Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecacatan (Disabilitas) bagi sebagian orang merupakan suatu masalah yang berat
serta dapat menghambat cita-cita dan aktivitas. Permasalahan yang dihadapi
penyandang cacat bukan hanya masalah psikologis seperti rendah diri, merasa tidak
mampu dan tidak berdaya, menutup diri dan tidak percaya diri untuk bergaul di
tengah kehidupan masyarakat bahkan sebagian dari mereka ingin mengakhiri hidup
mereka saja,karena seringkali mereka mendapat perlakuan yang berbeda ketika ia
di tengah masyarakat yang membuat mereka sangat menderit menjalani hidup
dengan keadaannya, mereka bahkan di hina dan diragukan apapun yang mereka
lakukan.Hal tersebut tentu merupakan sikap yang salah yang ditunjukkan oleh
penderita Disabilitas,hal tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman bagi
penderita Disabilitas tentang dirinya dan lingkungannya, karena sesungguhnya
mereka memiliki hak yang sama dengan masyarakat normal pada umumnya. Bukan
hanya memiliki hak yang sama,kesempatan apapun di dunia ini juga berlaku untuk
penderita Disabilitas, sering kali penderita Disabilitas dapat lebih berprestasi
dengan kemampuan mereka yang mungkin selama ini terpendam, maka dari itu
diperlukan penyikapan yang baik dan benar agar penderita Disabilitas tidak merasa
di tindas maupun rendah diri di tengah masyarakat.
Menurut Americans with Disabilities Act (ADA), individu penyandang
cacat adalah orang yang "memiliki gangguan fisik atau mental yang secara
substansial membatasi satu atau lebih aktivitas kehidupan utama, memiliki catatan
tentang gangguan tersebut, atau dianggap memiliki gangguan. "

Perbedaan Kerusakan dan Kecacatan


- Kerusakan:
Kerusakan adalah kelainan struktur atau fungsi anggota tubuh atau
organ tubuh.
- Kecacatan
Kecacatan adalahketerbatasan yang dimiliki seseorang dibandingkan
dengan orang lain pada usia, jenis kelamin yang sama yang diakibatkan
oleh gangguan dan kecacatan.
Trend Rehabilitasi
Kehidupan yang alternatif bagi penyandang cacat bisa melalui
pendidikan dan edukasi kepada individu yang mengalami cacat fisik
maupun mental. Anak-anak yang mengalami kecacatan dilatih untuk
diikutsertakan dalam program sekolah dan kesehatan regular. Penyandang
cacat dapat menerima konseling vokasional, pendidikan, layanan medis dan
kesehatan gigi.

Disabilitas membutuhkan pengetahuan dan perhatian lebih


mengenai perawatan kesehatan terutama untuk kesehatan gigi dan mulut,
karena anak berkebutuhan khusus mempunyai resiko yang cukup tinggi
terhadap masalah gigi dan mulut yang bisa mempengaruhi kesehatan serta
kualitas hidup mereka. Mengapa anak berkebutuhan khusus memiliki resiko
yang tinggi pada masalah kesehatan gigi dan mulut? Hal itu disebabkan
karena keterbatasan kemampuan mobilitas dan kognitif, gangguan pada otot
dan perilaku, refleks muntah serta gerakan tubuh yang tidak terkontrol.
Semua keadaan itulah yang membatasi anak berkebutuhan khusus bisa
melakukan perawatan gigi secara optimal sehingga mereka ditempatkan
pada posisi yang beresiko mengalami masalah pada kesehatan gigi dan
mulut.

1.2 Rumusan Masalah

- Apakah Pengertian Disabilitas?


- Bagaimana Cara Pelayanan Kesehatan Gigi Dalam Menghadapi
Disabilitas?
- Bagaimana Rencana Perawatan Gigi & Mulut dalam penyakit
disabilitas.
1.3 Tujuan

- Untuk Mengetahui Pengertian Disabilitas


- Untuk Mengetahui Pelayanan Kesehatan Gigi Dalam Disabilitas
- Untuk mengetahui Rencana Perawatan Gigi & Mulut dalam penyakit
disabilitas.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Disabilitas

Difabel atau disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan


aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah masalah pada fungsi
tubuh atau strukturnya; suatu pembatasan kegiatan adalah kesulitan yang dihadapi
oleh individu dalam melaksanakan tugas atau tindakan, sedangkan pembatasan
partisipasi merupakan masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan
dalam situasi kehidupan. Jadi disabilitas adalah sebuah fenomena kompleks, yang
mencerminkan interaksi antara ciri dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat
tempat dia tinggal.
Menurut WHO, disabilitas adalah suatu ketidakmampuan melaksanakan
suatu aktifitas/kegiatan tertentu sebagaimana layaknya orang normal, yang
disebabkan oleh kondisi kehilangan atau ketidakmampuan baik psikologis,
fisiologis maupun kelainan struktur atau fungsi anatomis. Disabilitas adalah
ketidakmampuan melaksanakan suatu aktivitas/kegiatan tertentu sebagaimana
layaknya orang normal yang disebabkan oleh kondisi impairment (kehilangan atau
ketidakmampuan) yang berhubungan dengan usia dan masyarakat (Glosarium
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial | 2009). Dahulu istilah disabilitas dikenal
dengan sebutan penyandang cacat. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with
Disabilities (Konvensi mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas) tidak lagi
menggunakan istilah penyandang cacat, diganti dengan penyandang disabilitas.
Penyandang disabilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental,
intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama, dimana ketika ia berhadapan
dengan berbagai hambatan, hal ini dapat menyulitkannya untuk berpartisipasi
penuh dan efektif dalam masyarakat berdasarkan kesamaan hak.
2.2 Pelayanan Kesehatan Gigi Dalam Disabilitas
Pelayan kesehatan gigi perlu akrab dengan orang yang mengalami
kecacatan sehingga kemajuan kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan
untuk memastikan aksesibilitas ke tingkat perawatan gigi yang sama seperti
populasi umum.
A. Lingkungan Bebas Hambatan
a. Secara umum, fasilitas bebas hambatan bagi pasien di kursi roda data
diakses oleh semua individu lainnya. Pasien di kursi roda
membutuhkan lebih banyak ruang untuk penyetelan dan penentuan
posisi.
b. Fitur tambahan dibutuhkan untuk kecacatan spesifik lainnya,
misalnya indikator lantai braille dapat dipasang di samping nomor
elevator; pintu dan tangga bisa digariskan dengan warna-warna cerah
yang kontras dengan latar belakang orang dengan penglihatan
terbatas.
c. Panduan dan spesifikasi untuk lingkungan bebas hambatan tersedia.
Deskripsi yang mengikutinya mewakili fitur umum berdasarkan
peraturan pemerintah untuk standar aksesibilitas, bersama dengan
aplikasi yang disarankan untuk klinik gigi atau kantor.
B. Penerimaan Pasien
a. Orientasi pasien dengan kecacatan membuka jalan bagi
penyembuhan dan perawatan gigi dan gigi yang tahan lama.
b. Penunjukan pertama mencakup dan bila perlu, dapat sepenuhnya
ditujukan untuk orientasi dasar ke fasilitas thr, kursi gigi, dan
personil.
c. Pemeriksaan rongga mulut dibatasi, dan tergantung pada tingkat kerja
sama pasien, berbagai langkah dalam penilaian dapat diselesaikan
d. Instruksi perawatan pencegahan diberikan, dan partisipasi perawat
akan diminta.
f. Beberapa kunjungan orientasi mungkin diperlukan untuk
menyesuaikan pasien dengan lingkungan sekitar dan tidak peka.
C. Komunikasi
a. Setiap pasien berbeda, dan anggota tim dokter gigi harus
memperhatikan, mendengar, dan mempelajari prosedur yang akan
dilakukan untuk mengembangkan kepercayaan pasien.
b. Orang tua dan pengasuh lainnya dapat menjelaskan cara terbaik
untuk berkomunikasi, jika sesuai.
c. Pengasuh dapat membantu menafsirkan perubahan mood pasien,
mengidentifikasi masalah, dan mencatat perubahan perilaku yang
mungkin mengindikasikan masalah gigi.
d. Bahkan untuk pasien yang tidak dapat atau tidak mau berbicara atau
mungkin tampak ditarik, kemampuan untuk memahami apa yang
dikatakan seharusnya tidak diremehkan. Pasien harus selalu
dihadapkan dengan instruksi dan rasa hormat.
• Komunikasi nonverbal dengan menggunakan ekspresi wajah,
penunjuk arah, bahasa tubuh, dan demonstrasi membantu pasien tertentu
merespons. Pasien lain menulis pesan di atas kertas atau menggunakan
bahasa isyarat, papan bahasa, atau perangkat yang dapat dipelajari oleh
petugas gigi.

1. Cara Memindahkan Pasien yang Bisa Bergerak


a. Posisi kursi roda
Posisi kursi roda ke arah yang sama seperti kursi gigi kira-kira 30
derajat, pasang rem kaki dan sandaran lengan kursi roda. pasien akan
menyesuaikan kursi dengan tenaga dan menyetel rem sebelum
mematikannya.
b. Siapkan Dental Unit
Sesuaikan kursi gigi setinggi mungkin atau lebih rendah dari kursi
roda, bersihkan jalur untuk dipindahkan dengan mengangkat lengan
kursi gigi.
c. Pendekatan Terhadap Pasien
- Lepaskan sabuk pengaman pasien
- Wajah pasien dan kaki tempat di luar kaki pasien untuk berputar. Lutut
dokter harus dekat atau melawan sentuhan pasien untuk mencegah
tekuk.
- Dokter mengangkat pasien ke posisi berdiri.

d. Pivot ke Dental Unit


Pivot bersama perlahan sampai pasien mundur ke sisi kursi
gigi, dengan punggung.

2. Pasien Dengan Alat Bantu Walking Frame / Walker


A. Menuju Dental Unit
a. Atur kursi gigi tegak lurus, dengan posisi lengan terbuka untuk
memberi jalan dan posisikan dental chair sejajar dengan lutut
pasien.
b. Atur pasien di kursi gigi sampai kaki belakangnya menyentuh,
posisi lebih rendah dari kursi operator.
c. Klinisi memegangi pergelangan kaki dan mengembalikan pasien
ke kursi gigi.
d. Lepaskan walker.

B. Dari Dental Unit


a. Angkat kursi gigi agar tegak lurus dan mintalah pasien menunggu
saat walker diposisikan, beri pasien waktu untuk menyesuaikan
diri.
b. Gerakkan lengan kursi gigi, posisikan dental unit sejajar dengan
lutut pasien.
c. Pasien menggunakan satu tangan untuk berdiri dan yang lainnya
untuk memegang alat bantu. Saat walker digunakan untuk
keseimbangan, satu tangan harus berada di tengah untuk memberi
keseimbangan. Jika pasien perlu bantuan, klinisi dapat memegang
dibawah lengan pasien, di sisi kiri jika pasien menggunakan
tangan kanan.

3. Pasien Dengan Alat Bantu Tongkat Kruk


a. Kursi gigi diposisikan tegak sejajar dengan lutut pasien. Beberapa
pasien membutuhkan kursi yang lebih tinggi sehingga lututnya tidak
perlu ditekuk.
b. Klinisi membantu mengarahkan pasien, sementara menurunkan
kursi pasien; Kaki pasien diangkat ke kursi gigi.
c. Setelah pasien duduk di dental chair, pindahkan kruk ke tangan yang
satu lagi. Sementara tangan yang lainnya untuk menyangga. Untuk
membantu, klinisi dapat mengaitkan lengan di bawah lengan pasien.

4. Posisi Pasien
A. Pasien Komplikasi Pernafasan Dan Penyakit Jantung
Pasien komplikasi pernapasan posisi kursi dikebelakangkan. Pasien
penyakit jantung atau yang memakai alat pacu jantung harus ditanya
"berapa banyak bantal yang digunakan di malam hari?" sehingga ketinggian
kursi disesuaikan.
B. Pasien Cedera Tulang Belakang
- Posisi “push up”
- Pasien yang lumpuh, posisi badan harus diganti setiap 20 menit selama
15-10 detik. Dengan itu, pasien dapat merasakan sentuhan kaki. Posisi
duduk lebih rendah dari kursi operator. Tempatkan tangan pada
sandaran.
- Pegang kaki pasien di antara pergelangan kaki dan lutut, dan angkat ke
kursi gigi.
- Setelah tindakan, kembalikan pasien ke kursi roda sesuai prosedur.
5. Cara Memindahkan Pasien Yang Tidak Dapat Bergerak
A. Posisi Kursi Roda
a. Posisikan kursi roda dan sejajarkan dengan kursi gigi, atur
rem, pindahkan pijakan kaki
b. Atur kursi gigi setinggi atau lebih rendah dari kursi roda
c. Pindahkan lengan dental unit dan pindahkan lengan pasien ke
kursi roda
B. Bantuan Orang Pertama
a. Penolong 1 diposisikan di belakang kursi roda
b. Tempatkan kaki di kedua sisi roda belakang terdekat dengan
kursi gigi. Tempatkan tangan di bawah lengan pasien di bawah
siku, pegang lengan bawah pasien lebih rendah di daerah
thorax, pegang bagian bawah tulang rusuk pasien
C. Bantuan Orang Kedua
a. Di depan pasien; dan pegang dibawah lutut pasien
b. Didepan dental chair; letakkan satu tangan pada bagian bawah
paha, dan yang lainnya pada bagian bawah betis.
D. Transfer

Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan, pindahkan pasien


dengan hati-hati ke dental chair.

6. Transfer Sliding Board / Papan Geser


A. Posisi Kursi Roda
a. Posisikan kursi roda dan sejajarkan dengan kursi gigi, atur rem,
pindahkan pijakan kaki
b. Atur kursi gigi setinggi atau lebih rendah dari kursi kursi roda
c. Pindahkan lengan dental unit dan pindahkan lengan pasien ke
kursi roda
B. Mengatur Sliding Board
a. Klinisi menempatkan papan geser di bawah pinggul pasien
b. Papan diletakkan memanjang mencapai kursi dental unit
C. Transfer
a. Badan pasien bergeser, keseimbangan pada tangan, dan
pindahkan bokong melewati papan. Klinisi dapat membantu
dengan memegang dibawah ketiak. Memerlukan 2 orang jika
pasien sulit mengangkat beban dan kesulitan bergerak.
b. Papan dipindahkan dan dikembalikan setelah melakukan
tindakan
D. Ulangi Dan Kembali
Kursi gigi diposisikan sedikit lebih tinggi dari kursi roda untuk
trasfer kembali

7. PENYANGGA TUBUH
A. Penutup Tubuh
a. Pedi Wrap
Terbuat dari nilon dan membungkus pasien dari leher hingga
pergelangan kaki. tersedia dalam 3 ukuran untuk bayi dan anak
hingga usia 10 tahun. Biasanya digunakan untuk menahan kaki dan
tangan.
b. Papan Papoose
Tersedia dalam 3 ukuran, mulai dari ukuran kecil hingga ukuran
dewasa
c. Sprei Ataua Selimut
Orang tua pasien bisa membawanya dari rumah berupa selimut atau
sprai yang familiar dengan pasien. Dipasang disekitar pasien dan
diberi pengaman dari tali velcron pada kaki dan badan
B. Tali Pengikat
Pita perekat (lebar 2 atau 3 inci), tali kanvas atau velcro dapat
digunakan dengan atau tanpa penutup tubuh. jika diperlukan, Tali
lunak bisa dihias dari bahan lembut, seperti flanel, dengan bagian
empuk untuk plave di atas bagian pergelangan. Dasi setinggi 4
sampai 6 inci dapat diletakkan di sekitar kursi gigi atau diikatkan
pada lengan kursi.
C. Stabilasi Kepala
a. Tangan Klinisi
Dari posisi kerja pukul 12 (di atas kepala pasien. Lengan yang non
dominan ditempatkan diantara kepala pasien untuk
mempertahankan posisi.
b. Mulut prop

2.3 RENCANA PERAWATAN GIGI & MULUT

a. Pencegahan/preventif
- Kontrol biofilm
- Aplikasi fluor
- Pit & fissure sealant
b. Pemberian Edukasi
- Kebiasaan menjaga kesehatan gigi & mulut
- Konseling, khususnya pada orangtua
- Intruksi pengendalian penyakit

Tingkat Fungsi

Bagi pasien yang tidak memiliki kecacatan mental atau fisik dalam
mengabaikan kebersihan mulutnya biasanya dapat disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan maupun pemahaman dan bagaimana cara menjaga
kesehatan gigi dan mulut atau kurangnya motivasi untuk melakukan hal
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan bagi pasien yang
memiliki kecacatan tertentu mempunyai masalah yang sangat meningkat,
karena kurangnya koordinasi mental dan atau fisik yang diperlukan untuk
melakukan tindakan kebersihan mulut yang paling sederhana.

a. Tingkat Tinggi
Mencakup orang-orang yang mampu membersihkan gigi dan
menyikat giginya sendiri.
b. Tingkat Tengah
Mencakup mereka yang mampu melakukan setidaknya
sebagian dari kebutuhan kebersihan mulut mereka.

c. Tingkat Rendah

Mencakup mereka yang tidak dapat melakukan perawatan sendiri,


karena itu mereka bergantung

1. KOMPONEN PENGHAPUSAN BIOFILM GIGI


a. Memberikan Informasi Dasar
Mengenai pembentukan biofilm dan ppengembangan
penyakit.
b. Menunjukkan Biofilm
Menunjukkan tingkat biofilm dalam bentuk grafik.
c. Menyikat Gigi
 Mintalah pasien untuk menyikat gigi guna mengeluarkan
biofilmnya.
 Dianjurkan dengan teknik fones atau teknik sirkuler.
 Jelaskan setiap langkah dan tunjukkan secara perlahan.
d. Benang Gigi
Dengan instruksi berulang kali, kebnyakan pasien
penyandang cacat dapat belajar menggunakan benang gigi

2. Menyikat Gigi
a. Pasien Normal
Masukan pegangan sikat ke genggaman pasien.
b. Pasien yang Tidak Dapat Menahan Genggaman
Tujuan, untuk mengikat pegangan sikat pada genggaman
c. Pasien Dapat Memegang Sikat Gigi Biasa Pemegang Floss
Tujuan, untuk memperbesar diameter genggamannya.
d. Pasien Yang Tidak Dapat Memberikan Respon
 Tujuan, untuk memperpanjang pegangan sikat gigi.
 Prasyarat, bahan harus kuat dan cukup kaku.
e. Pasien Yang Dapat Memegang Sikat Gigi Namun Tidak
Dapat Menghilangkan Biofim
 Sikat gigi yang dirancang khusus.
 Pasien menggerakan kepala bukan tangan.
3. Penggunaan Sikat Gigi Elektrik
Sikat gigi elektrik bisa bermanfaat bagi pasien yang
mempunyai kebutuhan khusus dan dapat memotivasi pasien.
Tipe ini dapat meningkatkan percaya diri psien dan kualitas
hidup pasien. Namun sikat gigi tersebut bisa menyebabkan
trauma jka tidak digunakan dengan benar, contohnya tidak
mampu memegang beban dari sikat gigi tersebut atau
penggunaan yang tidak tepat.
Kelebihan Dan Kekurangan Sikat Gigi Elektrik:
• Ukuran dan berat yang besar akan sangat menguntukan bagi
pasien atau dapat juga menyulitkan dari beberapa pasien
yang mempunyai kekuatan terbatas.
• Mekanisme tombol off/on dapat menyulitkan untuk
digunakan oleh yang mempunyai keterbatasan kekuatan jari
dan koordinasi
• Pegangan yang besar dapat membantu bagi seseorang yang
mempunyai kesulitan untuk menggenggam objek.
• Getaran yang timbul ketika dpakai tidak dapat di terima oleh
beberapa pasien.
• Harganya lebih murah dari sikat gigi biasa.
4. Pengunaan Pegangan Benang
a. Tipe
Beberapa jenis pemegang benang tersedia dari plastik.
b. Penggunaan
Instruksi yang cermat dan pengawasan harus diberikan
secara berkala untuk mencegah kerusakan jaringan. Seperti
berulir kedalam pegangan, benang di garis lurus.
c. Untuk Menghindari Papila Terpotong Pada Saat Di
Interproximal
 Gunakan titik tumpu untuk mecegah gertakan melewati
kontak
 Tarik benang di mesial (untuk membersikan permukaan
distal pada gigi) atau di distal (untuk membersihkan
permukaan mesial) biarkan benang berada pada sisi
papilla.
5. Membersihkan Protesa Gigi Yang Dapat Dilepas
a. Masalah
Untuk pasien dengan kesulitan menggengam sikat, pegangan
sikat untuk gigi tiruan bisa disesuaikan dengan metode
apapun yang sudah di jelaskan.
b. Satu Tangan
 Sikat kuku dengan kasp hisap
 Sikat gigi palsu yang memiliki kasp hisap
 Sikat gigi palsu dengan kaps penghisap untuk diletakan
di dalam wastafel yang rendah
6. Intruksi Diet
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan diet;
 Untuk pasien tertentu, pemilihan makanan dan pusat
pemanfaatan pada masalah pengunyahan, sedangkan
untuk orang lain, pengangkutan makanan ke mulut
merupakan usaha besar.
7. Persiapan Untuk Program
a. Perencanaan
 Dalam pelayanan ini kita harus membuat planing yang
sangat jelas da untuk kelompok yang sangat banyak
harus diambil dari waktu yang jadwalnya sibuk.
 Untuk materinya sendiri harus jelas dan tepat agar lebih
mudah di mengerti.
b. Penggunaan Catatan Klinik
Catatan klinik untuk setiap pasien harus diperiksa untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan status gigi
mereka dimana tenaga kesehatan gigi harus bisa membuat
perencaanaan pencegehaan dampak buruk pada kesehatan
gigi dan mulut.
c. Indeks Gingiva
Menggunakan biofilm ini kita lebih bisa mengetahui
informasi yang tidak bisa kita ke tahu.

8. Konten Program
 Pengendalian penggunaan biofilm untuk diri sendiri.
 Informasi tentang biofim yang sangat berguna untuk
kelompok.
 Ujian oral diimana memperlihatkan an=tau memberitahu
tentang bagian bagian yang di mulut kita.
 Teknik teknik untuk perawtan mulut kita dan control.
 Dan prosedur pembuatan gigi tiruan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Disabilitas membutuhkan pengetahuan dan perhatian lebih mengenai


perawatan kesehatan terutama untuk kesehatan gigi dan mulut, karena anak
berkebutuhan khusus mempunyai resiko yang cukup tinggi terhadap masalah gigi
dan mulut yang bisa mempengaruhi kesehatan serta kualitas hidup mereka. Hal Ini
disebabkan karena keterbatasan kemampuan mobilitas dan kognitif, gangguan pada
otot dan perilaku, refleks muntah serta gerakan tubuh yang tidak terkontrol. Semua
keadaan itulah yang membatasi anak berkebutuhan khusus bisa melakukan
perawatan gigi secara optimal sehingga mereka ditempatkan pada posisi yang
beresiko mengalami masalah pada kesehatan gigi dan mulut.

3.2 Saran

Sebaiknya untuk penyandang cacat/disabilitas lebih diperhatikan lagi oleh


pelayanan kesehatan gigi tentang masalah pada gigi dan mulutnya dengan melakukan
Pencegahan/preventif, Kontrol biofilm, Aplikasi fluor, Pit & fissure sealant,
Pemberian Edukasi, Kebiasaan menjaga kesehatan gigi & mulut, Konseling,
khususnya pada orangtua, Intruksi pengendalian penyakit

Anda mungkin juga menyukai