Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“Penatalaksanaan Pengendalian Infeksi Silang”

Dosen Pembimbing :
Aryani W. S.SiT .M.PH

Disusun Oleh :
Rahma Anggita Sani (P07125118042)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
Tahun Ajaran 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata
Penatalaksanaan Pengendalian Infeksi Silang yang berisi tentang “ Desinfeksi Permukaan
Kerja (DPK)”.

Makalah ini telah disusun secara maksimal oleh penulis, sebagai manusia biasa sangat
menyadari bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Harapannya makalah Penatalaksanaan PIS ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman. Kurang lebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wa’alaikumsalam Wr.Wb

Yogyakarta, 21 Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover........................................................................................................................................1

Kata Pengantar……………………………………………………………………….……... 2

Daftar Isi…………………………………………………………………………….…….... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………...…………………………..……4

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Desinfeksi.................................................……………………………................6

B. Kriteria Desinfektan……………………………………………………...........................6

C. Macam-Macam Desinfektan..............................................................................................6

D. Cara Kerja Desinfeksi........................................................................................................7

E. Desinfeksi Permukaan Kerja..............................................................................................8

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan dan Saran…………………………………………………...……………...10

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat Gigi merupakan salah satu bidang yang rawan untuk terjadinya kontaminasi
silang antara pasien-dokter gigi, pasien-pasien dan pasien-perawat. Menurut Anonima (2008),
adanya medical history pada rekam medis dapat mempermudah perawat gigi untuk
mencurigai adanya penyakit infeksi yang diderita pasien. Namun, tidak semua pasien dengan
penyakit infeksi dapat langsung diidentifikasi oleh medical history, pemeriksaan fisik, atau
test laboratorium. Keterbatasan ini lah yang mengantar para pelaku medis untuk menerapkan
konsep pencegahan universal. Pencegahan universal mengacu pada metode kontrol infeksi
pada semua darah manusia dan cairan tubuh (pada bidang kedokteran gigi: saliva) yang
diperlakukan dengan sama jika diketahui telah terinfeksi HIV, HIB, dan patogen lain yang
dibawa darah. Pencegahan universal adalah prosedur kontrol infeksi yang diterapkan pada
semua pasien.

Pada klinik dental, saliva pasien, dental plak, dan darah dapat teraerosol dan
meninggalkan noda. Mikroorganisme dapat menyatu dengan material-material tersebut dan
menyebabkan infeksi hingga dapat menularkan penyakit. Beberapa penyakit yang paling
umum adalah influenza, penumonia, TB, herpes, hepatitis dan AIDS (Anonima,2008). Salah
satu cara pencegahan terjadinya cross-infection adalah dengan penerapan kontrol infeksi yang
baik dan benar.

Menurut Kohli dan Puttaiah (2007), beberapa cara penularan penyakit berdasarkan
keparahannya antara lain:

1. Perkutaneus (resiko tinggi)

Inokulasi mikroba dari darah dan saliva yang ditularkan melalui jarum atau benda
tajam.

2. Kontak langsung (resiko tinggi)

Tersentuh atau terpaparnya kulit yang tidak utuh terhadap lesi oral yang menginfeksi,
permukaan jaringan yang terinfeksi, atau cairan yang terinfeksi, percikan cairan yang
terinfeksi.

4
3. Inhalasi aerosol atau droplet yang mengandung patogen (resiko sedang)
4. Menghirup bioaerosol yang mengandung material infektif saat menggunakan
handpiece dan scaler atau droplet nucleii yang berasal dari batuk.
5. Kontak tidak langsung

Menyentuh permukaan benda mati yang terkontaminasi pada ruangan perawatan atau
ruang operasi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada
objek yang tidak hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri. Desinfeksi juga
dikatakan suatu tindakan yang dilakukan untuk membunuh kuman patogen dan
apatogen tetapi tidak dengan membunuh spora yang terdapat pada alat perawatan
ataupun kedokteran.
Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan melalui cara
mencuci ,mengoles , merendam dan menjemur dengan tujuan mencegah terjadinya
infeksi, dan mengondisikan alat dalam keadaan siap pakai.
B. Kriteria Desinfektan
Kriteria desinfeksi yang ideal adalah :
1. Tidak toksik pada hewan dan manusia.
2. Tidak bersifat korosif.
3. Tidak berwarna dan meninggalkan noda.
4. Tidak berbau.
5. Mudah digunakan dan ekonomis.

C. Macam-Macam Desinfektan
1. Alkohol
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit.
Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran
gigi untuk mendesinfeksi permukaan, tetapi American Dental Association
(ADA) tidak menganjurkan pemakaian alkohol untuk mendisinfeksi
permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.
2. Aldehid

6
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang popular pada kedokteran
gigi , baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi . Aldehid merupakan
desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi
alat-alat yang tidak dapat disterilkan. Alat yang selesai didisinfeksi, diulas
dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi
dengan aquades karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat
mengiritasi kulit atau mukosa. Operator harus memakai masker, kacamata
pelindung dan sarung tangan heavy duty.
3. Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh biguanid yang digunakan secara luas dalam
bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik kontrol plak. Misalnya, 0,4% larutan
pada deterjen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin
glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan
pada konsentrasi lebih tinggi yaitu 2% digunakan sebagai disinfeksi gigi
tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri gram (+) maupun gram (-).
4. Senyawa Halogen
Hipoklorit dan povidon iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halida
seperti chloros, domestos dan betadine. Walaupun murah dan efektif zat ini
dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan
organik.
5. Fenol
Larutan jernih tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk
membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh
zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah.Namun karena
sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini , banyak digunakan di
Rumah Sakit dan laboratorium.
6. Klorsilenol
Merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai
antiseptic , aktivitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya
terbatas sebagai desinfektan ( misalnya detol ). Aktifitasnya rendah terhadap
banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan.

D. Cara Kerja Desinfeksi


Cara kerja desinfeksi menurut prosesnya yaitu :

7
1. Denaturasi protein mikroorganisme. Perubahan strukturnya hingga sifat-sifat
khasnya hilang.
2. Pengendapan protein dalam protoplasma ( zat-zat halogen, fenol, alcohol, dan
garam logam ).
3. Oksidasi protein( Oksidanasia ).
4. Mengganggu sistem dan proses enzim ( zat-zat halogen, alcohol ,dan garam
logam ).
5. Modifikasi dinding sel dan atau membran sitoplasma ( desinfektasi dengan
aktivitas permukaan ).

E. Desinfeksi Permukaan Kerja


Dalam praktik dokter gigi/perawat gigi, permukaan lingkungan (yaitu,
permukaan atau peralatan yang tidak berkontak langsung dengan pasien) dapat
menjadi terkontaminasi selama perawatan. Permukaan tertentu, terutama yang sering
tersentuh (misalnya, light handle, unit switches, dan tombol laci) dapat berfungsi
sebagai tempat penampungan kontaminasi mikroba, meskipun tidak berhubungan
langsung dengan penularan infeksi pada pasien ke pekerja kesehatan, maupun
sebaliknya. Permukaan lingkungan dapat dibagi menjadi 2, yaitu clinical contact
surfaces dan housekeeping surfaces (Kohn dkk, 2003).
Clinical contact surfaces dapat terkontaminasi langsung dari material pasien
baik dengan semprotan langsung atau percikan yang terakumulasi selama prosedur
dental atau melalui kontak dengan gloves pekerja kesehatan. Contoh yang termasuk
dalam clinical contact surfaces antara lain: light handle, switches, peralatan dental
radiografi, sisi kursi komputer dental, tempat penyimpanan material dental yang
reusable, pegangan laci, countertops, pena, telefon dan pegangan pintu (Kohn dkk,
2003). Menurut Kohli dan Puttaiah (2007), beberapa barang/peralatan yang
memerlukan pelindung antara lain :

a. Dental Unit Light handles


b. Dental Unit electrical or mechanical controls
c. Dental Chair Head Rest
d. Dental Chair Arm Rests
e. Dental Unit controls including the Bracket Table

8
f. Highspeed Handpiece couplings and hose (extended 6 inches below the
coupling covering the hoses)
g. Slow speed motor, coupling and hose (extended 6 inches below the coupling
covering the hoses)
h. Air/water syringe and hose (extended 6 inches below coupling covering the
hose)
i. Saliva ejector handpiece and hose (extended 6 inches below coupling covering
the hose)
j. HVE handpiece and hose (extended 6 inches below coupling covering the
hose)
k. X-ray unit handles and cone
l. X-ray Unit controls
m. Bite Block of the Panoramic X-ray Unit
n. Intra Oral Digital Sensors
o. RVG equipments
p. Apex locators
q. Endosonic Ultrasonic Units
r. NITI Torque control hand pieces

Lapisan pelindung permukaan dan peralatan dapat mencegah kontaminasi


clinical contact surfaces, tetapi ini sangat efektif bagi permukaan yang sulit
dibersihkan. Yang termasuk lapisan pelindung adalah bungkus plastik bening, tas,
seprai, tabung, dan plastic-backed kertas atau bahan lain yang tahan terhadap
kelembaban. Karena penutup tersebut dapat terkontaminasi, mereka harus dihapus
dan dibuang dengan kondisi tangan yang masih bersarung. Setelah menghilangkan
lapisan pelindung, periksa permukaan untuk memastikan tidak ada yang kotor.
Permukaan harus dibersihkan dan didesinfeksi hanya jika terdapat kontaminasi yang
jelas (Kohn dkk, 2003).
Bukti tidak mendukung bahwa permukaan rumah tangga (misalnya, lantai,
dinding) menimbulkan risiko penularan penyakit dalam perawatan kesehatan gigi.
Sebenarnya, penghilangan fisik mikroorganisme dengan menyeka atau menyikat
mungkin sama pentingnya, jika tidak lebih begitu, daripada efek antimikroba
disediakan oleh agen digunakan. Sebagian besar housekeeping surface perlu
dibersihkan hanya dengan deterjen dan air atau desinfektan / detergen yang sudah

9
terdaftar EPA, tergantung pada sifat permukaan dan jenis dan tingkat kontaminasi
(Kohli dan Puttaiah, 2007).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran

Desinfeksi permukaan kerja merupakan salah satu bentuk desinfeksi


kimia dalam praktik kedokteran gigi. Desinfeksi permukaan kerja penting dilakukan
guna mencegah terjadinya penyebaran infeksi akibat bakteri, virus atau
mikroorganisme yang terdapat pada dental unit dan juga instrument kerja, dan
lingkungan kerja.
Desinfeksi permukaan kerja merupakan salah satu protocol dalam
universal precaution sehingga perlu diperhatikan oleh klinisi khususnya dokter
gigi/perawat gigi. Selain untuk merawat kebersihan dental unit, juga instrument kerja,
maupun lingkungan kerja, hal ini juga sangat penting untuk menjamin kelesamatan
kerja dan juga kesehatan opera

10

Anda mungkin juga menyukai