TINJAUAN PUSTAKA
2. Perlindungan Diri
Yang termasuk perlindungan diri adalah sebagai berikut:
a. Imunisasi
Pelindung yang paling mudah digunakan dan yang paling jarang digunakan sebagai
sumber perlindungan untuk dokter gigi dan staf adalah imunisasi, misalnya heptavax-
B untuk perlindungan terhadap hepatitis B. Imunisasi hepatitis B terdiri atas tiga
tahap, pertama pada hari yang ditentukan, tahap kedua pada satu bulan kemudian,
dan tahap ketiga pada enam bulan kemudian. CDC sangat menganjurkan agar
personil gigi diimunisasi hepatitis B. Imunisasi lain yang juga dianjurkan antara lain
adalah imunisasi terhadap penyakit mumps, measles dan rubella (MMR), difteri,
pertusis, dan tetanus (DPT), infuenza, poliomyelitis dan TBC (BCG).
b. Cuci Tangan
Mencuci tangan dengan sabun perlu dilakukan setiap sebelum dan sesudah merawat
pasien. Setiap kali selesai perawatan, sarung tangan harus dibuang dan tangan harus
dicuci lagi sebelum mengenakan sarung tangan yang baru. Prosedur mencuci tangan
yang benar adalah sebagai berikut :
1) Tangan dibasahkan dengan air di bawah kran atau air mengalir.
2) Sabun cair yang mengandung zat antiseptik dituang ketangan dan digosok sampai
berbusa.
3) Kedua telapak tangan digosok sampai ke ujung jari. Selanjutnya, kedua bagian
punggung tangan digosok. Jari dan kuku serta pergelangan tangan juga
dibersihkan. Semua ini dilakukan selama sekitar 10-15 detik.
4) Tangan dibilas bersih dengan air mengalir.
5) Tangan dikeringkan dengan menggunakan tisu. Mengeringkan tangan dengan
kertas tisu adalah lebih baik dibandingkan mengeringkan tangan menggunakan
mesin pengering tangan, karena mesin pengering tangan umumnya menampung
banyak bakteri.
c. Pemakaian Jas Praktek
Dokter gigi dan stafnya harus memakai jas praktek yang bersih dan sudah
dicuci. Jas tersebut harus diganti setiap hari dan harus diganti saat terjadi
kontaminasi. Jas praktek harus dicuci dengan air panas dan deterjen serta pemutih
klorin, bahkan jas yang terkontaminasi perlu penanganan tersendiri. Bakteri patogen
dan beberapa virus, terutama virus hepatitis B dapat hidup pada pakaian selama
beberapa hari hingga beberapa minggu.
d. Penggunaan Masker
Pemakaian masker seperti masker khusus untuk bedah sebaiknya digunakan
pada saat menggunakan instrumen berkecepatan tinggi untuk mencegah terhirupnya
aerosol yang dapat menginfeksi saluran pernafasan atas dan bawah. Efektifitas
penyaringan dari masker tergantung pada bahan yang dipakai (masker polipropilen
lebih baik dari masker kertas) dan lama pemakaian (efektif 30 – 60 menit).
Sebaiknya menggunakan satu masker untuk satu pasien.
e. Penggunaan Kacamata Pelindung
Kacamata pelindung harus dipakai dokter gigi dan stafnya untuk melindungi
mata dari debris yang diakibatkan oleh high speed handpiece dan pembersihan
karang gigi baik secara manual maupun ultrasonik. Perlindungan mata dari saliva,
mikroorganisme, aerosol dan debris sangat diperlukan untuk dokter gigi maupun staf.
f. Penggunaan Rubber Dam
Rubber dam harus digunakan pada operasi untuk menghindari terjadinya
aerosol karena tidak terjadi pengumpulan saliva diatas rubber dam. Selain untuk
mengurangi kontak instrumen dengan mukosa, rubber dam juga berguna untuk
mengurangi terjadinya luka dan perdarahan.
g. Penggunaan Sarung Tangan
Semua dokter gigi dan stafny a harus memakai sarung tangan lateks atau
vinil sekali pakai. Hal ini untuk melindungi dokter gigi, staf dan pasien. Tujuan
penggunaan sarung tangan adalah untuk mencegah bersentuhan langsung dengan
darah, saliva, mukosa, cairan tubuh, atau sekresi tubuh lainnya dari penderita. Sarung
tangan vinil dapat dipakai untuk mereka yang alergi terhadap lateks. Sarung tangan
harus diganti setiap selesai perawatan pada setiap pasien. Ada tiga macam sarung
tangan yang dipakai dalam bidang kedokteran gigi, diantaranya :
1) Sarung tangan lateks yang bersih harus digunakan pada saat dokter gigi
memeriksa mulut pasien atau merawat pasien tanpa kemungkinan terjadinya
perdarahan.
2) Sarung tangan steril harus digunakan saat melakukan tindakan bedah atau
mengantisipasi kemungkinan terjadinya perdarahan pada perawatan.
3) Sarung tangan heavy duty harus dipakai saat membersihkan alat, permukaan kerja
atau saat menggunakan bahan kimia.
C. Penatalaksanaan Kecelakaan Kerja
Apabila pada saat melaksanaan pelayanan kedokteran gigi, terjadi kecelakaan kerja
seperti dibawah ini :
1. Bila tertusuk jarum segera bilas dengan air mengalir atau air dengan jumlah
yang banyak dan sabun atau antiseptic sambil tekan bagia yang tertusuk jarum
sampai mengeluarkan darah.
2. Jari yang tertusuk tidak boleh dihisap dengan mulut.
3. Bila darah mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan, cuci dengan sabun
dan air mengalir atau larutan garam dapur.
4. Bila darah mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur dengan air beberapa
kali.
5. Kalau terpercik pada mata, cucilah mata dengan air mengalir (irigasi) atau
garam fisiologis.
6. Jika darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan dengan air.
D. Sterilisasi Instrumen
Sterilisasi adalah proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan.
Suatu benda steril dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari semua
bentuk kehidupan untuk menyiapkan suatu ruangan atau klinik gigi yang
terjaga kebersihannya. Sterilasasi diperlukan karena fasilitas dan
peralatan-peralatan berpengaruh terhadap pelaksana pemeriksaan dan
pengobatan pasien.
Kelas II: Pergerakan jari dan pergelangan tangan dilakukan saat memindahkan
instrument/alat kepada operator
Kelas III: Pergerakan yang terjadi adalah jari, pergelangan tangan, dan siku . Gerak ini
dilakukan saat mengambil handpiece.
Kelas IV: Pergerakan melibatkan seluruh lengan dan bahu dan dilakukan saat
menyesuaikan posisi lampu, penempatan rubber dam, dan mengambil alat-alat yang jauh.
Kelas V: Pada kelas ini seluruh badan bagian atas bergerak dan dilakukan ketika akan
mengambil alat/bahan dari lemari atau meja yang tidak bisa bergerak.
Berikut ini merupakan cara untuk mengurangi gerakan yang berlebihan dalam praktik
kedokteran gigi, antara lain :
Untuk meningkatkan motion economy pada saat di klinik, ada beberapa cara yang dapat
dilakukan:
1. Mengurangi jumlah instrumen yang digunakan dengan memaksimalkan penggunaan
dari tiap instrumen untuk fungsi yang berbeda
2. Posisikan instrumen pada tray sesuai dengan urutan penggunaan
3. Posisi instrumen, material dan alat dengan cepat
4. Memiliki persediaan cadangan dan armamentarium yang besar yang diletakkan dekat
dengan operator/asisten agar mudah dicapai (mengurangi motion kelas V)
5. Tempatkan anamentarium atau cart yang bergerak sedekat mungkin dengan pasien
6. Posisikan pasien pada posisi supine
7. Posisi duduk operator dan asisten sebisa mungkin dekat dengan pasien
8. Gunakan kursi yang menghasilkan postur yang baik dan menyokong punggung dan
abdominal operator yang dapat diatur secara vertikal maupun horizontal
9. Ketika menggunakan mikroskop pertahankan postur yang baik dan beri asisten akses
ke area transfer
10. Kurangi durasi dan jumlah gerakan yang dibuat oleh operator dan asisten untuk
melakukan aktivitas yang rutin dan berulang
11. Gunakan gerakan yang smooth dan hindari pergerakan zigzag yang mengacaukan.
4). Zona static yaitu daerah tanpa pergerakan dokter gigi maupun perawat gigi serta tidak
terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan meja instrumen bergerak. berada pada
posisi arah jarum jam 12-2 .
Gambar 2. Zona Aktivitas pada Dokter Gigi dengan Tangan Kanan (kiri) dan Tangan Kiri ( kanan)
Pemberian Gunting
Saat memidahkan instrumen, gunting disejajarkan dengan instrument yang akan
ditukar. Operator sebaiknya memodifikasi posisi tangan untuk menempatkan jempol, jari
telunjuk, dan tengah ke dalam lingkaram handle. Selama penggantian gunting, beaks
mengarah ke asisten.
II. Eliminate yaitu mengurangi alat-alat dan gerakan yang tidak perlu
III. Combain yaitu menggabungkan dua alat atau gerakan yang lebih
IV. Rearrange yaitu mempersiapkan alat-alat, prosedur dan jadwal yang baik
V. Simplify yaitu menyederhanakan alat-alat dan prosedur
Beberapa elemen dari pengaturan posisi tempat kerja yang tidak egonomis, antara lain
adalah :
1. Kursi dokter gigi atau kursi pasien terlalu tinggi/rendah
2. Kursi dokter gigi tidak mempunyai lumbar, thoracic, atau arm support
3. Meja instrumen tidak dalam posisi yang baik dan tepat
4. Pencahayaan yang tidak adekuat
5. Meja area kerja yang tidak nyaman (tepi meja tajam)
6. Lingkungan kerja lembab
Peningkatan ergonomis dalam praktik kedokteran gigi dapat dilakukan dengan
memodifikasi dan mengoptimalkan lingkungan kerja. Pengaplikasian ergonomis dalam
praktik kedokteran gigi adalah sebagai berikut :
1). Kursi Dokter Gigi
Ketika memilih kursi dokter gigi, harus memiliki kriteria-kriteria agar dokter gigi
dapat bekerja dalam posisi tubuh netral.
Gambar Jenis Kursi Dental: Brewer Operator Stool (kiri), Posiflex stool (tengah), dan Kobo Chair (kanan)
Gambar Ketentuan posisis duduk dokter gigi terhadap pasien berbaring (right handed dan left handed)
4). Instrumentasi
Desain dari instrumentasi dapat berperan sebagai pencegahan efek negatif
terhadap kesehatan penggunanya. Tujuan dari pemilihan instrumen yang baik dan benar
adalah untuk mengurangi penggunaan tekanan, sehingga, didapatkan neutral joint
positioning.
5). Pencahayaan
Posisi cahaya merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh pada postur
selama bekerja. Tujuan dari pencahayaan yang benar diantaranya adalah untuk
menghasilkan shadow-free, dan mengkoreksi warna pencahayaan yang berkonsentrasi pada
bidang kerja.
Gambar Posisi Pencahayaan pada gigi rahang maxilla (kiri) dan gigi rahang mandibula (kanan)
Side delivery
Desain unit ini sudah cukup lama beredar selama puluhan tahun. Sebagian besar
dental unit yang digunakan dalam sekolah kedokteran gigi adalah unit dengan desain side
delivery, biasanya disertakan dengan bracket tray. Unit ini membuat operator untuk
mengambil handpiece sendiri. Hal ini dapat menyebabkan stress dan kelelahan. Asisten
operator tidak dapat menjangkau peralatan untuk mengganti handpiece maupun bur,
sehingga menurunkan produktivitas. Seringkali dalam pengaturan seperti ini, high-velocity
evacuation (suction) terletak pada kursi, di lokasi kerja asisten. Hal ini memaksa asisten
untuk menjauh dari kursi dental unit. Terkadang selang untuk saluran HVE bahkan
diletakkan pada mobile cart. Dengan pengaturan seperti ini, efektivitas untuk HVE perlu
dipertanyakan..
Rear delivery
Pada unit ini, baik operator maupun asisten memiliki aksesibilitas terluad terhadap
trays, instrumen, supplies, dan material yang berada jauh dari area pandang pasien.
Operator diharuskan mengambil handpiece (membutuhkan gerakan memutar dan
membalikkan badan), juga kegiatan yang membuat mata lelah (karena perlu mengalihkan
dan memfokuskan perhatian pada handpiece dan mulut pasien berulang kali). Terkadang
operator juga perlu mengganti tangan untuk mengambil dan menggunakan handpiece.
Biasanya posisi unit sudah ditentukan dan tidak dapat diatur untuk mempermudah
gerakan operator maupun asisten. Sistem HVE juga dipasang secara permanen pada area
kerja asisten. Posisi ini sangat membatasi ruang kerja asisten karena mengharuskan asisten
menghadapkan badan ke depan (rear). Bila terdapat mobile cart, maka akan menghambat
akses ke sink serta air/ water syringes. Posisi ini memberikan stress yang cukup besar pada
asisten.
Gambar Rear Delivery
3. Pengangkutan di tempat
Limbah layanan kesehatan harus diangkut di dalam rumah sakit atau ke
fasilitas lain dengan menggunakan troli, kontainer atau gerobak yang tidak digunakan
untuk tujuan lain dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Mudah dimuat dan dibongkar muat
Tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau kontainer limbah selama
pemuatan maupun pembongkaran muatan
b. Mudah dibersihkan
Kendaraan pengangkut limbah tersebut harus dibersihkan dan didesinfeksi setiap
hari dengan disinfektan yang tepat. Semua ikatan atau tutup kantong limbah harus
berada di tempatnya dan masih utuh setibanya di akhir pengangkutan.
Gambar Insinerator.
(Sumber : Bio-medical waste management self learning document for doctors,
superintendents and administrators)
G. Praktik Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Untuk Tenaga Medis Dan Pengelolaan
Limbah
RSGM harus memenuhi persyaratan bangunan, sarana dan prasarana serta peralatan
sesuai dengan kebutuhan. Persyaratan yang dimaksud adalah
1. Lokasi atau letak bangunan dan prasarana harus sesuai dengan rencana umum tata ruang
2. Bangunan dan prasarana harus memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan kerja dan
analisis dampak lingkungan RS dan sarana kesehatan lain
3. Peralatan harus memenuhi persyaratan kalibrasi, standar kebutuhan pelayanan,
keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja.
Desain tata letak (lay out design) adalah proses alokasi ruangan, penataan ruangan
danperalatan sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung seminimal mungkin, dan
menciptakan rasa nyaman kepada operator yang bekerjaserta pasien yang menerima
pelayanan. Pembuatan desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi didasarkan pada
konsep Four Handed Dentistry dan ergonomis. sehingga timbul keserasian atau
keseimbangan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun
istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, baik fisik maupun mental sehingga
kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.
Masih banyak sarana fasilitas rumah sakit khususnya di beberapa rumah sakit khusus
gigi dan mulut masih kurang menarik dan nyaman. Sarana yang ada di Rumah Sakit Gigi
dan Mulut harus sesuai dengan standar Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang ditentukan oleh
Menteri Kesehatan RI.
Ruang periksa merupakan ruang utama dalam praktik kedokteran gigi. Tata letak
peralatan dalam ruangan ini berorientasi member kemudahan dan kenyamanan bagi dokter
gigi, perawat gigi, beserta pasiennya. Ukuran minimal ruang perawatan untuk satu dental
unit adalah 2,5 x 3,5 meter, dalam ruangan ini dapat dimasukan satu dental unit, mobile
cabinet, serta dua buah dental stool. Perhatian utama dalam mendesain penempatan
peralatan adalah dental unit karena posisinya tidak statis tetapi bisa disebahkan. Di
belakang dental unit diperlukan ruang sebesar 1 meter untuk operator zone dan satic zone.
Sementara itu untuk jarak antara ujung bawah dental unit dengan dinding depan minimal
0,5 meter.
Dalam mendesain tempat melaksanakan praktik kedokteran gigi, seperti rumah
sakit gigi dan mulut harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1). Lantai
a. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin,
warna terang, dan mudah dibersihkan.
b. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke
arah saluran pembuangan air limbah
c. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar mudah
dibersihkan
2. Dinding
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang tidak
luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat
3. Ventilasi
a. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan
baik.
c. Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai 17
d. Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara dengan baik,
kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan buatan/mekanis.
e. Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan peruntukkan
ruangan.
4. Atap
a. Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus,
dan binatang pengganggu lainnya.
b. Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir.
5. Langit-langit
a. Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
b. Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
c. Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap.
6. Konstruksi
Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi genangan air yang
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes.
7. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya serangga,
tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
8. Jaringan Instalasi
a. Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik, sistem
pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain harus memenuhi persyaratan
teknis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan.
b. Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air limbah dan
tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum.
9. Lalu Lintas Antar Ruangan
a. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain sedemikian rupa
dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan
dan komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan
kontaminasi
b. Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana
pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah
dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD
(Automatic Rexserve Divide) yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila
listrik mati.
10. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi
kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram untuk brankar.
11. Fasilitas Pemadam Kebakaran
Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.