Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)


F3. Kesehatan Ibu dan Anak
PELAKSANAAN PROGRAM POSYANDU BALITA DI DESA
KEDUNGUTER

BANYUMAS

Disusun Oleh:
dr. Rudo Utomo

Pembimbing:
dr. Tri Feriana

PROGRAM DOKTER INTERNSIP


UPTD UNIT PUSKESMAS BANYUMAS
KABUPATEN BANYUMAS
2020
BAB I
LATAR BELAKANG

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya


Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Upaya pengembangan kualitas sumberdaya manusia
yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara
merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti
posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien, dan dapat menjangkau semua
sasaran yang membutuhkan pelayanan, salah satunya adalah layanan tumbuh
kembang anak (Depkes RI, 2006).
Kegiatan pemantauan pertumbuhan di Indonesia telah dilaksanakan sejak
tahun 1974 melalui penimbangan bulanan di posyandu dengan menggunakan
Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS memuat kurva pertumbuhan normal anak
berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan
penimbangan bulanan ini diharapkan gangguan pertumbuhan setiap anak dapat
diketahui lebih awal sehingga dapat ditanggulangi secara cepat dan tepat.
Pemantauan pertumbuhan perlu ditingkatkan perannya dalam tindak kewaspadaan
untuk mencegah memburuknya keadaan gizi balita (Depkes RI, 2002).
Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk
memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah dari
yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan mengalami
kekurangan gizi. Sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang
seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi (Depkes RI, 2009).
Pemantauan pertumbuhan saat ini merupakan kegiatan utama posyandu
yang jumlahnya mencapai lebih dari 260.000 yang tersebar di seluruh Indonesia.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa sebanyak
74,5% (sekitar 15 juta) balita pernah ditimbang minimal 1 kali selama 6 bulan
terakhir; 60,9% diantaranya lebih dari 4 kali. Sebanyak 65 % (sekitar 12 juta)
balita memiliki KMS (Depkes RI, 2009).
Pelaksanaan kegiatan posyandu memerlukan peran serta masyarakat,
khususnya kader posyandu. Kader posyandu berasal dari anggota masyarakat
yang mau bekerjasama secara ikhlas, mau dan sanggup melaksanakan kegiatan
posyandu, serta sanggup menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan
posyandu, sehingga keaktifan kader sangat diperlukan dalam kegiatan ini.
Keaktifan kader di Puskesmas Sidorejo Kidul semakin menurun. Kinerja
posyandu sangat tergantung dari peran, motivasi, dan kemampuan para kader
dalam melaksanakan kegiatan posyandu. Hal inilah yang perlu disadari mengingat
timbulnya berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja dan motivasi kader
posyandu, baik secara internal maupun eksternal (Alven, 2008).
BAB II
PERMASALAHAN

Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh kader, tim


penggerak PKK desa/kelurahan serta petugas kesehatan dari Puskesmas,
dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem lima meja. Meja I (pendaftaran),
meja II(penimbangan), meja III (pengisian KMS), meja IV (penyuluhan
perorangan berdasarkan KMS), meja V (pelayanankesehatan seperti imunisasi,
pemberian vitamin A, dan pengobatan ringan). Petugas yang berada pada meja
IIV adalah kader PKK sedangkan meja V merupakan meja pelayanan paramedis
(juru imunisasi), bidan desa dan perawat (Mubarak, 2012) Pada tahun 2014, lebih
kurang 280.225 Posyandu di Indonesia hanya 40% yang masih aktif
(Riskesdas,2014). Posyandu aktif di Provinsi Riau pada tahun 2012 adalah sebesar
44,37% sedangkan Pada tahun 2013 Posyandu aktif mengalami penurunan
menjadi 43,78% sehingga revitalisasi Posyandu masih perlu mendapat perhatian
dari semua sector/pihak terkait (Profil Kesehatan Provinsi Tahun 2013).
Keberhasilan pengelolaan Posyandu memerlukan dukungan yang sangat kuat dari
berbagai pihak, baik dukungan moril, materil, maupun finansial. Selain itu
diperlukan adanya kerjasama, terselenggara dengan baik akan memberikan
kontribusi yang besar, dalam menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak
balita (Buku Pegangan Kader Posyandu, 2012).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh (Lely Toad, 2013)
menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu, umur anak, penghasilan
keluarga, pengetahuan, dan sikap dengan kunjungan balita ke Posyandu. Dari data
yang diperoleh dari Puskesmas Langsat Pekanbaru setiap tahunnya memliki
penurun yaitu, tahun 2012 jumlah kunjungan bayi dan balita 28.291, tahun 2013
menurun menjadi 27.480, tahun 2014 menurun menjadi 26.567 dan tahun 2015
menurun menjadi 25.476.
Pengisian data yang tidak lengkap sangat berpengaruh pada perencanaan
program selanjutnya. Pencatatan dan pelaporan pertumbuhan berat badan bayi dan
balita merupakan instrumen vital dalam penentuan status gizi, artinya bahwa hasil
penimbangan tersebut merupakan data yang sangat penting, sehingga harus dicatat
dengan benar, sebab berpengaruh dalam pengambilan keputusan agar tidak salah
dalam menentukan kebijakan dan penyusunan perencanaan program. Selain itu
data dan informasi yang dihasilkan juga sebagai landasan pengembangan sumber
daya atau dengan kata lain menjadi tulang punggung dalam pengambilan
keputusan. Jadi kualitas data dan informasi harus baik dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga penataan dan pengembangannya merupakan
sesuatu yang sangat penting. Keberhasilan pencatatan dan pelaporan dalam
kegiatan posyandu tidak terlepas dari peran serta kader. Berdasarkan hasil
penelitian Purwati (2009), diketahui bahwa faktor pendukung dalam sistem
pencatatan dan pelaporan data SKDN adalah peran kader posyandu yang telah
terlatih. Untuk meningkatkan SDM kader kesehatan, kegiatan yang dilakukan
adalah pelatihan kader berupa peningkatan pengetahuan dan ketrampilan.
Demikian pula dengan hasil penelitian Sriyanti (2006), diketahui bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, niat, dan dukungan sosial
dengan keaktifan kader pada hari buka posyandu.
BAB III
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, dilakukan


perencanaan dan pemilihan intervensi berupa penyuluhan tentang sanitasi total
berbasis masyarakat di wilayah kerja puskesmas Banyumas.
Hari : Senin
Tanggal : 10 Agustus 2020
Tempat : Posyandu Balita Desa KedungUter, Banyumas
Acara : Penimbangan dan pengukuran panjang badan balita serta melihat
status gizi balita.
Intervensi : Melakukan konseling dan edukasi tatap muka dengan ibu untuk
perkembangan balita agar lebih baik lagi.
Fasilitator : dr. Rudo Utomo dengan 1 bidan desa
Jumlah balita : 24 balita
BAB IV
PELAKSANAAN

Telah dilakukan pelaksanaan posyandu balita di Desa Kedunguter pada:


Hari : Senin
Tanggal : 10 Agustus 2020
Waktu : 08.00 – 11.00
Tempat : Posyandu Balita (Pos3) Desa Kedunguter, Banyumas
Pelaksanaan berlangsung sesuai protokol kesehatan COVID 19 dengan
memaki masker, mencuci tangan sebelum kontak dengan kader, dan antri saat
melakukan penimbangan. Penimbangan dan pengurkuran panjang dan tinggi
badan balita dilakukan dengan sangat hati-hati. Setelah melakukan pencatatan
berat badan dan tinggi badan dokter (dr. Rudo Utomo) melakukan perhitungan Z-
Score dan memasukannya ke dalam KMS. Posyandu selama 6 bulan tidak
berjalan sehingga grafik untuk mengetahui progress pertumbuhan anak baik atau
buruk belum bisa diketahui. Dokter hanya bisa melihat angka KMS pada saat itu
saja sehingga hanya mengetahui di bawah garis merah, kurang gizi, gizi cukup,
atau berlebihan (obesitas).
Jumlah total balita yang hadir sebanyak 24 (sesuai terget). Namun dari 24
balita tersebut terdapat balita dengan gizi kurang. Hal tersebut menjadi sasaran
dan peningkatan edukasi untuk balita dan ibunya. Ibu balita tersebut mengaku
balitanya sulit makan dan sulit menetek.
Dokter melakukan konseling kesehatan dan edukasi pada ibu balita untuk
tidak patah semangat dalam hal meningkatkan tumbuh kembang balita. Dokter
memberikan nasihat untuk dibuatkan makanan sedemikian rupa sehingga anak
senang memakannya. Orangtua harus lebih tegas bila anak-anak meminta jajan
yang tidak sesuai standar gizi. Biasakan anak untuk selalu makan di rumah dan
ciptakan keluarga sehat.

1.
BAB V
MONITORING & EVALUASI

1. Pelaksanaan posyandu berjalan tertib dan aman sesuai protokol COVID-19.


2. Posyandu balita di Desa Kedunguter tertib dalam pengukuran berat badan dan
tinggi badan.
3. Meja konseling gizi dan pemberian makanan tambahan berjalan aktif.
4. Masih terdapat gizi kurang tugas seorang kader dan tenaga kesehatan
membentuk balita Banyumas yang sehat.
5. Evaluasi yang dilakukan hanya melakukan kunjungan pribadi ke rumah orang
tua dan balita dengan gizi kurang agar terpantau gizi makan setiap harinya
bagaimana untuk meningkatkan kesehatan balita di pencatatan bulan
berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai