Anda di halaman 1dari 9

HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Puskesmas

Siti Nur Anisah 1

1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Univesitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah pelayanan kesehaan yang ditujukan dan
Diterima 10 April 2020 dapat di jangkau oleh remaja serta berkesan menyenangkan, menerima remaja dengan tangan
Disetujui 1 Desember terbuka, menghargai, menjaga rahasia, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatan remaja,
2020 serta efektif, efisien dan komprehensif dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Pelaksanaan PKPR di
Dipublikasikan 30 Puskesmas Muntilan I belum berjalan baik dikarenakan kurangnya sumber daya manusia dan
Desember 2020 dana. Partisipasi remaja dalam pelaksanaan program PKPR di Puskesmas Munttilan I juga masih
________________ rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi program PKPR di
Keywords: Puskesmas Muntilan I. Metode penelitian ini menggunakan desain kualitatif. Hasil penelitian
Policy implementation, menunjukkan bahwa puskesmas belum memiliki target program yang spesifik, sumber daya
PKPR manusia belum mencukupi dan merangkap pekerjaan di progrm lain, ruang konseling kurang
____________________ tertutup, dan sumber dana belum mencukupi untuk mengembangkan kegiatan. Puskesmas belum
DOI: memiliki struktur organisasi untuk program, pelaksana menunjukkan sikap penerimaan terhadap
https://doi.org/10.15294 program, serta komunikasi antar organisasi pelaksana sudah baik. Akan tetapi partisipasi remaja
/higeia.v4iSpecial%204/ dalam implementasi program masih rendah, meskipun sudah mendapatkan dukungan dari sekolah
37007 dan dinas kesehatan.
____________________

Abstract
___________________________________________________________________
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) is a health service that is intended and can be reached by
teenagers and has a pleasant impression, accepts teens with open arms, respects, keeps secrets, is sensitive to
needs related to adolescent health, and is effective, efficient and comprehensive in meeting those needs. The
implementation of PKPR in Puskesmas Muntilan I has not been going well due to lack of human resources
and funds. The participation of adolescents in the implementation of the PKPR program at the Munttilan I
Health Center is also still low. The purpose of this study was to determine the implementation of the PKPR
program at the Muntilan I Public Health Center. This research method uses a qualitative design. The results
showed that the puskesmas did not yet have a specific program target, human resources were inadequate and
concurrent work in other programs, counseling space was less closed, and sources of funds were not sufficient to
develop activities. The Puskesmas does not yet have an organizational structure for the program, the
implementers show an attitude of acceptance of the program, and communication between the implementing
organizations is good. However, youth participation in the implementation of the program is still low, despite
having received support from schools and health offices.

© 2020 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: sitinuranisah064@gmail.com

846
Siti, N, A. / Program Pelayanan Kesehatan / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

PENDAHULUAN dijadikan sebagai bagian dari program prioritas


pemerintah.
Keberadaan remaja saat ini menjadi salah Salah satu upaya yang dapat dilakukan
satu fokus kebijakan global. Hal ini terceminkan adalah dengan membuat sebuah kebijakan
pada peran remaja dalam mencapai tujuan kesehatan. Kebijakan kesehatan dapat diartikan
pembangunan tahun 2030 mendatang. Populasi sebagai suatu rangkaian konsep, asas, ketentuan
remaja merupakan salah satu populasi terbesar pokok, dan keputusan yang diambil oleh
di dunia, yaitu mencapai 1,2 milyar jiwa dari seseorang atau sekelompok pelaku politik yang
total penduduk 7,6 milyar jiwa. menjadi pedoman dan dasar pelaksanaan
Saat ini jumlah remaja di Indonesia telah kegiatan untuk mecapai keadaan seimbang yang
mencapai 66,3 juta jiwa atau 25,6% dari total dinamis antara fisik, mental, sosial maupun
penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, spiritual yang diindikasikan tidak adanya
2015). Oleh karenanya perlu adanya investasi keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda
dalam kesehatan remaja dan kesejahteraannya penyakit atau kelainan agar masyarakat dapat
yang akan menghasilkan keuntungan tidak hidup produktif baik secara sosial dan maupun
hanya untuk remaja sekarang tetapi juga untuk ekonomi. Tujuan dari kebijakan kesehatan pada
kehidupan dewasa dan generasi masa depan hakekatnya adalah untuk menyediakan pola
(Guthold et al., 2019). pencegahan (preventive), pelayanan yang
Masa remaja adalah masa yang penting terfokus pada pemeliharaan kesehatan
dalam perjalanan kehidupan manusia. (promotif), pengobattan penyakit (curative),
Golongan umur ini penting karena menjadi pemulihan kesehatan (rehabilitative) dan
jembatan antara masa anak-anak yang bebas perlindungan tehadap kaum rentan (Dachi,
menuju masa dewasa yang menuntut tanggung 2017).
jawab (Kusmiran, 2011). Menurut WHO, Kementerian Kesehatan RI telah
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10- mengembangkan Program Kesehatan Remaja di
19 tahun, menurut Peraturan Menteri Indonesia dengan menggunakan pendekatan
Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 sejak tahun 2003. PKPR adalah pelayanan
tahun, dan menurut Badan Kependudukan dan kesehaan yang ditujukan dan dapat di jangkau
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) oleh remaja serta berkesan menyenangkan,
rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan menerima remaja dengan tangan terbuka,
belum menikah (Kementeian Kesehatan, 2013) menghargai, menjaga rahasia, peka akan
Permasalahan kesehatan remaja sangat kebutuhan terkait dengan kesehatan remaja,
beragam, meliputi penyakit menular, penyakit serta efektif, efisien dan komprehensif dalam
tidak menular, kesehatan jiwa, dan risiko memenuhi kebutuhan tersebut (Kementerian
cedera. Permasalahan lainnya mencakup Kesehatan, 2014). Salah satu hal yang
kecukupan gizi, kesehatan reproduksi, menentukan keberhasilan suatu
pernikahan usia anak, kesehatan mental, kebijakan/program adalah proses implementasi.
penyalahgunaan narkoba, serta kekerasan dan Implementasi kebijakan merupakan serangkaian
pelecehan seksual (Azzopardi et al., 2019). kegiatan menjadi tanggung jawab pihak terkait
Masalah kesehatan yang dihadapi remaja juga untuk mencapai tujuan dan sasaran yang
didorong oleh perilakunya seperti penggunaan ditetapkan dalam kebijakan (Ali, 2018).
tembakau, konsumsi minuman beralkohol, Terdapat beberapa teori terkait implementasi
penggunaan ganja, dan kurangnya aktivitas fisik program, salah satunya adalah teori
(Patton, et al., 2012). implementasi dari Donald Van Meter dan Carl
Melihat besaran berbagai permasalahan Van Horn. Model implementasi kebijakan dari
sebagaimana diuraikan diatas, maka sudah Van Meter dan Van Horn menetapkan beberapa
seharusnya pembinaan kesehatan remaja variabel yang diyakini dapat mempengaruhi

847
Siti, N, A. / Program Pelayanan Kesehatan / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

implementasi dan kinerja kebijakan, antara lain: (Dinkes Kabupaten Magelang, 2019).
(1) standar dan sasaran kebijakan atau ukuran Penanggung jawab program PKPR di
dan tujuan kebijakan, (2) sumber daya, (3) Puskesmas Muntilan I mengemukakan bahwa
karakteristik badan pelaksana, (4) sikap banyak remaja di wilayah kerjanya yang telah
pelaksana (disposisi), (5) komunikasi antar merokok, mengonsumsi alkohol dan melakukan
organisasi, serta (6) lingkungan sosial, ekonomi, seks pranikah, namun belum ada data yang
dan politik. memuat masalah tersebut.
Implementasi program PKPR di setiap Berdasarkan hasil wawancara terhadap
puskesmas berbeda, menyesuaikan dengan penanggung jawab program PKPR, diketahui
kebutuhan masing-masing puskesmas. Di bahwa Puskesmas Muntilan I telah
Indonesia, belum semua puskesmas yang melaksanakan program PKPR sejak tahun 2010,
menjalankan program PKPR. Pencapaian namun pelaksanaannya belum berjalan dengan
program PKPR di Jawa Tengah sebesar 45,43%. baik. Hal ini dikarenakan kurangnya sumber
Dari 876 Puskesmas yang ada di Jawa Tengah, daya manusia dan dana/finansial. Puskesmas
hanya 398 Puskesmas yang melaksanakan Muntilan I hanya memiliki 1 orang petugas
program PKPR (Dinkes Jateng, 2019). kesehatan yang sudah mendapatkan pelatihan.
Kabupaten Magelang merupakan salah satu Anggaran dana yang digunakan untuk
kabupaten di Jawa Tengah dengan capaian pelaksanaan program PKPR belum mampu
program PKPR yang rendah. Data Dasar mendanai semua kegiatana PKPR di Puskesmas
Kesehatan Anak di Kabupaten Magelang Muntilan I.
menunjukkan bahwa capaian Puskesmas yang Partisipasi remaja dalam pelaksanaan
mampu laksana PKPR dari tahun 2014 sampai program PKPR di Puskesmas Munttilan I juga
dengan 2018 tidak pernah mengalami kenaikan, masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
yaitu sebesar 13,79% atau seanyak 4 Puskesmas. remaja yang mendapatkan pelayanan kesehatan
Jumlah sasaran program PKPR di di wilayah kerja Puskesmas Muntilan I hanya
Kabupaten Magelang mencapai 92.525 remaja 161 remaja yang terdiri dari 79 remaja laki-laki
yang terdiri dari 63.448 remaja laki-laki dan dan 82 remaja perempuan (Dinkes Kabupaten
29.077 remaja perempuan. Akan tetapi jumlah Magelang, 2019). Selain itu, tindak lanjut
remaja yang mendapakan pelayanan kesehatan terhadap pembentukan konselor remaja di
hanya 23.990 remaja. Hasil Laporan KRR Puskesmas Muntilan I.
Kabupaten Magelang 2018 terdapat 7.542
remaja telah merokok dan 202 remaja telah METODE
mengonsumsi alkohol. Masalah kesehatan
remaja lainnya yaitu kehamilan sebanyak 69 Jenis penelitian yang digunakan dalam
kasus dan 27 kasus pesalinan. Ditemukan pula penelitian ini menggunakan pendekatan
84 kasus HIV, 4 kasus Infeksi Menular Seksual kualitatif, yaitu metode penelitian untuk
(IMS), 8 Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), 13 mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
kasus kehamilan tidak diinginkan, dan 20 kasus peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan,
seks pranikah. persepsi, pemikiran secara individual maupun
Puskesmas Muntilan I merupakan salah kelompok (Sukmadinata, 2011). Teknik
satu puskesmas yang berada di wilayah kerja pengumpulan data dilakukan dengan
Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang. Jumlah wawancara mendalam dan observasi.
sasaran program PKPR di Puskesmas Muntilan Sumber data penelitian ini terdiri sumber
I mencapai 880 remaja yang terdiri dari 583 data primer dan sumber data sekunder. Data
remaja laki-laki dan 297 remaja perempuan. primer dikumpulkan melalui informan dan
Masalah kesehatan yang ditemukan di penemuan-penemuan di lapangan selama
Puskesmas Muntilan I antara lain 6 kasus penelitian berlangsung, sedangkan data
kehamilan remaja dan 2 kasus persalinan remaja sekunder diperoleh dari sumber lain seperti

848
Siti, N, A. / Program Pelayanan Kesehatan / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

laporan, buku, jurnal, dan sumber lainnya yang Sejalan dengan penelitian Messakh dkk
relevan. (2019) yang menyatakan bahwa staf yang
bertangung jawab untuk mengelola PKPR
HASIL DAN PEMBAHASAN masih merangkap pekerjaan lain dan sehingga
pelaksanaan program pelayanan kesehatan
Kinerja implementasi kebijakan dapat remaja belum dapat dijalankan dengan baik.
diukur keberhasilannya dari ukuran dan tujuan Informan triangulasi juga menyatakan bahwa
kebijakan yang sudah ditetapkan sebelumnya. SDM yang terlibat masih kurang dikarenakan
Pelaksana program PKPR di Puskesmas kegiatan PKPR dilaksanakan di luar gedung
Muntilan I sudah memahami tujuan yang ingin puskesmas sehingga mengharuskan para
dicapai dari program PKPR. Tujuan PKPR pelaksana untuk meninggalkan tanggung
yang ingin dicapai oleh Puskesmas Muntilan I jawabnya melaksanakan pelayanan di
sudah jelas, antara lain menyediakan pelayanan puskesmas. Kemampuan pelaksana program
yang nyaman bagi remaja, meningkatkan PKPR di Puskesmas Muntilan I diperoleh dari
pengetahuan remaja tentang kesehatan, serta pelatihan-pelatihan yang telah didapatkan baik
mencegah dan mengatasi permasalahan remaja dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
di wilayah kerjanya. maupun Dinas Kesehatan Kabupaten
Tujuan tersebut sejalan dengan tujuan Magelang. Haryati (2019) menyatakan bahwa
program PKPR menurut Kementerian pelatihan adalah sebuah proses untuk
Kesehatan (2014) yaitu menyediakan tempat meningkatkan kompetensi karyawan dan dapat
pelayanan remaja yang mampu menghargai dan melatih kemampuan, keterampilan, keahlian
memenuhi hak-hak serta kebutuhan remaja dan pengetahuan karyawan guna melaksanakan
sebagai individu, dalam upaya mewujudkan pekerjaan secara efektif dan efisien untuk
derajat kesehatan, pertumbuhan dan mencapai tujuan disuatu perusahaan. Ratnasari
perkembangan yang optimal bagi remaja sesuai dan Sunuharyo (2018) menyatakan bahwa
dengan potensi yang dimiliki. Akan tetapi semakin banyak pelatihan yang diperoleh maka
berdasarkan hasil penelitian, informan kemampuan kerja karyawan akan meningkat.
menyatakan bahwa program PKPR di Selain sumber daya manusia, sarana dan
Puskesmas Muntilan I belum memiliki target prasarana juga sangat dibutuhkan dalam
yang spesifik. Kristyanti (2012) menyatakan implementasi suatu program. Sarana dan
bahwa tanpa adanya target, kinerja seseorang prasarana yang diperlukan untuk mendukung
atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui penyelenggaraan kegitan PKPR di Puskesmas
karena tidak ada tolok ukurnya. Muntilan I sudah cukup memadai. Puskesmas
Pelaksanaan program PKPR harus telah memiliki perlengkapan penyuluhan,
memiliki tim PKPR karena program tidak bisa media, dan tempat untuk melaksanakan
berjalan sendiri oleh penanggung jawab penyuluhan serta ruang konseling. Akan tetapi
program saja (A'yun & Qomaruddin, 2019). ruang konseling yang digunakan kurang tertutup
Berdasarkan hasil penelitian, sumber daya sehingga kurang mampu menjaga privasi
manusia (SDM) yang terlibat dalam remaja.. Hal ini sejalan dengan penelitian
implementasi program PKPR di Puskesmas Zainab dkk (2012) yang menyatakan bahwa
Muntilan I antara lain bidan puskesmas, bidan sarana dan prasarana untuk kegiatan PKPR
desa, dan penanggung jawab UKS. Jumlah memudahkan pelaksana melaksanakan kegiatan
tersebut masih dirasa kurang untuk tersebut, namun masih perlu meningkatkan
melaksanakan program PKPR dikarenakan ruangan konseling karena masih belum atau
tanggung jawab pelaksana yang tidak hanya tidak terjaga privasinya. Arsani dkk (2013) juga
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan menyatakan bahwa penyediaan ruang khusus
program PKPR saja melainkan bertanggung didasarkan pada kebutuhan remaja akan privasi,
jawab terhadap program lainnya juga. terutama saat pemberian konseling.

849
Siti, N, A. / Program Pelayanan Kesehatan / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

Sumber daya lainnya yang dibutuhkan dalam menjalankan program dengan baik. Hal
dalam implemenasi suatu program adalah dana. ini dapat dari sikap yang ditunjukkan para
Sumber dana dalam implementasi program pelaksana dalam memberikan pelayanan kepada
PKPR di Puskesmas Muntilan I berasal dari remaja. Pelaksana bersikap ramah dan
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). memberikan kesan yang menyenangkan kepada
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah remaja. Kader kesehatan remaja sebagai
bantuan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah informan triangulasi membenarkan hal tersebut.
Daerah untuk percepatan pencapaian program Sikap baik yang ditunjukkan oleh pelaksana
prioritas nasional khususnya bidang kesehatan akan berdampak baik terhadap penyelenggaraan
melalui kinerja puskesmas dan jaringannya serta program. Hal ini sejalan dengan penelitian
poskesdes/polindes, posyandu dan Upaya Khasanah dkk (2018) yang menyatakan bahwa
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat sikap pelaksana yang baik memiliki pengaruh
(UKBM) lainnya dalam menyelenggarakan sebesar 21,7% terhadap keberhasilan
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan implementasi kebijakan.
preventif (Kementerian Kesehatan, 2015). Puskesmas merupakan Unit Pelaksana
Pemanfaatan dana BOK dalam Teknis (UPT) dari dinas kesehatan
pelaksanaan program PKPR di Puskesmas kabupaten/kota sehingga semua kegiatan
Muntilan I sudah sesuai dengan ketentuan puskesmas harus diketahui dan mendapatkan
Kementerian Kesehatan dalam Petunjuk Teknis pengawasan serta pendampingan oleh dinas
Bantuan Operasional Kesehatan tahun 2015 kesehatan (Amieratunnisa, 2018). Oleh
yang menyebutkan bahwa dana BOK dapat karenanya perlu ada komunikasi yang
digunakan untuk membiayai pembelian melibatkan keduanya untuk mengetahui hasil
konsumsi penyuluhan dan refreshing kader. dari penyelenggaraan kegiatan. Komunikasi
Informan menyatakan bahwa dana yang ada Puskesmas Muntilan I dengan Dinas Kesehatan
sudah mencukupi karena sudah disesuaikan Kabupaten Magelang dalam implementasi
dengan kegiatan yang dilaksanakan serta program PKPR sudah cukup baik. Komunikasi
sumber daya manusia yang dimiliki Puskesmas dilakukan melalui sosialisasi, pelatihan, serta
Muntilan I. monitoring dan evaluasi. Pelaksanaannya tidak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menentu berantung pada kebutuhan untuk
Puskesmas Muntilan I tidak memiliki struktur menyampaikan pesan kepada puskesmas.
organisasi khusus untuk program PKPR, namun Pesan yang disampaikan Dinas
pelaksana program PKPR Puskesmas Muntilan Kesehatan Kabupaten Magelang kepada
I sudah memiliki pembagian tugas dalam pelaksana program PKPR Puskesmas Muntilan
melaksanakan kegiatannya. Pembagian tugas I sudah cukup jelas, yaitu terkait materi-materi
dilakukan melalui koordinasi para pelaksana kesehatan remaja meliputi tumbuh kembang
program PKPR. Adanya koordinasi tersebut remaja, kesehatan reproduksi remaja,
menunjukkan adanya kerjasama para pelaksana HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual (IMS),
dalam menjalankan program. Organisasi akan penyalahgunaan NAPZA, Perilaku
mapan dan mampu bertahan ketika semua Keterampilan Hidup Sehat (PKHS), konseling,
anggota dalam organisasi tersebut mampu dan hal-hal lainnya terkait pelaksanaan program
bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. PKPR.
Kerjasama yang baik memerlukan peran dari Komunikasi juga perlu dilaksanakan oleh
seluruh manajemen dan sumber daya untuk para pelaksana dalam menjalankan program
berkoordinasi melalui pola pembagian tugas dan PKPR Puskesma Muntilan I melalui lokakaya
wewenang masing-masing (Aisyah, 2015). mini. Lokakarya mini merupakan penerapan
Pelaksana program PKPR di Puskesmas manajemen penggerakan pelaksanaan dalam
Muntilan I menunjukkan sikap penerimaan bentuk forum pertemuan. Tujuannya adalah
dengan melaksanakan tanggung jawabnya untuk meningkatkan fungsi puskesmas melalui

850
Siti, N, A. / Program Pelayanan Kesehatan / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

penggalangan kerja sama, baik lintas program Muntilan I. Tujuan kegiatan penyuluhan adalah
maupun lintas sektor serta terlaksananya untuk menamah pengetahuan remaja tentang
kegiatan puskesmas sesuai dengan perencanaan kesehatan. Fadrianti dan Darmawan (2018)
(Departemen Kesehatan, 2006). Pelaksanaan menyatakan bahwa penyuluhan secara
lokakarya mini untuk membahas kegiatan- berkesinambungan dan bertahap oleh petugas
kegiatan di Puskesmas Muntilan I dilakukan kesehatan dan juga kader kesehatan diperlukan
setiap bulan sekali dengan pembahasan berbeda- untuk masyarakat agar mampu memahami arti
beda tergantung pada kegiatan yang penting dalam menjaga kesehatan.
diagendakan pada bulan tersebut. Kegiatan refreshing kader kesehatan
Komunikasi Puskesmas Muntilan I remaja dilakukan setiap dua tahun sekali dan
dengan jejaring program PKPR dilakukan diikuti oleh perwakilan setiap sekolah tingkat
melalui kerjasama lintas sektor. Puskesmas SMP dan SMA di wilayah kerja Puskesmas
Muntilan I dalam menyelenggarakan kegiatan Muntilan I. Kader Kesehatan Remaja (KKR)
PKPR bekerja sama dengan sekolah-sekolah adalah remaja yang dipilih/ secara sukarela
SMP dan SMA di wilayah kerjanya untuk mengajukan diri untuk ikut melaksanakan
melaksanakan kegiatan KIE (Komunikasi, upaya pelayanan kesehatan terhadap diri
Informasi, dan Edukasi) sebagaimana tercantum sendiri, teman, keluarga, serta masyarakat.
dalam Pedoman Perencanaan Pembentukan Remaja yang termasuk dalam KKR antara lain
dan Pengembangan Puskesmas PKPR (2008) konselor sebaya, dokter kecil, pendidik sebaya
yang menyatakan bahwa salah satu pelayanan (Peer Educator), anggota Saka Bakti Husada
minimal yang harus dimiliki Puskesmas PKPR (anggota pramuka), anggota PMR (Palang
adalah melaksanakan kegiatan KIE. Oleh Merah Remaja), anggota karang taruna, kader
karenanya perlu adanya komunikasi antara posyandu remaja, remaja masjid, pemuda
pelaksana program PKPR Puskesmas Muntilan gereja, dan kader jumantik cilik (Kementerian
I dengan pihak-pihak sekolah di wilayah Kesehatan, 2018).
kerjanya agar kegiatan PKPR dapat .Refreshing kader kesehatan remaja
dilaksanakan di sekolah. Komunikasi tersebut merupakan kegiatan pelatihan kader baru setiap
dilakukan melalui mini lokakarya tahunnya untuk menggantikan kader yang
Penelitian Messakh (2019) menunjukkan sebelumnya telah dilatih. Kegiatan ini bertujuan
bahwa jejaring yang terlibat masih kurang untuk membentuk kader kesehatan remaja di
karena masih banyak pihak yang belum sekolah menggantikan kader sebelumnya. Peran
dilibatkan dalam menjalankan program kader sangat dibutuhkan karena kader
sehingga puskesmas perlu meningkatkan merupakan tenaga masyarakat yang paling
komunikasi persuasif kepada semua sektor dekat dengan masyarakat sekitar (Fadrianti &
seperti masyarakat atau komunitas, karang Darmawan, 2018). Sarweni dan Hargono (2017)
taruna, pondok pesantren, dan tentu desa-desa menyatakan dalam penelitiannya bahwa kader-
yang ada di wilayah kerja puskesmas. Pesan kader remaja pada setiap program PKPR ini
yang disampaikan dalam komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi kelompok user dan
meliputi perencanaan, persiapan, dan provider. Mereka adalah pengguna sekaligus
pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan. pemberi pelayanan untuk teman-teman
Komunikasi Puskesmas Muntilan I sebayanya. Akan tetapi kader kesehatan remaja
dengan kelompok sasaran program PKPR dalam program PKPR di Puskesmas Muntilan I
dilakukan ketika kegiatan berlangsung, yaitu masih dikategorikan sebagai kelompok user, dan
melalui kegiatan penyuluhan, refreshing kader hanya kader dari SMP Negeri 3 Muntilan yang
kesehatan remaja, dan konseling. Kegiatan telah melaksnakan perannya sebagai kader
penyuluhan telah dilakukan secara rutin kesehatan. Hal ini dikarenakan mereka adalah
minimal satu kali dalam setahun di sekolah angota PMR (Palang Merah Remaja) di
tingkat SMP dan SMA wilayah Puskesmas sekolahnya.

851
Siti, N, A. / Program Pelayanan Kesehatan / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

Kegitan konseling dilaksanakan setiap Zainab dkk (2012) juga menyatakan bahwa
hari kerja dari Hari Senin sampai dengan Hari pelayanan program PKPR tidak dipungut biaya
Jumat selama pelayanan di Puskesmas (gratis).
Muntilan I berlangsung. Konseling di lakukan Implementasi program PKPR telah
di ruang KIA dengan bidan puskesmas sebagai mendapatkan dukungan dari pihak sekolah di
konselornya dengan kelompok sasarannya wilayah kerja Puskesmas Muntilan I. Hal ini
adalah seluruh remaja yang ada di wilayah kerja dapat dilihat dari kerjasama yang dilakukan
Puskesmas Muntilan I. Kegiatan konseling oleh Puskesmas Muntilan I dengan sekolah-
bertujuan untuk membantu remaja mengatasi sekolah di wilayah kerjanya. Sejalan dengan
masalah yang dihadapi remaja secara personal. penelitian Avilla (2019) yang menyatakan
Pada awal penyelenggaraan program PKPR di bahwa puskesmas melakukan pembinaan
Puskesmas Muntilan I, pelaksana telah kepada semua sekolah di wilayah kerjanya
membuat jadwal khusus bagi remaja yang ingin untuk melaksanakan kegiatan KIE di sekolah.
melakukan konseling dengan petugas kesehatan Berdasarkan hasil penelitian, informan
di puskesmas, namun semakin lama partisipasi menyatakan bahwa implementasi program
remaja semakin berkurang sehingga jadwal PKPR Puskesmas Muntilan I telah
tidak diberlakukan lagi. Hal tersebut sejalan mendapatkan dukungan dari pihak Dinas
dengan penelitian Zainab dkk (2012) yang Kesehatan Kabupaten Magelang. Dukungan
menyatakan bahwa pelayanan konseling dalam yang diberikan dinas kesehatan berupa
program PKPR merupakan pelayanan yang pelatihan dan sosialisasi terkait program PKPR.
belum banyak dimanfaatkan oleh remaja. Hal ini sejalan dengan penelitian Zainab dkk
Pelaksanaan program PKPR di (2012) yang menyatakan bahwa dukungan dari
Puskesmas Muntilan I juga membutuhkan dinas kesehatan kabupaten/kota diberikan
dukungan masyarakat. Akan tetapi masyarakat dengan mengadakan pelatihan bagi petugas
di wilayah kerja Puskesmas Muntilan I masih PKPR.
kurang terlibat dalam pelaksanaan PKPR. Hal
ini disebabkan masih kurangnya kegiatan PKPR PENUTUP
yang melibatkan masyarakat. Penelitian Avilla
(2019) juga menunjukkan bahwa remaja belum Implementasi program PKPR di
berparisipasi dalam keseluruhan proses Puskesmas Muntilan I telah memiliki tujuan
implementasi program PKPR mulai dari yang jelas untuk dicapai, namun ukuran untuk
perencanaan sampai evaluasi. menilai keberhasilan program masih kurang
Berdasarkan hasil penelitian, kader spesifik. Sumber daya manusia masih kurang
kesehatan remaja sebagai informan triangulasi karena sebagian kegiatan PKPR dilaksanakan di
menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui luar gedung sehingga harus meninggalkan
adanya program PKPR yang diselenggarakan pelayanan. Ruang konseling juga belum tertutup
Puskesmas Muntilan I. Arsani dkk (2013) sehingga kurang menjaga privasi remaja.
menyatakan bahwa keberadaan program PKPR Sumber dana sudah mencukupi untuk
belum sepenuhnya diketahui oleh remaja. menjalankan program saat ini, namun belum
Kurangnya pengetahuan tersebut berdampak mencukupi untuk mengembangka kegiatan
pada tidak maksimalnya pelayanan, konseling lainnya. Puskesmas Muntilan I belum memiliki
dan penyuluhan mengenai kesehatan remaja. struktur organisasi untuk pelaksanaan program
Informan menyatakan bahwa lingkungan PKPR, namun sudah ada pembegian tugas
ekonomi tidak berpengaruh terhadap melalui koordinasi sehingga menumbuhkan
implementasi program PKPR di Puskesmas kerja sama antar pelaksana. Sikap pelaksana
Muntilan I. pasien juga tidak dibebani biaya menunjukkan penerimaan terhadap program
apapun untuk mendapatkan pelayanan, dan penempatan sudah sesuai bidangnya.
termasuk pelayanan konseling. Hasil penelitian Komunikasi puskesmas dengan dinas

852
Siti, N, A. / Program Pelayanan Kesehatan / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

kesehatan, jejaring, dan sasaran sudah cukup Puskesmas Dupak Surabaya. The Indonesian
baik. Partisipasi remaja dalam program masih Journal of Health Promotion and Health
kurang, dilihat dari proses implementasi yang Education, 7, 78-88.
A'yun, L. Q., & Qomaruddin, M. B. (2019). Evaluasi
belum melibatkan remaja. Selain itu remaja juga
Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan
masih belum mengetahui keberadaan program.
Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas
Akan tetapi program PKPR sudah Rangkah. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah,
mendapatkann dukungan dari pihak sekolah di 232-239.
wilayah kerja Puskesmas Muntilan I dan Dinas Azzopardi et al. (2019). Progress in Adolescent
Kesehatan Kabupaten Magelang. Penulis Health and Wellbeing: Tacking 12 Headline
memberikan saran yaitu Indicators for 195 Countries and Territoies
1. Puskesmas sebaiknya menetapkan ukuran 1990-2016. Lancet, 393: 1101-1118.
atau target yang lebih spesifik menguku Badan Pusat Statistik. (2015). Survei Penduduk Antar
Sensus 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik RI.
atau menilai keberhasilan program PKPR.
Dachi, R. A. (2017). Proses dan Analisis Kebijakan
2. Puskesmas sebaiknya menyediakan atau
Kesehatan. Yogyakarta: Deepublish.
mendesain ulang ruang konseling remaja Departemen Kesehatan. (2006). Pedoman Lokakarya
agar lebih terjaga privasi sehingga Mini Puskesmas. Jakarta: Deparemen
meningkatkan kenyamanan remaja. Kesehatan RI.
3. Puskesmas sebaiknya melakukan sosialisasi Departemen Kesehatan. (2008). Pedoman Perencanaan
program PKPR tidak hanya di sekolah, dan Pengembangan Puskesmas Pelayanan
melainkan di desa-desa wilayah kerjanya Kesehatan Peduli Remaja di Kabupaten/Kota.
juga. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat.
4. Puskesmas sebaiknya lebih banyak
Dinkes Jateng. (2019). Data Dasar Kesehatan Anak
melibatkan remaja khususnya kader remaja
Provinsi Jawa Tengah tahun 2018. Semarang:
yang telah dilatih dalam proses Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
implementasi program, mulai dari Dinkes Kabupaten Magelang. (2019). Laporan
perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan Kesehatan Reproduksi Remaja Kabupaten
kegiatan. Magelang Tahun 2018. Magelang: Dinkes
Kabupaten Magelang.
DAFTAR PUSTAKA Fadrianti, F., & Darmawan, E. (2018). Sumber Daya
Manusia dan Manajemen Organisasi dalam
Pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat di
Aisyah, D. (2015). Keterkaitan Keterbukaan
Dua Kecamatan di Jakarta Timur. Berita
Komunikasi, Penhargaan dari Pemimpin, dan
Kedokteran Masyarakat (BKM) Journal of
Partisipasi Pegawai terhadap Kinerja
Community Medicine and Public Health, 34, 221-
Pegawai. Jurnal Studi Manajemen dan
229.
Organisasi, 31-52.
Guthold et al. (2019). The Global Action for
Ali, M. M. (2018). Pimary Health Care Policy
Measurement of Adolecent Health (GAMA)
Implementation Performance in Bangladesh:
Initiative-Rethingking Adolescent Metrics.
Affecting Factors. Journal of Public
Journal of Adolescent Health, 64: 697-699.
Administration and Goverance, 8, 317-352.
Haryati, R. A. (2019). Analisis Pelaksanaan Program
Amieratunnisa, A. (2018). Implementasi Program
Pelatihan dan Pembangunan Karyawan: Studi
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Higeia
Kasus pada PT Visi Sukses Bersama Jakarta.
Journal of Public Health Research and
Jurnal Sekretari dan Manajemen Widya Cipta, 3,
Development, 69-79.
91-98.
Arsani et al (2013). Peranan Program PKPR
Kementeian Kesehatan (2013). Infodatin Kesehatan
(Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)
Reproduksi Remaja. Jakarta: Pusat Data dan
terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja di
Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Kecamatan Buleleng. Jurnal Ilmu Sosial dan
Kementerian Kesehatan. (2014). Pedoman Standar
Humaniora, 2, 129-138.
Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
Avilla, T. (2019). Gambaran Pelaksanaan Pelayanan
(PKPR). Jakara: Kementerian Kesehatan RI.
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di

853
Siti, N, A. / Program Pelayanan Kesehatan / HIGEIA 4 (Special 4) (2020)

Kementerian Kesehatan. (2015). Petunjuk Teknis Patton et al. (2012). Health of the Wold's
Bantuan Operasional Kesehatan Tahun 2015. Adolescents: a Synthesis of Internationally
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Comparable Data. Lancert, 1665-1675.
Kesehatan Ibu dan Anak. Ratnasari, M., & Sunuharyo, B. (2018). Pengaruh
Kementerian Kesehatan. (2018). Buku KIE Kader Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja
Kesehatan Remaja. Jakarta: Kementerian Karryawan melalui Variabel Mediator
Kesehatan RI. Kemampuan Kerja Karyawan. Jurnal
Khasanah et al. (2018). Pengaruh Sumber Daya dan Administrasi Bisnis (JAB), 58, 210-219.
Disposisi Pelaksana terhadap Keberhasilan Sarweni, K. P., & Hargono, R. (2017). Demand vs
Implementasi Kebijakan Program Keluarga Supply Program Kesehatan Remaja di
Harapan (PKH) di Kecamatan Bandongan Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya.
Kabupaten Magelang. Jurnal Mahasiswa Jurnal Promkes, 5, 71-81.
Administrasi Negara (JMAN), 2, 30-36. Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian
Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosadakarya.
Wanita. Jakarta: Salemba Medika. Zainab et al, Z. S. (2012). Pelaksanaan Program
Messakh et al. (2019). Implementasi Program PKPR pada Puskesmas Guntung Payung di
Kesehatan Reproduksi Remaja di Puskesmas Kota Banjarbaru. Jurnal Promosi Kesehatan
Bancak Kabupaten Semarang. Jurnal Indonesia, 7, 1-9.
Kesehatan Bakti Tunas Husada, 19, 190-200.

854

Anda mungkin juga menyukai