 3.9 3.9
3.10
4.8 Bahasa 4.1.
Berkomunikasi secara Indonesia 4.6
baik dan efektif
serta berani menolak
perilaku berisiko
PJOK 4.10 4.9 4.9
4.10
Agama PAH PAI
PAI 1.3 1.2
PAH 2.3 2.2
3.3 3.2
4.3 4.2
Mencari 3.9 PJOK 3.10 3.9 3.9
Bantuan dan Memahami cara- 3.10
Dukungan cara mendapatkan
perlindungan dan
dukungan dari
berbagai pihak yang
dapat dipercaya
apabila mengalami
suatu masalah/
kejadian yang berisiko
bagi kesehatan
BUKU PANDUAN GURU 151

KD Kelas 2

KD Kelas 3

KD Kelas 6
KD Kelas 4

KD Kelas 5
KD Kelas 1
Materi -2
Mata
Pemahaman SD/MI
Pelajaran
Nilai dan Sikap

4.9 PJOK 4.10 4.9 4.9


Meminta bantuan 4.10
dan dukungan dari
berbagai pihak yang
dapat dipercaya dalam
mengatasi masalah/
kejadian yang berisiko
bagi kesehatan
152 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

KD Kelas 1
Materi -3

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas
Budaya, Sosial,
SD/MI

6
4

5
dan Hak Asasi
Manusia
11. Budaya, 3.10 PPKN 1.2. 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2
Norma dan Mengenal hak anak, 2.2 2.2 2.2 2.2 2.2 2.2
Hukum budaya dan norma 3.2 3.2. 3.2 3.2 3.2 3.2
berkaitan dengan 4.2 4.2 4.2 4.2 4.2 4.2
perilaku kesehatan
reproduksi

4.10
Mempraktikkan aturan
yang baik dalam
menjaga kesehatan
reproduksi

Peran Media 3.11 Bahasa 3.6 3.1 3.1


Memahami dampak Indonesia 4.6 4.1 4.1
media terhadap pola 3.8 3.3
pikir dan perilaku 4.8 4.3
anak, termasuk 3.4
pornografi 4.4
6.

IPS 3.6

4.11
Memilah dan memilih
informasi dari media
yang bermanfaat
sesuai dengan usia
Kesetaraan 3.12 PPKN 1.3 1.3 1.3 1.4 1.3 1.3
Gender Menerapkan 2.3 2.3 2.3 2.4 2.3 2.3
kesempatan yang 3.3 3.3 3.3 3.4 3.3 3.3
sama antara laki-laki 4.3 4.3 4.3 4.4 4.3 4.3
dan perempuan dalam
keluarga, sekolah dan
masyarakat
4.12 Bahasa 3.10 3.9
Menunjukkan sikap Indonesia 4.10 4.9
penerimaan dan 3.10
memberi kesempatan 4.10
yang sama bagi laki-
laki dan perempuan
untuk berperan di
lingkungan keluarga,
sekolah dan
masyarakat
PJOK 4.9
BUKU PANDUAN GURU 153

KD Kelas 1
Materi -3

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas
Budaya, Sosial,
SD/MI

6
4

5
dan Hak Asasi
Manusia
Bahasa 3.10
Indonesia 4.10
Kekerasan 3.13 PJOK 3.10 3.9
seksual Mengenalberbagai
bentuk kekerasan
seksual, cara
menghindari, reaksi
dan sanksi hukum
terhadap perlakuan
yang tidak pantas atau
tidak wajar
4.13 Menunjukkan PJOK 4.10 4.9
sikap penolakan
Agama PAI PAI PAI PAI PAI
terhadap berbagai
PAI 1.5 1.7 1.8 1.7 1.9
bentuk kekerasan
PAH 2.5 2.7 2.8 2.7 2.9
seksual
3.5 3.7 3.8 3.7 3.9
4.5 4.7 4.8 4.7 4.9

PAH
PAH 1.2
1.4 2.2
2.4 3.2
3.4 4.2
4.4
PPKN 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2
2.2 2.2 2.2 2.2 2.2
3.2 3.2 2.2 3.2 3.2 3.2
4.2 4.2 3.2 4.2 4.2 4.2
4.2
154 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas
Materi -4
Mata
Kesehatan SD/MI

6
4

5
1
Pelajaran
Reproduksi
Perilaku 3.14 Bahasa 3.5 3.3
Hidup Memahami cara Indonesia 3.5
Bersih dan memelihara 3.9
Sehat kebersihan dan 3.10
kesehatan tubuh serta IPA 3.2
alat kelamin 4.2
3.3
4.3
3.4
4.4
PJOK 3.8 3.9 3.8 3.9 3.9 3.9
3.9 3.10
Agama 1.11 1.4 1.14
PAI 2.11 2.4 2.14
3.11 3.4 3.14
4.11 4.4 4.14
4.14 Bahasa 4.5.
Membiasakan perilaku Indonesia
hidup bersihdan PJOK 4.8 4.9 4.8 4.9 4.9 4.9
sehatdalam kehidupan 4.9 4.10
sehari-hari
Agama 1.4
PAI 2.4
3.4
4.4
Pubertas 3.15 IPA 3.2
Mengenal ciri-ciri 4.2
pubertas secara fisik
dan psikis pada laki- PJOK 3.9
laki dan perempuan 4.9
serta dampak yang
dapatterjadi
4.15 Bahasa
Berperilakupositif Indonesia
pada perubahan fisik IPA 3.2
dan psikis yang terjadi 4.2
pada diri dan teman
PJOK 3.9
sebaya
4.9
Agama 1.6
PAI 2.6
3.6
4.6
BUKU PANDUAN GURU 155

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas
Materi -4
Mata
Kesehatan SD/MI

6
4

5
1
Pelajaran
Reproduksi
Reproduksi 3.16 Bahasa 3.4
Mengenal organ Indonesia 4.4
reproduksi dan PJOK 3.9
bertanggungjawab 4.9
terhadap
pemeliharaan
kebersihan dan
kesehatannya
4.16 Agama 1.14
Menjaga kesehatan PAI 2.14
organ reproduksi 3.14
4.14
PJOK 3.9
4.9
Citra Diri

Pencegahan
Kehamilan
156 Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi tingkat SD/MI dan Sederajat

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas

KD Kelas
Materi -5
SD/MI

6
4

5
1
NAPZA

Napza Mengenal Napza, PJOK 3.10


bahan atau jajanan 4.10
yang mengakibatkan
efek adiksi dalam
kehidupan sehari –
hari
Memilih jajanan
yang aman dan tidak
mengandung Napza
Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi
tingkat SMA/SMK/MA dan Sederajat
BUKU PANDUAN GURU

Dewan Redaksi
PenanggungJawab : Eni Gustina, Awaluddin Tjalla
Pengarah : Christina Manurung, Sri Hidayati

Kontributor
1. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kemendikbud (Sri Hidayati, Renni Diastuti, Budi Santoso, Mariati,
Neneng Kadariyah, Elly Marwati, Feisal Ghozaly)
2. Direktorat Kesehatan Keluarga, Kemenkes (Christina Manurung, Ni Made Diah PLD, Linda Siti
R, Hana Shafiyyah Z, Putu Krisna Saputra, Evasari Ginting, Maya Raiyan, Sari Anggreani, Erni
Risvayanti, Sri Hasti, Stefani, Florentine, Merry Antarina)
3. Direktorat Pencegahanda nPengendalian PML, Kemenkes (Darini Lestari, Yulia Zubir)
4. Direktorat Kesehatan Lingkungan, Kemenkes (Widya Utami)
5. Direktorat Pendidikan Madrasah, Kemenag (Nanik Puji Hastuti)
6. DirektoratPembinaan SMA, Kemendikbud (Hastuti M.,Yuniati Ambarsari)
7. DirektoratPembinaan SMK, Kemendikbud (Eskawati Musyarofah B)
8. Direktorat Pendidikan Khusus Layanan Khusus, Kemendikbud (Sarah Putri Asrosi, Seru Pasinggi)
9. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta (Syaiful Anwar)
10. PGRI (Risdauli Sigalingging,Rohaida)
11. UNFPA (Margaretha S., Milliana E. Wardani, Anggraini Sari Astuti, Syahrianda)
12. UNICEF (Anissa Elok B, Anisa Indah P, Reza H, Aline A)
13. SPEAK (Desire, Iin Mendah, Indriany, Meta Kartika, Eka Subiyanti)
14. WPF RUTGERS (P. Puspa Dewi, Puput Susanto, Lany Harijanti, Elisabet S.A Widyastuti, Owena
Ardra)

Editor : Ni Made Diah PLD, Hana Shafiyyah Z, Putu Krisna Saputra, Evasari Ginting,
Maya Raiyan, Sari Anggreani
Penulis Naskah Awal : Harry Kurniawan
Penulis Naskah Akhir : Desiree
Penata Letak : Margaretha Sitanggang, Milliana Endang

Diterbitkan oleh :

ISBN Nomor :
Didukung Oleh :

Anda mungkin juga menyukai