Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN PERIODONTOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN

KARYA TULIS ILMIAH


KONTROL PLAK

OLEH :

Nama : Ahmad Dzaky Yunus


NIM : J014201084

DIBAWAKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN PERIODONTOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah yang berjudul “Kontrol Plak”. Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk
melengkapi tugas substitusi kepaniteraan klinik periodonsia.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada seluruh pihak-pihak
yang mendukung serta membantu untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
terutama dokter-dokter pembimbing di Bagian klinik periodonsia.
Besar harapan saya sebagai penulis agar karya tulis ilmiah ini bisa
menjadi sumber bacaan dan dapat berguna di kehidupan nyata. Dengan
kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan
ataupun informasi. Kritik yang terbuka dan membangun sangat penulis nantikan
demi kesempurnaan karya tulis ilmiah. Demikian kata pengantar ini penulis
sampaikan.

Makassar,13 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
2.1 Definisi Plak Dan Control Plak....................................................................................3
2.2 Kontrol plak secara kimiawi........................................................................................4
2.3 Kontrol Plak Secara Mekanis......................................................................................5
2.4 Frekuensi Pembersihan Plak......................................................................................10
2.5 Disclosing Agent.......................................................................................................10
2.6 Motivasi Dan Edukasi Pasien ……………………………………………………………..…….……………11

BAB III PENUTUP....................................................................................................12


1.1 Kesimpulan................................................................................................................12
1.2 Saran..........................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gigi dan mulut merupakan bagian penting dalam tubuh manusia.
Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya
meningkatkan kesehatan. Kesehatan mulut yang baik mencerminkan status
kesehatan keseluruhan individu. Kebersihan gigi dan mulut merupakan
salah satu faktor lokal yang pengaruhnya sangat dominan dan dapat
menyebabkan berbagai masalah gigi dan mulut.1
Berdasarkan The Oral Health Report WHO, penyakit gigi dan
mulut merupakan salah satu penyakit termahal dalam pengobatannya.
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2004,
penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi keenam yang
dikeluhkan masyarakat Indonesia.2 Prevalensi penduduk yang memiliki
masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia berdasarkan hasil laporan
dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 sebesar 57,6%.3
Masalah kesehatan gigi dan mulut dapat dinilai melalui status oral
hygiene. Status oral hygiene dapat ditentukan menggunakan Oral Hygiene
Index Symplified (OHI-S). Status kesehatan gigi dan mulut masyarakat
atau perorangan dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan (fisik
maupun sosial budaya), perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan.1
Salah satu penyakit gigi dan mulut yang menjadi urutan tertinggi
dalam kesehatan gigi dan mulut yaitu gigi berlubang yang disebabkan oleh
plak dan kalkulus.4 Tindakan menjaga kebersihan rongga mulut dapat
dilakukan dengan cara kontrol plak.1 Plak gigi merupakan faktor penyebab
karies gigi dan penyakit periodontal. Metode pengendalian plak dibagi
menjadi mekanis maupun kimiawi yang merupakan komponen penting
dari promosi kesehatan mulut.5

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi plak dan kontrol plak?
2. Bagaimana prosedur kontrol plak secara kimiawi?
3. Bagaimana prosedur kontrol plak secara mekanik?
4. Berapa kali frekuensi pembersihan plak dilakukan?
5. Apa fungsi dari disclosing agent dan bagaimana prosedur
penggunaannya?
6. Bagaimana cara mengedukasi dan memotivasi pasien untuk
melakukan kontrol plak?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi plak dan kontrol plak.
2. Mengetahui prosedur kontrol plak secara kimiawi.
3. Mengetahui prosedur kontrol plak secara mekanik.
4. Mengetahui frekuensi pembersihan plak.
5. Mengetahui fungsi dari disclosing agent dan prosedur penggunaannya.
6. Mengetahui cara mengedukasi dan memotivasi pasien untuk
melakukan kontrol plak.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Tulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dan kajian
untuk pengembangan ilmu kedokteran gigi khususnya mengenai
control plak dalam bidang periodontology
2. Dapat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang
ilmu periodontology.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Plak Dan kontrol Plak


Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang tidak berwarna terdiri dari
kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak diatas suatu matriks
yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi.6 Plak gigi menjadi
penyebab utama dari karies dan penyakit periodontal. Plak terdiri dari
bakteri, glikoprotein saliva dan polimer ekstraseluler. Dan Plak merupakan
kumpulan dari mikroba kompleks yang terdiri atas sel epitel, leukosit,
makrofag dan sampai 400 spesies bakteri. Plak juga mengandung
komponen anorganik seperti kalsium dan fosfor yang berasal dari saliva.
Plak gigi yang sering disebut sebagai "oral biofilm" dapat didefinisikan
sebagai material halus yang terdapat pada permukaan gigi yang tidak
mudah dihilangkan dengan pembilasan air.7
Pada rongga mulut terdapat saliva yang berperan dalam mekanisme
self cleansing. Meskipun mekanisme tersebut dapat menghilangkan sisa
makanan, tetapi tidak cukup untuk menghilangkan plak gigi. Oleh karena
itu, perlu dilakukan kontrol plak yang rutin untuk menjaga kebersihan
mulut dan menghilangkan plak dengan benar.8 Kontrol plak adalah
menghilangkan plak gigi setiap hari, biofilm mulut dan juga mencegah
penumpukannya pada gigi dan bagian rongga mulut lainnya. kontrol plak
dibagi menjadi dua cara yaitu baik secara mekanis, kimiawi, dan
kombinasi keduanya. Kontrol plak secara mekanik adalah dengan
penyikatan gigi atau penggunaan benang gigi (dental floss) yang dilakukan
sendiri oleh pasien maupun dengan bantuan dokter gigi seperti
pembersihan dengan menggunakan alat ultrasonik atau alat irigasi. Kontrol
plak secara kimia dapat dilakukan dengan penggunaan obat kumur
maupun pasta gigi tertentu. Kontrol plak dengan kombinasi mekanik-
kimiawi juga dapat dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih
maksimal.9

3
2.2 Kontrol plak secara kimiawi
Kontrol plak secara kimiawi adalah dengan cara berkumur dengan
cairan anti bakteri. Berkumur menggunakan cairan antibakteri dapat
membunuh bakteri yang menempel pada permukaan gigi.4 Adapun bahan
obat kumur yang digunakan, yaitu obat kumur klorheksidin (CHX) dan
obat kumur esensial oil (Listerine)7,10
1. Obat kumur Chlorhexidine (CHX)
Chlorhexidine dipercaya sebagai obat kumur yang mampu
mengurangi pembentukan plak, menghambat pertumbuhan plak dan
mencegah terjadinya penyakit periodontal.11 Hal ini dikarenakan sifat
dari chlorhexidine sendiri, yaitu bakterisid dan bakteriostatik terhadap
berbagai macam bakteri, termasuk bakteri yang berada di dalam plak.
Oleh karena itu Chlorhexidine merupakan agen antiplak yang sering
digunakan. Chlorhexidine memiliki molekul yang dapat menghambat
adhesi bakteri, pertumbuhan bakteri, dan pembentukan biofilm pada
konsentrasi tinggi dapat merusak membran sel bakteri. Konsentrasi
obat kumur 0,12 atau 0,2% CHX secara signifikan dapat mengurangi
plak dan inflamasi gingiva. Obat kumur klorheksidin dapat digunakan
untuk meningkatkan kontrol plak selama terapi fase I, untuk pasien
dengan penyakit berulang (recurrent), setelah operasi periodontal atau
oral, dan untuk manajemen karies.7,10
2. Obat kumur esensial oil (Listerine)
Listerin merupakan obat kumur esensial oil yang mengandung
thymol, eucalyptol, menthol, dan metil salisilat. Sediaan ini telah
dievaluasi dalam studi klinis jangka panjang dan telah menunjukkan
pengurangan biofilm plak dari 20% hingga 35% dan pengurangan
gingivitis dari 25% hingga 35%. Disarankan menggunakan obat
kumur ini sebanyak dua kali sehari setelah menyikat gigi.7

2.3 Kontrol Plak Secara Mekanis

4
1. Menyikat gigi
a. Desain sikat gigi
Sikat gigi terdiri dari handle, kepala atau head, tufts, dan
shank. Handle adalah bagian pegangan sikat gigi. Kepala atau
head merupakan ujung sikat gigi yang berfungsi menahan bulu
atau filamen. Tufts merupakan kelompok bulu atau filamen yang
berada pada head. Shank merupakan bagian yang
menghubungkan head dan handle. Ukuran head yang dianjurkan
yang berukuran cukup kecil untuk kemampuan pergerakan
maksimal di rongga mulut. Handle sikat gigi tergantung dari
preferensi tiap individu. Panjangnya harus cukup untuk sesuai di
telapak tangan.7,12
Jenis bulu sikat gigi terdiri tiga macam, yaitu bulu sikat
lembut(soft), sedang dan keras (hard). Bulu sikat yang lembut
lebih direkomendasikan untuk digunakan karena bentuknya lebih
fleksibel dan dapat menjangkau permukaan proksimal dan apikal.
Sikat gigi dengan bulu yang keras, menjadi salah satu penyebab
terjadinya resesi gingiva.7,12
b. Sikat gigi elektrik
Sikat gigi elektrik dianggap sebagai alternatif dari metode
menyikat gigi manual. Keuntungan dari sikat gigi elektrik yaitu:12
 Meningkatkan motivasi pasien sehingga kepatuhan pasien
lebih baik.
 Peningkatan aksesibilitas pada permukaan gigi interproksimal
dan lingual.
 Tidak diperlukan teknik menyikat khusus.
 Menggunakan lebih sedikit tenaga menyikat dibandingkan
sikat gigi manual.
 Pada beberapa sikat disediakan timer untuk membantu pasien
menyikat sesuai durasi yang diperlukan.
c. Pasta gigi

5
Pasta gigi berfungsi untuk membantu membersihkan dan
memoles permukaan gigi. Sediaan yang digunakan biasanya
dalam bentuk pasta, tetapi juga tersedia dalam bentuk bubuk dan
gel. Pasta gigi mengandung bahan abrasif (misalnya silikon
oksida, aluminium oksida, dan butiran polivinil klorida), air,
humectants, sabun atau deterjen, zat perasa atau pemanis, bahan
terapeutik (misalnya fluorida, pirofosfat), zat pewarna, dan
pengawet. Pasta gigi sangat bermanfaat untuk memberikan agen
terapeutik pada gigi dan gingiva. Hal ini telah terbukti melalui
efek pencegahan karies dari fluorida yang terkandung dalam pasta
gigi. Ion fluorida yang terkandung dalam jumlah 1000 sampai
1100 ppm mampu memberikan efek pengurangan karies. Selain
itu, pasta gigi “Calculus control”, atau juga disebut sebagai pasta
gigi “tartar control”, mengandung pirofosfat dan telah terbukti
dapat mengurangi akumulasi kalkulus supragingiva yang baru
terbentuk sebesar 30% atau lebih, tetapi tidak dapat berperan
dalam mengurangi kalkulus subgingiva serta akumulasi kalkulus
yang sudah lama terbentuk pada gigi.7
d. Metode menyikat gigi7,13,14
 Roll: Roll atau teknik Stillman yang dimodifikasi
 Getaran (vibratory): Teknik Stillman, Charters, dan Bass
 Melingkar: Teknik Fones
 Vertikal: Teknik Leonard
 Horizontal: Teknik scrub
Semua teknik ini dapat diterapkan untuk membersihkan permukaan
fasial, lingual, dan oklusal; semua teknik relatif tidak efektif untuk
membersihkan area interproksimal; dan hanya teknik Bass yang
efektif membersihkan sulkus gingiva. Oleh karena itu, teknik yang
paling sering direkomendasikan adalah teknik Bass karena teknik ini
menekankan penempatan bulu sikat di area margin gingiva sehingga

6
menjangkau plak supragingiva dan sebagian plak subgingiva. Adapun
prosedur menyikat gigi dengan teknik Bass adalah sebagai berikut:
 Tempatkan kepala sikat sejajar dengan bidang oklusal, dengan
kepala sikat menutupi tiga sampai empat gigi, dimulai dari gigi
paling distal di lengkung gigi dan berlanjut ke mesial.
 Tempatkan bulu sikat di tepi gingiva, dengan sudut kemiringan
45 derajat terhadap sumbu panjang gigi.
 Mulailah menyikat dari bagian paling distal dari lengkung
rahang.
 Lakukan dengan getaran lembut dan gerakan pendek maju
mundur tanpa melepas ujung bulu sikat gigi. Gerakan ini
membuat ujung bulu sikat berada pada sulkus gingiva, serta
sebagian pada embrasur interproksimal.
2. Alat bantu pembersih interdental
a. Dental floss
Dental floss atau benang gigi adalah benang yang terbuat dari
nilon filamen atau plastik monofilamen tipis, berlilin maupun
tidak berlilin yang digunakan untuk menghilangkan sisa makanan
dan plak di bagian interproksimal. Cara pengunaan dental floss
adalah sebagai berikut:7
 Pegang benang dengan panjang 12 hingga 18 inci, lilitkan
pada jari.
 Regangkan benang dengan erat di antara ibu jari dan telunjuk
(Gambar 2.1) atau di antara kedua jari telunjuk, dan secara
perlahan lewatkan benang di area proksimal dengan gerakan
maju-mundur.
 Lewatkan floss perlahan-lahan melalui titik kontak dengan
menggerakkan floss kearah bukolingual sampai masuk
perlahan ke sulkus. Hindari pemaksaan yang kasar karena
dapat membuat trauma papilla interdental.

7
 Gerakkan floss dengan perlahan-lahan kearah okluso gingival
dan buko lingual terhadap tiap permukaan proksimal.
 Lanjutkan melalui seluruh gigi, termasuk permukaan distal
gigi terakhir di setiap kuadran. Jika benang yang digunakan
robek atau terkontaminasi, pindahkan benang ke bagian yang
baru.
 Setelah selesai, kumur dengan kuat untuk mengeluarkan plak
dan debris yang berada pada ruang interdental

Gambar 2.1 Benang gigi harus dipegang erat di jari kemudian dililitkan

Jika pasien mengalami kesulitan saat flossing dapat menggunakan


bantuan alat yang disebut dental floss holder. Floss holder
diindikasikan pada orang yang memiliki keterbatasan fisik,
keterbatasan membuka mulut dan reflek muntah yang tinggi.
Dental floss tanpa holder sulit digunakan terutama pada daerah
posterior, dan harus memiliki keterampilan tangan yang baik.
Dental floss holder diciptakan untuk mempermudah kebiasaan
flossing.7

b. Sikat interdental
Sikat interdental menjadi metode paling efektif untuk
membersihkan plak yang berada di ruang papilla interdental.
Sikat interdental digunakan dengan cara memasukkan pada
bagian interdental dan digerakan bolak-balik di antara gigi dengan
gerakan pendek. Diameter sikat harus sedikit lebih besar dari

8
celah gingiva yang akan dibersihkan. Ukuran ini memungkinkan
bulu sikat untuk memberikan tekanan pada kedua permukaan
proksimal gigi. Bulu sikat juga harus mencapai margin gingiva
interdental.7
Ukuran dan bentuk ruang antar gingiva bervariasi. Gambar
2.2 menunjukkan gambaran tentang besarnya ruang antar gingiva
dan alat pembersih interdental yang paling efektif digunakan.
Gambar 2.2 bagian A menunjukkan gigi tanpa resesi gingiva
cukup dibersihkan dengan menggunakan dental floss. Gambar B
terdapat ruang yang lebih besar dengan permukaan akar yang
terbuka membutuhkan penggunaan sikat interdental. Gambar C
untuk single-tufted brushes mampu membersihkan secara efisien
di ruang interproksimal tanpa papila. Semakin besar ruang,
semakin besar instrumen yang dibutuhkan untuk
membersihkannya dengan optimal.7

Gambar 2.2 Berbagai ukuran ruang antar gingiva dan alat pembersih
interdental yang paling efektif

c. Tusuk gigi
Tusuk gigi biasanya terbuat dari kayu ataupun plastik tersedia
dalam bentuk dengan pegangan dan tanpa pegangan.Tusuk gigi
membantu membersihkan makanan yang ada di celah-celah gigi

9
(interdental). Menggunakan tusuk gigi harus selalu berhati-hati
karena dapat melukai gingiva.7

2.4 Frekuensi Pembersihan Plak


Perawatan kontrol plak di rumah rata-rata berlangsung kurang dari 2
menit setiap harinya. Hal ini hanya menghilangkan 40% dari biofilm plak.
Telah dilaporkan bahwa pembersihan biofilm plak yang efektif dikaitkan
dengan frekuensi menyikat gigi sebanyak dua kali sehari yaitu setiap pagi
setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur dengan durasi minimal 2
menit. Membersihkan gigi tiga kali sehari atau lebih terbukti tidak dapat
meningkatkan kondisi periodontal menjadi lebih baik. Seseorang bisa saja
membersihkan gigi berulang kali dalam sehari, tetapi jika area target
terlewat atau lokasi tidak tepat, biofilm plak akan tetap bertahan dan
semakin tebal penumpukannya. Selain durasi menyikat gigi, lamanya
penggunaan sikat gigi juga harus diperhatikan. Sikat gigi harus diganti
secara berkala setiap 3 sampai 4 bulan.7

2.5 Disclosing Agent


Plak gigi merupakan lapisan tipis yang tidak berwarna, sehingga tidak
dapat dilihat dengan mata. Oleh karena itu, proses pembersihan gigi harus
dilakukan sebaik mungkin, dan harus membersihkan seluruh permukaan
gigi. Meski demikian, ada kalanya masih ada daerah yang sulit dijangkau
oleh pembersih gigi sehingga plak tetap ada di daerah tersebut dan terus
menumpuk hingga akhirnya akan menimbulkan karies. Oleh sebab itu,
diperlukan suatu bahan yang dapat membantu melihat plak gigi, yaitu
disclosing solution.15 Disclosing agent berfungsi memberikan warna
biofilm bakteri pada permukaan gigi, lidah, dan gingiva. Larutan
diaplikasikan pada gigi menggunakan kapas atau langsung dikumur. Jika
terdapat plak akan menghasilkan warna merah keunguan. Intensitas
warnanya tergantung pada ketebalan plak. Penggunaan disclosing agent
bertujuan untuk:16

10
a. Mengevaluasi efektivitas rutinitas kebersihan mulut pasien.
b. Menilai tingkat kebersihan mulut,
c. Meningkatkan kesadaran akan kebutuhan pembersihan plak
Kekurangan disclosing solution yang berbahan kimia memiliki
berbagai kelemahan, yaitu rasa yang tidak enak sehingga kurang disukai,
dapat mewarnai mukosa selama beberapa jam sehingga dapat
menimbulkan rasa malu bagi pasien yang akan segera beraktivitas setelah
menggunakannya, dan bahan pewarna yang memiliki potensi sebagai
bahan karsinogen.15

2.6 Motivasi dan Edukasi Pasien


1. Motivasi Pasien
Memotivasi pasien untuk mengubah perilaku kesehatan mulutnya
menjadi tantangan bagi para dokter gigi dan menjadi masalah yang
kompleks. Hal ini dikarenakan untuk dapat termotivasi pasien harus
berusaha untuk:17
a. Menerima.
Pasien harus bersedia menerima dan memahami penyuluhan yang
diberikan berkaitan dengan patogenesis, perawatan dan
pencegahan penyakit periodontal. Pasien diharapkan termotivasi
apabila ia telah dapat memahami apa itu penyakit periodontal, apa
efek penyakit tersebut, bagaimana kerentanan dirinya terhadap
penyakit tersebut, dan apa yang dapat dilakukannya untuk
mencapai dan mempertahankan kesehatan periodonsiumnya.
b. Perubahan kebiasaan.
Pasien diharapkan mengalami perubahan kebiasaan dalam hal
cara membersihkan mulut sesuai dengan metode yang diajarkan.
c. Perubahan tingkah laku.
Pasien harus sadar bahwa prosedur kontrol plak yang
dilakukannya bukanlah untuk menyenangkan hati dokter gigi,
tetapi untuk tercapainya kesehatan periodontal pasien itu sendiri.

11
2. Edukasi pasien
Program intervensi pendidikan yang ditujukan kepada pasien
dalam perawatan penyakit periodontal ditunjukkan dalam tahapan
sebagai berikut:17
a. Memberikan informasi rinci melalui pamflet mengenai tanda dan
gejala penyakit dan hubungannya dengan keberadaan biofilm
bakteri dan status periodontal pasien,
b. Menunjukkan tanda, gejala dan lokasi penyakit di mulut pasien,
c. Informasi tentang pentingnya menjaga kebersihan mulut setiap
hari diikuti dengan instruksi kebersihan mulut
d. Penggunaan larutan disclosing agent untuk pewarnaan plak
sebagai alat pedagogis untuk menunjukkan di mana lokasi plak.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Plak gigi adalah suatu lapisan tipis terdiri dari berbagai jasad renik
yang terbentuk pada permukaan gigi beberapa saat setelah gigi berkontak
dengan saliva. umumnya plak tidak berwarna atau transparan. Plak
bukanlah suatu penyakit gigi tapi bisa menjadi penyebab terjadinya
penyakit gigi seperti karies atau lubang gigi dan penyakit jaringan
periodontal serta penyakit gigi dan mulut lainnya. Plak merupakan
penyebab local dari terjadinya berbagai kasus penyakit gigi dan mulut, ini
disebabkan oleh aktifitas dari mikroorganisme yang terkandung dalam
plak. Upaya pencegahan timbulnya plak disebut dengan kontrol plak.
Kontrol plak merupakan upaya pembersihan plak gigi secara teratur serta
pencegahan akumulasinya di permukaan gigi dan gingiva. Kontrol plak
dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain menggosok gigi dengan
sikat gigi, pembersihan interdental gigi, kontrol plak secara kimiawi
dengan obat kumur dan kunjungan rutin ke dokter gigi.

3.2 Saran
Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara
umum adalah kesehatan gigi dan mulut. Maka perlunya pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut agar
terbebas dari penyakit salah satu caranya yaitu menghilangkan plak dan
kalkulus secara efektif. Oleh karena itu pentingnya control plak diketahui
oleh tenaga medis dan pasien atau masyarakat

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherlyta M, Riana W, Sri S. Tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa


sekolah dasar negeri di desa tertinggal kabupaten bandung. J Ked Gigi
Unpad.2017;29(1):70-1
2. Senjaya A Arifin. Buah dapat menyebabkan gigi karies. Jurnal ilmu
gizi.2014;5(1):15-7
3. Rezki S, Parwati. Pengaruh PH plak terhadap angka kebersihan gigi dan
angka karies gigi anak di klinik pelayanan asuhan poltekkes Pontianak
tahun 2013. Odonto dental journal. 2014;1(2):13-4
4. Penda C.A Preazy, Stefana H.M Kaligis, Juliatri. Perbedaan indeks plak
sebelum dan sesudah pengunyahan buah apel. Jurnal e-GIGI. 2015; 3(2):
380-3
5. Saputri D, Cut F N, Muhammad Z. Perbandingan tindakan menjaga
kebersihan rongga mulut dan status oral hygiene pada anak usia sekolah
dasar di daerah perkotaan dan pendesaan. J syiah Kuala Dent
Soe.2017;2(2): 90-3
6. Wiradona I, Bagoes W, Syamsulhuda B.M. Pengaruh perilaku
menggosok gigi terhadap plak gigi pada siswa kelas IV dan V di SDN
wilayah kesamatan gajahmungkur semarang. Jurnal promosi kesehatan
Indonesia.2013; 8(1):59-62
7. Newman MG, Takei Henry H, Klokkevold PR,
Carranza FA. Caranza clinical periodontology. 13th ed. Philadelphia:
Elsevier.
8. I.R. Ion, Victoria C. Dental plaque – Classification, formation, and
identification. IntJ Med Dent. 2013;3:139-143.
9. Mandal A, Dhirendra K S, humaira S. New demensions in mechanical
plaque control: an overview. Indian journal of dental
sciences.2017;9(2):133-6
10. Sinaredi R.B, Pradopo S, teguh B W. Daya antibakteri obat kumur
chlorhexidine, povidone iodine, fluoride suplementasi zinc terhadap,

14
Streptococcus mutans dan Porphyromonas gingivalis. Dent J. (Maj. Ked.
Gigi) 47(4):211-2
11. Jafer M, Patil S, Hosmani J, Bhandi SH, Chalisserry EP, Anil S.
Chemical Plaque Control Strategies in the Prevention of Biofilm-
associated Oral Diseases. J Contemp Dent Pract 2016;17(4):337-343.
12. Avinash J, Singh A, Singh DK, Powered Toothbrush vs Manual
Toothbrush: Generation X of Mechanical Plaque Control. Int J Prev Clin
Dent Res 2017;4(2):1-11.
13. Rahardjo A, et al. Measurement of tooth brushing frequency, time of day
and duration of adults and children in Jakarta, Indonesia. Journal of
Dentistry Indonesia. 2015;21(3): 85-88
14. Baruah K, Thumpala VK, Khetani P, Baruah Q, Tiwari RV, Dixit H. A
review on toothbrushes and tooth brushing methods. International Journal
of Pharmaceutical Science Invention. 2017;6(5): 29-38
15. Mangiri B.S, Sinar Y, Silvia A. Sari buah naga super merah (hylocereus
costaricensis) sebagai pewarna alami plak gigi.Jurnal Material Kedok
gigi(JMKG).2018;7(1):28-9
16. Fasoulas A, Pavlidou E, Petridis D, Mantzorou M, Seroglou K, Giaginis
C. Detection of dental plaque with disclosing agents in the context of
preventive oral hygiene training programs. Heliyon 5. 2019:1-7.
17. Yadav SC, Sanikop MV, Kumar V. Patient education and motivation.
Adv Dent & Oral Health. 2017;7(1):28-31

15

Anda mungkin juga menyukai