ISUSUN OLEH :
Tujuan
1. Mengetahui proses pembentukan sel darah.
2. Mengetahui pengertian eritosit beserta hal-hal yang berkaitan dengan eritrosit.
3. Mengetahui pengertian leukosit beserta hal-hal yang berkaitan dengan leukosit.
4. Mengetahui pengertian leukosit beserta hal-hal yang berkaitan dengan
hemoglobin.
5. Mengetahui pengertian trombosit beserta hal-hal yang berkaitan dengan
trombosit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Darah
Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid cair yang
mengandung elektrolit (Baldy, 2006). Darah mempunyai fungsi penting dalam
sirkulasi. Secara umum fungsi darah adalah sebagai alat transportasi oksigen,
karbondioksida, zat gizi, dan sisa metabolisme, mempertahankan, keseimbangan asam
basa, mengatur cairan jaringan dan cairan ekstra sel, mengatur suhu tubuh, dan
sebagai pertahanan tubuh dengan mengedarkan antibodi dan sel darah putih (Goorha
et al, 2003). Sel-sel darah tersebut mempunyai umur tertentu, sehingga dibutuhkan
pembentukan sel-sel darah baru yang disebut hematopoesis.
4. Mekanisme regulasi
Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas pertumbuhan
sel dan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke darah tepi sehingga
sumsum tulang dapat merespon kebutuhan tubuh dengan tepat. Produksi komponen
darah yang berlebihan ataupun kekurangan (defisiensi) sama-sama menimbulkan
penyakit. Zat-zat yang berpengaruh dalam mekanisme regulasi ini adalah :
a. Faktor pertumbuhan hemopoesis (hematopoietic growth factor) :
- Granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF)
- Granulocyte colony stimulating factor (G-CSF)
- Macrophage-colony stimulating factor (M-CSF)
- Thrombopoietin
- Burst promoting activity (BPA)
- Stem cell factor (kit ligand)
b. Sitokon (Cytokine) seperti misalnya IL-3 (interleukin-3), IL-4, IL-5, IL-7, IL-
8, IL-9, IL-9, IL-10.
Growth factor dan sitokin sebagian besar dibentuk oleh sel-sel darah sendiri, seperti
limfosit, monosit, atau makrofag, serta sebagian oleh sel-sel penunjang, seperti
fibroblast dan endotil. Sitokin ada yang merangsang pertumbuhan sel
induk (stimulatory cytokine), sebagian lagi menekan pertumbuhan sel
induk (inhibitory cytokine). Keseimbangan kedua jenis sitokin ini sangat menentukan
proses hemopoesis normal.
c. Hormon hemopoetik spesifik yaitu Erythrpoietin : merupakan hormon yang
dibentuk diginjal khusus merangsang precursor eritroid.
d. Hormon nonspesifik
Beberapa jenis hormone diperlukan dalam jumlah kecil untuk hemopoesis, seperti :
- Androgen : berfungsi menstimulasi eritropoesis.
- Estrogen : menimbulkan inhibisi eritropoesis.
- Glukokortikoid.
- Growth hormon
- Hormone tiroid
Dalam regulasi hemopoesis normal terdapat feed back mechanism : suatu mekanisme
umpan balik yang dapat merangsang hemopoesisjika tubuh kekurangan komponen
darah (positive loop) atau menekan hemapoesis jika tubuh kelebihan komponen darah
tertentu (negative loop).
Diagram tabung yang berisi darah dengan plasma darah
(A Beginner’s Guide to Blood Cells, oleh Barbara J Bain, 2nd Edition, by Blackwell
Publishing Ltd, 2004, halaman 2)
a. Eritropoiesis
Pembentukan eritrosit (eritropoiesis) merupakan suatu mekanisme umpan balik. Ia
dihambat oleh peningkatan kadar eritrosir bersirkulasi dan dirangsang oleh anemia. Ia
juga dirangsang oleh hipoksia dan peningkan aklimatisasi ke tempat tinggi.
Eritropoiesis dikendalikan oleh suatu hormon glikoprotein bersirkulasi yang dinamai
eritropoietin yang terutama disekresikan oleh ginjal.
Setiap orang memproduksi sekitar 10 eritrosit baru tiap hari melalui proses
eritropoiesis yang kompleks dan teratur dengan baik. Eritropoiesis berjalan dari sel
induk menjadi prekursor eritrosit yang dapat dikenali pertama kali di sumsum tulang,
yaitu pronormoblas. Pronormoblas adalah sel besar dengan sitoplasma biru tua,
dengan inti ditengah dan nucleoli, serta kromatin yang sedikit menggumpal.
Pronormoblas menyebabkan terbentuknya suatu rangkaian normoblas yang makin
kecil melalui sejumlah pembelahan sel. Normoblas ini juga mengandung sejunlah
hemoglobin yang makin banyak (yang berwarna merah muda) dalam sitoplasma,
warna sitoplasma makin biru pucat sejalan dengan hilangnya RNA dan apparatus
yang mensintesis protein, sedangkan kromatin inti menjadi makin padat. Inti akhirnya
dikeluarkan dari normoblas lanjut didalam sumsum tulang dan menghasilkan stadium
retikulosit yang masih mengandung sedikit RNA ribosom dan masih mampu
mensintesis hemoglobin.
Sel ini sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama 1-2 hari dalam
sumsum tulang dan juga beredar di darah tepi selama 1-2 hari sebelum menjadi matur,
terutama berada di limpa, saat RNA hilang seluruhnya. Eritrosit matur berwarna
merah muda seluruhnya, adlah cakram bikonkaf tak berinti. Satu pronormoblas
biasanya menghasilkan 16 eritrosit matur. Sel darah merah berinti (normoblas)
tampak dalam darah apabila eritropoiesis terjadi diluar sumsum tulang (eritropoiesis
ekstramedular) dan juga terdapat pada beberapa penyakit sumsum tulang. Normoblas
tidak ditemukan dalam darah tepi manusia yang normal.
b. Membran Eritrosit
Membran eritrosit terdiri atas lipid dua lapis (lipid bilayer), protein membran integral,
dan suatu rangka membrane. Sekitar 50% membran adalah protein, 40% lemak, dan
10 % karbohidrat. Karbohidrat hanya terdapat pada permukaan luar sedangkan protein
dapat diperifer atau integral, menembus lipid dua lapis.
D. Hemoglobin
Pigmen merah pembawa oksigen didalam eritrosit vertebrata merupakan hemoglobin,
suatu protein dengan berat molekul 64.450. Hemoglobin suatu molekul globin yang
dibentuk 4 subunit. Tiap subunit mengandung suatu gugus hem yang dikonjugasi ke
suatu poplipeptida. Hem merupakan turunan porfirin yang mengandung besi.
Polipeptida dinamai secara bersama-sama sebagai bagian globin dari molekul
hemoglobin. Ada 2 pasangan polipeptida dalam tiap molekul hemoglobin, 2 subunit
mengandung satu jenis polipeptida dan 2 mengandung lainnya. Pada hemoglobin
manusia dewasa normal (hemoglobin A), 2 jenis polipeptida dinamai rantai α,
masing-masingnya mengandung 141 gugusan asam amino dan rantai β, yang masing-
masingnya mengandung 146 gugusan asam amino. Sehingga hemoglobin A dinamai
α2β2. Tidak semua hemoglobin dalam darah dewasa normal merupakan hemoglobin
A. sekitar 2,5% hemoglobin merupakan hemoglobin A2, tempat rantai β digantikan
oleh δ (α2δ2). Rantai δ juga mengandung 146 gugusan asam amino, tetapi 10 gugusan
tersendiri berbeda dari yang dalam rantai β.
Ada sejumlah kecil dari rantai 3 turunan hemoglobin A yang berhubungan erat
dengan hemoglobin A yang diglikolisasi. Salah satu dari ini, hemoglobin
A1c (HbA1c), mempunyai suatu glukosa yang dilekatkan ke valin terminal dalam tiap
rantai β dan mempunyai minat khusus karena jumlah dalam darah meningkat didalam
diabetes mellitus terkontrol buruk.
Hemoglobin mengikat O2 untuk membentuk oksihemoglobin, O2 yang melekat ke
Fe2+ didalam hem. Afinitas hemoglobin bagi O2 dipengaruhi oleh pH, suhu, dan dan
konsentrasi 2,3-difosfogliserat (2,3-DPG). 2,3-DPG dan H+ bersaing
denganO2 dalam pengikatan ke hemoglobin di deoksigenasi, yang menurunkan
afinitas hemoglobin bagi O2 dengan memindahkan posisi 4 rantai polipeptida
(struktur kuatener).
Bila darah terpapar ke berbagai obat dan zat pengoksidasi lain in vitro atau in vivo,
maka besi fero (Fe2+) dalam molekul diubah ke ion feri (Fe3+), yang membentuk
methemoglobin. Methemoglobin berwarna gelap dan bila ia ada didalam jumlah besar
didalam sirkulasi, maka ia akan menyebabkan pewarnaan kulit berwarna kehitaman
yang menyerupai sianosis. Normalnya timbul sejumlah oksidasi hemoglobin ke
methemoglobin, tetapi system enzim didalam eritrosit, system NADH-methemoglobin
reduktase, mengubah methemoglobin kembali ke hemoglobin.
Hemoglobin dewasa normal.
(Haematology at a Glance, oleh Victor Hoffbrand, edisi ke-2, London 2005, hal 10)
a. Sintesis Hemoglobin
Kandungan hemoglobin normal rata-rata 16 g/dl pada pria dan 14 g/dl pada wanita,
yang semuanya terdapat dalam eritrosit. Didalam badan pria 70 kg ada sekitar 900 g
hemoglobin serta 0,3 g hemoglobin dirusak dan 0,3 g disintesis setiap jam. Bagian
hem dari molekul hemoglobin disintesis dari glisin dan suksinil-KoA.
b. Katabolisme Hemoglobin
Bila eritrosit tua dirusak di dalam system retikuloendotel, maka bagian globin
molekul hemoglobin dipecah dan hem diubah ke biliverdin. Pada manusia,
kebanyakan biliverdin diubah ke bilirubin dan diekskresikan ke dalam empedu. Besi
dari hem digunakan kembali untuk sintesis hemoglobin; jika darah hilang dari badan
dan defisiensi besi tidak dikoreksi, maka timbul anemia defisiensi besi.
(Haematology at a Glance, oleh Victor Hoffbrand, edisi ke-2, London 2005, hal 11)
F. Trombopoiesis
a. Perkembangan trombosit di sumsum tulang
Pada trobopoiesis terjadi proses poliploidisasi berulang kali yang menimbulkan
berbagai tipe sel 2N-32N (64N) melalui endoreduplikasi DNA. Terdapat tiga macam
bentuk sel yang dapat dikenali :
· Megakarioblas
Badan sel biasanya lebih besar dari pada badan sel proeiritroblas. Perbandingan antara
inti dan sitoplasma berubah karena inti menjadi lebih besar. Kepadatan kromatin inti
berbeda-beda. Nukleolus sebagian besar tertutup, tetapi terdapat dalam jumlah besar.
Pada penyatuan inti yang mencolok terdapat sel yang berinti dua hingga empat.
Sitoplasma tampak nasofilik kuat, terbebas dari granulasasi dan dibagian tepi kadang-
kadang terlihat sedikit menjuntai. Sering terdapat trombosit yang melekat.
· Promegakariosit
Promegakarisit adalah megakariosit yang setengah matang. Produk poliploidasi
megakarioblas yang berdemensi besar. Inti sel sangat besar dan sedikit berlobus selain
bentuk dengan kecenderungan segmentasi (berlobus) yang dapat dikenali dengan
jelas. Kromatin inti sebagian besar teranyam rapat, nukleoulus yang ada kebanyakan
terselubungi. Sitoplasma tampak basofilik dengan beberapa areaazurofilik, yang
menunjukan permulaan aktivitas trombopoesis. Luas sitoplasma bertambah secara
nyata. Ditepi sel terdapat trobosit yang melekat
· Megakariosit yang matang
Sel terbesar yang dijumpai pada hematopoiesis di sumsum tulang dalam kondisi
normal. Serangkaian gumpalan inti yang khas terbentuk dari sitoplasma azurofilik
ditutupi bintik-bintik halus, sebagai perwujudan terakhir pembentukan trombosit yang
aktif. Perluasan dan penonjolan bagian sitoplasma azurofilik menandakan suatu
persiapan pelepasan trombosit.
Sebagian kecil megakariosit (dibawah 10%) menunjukkan inti tunggal atau ganda
yang berbentuk bulat-oval dan kecil (yang lebih dikenal sebagai mikromegakariosit)
pada pengecilan diameter sel. Elemen-elemen ini juga memiliki aktivitas
trombopoetik.
b. Stadium pelepasan trombosit
Struktur sitoplasma megakariosit yang berada pada tahap ini, dan saling berhubungan,
menunjukkan penjuluran yang tidak beraturan dan bertambahnya peluruhan. Pada
keadaan ini, terbentuk makropartikel yang tak terbilang banyaknya dan selanjutnya
mikropartikel dengan granulasi azurofilik yang merupakan trombosit matang. Sisa inti
yang tidak mengandung sitoplasma tetap ada sampai dihancurkan oleh makrofag di
sumsum tulang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembentukan sel darah (hemopoiesis) merupakan proses pembentukan komponen sel
darah, dimana terjadi Proliferasi, Maturasi dan Diferensiasi sel yang terjadi secara
serentak. Dimana sel-sel darah terdiri eritrosit , leukosit dan trombosit. Sel-sel darah
tersebut mempunyai peranan penting di dalam tubuh. Diantaranya :
ü Eritrosit berfungsi membawa O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari
jaringan ke paru. Untuk mencapai pertukaran gas ini, eritrosit mengandung protein
khusus yaitu hemoglobin.
ü Leukosit berfungsi membawa makanan dari tempat penyerapan ke seluruh tubuh,
membawa bahan buangan dalam arah sebaliknya dan mempertahankan tubuh dari
benda asing yang berbahaya.
ü Trombosit berfungsi mencegah tubuh kehilangan darah akibat perdarahan di
dinding pembuluh darah.