TINJAUAN PUSTAKA
disusun oleh :
Irene Damanik
Pembimbing :
Dr. HERMINA Sp.Rad
1
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................31
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DARAH
1 . KOMPONEN DARAH NORMAL
Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup. Dalam keadaan fisiologis ,
darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya
sebagai :
Pembawa oksigen ( oxygen carrier)
Mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi
Mekanisma hemostasis
Darah terdiri atas 2 komponen utama :
Plasma darah , terdiri dari air, elektrolit dan protein darah
Butir – butir darah ( Blood corpuscle ) , terdiri atas : eritrosit , leukosit dan
trombosit .
Sel- sel ini mempunyai umur yang terbatas , sehingga diperlukan pembentukan
optimal yang konstan untuk mempertahankan jumlah yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan jaringan.(2)
2. HEMOPOESIS ( HEMATOPOESIS)
Hemopoesis atau hematopoesis ialah proses pembentukan darah . Tempat
hemopoesis pada manusia berpindah – pindah sesuai dengan umur :
a. Yolc sac , umur 0 – 3 bulan intrauterin
b. Hati dan Lien , umur 3 – 6 bulan intrauterin
c. Sumsum tulang , umur 4 bulan intrauterin sampai dewasa
Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan :
Sel induk hemopoetik ( Hematopoetic stem cell ) , yang berkembang menjadi
sel darah merah , sel darah putih dan trombosit dan juga beberapa sel dalam
sumsum tulang seperti fibroblast. Atas dasar pemeriksaan kariotipe yang
4
canggih (kromosom) ,semua sel darah normal dianggap berasal dari dari satu
sel induk pluripotensial dengan kemampuan bermitosis. Sel induk
pluripotensial mempunyai sifat :
a.sefl renewal , dapat memperbaharui diri sendiri sehingga tak akan
pernah habis meskipun tetap membelah.
b.proliperatif , kemampuan membelah atau memperbanyak diri
c. diferensiatif , kemampuan untuk mematangkan diri menjadi sel-sel dengan
fungsi tertentu.
Menurut sifat kemampuan diferensiasinya , maka sel induk hemopoetik dapat
dibagi menjadi :
A. Pluripotent stem cell , sel induk mampu menurunkan seluruh jenis sel- sel
darah.
B. Committed stem cell , sel induk mampu berkomitmen untuk
berdiferensiasi melalui salah satu garis keturunan sel , termasuk mieloid
dan limfoid.
C. Oligopotent stem cell , sel induk dapat berdiferensiasi menjadi hanya
beberapa jenis sel.
D. Unipotent stem cell , sel induk hanya mampu menjadi satu jenis sel saja.
Zat – zat yang habis, dapat berdiferensiasi menjadi sel induk mieloid yang
menjadi sel-sel progenitor.Diferensiasi terjadi pada keadaan adanya faktor
perangsang koloni , seperti eritropoetin untuk pembentukan eritrosit dan
untuk pembentukan leukosit. Sel progenitor mengadakan diferensiasi melalui
satu jalan. Melalui serangkaian pembelahan dan pematangan, sel – sel ini
menjadi sel dewasa tertentu yang beredar dalam darah (Gambar 1). Sel induk
sumsum dalam keadaan normal terus mengganti sel – sel yang yang mati dan
memberi respon terhadap perubahan akut seperti perdarahan atau infeksi
dengan berdiferensiasi menjadi sel tertentu yang dibutuhkan.(2)
6
Proses pembentukan darah atau yang disebut hemopoesis terbanyak dibentuk
pada sumsum tulang. Bila terdapat kelainan pada proses pembentukan darah , maka
hemopoesis akan terbentuk diluar dari sumsum tulang, yang terbanyak di lien yang
disebut sebagai hemopoesis ekstramedular. Keadaan ini juga akan melibatkan
kelainan pada pembentukan hemoglobin yang bersifat patologis , yang disebut
sebagai Hemoglobinopati.
Hemoglobinopati adalah sekelompok kelainan herediter yang ditandai oleh
gangguan pembentukan molekul hemoglobin.Kelainan ini bibagi menjadi 2 golongan
besar :
1. Hemoglobinopati Struktural : terjadi karena substitusi satu asam amino
atau lebih pada salah satu rantai peptida hemoglobin. Dapat dijumpai pada
penyakit HbC, HbE dan HbS , dan lain- lain
2. Thalassemia : Suatu sindrom yang ditandai oleh penurunan kecepatan
sintesis atau absennya pembentukan satu atau lebih rantai globin sehingga
mengurangi sintesis hemoglobin normal.
PATOFISIOLOGI
Secara molekuler HbS timbul karena mutasi satu kodon pada gen beta, yaitu
adenin (A) diganti Thymin(T) sehingga setelah translasi menghasilkan asam amino
glutamic acid yang seharusnya valine pada rantai beta. Substitusi asam amino pada
penyakit ini mengakibatkan penyusunan kembali sebagian besar molekul hemoglobin
jika terjadi deoksigenasi (penurunan tekanan O2 ) . Sel-sel darah merah akan
7
mengalami presipitasi (sickling ) dan elongasi yang menyebabkan perubahan bentuk
eritrosit seperti bulan sabit.
GAMBARAN RADIOLOGIS
Penyakit anemia sickle sel ini menyebabkan perubahan pada tulang yang terbagi
dalam beberapa varian:
1. MARROW HYPERPLASIA
Hair on end pada tulang cranium
Perubahan tulang cranium disebabkan oleh karena hiperaktifitas dari
sumsum tulang yang mengakibatkan pertumbuhan berlebihan pada
tulang frontal dan parietal.
8
vertebra .Bentuk end plate vertebra akan berubah bentuk menjadi
concave dan rounding , pada keadaan ini biasanya sudah terjadi
impressi dan porotik pada nucleus pulposus, yang akan memberi
gambaran H – shape vertebra.(4,5.)
2. BONE INFARCTION
Dikutip dari Text Book Pediatric Diagnostic Imaging Caffeys hal 2423
Bone infarction sering terjadi pada tangan dan kaki yang pada gambaran
radiology adanya lesi destruksi pada metacarpal, metatarsal dan palang
disertai soft tissue swelling.Infark pada tulang biasanya lebih banyak pada
9
metafisis dan epifisis dan bila infark tulang sudah mencapai anggota gerak
maka akan terjadi reaksi laminar periosteal dan lama kelamaan terjadi
destruksi pada medulla. Bone infarct disebut juga osteonekrosis
merupakan kematian sel pada tulang dan sumsum tulang. Secara umum
infark tulang terjadi berawal dari suplai darah yang berkurang ke tulang
yang kemudian menyebabkan iskemik sel dan menjadi nekrosis. Kematian
tulang akan menyebabkan osteoporosis pada tulang , yang menunjukkan
gambaran tulang yang opque.(5.6)
Dikutip dari Text Book Pediatric Diagnostic Imaging Caffeys hal 2423
10
Gambaran Radiologis :Tampak caput humerus yang infarction dan
pemisahan tulang subartikular dengan osteochondral fragment.Tampak
pula sklerotik dan perubahan medulla diantara diafisis pada caput
humerus. (4.5)
Infarction pada tulang terjadi sebagai akibat dari nekrosis avaskuler yang
menyebabkan nekrotik pada diafisis dan metafisis tulang panjang yang
merupakan predileksi infarction. Bila terjadi infarction pada tulang
subartikuler ditandai dengan garis lusensi pada medula sampai korteks
subkondral.
2. THALASEMIA
DEFINISI
Thalasemia adalah suatu kelainan genetik yang beraneka ragam yang ditandai oleh
penurunan sintesis rantai alfa dan beta atau kurangnya sintesis rantai polipetida yang
menyusun molekul globin dalam hemoglobin.Penyakit Thalasemia pertama kali
ditemukan oleh Cooley pada tahun 1927 yang dijumpai di Mediterania sampai ke
Asia dan Afrika Barat.(5.6)
11
Klasifikasi Thalasemia terdapat 2 tipe utama , yaitu:
1. Thalasemia Alfa , yaitu penurunan sintesis rantai alfa
2. Thalasemia Beta, yaitu penurunan sintesis rantai beta
PATOFISIOLOGI
Hemoglobin tersusun atas heme ( cincin porfirin yang mengikat Fe) dan globin
(protein). Thalasemia terjadi karena hilangnya atau delesi 1 gen atau sebagian gen
atau mutasi noktah pada gen. Kelainan ini menyebabkan menurunnya sintesis rantai
polipeptida yang menyusun globin. Kelainan pada gen alfa atau gen beta karena
kedua rantai itu adalah kompenen penyusun Hb A yang merupakan porsi > 95 % Hb
total orang normal. Jika terjadi kekurangan pembentukan Hb misalnya anemia , maka
terjadi pula penurunan sintesis rantai beta, sehingga rantai alfa yang berlebihan tidak
mendapat pasangan dan rantai alfa yang berlebihan itu akan mengalami agregasi
agregat dan mengendap pada membran eritrosit sehingga eritrosit mudah hancur di
dalam sumsum tulang maupun didalam sirkulasinya yang menyebabkan umur
eritrosit menjadi pendek. (6.7)
DEFINISI
Thalasemia Alfa adalah bentuk thalasemia yang sangat sering dijumpai di Asia
Tenggara., dimana terjadi penurunan sintesis rantai alfa.Dasar genetika dan
molekulnya ialah deletion dari gen alfa. Thalasemia alfa bersifat heretogenous yang
merupakan gangguan produksi rantai globin alfa yang mengarah pada relatif globin
rantai gamma pada janin dan bayi baru lahir dan rantai beta globin pada anak2 dan
orang dewasa.Dimana pada thalasemia alfa , rantai beta berlebihan dan mampu
membentuk tetramers larut , namun tidak stabil dan beberapa sel menjadi endapan sel
yang lama kelamaan menyebabkan berbagai manifestasi klinis.(7) Gejala klinis yang
sering dijumpai , anemia sedang ( 8- 10 g/dl ) ataupun cardiomegali . Sebagian
penderita tidak memerlukan transfusi kecuali timbul anemia berat. Bila rantai alfa
sama seakli tidak terbentuk, maka akan timbul sebagai kompensasi Hb Barts ,dimana
bayi lahir mati gejala menyerupai hydrop fetalis yang akan dijumpai edema anasarka,
hepatoslenomegali, ikterus berat dan janin yang sangat anemis. Janin mati pada
minggu 36-40.( 5,6,7 )
12
2 .2 THALASEMIA BETA
DEFINISI
Thalasemia Beta adalah gangguan produksi globin beta yang mengarah ke variabel
kelebihan rantai globin alfa, dimana globin alfa tidak dapat membentuk tetramers
larut ( Tetramers Prisipitate). (7)
Menurut gambaran klinik,thalasemia beta teridiri dari 3, yaitu :
1. Thalasemia Beta Minor atau Trait merupakan bentuk heterosigot yang sering
asimptomatik. Dapat ditandai dengan Microcytic Hypochromic anemia ,
jaundice dan splenomegali.
2. Thalassemia Intermedia. Gambaran kliniknya bervariasi antara thalasemia
mayor dan thalasemia minor .
3. Thalassemia Beta Mayor = Coleys Anemia , merupakan bentuk homosigot
yang tergantung pada transfusi darah ( Transfusion Dependent ). Gejala
biasanya pada saat bayi berumur 3- 6 bulan, anemis, kurus,
hepatosplenomegali dan ikterus ringan, gangguan pertumbuhan ( kerdil ) ,
Diabetes Militus , sirosis hati dan gonadal failure. (5,6 )
sGAMBARAN RADIOLOGIS :
1. SKULL
Mongoloid Facies ( Rodent Facies ), yaitu Progressive
Obliteration pada sinus paranasal. Terjadi pada kelainan yang sudah
lanjut pada anak – anak. Sinus paranasal tidak terbentuk dengan
sempurna , facial abnormalitis khususnya maksilaris dan mastoid ,
maloklusi gigi yang terjadi karena hiperplasi sumsum tulang ,dengan
gambaran Rodent Fasies.
13
tulang yaitu deossifikasi yang merupakan penurunan kepadatan tulang
dan ketebalan tabula eksterna dan terjadi pelebaran diploe pada
calvaria yang memberi gambaran radiologi berupa stirtion –hairbrust
Dikutip dari buku Textbook of Radiology and Imaging Vol. 2 D. Sutton hal 1323
Dikutip dari Dokumen Foto Skull AP-Lat RSDK Tanggal 09-08 2010
14
Dikutip dari buku Textbook Alisson Grainger hal 1906
2. CHEST
Generalized osteopenia dengan penipisan korteks disertai pelebaran
tulang kosta.
3. PERIPHERAL SKLETON
Generalized Osteopenia disertai bentuk korpus vertebra yang
bikonveks.Gambaran Skoliosis kadang dapat dijumpai. (4)
Pada tulang panjang dengan gambaran Erlenmeyer Flask Appareance
( bulging of normally concave outline of metaphysis) ( 8 )
Dikutip dari buku Textbook Pediatric Diagnostic Imaging Caffeys hal 2418
Gambaran Radiologis : Anak laki- laki usia 3 tahun dengan pelebaran pada
medulla, bentuk shaft persegi panjang , destruksi pada spongiosa dan erosi
endosteal irreguler pada korteks . Pada tibia , tampak multiple garis
transversal. Deformitas pada femur kiri dan fraktur patologik lama.(8)
A. B.
Dikutip dari buku Textbook of Radiology and Imaging Vol. 2 D. Sutton hal 1323
16
trabekular yang ”simplification ” pada anak laki – laki usia 15 tahun.
B. Tampak ’ flask shape ’ pada femur distal , trabekular yang kasar
dan penipisan koteks.(7.8)
Osteopenia disertai dengan trabekula yang kasar , penipisan korteks ,
pelebaran medulla dan bentuknya menjadi lebih silindris maupun
bikonveks yang paling sering terjadi pada metacarpal dan phalang.
17
Dikutip dari buku Textbook Pediatric Radiology – Mosby hal 177
18
radioterapi sering menderita leukemia dan korban bom Nagasaki dan
Hirosima.
Faktor Leukemogenik , yang berhubungan dengan zat kimia yang dapat
mempengaruhi frekwensi leukemia antara lain : benzena, insektisida dan obat
kemoterapi
Herediter . Biasanya pada pada penderita Sindrom Down, 20 kali lebih besar
terkena leukemia dibandingkan dengan orang normal.
Leukemia dapat dibagi menjadi :
1. Akut
a. Acute lymphoblastic leukemia ( ALL ) , paling sering ditemui dan
terbanyak pada anak – anak dan dewasa muda
b. Acute myeloid leukemia ( Acute nonlymphoblastic leukemia / AML),
dapat terjadi pada semua umur tetapi lebih sering pada orang dewasa.
2. Kronik
a. Chronic myeloid leukemia (CML), dapat terjadi pada semua umur,
terbanyak pada usia = 40 – 60 tahun
b. Chronic lymphocytic leukemia (CLL ) , terbanyak pada orang tua.
PATOFISIOLOGI
Proses patofisiologi leukemia dimulai dari transformasi ganas sel induk hematologik
atau turunannya . Proliferasi ganas sel induk ini menghasikan sel leukemia akan
mengakibatkan penekanan hemopoesis yang normal sehingga terjadi bone marrow
failure , akibatnya katabolisme sel akan meningkat yang juga akan menginfiltrasi sel
leukemia ke dalam organ sehingga menimbulkan organomegali. Sel leukemik yang
overproduction akan menyebabkan destruksi pada trabekula dan korteks
endosteal.Sehingga terjadi perubahan pada tulang berupa, metaphyseal lucencies,
diffuse destruction of bone, lesi osteolitik, lesi osteoblastik, lesi campuran dan reaksi
periosteal. ( 1,3,4,5 )
Pada pembahasan ini, yang akan di bahas adalah leukemia yang paling sering beserta
imaging konvensional yang ditemui.
GAMBARAN RADIOLOGIS
19
Sel leukemik yang produksinya berlebihan menyebabkan destruksi trabekula pada
medula dan korteks endosteal.
1. ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUKEMIA ( ALL ) DAN ACUTE MYELOID
LEUKEMIA
Predileksi lokasi : femur distal, radius distal , humerus proksimal dan tibia
proksimal ( biasanya pada metadiafisis )
Klinis : nyeri pada tulang atau sendi , soft tissue swelling
X – ray : Metaphyseal bone lucency , diffuse osteopenia, lesi litik –
permeatif (moth eaten), diffuse destruction. Lesi sklerotik – pada
metaphyses , granulocytic sarcoma ( chloroma).
Sering dijumpai pada skull, spine , kosta ataupun sternum.Lesi
intraarticular- swelling , osteoporosis juxta articular. Biasanya ditemui pada
acute myeloid leukemia.
20
A. B.
Dikutip dari buku Textbook of Radiology and Imaging Vol. 2 D. Sutton hal 1328
A. B.
21
Dikutip dari buku Textbook of Radiology and Imaging Vol. 2 D. Sutton hal 1329
22
Periosteal Reaction , sering terjadi namun tidak selalu karena proliferasi
deposit leukaemic sampai ke periosteum . Perdarahan pada subperiosteal
dapat terjadi.
Osteosclerosis of the metaphysis. Jarang di jumpai . Namun dapat terjadi
secara spontan pada anak sebagai hasil dari pengobatan.
HEMOFILIA B
Merupakan gangguan pembekuan darah yang disebabkan oleh defisiensi faktor IX
yang juga diturunkan secara X – linked resesif.Paling banyak terjadi pada laki- laki.
Gejala klinis berupa perdarahan pada sendi , otot, SSP , Gastrointestinal , sistem paru
– paru dan sistem kardiovaskuler.Pada bayi , perdarahan dapat terjadi setelah injeksi
immunisasi , pada anak –anak , perdarahn dapat terjadi setelah pencabutan gigi dan
pasca sirkumsisi.
PENYAKIT VON WILLEBRAND
23
Merupakan gangguan pembekuan darah yang disebabkan oleh defisiensi faktor von
Willebrand yang termasuk dalam sirkulasi faktor VIII yang diturunkan melalui
autosomal resesif. Faktor von willebrand berfungsi sebagai pembawa faktor VIII dan
pelindung dari degradasi proteolisis. Gejala klinis terdapat purpura karena perdarahan
dibawah kulit, epistaksis , menoragia juga sering terjadi dan perdarahan memanjang.
PATOFISIOLOGI:
Faktor VIII danfaktor IX merupakan protein plasma yang merupakan komponen yang
diperlukan untuk pembekuan darah.Faktor ini diperlukan untuk pembentukan bekuan
fibrin bila ada cedera pada vaskuler. Pada Hemofilia terjadi defisiensi faktor VIII
( clotting activity) dan faktor IX karena sintesis menurun atau pembentukannya
dengan struktur yang abnormal, sehingga mengganggu jalur intrinsik yang
menyebabkan berkurangnya pembentukan fibrin. Akibatnya terjadi gangguan
koagulasi .
GAMBARAN RADIOLOGIS
Lokasi yang paling sering : hip, knee, ankle, elbow dan shoulder dan biasanya
bilateral.
Terjadi hemartrosis yang digambarkan dengan adanya joint effusion
yang menyebabkan distensi pada kapsula sinovial, pembengkakan sendi
, penipisan kartilago ,pelebaran tonjolan interkondiler ( intercondyler
notch) , pembesaran pusat ossifikasi berupa epifisis yang cepat
tumbuh ,squaring patella polus inferior, pendataran kondilus femur
distal , kista subkondral dan erosi marginal.
Perdarahan sendi yang terjadi adalah akibat cidera yang mengakibatkan
robekan pembuluh darah sinovium dan darah akan terakumulasi dalam
sendi, sehingga terjadi iskemik pada sinovium dan tulang
subkondral.Dengan perdarahan berulang terjadi hiperplasia dan fibrosis
pada jaringan sinovial.Proliferasi sinovial akan menyebabkan terbentuknya
pannus Pannus ini akan mengikis tulang rawan sendi daerah perifer dan
menutupi serta menekan permukaan tulang rawan di daerah tengah.
Sendi tulang rawan juga akan rusak akibat enzim proteolitik yang
dihasilkan jaringan sinovial yang mengalami inflamasi yang akan
merusakkan sendi tulang rawan yang menyebabkan pembatasan ruang
24
lingkup sendi dan kontaktur sendi akibat fibrosis kapsul dan sinovial sendi.
Iskhemi lokal juga akan menyebabkan terbentuknya kista sub khondral
tulang.
Dikutip dari buku Textbook Alisson Grainger Vol 2 hal 1921 dan Textbook Pediatric Diagnostic
25
pada hemofilia yang berat (9,10)
Valderamma & Mathews (1965) membagi kista ini atas 3 jenis. Jenis yang
1. kista yang sederhana yang terbentuk pada pembungkus fasia otot,
2. kista yang terdapat didalam otot dan melekat ke periosteum tulang dan
mengakibatkan menipisnya tulang.
3. pseudotumor terbentuk akibat perdarahan subperiosteal dan
menimbulkan kerusakkan pada tulang sehingga timbul fraktur patologis
dalam waktu yang singkat
Lokasi yang paling sering terkena adalah pelvis, femur , tibia dan
fibula.
Dikutip dari buku Textbook of Radiology and Imaging Vol. 2 D. Sutton hal 1349
Pada kelompok ini, anemia yang terjadi karena kegagalan dari sumsum
tulang ( bone marrow failure) , yang bukan hanya karena mengganggu
sistem eritoid , namun juga sistem mieloid dan megakariosit sehingga
26
menimbulkan pansitopenia, yang ditandai dengan adanya anemia,
leukopenia dan trombositopenia dengan segala manifestasinya.
DEFINISI
Anemia Fanconi adalah kelainan yang diturunkan secara autosomal
resesif yang ditandai dengan Pansitopenia dengan berbagai bentuk anomali
kongenital
Gejala klinik yang sering muncul adalah pada usia 5-10 tahun, yang
biasanya hanya dijumpai gangguan pertumbuhan dan defek kongenital
seperti pada tulang berupa mikrosefali , absennya tulang radius atau ibu
jari, kelainan ginjal ( horse shoe kidney) serta kelainan kulit berupa
hipopigmentasi dan hiperpigmentasi.Bahkan pada 10 % kasus dapat
mengalami transformasi maligna menjadi leukemia mieloid akut (4,5,12)
GAMBARAN RADIOLOGIS
Formasi tulang yang tidak sempurna pada ibu jari , first metacarpal dan
radius termasuk juga dislokasi pada hip dan club foot.
Dikutip dari buku Textbook Pediatric Diagnostic Imaging Caffeys hal 2193
27
Suatu keadaan dimana eritroblas yang abnormal dalam sirkulasi janin atau
bayi baru lahir yang terjadi karena ketidakcocokan ( incompatibility )
sistem imun antara darah ibu dan janin yang paling sering oleh karena
faktor Rh. Namun dapat juga terjadi oleh karena incompatibility grup darah
yang menyebabkan hemolisis eritrosit , anemia hemolitik , hydrops fetalis
dan icterus neonatorum.
Rh dominan biasa disebut Rh posititif (+) artinya seseorang yang memiliki
copy Rh factor dan sebaliknya seseorang yang tidak mempunyai copy Rh
factor disebut Rh negatif (-). Pada erythroblastosis fetalis yang terjadi ,
ayah Rh (+) dan ibu Rh (-), maka kemungkinan anaknya memiliki Rh (+)
sedangkan ibu tidak mempunyai copy Rh factor, sementara dalam darah
janinnya terkandung Rh (+) , maka terjadi Incompatibility Rh.(13,14)
PATOFISIOLOGI
Penyakit inkompatibilitas Rh terjadi ketika sistem imun ibu menghasilkan
antibodi yang melawan sel darah merah janin yang dikandungnya. Pada
saat ibu hamil, eritrosit janin masuk ke dalam sirkulasi darah ibu yang
dinamakan fetomaternal microtransfusion. Bila ibu tidak memiliki antigen
seperti yang terdapat pada eritrosit janin, maka ibu akan di stimulasi untuk
membentuk imun antibodi. Imun antibodi tipe IgG tersebut dapat melewati
plasenta dan kemudian masuk kedalam peredaran darah janin sehingga sel-
sel eritrosit janin akan diselimuti (coated) dengan antibodi tersebut dan
akhirnya terjadi aglutinasi dan hemolisis, yang kemudian akan
menyebabkan anemia (reaksi hipersensitivitas tipe II). Hal ini akan
dikompensasi oleh tubuh bayi dengan cara memproduksi dan melepaskan
sel-sel darah merah yang imatur yang berinti banyak, disebut dengan
eritroblas (yang berasal dari sumsum tulang) secara berlebihan dapat
menyebabkan pembesaran hati dan limpa yang selanjutnya dapat
menyebabkan rusaknya hepar dan ruptur limpa. Produksi eritroblas ini
melibatkan berbagai komponen sel-sel darah, seperti platelet dan faktor
penting lainnya untuk pembekuan darah sehingga dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan. ( 13,14)
GAMBARAN RADIOLOGIS
28
Pertumbuhan tulang yang abnormal berupa metaphyseal translucencies
pada tulang panjang. Diffuse sklerotik juga dapat terlihat namun sulit
dibedakan dengan osteosclerosis yang fisiologis pada bayi.
Dikutip dari buku Textbook Pediatric Diagnostic Imaging Caffeys hal 2417
KESIMPULAN
29
Bagi seorang Radiologist juga sangat penting diketahui mekanisme
pembentuk sel darah ( sistem hemopoetik) beserta imaging konvensional
yang sederhana maupun canggih.
DAFTAR PUSTAKA
30
Imaging . 4th ed. Mosby. Philadelphia ; 470-472
11. Hemofilia .Available from : hhtp:// docs. Goggle .com/ viewer .journal
31