Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HEMATOPOESIS

ISUSUN OLEH :

Achmad Ya Habibi Raharusun 1804034006

D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUIM MEDIK


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF .DR. HAMKA JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia pembentukan sel-sel darah sangat berperan penting dalam
proses penumbuhan dan perkembangan seorang individu, seperti yang kita ketahui
bahwa ada sebuah kehidupan di muka bumi ini yang berawal dari kehidupan fetus
hingga bayi dilahirkan, pembentukan sel darah berlangsung dalam 3 tahap yaitu:
1.         Pembentukan di saccus vitelinus
2.         Pembentukan dihati,kelenjar limfe dan limpa
3.         Pembentukan di sumsum tulang.
Sesudah lahir semua sel darah dibuat pada sumsum tulang kecuaili limfosit yang juga
dibentuk di kelenjar limfe, thymus dan lien. Pada orang dewasa pembentukan sel-sel
darah dibentuk di luar sumsum tulang masih dapat terjadi bila sumsum tulang
mengalami kerusakan atau mengalami fibrosis.
Sampai dengan usia 5 tahun pada dasarnya semua tulang dapat menjadi tempat
pembentukan sel darah tetapi sumsum tulang dari tulang panjang kecuali bagian
proksimal, humerus, dan tibia, tidak lagi membentuk sel darah setelah usia mencapai
20 tahun. Setelah usia 20 tahun sel darah diproduksi teerutama pada tulang belakang,
sternum tulang iga dan ilium.nah dengan demikian peran pembentukan sel-sel darah
sangat penting dalam tumbuh dan perkembangan seseorang .

    Tujuan
1.      Mengetahui proses pembentukan sel darah.
2.      Mengetahui pengertian eritosit beserta hal-hal yang berkaitan dengan eritrosit.
3.      Mengetahui pengertian leukosit beserta hal-hal yang berkaitan dengan leukosit.
4.      Mengetahui pengertian leukosit beserta hal-hal yang berkaitan dengan
hemoglobin.
5.      Mengetahui pengertian trombosit beserta hal-hal yang berkaitan dengan
trombosit.
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Darah
Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid cair yang
mengandung elektrolit (Baldy, 2006).  Darah mempunyai fungsi penting dalam
sirkulasi.  Secara umum  fungsi darah adalah sebagai alat transportasi oksigen,
karbondioksida, zat gizi, dan sisa metabolisme, mempertahankan, keseimbangan asam
basa, mengatur cairan jaringan dan cairan ekstra sel, mengatur suhu tubuh, dan
sebagai pertahanan tubuh dengan mengedarkan antibodi dan sel darah putih (Goorha
et al, 2003).   Sel-sel darah tersebut mempunyai umur tertentu, sehingga dibutuhkan
pembentukan sel-sel darah baru yang disebut hematopoesis.

B.       Pembentukan sel darah (Hemopoesis/Hematopoiesis)


Hemopoesis atau hematopoiesis ialah proses pembentukan darah. Tempat hemopoesis
pada manusia berpindah-pindah sesuai dengan umur :
a.         Janin                   : umur 0-2 bulan (kantung kuning telur)
               umur 2-7 bulan (hati, limpa)
                 umur 5-9 bulan (sumsum tulang)
b.        Bayi                   : Sumsum tulang
c.         Dewasa              : vertebra, tulang iga, sternum, tulang tengkorak,
 sacrum   dan pelvis, ujung proksimal femur
Pada orang dewasa dalam keadaan fisiologik semua hemopoesis terjadi pada sumsum
tulang. Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan :
1.         Sel induk hemopoetik (hematopoietic stem cell)
Sel induk hemopoetik ialah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-sel darah,
termasuk eritrosit, lekosit, trombosit, dan juga beberapa sel dalam sumsum tulang
seperti fibroblast. Sel induk yang paling primitif sebagai pluripotent (totipotent) stem
cell.
Sel induk pluripotent mempunyai sifat :
a.         Self renewal : kemampuan memperbarui diri sendiri sehingga tidak akan
pernah habis meskipun terus membelah;
b.         Proliferative : kemampuan membelah atau memperbanyak diri;
c.         Diferensiatif : kemampuan untuk mematangkan diri menjadi sel-sel dengan
fungsi-fungsi tertentu.
Menurut sifat kemampuan diferensiasinya maka sel induk hemopoetik dapat dibagi
menjadi :
a.         Pluripotent (totipotent)stem cell : sel induk yang mempunyai yang mempunyai
kemampuan untuk menurunkan seluruh jenis sel-sel darah.
b.        Committeed stem cell : sel induk yang mempunyai komitmet untuk
berdiferensiasi melalui salah satu garis turunan sel (cell line). Sel induk yang
termasuk golongan ini ialah sel induk myeloid dan sel induk limfoid.
c.         Oligopotent stem cell : sel induk yang dapat berdiferensiasi menjadi hanya
beberapa jenis sel. Misalnya CFU-GM (colony forming unit-
granulocytelmonocyte) yang dapat berkembang hanya menjadi sel-sel granulosit dan
sel-sel monosit.
d.        Unipotent stem cell : sel induk yang hanya mampu berkembang menjadi satu
jenis sel saja. Contoh CFU-E (colony forming unit-erythrocyte) hanya dapat menjadi
eritrosit, CFU-G (colony forming unit-granulocyte) hanya mampu berkembang
menjadi granulosit.
2.         Lingkungan mikro (microenvirontment) sumsum tulang
Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan sel induk
tumbuh secara kondusif. Komponen lingkungan mikro ini meliputi :
a.         Mikrosirkulasi dalam sumsum tulang
b.        Sel-sel stroma :
-            Sel endotel
-            Sel lemak
-            Fibroblast
-            Makrofag
-            Sel reticulum
c.         Matriks ekstraseluler : fibronektin, haemonektin, laminin, kolagen, dan
proteoglikan.
Skema Hematopoiesis
(Themi et al, 2004)

Lingkungn mikro sangat penting dalam hemopoesis karena berfungsi untuk :


a.         Menyediakan nutrisi dan bahan hemopoesis yang dibawa oleh peredaran darah
mikro dalam sumsum tulang.
b.        Komunikasi antar sel (cell to cell communication), terutama ditentukan oleh
adanya adhesion molecule.
c.         Menghasilkan zat yang mengatur hemopoesis : hematopoietic growth factor,
cytokine, dan lain-lain.

3.         Bahan-bahan pembentuk darah


Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembentukan darah adalah :
1.        Asam folat dan vitamin B12 : merupakan bahan pokok pembentuk inti sel.
2.        Besi : sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin.
3.        Cobalt, magnesium, Cu, Zn.
4.        Asam amino.
5.        Vitamin lain : vitamin C. vitamin B kompleks dan lain-lain

4.         Mekanisme regulasi
Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas pertumbuhan
sel dan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke darah tepi sehingga
sumsum tulang dapat merespon kebutuhan tubuh dengan tepat. Produksi komponen
darah yang berlebihan ataupun kekurangan (defisiensi) sama-sama menimbulkan
penyakit. Zat-zat yang berpengaruh dalam mekanisme regulasi ini adalah :
a.         Faktor pertumbuhan hemopoesis (hematopoietic growth factor) :
-       Granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF)
-       Granulocyte colony stimulating factor (G-CSF)
-       Macrophage-colony stimulating factor (M-CSF)
-       Thrombopoietin
-       Burst promoting activity (BPA)
-       Stem cell factor (kit ligand)
b.        Sitokon (Cytokine) seperti misalnya IL-3 (interleukin-3), IL-4, IL-5, IL-7, IL-
8, IL-9, IL-9, IL-10.
Growth factor dan sitokin sebagian besar dibentuk oleh sel-sel darah sendiri, seperti
limfosit, monosit, atau makrofag, serta sebagian oleh sel-sel penunjang, seperti
fibroblast dan endotil. Sitokin ada yang merangsang pertumbuhan sel
induk (stimulatory cytokine), sebagian lagi menekan pertumbuhan sel
induk (inhibitory cytokine). Keseimbangan kedua jenis sitokin ini sangat menentukan
proses hemopoesis normal.
c.         Hormon hemopoetik spesifik yaitu Erythrpoietin : merupakan hormon yang
dibentuk diginjal khusus merangsang precursor eritroid.
d.        Hormon nonspesifik
Beberapa jenis hormone diperlukan dalam jumlah kecil untuk hemopoesis, seperti :
-            Androgen : berfungsi menstimulasi eritropoesis.
-            Estrogen : menimbulkan inhibisi eritropoesis.
-            Glukokortikoid.
-            Growth hormon
-            Hormone tiroid
Dalam regulasi hemopoesis normal terdapat feed back mechanism : suatu mekanisme
umpan balik yang dapat merangsang hemopoesisjika tubuh kekurangan komponen
darah (positive loop) atau menekan hemapoesis jika tubuh kelebihan komponen darah
tertentu (negative loop).
Diagram tabung yang berisi darah dengan plasma darah
(A Beginner’s Guide to Blood Cells, oleh Barbara J Bain, 2nd Edition, by Blackwell
Publishing Ltd, 2004, halaman 2)

C.      Sel Darah Merah (Eritrosit)


Eritrosit membawa hemoglobin didalam sirkulasi. Ia merupakan cakram bikonkaf
yang dibentuk dalam sumsum tulang. Pada mamalia, ia kehilangan intinya sebelum
memasuki sirkulasi. Untuk mengangkut hemoglobin agar berkontak erat dengan
jaringan dan agar pertukaran gas berhasil, eritrosit yang berdiameter 8 μm harus dapat
secara berulang melalui mikrosirkulasi yang diameter minimumnya 3,5 μm, untuk
mempertahankan hemoglobin dalam keadaan tereduksi (ferro) dan untuk
mempertahankan keseimbangan osmotik walaupun konsentrasi protein (hemoglobin)
tinggi dalam sel. Perjalanan secara keseluruhan selama masa hidupnya yang 120 hari
diperkirakan sepanjang 480 km (300 mil).
Untuk memenuhi fungsi ini, eritrosit adalah cakram bikonkaf yang fleksibel dengan
kemampuan menghasilkan energy sebagai adenosin trifosfat (ATP) melalui jalur
glikolisis anaerob (Embden-meyerhof) dan menghasilkan kekuatan pereduksi sebagai
NADH melalui jalur ini serta sebagai nikotinamida adenine dinukleotida fosfat
tereduksi (NADPH) melalui jalur pintas heksosa monofosfat.

Gambar eritrosit normal

(A Beginner’s Guide to Blood Cells, oleh Barbara J Bain, 2nd Edition, by Blackwell


Publishing Ltd, 2004, halaman 3)

a.         Eritropoiesis
Pembentukan eritrosit (eritropoiesis) merupakan suatu mekanisme umpan balik. Ia
dihambat oleh peningkatan kadar eritrosir bersirkulasi dan dirangsang oleh anemia. Ia
juga dirangsang oleh hipoksia dan peningkan aklimatisasi ke tempat tinggi.
Eritropoiesis dikendalikan oleh suatu hormon glikoprotein bersirkulasi yang dinamai
eritropoietin yang terutama disekresikan oleh ginjal.
Setiap orang memproduksi sekitar 10 eritrosit baru tiap hari melalui proses
eritropoiesis yang kompleks dan teratur dengan baik. Eritropoiesis berjalan dari sel
induk menjadi prekursor eritrosit yang dapat dikenali pertama kali di sumsum tulang,
yaitu pronormoblas. Pronormoblas adalah sel besar dengan sitoplasma biru tua,
dengan inti ditengah dan nucleoli, serta kromatin yang sedikit menggumpal.
Pronormoblas menyebabkan terbentuknya suatu rangkaian normoblas yang makin
kecil melalui sejumlah pembelahan sel. Normoblas ini juga mengandung sejunlah
hemoglobin yang makin banyak (yang berwarna merah muda) dalam sitoplasma,
warna sitoplasma makin biru pucat sejalan dengan hilangnya RNA dan apparatus
yang mensintesis protein, sedangkan kromatin inti menjadi makin padat. Inti akhirnya
dikeluarkan dari normoblas lanjut didalam sumsum tulang dan menghasilkan stadium
retikulosit yang masih mengandung sedikit RNA ribosom dan masih mampu
mensintesis hemoglobin.
Sel ini sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama 1-2 hari dalam
sumsum tulang dan juga beredar di darah tepi selama 1-2 hari sebelum menjadi matur,
terutama berada di limpa, saat RNA hilang seluruhnya. Eritrosit matur berwarna
merah muda seluruhnya, adlah cakram bikonkaf tak berinti. Satu pronormoblas
biasanya menghasilkan 16 eritrosit matur. Sel darah merah berinti (normoblas)
tampak dalam darah apabila eritropoiesis terjadi diluar sumsum tulang (eritropoiesis
ekstramedular) dan juga terdapat pada beberapa penyakit sumsum tulang. Normoblas
tidak ditemukan dalam darah tepi manusia yang normal.
b.        Membran Eritrosit
Membran eritrosit terdiri atas lipid dua lapis (lipid bilayer), protein membran integral,
dan suatu rangka membrane. Sekitar 50% membran adalah protein, 40% lemak, dan
10 % karbohidrat. Karbohidrat hanya terdapat pada permukaan luar sedangkan protein
dapat diperifer atau integral, menembus lipid dua lapis.

D.      Hemoglobin
Pigmen merah pembawa oksigen didalam eritrosit vertebrata merupakan hemoglobin,
suatu protein dengan berat molekul 64.450. Hemoglobin suatu molekul globin yang
dibentuk 4 subunit. Tiap subunit mengandung suatu gugus hem yang dikonjugasi ke
suatu poplipeptida. Hem merupakan turunan porfirin yang mengandung besi.
Polipeptida dinamai secara bersama-sama sebagai bagian globin dari molekul
hemoglobin. Ada 2 pasangan polipeptida dalam tiap molekul hemoglobin, 2 subunit
mengandung satu jenis polipeptida dan 2 mengandung lainnya. Pada hemoglobin
manusia dewasa normal (hemoglobin A), 2 jenis polipeptida dinamai rantai α,
masing-masingnya mengandung 141 gugusan asam amino dan rantai β, yang masing-
masingnya mengandung 146 gugusan asam amino. Sehingga hemoglobin A dinamai
α2β2. Tidak semua hemoglobin dalam darah dewasa normal merupakan hemoglobin
A. sekitar 2,5% hemoglobin merupakan hemoglobin A2, tempat rantai β digantikan
oleh δ (α2δ2). Rantai δ juga mengandung 146 gugusan asam amino, tetapi 10 gugusan
tersendiri berbeda dari yang dalam rantai β.
Ada sejumlah kecil dari rantai 3 turunan hemoglobin A yang berhubungan erat
dengan hemoglobin A yang diglikolisasi. Salah satu dari ini, hemoglobin
A1c (HbA1c), mempunyai suatu glukosa yang dilekatkan ke valin terminal dalam tiap
rantai β dan mempunyai minat khusus karena jumlah dalam darah meningkat didalam
diabetes mellitus terkontrol buruk.
Hemoglobin mengikat O2 untuk membentuk oksihemoglobin, O2 yang melekat ke
Fe2+ didalam hem. Afinitas hemoglobin bagi O2 dipengaruhi oleh pH, suhu, dan dan
konsentrasi 2,3-difosfogliserat (2,3-DPG). 2,3-DPG dan H+ bersaing
denganO2 dalam pengikatan ke hemoglobin di deoksigenasi, yang menurunkan
afinitas hemoglobin bagi O2 dengan memindahkan posisi 4 rantai polipeptida
(struktur kuatener).
Bila darah terpapar ke berbagai obat dan zat pengoksidasi lain in vitro atau in vivo,
maka besi fero (Fe2+) dalam molekul diubah ke ion feri (Fe3+), yang membentuk
methemoglobin. Methemoglobin berwarna gelap dan bila ia ada didalam jumlah besar
didalam sirkulasi, maka ia akan menyebabkan pewarnaan kulit berwarna kehitaman
yang menyerupai sianosis. Normalnya timbul sejumlah oksidasi hemoglobin ke
methemoglobin, tetapi system enzim didalam eritrosit, system NADH-methemoglobin
reduktase, mengubah methemoglobin kembali ke hemoglobin.
Hemoglobin dewasa normal.
(Haematology at a Glance, oleh Victor Hoffbrand, edisi ke-2, London 2005, hal 10)

Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin membentuk karbonmonoksi


hemoglobim (karboksihemoglobin). Afinitas hemoglobin bagi O2 jauh lebih rendah
dibandingkan afinitasnya bagi karbon monoksida, yang akibatnya menggeser O2 dari
hemoglobin, yang mengurangi kapasitas darah membawa oksigen.

a.         Sintesis Hemoglobin
Kandungan hemoglobin normal rata-rata 16 g/dl pada pria dan 14 g/dl pada wanita,
yang semuanya terdapat dalam eritrosit. Didalam badan pria 70 kg ada sekitar 900 g
hemoglobin serta 0,3 g hemoglobin dirusak dan 0,3 g disintesis setiap jam. Bagian
hem dari molekul hemoglobin disintesis dari glisin dan suksinil-KoA.

b.      Katabolisme Hemoglobin
Bila eritrosit tua dirusak di dalam system retikuloendotel, maka bagian globin
molekul hemoglobin dipecah dan hem diubah ke biliverdin. Pada manusia,
kebanyakan biliverdin diubah ke bilirubin dan diekskresikan ke dalam empedu. Besi
dari hem digunakan kembali untuk sintesis hemoglobin; jika darah hilang dari badan
dan defisiensi besi tidak dikoreksi, maka timbul anemia defisiensi besi.
(Haematology at a Glance, oleh Victor Hoffbrand, edisi ke-2, London 2005, hal 11)

c.       Pemberi warna merah pada darah


Protein heme berfungsi dalam pengikatan dan pengangkutan O2, serta fotosintesis.
Gugus prostetik heme merupakan senyawa tetrapirol siklik, yang jejaring ekstensifnya
terdiri atas ikatan rangkap terkonjugasi, yang menyerap cahaya pada ujung bawah
spektrum visibel sehingga membuatnya berwarna merah gelap. Senyawa tetrapirol
terdiri atas 4 molekul pirol yang dihubungkan dalam cincin planar oleh 4 jembatan
metilen-α. Substituen β menentukan bentuk sebagai heme atau senyawa lain. Terdapat
1 atom besi fero (Fe2+) pada pusat cincin planar, yang bila teroksidasi, akan
menghancurkan aktivitas biologik.

E.       Sel Darah Putih (Leukosit)


Leukosit tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoeboid dan dapat
menembus dinding kapiler /diapedesis. Jumlah normal 4 × 109 hingga 11 × 109 sel
leukosit dalam satu liter darah manusia dewasa yang sehat atau sekitar 7000 - 25000
sel per tetes (Harahap, 2008).  Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti,
disebut juga sel darah putih.  Dilihat dibawah mikroskop sitoplasmanya sel darah
putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa
tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang
bervariasi.  Sedangkan yang tidak mempunyai granula sitoplasmanya homogen
dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal.  Granula dianggap spesifik bila secara
tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor
(prazatnya) (Effendi, 2003).  
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme
terhadap zat-zat asing.  Leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos
antara sel-sel endotelium dan menembus ke dalam jaringan penyambung.  Bila
memeriksa variasi fisiologi dan patologi sel-sel darah tidak hanya persentase tetapi
juga jumlah absolut masing-masing jenis per unit volume darah harus diambil
(Effendi, 2003).  Ada enam macam sel darah putih yang secara normal ditemukan
dalam darah yaitu neutrofil polimorfonuklear, eosinofil polimorfonuklear, basofil
polimorfonuklear, monosit, limfosit dan kadang-kadang sel plasma.  Sel-sel
polimorfonuklir seluruhnya mempunyai gambaran granular sehingga disebut
granulosit.  Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap organisme penyerang
terutama dengan cara mencernanya yaitu melalui fagositosis.  Fungsi pertama sel
limfosit dan sel-sel plasma berhubungan dengan sistem imun.

Diferensiasi Sel Darah Putih (Leukosit) Mencit (Mus musculus)


a. Neutrofil  b. Eosinofil c. Basofil  d. Limfosit  mencit (Perbesaran 100x)  
(Sumber: Themi et al, 2004) e. Monosit mencit (Perbesaran 100x) (Sumber:
Weiss and Wardrop, 2010)

F.       Trombopoiesis
a.       Perkembangan trombosit di sumsum tulang
Pada trobopoiesis terjadi proses poliploidisasi berulang kali yang menimbulkan
berbagai tipe sel 2N-32N (64N) melalui endoreduplikasi DNA. Terdapat tiga macam
bentuk sel yang dapat dikenali :
·      Megakarioblas
Badan sel biasanya lebih besar dari pada badan sel proeiritroblas. Perbandingan antara
inti dan sitoplasma berubah karena inti menjadi lebih besar. Kepadatan kromatin inti
berbeda-beda. Nukleolus sebagian besar tertutup, tetapi terdapat dalam jumlah besar.
Pada penyatuan inti yang mencolok terdapat sel yang berinti dua hingga empat.
Sitoplasma tampak nasofilik kuat, terbebas dari granulasasi dan dibagian tepi kadang-
kadang terlihat sedikit menjuntai. Sering terdapat trombosit yang melekat.
·      Promegakariosit
Promegakarisit adalah megakariosit yang setengah matang. Produk poliploidasi
megakarioblas yang berdemensi besar. Inti sel sangat besar dan sedikit berlobus selain
bentuk dengan kecenderungan segmentasi (berlobus) yang dapat dikenali dengan
jelas. Kromatin inti sebagian besar teranyam rapat, nukleoulus yang ada kebanyakan
terselubungi. Sitoplasma tampak basofilik dengan beberapa areaazurofilik, yang
menunjukan permulaan aktivitas trombopoesis. Luas sitoplasma bertambah secara
nyata. Ditepi sel terdapat trobosit yang melekat
·      Megakariosit yang matang
Sel terbesar yang dijumpai pada hematopoiesis di sumsum tulang dalam kondisi
normal. Serangkaian gumpalan inti yang khas terbentuk dari sitoplasma azurofilik
ditutupi bintik-bintik halus, sebagai perwujudan terakhir pembentukan trombosit yang
aktif. Perluasan dan penonjolan bagian sitoplasma azurofilik menandakan suatu
persiapan pelepasan trombosit.
Sebagian kecil megakariosit (dibawah 10%) menunjukkan inti tunggal atau ganda
yang berbentuk bulat-oval dan kecil (yang lebih dikenal sebagai mikromegakariosit)
pada pengecilan diameter sel. Elemen-elemen ini juga memiliki aktivitas
trombopoetik.
b.      Stadium pelepasan trombosit
Struktur sitoplasma megakariosit yang berada pada tahap ini, dan saling berhubungan,
menunjukkan penjuluran yang tidak beraturan dan bertambahnya peluruhan. Pada
keadaan ini, terbentuk makropartikel yang tak terbilang banyaknya dan selanjutnya
mikropartikel dengan granulasi azurofilik yang merupakan trombosit matang. Sisa inti
yang tidak mengandung sitoplasma tetap ada sampai dihancurkan oleh makrofag di
sumsum tulang.

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Pembentukan sel darah (hemopoiesis) merupakan proses pembentukan komponen sel
darah, dimana terjadi Proliferasi, Maturasi dan Diferensiasi sel yang terjadi secara
serentak. Dimana sel-sel darah terdiri eritrosit , leukosit dan trombosit. Sel-sel darah
tersebut mempunyai peranan penting di dalam tubuh. Diantaranya :
ü  Eritrosit berfungsi membawa O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari
jaringan ke paru. Untuk mencapai pertukaran gas ini, eritrosit mengandung protein
khusus yaitu hemoglobin.
ü  Leukosit berfungsi membawa makanan dari tempat penyerapan ke seluruh tubuh,
membawa bahan buangan dalam arah sebaliknya dan mempertahankan tubuh dari
benda asing yang berbahaya.
ü  Trombosit berfungsi mencegah tubuh kehilangan darah akibat perdarahan di
dinding pembuluh darah.

Anda mungkin juga menyukai