Anda di halaman 1dari 57

PENGARUH EDUKASI MITIGASI BENCANA MENGGUNAKAN

MEDIA LEAFLET TERHADAP KESIAPSIAGAAN IBU HAMIL


DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI WILAYAH
PUSKESMAS PANDERE KABUPATEN SIGI

Proposal Penelitian

Oleh :

Yuningsi
NIM. PO7124319075

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2023
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh tim penguji Poltekkes

Kemenkes Palu.

Nama : Yuningsi
Nim : PO7124319075

Palu, 2023
Pembimbing I

Mardiani Mangun, S.SiT., MPH


NIP. 196501221984022001

Palu, 2023
Pembimbing II

U’din Mustakim, SKM., MSi


NIP. 19

Mengetahui
Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan

Muliani, S.Kep., Ns.,M.Sc


NIP: 196503241988032001

ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui oleh tim penguji Poltekkes Kemenkes
Palu jurusan Sarjana Terapan Kebidanan Palu.

Nama : Yuningsi
NIM : PO7124319075
Palu, 2023

Yuli Admasari, M.Tr.Keb Penguji I


NIP. 198807272020122007

Palu, 2023

Siti Hadijah Batjo, S.SiT., MPH Penguji II


NIP. 197506082000122004

Palu, 2023

Nasrul, SKM., M.Kes


NIP. 196804051988021001 Penguji III
Mengetahui Mengetahui

Direktur Poltekkes Kemenkes Palu Ketua Jurusan Kebidanan

Nasrul, SKM., M. Kes Sumiaty, SST., MPH

NIP. 196804051988021001 NIP. 198005112001122001z

iii
KATA PENGANTAR

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL.................................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI......................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................................v
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian.................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................8
A. Konsep Bencana.....................................................................................................8
B. Konsep Bencana Banjir........................................................................................11
C Konsep Mitigasi Bencana.....................................................................................13
D Konsep Kehamilan...............................................................................................17
E. Konsep Kesiapsiagaan ibu hamil dalam menghadapi bencana.............................20
F Konsep Edukasi Menggunakan Media Leaflet.....................................................27
G. Kerangka Konsep.................................................................................................33
H. Hipotesis Penelitian..............................................................................................34
BAB III............................................................................................................................35
METODE PENELITIAN.................................................................................................35
A. Jenis dan Desain Metode Penelitian.....................................................................35
B. Waktu Dan Tempat Penelitian..............................................................................36
C. Populasi dan Sampel............................................................................................36
D. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional......................................................37
E. Teknik Pengumpulan Data...................................................................................40

v
vi

F Pengolahan Data...................................................................................................43
G Analisa Data.........................................................................................................44
H. Etika Penelitian....................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................47
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki risiko bencana yang tinggi sebagai konsekuensi

letak negara ini dari sisi geologis dan geografis. Secara geologis, Indonesia

berada pada pertemuan empat lempeng utama yaitu Eurasia, Indo Australia,

Filipina, dan Pasifik yang menjadikan Indonesia rawan bencana gempa

bumi, tsunami, dan letusan gunung api. Di sisi lain, kondisi geografis

Indonesia yang berada di daerah tropis dan pada pertemuan dua samudera

dan dua benua membuat wilayah ini rawan akan bencana banjir, tanah

longsor, banjir bandang, cuaca ekstrim, gelombang ekstrim dan abrasi, dan

kekeringan yang juga dapat memicu kebakaran hutan dan lahan (Adi, 2022).

International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies 3

melaporkan bahwa dalam rentang waktu tahun 2008 sampai dengan tahun

2017 sebanyak 40,5%, banjir adalah bencana yang sering melanda beberapa

negara di dunia. BNPB melaporkan, sejak tahun 2011 sampai tahun 2020

tanah longsor dan banjir adalah trend bencana yang melanda Indonesia

(Nastiti et al., 2021). Frekuensi bencana banjir menempati urutan tertinggi

di dunia di antara jenis bencana alam lainnya. Bencana banjir menempati

urutan ke tiga dari 8 bencana bencana besar yang sering terjadi di Indonesia

di sepanjang tahun 2019. (Musta’in, Weri Veranita, Setianingsih, 2021).

Untuk mengurangi risiko bencana banjir diperlukan suatu upaya

mitigasi sebagaimana tertuang di dalam (UU No. 24 Tahun 2007, 2007)

1
2

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik

melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Hal utama yang mengakibatkan banyaknya korban akibat bencana

adalah karena tingkat kesiapsiagaan masyarakat yang rendah dalam

mengantisipasi bencana tersebut. Faktor utama yang menjadi kunci

kesiapsiagaan adalah pengetahuan, sikap dan kepedulian siap siaga saat

menghadapi bencana (Batjo et al., 2022).

Kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan hal yang sangat penting

untuk diketahui oleh semua komponen, agar tidak terjadi hal-hal yang lebih

buruk saat terjadi bencana. Seseorang harus berusaha secara mandiri agar

saat bencana terjadi dapat menyelematkan diri dengan cepat dan tepat

(Virgiani et al., 2022). Membangun kesiapsiagaan masyarakat yang tinggal

di daerah yang rawan gempa bumi, bukan berarti mengajarkan kepada

masyarakat untuk menolak atau menahan terjadinya ancaman gempa bumi,

tetapi masyarakat justru harus meningkatkan potensi dan kesiapsiagaannya

dalam menghadapi ancaman bencana yang akan datang (Wahyuni, 2020).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu

selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh

kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena


3

sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau insidental di setiap 100.000

kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2020).

Jumlah kematian ibu yang dihimpun dari pencatatan program kesehatan

keluarga di Kementerian Kesehatan meningkat setiap tahun. Pada tahun

2021 menunjukkan 7.389 kematian di Indonesia. Jumlah ini menunjukkan

peningkatan dibandingkan tahun 2020 sebesar 4.627 kematian (Kemenkes

RI., 2021). Beberapa faktor kegagalan penurunan AKI di Indonesia adalah

3 terlambat (Terlambat mengambil keputusan,terlambat sampai ditempat

persalinan, terlambat mendapat pertolongan dan 4 terlalu (terlalu tua, terlalu

muda, terlalu banyak dan terlalu rapat jarak kelahirannya). Hal ini

disebabkan oleh faktor budaya, politik, geografis dan faktor medis (Ahmad

et al., 2021).

Ibu hamil berisiko tinggi pada saat dan setelah bencana karena

kondisinya yang khusus dan menderita gangguan kesehatan. Stres

psikologis dan fisiologis, kurangnya akses ke pusat kesehatan, dan

gangguan perawatan pranatal merupakan faktor risiko ibu hamil dalam

bencana yang meningkatkan angka penyakit terkait kehamilan. Komplikasi

ini termasuk kelahiran prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), kecil

untuk usia kehamilan (SGA), lahir mati, aborsi spontan, dll. Bencana

mempengaruhi hasil kelahiran seperti berat lahir atau kelahiran prematur

karena berbagai alasan dan mekanisme. Kelahiran prematur disebut

kelahiran di bawah 37 minggu dan menyebabkan masalah kesehatan kronis

(Partash et al., 2022).


4

Hasil penelitian (Sari & Husna, 2017) menunjukkan sebanyak 40 orang

(57,1%) risiko tinggi dan 52 orang (74,3%) risiko rendah tidak siap dalam

menghadapi bencana banjir. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian

(Hildayanto, 2020) diketahui bahwa jumlah masyarakat yang memiliki

tingkat pengetahuan kesiapsiagaan baik sebanyak 36 orang (36,4%),

sedangkan jumlah masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan

kesiapsiagaan kurang sebanyak 63 orang (63,6%). Dan jumlah masyarakat

yang mempunyai sikap kesiapsiagaan baik sebesar 46 orang (46,5%),

sedangkan jumlah masyarakat yang mempuyai sikap kesiapsiagaan kurang

sebesar 53 orang (53,5%).

Kesiapsiagaan bencana tingkat pengetahuan bisa meningkat setelah

diberikan edukasi mitigasi bencana karena isi dari edukasi mitigasi bencana

fokus pada pemahaman mengenai pengetahuan tentang bencana sehingga

mampu meningkatkan kesiapsiagaan bencana dengan adanya edukasi mitigasi

bencana. Edukasi mitigasi bencana terbukti dapat meningkatkan

kesiapsiagaan bencana (Husna et al., 2019).

Beberapa penelitian menunjukkan media leaflet efektif dalam

menyampaian informasi sehingga memberikan pemahaman sehingga

meningkatkan perilaku. Media leaflet merupakan media tertulis yang berisi

penyampaian pesan-pesan kesehatan melalui selembar kertas dan memiliki

dua atau lebih lipatan dan berisi informasi dapat dalam bentuk kalimat atau

gambar maupun keduanya (Enindelastri et al., 2021).


5

Jumlah kematian ibu di Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun

2021 sebanyak 109 kasus kematian. Kematian ibu berdasarkan periode

kehamilan, terbanyak pada saat Nifas 37,62%, selanjutnya pada masa Hamil

34,86% dan pada saat Bersalin 27,52% (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tengah, 2021).

Berdasrkan data dari Dinas Sosial Kabupaten Sigi, Senin tanggal 24

oktober 2022 pukul 20.30 WITA. Telah terjadi bencana banjir akibat

tingginya curah hujan yang berdampak pada peningkatan volume air di

Daerah Aliran Sungai Gumbasa yang telah mengakibatkan kerusakan

pemukiman penduduk, terdapat sejumlah ± 180 Unit Rumah terendam banjir

dan 2 Unit rumah rusak berat sehingga mengakibatkan trauma dan

pengungsian sejumlah 103 KK di Masjid dan ± 254 KK mengungsi di rumah

kerabat dengan jumlah 1.214 Jiwa. Jumlah warga yang terdampak yaitu 925

jiwa, adapun kelompok rentan yang terdampak ibu hamil 1 orang, ibu

menyusui 1 orang, dan Lansia 86 orang.

Puskesmas Pandere merupakan salah satu puskesmas yang berada di

Wilayah Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi. Pada Bulan Januari –

Desember Tahun 2022 diperoleh data kunjungan ibu hamil sebanyak 270 ibu

hamil.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah diatas maka dapat dirumuskan yaitu

apakah ada Pengaruh Edukasi Mitigasi Bencana menggunakan media leaflet


6

Terhadap Kesiapsiagaan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di

Wilayah Puskesmas Pandere Kabupaten Sigi ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui pengaruh edukasi

mitigasi bencana menggunakan media leaflet terhadap kesiapsiagaan

ibu hamil dalam menghadapi bencana banjir di Wilayah Puskesmas

Pandere Kabupaten Sigi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kesiapsiagaan ibu hamil dalam menghadapi

bencana banjir di Wilayah Puskesmas Pandere Kabupaten Sigi.

b. Untuk menganalisis pengaruh edukasi mitigasi bencana

menggunakan media leaflet terhadap kesiapsiagaan ibu hamil

dalam menghadapi bencana banjir di Wilayah Puskesmas Pandere

Kabupaten Sigi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Menambah pengetahuan mengenai edukasi mitigasi bencana

menggunakan media leaflet terhadap kesiapsiagaan ibu hamil dalam

menghadapi bencana banjir.


7

2. Manfaat praktis

a. Bagi puskesmas pandere

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan

tindak lanjut untuk memberikan intervensi mengenai Edukasi

Mitigasi Bencana menggunakan media leaflet Terhadap

Kesiapsiagaan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Bencana Banjir.

b. Bagi poltekkes kemenkes palu

Dapat digunakan sebagai sumber bahan bacaan untuk

penelitian selanjutnya atau dijadikan referensi untuk meningkatkan

kualitas pendidikan kebidanan khususnya tentang edukasi mitigasi

bencana menggunakan media leaflet terhadap kesiapsiagaan ibu

hamil dalam menghadapi bencana banjir.

c. Bagi peneliti

Diharapkan dapat menambah pengalaman dan wawasan

peneliti sebagai media untuk menerapkan ilmu yang telah

didapatkan selama kuliah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Bencana

1. Pengertian Bencana

Menurut UU No. 24 Tahun 2007 Bencana adalah peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Menurut WHO Bencana (disaster) adalah setiap kejadian yang

menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia,

atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada

skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah

yang terkena. Bencana adalah peristiwa atau serangkai peristiwa yang

terjadi secara mendesak atau tidak, terancam secara perlahan

menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal atau kerusakan

ekosistem, sehingga diperlukan tindakan darurat untuk menolong dan

menyelamatkan korban baik manusia maupun lingkungan.

2. Jenis – jenis Bencana

Undang – undang Nomor 24 Tahun 2007, tersebut juga

mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana Non-alam dan bencana

sosial:

8
9

a) Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian yang disebabkan oleh alam antara

lain gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,

kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

b) Bencana Nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain

berupa gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

c) Bencana Sosial adalah peristiwa bencana yang terjadi dan

dicatat berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana,

korban ataupun kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal

yang sama dan melanda lebih dari satu wilayah, maka

dihitung sebagai satu kejadian (BNPB).

Adapun menurut UN International Strategy for Disaster Reduction

(UNISDR, 2009) terdapat dua jenis bencana yaitu bencana alam dan

bencana teknologi.

a) Bencana alam terdiri dari tiga:

1) Bencana hydro-meteorological berupa topan, badai, banjir,

kekeringan, banjir bandang, kebakaran dan tanah longsor.

2) Bencana geologi meliputi proses internal bumi seperti gempa,

dan aktifitas vulkanik.

3) Bencana biological berupa wabah penyakit epidemi, penyakit

tanaman dan hewan.


10

b) Bencana teknologi terbagi menjadi tiga grup yaitu:

1) Kecelakaan industri berupa kebocoran zat kimia, kerusakan

infrastruktur industri, kebocoran gas, keracunan dan radiasi.

2) Kecelakaan transportasi berupa kecelakaan udara, jalan, dan

transportasi air.

3) Kecelakaan miscellaneous berupa struktur domestik atau

struktur non-industrial, ledakan dan kebakaran.

3. Penyebab Bencana

Terdapat 3 penyebab terjadinya bencana, yakni:

a) Faktor alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada

campur tangan manusia.

b) Faktor non-alam (non-natural disaster) yaitu bukan karena fenomena

alam dan juga bukan akibat perbuatan manusia.

c) Faktor sosial/manusia (man-made disaster) yang murni akibat

perbuatan manusia, misalnya konflik horizontal, dan konflik vertikal.

4. Efek bencana pada wanita

Dampak umum yang muncul terhadap wanita hamil, bayi baru lahir,

dan anak-anak akibat kurangnya sumber daya saat bencana alam

diantaranya ketersediaan makanan yang cukup, air bersih, dan akses

terhadap pelayanan kesehatan yang terhambat bahkan terjadi peningkatan

angka kematian ibu hamil selama bencana. dijelaskan oleh Red Cross

America, bahwa ibu hamil harus memilki stok air bersih 1-3 galon per

hari, hal tersebut diindikasikan bahwa air sangat penting bagi janin,
11

plasenta cairan ketuban, dan peningkatan volume darah di vaskular dan

cairan intra sel, serta membuang racun yang ada dalam tubuh.

B. Konsep Bencana Banjir

1. Definisi Bencana Banjir

Menurut (KBBI) Banjir adalah kondisi berair yang jumlahnya

banyak akibat hujan turun dengan deras dan terus menerus sehingga

kondisi sungai dan sebagainya menjadi meluap.

Banjir merupakan salah satu bencana alam yang terjadi di banyak

kota di dunia dalam skala berbeda, dimana air dengan jumlah berlebih

berada di daratan yang biasanya kering. Pengertian banjir, yaitu berair

banyak dan deras, kadang-kadang meluap. Hal-hal tersebut dapat terjadi

karena jumlah air di sungai, danau atau daerah aliran air lainnya melebihi

kapasitas normal akibat akumulasi air hujan atau pemampatan sehingga

meluber (Hildayanto, 2020).

2. Penyebab Banjir

Banjir terjadi bukan tanpa sebab, namun disebabkan oleh banyak

faktor baik alam maupun manusia (Fadhli, 2019a). Berikut adalah

berbagai penyebab terjadinya bencana banjir:

a. Kondisi Topografi

Daerah dengan kondisi topografi rendah atau disebut dataran

daerah rendah akan beresiko lebih tinggi dilanda banjir daripada

dataran tinggi. Hal tersebut umum terjadi karena air mengalir dari

tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Selain itu, daerah hilir
12

dari suatu daerah aliran sungai cenderung memiliki kemiringan

lereng yang rendah sehingga lebih berpeluang terjadi bencana banjir

tersebut.

b. Intensitas hujan yang tinggi

Hujan yang sangat lebat yang terjadi terus-menerus dapat

menyebabkan volume air di daratan meningkat. Apabila hal tersebut

terus terjadi maka sungai tidak akan mampu lagi menampung

banyaknya volume air yang ada. Akibatnya, air sungai meluap dan

terjadi bencana banjir.

c. Penyumbatan aliran air

Penyumbatan aliran air baik di sungai maupun di aliran air

selokan karena sampah yang banyak menumpuk akan menyebabkan

terganggunya aliran air. Hal tersebut tentunya dapat membuat aliran

air cepat meluap sehingga menyebabkan bencana benjir.

d. Sedikitnya area resapan air

Area resapan air sangatlah penting untuk meresapkan air yang

ada di permukaan menuju ke dalam tanah. Pada saat ini, area

peresapan air justru tertutup oleh bangunan aspal ataupun beton

sehingga air yang seharusnya meresap akan menggenang di

permukaan.

e. Penggundulan hutan

Hutan dengan banyak pohon di dalamnya sangat berfungsi

untuk dapat menahan dan menyerap air sehingga aliran air di


13

permukaan tidak menggenang. Apabila terjadi penebangan pohon

yang berlebihan, maka fungsi hutan tersebut akan menghilang dan

akibatnya air akan langsung mengalir ke daerah yang lebih rendah

dalam jumlah yang banyak dan dapat menyebabkan banjir di daerah

hilir suatu daerah aliran sungai.

C Konsep Mitigasi Bencana

1. Pengertian Mitigasi Bencana

Mitigasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau

bahkan menghapus kerugian dan korban akibat terjadinya bencana

alam. Mitigasi juga merupakan persiapan sebelum terjadinya bencana

(Fadhli, 2019a).

Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana, mitigasi ialah suatu rangkaian upaya yang

dilakukan untuk meminimalisir risiko dan dampak bencana, baik

melalui pembangunan infrastruktur maupun memberikan kesadaran dan

kemampuan dalam menghadapi bencana.

2. Tujuan Mitigasi Bencana

a. Menimalisir resiko atau dampak yang mungkin terjadi karena suatu

bencana: korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi, dan kerusakan

sumber daya alam.

b. sebagai pedoman bagi pemerintah dalam membuat perencanaan

pembangunan di suatu tempat.


14

c. membantu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat

dalam menghadapi risiko dan dampak bencana.

3. Jenis-jenis Mitigasi Bencana

a. Mitigasi Struktural

Mitigasi struktural merupakan upaya mengurangi resiko

bencana dengan cara melakukan pembangunan prasarana fisik

dengan spesifikasi tertentu dan memanfaatkan teknologi, yaitu:

1) Membuat struktur bangunan yang tahan gempa

2) Pembangunan kanal khusus untuk mencegah banjir.

3) Pembangunan alat deteksi aktivitas gunung berapi.

4) Penggunaan sistem peringatan dini untuk memperkirakan

kemungkinan adanya gelombang tsunami.

b. Mitigasi Non-Struktural

Mitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi dampak

bencana yang mungkin terjadi melalui kebijakan atau peraturan

tertentu, berikut ini adalah contoh mitigasi non-struktural:

1) Mengatur tata ruang kota.

2) Mengatur kapasitas pembangunan masyarakat.

3) Larangan membuang sampah ke selokan atau sungai.

4. Kegiatan Mitigasi Bencana

Mitigasi bencana merupakan upaya untuk mengurangi risiko

bencana, dengan cara menempuh pengembangan fisik maupun

penyadaran dan peningkatan kecakapan menghadapi anacaman bencana


15

(Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelanggaraan

Penanggulangan Bencana). Mitigasi didefinisikan sebagai upaya yang

ditujukkan untuk mengurangi dampak dari bencana. Penanganan

bencana terdapat empat kategori, yaitu; sebelum bencana (mitigasi),

saat terjadi bencana (perlindungan dan evakuasi), sesaat setelah

bencana (pencarian dan penyelamatan), pasca bencana (pemulihan).

Dari empat kategori penanganan bencana tersebut, kegiatan sebelum

terjadinya bencana (mitigasi) dapat meminimalisir dampak bencana

yang terjadi (Fadhli, 2019b). Mengacu pada arti mitigasi, adapun

beberapa kegiatan dalam mitigasi adalah sebagai berikut:

1) Pengenalan dan pemantauan risiko bencana.

2) merencanakan partisipasi penganggulangan bencana.

3) Memberikan kesadaran bencana pada masyarakat.

4) Melakukan upaya fisik, non-fisik, serta mengatur penanggulangan

bencana.

5) Mengidentifikasi dan pengenalan sumber ancaman bencana.

6) Memantau pengelolaan sumber daya alam.

7) Memantau penggunaan teknologi tinggi.

8) Mengawasi pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan

hidup.

9) Kegiatan mitigasi lainnya.


16

5. Penguatan ibu hamil dalam mitigasi bencana

Ibu hamil merupakan kelompok yang paling rentan dan yang paling

dirugikan selama terjadi bencana sejak itu juga beban mereka

meningkat, kebutuhan perempuan jarang disediakan, kapasitas mereka

seringkali diabaikan dan partisipasi mereka didalam bagian dari

pembuat keputusan tidak diminta (Siregar & Wibowo, 2019).

Pengurangan risiko bencana pada perempuan dapat diupayakan

dengan melibatkan peran perempuan dalam strategi pengurangan risiko

bencana, hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan:

a. Kesadaran ibu hamil dalam memahami situasi lingkungan dan

ancaman bahaya.

b. Pemahaman tentang kerentanan dan kemampuan untuk mengukur

kapasitas yang dimiliki ibu hamil.

c. Kemampuan untuk menilai risiko yang dihati ibu hamil sebagai

individu, anggota keluarga dan masyarakat.

d. Kemampuan untuk merencanakan dan melakukan tindakan untuk

mengurangi risiko yang dimiliki baik melalui peningkatan

kapasitas dan mengurangi kerentanan.

e. Kemampuan ibu hamil untuk memantau, mengevaluasi dan

menjamin keberlangsungan upaya pengurangan risiko sehingga

dampak bencana dapat dikurangi atau dicegah.

Penguatan peran ibu hamil sangat diperlukan ketika menghadapi

bencana, mulai dari penguatan sosial, ekonomi, dan budaya. Peran ibu
17

hamil dalam mitigasi bencana seharusnya ditingkatkan sehingga dapat

menekan terjadinya kerentanan yang ditimbulkan akibat dari bencana

seperti kelaparan, keterbatasan akses, kehilangan tempat tinggal,

masalah kesehatan. Peran ibu hamil dapat difokuskan pada ketahanan

pangan saat bencana, peningkatan pendapatan rumah tangga sehingga

tidak jatuh pada kondisi yang lebih miskin, dan mitigasi dampak

bencana (Siregar & Wibowo, 2019).

D Konsep Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

World Health Organization (WHO) juga menjelaskan tentang

definisi kehamilan atau yang dalam Bahasa Inggris disebut sebagai

pregnancy. Menurut WHO, pregnancy atau kehamilan adalah proses

sembilan bulan atau lebih di mana seorang perempuan membawa

embrio dan janin yang sedang berkembang di dalam rahimnya.

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan

menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester,

dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua

15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13

minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Susanti & Ulpawati, 2022).


18

2. Kunjungan Ante Natal Care (ANC)

Pelayanan Antenatal Care (ANC) pada kehamilan normal minimal

6x dengan rincian 2x di Trimester 1, 1x di Trimester 2, dan 3x di

Trimester 3. Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1 di

Trimester 1 dan saat kunjungan ke 5 di Trimester 3 (Atun Wiraswati,

2022).

a) ANC ke-1 di Trimester 1: skrining faktor risiko dilakukan oleh

dokter dengan menerapkan protokol kesehatan.  Jika ibu datang

pertama kali ke bidan, bidan tetap melakukan pelayanan antenatal

seperti biasa, kemudian ibu dirujuk ke dokter untuk dilakukan

skrining. Sebelum ibu melakukan kunjungan antenatal secara tatap

muka, dilakukan janji temu/teleregistrasi dengan skrining anamnesa

melalui media komunikasi (telepon)/secara daring untuk mencari

faktor risiko

b)  ANC ke-2 di Trimester 1, ANC ke-3 di Trimester 2, ANC ke-4 di

Trimester 3, dan ANC k 6 di Trimester 3: Dilakukan tindak lanjut

sesuai hasil skrining. Tatap muka didahului dengan janji

temu/teleregistrasi dengan skrining anamnesa melalui media

komunikasi (telepon)/secara daring untuk mencari faktor risiko.

c) ANC ke-5 di Trimester 3. Skrining faktor risiko persalinan dilakukan

oleh dokter dengan menerapkan protokol kesehatan. Skrining

dilakukan untuk menetapkan : faktor risiko persalinan, menentukan

tempat persalinan dan menentukan apakah diperlukan rujukan


19

terencana atau tidak. Skrining faktor risiko (penyakit menular,

penyakit tidak menular, psikologis kejiwaan, dll) termasuk

pemeriksaan USG oleh dokter pada Trimester 1 dilakukan sesuai

Pedoman ANC Terpadu dan Buku KIA. Jika tidak ditemukan faktor

risiko, maka pemeriksaan kehamilan ke 2, 3, 4, dan 6 dapat

dilakukan di FKTP oleh bidan atau dokter. Demikian pula untuk ibu

hamil dengan faktor risiko yang bisa ditangani oleh dokter di FKTP.

Jika ditemukan ada faktor risiko yang tidak dapat ditangani oleh

dokter di FKTP, maka dilakukan rujukan sesuai dengan hasil

skrining untuk dilakukan tatalaksana secara komprehensif

(kemungkinan juga dibutuhkan penanganan spesialistik selain oleh

dokter Sp.OG).

3. Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda bahaya kehamilan penting untuk ibu hamil karena dapat

menjadi indikasi adanya bahaya pada kehamilan yang dapat berdampak

buruk pada kesehatan ibu dan janin (Dianita Anggraini1, Dian

Taviyanda2, 2022).

Tanda bahaya kehamilan adalah tanda atau gejala yang

menunjukan ibu atau bayi yang dikandungnya dalam keadaan bahaya.

Setiap kehamilan dalam perkembangannya mempunyai risiko

mengalami penyulit atau komplikasi). Jika ibu hamil tidak melakukan

pemeriksaan, maka tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan

dengan baik, mengalami risiko tinggi atau komplikasi obstetrik yang


20

dapat membahayakan kehidupan ibu dan janin, sehingga dapat

meningkatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Sulistyowati et

al., 2022).

E. Konsep Kesiapsiagaan ibu hamil dalam menghadapi bencana

1. Definisi Kesiapsiagaan

Kamus besar bahasa indonesia mendefinisikan kesiapsiagaan

sebagai ‘keadaan siap siaga’. Berasal dari kata dasar ‘siap siaga’, yang

berarti ‘siap untuk digunakan atau untuk bertindak’. Sementara definisi

menurut Undang – Undang Nomor 24 tahun 2007, kesiapsiagaan adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya mengantisipasi

bencana melalui pengoerganisasian serta melalui langkah yang tepat

guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari manajemen penganggulangan bencana secara terpadu.

Kesiapsigaan bencana dilaksanakan oleh pemerintah untuk

memastikan terlaksananya tindakan yang cepat dan tepat pada saat

terjadi bencana. Pelaksana kegiatan kesiapsiagaan bencana

dikoordinasikan oleh BNPB dan atau BPBD dalam bentuk:

a. Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan

bencana.

b. Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan

dini

c. Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan

dasar
21

d. Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang

mekanisme tanggap darurat

e. Penyiapan lokasi evakuasi

f. Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur

tetap tanggap darurat bencana

g. Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk

pemenuhan pemulihan prasarana dan saran.

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan adalah tindakan yang dilakukan dalam rangka

mengantisipasi suatu bencana untuk memastikan bahwa tindakan yang

dilakukan dapat dilaksanakan secara tepat dan efektif pada saat dan setelah

terjadi bencana (Hastuti et al., 2020)

Menurut (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006), terdapat 5 faktor kritis

kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana alam, seperti bencana banjir,

yaitu:

1) Pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana

2) Kebijakan dan Panduan

3) Rencana untuk Keadaan Darurat Bencana

4) Sistim Peringatan Bencana

5) Kemampuan untuk Memobilisasi Sumber Daya

Ke lima faktor kritis ini kemudian disepakati menjadi parameter dalam

assessment framework:
22

a) Parameter pertama adalah pengetahuan dan sikap terhadap resiko

bencana. Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci

untuk kesiapsiagaan. Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat

mempengaruhi sikap dan kepedulian masyarakat untuk siap dan

siaga dalam mengantisipasi bencana, terutama bagi mereka yang

bertempat tinggal di daerah pesisir yang rentan terhadap bencana

alam.

b) Parameter ke dua adalah kebijakan dan panduan yang berkaitan

dengan kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana alam.

Kebijakan kesiapsiagaan bencana alam sangat penting dan

merupakan upaya konkrit untuk melaksanakan kegiatan siaga

bencana. Kebijakan yang signifikan berpengaruh terhadap

kesiapsiagaan meliputi: pendidikan publik, emergency planning,

sistim peringatan bencana dan mobilisasi sumber daya, termasuk

pendanaan, organisasi pengelola, SDM dan fasilitas-fasilitas penting

untuk kondisi darurat bencana. Kebijakan-kebijakan dituangkan

dalam berbagai bentuk, tetapi akan lebih bermakna apabila

dicantumkan secara konkrit dalam peraturan-peraturan, seperti: SK

atau Perda yang disertai dengan job description yang jelas. Agar

kebijakan dapat diimplementasikan dengan optimal, maka

dibutuhkan panduan-panduan operasionalnya.

c) Parameter ke tiga adalah rencana untuk keadaan darurat bencana

alam. Rencana ini menjadi bagian yang penting dalam


23

kesiapsiagaan, terutama berkaitan dengan evakuasi, pertolongan dan

penyelamatan, agar korban bencana dapat diminimalkan. Upaya ini

sangat krusial, terutama pada saat terjadi bencana dan hari-hari

pertama setelah bencana sebelum bantuan dari pemerintah dan dari

pihak luar datang.

d) Parameter ke empat berkaitan dengan sistim peringatan bencana,

terutama tsunami. Sistim ini meliputi tanda peringatan dan distribusi

informasi akan terjadinya bencana. Dengan peringatan bencana ini,

masyarakat dapat melakukan tindakan yang tepat untuk mengurangi

korban jiwa, harta benda dan kerusakan lingkungan. Untuk itu

diperlukan latihan dan simulasi, apa yang harus dilakukan apabila

mendengar peringatan, kemana dan bagaimana harus

menyelamatkan diri dalam waktu tertentu, sesuai dengan lokasi

dimana masyarakat sedang berada saat terjadinya peringatan.

e) Parameter ke lima yaitu: mobilisasi sumber daya. Sumber daya yang

tersedia, baik sumber daya manusia (SDM), maupun pendanaan dan

sarana – prasarana penting untuk keadaan darurat merupakan potensi

yang dapat mendukung atau sebaliknya menjadi kendala dalam

kesiapsiagaan bencana alam. Karena itu, mobilisasi sumber daya

menjadi faktor yang krusial.

3. Upaya dilakukan Kesiapsiagaan

Upaya kesiapsiagaan bencana merupakan hal penting yang harus

dilakukan untuk menghadapi bencana dan menanggulangi risiko bencana,


24

ditambah lagi bencana sering terjadi tanpa peringatan, tak hanya itu dalam

menghadapi ancaman bencana, kesiapsiagaan menjadi kunci penting untuk

keselamatan. Kesiapsiagaan ini dilakukan untuk mengantisipasi bencana

melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan

berdaya guna (BNPB, 2022).

Berikut beberapa upaya kesiapsiagaan yang bermanfaat dalam

berbagai situasi bencana. Beberapa upaya penting untuk kesiapsiagaan

adalah:

a) Memahami bahaya di sekitar Anda

b) Memahami system peringatan dini setempat, mengetahui rute

evakuasi dan rencana pengungsian

c) Memiliki ketrampilan untuk mengetahui situasi secara cepat dan

mengambil inisiatif Tindakan untuk melindungi diri

d) Memiliki rencana antisipasi bencana untuk keluarga dan

mempraktekkan rencana tersebut.

e) Mengurangi dampak bahaya melalui Latihan mitigasi

f) Melibatkan diri dengan berpartisipasi dalam pelatihan

4. Rencana Kesiapsiagaan

Bencana sering terjadi tanpa peringatan sehingga Anda membutuhkan

pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapinya. Salah satu

kebutuhan yang diperlukan untuk menghadapi bencana adalah rencana

kesiapsiagaan (Theophilus Yanuarto et al., 2019). Tiga upaya utama dalam

menyusun rencana kesiapsiagaan menghadapi bencana:


25

a. Memiliki sebuah rencana darurat keluarga. Rencana ini mencakup :

1) Analisis ancaman di sekitar

2) Identifikasi titik kumpul

3) Nomor kontak penting

4) Ketahui rute evakuasi

5) Identifikasi lokasi untuk mematikan air, gas, dan listrik

6) Identifikasi titik aman dalam bangunan atau rumah

7) Identifikasi anggota keluarga yang rentan (anak-anak, ibu hamil,

lanjut usia, dan penyandang disabilitas.

b. Tas siaga bencana (TSB)

Tas siaga bencana (TSB) merupakan tas yang dipersiapkan

anggota keluarga untuk berjaga-jaga apabila terjadi suatu bencana

atau kondisi darurat lain.

Tujuan TSB sebagai persiapan untuk bertahan hidup saat bantuan

belum datang dan memudahkan kita saat evakuasi menuju tempat

aman. Berikut contoh kebutuhan dasar Tas Siaga Bencana untuk 3

hari :

1) Surat-surat penting

Seperti surat-surat tanah, surat kendaraan, ijazah, akte kelahiran

dan sebagainya.

2) Pakaian untuk 3 hari

Seperti pakaian dalam, celana panjang, jaket, selimut, handuk, jas

hujan dan sebagainya


26

3) Makanan ringan tahan lama

Seperti mie instant, biskuit, abon, coklat dan sebagainya

4) Air minum

Setidaknya bisa mendukung kebutuhan kurang lebih 3 hari

5) Kotak obat-obatan/P3K

Seperti obat-obatan pribadi dan obat-obatan umum lainnya.

6) Radio/ponsel

Radio/ponsel beserta baterai/charger/powerbank untuk memantau

informasi bencana

7) Alat bantu penerangan

Seperti senter, lampu kepala(handlamp), korek api, lilin dan

sebagainya.

8) Uang

Siapkan uang tunai secukupnya untuk perbekalan selama kurang

lebih 3 hari.

9) Peluit

Alat bantu untuk meminta pertolongan saat darurat.

10) Masker

Alat bantu pernafasan untuk menyaring udara kotor/tercemar.

11) Perlengkapan mandi

Seperti sabun mandi, sampo, sikat gigi, pasta gigi, sisir, cotton

bud, dan sebagainya.


27

c. Menyimak informasi dari berbagai media

Pada saat keadaan gawat darurat kita bisa mendapatkan

informasi dari berbagai media seperti radio, televisi, media online,

maupun sumber lain yang resmi. Informasi resmi mengenai

penanganan darurat dapat kita peroleh dari BPBD,BNPB, dan

kementrian atau lembaga terkait. Apabila sudah terbentuk posko,

informasi lanjutan akan diberikan oleh posko setempat.

F Konsep Edukasi Menggunakan Media Leaflet

1. Definisi Edukasi Menggunakan Media Leaflet

Notoatmojo (Sekarningrum et al., 2020) mengemukakan Edukasi

merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan dan mempengaruhi

orang lain baik individu, kelompok, maupun masyarakat secara terencana

sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pendidik.

Singkatnya, Edukasi merupakan proses belajar menjadi tahu dan paham

dari yang mulanya tidak mengetahui.

Edukasi kesehatan merupakan suatu upaya yang bertujuan untuk

memberikan pesan – pesan tentang kesehatan kepada kelompok

masyarakat agar masyarakat dapat memiliki informasi terkait dengan

kesehatan serta upaya pencegahan masalah kesehatan itu sendiri sebeb

pemberian edukasi salah satunya dapat dilakukan dengan cara pemberian

penyuluhan tentang kesehatan pada masyarakat sehingga dapat


28

meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat dalam upaya

pencegahan kesehatan (Hulu et al., 2020).

Edukasi merupakan proses interaktif yang mendorong terjadinya

pembelajaran, dan pembelajaran merupakan upaya penembahan

pengetahuan baru, sikap, dan keterampilan melalui penguatan praktik dan

pengalaman tertentu. Edukasi terstruktur, yaitu dengan diberikan

pendidikan kesehatan yang terprogram menggunakan media LCD, Laptop,

dan media cetak lainnya (Butar-butar, 2018).

Edukasi menggunakan media laeflet memiliki karakteristik

tersendiri karena penggunaan media ini sebagai sarana pembelajaran.

selain itu keunggulan dari media ini adalah sifat luwes atau flexibility

yang dimiliki. Penggunaan media ini tidak memerlukan alat atau sarana

lain seperti listrik dan media jenis ini dpat digunakan dimana saja dan

kapan saja oleh penggunannya (Adila et al., 2017).

2. Kelebihan dan kekurangan media cetak leaflet

Menurut (Adila et al., 2017). Kelebihan dan kekurangan media cetak

leaflet sebagai berikut:

a. Kelebihan

1) Dapat menyajikan pesan atau informasi dalam jumlah yang

banyak

2) Pesan dapat dipelajari oleh peserta didik sesuai dengan

kebutuhan, minat, dan kecepatan masing – masing.

3) Dapat dipelajari kapan saja karena bisa dibawa kemanapun.


29

4) Perbaikan atau revisi bisa dilakukan dengan mudah.

b. Kekurangan

1) proses pembuatannya memakan waktu yang cukup lama karena

harus melalui proses percetakkan.

2) Bahan cetak yang cukup tebal membuat anak didik merasa malas

mempelajarinya.

3) Media cetak cepat rusak dan robek jika kualitas cetakkan dan

kertasnya kurang bagus.

3. Metode Edukasi Kesehatan

Menurut (Gayatri Setyabudi & Dewi, 2017), secara garis besar metode

edukasi kesehatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

1) Metode Didaktif

Metode didaktif ini dirasakan atau dilakukan dengan cara satu arah,

tingkat keberhasilan dari metode didaktif ini sulit untuk dievaluasi

karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif.

Misalnya : ceramah, film, leaflet, booklet, poster, dan siaran radio.

2) Metode Sokratif

Metode Sokratif ini dilakukan dengan cara dua arah. Dengan

menggunakan metode ini, kemungkinan antara pendidik dan

peserta didik bersikap aktif dan kreatif. Misalnya : diskusi

kelompok, debat, panel, forum, seminar, bermain, peran, curah


30

pendapat, demonstarsi, studi kasus, lokarya dan penugasan

perorangan.

4. Macam media cetak

Media cetak merupakan istilah yang seringkali digunakan untuk

istilah umum dari media yang berasal dari barang cetak. Media cetak dapat

sebagai alat bantu untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan, beberapa

contohnya seperti booklet, leaflet, flayer, flipchart, poster, foto dan cerita

bergambar (Jatmika et al., 2019).

Media cetak sebagai alat bantu penyampaian pesan-pesan

kesehatan sangat bervariasi, antara lain sebagai berikut:

1) Booklet

Booklet, ialah suatu media berbentuk buku yang digunakan

untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk

buku, baik berupa tulisan maupun gambar. Booklet juga bisa

digunakan untuk mempromosikan barang atau produk jasa oleh

suatu perusahaan. Kini booklet sudah banyak digunakan di

indonesia.

2) Leaflet

Leaflet ialah media cetak berbentuk selembaran yang memiliki

fungsi untuk penyampaian informasi atau pesan-pesan

kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat

dalam kalimat maupun gambar, atau kombinasi. Lembaran leflet

hanya dilipat kemudian diberi desain yang menarik dan


31

menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami oleh

pembaca. Leaflet umumnya digunakan sebagai media promosi,

baik berupa barang, produk atau jasa. Leaflet biasanya terdiri

dari tiga sampai empat lipatan dalam selembarnya. Jumlah

lipatan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan yang diinginkan.

3) Flyer

Flyer adalah media yang berupa selembaran, memiliki bentuk

seperti leaflet, tetapi tidak berlipat. Flyer lebih umum disebut

selebaran oleh masyarakat, biasanya sering ditemukan di jalan

atau tempat-tempat umum untuk mempromosikan acara,

pelayanan, produk atau ide. Flyer biasanya hanya digunakan

secara manual saja, dari tangan satu ke tangan yang lain.

Karena kegunaan flyer sebagai media promosi praktis yang

digunakan secara manual, maka tidak banyak masyarakat yang

menyimpannya.

4) Flip chart

Flip chart adalah (lembar balik), media penyimpanan pesan atau

informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam

bentuk buku dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar

peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan

atau informasi yang berkitan dengan gambar tersebut. Media

flip chart merupakan media yang gambar atau grafik yang

meluaskan perkembangan perkembangan ide, objek, atau orang.


32

Flip chart merupakan media berupa lembaran kertas yang berisi

pesan berupa gambar atau tulisan. Pesan-pesan di dalam flip

chart disusun dengan urut dan baik. Media flip chart digunakan

sebagai media dengan beberapa prinsip, yaitu kesederhanaan,

keterpaduan, penekanan, keseimbangan, bentuk, ruang, serta

warna. Setaip lembar flip chart terdapat gambar yang dibuat

secara proporsional, kemudian dibawahnya terdapat tulisan atau

kata yang dapat dilihat dengan jelas.

5) Poster

Poster ialah bentuk media cetak yang berisi pesan atau informasi

kesehatan, yang biasanya ditempel ditembok-tembok, di tempat-

tempat umum, atau dikendaraan umum. Poster memiliki fungsi

yang menarik ditengah-tengah media komunikasi visual. Poster

memiliki peran yang sangat cepat untuk menanamkan atau

mengingatkan akan gagasan yang disampaikannya kepada

pembaca. Poster juga dapat digunakan sebagai media belajar,

sebagai contoh atau model dalam menyampaikan pesan.

6) Foto

Foto dapat digunakan dengan tujuan pembelajaran individu,

kelompok kecil atau kelompok besar. Foto juga dapat

mengungkapkan informasi kesehatan melalui dua dimensi. Foto

dapat menerjemahkan konsep atau gagasan yang abstrak

menjadi lebih realistik. tersebut. Maka dari itu karya sastra yang
33

diberikan kepada anak harus dapat membangkitkan imajinasi,

menawarkan sebuah pemikiran dan penyelesaian dengan cara

yang menyenangkan. Pada cerita anak menggunakan dua tipe

alur kronologis, yaitu progresif dan episodik. Alur progresif

terdiri dari bab pertama yang berupa eksposisi, tempat tokoh-

tokoh, latar, dan konflik dasar diperkenalkan. Kemudian cerita

dibangun hingga gawatan dan klimaks. Setelah cerita mencapai

klimaks kemudian cerita berakhir dengan kesimpulan yang

memuaskan (biasa disebut leraian).

7) Cerita bergambar

Cerita bergambar merupakan salah satu dari sastra anak. Sastra

anak adalah sastra yang ditulis untuk anak. Pada sastra anak

berisi cerita mengenai kehidupan di sekeliling mereka. Ciri khas

dari cerita anak yaitu adanya fantasi yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan kreatif pada anak

G. Kerangka Konsep

Dalam penelitian peneliti menyusun kerangka konsep mengenai

Pengaruh Edukasi Mitigasi Bencana menggunakan media leaflet Terhadap

Kesiapsiagaan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Wilayah

Puskesmas Pandere Kabupaten Sigi.


34

Variabel Independen dalam kerangka konsep ini yaitu Pendidikan

bencana banjir sedangkan variabel Dependen yaitu Pengetahuan Terhadap

kesiapsiagaan ibu hamil.

Variable Independen Variabel Dependen


Edukasi Mitigasi kesiapsiagaan Ibu hamil
Bencana menggunakan dalam menghadapi bencana
media leaflet banjir
Gambar 1.1 Kerangka Konsep

H. Hipotesis Penelitian

Ha: Ada pengaruh edukasi mitigasi bencana menggunakan media leaflet

terhadap kesiapsiagaan ibu hamil dalam menghadapi bencana banjir.

Ho: Tidak ada pengaruh edukasi mitigasi bencana menggunakan media

leaflet terhadap kesiapsiagaan ibu hamil dalam menghadapi bencana

banjir.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Rancangan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan pre-experimental design

dengan one group pre-post test. Pada penelitian ini, diberikan kuesioner

pre-test terlebih dahulu sebelum melakukan pendidikan dan kemudian

memberikan kembali kuesioner post-test setelah diberikan pendidikan

dengan melibatkan satu kelompok yang sama untuk melihat perbedaan

sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh edukasi mitigasi bencana menggunakan media

leaflet terhadap kesiapsiagaan ibu hamil dalam menghadapi bencana

banjir di wilayah puskesmas pandere.

Adapun ilustrasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pre-test Perlakuan Post-test

O1 X O2

Gambar 2.2 Penelitian Pre Eperiment the group pre-test and post-test

Keterangan:

O1 : Pemberian kuesioner sebelum dilakukan Edukasi (pre-test)

X : Perlakuan atau Edukasi Mitigasi Bencana

O2 : Pemberian kuesioner sesudah dilakukan pemberian Edukasi

Mitigasi Bencana (post-test)

35
36

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2023, di

Wilayah Puskesmas Baluase Kabupaten Sigi.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang

tercatat di Wilayah Puskesmas Pandere Kabupaten Sigi. Jumlah

Populasi 270 orang ibu hamil

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari ibu hamil di

wilayah kerja puskesmas pandere, diambil menggunakan rumus

Lemeshow sebagai berikut:

n= N.z². p.q
d²(N – 1) + z². p.q
Keterangan :

n : Besar Sampel

N: Jumlah Populasi = 270

z² : Nilai baku standar bias ditentukan (1,96)

P : proporsi sesuatu (50% = 0,5)

q : : 1 – p (1-0,05)

d : besar penyimpangan 16% (0,16)


Berdasarkan rumus diatas. Besar sampel yang dibutuhkan adalah:
n= 270.(1,96)². 0,5. 0,5
0,16². (270-1)+ 1,96². 0,5. 0,5
37

n= 270. 3,84. 0,25


0,0256. 269 + 3,84. 0,25

n= 270. 3,84. 0,25

6,8864 + 0.96

n= 259,2

7,8464

n= 33,03425
n= 33

Dari 270 ibu hamil menjadi populasi dan dalam penelitian ini ada

33 ibu hamil yang akan menjadi sampel.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan simple Random

Sampling, adalah suatu sampel yang terdiri atas sejumlah elemen yang

dipilih secara acak, dimana setiap elemen atau anggota populasi

memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel.

D. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

Variabel adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati yang

nilainya bervariasi antara suatu objek lainnyan dan terukur. Misalnya

kita akan mengamati ibu hamil, maka variabel yang akan diamati atau

diukur adalah umur ibu, jumlah anak, sosial ekonomi, tentu saja nilai

ini akan bervariasi antara satu ibu hamil dengan ibu hamil lainnya

(Dr.K.M. Agus Riyanto. SKM., 2022).


38

Terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Variabel independent (bebas) dalam penelitian ini adalah

Pengaruh Edukasi Mitigasi Bencana menggunakan media

leaflet.

b. Variabel dependent (terikat) dalam penelitian ini adalah

Kesiapsiagaan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Bencana

Banjir.

2. Definisi operasional

Definisi operasional merupakan definisi variabel – variabel

yang akan diteliti secara operasional dilapangan. Definisi

operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran

atau pengamatan terhadap variabel – variabel yang akan diteliti

serta untuk pengembangan instrumen. Dengan definisi operasional

yang tepat maka ruang lingkup atau pengertian variabel – variabel

yang diteliti menjadi terbatas dan penelitian akan lebih fokus

(Dr.K.M. Agus Riyanto. SKM., 2022).

a. Edukasi Mitigasi Bencana Menggunakan Media Leflet

Edukasi merupakan pemberian informasi

menggunakan media leaflet tentang mitigasi bencana untuk

gerakan penyadaran, pemahaman ibu hamil dalam

memahami potensi rawan bencana alam (gempa bumi,

tanah longsor, banjir bandang, rob, tsunami, erupsi gunung

berapi, dan sebagainya), sehingga diharapkan tumbuh


39

kesadaran kolektif, deteksi dini, strategi dan aksi antisipatif

bagi masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana

agar selamat, tidak menjadi korban terutama pada ibu

hamil.

b. Kesiapsiagaan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Bencana

Banjir.

Kesiapsiagaan Ibu Hamil adalah upaya yang

dilakukan untuk mengantisipasi bencana dengan

mempersiapkan Tas Siaga Bencana atau KIT Ibu Hamil

berupa pakaian, selimut, makanan atau minuman, obat-

obatan khusus, perlengkapan alat mandi, kebutuhan pribadi

(sisir, sendal), peluit, senter, dokumen penting dan dana

darurat sebelum terjadi bencana banjir untuk mengurangi

resiko.

Cara Ukur : Pengisian Kuesioner

Alat Ukur : Kuesioner

Skala Ukur : Ordinal

Hasil Ukur :

1. kesipsigaan rendah : 0% - 59%

2. kesiapsiagaan sedang : 60% - 79%

3. kesiapsiagaan tinggi : 80% - 100%


40

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang didapat langsung dari sumber

utama individu, atau persorangan. Biasanya data primer didapatkan

melalui angket, wawancara, pendapat dan lain-lain. Data primer yang

dikumpulkan dari sampel penelitian adalah data yang didapat dari

sampel yang diteliti mengunakan lembar kuesioner.

Pada tahap ini di lakukan tes awal pada ibu Hamil untuk

mengetahui Pengetahuan kesiapsiagaan ibu hamil dalam menghadapi

bencana banjir. Soal pretest yang di gunakan dalam kuesioner

berbentuk pilihan “Ya dan Tidak”

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak

langsung baik dari buku literature, arsip-arsip dan dokumen-dokumen

yang dimiliki oleh institusi yang bersangkutan. Data sekunder di

gunakan untuk memberikan gambaran tambahan, pelengkap, atau

diproses lebih lanjut. Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari

Puskesmas Pandere, buku, jurnal Penelitian, dan data-data yang lain

sesui dengan apa yang tercantum di dalam daftar pustaka.

3. Alur Peneltian

a. Langkah awal
41

1) Langkah awal dalam penelitian ini adalah pengajuan judul,

selanjutnya menyusun proposal di mulai dengan mencari

masalah yang ingin diteliti.

2) Meminta surat izin di Prodi Sarjana Terapan Kebidanan,

untuk pengambilan data awal.

3) Mengambil data Ibu Hamil di Dinas Kesehatan provinsi,

Dinas Sosial, dan Puskesmas pandere.

4) Menyusun proposal penelitian, berkonsultasi pada dosen

pembimbing dan mempresentasikan dihadapan dosen

penguji.

5) proposal disetujui oleh pembimbing dan penguji.

b. Tahap pelaksanaan penelitian

1) Permohonan izin penelitian dari prodi Sarjana Terapan

Kebidanan dan Puskesmas pandere.

2) Peneliti bertemu dengan Bidan Koordinator Puskesmas

pandere untuk berkoordinasi mengenai penelitian.

3) Peneliti dan Bidan/Kader melakukan kontrak waktu dengan

ibu hamil untuk melaksanakan pertemuan.

4) Peneliti melakukan pendekatan terhadap responden dengan

cara peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan

penelitian, hak dan kewajiban responden, serta manfaat

penelitian bagi responden.


42

5) Peneliti menjelaskan kepada responden tentang bagaimana

jalannya penelitian.

6) Peneliti memberikan lembar informed consent untuk ditanda

tangani oleh responden yang berpartisipasi dalam penelitian

7) Peneliti membagikan kuesioner pre-test sebelum dilakukan

Edukasi Mitigasi Bencana

8) Peneliti melakukan Edukasi dengan waktu keseluruhan ± 35

menit. Pembukaan dilaksanakan dalam waktu dalam waktu ±

10 menit, penyajian materi dengan menggunakan media

leaflet ± 15 menit, kemudian penutup dilaksanakan dalam

waktu ± 10 menit.

9) Peneliti dan Bidan/Kader melakukan kontrak waktu dengan

ibu hamil untuk melaksanakan pertemuan kembali setelah 3

hari dilakukan Edukasi Mitigasi Bencana Menggunakan

Media Leaflet.

10) Peneliti mengecek kelengkapan kuesioner yang telah telah

dikumpulkan.

11) Peneliti membagikan kuesioner post-test 3 hari sesudah

dilakukan Edukasi Mitigasi Bencana Menggunakan Media

Leaflet.

c. Tahap akhir

1) Penyusunan laporan hasil penelitian yang meliputi

interpretasi data, analisis data, dan pembahasan hasil


43

penelitian berdasarkan data yang ada kemudian dihubungkan

dengan jurnal dan teori-teori yang bersangkutan.

2) Penyajian hasil penelitian dalam bentuk tertulis yang

kemudian dilakukannya bimbingan pada tiap dosen dan

dilanjutkan dengan ujian, revisi sesuai hasil ujian.

3) Penyerahan hasil laporan akhir penelitian yang telah direvisi

pada dosen yang bersangkutan kemudian diserahkan kepada

Poltekkes Kemenkes Palu.

F Pengolahan Data

Beberapa tahap yang dilakukan dalam pengolahan data (Dr.K.M. Agus

Riyanto. SKM., 2022c), yaitu :

1. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner

apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari

responden, relevan jawaban dengan pertanyaan, konsisten misalnya;

antara pertanyaan usia dengan jumlah anak

2. Coding
44

Merupakan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka/bilangan. Misalnya untuk variabel pekerjaan ibu dilakukan koding

1 = bekerja dan 2 = tidak bekerja. Kegunaan koding adalah

mempermudah kita pada saat analisis data dan juga pada saat entry data.

3. Processing/Entry Data,

setelah data sudah di koding maka langkah selanjutnya melakukan

entry data atau memasukan data dari kuesioner ke dalam program

komputer, salah satu paket program yang digunakan adalah SPSS foe

Window.

4. Cleaning,

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

G Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian. bentuk analisa

univariat tergantung dari jeniis datanya (Notoatmodjo, 2018).

Analisis dalam penelitian ini digunakan untuk karakteristik

responden tiap variabel yaitu kesiapsiagaan ibu hamil dalam

menghadapi bencana banjir. Hasil analisis diperoleh dengan rumus

sebagai berikut:

f
P= × 100 %
n
45

Keterangan:

P = Presentase

F = Frekuensi setiap kategori

N = Jumlah sampel

2. Analisis Bivariate

Analisis Bivariate yaitu dilakukan untuk melihat atau hubungan

antara variable independent dan dependen (Notoatmodjo, 2018).

Analisis bivariat ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh

edukasi mitigasi bencana. Analisis ini dilkaukan menggunakan uji

Wilcoxon dengan nilai kemaknaan 0,05.

H. Etika Penelitian

Menurut (Notoatmodjo, 2012). Penelitian harus menekankan pada

prinsip-prinsip dalam etika yang berlaku meliputi:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjektif penelitian

untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan

penelitian tersebut. Disamping itu, peneliti juga harus memberikan

kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak mau

berpartisipasi dalam penelitian. Tindakan penelitian adalah

menjelaskan tujuan penelitian, tindakan yang akan dilaksanakan

kepada hamil (responden), dan mempersiapkan lembar persetujuan

(informed consent) atas kesediaan ibu ang terlibat dalam penelitian ini.
46

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy dan confidentially).

Dalam hal ini peneliti tidak boleh menampilkan informasi

mengenai identitas subjek. Peneliti sebaiknya cukup menggunakan

coding sebagai pengganti identitas responden. Pada penelitan ini,

peneliti mengunakan inisial nama sebagai pengganti identitas

responden. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan inisial nama

sebagai pengganti identitas responden. Peneliti mengambil

dokumentasi sebagai bukti penelitian namun menutupi wajah dari

responden.

3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice and

inclusivenes).

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Dalam hal ini, lingkungan

penelitian dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni

dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini

menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan

keuntungan yang sama tanpa membeda-bedakan gender, etnis, agama

dan lain sebagainya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits). Penelitian hendaknya memberikan manfaat

semaksimal mungkin bagi masyarakat pada umunya terkhusus


47

responden dalam penelitian. Peneliti hendaknya meminimalisir

dampak yang merugikan bagi subjek.


DAFTAR PUSTAKA

Adi, A. W., Shalih, O., Shabrina, F. Z., Rizqi, A., Putra, A. S., Karimah, R.,
Eveline, F., Alfian, A., Syauqi, Septian, R. T., Widiastomo, Y., Bagaskoro,
Y., Dewi, A. N., Rahmawati, I., & Seniarwan. (2022). Indeks risiko bencana
Indonesia tahun 2021. 11–13.
Adila, M., Supriyanto, & Safitri, S. (2017). Pengaruh Penerapan Media Cetak
Berbasis Leaflet Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah
di Kelas X Sma Negeri 1 Indralaya. Jurnal Pendidikan Sejarah, 6(2).
Ahmad, M., Patmahwati, P., Arifuddin, S., & Islam, A. A. (2021). Upaya
Menurunkan Angka Kematian Ibu Melalui Peningkatan Kesehatan Ibu Hamil
dan Kesehatan Reproduksi. Jurnal Abdidas, 2(1), 48–52.
https://doi.org/10.31004/abdidas.v2i1.195
Atun Wiraswati, K. M.-R. dr. S. (2022). Pelayanan Antenatal Care (ANC) pada
Masa Pandem Covid-19. Kementrian Kesehatan Direktorat Jendral
Pelayanan Kesehatan.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1098/pelayanan-antenatal-care-anc-
pada-masa-pandem-covid-19
Batjo, S. H., Arsyad, G., & Admasari, Y. (2022). Kesiapsiagaan masyarakat
terhadap kesehatan reproduksi dalam menghadapi situasi bencana. Jumrnal
Masyarakat Mandiri, 6(4), 1–8.
BNPB. (n.d.). definisi bencana. bnpb.go.id
BNPB. (2022). Upaya Kesiapsiagaan Hadapi Bencana.
http://bpbd.jogjaprov.go.id/berita/upaya-kesiapsiagaan-hadapi-bencana
Butar-butar, J. (2018). Pengaruh Pemberian Edukasi Terstruktur Tentang
Menstruasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswi Kelas Iv Dan V Dalam
Menghadapi Menarche Di Sdn 106453 Sukadamai Kabupaten Sedang
Bedagai [Politeknik Kesehatan Kemenkes Ri Medan]. In Journal of
Materials Processing Technology (Vol. 1, Issue 1).
Dianita Anggraini1, Dian Taviyanda2, A. W. (2022). Gambaran Pengetahuan Ibu
Hamil Tentang Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan: Literature Review. Jurnal
Penelitian Keperawata, Vol 8. (1), 9–16.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. (2021). Profil Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 1–377.
Dr.K.M. Agus Riyanto. SKM., M. K. (2022a). Aplikasi Metodologi penelitian
Kesehatan. In Medical Book (p. 78). Nuha Medika.
Dr.K.M. Agus Riyanto. SKM., M. K. (2022b). Aplikasi Metodologi penelitian
Kesehatan. In Medical Book (p. 96). Nuha Medika.
Dr.K.M. Agus Riyanto. SKM., M. K. (2022c). pengolahan dan analisis data

48
49

kesehatan. In Medical Book (p. 13). Nuha Medika.


Enindelastri, Sety, L. O. M., & Kusnan, A. (2021). Pengaruh Edukasi Melalui
Media Leaflet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SMAN 14 Bombana
Tentang Covid-19. NURSING UPDATE : Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan
P-ISSN : 2085-5931 e-ISSN : 2623-2871, 12(4), 67–77. https://stikes-nhm.e-
journal.id/NU/article/view/496
Fadhli, A. (2019a). Mitigasi Bencana. In Mitigasi Bencana (1st ed., p. 5). Gava
Media. http://www.gavamedia.net
Fadhli, A. (2019b). Mitigasi Bencana. In Mitigasi Bencana (p. 11). Gava Media.
Gayatri Setyabudi, R., & Dewi, M. (2017). Analisis Strategi Promosi Kesehatan
dalam Rangka Meningkatkan Kesadaran Hidup Sehat oleh Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Komunikasi,
12(1), 81–100. https://doi.org/10.20885/komunikasi.vol12.iss1.art6
Hastuti, R. Y., Haryanto, E., & Romadhani. (2020). Analisis Faktor-Faktor
Kesiapsiagaan Masyarakat Rawan Bencana. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa,
3(2), 131–142.
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/article/download/563/326
Hildayanto, A. (2020). Pengetahuan dan Sikap Kesiapsiagaan Masyarakat
terhadap Bencana Banjir. Higeiajournal of Public Health , 4(4), 577–586.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeiahttps://doi.org/10.15294/
higeia/v4i4/38362
Hulu, V. T., Pane, H. W., Tasnim, Zuhriyatun, F., Munthe, S. A., Sunomo Hadi,
S., Sulfianti, Hidayati, W., Hasnidar, Sianturi, E., Pattola, & Mustar. (2020).
promosi kesehatan masyarakat. Kita Menulis.
https://kitamenulis.id/2020/11/25/promosi-kesehatan-masyarakat/
Husna, C., Hafn, M., Fithria, & Jannah, S. R. (2019). Bencana Gempa Bumi Dan
Tsunami Pada Keluarga Pasien The Effectiveness of Disaster Mitigation
Education on Earthquake and Tsunami Disaster. X(1), 21–26.
Jatmika, S. E. D., Maulana, M., Kuntoro, & Martini, S. (2019). Buku Ajar
Pengembangan Media Promosi Kesehatan. In K-Media.
KBBI. (n.d.). PENGERTIAN BANJIR. https://www.selasar.com/pengertian-banjir/
Kemenkes RI. (2021). Profil Kesehatan Indo-nesia. In Pusdatin.Kemenkes.Go.Id.
Kemenkes RI. (2020). Profil Kes Indo 2019. In Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf
LIPI-UNESCO/ISDR. (2006). Kajian kesiapsiagaan masyarakat dalam
mengantisipasi bencana gempa bumi dan tsunami (Assessment of
Community Preparedness in Anticipating Earthquake and Tsunami
Disasters). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi
50

Bencana Gempa, 1–579. http://www.buku-e.lipi.go.id/utama.cgi?


lihatarsip&jans001&1273262299&51
Musta’in, Weri Veranita, Setianingsih, D. P. A. (2021). Jurnal Keperawatan &
Kebidanan Jurnal Keperawatan & Kebidanan. Jurnal Keperawatan, 13(1),
213–226.
Nastiti, R., Pulungan, R. M., & Iswanto, A. H. (2021). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi
Bencana Banjir Di Kelurahan Kebon Pala Jakarta Timur. Poltekita : Jurnal
Ilmu Kesehatan, 15(1), 48–56. https://doi.org/10.33860/jik.v15i1.219
Notoatmodjo, prof. D. S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, prof. D. S. (2018). Metodologi penelitian Kesehatan (p. 182). pt
Rineka cipta.
Partash, N., Naghipour, B., Rahmani, S. H., Pashaei Asl, Y., Arjmand, A.,
Ashegvatan, A., & Faridaalaee, G. (2022). The impact of flood on pregnancy
outcomes: A review article. Taiwanese Journal of Obstetrics and
Gynecology, 61(1), 10–14. https://doi.org/10.1016/j.tjog.2021.11.005
Sari, D. I., & Husna, C. (2017). Kesiapsiagaan Bencana Banjir Pada Masyarakat
Daerah Risiko Tinggi Dan Risiko Rendah Banjir. Jurnal Ilmiah Mahasiswa,
2(3), 1–9.
Sekarningrum, B., Sugandi, Y. S., & Yunita, D. (2020). Sosialisasi dan Edukasi
Kangpisman (Kurangi, Pisahkan dan Manfaatkan Sampah). Kumawula:
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1), 73.
https://doi.org/10.24198/kumawula.v3i1.25244
Siregar, J. S., & Wibowo, A. (2019). Upaya Pengurangan Risiko Bencana Pada
Kelompok Rentan. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, 10(1), 30–38.
Sulistyowati, A. N., Hakim, R., & Renate, S. E. (2022). Hubungan pengetahuan
tentang tanda bahaya dengan kepatuhan ibu hamil memeriksakan ANC di
Puskesmas Sirwini kabupaten Nabire Tahun 2022. Ilmiah Obsgin.
https://stikes-nhm.e-journal.id/JOB/article/view/886/864
Susanti, & Ulpawati. (2022). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Buku Pintar Ibu
Hamil. In Gastronomía ecuatoriana y turismo local. (Vol. 1, Issue 69).
Eureka Media Aksara.
Theophilus Yanuarto, Pinuji, S., Utomo, A. C., & Satrio, I. T. (2019). Buku Saku :
Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana (Cetakan Keempat) -
BNPB. In Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
https://bnpb.go.id/uploads/24/buku-data-bencana/6-buku-saku-cetakan-4-
2019.pdf
UU No. 24 tahun 2007 (Vol. 7, Issue 3, pp. 213–221). (2007).
51

https://bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf
Virgiani, B. N., Aeni, W. N., & Safitri, S. (2022). Pengaruh Pelatihan Siaga
Bencana dengan Metode Simulasi terhadap Kesiapsiagaan Menghadapi
Bencana : Literature Review. Bima Nursing Journal, 3(2), 156.
https://doi.org/10.32807/bnj.v3i2.887
Wahyuni, S. (2020). Pengaruh Kesiapsiagaan Ibu Hamil dalam Menghadapi
Bencana Gempa Bumi dan Tsunami Di Wilayah Kerja Puskesmas Lhoknga
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2019. Aceh Medika, 4(2), 75–79.

Anda mungkin juga menyukai