Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KEPEMIMPINAN DAN BERFIKIR SISTEM


MANAJEMEN STRATEGI RENCANA POSYANDU REMAJA

Disusun Oleh :

KELOMPOK 9

1. Mardhatillah Febriana 225130017P


2. Lisa Fitri 225130045P
3. Teten Permata 225130099P
4. Endah Wahyu Ningsih 225130056P
5. Tuti Verawati 225130042P
6. Yasmin Putri Zahwa 225130026P

Dosen Pengampu :
ACHMAD DJAMIL, SKM, M. Kes

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat,
rahmat dan pertolongan-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami susun
guna memenuhi tugas dari dosen pada mata kuliah Kepemimpinan dan Berfikir Sistem di
Universitas Mitra Indonesia Lampung.

Makalah ini membahas tentang “Strategi Rencana Posyandu Remaja”, semoga


makalah yang kami susun ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan pembaca.

Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Achmad Djamil,


SKM, M.Kes selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi kami dan juga pembaca. Kami juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita,
akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Lampung, 12 Januari 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Remaja sebagai generasi penerus bangsa memiliki peran penting dalam
melanjutkan pembangunan negara. Dari data Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2017 tercatat penduduk Indonesia sebanyak 9,3% termasuk
dalam rentang usia 10-14 tahun, dan 8,3% dalam rentang usia 15-19 tahun. Masa
remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dalam
masa ini remaja menghadapi banyak tantangan baik dari dalam dirinya maupun dari
lingkungan luar. Apabila remaja tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi
tantangan tersebut maka akan timbul sikap dan perilaku yang menyimpang, sehingga
muncul masalah-masalah yang kompleks terutama dalam masalah kesehatan. Masalah
kesehatan remaja salah satunya adalah fertilitas atau kelahiran pada remaja yang
merupakan isu penting karena berhubungan dengan tingkat kesakitan serta kematian
ibu dan anak. Ibu yang berumur remaja lebih beresiko untuk mengalami masalah
kesehatan dan kematian yang berkaitan dengan persalinan dibandingkan dengan
wanita yang lebih tua. Angka kelahiran menurut umur atau Age Specific Fertility Rate
(ASFR) pada perempuan muda usia 15-19 tahun di Indonesia terbilang tinggi yaitu
mencapai 36 per 1.000 wanita (SDKI, 2017).
Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat tahun 2018 juga menunjukkan bahwa angka
kelahiran pada remaja (ASFR 15-19 tahun) berada di angka 36. ASFR 15-19 tahun ini
menjadi indikator sasaran pokok dalam RPJMN Teknokratik bidang kesehatan 2020-
2024 dimana target di tahun 2024 berada di angka 18. Sebagai bentuk pencegahan dan
upaya penanganan masalah kesehatan remaja, sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014 bahwa setiap anak usia sekolah dan remaja harus
diberikan pelayanan kesehatan. Kementarian Kesehatan telah mengembangkan
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas, tetapi pelayanan di dalam
gedung yang diberikan oleh tenaga kesehatan masih memiliki keterbatasan jumlah
sarana dan hambatan terkait akses karena geografis yang beragam, hal tersebut
membutuhkan upaya memberdayakan masyarakat berupa turut sertanya masyarakat
secara mandiri dalam upaya promotif serta preventif, misalnya kegiatan seperti
posyandu remaja (Kemenkes RI, 2018). Melalui kegiatan Pembentukan Posyandu
Remaja diharapkan dapat menjadi tempat bagi para remaja untuk memiliki
pemahaman serta kemampuan dalam memecahkan permasalah kesehatannya. Tujuan
awal berdirinya Posyandu Remaja adalah memantau kesehatan dan memberikan
informasi kesehatan bagi remaja, menurunkan angka pernikahan dini, serta
meningkatkan kapasitas dan partisipasi remaja dalam pembangunan (Tempo.com,
Juni 2018 dalam Lestari dkk, 2018).
Penelitian Dwi Lestari dkk (2018) menyebutkan pengetahuan yang baik
tentang reproduksi remaja akan merangsang minat remaja untuk berperilaku sehat 3
dengan menghindari perilaku negatif. Untuk meningkatkan pengetahuan remaja serta
menjaga kesehatan reproduksinya maka perlu dibentuk suatu pelayanan kesehatan
bagi remaja yaitu dengan membentuk Posyandu Remaja. Upaya pembentukkan
Posyandu Remaja ini sangat membutuhkan dukungan dan minat remaja itu sendiri
dan untuk itu maka pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi harus baik.
Untuk dapat meningkatkan pengetahuan dapat dilakukan melalui program
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
Penyampaian materi pada program KIE dapat dilakukan melalui beberapa
metode dan media pendidikan (Notoatmodjo, 2007 dalam Minokta dkk, 2017).
Menurut Maryoto dalam Ranti, dampak utama media pendidikan adalah menimbulkan
minat sasaran pendidikan, membantu didalam mengatasi banyaknya hambatan,
membantu sarana kesehatan untuk belajar lebih banyak dan cepat, merangsang sarana
pendidikan untuk meneruskan pesanpesan yang diterima kepada orang lain,
mempermudah penyampaian bahasa pendidikan, mempermudah menemukan
informasi oleh sasaran pendidikan, mendorong keinginan orang untuk mengetahui
lebih dalam dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik (Puspitaningrum
dkk, 2017).
Efektivitas penyampaian pesan dalam proses belajar sangat dipengaruhi oleh
pengembangan medianya. Pengembangan media pendidikan kesehatan tidak hanya
mencakup pesan tertulis melainkan gambar seperti halnya media booklet
(Notoatmodjo, 2012 dalam Minokta dkk, 2017).

2. Tujuan Penulisan Makalah

Untuk mengetahui perencanaan strategi dalam posyandu remaja.


BAB II
PEMBAHASAN
1. Strategi Posyandu Remaja
Implementasi merupakan tahap yang sangat menentukan dalam proses kebijakan atau
program, karena tanpa implementasi yang efektif maka keputusan pembuatan kebijakan
tidak akan berhasil dilaksanakan. Suatu kebijakan atau program harus diimplementasikan
agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan sehingga sangat diperlukan adanya
strategi yang digunakan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Strategi prioritas utama pada penelitian ini adalah mengintegrasikan pelaksanaan
program posyandu remaja dengan beberapa lintas program terkait. Hasil penelitian
mengungkapkan pelaksanaan posyandu remaja di wilayah kerja puskesmas sudah
terintegrasi dengan program lainnya namun baru 1 program saja yaitu PTM.
Integrasi program lain yang bisa dilakukan adalah dengan program : 1) Gizi untuk
membantu dalam membina, memberikan KIE terhadap masalah gizi pada remaja terutama
remaja putri dan erat kaitannya dengan pemberian tablet besi sebagai salah satu persiapan
sebelum menjadi seorang ibu, 2) Promosi kesehatan (promkes) membantu dalam
menyediakan media KIE, media sharing informasi seputar kesehatan terkini, 3) Kesehatan
lingkungan terkait pemeliharaan kesehatan lingkungan disekitar yang bisa dilakukan
remaja.
Hasil penelitian Afritia et al (2020) mamfaat posyandu remaja dapat menjadi salah
satu sarana dalam meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan salah satunya
adalah kesehatan reproduksi. Semakin banyak program yang terlibat semakin banyak
informasi yang bisa diterima oleh remaja dan tema yang diberikan pada setiap pelaksanaan
posyandu menjadi lebih bervariasi.
Strategi prioritas peringkat kedua dengan nilai TAS sebesar 6.78 adalah strategi 5
yaitu memberdayakan remaja dalam membuat perencanaan kegiatan yang inovatif dengan
tema penyuluhan yang bervariasi. Pemberdayaan remaja memerlukan partisipasi remaja
didalamnya untuk mengambil tanggung jawab, mengembangkan kemampuan dan menjadi
pelaku perintis kesehatan untuk menggerakkan kegiatan kesehatan berdasarkan kemandirian
dan kebersamaan. Menurut Siswantara et al (2019) dalam penelitiannya, remaja
mengharapkan dilibatkan dalam proses perencanaan program dan disesuaikan dengan
kebutuhan remaja sendiri seperti penyampaian dengan menggunakan media yang menarik
dengan tema yang bervariasi. Pernyataan diatas juga didukung dari hasil penelitian Sarweni
& Hargono (2017) bahwa remaja menginginkan kegiatan yang inovatif, kreatif, tidak
monoton dan selalu inovatif.
Strategi prioritas peringkat ketiga dengan nilai TAS sebesar 6.75 adalah strategi 3
yaitu melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait dalam rangka penerbitan SK posyandu
remaja. Hasil penelitian mendapatkan hanya posyandu Br. Sawah yang memiliki SK
pelaksanaan namun 2 posyandu lainnya belum memiliki. Kondisi tersebut terjadi karena
kurangnya penyampaian informasi diantara pelaksana. Dengan adanya penjabaran tugas,
wewenang dan tanggung jawab yang diuraikan dalam bentuk SK diharapkan implementasi
program posyandu remaja dapat berjalan maksimal, sehingga dibutuhkan adanya koordinasi
dalam pembuatannya baik dari desa maupun dari puskesmas.
Strategi prioritas peringkat keempat dengan nilai TAS sebesar 6.39 adalah strategi 2
yaitu mengintensifkan keterlibatan KISARA dalam kegiatan rapat untuk membahas
perencanaan kegiatan program remaja sehingga peran aktif KISARA bisa dirasakan dalam
setiap kegiatan posyandu remaja. Keberhasilan pelaksanaan posyandu remaja memerlukan
keterpaduan baik dengan lintas program maupun lintas sector, untuk itu diperlukan
kerjasama agar memperoleh dukungan (Kemenkes RI, 2018).
Hasil yang sama didapatkan dari penelitian yang dilakukan Nopiani (2019) dengan
hasil kerja sama yang dibangun dari sebuah organisasi pemerintah menciptakan kerjasama
yang baik dalam pengelolaan program kesehatan. Demikian juga pada penelitian yang
dilakukan oleh Nariswari & Faturrahman (2016) yang meneliti implementasi pada Panti
Sosial Bina Remaja (PSBR) yang mendapatkan hasil implementasi berjalan dengan baik
karena adanya dukungan maupun kerjasama yang diberikan pemerintah daerah maupun
masyarakat sekitar terhadap program tersebut.
Adapun strategi strategi alternative yang didapatkan antara lain:
1. Mengintegrasikan pelaksanaan program posyandu remaja dengan beberapa lintas
program terkait.
2. Mengintensifkan keterlibatan KISARA dalam kegiatan rapat untuk membahas
perencanaan kegiatan program remaja sehingga peran aktif KISARA bisa dirasakan dalam
setiap kegiatan posyandu remaja.
3. Melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait dalam rangka penerbitan SK posyandu
remaja.
4. Mengaktifkan peran kader posyandu remaja dan desa dalam menarik minat sasaran
remaja usia 10-14 tahun untuk dapat bergabung dalam kegiatan posyandu remaja.
5. Memberdayakan remaja dalam membuat perencanaan kegiatan yang inovatif dengan
tema penyuluhan yang bervariasi.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Implementasi program posyandu remaja di wilayah kerja dapat dilakukan melalui


strategi prioritas utama dengan mengintegrasikan pelaksanaan program posyandu remaja
dengan beberapa lintas program terkait.

Melalui Posyandu Remaja dapat mendekatkan akses pelayanan kesehatan bagi remaja
dan sebagai surveilans dan pemantauan kesehatan remaja di wilayah kerja.

BAB III

PENUTUP

A. Evaluasi
Program imunisasi merupakan salah satu program yang diselenggarakan
diposyandu. Namun, dengan adanya pandemi covid-19 menimbulkan kekhawatiran
akan keamanan untuk melaksanakan imunisasi di posyandu tetapi jika tidak
diadakannya imunisasi akan membuat cakupan imunisasi menjadi rendah
dankekebalan kelompok pun tidak terbentuk sehingga program imunisasi harus tetap
berjalan dengan memperhatikan pedoman pelaksanaan imunisasi di masa pandemi
covid-19 agar tetap aman dan program tetap berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Oleh karena itu, evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan dan cakupan
dari program imunisasi yang dilaksanakan di Posyandu Lingkungan Rancapetir
Ciamis sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan dengan
menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara dan
penyebaran angket kepada seorang kader posyandu dan tenaga kesehatan puskesmas.
Hasil yang didapatkan ialah bahwa pelaksanaan dan cakupan imunisasi di Posyandu
Lingkungan Rancapetir sudah terbilang baik karena kader dan tenaga kesehatan
puskesmas telah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik meskipun
pelaksanaan imunisasi masih terkendala oleh beberapa faktor seperti perbedaan waktu
pemberian imunisasi, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, dan sikap orang tua
(terutama ibu) yang dimana masih ada orang tua yang anti imunisasi (anti vaksin).
B. Kesimpulan

Dalam penanggulangan Posyandu Remaja harus di bangun dari visi


bersama yang jelas dengan melibatkan semua pihak, antara lain pemerintah dalam hal
ini Puskesmas atau tenaga kesehatan, masyarakat dan keluarga, sebab penanganan
Posyandu Remaja tidak dapat selesai dengan diselesaikan oleh satu pihak saja tetapi
semua fihak harus konsisten pada visi yang telah di buat secara bersama. Selanjutnya
untuk merealisasikan visi tersebut diatas tidak mungkin hanya dibebankan pada sektor
kesehatan saja.

Anda mungkin juga menyukai