Anda di halaman 1dari 2

A.

Tes HIV/AIDS

Menurut Setiyawati dan Meilani (2015) Tes HIV merupakan pintu gerbang utama atau critical
gateway dalam rangkaian penanganan kasus HIV. Diketahuinya status HIV seseorang, akan ada
pemberdayaan, baik dari diri maupun pasangan dalam pencegahan penularan HIV dan AIDS.

1. Tes antibodi

Tes antibodi adalah metode pemeriksaan HIV dan AIDS yang paling umum.
Antibodi adalah protein yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh sebagai respon terhadap
kehadiran zat asing, seperti virus.
Tes HIV ini memiliki tujuan untuk menemukan protein yang dapat menangkal penyakit (antibodi).
Protein ini dapat ditemukan di dalam darah, urin, atau air liur.
2. Tes antibodi-antigen (Ab-Ag)

Pemeriksaan HIV Ab-Ag adalah pemeriksaan untuk mendeteksi antibodi yang ditujukan terhadap
HIV-1 atau HIV-2. Pemeriksaan HIV ini juga bertujuan untuk menemukan protein p24 yang
merupakan bagian dari inti virus (antigen dari virus). Pemeriksaan Ab-Ag penting karena biasanya
butuh waktu beberapa minggu sampai antibodi terbentuk setelah infeksi awal meski virus (dan protein
p24) sudah ada dalam darah. Dengan demikian, pemeriksaan Ab-Ag memungkinkan untuk menjadi
deteksi dini infeksi HIV.
3. Tes serologi

Ada tiga jenis tes serologi yang umum direkomendasikan sebagai pemeriksaan HIV dan AIDS, yaitu:
- Tes darah cepat

Tes darah HIV ini dapat dijalankan meskipun hanya menggunakan jumlah sampel yang sedikit. Selain
itu, tes darah cepat sebagai pemeriksaan HIV hanya butuh sekitar 20 menit untuk mengetahui
hasilnya.
Prosedur tes darah HIV ini hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis yang sudah terlatih.
- Tes ELISA

Pemeriksaan HIV ini mendeteksi antibodi untuk HIV-1 dan HIV-2 yang dilakukan dengan ELISA
(enzyme-linked immunisorbent assay) atau dikenal juga dengan EIA (enzyme immunoassay).
Untuk melakukan tes ELISA, akan diambil sampel darah dari permukaan kulit lalu kemudian
dimasukkan ke dalam tabung khusus.
Sampel darah kemudian dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Di laboratorium, sampel darah
dimasukkan ke cawan petri yang berisi antigen HIV. Antigen adalah zat asing, seperti virus, yang
menyebabkan sistem kekebalan tubuh merespons dengan cara memproduksi antibodi.
Jika dalam darah tersebut mengandung antibodi terhadap HIV, maka darah akan mengikat antigen.
Tes darah HIV yang satu ini akan diperiksa dengan menambahkan enzim ke cawan petri tersebut
untuk membantu mempercepat reaksi kimia. Jika isi cawan petri berubah warna, maka terdapat
kemungkinan terdapat infeksi HIV.Hasil dari tes darah HIV dengan ELISA bisa didapatkan dalam
waktu 1-3 hari.
- Tes Western blot

Tes Western blot hanya dilakukan untuk menindaklanjuti tes skrining awal yang menunjukkan hasil
positif HIV. Biasanya, tes ini disarankan jika tes ELISA menunjukkan hasil positif HIV.
(Ratih,2012)
B. CARA MENCEGAH DAN MENGOBATI AIDS

Tingginya kasus HIV dan mudahnya penyebaran kasus ini, membutuhkan adanya upaya-
upaya pencegahan. Beberapa hal yang telah dilakukan adalah melalui kegiatan surveilans,
skrining darah donor dan penemuan kasus HIV secara aktif. Kegiatan tersebut membutuhkan
peran laboratorium yang besar karena penderita HIV sering sekali dalam kondisi sehat. Dalam
hal ini, pa ramete r yang dipe rlukan adalah pemeriksaan anti HIV(Iweala, 2004; 1 3 Anonim ,
2006; Anonim , 2012)
Kasus HIV / AIDS sudah menyebar di seluruh dunia. Di akhir tahun 2005 tercatat ada 40 juta
orang dengan HIV dengan kematian akibat AIDS sekitar 3 juta. Hal ini pastinya dapat
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting dan memberikan dampak multifaktorial.
Sehingga cara praktis yang dapat dilakukan untuk mengendalikan AIDS adalah dengan
meminimalkan penularan. Intervensi biomedis termasuk kondom, layanan kesehatan, tes HIV,
dan program jarum. Contoh intervensi perilaku yang dapat dilakukan yaitu dengan
memberikan pendidikan seks, program pemberian makan bayi yang aman, dan konseling.
Intervensi struktural fokus pada perubahan faktor sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan
yang membuat individu atau kelompok rentan terhadap HIV. Perawatan ini membutuhkan
kepatuhan yang ketat terhadap dosis HIV harian untuk menurunkan kemungkinan terinfeksi.
(Tortora et al., 2019).

Daftar Pustaka

Ratih, W., 2012, Strategi Pemeriksaan Laboratorium Anti-hiv, Jurnal Farmasi Sains dan
Komunitas, 9(2):98-103.
Setiyani, N., dan Meilani, N., 2015, Determinan Perilaku Tes HIV pada Ibu Hamil, Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional, 9( 3):201-106
Tortora, G. J., Funke, B. R., & Case, C. L. (2019). MICROBIOLOGY AN INTRODUCTION
(13th ed.). Pearson.

Anda mungkin juga menyukai