Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN PRAKTIKUM HIGIENE GIGI II

INSTRUKSI ORAL CARE I (OBAT KUMUR)

NAMA: FENY RESTYANITA PRATIWI


NIM : 19/442088/KG/11713

PROGRAM STUDI HIGIENE GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2021
B. Hasil Pemeriksaan

a. Identitas klien

1) Nama : Yosi

2) Usia : 12 tahun

3) Jenis kelamin : Laki-laki

b. Hasil skor kebersihan mulut

1.) Skor O’Leary sebelum dilakukan Instruksi Oral Care

55
Skor plak : x 100 % = 49 %
112

2.) Skor O’Leary sesudah dilakukan Instruksi Oral Care

37
Skor plak : x 100 % = 33 %
112

C. Pembahasan
Obat kumur yang digunakan yaitu bermerk “Total Care No Alcohol” dengan kandungan zat
aktif Sodium Flouride (F : 0,045%). Takaran penggunaannya yaitu 15 ml atau ditakar menggunakan
takaran yang terdapat pada tutup botol sampai batas garis selama kurang lebih 30 detik. Digunakan
minimal 2 kali sehari yaitu pada pagi dan malam hari.
Penggunaan obat kumur dalam kontrol plak sehari-hari ditujukan sebagai tambahan dalam
penyingkiran plak secara mekanis dan bukan sebagai pengganti menyikat gigi (Sari dkk,2014). Hal
ini ditujukan karena dengan berkumur dengan obat kumur akan menjangkau lebih banyak
permukaan-permukaan dari rongga mulut yang mungkin sulit dibersihkan hanya dengan menyikat
gigi. Hal ini dibuktikan adanya penurunan skor plak dari sebelum dilakukan praktik kebersihan
mulut menggunakan obat kumur dari yang semula mencapai 49 % turun menjadi 33% setelah
dilakukannya praktik penggunaan obat kumur tersebut.
Obat kumur yang beredar di pasaran dan digunakan oleh masyarakat secara komersial terdiri
dari obat kumur beralkohol dan non alkohol. Masing-masing memiliki kelebihan maupun
kekurangan. Dimana saat ini banyak pasien serta masyarakat berjuang memilih produk yang paling
sesuai dengan kebutuhan mereka. Obat kumur merupakan salah satu media kontrol plak yang mudah
didapatkan dan juga praktis untuk digunakan sehingga penggunaannya dapat dipraktikkan oleh semua
kalangan masyarakat bahkan masyarakat awam sekalipun bisa menggunakannya. Namun dalam
penggunaannya tetap perlu diperhatikan terutama pada obat kumur yang mengandung alkohol karena
pada individu-individu tertentu tidak dapat menggunakan obat kumur yang mengandung alkohol
ini, seperti pada anak-anak, ibu hamil atau menyusui, pecandu alkohol, pasien-pasien yang
menggunakan metronidazole dan pasien dengan xerostomia. Kandungan alkohol yang terdapat
dalam obat kumur juga dapat meningkatkan risiko kanker rongga mulut, terutama bila pemakaian
terus menerus dalam jangka panjang. Penggunaan alkohol dalam obat kumur, memiliki dampak pada
permukaan restorasi komposit dan peran yang mungkin terjadi dalam pembentukan kanker
oropharyngeal. Kandungan alkohol pada obat kumur kebanyakan berfungsi sebagai pengawet dan
bahan semi-aktif. Pada obat kumur non alkohol juga memiliki efektifitas yang hampir sama dengan
obat kumur beralkohol dalam menurunkan plak, namun memiliki efek samping lebih kecil dari obat
kumur beralkohol. Sehingga mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memilih obat
kumur non alkohol untuk digunakan dalam penggunaan kontrol plak sehari-hari, tentunya dengan
tetap memperhatikan cara dan juga dosis pemakaian obat kumur tersebut sehingga tujuan untuk lebih
memaksimalkan kebersihan gigi dan mulut dengan obat kumur dapat tercapai
( Warongan dkk, 2015 ).

D. Referensi
Sari, D., Cholil, dan Sukmana, B., 2014, Perbandingan Efektifitas Obat Kumur Bebas
Alkohol yang Mengandung Cetylpyridinium Chloride dengan Chlorhexidine
terhadap Penurunan Plak, Dentino Jurnal Kedokteran Gigi, 2(2) : 179-182.

Warongan, M., Anindita , P., dan Mintjelungan, C., 2015, Perbedaan Indeks Plak
Penggunaan Obat Kumur Beralkohol Dan Non Alkohol Pada
Pengguna Alat Ortodontik Cekat, Jurnal e-GiGi (eG), 3( 2) : 527-533.

Anda mungkin juga menyukai