Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di segala bidang salah satu
diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan berbagai inovasi yang dilakukan di bidang kesehatan,
perubahan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup
warga Indonesia dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya peningkatan derajat/status
kesehatan penduduk.
Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh seluruh komponen bangsa
yang bertujuan meningkatkan, kesdaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-tinggiya. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program, sektor dan upaya-upaya lain. Pembangunan
kesehatan tersebut tercermin dalam program indonesia sehat yang menjadi salah satu program prioritas
dari agenda kelima nawacita pemerintahan. Adapun rencana pencapainnya telah tercantum dalam
rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2015-2019 yang ditetapkan melalui keputusan menteri
kesehatan nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 (Sakti, Kemenkes RI 2017).
Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya transisi demografi
dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan gaya hidup yang
berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin kompleks. Perbaikannya tidak
hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan merekayasa
kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor perilaku yang secara teoritis
memiliki andil 30-35% terhadap derajat kesehatan.
Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005-2025 atau “Indonesia
Sehat 2025” disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025
adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah
risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya;
sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk
menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community).
salah satu pembangunan Kesehatan yaitu posyandu, Posyandu merupakan bentuk peran serta
masyarakat dibidang Kesehatan yang dikelola oleh kader dengan sasaran seluruh anggota masyarakat.
Posyandu mempunyai tujuan memelihara dan meningkatkan Kesehatan ibu, bayi balita dan pasangan
usia subur. kegiatan diposyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan masyarakat partisipasi
masyarakat dalam upaya pelayanan Kesehatan dasar. Semula posyandu memperoleh pelayanan KB
dan Kesehatan dalam pengembangannya, posyandu dapat dibina menjadi suatu forum komunikasi dan
pelayanan di masyarakat. program posyandu dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat, maka
diharapkan masyarakat sendiri yang aktif membentuk, meyelenggarakan, memanfaatkan dan
mengembangkan posyandu sebaik-baiknya (Siswanto, 2010).
Di Indonesia pada tahun 2010 kunjungan balita ke posyandu masih 50% dan kondisi ini salah
satunya dipengaruhi oleh cara pandang orang tua yang merasa anaknya tidak perlu lagi dibawa ke
posyandu seiring dengan pertambahnya usia , selain itu minimnya kepercayaan para orang tua
terhadap kinerja kader posyandu .
Keberhasilan posyandu tak lepas dari kerja keras kader yang sukarela mengelola posyandu
diwilayah masing-masing. kurang pelatihan dan pembinaan keterampilan memadai bagi kader
menyebabkan kurangnya pemahaman tugas kader, lemahnya informasi dan koordinasi antara petugas
dalam kegiatan posyandu dapat mengakibatkan kurangnya tingkat kehadiran ke posyandu.
kelangsungan posyandu tergantung dari partisipasi masyarakat itu sendiri. Rendahnya peran serta
masyarakat untuk datang keposyandu disebabkan adanya beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain,
umur balita, jumlah anak, jarak dari rumah ke posyandu terlalu jauh, kurangnya menarik sarana
prasarana diposyandu, dan kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya berkunjung ke posyandu
(Ismawati, 2010). Dan dari hasil wawancara ibu-ibu balita ada juga yang menganggap kunjungan
keposyandu hanya untuk mendapatkan makanan tambahan, mengajak anaknya bermain dan ibu balita
bisa berkumpul dengan mengetahui status Kesehatan dan pemahaman serta pengetahuan tentang
tumbuh kembang anak bisa ditingkatkan. Adapun jika ibu tersebut jarang membawa balita nya
keposyandu maka ibu tidak dapat mengetahui status Kesehatan serta tumbuh kembang balitanya.
untuk utama dalam pelayanan posyandu adalah kader. Kader posyandu selama ini lebih sering menjadi
pelaksana saja, bukan pengelola posyandu. Pengelola posyandu artinya bukan hanya melaksanakan
posyandu saja tetapi juga merencanakan kegiatan dan mengaturnya. Kader posyandu sebaiknya
mampu menjadi pengelola posyandu, karena merekalah yang paling memahami kondisi kebutuhan
masyarakat diwilayahnya, dan keaktifan kader di posyandu sangat menentukan kualitas daru fungsi
dan kinerja posyandu (Waluyo, 2010).
Faktor lain yang mempengaruhi perilaku seseorang kader dalam pelaksanaan posyandu, yaitu
faktor yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal dari social budaya, dukungan tokoh
masyarakat, peran petugas Kesehatan, pengaruh keluarga, dan kebijakan pemerintah, sedangkan faktor
internal meliputi Pendidikan, sikap, motivasi, dan pekerjaan. Disisi lain faktor pekerjaan yang paling
mendominasi ketidakefektifan kader posyandu. Peran kader saat ini hanya menimbang bayi jika balita
datang ke posyandu dan memberi PMT (pemberian makanan tambahan), dan selain itu cara kader
memberikan informasi jika saat ini waktu penimbangan balita bukan secara door to door atau
kunjungan kerumah- rumah ibu balita, akan tetapi dipanggil speaker masjid saja.
Salah satu misi dari kalurahan pleret adalah Smart People (meningkatkan sumber daya manusia,
masyarakat cerdas dan religious) dan PADES (Peningkatan Pendapatan Asli Desa dibidang Ekonomi
Kreatif, Pertanian, Peternakan, Perikanan, Budaya dan Pariwisata). Serta Kalurahan Pleret terkhusus
Dusun Kedaton juga memiliki masterplan dimana pada tahun 2023 ini ingin lebih mengembangkan
Taman Benteng Mataram sebagai objek wisata. Dalam rangka turut serta mendukung misi tersebut
tentang meningkatkan sumber daya manusia dibidang kesehatan, peningkatan pendapatan asli desa di
bidang maka Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners STIKes Surya Global Yogyakarta
sebagai salah satu institusi pendidikan kesehatan memiliki tanggung jawab dalam rangka
mempersiapkan tenaga kesehatan/keperawatan yang berkualitas dimasa depan melalui praktik
keperawatan komunitas, yang dilaksanakan di Dusun Kedaton Pleret Bantul melakukan pengkajian
dan observasi. Selain mengembangan Taman Benteng Mataram, Dusun Kedaton juga ingin
membasmi penggunaan obat-obatan terlarang pada remaja. Disini Mahasiswa sangat berperan
penting dalam memberikan edukasi terkait dengan obat-obatan terlarang.
Hasil pengkajian yang dilakukan oleh kelompok 5 didapatkan bahwa terdapat wisata
bernamakan Taman Benteng Mataram yang sudah lama didirikan namun belum banyak diketahui
oleh masyarakat banyak, setelah diobservasi tempatnya cukup menarik hanya saja dari segi
kebersihan masih kurang ditingkatkan, ada banyak pepohonan didalam taman tersebut, selain pohon
banyak pula kursi dan juga meja namun ada beberapa yang sudah rapuh. dari sini bisa dianalisis
bahwasanya terdapat resiko kecelakaan yang mungkin terjadi. Selain Observasi yang dilakukan di
Taman Benteng Mataram, kelompok 5 juga melakukan pengkajian kepada Bapak Dukuh Kedaton,
dimana beliau mengatakan bahwa ada beberapa remaja yang menggunakan obat-obatan terlarang.
Dari kasus tersebut kami selaku mahasiswa bidang Kesehatan sangat menyayangkan akan hal
tersebut, sehingga kami ingin membantu menyelesaikan masalah yang sedang terjadi pada remaja di
Dusun Kedaton. Selain observasi lingkungan, pengkajian kepada Bapak Dukuh Kedaton, kami juga
melakukan pengkajian kepada Ibu Dukuh Kedaton dan beberapa Kader posyandu, dimana hasil dari
pengkajian yang didapatkan bahwasanya posyandu balita dilakukan sebulan sekali pada tanggal 11
dan dilakuan secara rutin, pada posyandu ini tidak melibatkan unsur Pembina seperi camat, kepala
dinas dan Lembaga dinas Kesehatan, tetapi ada dari pihak puskesmas yang terkadang terlibatkan.
Sebelum acara posyandu dilakukan H-1 di siarkan melalui Group Watshapp. Untuk tempat pelaksaan
posyandu dilakukan di rumah ibu dukuh, Penyuluhan yang dilakukan didalam posyandu bukan dari
pihak kadernya namun itu dilaksanakan atas kesadaran pihak puskesmas. Posyandu akan tetap
berjalan meskipun pihak puskesmas tidak datang, dan kader tidak selalu hadir dalam posyandu ada
beberapa yang kadang izin tidak mengikuti kegiatan posyandu. Dari hasil pengkajian yang dilakukan
kepada kader posyandu didapatkan bahwa SDM dalam posyandu masih kurang, fasilitas Kesehatan
masih kurang, posyandu tidak memiliki alat pengukur tinggi badan. Fasilitas yang kurang terutama
tempat posyandu belum tersedia untuk saat ini posyandu dilaksanakan di rumah bapak dan ibu dukuh
kedaton. Dalam penyelenggaraan posyandu yang baik meja yang seharusnya ada yaitu 5 meja untuk 5
kegiatan antara lain: pendaftaran, penimbangan, pengisian KMS, penyuluhan dan pelayanan
Kesehatan, namun di posyandu ini hanya ada 3 meja yaitu meja pendaftaran dan antropometri, meja
gizi, dan meja pengisian KMS, hal ini terjadi karena kurangnya SDM. Dari hasil pengkajian juga
didapatkan bahwasanya ada beberapa kader yang kurang pengetahuan terkait dengan posyandu balita,
setiap kegiatan berlangsung yang menjadi petugas itu tidak pasti, maksudnya bagi anggota yang mau
itu bisa langsung menjadi petugas posyandu sehingga dalam hal ini posyandu kedaton kurang
terstruktur.
Dari hasil pengkajian yang sudah dilakukan, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners
STIKes Surya Global Yogyakarta Angkatan XXIX kelompok 5 pada Stase KKG (Komunitas,
Keluarga, Gerontik) ini merancang program kerja yang akan dilakukan selama berada di Dusun
Kedaton yaitu terkait dengan masalah yang ada di poyandu balita seperti mengembangkan proses
dalam menjalankan posyandu, membantu memenuhi fasilitas yang masih kurang dalam posyandu dan
memberikan penyuluhan Kesehatan kepada kader dan anggota posyandu. Program kerja yang kedua
terkait dengan masalah perilaku remaja terhadap obat-obatan terlarang, disini kami akan melaksanakan
program kerja yaitu melakukan penyuluhan Kesehatan terkait dengan bahaya narkoba yang akan
bekerja sama langsung dengan pihak kepolisian. Program kerja yang ketiga yaitu menyebar luaskan
pengetahuan terkait dengan sejarah Taman Benteng Mataram menggunakan media yang sudah dibuat,
selanjutnya media tersebut akan kami serahkan kepada pihak yang mengelola Taman Benteng
Mataram, selain menyebarluaskan pengetahuan terkait sejarah menggunakan media, kami akan
membersihkan Taman Benteng Mataram yang bekerja sama dengan Karang Taruna Kedaton.
Program-program tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi Pedukuhan Kedaton.

Anda mungkin juga menyukai