Anda di halaman 1dari 6

HEMATOPOIESIS

Kelompok 9

Nama Anggota :

1. Agita Brianisa (19/438987/KG/11609)

2. Feny Restyanita Pratiwi (19/442088/KG/11713)

3. Rilla Hadiatus Sa’adah (19/445352/KG/11799)

A. Pengertian
Darah merupakan jaringan cair yang berperan penting bagi manusia. Tanpa darah yang
cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan
kematian. Darah terdiri atas dua bagian, bagian cair yang disebut plasma dan unsur –unsur padat
yaitu sel-sel darah. Darah membentuk 6 sampai 8% dari berat badan tubuh total, volume darah
secara keseluruhan kira – kira 5 liter. Tiga jenis sel darah utama adalah sel darah merah (eritrosit),
sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit). Cairan kekuningan yang membentuk
medium cairan darah yang disebut plasma darah membentuk 55% dari volume darah total.
Sedangkan 45% sisanya adalah sel darah. Eritrosit menempati bagian besar volumenya yaitu
sekitar 99%, trombosit (0,6 – 1,0%) dan leukosit (0,2%) (Ronald A.Sacher, Richard
A.McPherson, 2004; Evelyn C.Pearce, 1979).
Hematopoiesis adalah proses pembentukan dan perkembangan berbagai tipe sel darah
dan elemen-elemen yang terbentuk lainnya. Produk akhir dari proses hasil ini adalah sel darah
merah, sel darah putih dan keeping Konstruksi Model Matematika darah (1). proses pembentukan
sel darah (hematopoiesis) meliputi Sel proliferasi adalah sel-sel punca yang mempunyai sifat
populasi total sel punca yang kemudian terbagi menjadi aktif berkembang dan berdiferensiasi
sedangkan sel dua jenis yaitu sel proliferasi dan sel nonproliferasi. nonproliferasi adalah sel punca
yang tidak aktif berkembang dan berdiferensiasi. Sel-sel nonproliferasi akan memasuki fase
proliferasi dengan laju nonlinier untuk akhirnya berkembang dan berdiferensiasi membentuk sel-
sel darah yang matur. Baik sel proliferasi maupun sel nonproliferasi dapat mengalami kematian
karena adanya apoptosis (Adimi dkk,2004).
Hematopoiesis merupakan proses produksi (mengganti sel yang mati) dan perkembangan
sel darah dari sel induk / asal / stem sel, dimana terjadi proliferasi, maturasi dan diferensiasi sel
yang terjadi secara serentak. Proliferasi sel menyebabkan peningkatan atau pelipat gandaan
jumlah sel, dari satu sel hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah. Maturasi
merupakan proses pematangan sel darah, sedangkan diferensiasi menyebabkan beberapa sel darah
yang terbentuk memiliki sifat khusus yang berbeda-beda.
B. Macam-Macam Hematopoiesis
1. Erythropoiesis
Erythropoiesis terjadi di erythropoietic islands yang merupakan tempat anatomi
khusus yang berupa ruang dimana eritroid berkembang biak, berdiferensiasi, dan
mengeras (Turgeon, 2018). Erythropoiesis adalah proses pembentukan eritrosit. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan eritrosit yaitu granulocyte colonystimulating
factor (G-CSF), interleukin (IL)-6, stem cell factor (SCF), IL-1, IL-3, IL-4, IL-9, IL-11,
granulocytemacrophage (GM)-CSF, insulin growth factor-1 (IGF-1) dan eritropoitin
(EPO) (Notopoero, 2007). Eritropoitin berikatan dengan reseptor spesifik progenitor
eritrosit untuk memberikan sinyal merangsang proliferasi dan maturasi yang akhirnya
menghasilkan eritrosit matur (Lubis, dkk, 2005).
2. Lymphopoiesis
Lymphopoiesis adalah proses produksi limfosit yang diproduksi folikel limfoid.
Sel limfoid biasanya mencakup 1% sampai 5% dari sel berinti di sumsum tulang
(Turgeon, 2018). Proses produksi limfosit dimulai dari sel-sel lomfoblas berkembang
menjadi prolimfosit yang berdiferensiasi menjadi sel NK dan sel limfosit kecil. Sel
limfosit kecil ini akan mengalami maturasi menjadi limfosit B dan limfosit T (Guyton
dan Hall, 2008).
3. Granulopoiesis
Granulopoiesis merupakan proses produksi granulosit yang terjadi selama 2
minggu. Sel hematopoietik unipotensial yang menjadi myeloblast mengalami evolusi
menjadi promyelocyte, myelocyte, kemudian menjadi metamyelocyte. Kemudian
akhirnya menjadi granulosit matang . Granulosit yang matang memiliki nukleus lobus
dan butiran sitoplasma (Doda, dkk, 2020).
4. Monopoiesis
Monopoiesis adalah proses produksi monosit. Pada pembentukan monosit, sel
monoblas berevolusi menjadi promonosit yang kecil dan memiliki nuklei sedikit
berlekuk, lalu akhirnya menjadi monosit. Monosit memiliki inti berbentuk ginjal dan
dapat berkembang menjadi sel dendritik atau makrofag (Doda, dkk, 2020).
5. Thrombopoiesis
Thrombopoiesis adalah proses pembentukan trombosit. Produksi trombosit ini
diatur oleh trombopoietin yang memicu perkembangan dan proliferasi sel raksasa yang
disebut megakarioblas (Gartner, 2017).
C. Proses Hematopoiesis

Tempat hematopoiesis pada manusia berpindah-pindah sesuai dengan usianya, yaitu :

- Yolk sac : usia 0-3 bulan intrauteri


- Hati dan lien : usia 3-6 bulan intrauteri
- Sumsum tulang : usia 4 bulan intrauteri - dewasa

Dalam keadaan fisiologis, pada orang dewasa hematopoiesis terjadi pada sumsung tulang.
Sedangkan, ketika pada keadaan patologis, hematopoiesis terjadi di luar sumsum tulang, terutama
di lien yang disebut sebagai hematopoiesis ekstrameduler. Untuk kelangsungan hematopiesis
diperlukan hal-hal sebagai berikut :

1. Sel induk hematopoietik (hematopietic stem cell)


Sel induk hematopoietic adalah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel darah, seperti
sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), butir pembeku (trombosit) dan
fibroblast. Pluripotent stem cell merupakan sel induk yang paling primitive dengan sifat
mampu memperbarui diri sendiri sehingga tidak pernah habis meskipun terus membelah atau
biasa disebut sebagai self renewal. Selain itu, Pluripotent stem cell memiliki sifat ploriferatif
dan diferensiatif.
2. Lingkungan mikro (microenfironment) sumsum tulang
Lingkungan mikro (microenfironment) sumsum tulang adalah suatu substansi yang
memungkinkan sel induk tumbuh secara kondusif. Berikut ini merupakan komponen
lingkungan mikro :
a. Mikrosirkulasi dalam sumsum tulang
b. Sel-sel stroma, seperti sel endotel, sel lemak fibroblast, makrofag dan sel reticulum
c. Matriks ekstraseluler, seperti fibronektin, hemonektin, laminin, kolagen, dan proteoglikan
d. Lingkungan mikro penting dalam hematopoiesis karena menyediakan hal-hal sebagai
berikut :
- Penyedia nutrisi dan bahan hematopoietik yang kemudian dibawa oleh peredaran
darah mikro dalam sumsum tulang
- Komunikasi antarsel
- Menghasilkan zat hematopietik growth factor dan sitokin yang mengatur
hematopoiesis
3. Bahan-bahan pembentuk darah
Berikut merupakan bahan-bahan yang dibutuhkan ketika pembentukan darah :
- Asam folat dan vitamin B12 yang merupakan bahan pokok pembentuk inti sel
- Besi diperlukan untuk pembentukan hemoglobin
- Coblalt, magnesium, Cu, dan Zn
- Vitamin C dan B kompleks
4. Mekanisme Regulasi
Mekanisme regulasi penting untuk mengatur arah, kuantitas pertumbuhan sel, serta pelapasan
sel darah yang sudah matang dari sumsumm tulang menuju darah tepi, sehingga sumsum
tulang dapat memberikan respon mengenai kebutuhan tubuh dengan cepat. Dalam mekanisme
regulasi, terdapat zat-zat yang berpengaruh, seperti :
- Faktor pertumbuhan hematopiesis
- Sitokinin, yaitu sitokinin yang merangsang pertumbuhan sel induk dan sitokinin yang
menekan pertumbuhan sle induk
- Hormon hemapoetik spesifik
 Eritropoietin : hormone yang dibentuk di ginjal dan khusus untuk merangsang
pertumbuhan perkrusor eritrosit
- Hormon non-spesifik
 Androgen
 Estrogen
 Glukokortikoid
 Hormon tiroid
 Growth Hormon

(Handajani dan Wibowo, 2008).

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Hematopoiesis


1. Asam amino
Asam amino sendiri berperan dalam menguraikan protein-protein yang kita dapat dan
menjadi dasar pembentukan sel darah. Maka dapat menyebabkan menurunnya produksi
hematopoiesis apabila jumlah asam amino sedikit.
2. Vitamin
Vitamin yang diperlukan untuk pembentukan darah antara lain yaitu vitamin C, B, asam folat
dll.
3. Mineral
Berperan untuk sintesis hemoglobin yaitu khususnya unsur Fe dan copper.
4. Hormon
Ada beberapa hormon yang merangsang proses eritropoiesis seperti hormon Androgen,
Tiroid, Kortikosteroid, dan Growth Hormone. Sedangkan sebaliknya pada hormon estrogen
bisa menghambat proses tersebut.
5. Volume darah
Volume darah yang berkurang akibat cedera ataupun yang lain dapat menyebabkan proses
eritropoiesis, sedangkan apabila transfusi dapat menekan terjadinya eritropoiesis.
6. Tekanan Oksigen
Kadar oksigen dalam jaringn yang menurun dapat mengakibatkan terjadinya hipoksia
jaringan yang mana keadaan tersebut bisa merangsang pembentukan eritropoetin oleh ginjal
yang mana akan merangsang sumsum tulang melakukan proses eritropoiesis untuk
menghasilkan eritrosit.
7. Faktor Perangsang Hematopoietik

Dipengaruhi oleh eritropoein, interleukin, trombopoetin, dan juga Colony Stimulating Factors
(Bijanti, dkk, 2010).

Daftar Pustaka

Adimy M, Crauste F, and Ruan S.,2004, A Mathematical Differential Equation: An Introduction to


Dynamical Study of the Hematopoiesis Process with Application System, Virginia: Center for
Teaching Excellence; 2010. to Chronic Myelogenous Leukemia. [Thesis], University of Miami,
Miami.

Bijanti, R., Yuliani, M. G. A., dan Sri, R., 2010, Buku Ajar Patologi Klinik Veternier, Airlangga
Surabaya: University Press.

Doda, V, D, dkk., 2020, Buku Ajar Fisiologi Sistem Hematologi, Edisi 1, Deepublish Publisher,
Yogyakarta.
Gartner, L, P., 2017, Textbook Of Histology, Edisi 4, Elsevier, USA.

Handajani, W., dan Haribowo, AS., 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Hematologi, Jakarta: Salemba Medika.
Pagalay, U., dan Ambarsari, A., 2014,Model Matematika pada Proses Hematopoiesis dengan Perlambatan
Proses Proliferasi Mathematical Model on Hematopoiesis Process with Proliferation Time Delay,
Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol.28(2), hal. 120-125.

Anda mungkin juga menyukai