Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Penelitian Pendahuluan

Dalam bab ini peneliti akan memaparkan kajian terdahulu atau penelitian terdahulu
yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Adapun tujuan dari pemaparan kajian
terdahulu ini adalah untuk menentukan posisi penelitian serta menjelaskan perbedaannya.
Selain itu, peneliti terdahulu ini sangat berguna untuk perbandingan. Dengan demikian
penelitian yang peneliti lakukan ini benar-benar dilakukan secara orisinil. Adapun penelitian
yang dimaksud adalah:

Berdasarkan Skripsi dari Universitas Negeri Semarang (UNNES) Anis Cahyanti


(2016) halaman 74, dengan judul ”Pelaksanaan Program Posyandu Desa Madu Kecamatan
Mojosongo Kabupaten Boyolali” disusun oleh Anis Cahyanti. tujuan dari penyelenggaraan
posyandu ialah: (1) Menurunkan angka kematian ibu dan anak, (2) Meningkatkan pelayanan
kesehatan ibu untuk menurunkan IMR atau infant mortality rate / angka kematian bayi,
(3)Mempercepat penerimaan NKKBS atau norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera, (4)
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan
menunjang peningkatan hidup sehat, (5) Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat sehingga tercapaipeningkatan cakupan pelayanan kesehatan, (6)
Meningkatkan dan membina peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk usaha
kesehatan masyarakat.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pelaksanaan program


posyandu di Desa Madu dan mengetahui serta mendeskripsikan kendala yang dihadapi dalam
melaksanakan program posyandu di Desa Madu.

Eka (2011:35) menyebutkan, sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat dan


utamanya adalah : (1) Bayi usia kurang dari 1 tahun, (2) Anak balita usia 1 sampai 5 tahun,
(3) Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui, serta (4) Wanita usia subur
(WUS).

Fungsi dari posyandu adalah : (1) Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam
alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama
masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan anga kematian ibu dan angka kematian
bayi, dan (2) Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar terutama
berkaitan dengan penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

Pelaksanaan program posyandu meliputi kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,
imunisasi, gizi, serta pencegahan dan penanggulangan diare. Dalam kesehatan ibu dan anak
kegiatannya meliputi: penimbangan, ukur tinggi badan, imunisasi, pemberian vitamin, tensi
untuk ibu hamil, pemberian tablet tambah, pemberian makanan tambahan, penyuluhan
kesehatan. Dalam keluarga berencana kegiatannya meliputi: pemberian penyuluhan tentang
KB IUD, MOP, MOW, implant, pil, suntik, dan kondom, memberi pengarahan kepada ibu
yang baru memiliki anak untuk segera mengikuti KB. Dalam imunisasi kegiatannya meliputi:
pemberian penyuluhan tentang imunisasi, serta bulan Maret telah diadakan PIN (Pekan
Imunisasi Nasional), untuk pemberian imunisasi Hepatitis B, BCG, polio, DPT, dan campak
langsung oleh bidan desa serta dipusatkan menjadi satu di puskesmas setiap tanggal 10.
Dalam gizi kegiatannya meliputi: pemberian vitamin A, penyuluhan kepada masyarakat akan
pentingnya pemberian gizi yang seimbang, serta menerapkan pola makan yang sehat dan
teratur, pemberian makanan tambahan kepada balita di posyandu. Dalam pencegahan dan
penanggulangan diare kegiatannya meliputi: pemberian penyuluhan PHBS (perilaku hidup
bersih dan sehat) dan menyarankan kepada masyarakat apabila hendak makan sebaiknya cuci
tangan dengan menggunakan sabun terlebih dahulu, sedangkan untuk penanggulangan diare
dengan pemberian oralit serta mengkonsumsi airputih yang banyak supaya tidak dehidrasi
karena kekurangan cairan tubuh.

Kendala dalam pelaksanaan program posyandu meliputi: ibu balita kadang kurang
kesadarannya akan pentingnya mengikuti kegiatan posyandu, KMS kadang tidak dibawa atau
hilang, masih ada warga yang takut untuk mengikuti KB, anak merasa takut untuk di
imunisasi, ibu lupa jadwal imunisasi anaknya, ibu balita memberi makanan kurang rutin
sehingga berat badan menurun, serta kurangnya kesadaran masyarakat tentang kebersihan.

Penelitian yang disusun oleh Nadia Sofianis, Rury Febrina, Universitas Riau, Jurnal
Trias Politika, Vol 5. No.1: 74 – 81 April 2021 dengan judul “Implementasi Program
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kegiatan Posyandu Terkait Kesadaran Hidup Sehat Pada
Masa Pandemi Di Desa Buatan II Kecamatan Koto Gasib. Dalam rangka menuju masyarakat
yang adil dan makmur maka pembangunan pembangun di Desa dilakukan di segala bidang.
Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang secara
keseluruhan perlu digalakkan. Salah satu usaha untuk mewujudkan pembangunan kesehatan
adalah dengan diadakan posyandu. Posyandu merupakan wadah untuk mendapatkan
pelayanan dasar terutama dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh
masyarakat, penyelenggaraannya dilaksanakan leh kader yang telah dilatih dan dipercaya
dibidang kesehatan dan KB, dimana anggotannya berasal dari PKK dan tokoh masyarakat.

Pelaksanaan program posyandu pada masa pandemi covid 19 Di Desa Buatan II yang
terletak di Kecamatan Koto Gasib Kabupaten Siak terdapat sekitar 10 anggota kader, yang
termasuk juga bidan desa. posyandu yang masing-masing terdapat kader-kader kesehatan
yang melayani ibu dan balita. Bukan hanya melayani ibu dan balita. Semua kader juga
bertugas dalam posyandu lansia. Dalam melihat pemberdayaan, studi ini memfokuskan diri
pada berbagai implementasi kegiatan yang dikenakan pada sasaran Posyandu. Sebagai
lembaga kesehatan yang berbasis masyarakat (UKBM), Posyandu mempunyai sasaran primer
yakni ibu hamil dan balita. sasaran sekunder yang terdiri dari kepala keluarga dan orang tua
ibu hamil dan sasaran tersier yakni para tokoh masyarakat baik yang formal maupun yang
informal.

Tetapi semenjak munculnya wadah virus covid-19 membuat masyarakat cemas dan
takut akan perkumpulan diluar rumah, apalagi mereka memikirkan mereka keluar membawa
anaknya. Pelaksanaan kegiatan posyandu Di Desa Buatan II tetap dilaksanakan dengan
manual meski sekarang masih masa pandemic virus, masyarakat harus hadir ke posyandu
untuk melakukan dan mendapatkan layanan kesehatan dan penggunaan standar dan protokol
kesehatan. Untuk kegiatan posyandu rutin ini dilaksanakan dengan dukungan uang kas
posyandu dan dukungan pukesmas dan Desa.

Gambar 2.2 Kegiatan Posyandu Dimasa Pandemi Covid 19

Sumber : http://www.cakrawalamedia.id/baca-2759-babinsa-desa-
dukuhsari-jabon-hadiri-posyandu-balita-di-masa-pandemi-covic-19

Kegiatan posyandu selama masa pendemic di Desa Buatan II dikatakan berhasil


membujuk atau mengajak masyarakat untuk selalu mengikuti program tersebut. Keberhasilan
program pemerintah dan pemberdayaan masyarakat akan berhasil, jika keaktifan dan
kepedulian warga masyarakat bertemu dengan pemerintah yang juga aktif membina dan
mendayagunakan masyarakat.

Berdasarkan Penelitian yang disusun oleh Sriati, A., Hernawaty, T. dan Anna, A.
Universitas Padjadjaran, Vol. 3, No. 1, Mei 2014: 43 – 46 dengan judul “Pemberdayaan
Kader Dan Revitalisasi Posyandu Dalam Meningkatkan Derajat Kesehatan Reproduksi Di
Desa Anjun Dan Babakan Sari Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta. Desa Anjun
memiliki 8 posyandu dan 20 kader. Kader posyandu di Wilayah Desa Anjun tidak terdapat
kelembagaan yang jelas dan terstruktur perihal kesehatan. Namun terdapat persatuan antar
ibu-ibu kader posyandu yang rutin dan aktif membuat program mengenai kesehatan.
Pelayanan kesehatan terdekat adalah Puskesmas yang berada di Kecamatan Plered.

Melakukan pelatihan kader kesehatan. Pelatihan tentang Pemberdayaan Kader


Posyandu dan revitalisasi posyandu dalam upaya peningkatan derajat kesehatan dilakukan di
UPTD Litbang Keramik Desa Anjun yang diikuti oleh para kader kesehatan yang ada di Desa
Anjun dan Babakan Sari sebanyak 38 orang. Langkah kegiatan yang telah dilakukan berupa
pretest pada peserta pelatihan kemudian pemberian penyuluhan terkait dengan pemberdayaan
kader dan reviatalisai posyandu kemudian diakhiri dengan posttest.

Dari kegiatan ini terbukti bahwa pelatihan yang dilakukan sangat bermakna dalam
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kader tentang posyandu serta masalah kesehatan
lainnya. Oleh karena itu, pelaksanaan pelatihan atau penyuluhan secara berkala sangatlah
penting untuk memberikan penyegaran sekaligus meningkatkan pengetahuan para kader.

Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pemberdayaan kader dan revitalisasi


posyandu di wilayah Desa Anjun dan Babakan Sari Kegiatan pelatihan ini sangatlah penting
dalam meningkatkan semangat para kader kesehatan di Desa Anjun dan Babakan Sari,
mengingat selama ini kegiatan yang dilakukan oleh kader bersifat sukarela sehingga
diperlukan stimulus yang terus menerus dari berbagai pihak demi keberlangsungan kegiatan
posyandu khususnya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan.

Berdasarkan hasil pengabdian yang dilakukan selama 4 bulan oleh dosen dan
mahasiswa didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan para kader kesehatan yang ada di
Desa Anjun dan Babakan Sari saat pre tes setengah dari peserta memiliki tingkat pengetahuan
cukup/sedang, hampir sebagian berpengetahuan baik dan masih ada peserta yang memiliki
pengetahuan sebagian kecil kurang. Sedangakan pada pos tes tidak ada peserta dengan
pengetahuan kurang, sebagian besar berpengetahuan sedang/cukup dan hampir sebagian
berpengetahuan baik bahkan sangat baik.

2.2 Kerangka Teori

Teori Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

Program Pos Pelayanan Terpadu atau yang dikenal dengan singkatan Posyandu. Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu) awalnya adalah kegiatan kesehatan dasar yang
diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan, karena itu masyarakat dibantu oleh petugas kesehatan
disuatu wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS), dimana program ini
dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan, maupun tempattempat yang mudah di
datangi oleh masyarakat. (M.Ridwan, 2003: 35)

Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh pemerintah kecamatan,


Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan dan petugas kesehatan dari Puskesmas. Kegiatan
pelayanan masyarakat dilakukan dengan sistem 5 (lima) meja, (Candra, 2001: 20). Untuk
meja satu sampai empat dilakukan oleh kader kesehatan dan meja lima dilaksanakan oleh
petugas kesehatan seperti, dokter, bidan, perawat, juru imunisasi dan sebagainya (Arali,
2008:). Sedangkan bagi kader-kader yang mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih
dahulu dan lebih lengkap. Ikut berperan secara nyata dalam tumbuh kembang anak balita dan
kesehatan ibu. Citra diri meningkatkan dimata masyarakat sebagai orang yang terpercaya
dalam bidang kesehatan menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan
kesehatan ibu (WHO, 2003).

Tujuan pembentukan kader adalah untuk mengikut-sertakan masyarakat secara aktif


dan bertanggung jawab. Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan
adalah dasar terbatasnya daya dan adanya dalam operasional Posyandu yang akan
memanfaatkan sumberdaya yang ada di masyarakat secara optimal. Tugas-tugas kader
berbeda-beda antara satu tempat dan tempat yang lainnya. Tugas-tugas tersebut meliputi
pelayanan kesehatan dan pembangunan masyarakat, tetapi yang harus mereka lakukan itu
terbatas pada bidang-bidang atau tugas-tugas yang pernah diajarkan kepada mereka (Heru,
1995).

Devis (1986) mendefinisikan partisipasi masyarakat dalam kegiatan desa adalah


keterlibatan individu-individu anggota masyarakat untuk bertanggung jawab baik mental
maupun emosi terhadap tujuan kegiatan desa. Dalam keterlibatannya, masyarakat harus
memberikan dukungan semangat berupa bentuk dan jenis partisipasi yang kesemuanya
disesuaikan dengan kebutuhan dan fase kegiatan desa (perencanaan, pelaksanaan,
pemanfaatan, dan pengawasan serta penilaian).

Conyers (1991) memberikan tiga alasan utama sangat pentingnya partisipasi


masyarakat dalam kegiatan, yaitu: (1) partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna
memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang
tanpa kehadirannya program kegiatan dan proyek akan gagal. (2) masyarakat mempercayai
suatu program kegiatan jika dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena
masyarakat lebih mengetahui seluk beluk kegiatan dan proyek yang merasa memiliki
kegiatan tersebut. (3) partisipasi merupakan hak demokrasimasyarakat dalam keterlibatannya
di kegiatan. Mardikanto, (2001) Partisipasi masyarakat dalam kegiatan seringkali diartikan
sebagai partisipasi masyarakat banyak (yang umumnya lebih miskin) untuk secara sukarela
menyumbangkan tenaganya di dalam kegiatan, di pihak lain lapisan yang ada di atasnya
(yang umumnya terdiri atas orang kaya) yang lebih banyak memperoleh manfaat dari hasil
kegiatan, tidak dituntut sumbangannya secara proposional. Karena itu partisipasi masyarakat
dalam tahap pelaksanaan kegiatan harus di artikan sebagai pemerataan sumbangan
masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang tunai dan atau beragam bentuk pengorbanan
lainnya yang sepadan dengan manfaat yang akan di terima oleh warga (masyarakat) yang
bersangkutan.

Dalam Social Process, Cooley mengatakan tanpa kualifikasi bahwa masyarakat adalah
sebuah organisme. Menurutnya, masyarakat adalah sebuah kehidupan keseluruhan yang
dibentuk oleh segmen-segmen yang berbeda, dimana masingmasing memiliki fungsi-fungsi
khusus. Juga, masyarakat merupakan suatu kompleks bentuk-bentuk atau prosesproses
dimana hidup dan tumbuh dengan interaksi satu dengan lain, dengan keseluruhan yang cukup
tersatukan dimana letak yang satu dengan yang lain saling memengaruhi (Timasheff &
Theodorson, 1976: 164). Menurut Ernest Gellner, Civil Society atau Masyarakat Madani
merujuk pada masyarakat yang terdiri atas berbagai institusi non pemerintah yang otonom
dan cukut kuat dapat mengimbangi Negara. Menurut Cohen dan Arato, Civil Society atau
Masyarakat Madani adalah suatu wilayah interaksi sosial diantara wilayah ekonomi, politik
dan negara yang didalamnya mencakup semua kelompok-kelompok sosial yang bekerjasama
membangun ikatan-ikatan sosial diluar lembaga resmi, menggalang solidaritas kemanusiaan,
dan mengejar kebaikan bersama (public good). Menurut Muhammad AS Hikam, Civil
Society atau Masyarakat Madani adalah wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi
dan berceritakan antara lain kesukarelaan (voluntary), keswa-sembadaan (self-generating),
keswadayaan (self-supporing), dan kemandirian yang tinggi berhadapan dengan negara, dan
keterikatan dengan norma-norma dan nilainilai hukum.
Ada beberapa persepsi partisipasi masyarakat di Indonesia yang berbeda antara
persepsi yang di artikan masyarakat dengan persepsi yang di artikan pemerintah. Di
Indonesia kata ini menjadi begitu sering di gunakan siapapun sebagai strategi kegiatan dalam
hampir setiap kesempatan, sehingga makna sebenarnya mulai terasa hilang. Para aparat
pemerintah mengartikan partisipasi masyarakat sebagai kemauan rakyat untuk mendukung
suatu program yang direncanakan dari atas, bukan dari rakyat sendiri. Defenisi tersebut pada
dasarnya diartikan dengan istilah mobilisasi, sedangkan pengertian partisipasi masyarakat
menurut persepsi masyarakat mengandum suatu pengakuan, kreatifitas dan inisiatif dari
rakyat sebagai modal dasar proses pelaksanaan kegiatan, dengan demikian masyarakat
menciptakan kegiatan bukan melalui pendukung kegiatan.(Alterd, 1998: 20)

Shakira (2009) menyebutkan, Posyandu adalah suatu forum komunikasi, ahli


teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumberdaya manusia sejak dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan
terpadu antara program Keluarga Berencana Kesehatan di tingkat desa. Posyandu adalah
pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.

Posyandu adalah pusat pelayanan kesehatan keluarga dan keluarga berencana yang di
kelola dan diselenggarakan untuk masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan
dalam rangka pencapaian rangka Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
(Syahlan, 1996).

A.A. Gde Muninjaya (2002) mengatakan: ‘Pelayan Kesehatan Terpadu (Posyandu)


adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah
kerja Puskesmas. Tempat pelaksanaan pelayanan program terpadu di balai dusun, balai
kelurahan, RW, dan sabagainya disebut dengan Pos pelayanan terpadu (Posyandu)”.

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah pos pelayanan terpadu Keluarga


Berencana Kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dan oleh masyarakat dengan
dukungan teknis dari petugas dalam rangka pencapaian Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS). Pada dasarnya pos pelayanan terpadu adalah suatu pusat kegiatan
masyarakat yang diselenggarakan yang melayani, keadaan tempat, letak geografis jarak antar
kelompok rumah dan sebagainya.

Pos pelayanan terpadu merupakan suatu wadah yang keberadaannya paling depan di
masyarakat. Tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat yang berupaya meningkatkan derajat
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat dengan menurunkan angka kematian bayi dan
anak balita. Pos pelayanan terpadu merupakan pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat
dapat memperoleh pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai