Anda di halaman 1dari 21

CASE REPOST

MODUL ORTHODONTI
DIASTEM SENTRAL GIGI 11 DAN 21

Oleh :
Jihan Rahmadian Fitria
1010343017
Pembimbing :
Drg. Didin K Sp,Ortho

UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI
PADANG
2015

PENDAHULUAN

Maloklusi adalah suatu bentuk oklusi yang menyimpang dari bentuk standar yang
diterima sebagai bentuk normal. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak ada keseimbangan
pertumbuhan dan perkembangan serta hubungan yang tidak harmonis antara gigi geligi
dengan komponen kraniofasial. Etiologi maloklusi terbagi atas penyebab khusus yang
meliputi gangguan perkembangan embriologi, gangguan pertumbuhan skeletal, disfungsi
otot, akromegali dan hipertrofi hemimandibula serta gangguan perkembangan gigi, pengaruh
genetik dan pengaruh lingkungan yang meliputi teori keseimbangan dan perkembangan
oklusi gigi serta pengaruh fungsional pada perkembangan dentofasial.
Maloklusi digolongkan ke dalam kelompok-kelompok, dimana masing-masing
kelompok ditandai oleh sifat-sifat-sifat khusus dan variasi-variasinya sehingga mudah
ditandai. Berdasarkan hubungan molar pertama permanen, Angle mengklasifikasikan
maloklusi menjadi tiga kelompok, yaitu maloklusi klas I, II, dan III.1
Perawatan ortodonti yang ditujukan untuk merawat maloklusi bertujuan agar tercapai
efisiensi fungsional, keseimbangan struktur dan keharmonisan estetik. Perawatan ortodonti
tidak

hanya

akan

memperbaiki

penampilan

wajah

seseorang

tetapi

juga

akan

memperbaikiataumeningkatkankesehatangigisecarakeseluruhan.
Masalah-masalahyang
dental

berhubungandenganmaloklusiklas

padadasarnyabersifat

dankelainantersebutdapatmenggangguestetik.Hubunganantero-posterior

lengkunggigipadamaloklusiklas I umumnya normal.Akan tetapi, adaberbagaikelainan yang


dapatterjadi,

seperti;

sertaprotrusifbimaksiler.

crowding,

spacing,

deepbite,

crossbitedanopenbite,

LAPORAN KASUS

I. Data Pasien
1.1 Data Identitas Pasien
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Suku
Pekerjaan
Alamat
No. Rekam Medis
Nama Ayah
Umur
Suku
Pekerjaan
Nama Ibu
Umur
Suku
Pekerjaan
1.2 Data Medik Umum
Penyakit jantung
Diabetes
Haemophilia
Hepatitis
Penyakit lain
Alergi obat
Alergi makanan

: Iffa Yuliyas Putra


: Laki-laki
: 21 Tahun
: bendang
: Mahasiswa
: PJKA
: 00.06.48
: Daliyasman
: 44 Tahun
: Melayu
: PNS
: Yulidar
: 44 tahun
: Bendang
: Ibu Rumah Tangga
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada

1.3 Anamnesa
1. Alasan permintaan perawatan
Pasien ingin mengkoreksi gigi depan atas yang diastem
2. Keadaan waktu lahir
Perkembangan gigi geligi normal
3. Pemberian susu
a. ASI s/d umur
: Tidak minum asi
b. Botol s/d umur
: 2 tahun
4. Riwayat penyakit
a. Kesehatan anak
:
1) Umur
0 6 bulan
: baik
2) Umur 6 bulan 5 tahun
: baik
3) Umur 5 tahun - 12 tahun
: baik
4) Umur 12 tahun sekarang : baik
b. Penyakit yang pernah diderita:

Pasien pernah menderita penyakit Campak dan tidak pernah dirawat di rumah
sakit

5. Riwayat kesehatan gigi geligi


Normal / karies superfisial pada gigi
a. Gigi decidui
: Normal
b. Gigi bercampur
: Normal
c. Gigi Permanen
: M2 yang dicabut karena karies besar
6. Riwayat keadaan gigi geligi keluarga
a. Ayah
: Trauma gigi 11 fraktur mahkota
b. Ibu
: Diastem gigi 11 dan 21
c. Anak pertama
: Diastema gigi 11 dan 21
d. Anak Kedua
:e. Anak Ketiga
: Trauma gigi 12 dan palatoversi
7. Kebiasaan Buruk
Menggigit bibir dengan durasi dua menit, tiga kali sehari dan kebiasaan dari kecil
8. Pemeriksaan Klinik
a. Tinggi badan
: 160 cm
b. Berat badan
: 64 Kg
c. Jasmani
: Baik
d. Mental
: Baik
e. Gizi
: Baik
f. Pengunyahan
: Baik
g. Pencernaan
: Baik
9. Analisa Fungsional
a. Freeway space
: 3
mm
b. Path of closure
: mm
c. Sendi tempora mandibular : Normal
d. Pola atrisi
: Normal
10. Pemeriksaan Ekstra Oral
a. Bentuk Kepala
:
Indek kepala = lebar kepala x 100 / panjang kepala
= 14 X 100 / 18,5
= 75,6
IndekKepala = Mesosepali
b. Indeks Muka = tinggi muka x 100 / lebar muka
= 12 x100 / 12,5
= 88
Indek Muka = Mesoprosop
c. Profil muka
: lurus
d. Posisi rahang
Maksila
: Normal
Mandibula
: Normal
e. Garis simon
: Normal
f. Otot otot
Mastikasi
: Normal

Bibiratas
Bibir bawah
Bibir saat reposisi

: Normal
: Normal
: Normal

11. Pemeriksaan Intra Oral


a. Hygiene mulut
b. Lingua
c. Palatum
d. Gingiva
e. Mucossa
f. Attact frenulum labii superior
g. Attact frenulum labii inferior
h. Attact frenulum lingue
i. Tonsila

: Baik
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal

12. Pemeriksaan Gigi Geligi

UE

UE

UE

UE

a. Oklusi
b. Torus Palatinus
c. Torus Mandibularis
d. Palatum
e. Supernumery teeth
f. Diastema
g. Gigi anomali
h. Lain lain
13. Analisa Foto Muka

: Normal
: Normal
: Normal
: sedang
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada

Analisa Foto Tampak Samping

Analisa Foto tampak depan


14. Analisa Foto Rontgen

Foto Rontgen Chepalometri

15. Analisa Model Studi


a. Bentuk lengkung
Rahangatas
Rahang bawah
b. Hubungan Rahang
16. Malposisi Gigi Geligi
RA : diastema gigi 11 dan 21
RB : 32 linguovers
43 mesiolabiotorsiversi

: U Form
: U Form
: U Form
: orthognatik
42 distoversi

Analisa Model Studi RA dan RB


17. Relasi gigi geligi RA dan RB dalam oklusi sentrik
a. Gigi anterior
1) Overjet
: 4 mm
2) Overbite
: 3 mm
3) Open bite
: tidak ada
4) Edge to edge
: tidak ada
5) Crossbite
: tidak ada
6) Palatalbite
: tidak ada

b. Gigi posterior
1) Relasi M1 kanan
2) Relasi M1 kiri
3) Crossbite
4) Openbite
5) Scissorbite

: kelas I
: kelas I
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada

c. Median line
1) Rahangatas
2) Rahang bawah

: segaris
::-

18. Pengukuran lebar mesio distal gigi geligi


Gigi RahangAtas
Gigi
Kanan
Kiri
I1
8,5
8,5
I2
5,5
5,5
C
8
8
P1
7,2
7
P2
7
7
M1
9,5
10

Gigi Rahang Bawah


Kanan
Kiri
5
5
6
6
7,5
7
7
7
7
6,5
10,5
10,5

19. Gigi geligiRahangAtasdanRahangBawah dari Oklusi

Model Studi Rahang Bawah

Model StudiRahangBawah

Model Studi RA dan RB saat oklusi

20. Perhitungan Gigi Geligi


a. Metode Moyer
Tidak dilakukan pada periode gigi permanen
b. Metode Nance
Tidak dilakukan pada periode gigi permanen

c. Metode Pont
Jumlah mesiodistal 12-22 : 28 mm
Jarak P1-P1 pengukuran
: 37,5 mm
Jarak P1-P1 perhitungan
: 35 mm
Jarak M1-M1 pengukuran
: 47,5 mm
Jarak M1-M1 perhitungan
: 43 mm
P1-P1 : kelebihan ruang 2 mm
M1-M1 : kelebihan ruang 4,5 mm
Tidak ada kekurangan ruang, maka tidak dibutuhkan ekspansi atau ekstraksi
d. Metode korkhaus
Tidak dilakukan
e. Metode Howes
Rahang Atas
Jumlah mesiodistal M1-M1 : 91,7 mm
Jarak P1-P1
: 44 mm
Jarak Fossa Canina
: 51,5 mm
Howes : 51,5 x 100 / 91,7
: 56 %
Rahang Bawah
Jumlah mesiodistal M1-M1 : 85 mm
Jarak P1-P1
: 35 mm
Jarak Fossa Canina
: 40 mm
Howes : 40 x 100 / 85
: 47 %
Perbandingan PMBAW dan TM tidak kurang dari 47 %, berarti tidak terjadi
kekurangan lengkung basal
f. Determunasi Lengkung
Rahang Atas
Panjang lengkung rahang
: 76,2 mm
Panjang lengkung gigi
: 72,2 mm
Terdapat kelebihan ruang 4 mm
Rahang Bawah
Panjang lengkung rahang
: 66 mm
Panjang lengkung gigi
: 64 mm
Terdapat kekurangan ruang 3 mm
21. AnalisaChepalometri
a. Analisa skeletal
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Titik
Facial Angel
Angel of convexity
SNA
SNB
SNA-SNB
Frankfurd mand
Y axis
Sudut Gonion

Min
82
8,5
71
69,5
4,5
17
53
-

Rata2
87,9
0
81
78
42,8
22
59,4
120

Max
95
100
89
82,5
47
28
66
-

Indonesia
87,2
+5
82,4
78,9
43,5
25,9
62,1
120,8

Pasien
80
0
81
79
2
13
70
130

b. Hubungan dento skeletal dengan profil


No
1
2
3
4
5
6

Titik
Sudut I thd FHP
Sudut I thd I
IMPA
FMIA
Protusi I
Kedudukan thd profil
Jarak incisal I thd APG
Sudut I thd APG

Min

4 mm

Rata2
107
135
90
65
12,7 mm

-2 mm
150

+ 0,5 mm 3mm
22
26

130
85

Max
150
92

Indonesia
115
121
99

15 mm

Pasien
106
123
93
51
4 mm
3 mm
27

22. Diagnosa
Maloklusi Klas I Angle tipe I dewey
23. Analisi Etiologi Maloklusi
a. Kebiasaan buruk pasien:
Pasien memiliki kebiasaan buruk menggigit bibir yang mengganggu
perkembangan gigi geligi.
b. Lain-lain
:
Genetic : diketahui ibu pasien juga memiliki keadaan gigi diastem antara gigi
insisivus sental
24. Prosedur perawatan (Rencana Perawatan)
a. DHE : Instruksikan kepada pasien untuk menghilangkan kebiasaan buruk
pasien
b. Ekstraksi gigi 5.5, 6.5 dan 8,5 serta restorasi 53 yang karies
c. Pemasangan piranti ortodonti lepasan (plat aktif dan space meiteiner)
Rahang Atas :
Dari analisa determinasi lengkung ruang yang dibutuhkan cukup untuk
memprotaksi gigi 2.1 yang palatoversi dengan plat aktif z pring
Rahang bawah :
Slicing pada gigi anterior 31, 32, 41, 42 untuk mengkoreksi gigi yang crowded
Berdasarkan gambaran radiografi panoramic dibutuhkan pencabutan gigi 85
untuk dipasangkan alat orthodonti retentive (space meiteiner) untuk menjaga
ruang bagi gigi permanen yang akan tumbuh.
d. Kontrol piranti lepasan dan aktivasi
25. Perawatan
a. Rahang Bawah

Menggunakan alat orthodonti lepasan berupa


1) Komponen aktif
Z pring (0,6 mm) pada palatal gigi 21 untuk mendorong gigi 21 ke
labial
2) Komponen retentif
Adam claps pada gigi 16 dan 26 untuk mencegah perubahan letak
komponen orthodonti
Labial bow pasif dengan loop di gigi caninus
3) Basis plat aktif
Meliputi palatum hingga distal gigi 16 dan 26
4) Komponen penjangkar
Pada gigi 16 dan 26 sebagai penahan tekanan yang diterima oleh
komponen aktif
b. Rahang bawah
Menggunakan alat orthodonti lepasan berupa retainer ya ng terdiri dari:
1) Komponen aktif
Slicing gigi anterior bawah yang crowded
2) Komponen retentif
Adam claps pada gigi 36 dan 46 untuk mencegah perubahan letak
komponen orthodonti
Labial bow pasif dengan loop di gigi caninus
3) Basis plat aktif
Perluasan akrilik di daerah gigi 85 yang dicabut sebagai space
meiteiner
Peninggi gigitan pada anterior lingual rahang bawah gigi 31 dan 32
Meliputi jaringan lunak bagian lingual sampai distal gigi 36 dan 46
4) Komponen penjangkar
Pada gigi 36 dan 46 sebagai penahan tekanan yang diterima oleh
komponen aktif

LANGKAH PERAWATAN
a. Kunjungan Pertama
1. Pemeriksaan subjektif, objektif, penegakkan diagnosa dan penentuan rencana
perawatan
2. Pro rontgen panoramic dan cephalometri
b. Kunjungan II
1. Pengisian rekam medik ortodonti (terlampir)
2. Pengambilan foto wajah dan foto profil
3. Pencetakan rahang bawah dan rahang bawah
4. Pembuatan model studi
5. Pembuatan model kerja
6. Penanaman model kerja pada basis segi tujuh
7. Pembuatan catatan interoklusal
c. Kunjungan Ketiga
1. Pembuatan kawat orthodonti lepasan

2. Pembuatan model malam pada model kerja


3. Pembuatan alat orthodonti lepasan
d. Kunjungan keempat
1. Insersi plat aktif dan space meiteiner
Plat aktif
RA Overjet 21 dari gigi 11 : -2,1 mm
RB : slicing anterior bawah
Space Meiteiner
Gigi 4.5 belum erupsi
2. Edukasi pasien dan instruksi pemakaian dan pemeliharaan alat ortho lepasan
kepada pasien
e. Kunjungan kelima (kontrol pertama)
kontrol plat aktif dan space meiteiner
Plat aktif
RA Overjet 21 dari gigi 11 : -1,9 mm
Aktivasi z pring pada palatal 21 dengan memperbesar loop
RB : slicing anterior bawah
Space Meiteiner
Gigi 4.5 belum erupsi
f. Kunjungan ketujuh (kontrol kedua)
Kontrol plat aktif dan space meiteiner
Plat aktif
RA Overjet 21 dari gigi 11 : -1,8 mm
Aktivasi z pring pada palatal 21 dengan memperbesar loop
RB : slicing anterior bawah
Space Meiteiner
Gigi 4.5 belum erupsi
g. Kunjungan kedelapan (Kontrol ketiga)
Kontrol plat aktif dan space meiteiner
Plat aktif

RA Overjet 21 dari gigi 11 : -1,7 mm


Aktivasi z pring pada palatal 21 dengan memperbesar loop
RB : slicing anterior bawah
Space Meiteiner
Terlihat benih gigi 4.5 yang mulai muncul
Pengurangan akrilik untuk benih gigi 45
h. Kunjungan kesembilan (kontrol keempat)
Kontrol plat aktif dan space meiteiner
Plat aktif
RA Overjet 21 dari gigi 11 : -1,6 mm
Aktivasi z pring pada palatal 21 dengan memperbesar loop
RB : slicing anterior bawah
Space Meiteiner
Partial erupsi benih gigi 4.5 cups mesio bukal
Pengurangan akrilik untuk benih gigi 45
i. Kunjungan kesebelas (kontrol kelima)
Kontrol plat aktif dan space meiteiner
Plat aktif
RA Overjet 21 dari gigi 11 : -1,5 mm
Aktivasi z pring pada palatal 21 dengan memperbesar loop
RB : slicing anterior bawah
Space Meiteiner
Partial erupsi gigi 4.5 cups disto bukal dan mesio lingual
Pengurangan akrilik untuk benih gigi 45
j. Kunjungan keduabelas (kontrol keenam)
Kontrol plat aktif dan space meiteiner
Plat aktif
RA Overjet 21 dari gigi 11 : -1 mm
Aktivasi z pring pada palatal 21 dengan memperbesar loop
RB : slicing anterior bawah
Space Meiteiner
Partial erupsi gigi 4.5 cups bukal dan lingual
Pengurangan akrilik untuk benih gigi 45
k. Kunjungan ketigabelas (kontrol ketujuh)
Kontrol plat aktif dan space meiteiner
Plat aktif
RA Overjet 21 dari gigi 11 : -1 mm
Aktivasi z pring pada palatal 21 dengan memperbesar loop
RB : slicing anterior bawah
Space Meiteiner
Terlihat gigi 4.5 sudah tumbuh
Hilangkan perluasan akrilik
Perawatan sm selesai
l. Kunjungan keempatbelas (kontrol delapan)
Plat aktif

RA Overjet 21 dari gigi 11 : -0,4 mm


Aktivasi z pring pada palatal 21 dengan memperbesar loop
RB : slicing anterior bawah
m. Kunjungan kelimabelas (kontrol sembilan)
Plat aktif
RA Overjet 21 dari gigi 11 : 0 mm, sudah sejajar dengan lengkung
Gigi 21 sudah terkoreksi
RB : slicing anterior bawah
n. Kunjungan kelimabelas (kontrol sepuluh)
Plat aktif
Terdapat diastem 1.1 dan 2.1 : 0,6 mm
Aktivasi labial bow dengan mengecilkan loop
potong z pring pada palatal 21
RB : slicing anterior bawah
o. Kunjungan keenambelas (kontrol sebelas)
Plat aktif
Terdapat diastem 1.1 dan 2.1 : 0,3 mm
Aktivasi labial bow dengan mengecilkan loop
RB : slicing anterior bawah
p. Kunjungan ketujuh belas (kontrol duabelas)
Plat aktif
Terdapat diastem 1.1 dan 2.1 : 0,2 mm
Aktivasi labial bow dengan mengecilkan loop
RB : slicing anterior bawah
q. Kunjungan kedelapanbelas (kontrol tigabelas)
Plat aktif
Terdapat diastem 1.1 dan 2.1 : 0 mm, sudah terkoreksi
Perawatan selesai
Dilanjutkan dengan pembuatan retainer dengan mempasifkan labial bow rahang atas
dan bawah, verkeilung ditambah pada gigi 21 agar tidak relaps

KemajuanPerawatan
Sebelum perawatan

Sesudah perawatan

PEMBAHASAN
Diastema

adalah

suaturuang

yang

terdapatdiantaraduabuahgigi

yang

berdekatan.Diastemainimerupakansuatuketidaksesuaianantaralengkunggigidenganlengkungra
hang.Bisaterletak di anterior ataupun di posterior, bahkanbisamengenaikeduarahang.
Kebanyakanlokasidiastemaadalah di antaragigiinsisifatasdanbawah. Etiologi diastema
diantaranya : Frenulum labial yang terlalu menonjol dan terlalu meluas ke proksimal,
sehingga akan menahan pergesaran gigi insisif sentral untuk saling mendekat padasaaterupsi;
Kehilangangigisecarakongenital;kehilangangigi

yang

menyebabkanadanyaruangankosong

yang tidakdiisigigipengganti; Gigi yang bentuknyalebihkecildari normal; dan juga ketidak


cocokan antara ukuran gigi dengan tempat yang tersedia pada lengkung rahang.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diastema. Berdasarkan beberapa
penelitian yang telah dilakukan bahwa prevalensi terjadinya diastema central berkisar antara
1,6% - 25,4% pada orang dewasa dan lebih sering lagi pada anak-anak, mendekati 98% pada
usia 6 tahun, 49% pada usia 11 tahun dan 7% pada usia11 - 18 tahun. Lebih sering terdapat
pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Berdasarkan pada ras lebih banyak pada
orang kulithitamdibandingkandengankulitputih.

Perawatan kelainan-kelainan tersebut biasanya dilakukan pada kelompok usia remaja


atau kadang-kadang dewasa. Kasus spacing dirawat dengan Hawleys appliances
untukmenutupcelah yang terjadi.
Hawleys appliances adalah salah satu jenis alat ortodonti lepasan yang terdiri dari
labial

bow

dan

cangkolan

adam.

Hawleys

appliances

biasanyadigunakandalamperawatankasusdiastema.
Perawatan diastema dapat dilakukan melalui tiga fase, yaitupenghilangan etiologi,
perawatan aktif, dan pemasangan retainer. Perawatan fase pertama adalah penghilangan
etiologi. Kebiasaan buruk yang menyebabkandiastema harus dihilangkan dengan
menggunakanhabit breaker lepasanataucekat.
Perawatan fase kedua adalah perawatan aktif menggunakan alat lepasan.Penggunaan
alat lepasan dilakukan ketika diastema tidak lebih dari 2 mm danpergeseran yang
dilakukantidakmenggangguangulasigigi.
Alat lepasan sederhana dengan dua finger spring atau dengan split labial bow
dapatdigunakan untuk menggeser gigi insisivus sentral ke mesial.Finger spring tersebut
dibuat dari kawat stainless steel berdiameter 0,5 atau 0,6 mm. Finger spring dipasang pada
bagian distal gigi insisivus sentral. Jikamenggunakan split labial bow, maka split labial bow
tersebut dibuat dari kawat stainless steel berdiameter 0,7 mm dan dipasang hingga ke bagian
distal gigi insisivus sentral. Loop spring juga bisa digunakan untuk merawat midline
diastema dengan memasangnya kebusur labial darialatlepasan Hawley.
Perawatan fase ketiga adalah pemasangan retainer. Diastema mudahdirawat tetapi
sulit untuk dipertahankan. Oleh karena itu, dibutuhkan retensi jangkapanjang seperti lingual

bonded retainer, atau dapat juga menggunakan retainer jenisyang lain sepertibanded retainer
atauHawleys retainer.

KESIMPULAN
Data yang lengkap tentang keadaan penderita dari hasil pemeriksaan diperlukan
sebelum melakukan tindakan perawatan ortodontik terhadap kasus maloklusi. Data yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan tersebut kemudian dilakukan analisis dengan berbagai
macam metoda. Setelah itu baru dapat ditetapkan diagnosis, etiologi maloklusi, perencanaan
perawatan , macam dan desain alat yang akan dipergunakan selama perawatan serta
memperkirakan prognosis pasien akibat perawatan yang dilakukan .pertumbuhan tulang
khususnya kraniofasial mempengaruhi timbulnya maloklusi.
Kelainan yang berhubungan dengan maloklusi klas I pada dasarnya bersifatdental
seperti

crowding,

spacing,

crossbite,

deepbite,

openbite,

dan

protrusif

bimaksiler.Spacingdirawat dengan meretraksi lengkung gigi dengan alat lepasan Hawleys


Appliances yang dilengkapilabial bow dan klamer adams.
Perawatan midline diastema dapat dilakukan melalui tiga fase, yaitupenghilangan
etiologi, perawatan aktif, dan pemasangan retainer. Perawatan fase pertama adalah
penghilangan etiologi. Kebiasaan buruk yang menyebabkan midline diastema harus
dihilangkan dengan menggunakan habit breaker lepasan atau cekat.Perawatan fase kedua
adalah perawatan aktif menggunakan alat lepasan.Penggunaan alat lepasan dilakukan ketika

diastema tidak lebih dari 2 mm danpergeseran yang dilakukan tidak mengganggu angulasi
gigi.Fase ketiga adalah pemasangan retainer.

Saran
1. Dokter gigi harus menciptakan hubungan yang baik dengan pasien, sehingga mampu
memotivasi pasien untuk dapat bekerja sama dalam melaksanakan perawatan
sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
2. Perawatan yang tepat akan memperbaiki keadaan gigi geligi ke arah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Moyers, R.E. 1988. Handbook of Orthodontics 4th Ed. Chicago : Year Book Medical
Publisher, Inc
2. Singh, G. 2007. Textbook of Orthodontics. New Delhi : Jaypee Brothers Medical
Publisher
3. Proffit, W.R, Fields, H.W. 2000. Contemporary Orthodontics 3rd ed. St. Louis,
Missouri : Mosby, Inc
4. Bishara, S.E. 2001. Textbook of Orthodontics. Philadelphia : W.B. Saunders Company
5. Edwards, J.G. 1970. A Surgical Procedure to Eliminate Rotational Relaps. Am J
Orthod ; 57:35-46
6. Drummond, R.J. 2003. Orthodontics Status and Treatment Need of 12 years old
Children in South Africa : An Epidemiological Study Using the Dental Aesthetic
Index. University of Pretoria Republic of South Africa
7. Kusmaryati, D, dkk. 2011. Makalah Seminar Ortodonsia IV : Manajemen Maloklusi
Klas I. Yogyakarta : FKG UGM

Anda mungkin juga menyukai