MODUL ORTHODONTI
DIASTEM SENTRAL GIGI 11 DAN 21
Oleh :
Jihan Rahmadian Fitria
1010343017
Pembimbing :
Drg. Didin K Sp,Ortho
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI
PADANG
2015
PENDAHULUAN
Maloklusi adalah suatu bentuk oklusi yang menyimpang dari bentuk standar yang
diterima sebagai bentuk normal. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak ada keseimbangan
pertumbuhan dan perkembangan serta hubungan yang tidak harmonis antara gigi geligi
dengan komponen kraniofasial. Etiologi maloklusi terbagi atas penyebab khusus yang
meliputi gangguan perkembangan embriologi, gangguan pertumbuhan skeletal, disfungsi
otot, akromegali dan hipertrofi hemimandibula serta gangguan perkembangan gigi, pengaruh
genetik dan pengaruh lingkungan yang meliputi teori keseimbangan dan perkembangan
oklusi gigi serta pengaruh fungsional pada perkembangan dentofasial.
Maloklusi digolongkan ke dalam kelompok-kelompok, dimana masing-masing
kelompok ditandai oleh sifat-sifat-sifat khusus dan variasi-variasinya sehingga mudah
ditandai. Berdasarkan hubungan molar pertama permanen, Angle mengklasifikasikan
maloklusi menjadi tiga kelompok, yaitu maloklusi klas I, II, dan III.1
Perawatan ortodonti yang ditujukan untuk merawat maloklusi bertujuan agar tercapai
efisiensi fungsional, keseimbangan struktur dan keharmonisan estetik. Perawatan ortodonti
tidak
hanya
akan
memperbaiki
penampilan
wajah
seseorang
tetapi
juga
akan
memperbaikiataumeningkatkankesehatangigisecarakeseluruhan.
Masalah-masalahyang
dental
berhubungandenganmaloklusiklas
padadasarnyabersifat
dankelainantersebutdapatmenggangguestetik.Hubunganantero-posterior
seperti;
sertaprotrusifbimaksiler.
crowding,
spacing,
deepbite,
crossbitedanopenbite,
LAPORAN KASUS
I. Data Pasien
1.1 Data Identitas Pasien
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Suku
Pekerjaan
Alamat
No. Rekam Medis
Nama Ayah
Umur
Suku
Pekerjaan
Nama Ibu
Umur
Suku
Pekerjaan
1.2 Data Medik Umum
Penyakit jantung
Diabetes
Haemophilia
Hepatitis
Penyakit lain
Alergi obat
Alergi makanan
1.3 Anamnesa
1. Alasan permintaan perawatan
Pasien ingin mengkoreksi gigi depan atas yang diastem
2. Keadaan waktu lahir
Perkembangan gigi geligi normal
3. Pemberian susu
a. ASI s/d umur
: Tidak minum asi
b. Botol s/d umur
: 2 tahun
4. Riwayat penyakit
a. Kesehatan anak
:
1) Umur
0 6 bulan
: baik
2) Umur 6 bulan 5 tahun
: baik
3) Umur 5 tahun - 12 tahun
: baik
4) Umur 12 tahun sekarang : baik
b. Penyakit yang pernah diderita:
Pasien pernah menderita penyakit Campak dan tidak pernah dirawat di rumah
sakit
Bibiratas
Bibir bawah
Bibir saat reposisi
: Normal
: Normal
: Normal
: Baik
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
UE
UE
UE
UE
a. Oklusi
b. Torus Palatinus
c. Torus Mandibularis
d. Palatum
e. Supernumery teeth
f. Diastema
g. Gigi anomali
h. Lain lain
13. Analisa Foto Muka
: Normal
: Normal
: Normal
: sedang
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: U Form
: U Form
: U Form
: orthognatik
42 distoversi
b. Gigi posterior
1) Relasi M1 kanan
2) Relasi M1 kiri
3) Crossbite
4) Openbite
5) Scissorbite
: kelas I
: kelas I
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
c. Median line
1) Rahangatas
2) Rahang bawah
: segaris
::-
Model StudiRahangBawah
c. Metode Pont
Jumlah mesiodistal 12-22 : 28 mm
Jarak P1-P1 pengukuran
: 37,5 mm
Jarak P1-P1 perhitungan
: 35 mm
Jarak M1-M1 pengukuran
: 47,5 mm
Jarak M1-M1 perhitungan
: 43 mm
P1-P1 : kelebihan ruang 2 mm
M1-M1 : kelebihan ruang 4,5 mm
Tidak ada kekurangan ruang, maka tidak dibutuhkan ekspansi atau ekstraksi
d. Metode korkhaus
Tidak dilakukan
e. Metode Howes
Rahang Atas
Jumlah mesiodistal M1-M1 : 91,7 mm
Jarak P1-P1
: 44 mm
Jarak Fossa Canina
: 51,5 mm
Howes : 51,5 x 100 / 91,7
: 56 %
Rahang Bawah
Jumlah mesiodistal M1-M1 : 85 mm
Jarak P1-P1
: 35 mm
Jarak Fossa Canina
: 40 mm
Howes : 40 x 100 / 85
: 47 %
Perbandingan PMBAW dan TM tidak kurang dari 47 %, berarti tidak terjadi
kekurangan lengkung basal
f. Determunasi Lengkung
Rahang Atas
Panjang lengkung rahang
: 76,2 mm
Panjang lengkung gigi
: 72,2 mm
Terdapat kelebihan ruang 4 mm
Rahang Bawah
Panjang lengkung rahang
: 66 mm
Panjang lengkung gigi
: 64 mm
Terdapat kekurangan ruang 3 mm
21. AnalisaChepalometri
a. Analisa skeletal
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Titik
Facial Angel
Angel of convexity
SNA
SNB
SNA-SNB
Frankfurd mand
Y axis
Sudut Gonion
Min
82
8,5
71
69,5
4,5
17
53
-
Rata2
87,9
0
81
78
42,8
22
59,4
120
Max
95
100
89
82,5
47
28
66
-
Indonesia
87,2
+5
82,4
78,9
43,5
25,9
62,1
120,8
Pasien
80
0
81
79
2
13
70
130
Titik
Sudut I thd FHP
Sudut I thd I
IMPA
FMIA
Protusi I
Kedudukan thd profil
Jarak incisal I thd APG
Sudut I thd APG
Min
4 mm
Rata2
107
135
90
65
12,7 mm
-2 mm
150
+ 0,5 mm 3mm
22
26
130
85
Max
150
92
Indonesia
115
121
99
15 mm
Pasien
106
123
93
51
4 mm
3 mm
27
22. Diagnosa
Maloklusi Klas I Angle tipe I dewey
23. Analisi Etiologi Maloklusi
a. Kebiasaan buruk pasien:
Pasien memiliki kebiasaan buruk menggigit bibir yang mengganggu
perkembangan gigi geligi.
b. Lain-lain
:
Genetic : diketahui ibu pasien juga memiliki keadaan gigi diastem antara gigi
insisivus sental
24. Prosedur perawatan (Rencana Perawatan)
a. DHE : Instruksikan kepada pasien untuk menghilangkan kebiasaan buruk
pasien
b. Ekstraksi gigi 5.5, 6.5 dan 8,5 serta restorasi 53 yang karies
c. Pemasangan piranti ortodonti lepasan (plat aktif dan space meiteiner)
Rahang Atas :
Dari analisa determinasi lengkung ruang yang dibutuhkan cukup untuk
memprotaksi gigi 2.1 yang palatoversi dengan plat aktif z pring
Rahang bawah :
Slicing pada gigi anterior 31, 32, 41, 42 untuk mengkoreksi gigi yang crowded
Berdasarkan gambaran radiografi panoramic dibutuhkan pencabutan gigi 85
untuk dipasangkan alat orthodonti retentive (space meiteiner) untuk menjaga
ruang bagi gigi permanen yang akan tumbuh.
d. Kontrol piranti lepasan dan aktivasi
25. Perawatan
a. Rahang Bawah
LANGKAH PERAWATAN
a. Kunjungan Pertama
1. Pemeriksaan subjektif, objektif, penegakkan diagnosa dan penentuan rencana
perawatan
2. Pro rontgen panoramic dan cephalometri
b. Kunjungan II
1. Pengisian rekam medik ortodonti (terlampir)
2. Pengambilan foto wajah dan foto profil
3. Pencetakan rahang bawah dan rahang bawah
4. Pembuatan model studi
5. Pembuatan model kerja
6. Penanaman model kerja pada basis segi tujuh
7. Pembuatan catatan interoklusal
c. Kunjungan Ketiga
1. Pembuatan kawat orthodonti lepasan
KemajuanPerawatan
Sebelum perawatan
Sesudah perawatan
PEMBAHASAN
Diastema
adalah
suaturuang
yang
terdapatdiantaraduabuahgigi
yang
berdekatan.Diastemainimerupakansuatuketidaksesuaianantaralengkunggigidenganlengkungra
hang.Bisaterletak di anterior ataupun di posterior, bahkanbisamengenaikeduarahang.
Kebanyakanlokasidiastemaadalah di antaragigiinsisifatasdanbawah. Etiologi diastema
diantaranya : Frenulum labial yang terlalu menonjol dan terlalu meluas ke proksimal,
sehingga akan menahan pergesaran gigi insisif sentral untuk saling mendekat padasaaterupsi;
Kehilangangigisecarakongenital;kehilangangigi
yang
menyebabkanadanyaruangankosong
bow
dan
cangkolan
adam.
Hawleys
appliances
biasanyadigunakandalamperawatankasusdiastema.
Perawatan diastema dapat dilakukan melalui tiga fase, yaitupenghilangan etiologi,
perawatan aktif, dan pemasangan retainer. Perawatan fase pertama adalah penghilangan
etiologi. Kebiasaan buruk yang menyebabkandiastema harus dihilangkan dengan
menggunakanhabit breaker lepasanataucekat.
Perawatan fase kedua adalah perawatan aktif menggunakan alat lepasan.Penggunaan
alat lepasan dilakukan ketika diastema tidak lebih dari 2 mm danpergeseran yang
dilakukantidakmenggangguangulasigigi.
Alat lepasan sederhana dengan dua finger spring atau dengan split labial bow
dapatdigunakan untuk menggeser gigi insisivus sentral ke mesial.Finger spring tersebut
dibuat dari kawat stainless steel berdiameter 0,5 atau 0,6 mm. Finger spring dipasang pada
bagian distal gigi insisivus sentral. Jikamenggunakan split labial bow, maka split labial bow
tersebut dibuat dari kawat stainless steel berdiameter 0,7 mm dan dipasang hingga ke bagian
distal gigi insisivus sentral. Loop spring juga bisa digunakan untuk merawat midline
diastema dengan memasangnya kebusur labial darialatlepasan Hawley.
Perawatan fase ketiga adalah pemasangan retainer. Diastema mudahdirawat tetapi
sulit untuk dipertahankan. Oleh karena itu, dibutuhkan retensi jangkapanjang seperti lingual
bonded retainer, atau dapat juga menggunakan retainer jenisyang lain sepertibanded retainer
atauHawleys retainer.
KESIMPULAN
Data yang lengkap tentang keadaan penderita dari hasil pemeriksaan diperlukan
sebelum melakukan tindakan perawatan ortodontik terhadap kasus maloklusi. Data yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan tersebut kemudian dilakukan analisis dengan berbagai
macam metoda. Setelah itu baru dapat ditetapkan diagnosis, etiologi maloklusi, perencanaan
perawatan , macam dan desain alat yang akan dipergunakan selama perawatan serta
memperkirakan prognosis pasien akibat perawatan yang dilakukan .pertumbuhan tulang
khususnya kraniofasial mempengaruhi timbulnya maloklusi.
Kelainan yang berhubungan dengan maloklusi klas I pada dasarnya bersifatdental
seperti
crowding,
spacing,
crossbite,
deepbite,
openbite,
dan
protrusif
diastema tidak lebih dari 2 mm danpergeseran yang dilakukan tidak mengganggu angulasi
gigi.Fase ketiga adalah pemasangan retainer.
Saran
1. Dokter gigi harus menciptakan hubungan yang baik dengan pasien, sehingga mampu
memotivasi pasien untuk dapat bekerja sama dalam melaksanakan perawatan
sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
2. Perawatan yang tepat akan memperbaiki keadaan gigi geligi ke arah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Moyers, R.E. 1988. Handbook of Orthodontics 4th Ed. Chicago : Year Book Medical
Publisher, Inc
2. Singh, G. 2007. Textbook of Orthodontics. New Delhi : Jaypee Brothers Medical
Publisher
3. Proffit, W.R, Fields, H.W. 2000. Contemporary Orthodontics 3rd ed. St. Louis,
Missouri : Mosby, Inc
4. Bishara, S.E. 2001. Textbook of Orthodontics. Philadelphia : W.B. Saunders Company
5. Edwards, J.G. 1970. A Surgical Procedure to Eliminate Rotational Relaps. Am J
Orthod ; 57:35-46
6. Drummond, R.J. 2003. Orthodontics Status and Treatment Need of 12 years old
Children in South Africa : An Epidemiological Study Using the Dental Aesthetic
Index. University of Pretoria Republic of South Africa
7. Kusmaryati, D, dkk. 2011. Makalah Seminar Ortodonsia IV : Manajemen Maloklusi
Klas I. Yogyakarta : FKG UGM