Anda di halaman 1dari 38

BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


A. Universal Precaution (Kewaspadaan universal)
Universal Precaution (Kewaspadaan universal) adalah langkah sederhana
pencegahan infeksi yang mengurangi resiko penularan dari patogen yang ditularkan
melalui darah atau cairan tubuh diantara pasien dan pekerjakesehatan. Universal
precautions (Kewaspadaan Universal) merujuk pada praktek, dalam kedokteran,
menghindari kontak dengan cairan tubuh pasien, dengan cara pemakaian barang seperti
sarung tangan medis, kacamata, dan perisai wajah.
B. Standar Precautions
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Standard Precautions
dikembangkan dari universal precautions dengan menggabungkan dan menambah tahapan
pencegahan yang dirancang untuk melindungi petugas kesehatan gigi dan pasien dari
patogen yang dapat menyebar melalui darah dan cairan tubuh yang lain. Standar ini harus
dilakukan untuk semua pasien ketika melakukan tindakan yang melibatkan kontak dengan
darah, semua cairan tubuh, sekresi, ekskresi (kecuali keringat), kulit dengan luka terbuka
dan mukosa.
Standard Precaution merupakan langkah-langkah yang perlu diikuti ketika
melakukan tindakan yang melibatkan kontak dengan darah, semua cairan tubuh dan
sekrsesi, ekskresi (kecuali keringat), kulit dengan luka terbuka dan mukosa. Prosedur
standard precaution bertujuan untuk melindungi dokter gigi, pasien dan staf dari paparan
objek yang infeksius selama prosedur perawatan berlangsung. (Center for Disease Control
and Prevention, 2003).

Pencegahan yang dilakukan yaitu sebagai berikut :


1. Evaluasi Pasien
Evaluasi pasien meliputi semua informasi tentsng riwayat kesehatan yang
lengkap dari setiap pasien dan diperbaharui pada setiap kunjungan yaitu nama, usia,
jenis kelamin, suku, status perkawinan, pekerjaan, alamat dan nomor telepon. Riwayat
penyakit yang pernah diderita maupun yang sedang diderita, adanya penyakit keturunan
harus dicatat, demikian pula keadaan sosial ekonominya, pendidikannya, apakah ia
pengguna narkoba atau peminum minuman keras, semua hal-hal tersebut harus
diketahui. Hal ini karena dari data tersebut dapat juga diperoleh informasi bahwa pasien
tersebut merupakan orang yang beresiko tinggi terkena penyakit infeksi, seperti orang
yang bekerja dibidang kesehatan.

2. Perlindungan Diri
Yang termasuk perlindungan diri adalah sebagai berikut:
a. Imunisasi
Pelindung yang paling mudah digunakan dan yang paling jarang digunakan sebagai
sumber perlindungan untuk dokter gigi dan staf adalah imunisasi, misalnya heptavax-
B untuk perlindungan terhadap hepatitis B. Imunisasi hepatitis B terdiri atas tiga
tahap, pertama pada hari yang ditentukan, tahap kedua pada satu bulan kemudian,
dan tahap ketiga pada enam bulan kemudian. CDC sangat menganjurkan agar
personil gigi diimunisasi hepatitis B. Imunisasi lain yang juga dianjurkan antara lain
adalah imunisasi terhadap penyakit mumps, measles dan rubella (MMR), difteri,
pertusis, dan tetanus (DPT), infuenza, poliomyelitis dan TBC (BCG).
b. Cuci Tangan
Mencuci tangan dengan sabun perlu dilakukan setiap sebelum dan sesudah merawat
pasien. Setiap kali selesai perawatan, sarung tangan harus dibuang dan tangan harus
dicuci lagi sebelum mengenakan sarung tangan yang baru. Prosedur mencuci tangan
yang benar adalah sebagai berikut :
1) Tangan dibasahkan dengan air di bawah kran atau air mengalir.
2) Sabun cair yang mengandung zat antiseptik dituang ketangan dan digosok sampai
berbusa.
3) Kedua telapak tangan digosok sampai ke ujung jari. Selanjutnya, kedua bagian
punggung tangan digosok. Jari dan kuku serta pergelangan tangan juga
dibersihkan. Semua ini dilakukan selama sekitar 10-15 detik.
4) Tangan dibilas bersih dengan air mengalir.
5) Tangan dikeringkan dengan menggunakan tisu. Mengeringkan tangan dengan
kertas tisu adalah lebih baik dibandingkan mengeringkan tangan menggunakan
mesin pengering tangan, karena mesin pengering tangan umumnya menampung
banyak bakteri.
c. Pemakaian Jas Praktek
Dokter gigi dan stafnya harus memakai jas praktek yang bersih dan sudah
dicuci. Jas tersebut harus diganti setiap hari dan harus diganti saat terjadi
kontaminasi. Jas praktek harus dicuci dengan air panas dan deterjen serta pemutih
klorin, bahkan jas yang terkontaminasi perlu penanganan tersendiri. Bakteri patogen
dan beberapa virus, terutama virus hepatitis B dapat hidup pada pakaian selama
beberapa hari hingga beberapa minggu.
d. Penggunaan Masker
Pemakaian masker seperti masker khusus untuk bedah sebaiknya digunakan
pada saat menggunakan instrumen berkecepatan tinggi untuk mencegah terhirupnya
aerosol yang dapat menginfeksi saluran pernafasan atas dan bawah. Efektifitas
penyaringan dari masker tergantung pada bahan yang dipakai (masker polipropilen
lebih baik dari masker kertas) dan lama pemakaian (efektif 30 – 60 menit).
Sebaiknya menggunakan satu masker untuk satu pasien.
e. Penggunaan Kacamata Pelindung
Kacamata pelindung harus dipakai dokter gigi dan stafnya untuk melindungi
mata dari debris yang diakibatkan oleh high speed handpiece dan pembersihan
karang gigi baik secara manual maupun ultrasonik. Perlindungan mata dari saliva,
mikroorganisme, aerosol dan debris sangat diperlukan untuk dokter gigi maupun staf.
f. Penggunaan Rubber Dam
Rubber dam harus digunakan pada operasi untuk menghindari terjadinya
aerosol karena tidak terjadi pengumpulan saliva diatas rubber dam. Selain untuk
mengurangi kontak instrumen dengan mukosa, rubber dam juga berguna untuk
mengurangi terjadinya luka dan perdarahan.
g. Penggunaan Sarung Tangan
Semua dokter gigi dan stafny a harus memakai sarung tangan lateks atau
vinil sekali pakai. Hal ini untuk melindungi dokter gigi, staf dan pasien. Tujuan
penggunaan sarung tangan adalah untuk mencegah bersentuhan langsung dengan
darah, saliva, mukosa, cairan tubuh, atau sekresi tubuh lainnya dari penderita. Sarung
tangan vinil dapat dipakai untuk mereka yang alergi terhadap lateks. Sarung tangan
harus diganti setiap selesai perawatan pada setiap pasien. Ada tiga macam sarung
tangan yang dipakai dalam bidang kedokteran gigi, diantaranya :
1) Sarung tangan lateks yang bersih harus digunakan pada saat dokter gigi
memeriksa mulut pasien atau merawat pasien tanpa kemungkinan terjadinya
perdarahan.
2) Sarung tangan steril harus digunakan saat melakukan tindakan bedah atau
mengantisipasi kemungkinan terjadinya perdarahan pada perawatan.
3) Sarung tangan heavy duty harus dipakai saat membersihkan alat, permukaan kerja
atau saat menggunakan bahan kimia.
C. Penatalaksanaan Kecelakaan Kerja
Apabila pada saat melaksanaan pelayanan kedokteran gigi, terjadi kecelakaan kerja
seperti dibawah ini :
1. Bila tertusuk jarum segera bilas dengan air mengalir atau air dengan jumlah
yang banyak dan sabun atau antiseptic sambil tekan bagia yang tertusuk jarum
sampai mengeluarkan darah.
2. Jari yang tertusuk tidak boleh dihisap dengan mulut.
3. Bila darah mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan, cuci dengan sabun
dan air mengalir atau larutan garam dapur.
4. Bila darah mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur dengan air beberapa
kali.
5. Kalau terpercik pada mata, cucilah mata dengan air mengalir (irigasi) atau
garam fisiologis.
6. Jika darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan dengan air.

D. Sterilisasi Instrumen
Sterilisasi adalah proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan.
Suatu benda steril dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari semua
bentuk kehidupan untuk menyiapkan suatu ruangan atau klinik gigi yang
terjaga kebersihannya. Sterilasasi diperlukan karena fasilitas dan
peralatan-peralatan berpengaruh terhadap pelaksana pemeriksaan dan
pengobatan pasien.

Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap, yaitu :


a. Pembersihan sebelum Sterilisasi
Sebelum disterilkan, alat-alat harus dibersihkan terlebih dahulu dari debris
organik, darah dan saliva. Dalam kedokteran gigi, pembersihan dapat dilakukan
dengan cara pembersihan manual atau pembersihan dengan ultarsonik.
Pembersihan dengan memakai alat ultrasonik dengan larutan deterjen lebih aman,
efisien dan efektif dibandingkan dengan penyikatan. Gunakan alat ultrasonik yang
ditutup selama 10 menit. Setelah dibersihkan, instrumen tersebut dicuci dibawah
aliran air dan dikeringkan dengan baik sebelum disterilkan. Hal ini penting untuk
mendapatkan hasil sterilisasi yang sempurna dan untuk mencegah terjadinya
karat.
b. Pembungkusan
Setelah dibersihkan, instrumen harus dibungkus untuk memenuhi prosedur
klinik yang baik. Instrumen yang digunakan dalam kedokteran gigi harus
dibungkus untuk sterilisasi dengan menggunakan nampan terbuka yang ditutup
dengan kantung sterilisasi yang tembus pandang, nampan yang berlubang dengan
penutup yang dibungkus dengan kertas sterilisasi, atau dibungkus secara individu
dengan bungkus untuk sterilisasi yang dapat dibeli. Alat-alat yang dapat ditutupi:
1) Baki instrumen, tutupi dengan bib yaitu kertas yang dilapisi plastik
2) Ujung alat rontgen ditutupi dengan plastik atau kertas yang diberi selotip
3) Tombol-tombol pada unit gigi ditutupi dengan plastik arau aluminium foil
4) Sandaran kepala dibungkus dengan penutup dari plastik atau kantung khusus
5) Three way syringe dilapisi dengan plastik, dapat pula menggunakan ujung
penutup yang disposabel atau yang dapat disterilkan kembali.
6) Ujung dari blood suction dilapisi dengan kantung plastik yang ujungnya digunting
untuk memasukkan ujungnya.
7) Pegangan lampu ditutupi dengan aluminium foil, kertas atau spons berukuran 4x4
inci.
8) Ujung dari alat untuk menyinari tumpatan komposite, pegangan dan tombol
trigger ditutupi dengan pembungkus plastik dan diberi selotip.

Beberapa alat-alat yang tidak dapat dituttupi, harus di sterilkan atau


didesinfeksi. Daerah operasional dapat dibersihkan dan didesinfeksi selama kurang
dari 10 menit.
c. Proses Sterilisasi
Sterilisasi dapat dicapai melalui metode berikut:
1) Pemanasan basah dengan Tekanan Tinggi (Autoclave)
2) Pemanasan Kering (Oven)
3) Uap Bahan Kimia (Chemiclave)
d. Penyimpanan yang Aseptik
Setelah sterilisasi, instrumen harus tetap steril hingga saat dipakai.
Penyimpanan yang baik sama penting dengan proses sterilisasi itu sendiri, karena
penyimpanan yang kurang baik akan menyebabkan instrumen tersebut tidak steril
lagi. Lamanya sterilitas tergantung pada tempat dimana instrumen itu disimpan dan
bahan yang dipakai untuk membungkus. Daerah yang tertutup dan terlindung dengan
aliran udara yang minimal seperti lemari atau laci merupakan tempat penyimpanan
0C, selama 60 menit, untuk alat yang dapat menyalutkan panas adalah 1900 C,
sedangkan untuk instrumen yang tidak dibungkus 6 menit. yang baik. Pembungkus
instrumen hanya boleh dibuka segera sebelum digunakan, apabila dalam waktu satu
bulan tidak digunakan harus disterilkan ulang.
e. Disinfeksi Permukaan
Disinfeksi adalah membunuh organisme-organisme patogen (kecuali spora
kuman) dengan cara fisik atau kimia yang di lakukan terhadap benda mati. Disinfeksi
dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi. Disinfeksi permukaan dilakukan pada
dental unit, kabinet, tuba dan pipa, serta handpiece dan instrumen tangan.
Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan
bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau
menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedangkan disenfeksi digunakan
pada benda mati.
Disinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung
dari toksisitasnya. Sebelum dilakukan disinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat
tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat
proses disinfeksi. Macam-macam disinfektan yang digunakan di kedokteran gigi, antara
lain adalah:
a Alkohol
b Aldehid
c Biguanid
d Senyawa Halogen
e Fenol
f Klorsilenol
5. Penggunaan Alat Sekali Pakai/Disposible
Sterilitas dapat dengan mudah dipastikan dengan menggunakan alat-alat sekali
pakai/disposible. Yang paling penting adalah penggunaan jarum suntik yang digunakan
untuk anestesi lokal atau bahan lain. Jarum tersebut terbungkus sendiri-sendiri dan
disterilkan, sehingga dijamin ketajaman dan sterilitasnya.
Selain jarum suntik, benang dan jarum jahit juga tersedia dalam bentuk sekali
pakai. Bilah skalpel dan kombinasi bilah tangkai juga tersedia dalam bentuk steril untuk
sekali pemakaian. Disamping itu, cara terbaik untuk mencegah terjadinya penularan
penyakit antar pasien adalah menggunakan alat sekali pakai/disposible seperti sarung
tangan, masker, kain alas dada, ujung saliva ejektor dan lain-lain.
6. Penanganan Sampah Medis
Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, tisu
bekas, dan penutup permukaan yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh harus
ditangani secara hati-hati dan dimasukkan ke dalam kantung plastik yang kuat dan
tertutup rapat untuk mengurangi kemungkinan orang kontak dengan benda-benda
tersebut. Benda-benda tajam seperti jarum atau pisau skalpel harus dimasukkan dalam
tempat yang tahan terhadap tusukan sebelum dimasukkan dalam kantung plastik.
Jaringan tubuh juga harus mendapat perlakuan yang sama dengan benda tajam.
Jalur utama penyebaran mikroorganisme pada praktek dokter gigi adalah melalui:
1) Kontak langsung dengan luka, saliva atau darah yang terinfeksi.
2) Kontak tidak langsung dengan alat-alat yang terkontaminasi.
3) Percikan darah, saliva atau sekresi nasofaring langsung pada kulit yang terluka
maupun yang utuh atau mukosa.
4) Aerosol atau penyebaran mikroorganisme melalui udara.

A. Kontrol infeksi secara umum


Dokter gigi tidak mungkin yakin bahwa pasien yang datang untuk perawatan gigi
adalah carrier mikroorganisme infektif atau bukan, oleh karena itu semua pasien yang
datang harus dianggap merupakan carrier dari mikroorganisme patogen. Semua prosedur
klinis yang dilakukan pada semua pasien haruslah dilakukan dengan kontrol infeksi umum.
a). Infeksi melalui udara
Mikroorganisme yang ditularkan melalui udara terdapat pada aerosol yang
terhirup dan karenanya dapat menyebabkan penyakit influenza, common cold, dan
tuberkulosis. Bila terjadi aerosol misalnya, oleh instrumen high speed, terbentuk percikan-
percikan dengan ukuran yang berbeda-beda. Percikan yang diameternya lebih besar dari
100 nanometer yang dinamakan splatter akan cepat jatuh oleh gaya tarik bumi, sedang
percikan yang umum terjadi adalah berukuran diameter kurang dari 100 nanometer.
Percikan kecil ini dengan cepat menguap dan tetap ada pada udara selama beberapa jam
sebagai droplet nuclei yang mengandung saliva atau sekresi serum yang kering dan
mikroorganisme
b). Infeksi melalui benda tajam dan jarum suntik
Jalur utama terjadinya penularan penyakit infeksi dalam bidang kedokteran gigi
yaitu melalui kulit atau mukosa yang terluka oleh benda tajam atau jarum suntik, termasuk
di sini adalah penyebaran penyakit hepatitis B dari pasien ke dokter gigi dan sebaliknya
yang sudah terbukti.

II.2 Four Handed Dentistry


Four handed dentistry merupakan sebuah konsep tim dimana para individu
dengan kemampuan tinggi bekerja bersama-sama dalam sebuah lingkungan yang
didesain ergonomis untuk meningkatkan produktivitas tim dental, meningkatkan kualitas
perawatan pasien ketika melindungi kesejahteraan fisik dari tim kerja.
Metode kerjasama antara dokter gigi dan asisten kedokteran gigi yang bekerja
dilingkungan ergonomis dalam rangka meningkatkan produktivitas dan kualitas peralatan
serta mengurangi stress fisik tenaga kesehatan kedokteran gigi.
Prinsip Four-Handed Dentistry
Terdapat 4 Prinsip umum dari konsep Four-Handed Dentistry, antara lain :
1. Melakukan pengerjaan dalam posisi duduk
2. Pemanfaatan (utilization) yang tepat dari kemampuan tenaga tambahan
3. Pengorganisasian yang tepat dari bagian-bagian yang berbeda dalam praktik
4. Menyederhanakan (simplifying) pekerjaan yang direncanakan
Four-handed dentistry tidak akan berjalan jika asisten tidak menguasai
kemampuan untuk transfer instrument. Oleh karena itu terdapat beberapa Kriteria yang
menggambarkan suatu kondisi dimana efisiensi dapat dicapai. Kriteria tersebut meliputi :
1. Seluruh peralatan harus di desain secara ergonomi untuk meminimalisasi pergerakan
yang tidak perlu
2. Tim dokter/praktisi dan pasien duduk dengan nyaman pada kursi yang di desain secara
ergonomis
3. Menggunakan penataan yang rapi pada tray
4. Dokter gigi memberikan tanggung jawab tugas secara resmi kepada asisten yang
qualified berdasarkan aturan yang telah ditetapkan
5. Perawatan pasien direncanakan dengan urutan yang logis
6. Dilakukan Motion Economy yang mengacu pada sikap dimana energi manusia dapat
dibatasi/dipelihara ketika melakukan suatu aktivitas. Tujuannya ialah menghemat
pergerakan terutama pergerakan yang membutuhkan banyak waktu dan melelahkan
serta mengurangi jumlah gerakan berlebih yang berbahaya.

Klasifikasi Gerakan Motion Economy


Kelas I: Pergerakan jari hanya terjadi saat mengambil cotton roll.

Kelas II: Pergerakan jari dan pergelangan tangan dilakukan saat memindahkan
instrument/alat kepada operator

Kelas III: Pergerakan yang terjadi adalah jari, pergelangan tangan, dan siku . Gerak ini
dilakukan saat mengambil handpiece.

Kelas IV: Pergerakan melibatkan seluruh lengan dan bahu dan dilakukan saat
menyesuaikan posisi lampu, penempatan rubber dam, dan mengambil alat-alat yang jauh.
Kelas V: Pada kelas ini seluruh badan bagian atas bergerak dan dilakukan ketika akan
mengambil alat/bahan dari lemari atau meja yang tidak bisa bergerak.

Berikut ini merupakan cara untuk mengurangi gerakan yang berlebihan dalam praktik
kedokteran gigi, antara lain :
Untuk meningkatkan motion economy pada saat di klinik, ada beberapa cara yang dapat
dilakukan:
1. Mengurangi jumlah instrumen yang digunakan dengan memaksimalkan penggunaan
dari tiap instrumen untuk fungsi yang berbeda
2. Posisikan instrumen pada tray sesuai dengan urutan penggunaan
3. Posisi instrumen, material dan alat dengan cepat
4. Memiliki persediaan cadangan dan armamentarium yang besar yang diletakkan dekat
dengan operator/asisten agar mudah dicapai (mengurangi motion kelas V)
5. Tempatkan anamentarium atau cart yang bergerak sedekat mungkin dengan pasien
6. Posisikan pasien pada posisi supine
7. Posisi duduk operator dan asisten sebisa mungkin dekat dengan pasien
8. Gunakan kursi yang menghasilkan postur yang baik dan menyokong punggung dan
abdominal operator yang dapat diatur secara vertikal maupun horizontal
9. Ketika menggunakan mikroskop pertahankan postur yang baik dan beri asisten akses
ke area transfer
10. Kurangi durasi dan jumlah gerakan yang dibuat oleh operator dan asisten untuk
melakukan aktivitas yang rutin dan berulang
11. Gunakan gerakan yang smooth dan hindari pergerakan zigzag yang mengacaukan.

a. Pembagian Zona Aktivitas


Zona aktivitas (Zones of Activity) adalah area kerja dokter gigi dan asisten di
sekitar pasien. Area kerja sekitar pasien dibagi menjadi 4 zona aktivitas. Zona aktivitas ini
diidentifikasi menggunakan wajah pasien sebagai pusat jam. Terdapat 4 zona aktivitas,
yaitu :
1). Zona operator yaitu tempat pergerakan dokter gigi. Berada pada posisi arah jarum jam
7-12.
2). Zona asisten yaitu tempat pergerakan perawat gigi, pada dental unit di sisi ini
dilengkapi dengan semprotan air, angin dan penghisap ludah. berada pada posisi arah
jarum jam 2-4.
3). Zona transfer yaitu daerah tempat alat dan bahan dipertukarkan antara tangan dokter
gigi dan tangan perawat gigi. berada pada posisi arah jarum jam 4-7.

4). Zona static yaitu daerah tanpa pergerakan dokter gigi maupun perawat gigi serta tidak
terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan meja instrumen bergerak. berada pada
posisi arah jarum jam 12-2 .
Gambar 2. Zona Aktivitas pada Dokter Gigi dengan Tangan Kanan (kiri) dan Tangan Kiri ( kanan)

b. Tanggung Jawab Tim dalam Transfer Kesehatan


1). Operator
Dokter gigi dapat membuat finger rest pada tangan yang sedang bekerja di kavitas
oral dalam pergantian untuk membantu anggota tim melokasikan titik dari transfer
instrument. Komunikasi verbal dan nonverbal spesifik sebaiknya direncanakan untuk
memudahkan pengerjaan. Setelah sinyal nonverbal diberikan, operator perlu meletakkan
instrumen yang telah dipakai pada posisi tangan yang dapat dengan mudah dijangkau oleh
asisten dan memungkinkan pasien untuk memberikan instrument yang baru.
2). Assistant
Agar teknik transfer instrument lebih efisien, asisten sebaiknya menyusun
instrument dalam tray sesuai dengan urutan pengerjaan. Asisten harus dapat mengantisipasi
kebutuhan instrument secara berurutan dan gesit dalam setiap perubahan dalam prosedur.
3). Team
Dokter gigi dan asisten harus senantiasa mengobservasi pergerakan pasien, khususnya
selama pertukaran syringe dan instrumen tajam. Tim harus melakukan prosedur perawatan
yang aman dan terstandarisasi.

c. Tipe dari Transfer Instrumen


Terdapat beberapa tipe transfer instrument, yaitu:
1). Teknik Transfer Single-Handed (Pada operator tangan kanan)
Pada teknik ini asisten mentransfer instrument dengan tangan kiri, sedangkan
tangan kanan memegang evacuator tip atau water syringe. Instrumen ditempatkan di dalam
tray sesuai urutan prosedur perawatan dan ditempatkan sedekat mungkin dengan pasien
pada posisi horizontal atau vertikal. Perlengkapan asisten seperti rubber dam atau syringe
ditempatkan dalam mobile cabinet pada jarak yang jauh dari pasien.
Pada permulaan prosedur, kaca mulut sebaiknya diberikan dengan tangan kanan
dan eksplorer dengan tangan kiri. Instrumen yang ditransfer diletakan antara jempol dan
jari telunjuk dan disandarkan pada jari tengah sehingga ujung kerja diposisikan pada
lengkung yang benar dan terposisi 10-12 inch dari tangan operator. Operator sebaiknya
memberi sinyal untuk setiap pertukaran alat dengan menggerakan instrument yang
digunakan. Hindari menusuk gloves dengan menggunakan instrument.

Gambar Teknik Transfer One-Handed

2). Teknik Transfer Two-Handed


Bentuk transfer ini biasanya digunakan selama transfer instrument yang besar
misalnya rubber dam, clamp forceps atau tang bedah. Asisten mengambil instrument
dengan satu tangan sambil memegang satu instrument di tangan lainnya. Suction atau
water syringe terbatas penggunaannya dalam teknik ini.

Gambar Teknik Transfer Two-Handed

Pemberian Kaca Mulut dan Eksplorer


Pada permulaan prosedur, kaca mulut dibawa menggunakan tangan kanan dan
eksplorer ditransfer dengan tangan kiri dimana asisten memegang 1/3 bagian dari handle
eksplorer.
Penggunaan Non-Locking Tissue Forcep
Yang harus diperhatikan pada transfer alat ini adalah cara memegangnya untuk
menghindari beak. Selama transfer alat, forcep diletakan sejajar dengan instrument yang
sedang digunakan oleh dokter gigi atau yang ingin ditukar. Memegang forcep harus
menggunakan telapak tangan untuk menghindari forcep jatuh.

Gambar Penggunssn Non-Locking Tissue Forceps

Pemberian Benda Kecil


Benda kecil seperti cotton applicator dan instrument kecil sebaiknya dibawa
seperti instrument lainnya. Saat memberikan medikamen, instrument insersi dan alas untuk
medikamen sebaiknya diberikan untuk memberikan akses yang baik bagi operator.

Gambar Pemberian Benda Kecil

Pemberian Gunting
Saat memidahkan instrumen, gunting disejajarkan dengan instrument yang akan
ditukar. Operator sebaiknya memodifikasi posisi tangan untuk menempatkan jempol, jari
telunjuk, dan tengah ke dalam lingkaram handle. Selama penggantian gunting, beaks
mengarah ke asisten.

3). Teknik Transfer Six-Handed Dentistry


Pada kasus bedah kompleks misalnya bedah endodontic dan bedah kedokteran
gigi lainnya, teknik six-handed baik digunakan untuk isolasi, retraksi, preparasi, dan lain-
lain. Pada kasus ini, tiga pasang tangan yang lainnya sangat berguna dalam melakukan
retraksi dan persiapan material. Saat asisten pertama tetap berada bersama operator pada
sisi operasi, asisten kedua mengantisipasi kebutuhan keduanya.

b. Prinsip Ergonomis dalam Praktik Kedokteran Gigi


Ergonomik dalam praktik kedokteran gigi meliputi bagaimana posisi tempat
duduk dokter gigi dan pasien, bagaimana dokter gigi menggunakan instrumentasi,
bagaimana desain area kerja, pencahayaan, penggunaan sarung tangan (gloves) dan
bagaimana semua ini berdampak pada kesehatan dokter gigi untuk memastikan
keseimbangan yang tepat antara persyaratan kerja dan kemampuan dokter gigi.
Nyeri punggung merupakan keluhan yang paling sering dialami oleh praktisi dental untuk
itu diperlukan gerakan yang efisien dalam tindakan perawatan.
Prinsip-Prinsip Ergonomi :

II. Eliminate yaitu mengurangi alat-alat dan gerakan yang tidak perlu
III. Combain yaitu menggabungkan dua alat atau gerakan yang lebih
IV. Rearrange yaitu mempersiapkan alat-alat, prosedur dan jadwal yang baik
V. Simplify yaitu menyederhanakan alat-alat dan prosedur

Beberapa elemen dari pengaturan posisi tempat kerja yang tidak egonomis, antara lain
adalah :
1. Kursi dokter gigi atau kursi pasien terlalu tinggi/rendah
2. Kursi dokter gigi tidak mempunyai lumbar, thoracic, atau arm support
3. Meja instrumen tidak dalam posisi yang baik dan tepat
4. Pencahayaan yang tidak adekuat
5. Meja area kerja yang tidak nyaman (tepi meja tajam)
6. Lingkungan kerja lembab
Peningkatan ergonomis dalam praktik kedokteran gigi dapat dilakukan dengan
memodifikasi dan mengoptimalkan lingkungan kerja. Pengaplikasian ergonomis dalam
praktik kedokteran gigi adalah sebagai berikut :
1). Kursi Dokter Gigi
Ketika memilih kursi dokter gigi, harus memiliki kriteria-kriteria agar dokter gigi
dapat bekerja dalam posisi tubuh netral.
Gambar Jenis Kursi Dental: Brewer Operator Stool (kiri), Posiflex stool (tengah), dan Kobo Chair (kanan)

2). Equipment Layout


Dental equipment harus diletakkan di tempat yang sesuai, sehingga dokter gigi
dapat menjaga neutral working posture (jarak instrumen sebesar 22-26 inci, tidak setinggi
bahu atau dibawah tinggi pinggang). Penggunaan instrumen seperti syringe, hand piece,
saliva ejector dan high volume evacuator sering diposisikan dalam normal horizontal,
jarang diposisikan dalam maksimal horizontal.

Gambar Wilayah Kerja (working area) pada tangan yang direkomendasikan

3). Posisi Pasien dan Operator


Posisi duduk pasien yang optimal didapat ketika rongga mulut pasien setinggi
dada dokter gigi. Posisi rongga mulut di atas dada dokter gigi akan meningkatkan
kelelahan pundak. Sedangkan posisi rongga mulut di bawah dada dokter gigi akan
menyebabkan non-neutral posture, yaitu termasuk posisi kepala yang terlalu turun,
pembengkokan torsi ke depan atau ke samping, dan ketidakmampuan dokter gigi untuk
mengakses pergerakan yang bebas. Posisi netral akan diperoleh jika :
Lengan atas dekat ke tubuh
Sudut siku/lengan mendekati 90o
Pergelangan tangan segaris dengan lengan, perpanjang tidak lebih dari 20o – 30o
 memposisiskan pasien pada arah supine untuk neutral posture
 dokter gigi harus punya akses bergerak pada arah jam 7 – 12:30 (untuk right handed)
Penempatan posisi duduk pada dental unit, menciptakan posisi yang netral dengan
cara menyesuaikan posisi kursi dokter gigi. Penempatan posisi ini dapat disesuaikan
dengan empat dasar posisi dokter gigi dengan pengaturan jam yaitu jam 8 (di depan
pasien), 9 (di samping pasien), 10-11 (di dekat sudut kursi pasien), dan 12 (di belakang
pasien).

Gambar Ketentuan posisis duduk dokter gigi terhadap pasien berbaring (right handed dan left handed)

4). Instrumentasi
Desain dari instrumentasi dapat berperan sebagai pencegahan efek negatif
terhadap kesehatan penggunanya. Tujuan dari pemilihan instrumen yang baik dan benar
adalah untuk mengurangi penggunaan tekanan, sehingga, didapatkan neutral joint
positioning.

5). Pencahayaan
Posisi cahaya merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh pada postur
selama bekerja. Tujuan dari pencahayaan yang benar diantaranya adalah untuk
menghasilkan shadow-free, dan mengkoreksi warna pencahayaan yang berkonsentrasi pada
bidang kerja.
Gambar Posisi Pencahayaan pada gigi rahang maxilla (kiri) dan gigi rahang mandibula (kanan)

6). Sarung Tangan


Penggunaan sarung tangan merupakan universal precautions. Sarung tangan harus
berukuran tepat, ringan, dan lentur. Sarung tangan yang tidak berukuran tepat dapat
menimbulkan rasa sakit pada tangan, terutama pada bagian ibu jari (potensi menimbulkan
carpal tunnel syndrome). Pemilihan sarung tangan yang baik juga dilihat dari segi
materialnya, seperti, sarung tangan latex memberikan ukuran pas yang alami, namun dapat
menyebabkan alergi bagi beberapa dokter gigi atau pasien. Bahan sarung tangan lainnya
adalah vinyl dan chloroprene.

Evaluasi Desain Rancangan Peralatan dalam Praktik Kedokteran Gigi


Terdapat 4 jenis desain dental unit yang sering dijumpai adalah transthorax, side
delivery, rear delivery, dan split unit/ cart.
Transthorax unit  EFEKTIF UNTUK FOUR-HANDED DENTISTRY

Side delivery
Desain unit ini sudah cukup lama beredar selama puluhan tahun. Sebagian besar
dental unit yang digunakan dalam sekolah kedokteran gigi adalah unit dengan desain side
delivery, biasanya disertakan dengan bracket tray. Unit ini membuat operator untuk
mengambil handpiece sendiri. Hal ini dapat menyebabkan stress dan kelelahan. Asisten
operator tidak dapat menjangkau peralatan untuk mengganti handpiece maupun bur,
sehingga menurunkan produktivitas. Seringkali dalam pengaturan seperti ini, high-velocity
evacuation (suction) terletak pada kursi, di lokasi kerja asisten. Hal ini memaksa asisten
untuk menjauh dari kursi dental unit. Terkadang selang untuk saluran HVE bahkan
diletakkan pada mobile cart. Dengan pengaturan seperti ini, efektivitas untuk HVE perlu
dipertanyakan..

Rear delivery
Pada unit ini, baik operator maupun asisten memiliki aksesibilitas terluad terhadap
trays, instrumen, supplies, dan material yang berada jauh dari area pandang pasien.
Operator diharuskan mengambil handpiece (membutuhkan gerakan memutar dan
membalikkan badan), juga kegiatan yang membuat mata lelah (karena perlu mengalihkan
dan memfokuskan perhatian pada handpiece dan mulut pasien berulang kali). Terkadang
operator juga perlu mengganti tangan untuk mengambil dan menggunakan handpiece.
Biasanya posisi unit sudah ditentukan dan tidak dapat diatur untuk mempermudah
gerakan operator maupun asisten. Sistem HVE juga dipasang secara permanen pada area
kerja asisten. Posisi ini sangat membatasi ruang kerja asisten karena mengharuskan asisten
menghadapkan badan ke depan (rear). Bila terdapat mobile cart, maka akan menghambat
akses ke sink serta air/ water syringes. Posisi ini memberikan stress yang cukup besar pada
asisten.
Gambar Rear Delivery

Split unit/ cabinet


Konsep ini menempatkan bagian dari dental unit pada sisi operator, dan HVE
serta air/water syringe pada lemari bebas (mobile cabinet) sisi asisten. Seperti dijumpai
pada side delivery unit, desain ini membuat operator untuk mengambil handpiece dan
membuat asisten tidak mampu menjangkau handpiece, sehingga mengurangi produktivitas.
Asisten operator hanya dapat menggunakan HVE dan air/ water syringe yang berada pada
mobile cabinet dan tidak dapat mengambil handpiece maupun bur. Seringkali mobile
cabinet yang digunakan di sini tidak didesain untuk menyimpan peralatan cadangan
(backup instruments) dan tempat yang cukup untuk bahan (material). Desain split unit
membatasi pergerakan asisten dan membuat peralatan cadangan harus disimpan pada
lemari lainnya. Posisi ini membutuhkan pergerakan tambahan saat mengambil alat yang
dibutuhkan dan juga meningkatkan resiko kontaminasi.
Posisi
Posisi
tangan
Posisi tangan
Kuadran Area Posisi Posisi untuk tip
Asisten Asisten
Rongga mulut Pasien Operator suction
Operator untuk
(oleh
syringe
Asisten)
Sisi kiri RA Supine 10 o’clock 3 o’clock
Right Left
menghadap
Left Right
operator
Sisi kanan RA Supine 10 o’clock 3 o’clock
Left Right
menghadap
Right Left
operator
Sisi kiri RB Supine 10 o’clock 3 o’clock Tabel
Right Left
menghadap Rekomendasi
Left Right Posisi Pasien,
operator
Operator, Asisten
Sisi kanan RB 45o 9 o’clock 2 o’clock Operator, serta
Left Right
menghadap hand chairside
Left Right
operator asisten

Bagian Kanan Supine 9 o’clock 2 o’clock


Bukalis RA menghadap Left Right
operator
Bagian Kiri Supine 9 o’clock 2 o’clock
Right
Bukalis RA menghadap Left
operator
Anterior RA & Supine 8 o’clock 3 o’clock
Right Left
RB menghadap
Right Left
operator

Pengelolaan Limbah Kedokteran Gigi


Menurut norma WHO limbah layanan kesehatan mencakup semua limbah yang
dihasilkan oleh lembaga kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium. Selain itu,
termasuk limbah yang berasal dari sumber kecil atau tersebar seperti hasil limbah
pelayanan kesehatan yang dilakukan di rumah sakit (dialisis, suntikan insulin, dll).
Limbah medis salah satunya dihasilkan melalui praktik kedokteran gigi. Rumah
Sakit Gigi dan Mulut dapat berpotensi sebagai salah satu asal limbah yang
membahayakan lingkungan. Apabila sampah medis tersebut tidak dibuang pada tempat
yang tepat maka akan menjadi sumber penyebaran penyakit bagi masyarakat sekitarnya

A. Sumber limbah Rumah Sakit Gigi dan Mulut


Setiap ruangan/unit kerja di rumah sakit merupakan penghasil sampah. Jenis
sampah dari setiap ruangan berbeda-beda sesuai dengan penggunaan dari setiap
ruangan/unit yang bersangkutan. Material kedokteran gigi. Bahan-bahan dan obat yang
selalu dipakai dokter gigi dalam menjalankan profesinya adalah :
1. Bahan tumpat: Amalgam-mercury, composite resin, glass ionomer, logam mulia Au,
Ag, Pd dan Zinc Oxide
2. Bahan crown: logam mulia, Ag, Akrilik, ceramic
3. Dental film: Developer x-ray (mengandung hydroquinone, Pb)
4. Bahan irigasi: Sodium hipoklorit (NaOCl 2,5%), Chlor Hexidin (CHX 0,2%), H2O2
3%
5. Rubber: sarung tangan, rubber dam
6. Masker
7. Jarum suntik, jarum endodontik, plastic spuit, dll
8. Alat pemanas: pemotong guttap point, pelunak guttap point
9. Obat-obat endodontik : Arsen, formaldehid,dll
10. Sinar : Halogen, laser,dll

B. Bahan kedokteran gigi yang dapat menimbulkan limbah toksik


Limbah dari rumah sakit gigi dan mulut dapat berupa limbah infeksius dan limbah
kimia. Keduanya merupakan limbah berbahaya bagi lingkungan, apabila tidak diperhatikan
cara menanggulanginya. Limbah infeksius dari praktik kedokteran gigi dapat menularkan
berbagai penyakit apabila tidak diperhatikan pembuangannya. Sedangkan limbah kimia
kedokteran gigi yang berbahaya, antara lain adalah :
1. Limbah amalgam.
2. Limbah bahan kimia untuk fiksasi, developer dan cleaner pada pencucian foto rontgen.
a Bahan fiksasi film X-ray adalah larutan yang tertinggi pada proses pencucian film
X-ray, merupakan limbah yang toksik karena kandungan silver yang tinggi
b Bahan developer x-ray dilarang dibuang sembarangan mengingat kandungan
hydroquinone yang merupakan limbah berbahaya
c X-ray cleaner merupakan limbah berbahaya bila mengandung chromium
d Bungkus film x-ray yang mengandung Pb, dapat dilebur (recyded). Karenanya
bahan ini menjadi limbah yang tidak berbahaya bila dalam bentuk scrap metal
e Film x-ray sendiri termasuk limbah berbahaya karena kandungan silvernya. Untuk
mengindari limbah berbahaya dari x-ray tersebut dianjurkan menggunakan alat
digital x-ray
3. Limbah bahan sterilisasi alat kedokteran gigi merupakan limbah berbahaya apabila
mengandung alkohol, glutaraldehyde dan bahan berbahaya lain, seperti ortho-
phthaldehyde (OPA). Untuk mensterilisasi ditambah glycine. Cairan bleaching
merupakan limbah yang berbahaya apabila konsentrasinya tinggi. Penurunanan
konsentrasi kurang dari 1% tidak membahayakan

C. Karakteristik limbah Rumah Sakit


i. Limbah medis
Penggolongan kategori limbah medis dapat diklasifikasikan potensi bahaya yang
tergantung didalamnya, serta volume dan sifat persistensinya yang menimbulkan
masalah :

a. Limbah benda tajam


Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung
atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum
hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah.
Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera
melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau
radioaktif.
b. Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
•Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular (perawatan intensif)
•Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari
poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
c. Limbah patologi
adalah limbah yang berasal dari jaringan tubuh manusia, misalnya : organ tubuh,
janin dan darah, muntahan, urin dan cairan tubuh yang lain.
d. Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang
terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat,
obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan dan limbah
yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.
e. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam
tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
f. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal
dari antara lain:
Tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk
padat, cair atau gas.

D. Aspek Perundangan, Peraturan, Dan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Dan Limbah


Medis
Aspek lingkungan yang diatur menurut peraturan dan perundang-undangan
pengelolaan lingkungan Rumah Sakit
1. Penilaian Dampak Lingkungan
Suatu rencana usaha dan/ atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan hidup mempunyai kewajiban melengkapi dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Jenis usaha dan/ atau kegiatan yang
wajib mempunyai AMDAL adalah bidang pertahanan dan keamanan, bidang
pertanian, bidang perikanan, bidang kehutanan, bidang kesehatan, bidang
perhubungan, bidang teknologi satelit, bidang perindustrian, bidang prasarana wilayah,
bidang energi dan sumber daya mineral, bidang pariwisata, bidang pengembangan
nuklir, bidang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dan bidang
rekayasa genetika. Untuk jenis kegiatan bidang kesehatan seperti Rumah Sakit,
penilaian dampak lingkungan dapat dilihat melalui tinjauan dokumen penilaian
lingkungan (AMDAL) yang dibuat oleh rumah sakit, apakah sudah sesuai dengan
peraturan yang ada.
2. Limbah Padat
Tinjauan pengelolaan limbah padat sesuai dengan peraturan yang terdapat dalam:
a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/
MENKES/SK/X/2004.
b. Keputusan Dirjen P2M PLP No.HK.00.6.64 tanggal 18 Februari 1993 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan, Ruang dan Bangunan, serta Fasilitas Sanitasi
Rumah Sakit.
c. Keputusan Dirjen P2M PLP No.HK.00.06.64 tanggal 18 Februari 1993 tentang
Persyaratan dan Petunjuk Teknis Tata Cara Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit.
d. Pedoman sanitasi Rumah Sakit di Indonesia.

E. Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit


Pengelolaan limbah padat adalah rangkaian kegiatan yang mencakup
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan limbah dan pembuangan akhir
atau penimbunan hasil pengolahan tersebut berdasarkan jenisnya akan menurunkan biaya
yang dikeluarkan serta memberikan manfaat yang lebih banyak dalam melindungi
kesehatan masyarakat. Adapun persyaratan pengelolaan limbah rumah sakit berdasarkan
Menkes nomor 1204 /MENKES/SK/X/2004 sebagai berikut :
1. Limbah Medis Padat
a. Minimasi Limbah
1) Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum
membelinya
2) Menggunakaan sedikit mungkin bahan-bahan kimia
3) Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada kimiawi
4) Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan
perawatan dan kebersihan
5) Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi
limbah bahan berbahaya
6) Memesan bahan – bahan sesuai kebutuhan
7) Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari
kadaluarsa
8) Menghabiskan bahan dari setiap kemasan
9) Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh distributor
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
1) Dilakukan pemilihan jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang terdiri
dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,
limbah sitoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif limbah container bertekanan,
dan limbah dengan kandunga logam berat yang tinggi
2) Tempat pewadahan limbah medis padat:
- Terbuat dari bahan yang kuat ,cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalammnya misalnya fiber
glass
- Disetiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan
yang terpisah dengan limbah padat non medis
- Kantong plastic diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian
telah terisi limbah
- Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus (safety
box) seperti botol atau karton yang aman
- Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan sitotoksis yang tidak
langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan
desinfektan apabila akan digunakan kembali, sedangkan untuk kantong
plastic yang telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak
boleh digunakan lagi.
3) Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi
meliputi pisau bedah (scalpel), jarum hipodermik , syringe, botol glass, dan
kontainer
4) Alat-alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi adalah
radionukleida yang telah diatur tahan lama untuk radioterapi seperti purs,
needles, seeds.
5) Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi dengan etilen okside makan
tangki reactor harus dikeringkan sebelum dilakukan injeksi etilene okside. Oleh
karena gas tersebut sangat berbahaya, maka sterilisasi harus dilakukan oleh
petugas yang terlatih, sedangkan sterilisasi dengan glutaraldehit lebih aman
dalam pengoprasiannya tetapi kurang efektif secara mikrobiologi.
6) Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus pencemaran
spongiform enchepalopaties.
2. Limbah Medis Non Padat
a. Pemilahan dan Pewadahan
1) Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah medis padat
dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
2) Tempat Pewadahan
a) Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik warna
hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan lambang ”domestik” warna
putih
b) Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah pada melebih 2 (dua) ekor per-
block grill, perlu dilakukan pengendalian padat.

Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya


F. Pengumpulan, Pengangkutan, Dan Penampungan Limbah Di Tempat (On-Site)
1. Pengumpulan
Staf klinis atau staf kebersihan harus memastikan bahwa kantong limbah
tertutup atau terikat dengan kuat jika sudah tiga perempat penuh. Kantong yang belum
terisi penuh dapat disegel dengan membuat simpul ikatan dibagian lehernya sementara
kantong yang berat/penuh mungkin perlu diikat dengan menggunakan label plastik
pengikat dari jenis self-locking. Kantong tidak boleh ditutup dengan cara distaples.
Kontainer benda tajam yang sudah ditutup harus dimasukkan dalam kantong kuning
berlabel untuk limbah layanan kesehatan yang infeksius sebelum diangkut dari bangsal
atau bagian rumah sakit. Berikut beberapa rekomendasi khusus yang harus dipatuhi oleh
tenaga pendukung yang bertugas mengumpulkan limbah:
a. Limbah harus dikumpulkan setiap hari (atau sesuai frekuensi yang ditetapkan) dan
diangkut ke pusat lokasi penampungan yang ditentukan
b. Jangan memindahkan satu kantong limbah pun kecuali labelnya memuat keterangan
lokasi produksi (rumah sakit dan bangsal atau bagian-bagiannya) dan isinya.
c. Kantong dan kontainer harus diganti segera dengan kantong kontainer baru dari jenis
yang sama. Persediaan kantong dan kontainer baru harus siap tersedia di semua
lokasi yang menghasilkan limbah.
2. Penampungan
Limbah, baik dalam kantong maupun kontainer, harus ditampung di area,
ruangan atau bangunan terpisah yang ukurannya sesuai dengan kuantitas limbah yang
dihasilkan dan frekuensi pengumpulannya. Kecuali digunakan ruang yang memiliki
pendingin, waktu tampung sementara untuk limbah medis (misalnya: waktu tunggu
antara produksi dan pengolahan) jangan sampai melebihi iklim.
Tempat penampungan untuk limbah medis harus dirancang agar berada di
dalam wilayah instansi layanan kesehatan atau fasilitas penelitian.

Gambar Pengumpulan limbah medis .


(Sumber : Bio-medical waste management self learning document for doctors,
superintendents and administrators)

3. Pengangkutan di tempat
Limbah layanan kesehatan harus diangkut di dalam rumah sakit atau ke
fasilitas lain dengan menggunakan troli, kontainer atau gerobak yang tidak digunakan
untuk tujuan lain dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Mudah dimuat dan dibongkar muat
Tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau kontainer limbah selama
pemuatan maupun pembongkaran muatan
b. Mudah dibersihkan
Kendaraan pengangkut limbah tersebut harus dibersihkan dan didesinfeksi setiap
hari dengan disinfektan yang tepat. Semua ikatan atau tutup kantong limbah harus
berada di tempatnya dan masih utuh setibanya di akhir pengangkutan.

Gambar Pengangkutan limbah medis dengan menggunakan troli.


(Sumber : Bio-medical waste management self learning document for doctors,
superintendents and administrators)

4. Pengangkutan limbah meninggalkan lokasi (off-site)


Dalam proses pengangkutan limbah ke luar rumah sakit harus menggunakan
kontainer khusus yang kuat dan tidak bocor. Limbah medis padat tidak boleh dibuang
langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan
dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan
pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insinerator.
Sedangkan limbah padat umum (domestik) dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang
dikelola oleh pemerintah daerah, atau badan lain sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.

5. Pengelolaan limbah medis


a. Limbah infeksius dan benda tajam
Limbah yang sangat infeksius, seperti kultur dan sediaan agens infeksius
dari percobaan di laboratorium, harus disterilisasi melalui perlakuan termal
basah(auto-claving) pada tahap sedini mungkin. Untuk limbah layanan kesehatan lain
yang infeksius, cukup didesinfeksi saja untuk mengurangi kandungan
mikroorganismeya. Benda tajam juga harus diinsinerasi kapanpun mungkin dan
dapat diinsinerasi bersama dengan limbah infeksius yang lain. Benda tajam juga
harus diinsinerasi atau proses desinfeksi lainnya, residu dapat dibuang ke lokasi
landfill. Insinerasi dalam insinerator bilik tunggal harus menjadi metode pilihan pada
instansi yang menerapkan program minimal pengelolaan limbah.
b. Limbah sitotoksik
Obat-obatan sitotoksik sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan
lingkungan. Pilihan pembuangan akhir limbah yang diuraikan antara lain:
1) Dikembalikan pada pemasok awal
2) Insinerasi dengan suhu tinggi, misal : rotary klins (tungku berputar) atau double
chamber phrolytic incinerator (insinerasi pirolitik bilik ganda) berkemampuan tinggi
(jika tersedia).
3) Penguraian secara kimiawi.
Secara garis besar dalam peraturan pemerintah tersebut, pengolahan limbah
radioaktif tingkat rendah yaitu limbahf dengan aktivitas di atas tingkat aman (clearance
level) tidak memerlukan penahan radiasi selama penanganan dalam keadaan normal dan
pengangkutan. Limbah radioaktif tingkat sedang tidak memerlukan pendingin tetapi
merlukan penahan radiasi, sedangkan limbah radioaktif tingkat tinggi memerlukan
pendingin dan penahan radiasi.
c. Limbah bahan kimia
Sejumlah kecil limbah bahan kimia mencakup residu kimia dalam kemasannya,
bahan kimia yang kadaluarsa atau membusuk, atau bahan kimia yang sudah tidak
diperlukan lagi. Limbah tersebut umunya dikumpulkan dalam kontainer berwarna
kuning, bersama dengan limbah infeksius dan menjalani prosedur yang sama untuk
pembuangan akhirnya (baik insinerasi atau dipendam secara aman).
Pelaksanaan pengelolaan persediaan bahan kimia tersebut harus dipantau oleh
Kepala Bagian Farmasi instansi layanan kesehatan terkait.
d. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari pengguanan medis atau riset radionuklida. Pengolahan limbah radioaktif ini
harus sesuai dengan peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah radioaktif.

Gambar Insinerator.
(Sumber : Bio-medical waste management self learning document for doctors,
superintendents and administrators)

G. Praktik Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Untuk Tenaga Medis Dan Pengelolaan
Limbah

1. Prosedur kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting mencakup :


a. Pelatihan yang tepat untuk pekerja
b. Penyediaan peralatan dan pakaian untuk perlindungan pekerja
c. Pembentukan program kesehatan kerja yang efektif yang mencakup imunisasi,
pengobatan profilaktik pascapajanan dan surveilans kesehatan.
d. Pelatihan dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja (K3) harus dapat memastikan
bahwa pekerja mengetahui dan memahami risiko potensial yang berkaitan dengan
limbah layanan kesehatan, manfaat imunisasi untuk mencegah penularan hepatitis B
virus, dan pentingnya konsistensi penggunaan peralatan perlindungan diri.
e. Tenaga kerja yang berisiko mencakup pemberi rawatan, tenaga keberisihan rumah
sakit, tenaga bagian perawatan/ pemeliharaan, operator peralatan pengolah limbah,
dan semua operator yang terlibat dalam penanganan limbah dan pembuangan limbah
baik di dalam maupun di luar instansi layanan kesehatan.
2. Perlindungan pekerja
a. Imunisasi
Infeksi hepatitis B virus dilaporkan juga menyerang tenaga layanan kesehatan dan
pengolah limbah sehingga sebaliknya dijalankan program imunisasi terhadap
penyakit tersebut. Semua pekerja yang menangani limbah juga sebaliknya menerima
imunisasi tetanus.
b. Pakaian pelindung
Jenis pakaian pelindung yang dipakai bergantung pada besarnya risiko yang
berhubungan dengan limbah layanan kesehatan, seperti: helm (dengan atau tanpa
penutup wajah, bergantung pada jenis kegiatannya), masker wajah, pelindung mata,
overall (coverall seperti pakaian bengkel), celemek untuk industri, pelindung
kaki/sepatu boot industri, sarung tangan.
c. Higiene personal
Higiene personal dasar sangat penting untuk menurunkan risiko yang muncul akibat
penanganan limbah medis dan sarana cuci yang sesuai (dilengkapi dengan air hangat
dan sabun) harus tersedia bagi semua pekerja yang menjalankan aktivitas ini. Sarana
ini sangat penting terutama pada fasilitas penampungan dan pembakaran limbah.

Desain Ruang Praktik dan Tata Letak RSGM

RSGM harus memenuhi persyaratan bangunan, sarana dan prasarana serta peralatan
sesuai dengan kebutuhan. Persyaratan yang dimaksud adalah

1. Lokasi atau letak bangunan dan prasarana harus sesuai dengan rencana umum tata ruang
2. Bangunan dan prasarana harus memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan kerja dan
analisis dampak lingkungan RS dan sarana kesehatan lain
3. Peralatan harus memenuhi persyaratan kalibrasi, standar kebutuhan pelayanan,
keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja.

Desain tata letak (lay out design) adalah proses alokasi ruangan, penataan ruangan
danperalatan sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung seminimal mungkin, dan
menciptakan rasa nyaman kepada operator yang bekerjaserta pasien yang menerima
pelayanan. Pembuatan desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi didasarkan pada
konsep Four Handed Dentistry dan ergonomis. sehingga timbul keserasian atau
keseimbangan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun
istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, baik fisik maupun mental sehingga
kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.
Masih banyak sarana fasilitas rumah sakit khususnya di beberapa rumah sakit khusus
gigi dan mulut masih kurang menarik dan nyaman. Sarana yang ada di Rumah Sakit Gigi
dan Mulut harus sesuai dengan standar Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang ditentukan oleh
Menteri Kesehatan RI.
Ruang periksa merupakan ruang utama dalam praktik kedokteran gigi. Tata letak
peralatan dalam ruangan ini berorientasi member kemudahan dan kenyamanan bagi dokter
gigi, perawat gigi, beserta pasiennya. Ukuran minimal ruang perawatan untuk satu dental
unit adalah 2,5 x 3,5 meter, dalam ruangan ini dapat dimasukan satu dental unit, mobile
cabinet, serta dua buah dental stool. Perhatian utama dalam mendesain penempatan
peralatan adalah dental unit karena posisinya tidak statis tetapi bisa disebahkan. Di
belakang dental unit diperlukan ruang sebesar 1 meter untuk operator zone dan satic zone.
Sementara itu untuk jarak antara ujung bawah dental unit dengan dinding depan minimal
0,5 meter.
Dalam mendesain tempat melaksanakan praktik kedokteran gigi, seperti rumah
sakit gigi dan mulut harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1). Lantai
a. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin,
warna terang, dan mudah dibersihkan.
b. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke
arah saluran pembuangan air limbah
c. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar mudah
dibersihkan
2. Dinding
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang tidak
luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat
3. Ventilasi
a. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan
baik.
c. Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai 17
d. Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara dengan baik,
kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan buatan/mekanis.
e. Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan peruntukkan
ruangan.
4. Atap
a. Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus,
dan binatang pengganggu lainnya.
b. Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir.
5. Langit-langit
a. Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
b. Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
c. Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap.
6. Konstruksi
Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi genangan air yang
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes.
7. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya serangga,
tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
8. Jaringan Instalasi
a. Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik, sistem
pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain harus memenuhi persyaratan
teknis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan.
b. Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air limbah dan
tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum.
9. Lalu Lintas Antar Ruangan
a. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain sedemikian rupa
dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan
dan komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan
kontaminasi
b. Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana
pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah
dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD
(Automatic Rexserve Divide) yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila
listrik mati.
10. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi
kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram untuk brankar.
11. Fasilitas Pemadam Kebakaran
Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai