Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN BIOKIMIA

BIOKIMIA DAN FISIOLOGI CAIRAN RONGGA MULUT

DOSEN PEMBIMBING :
drg.Puspita Hajardhini,MDSc

DISUSUN OLEH :
Viona sekar melati (J2A020005)

2020/2021
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

i
LEMBAR PENGESAHAN

BLOK BASIC DENTAL SCIENCE 2

Biokimia Dan Fisiologi Cairan Rongga Mulut

Ngawi. 8 Juni 2021

Pembimbing Mahasiswa

drg.Puspita Hajardhini,MDSc Viona sekar melati

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kami ke hadirat Allah SWT. Sehingga penulis
telah menyelesaikan laporan Praktikum Biokimia Dan Fisiologi Cairan Rongga Mulut ini
dengan tepat waktu. Adapun laporan ini saya susun sebagai bagian dari tugas praktikum blok
Basic Dental Science 2.

Kelancaran dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
segenap pihak yang telah membantu:

1. drg. Puspita hajardhini,MDSc selaku trainer blok basic dental science 2.

Saya menyadari atas ketidaksempurnaan penyusunan laporan Praktikum Biokimia Dan


Fisiologi Cairan Rongga Mulut ini. namun saya tetap berharap laporan ini akan memberikan
manfaat bagi para pembaca. Saya menyadari dalam proses pembuatan laporan masih terdapat
banyak kesalahan, oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan
laporan kami selanjutnya.

Ngawi, 8 Juni 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................ii

KATA PENGANTAR.................................................................................................iii

DAFTAR ISI................................................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Manfaat Laporan.......................................................................................................2

1.3 Tujuan Laporan.........................................................................................................2

BAB II. DASAR TEORI

2.1 Dasar Teori.................................................................................................................3

BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan...........................................................................................................5

3.2 Skema Kerja...............................................................................................................5

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil............................................................................................................................8

4.2 Pembahasan.................................................................................................................9

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.................................................................................................................14

5.2 Saran...........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cairan rongga mulut terdiri dari saliva, cairan celah gingiva, dan sekret epitel rongga
mulut. Sifat kelenjar saliva dan sekresinya ditentukan oleh tipe sekretori yaitu: serus,
seromukus, dan mukus. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang terdiri dari sekresi
kelenjar saliva dan cairan krevikuler gingiva. Produksi saliva oleh kelenjar mayor sekitar
90% yaitu kelenjar parotis memproduksi sekresi cairan serosa, kelenjar submandibular dan
kelenjar sublingual menghasilkan sekresi cairan seromukosa. Sekitar 10% saliva diproduksi
oleh kelenjar saliva minor yang terdapat pada mukosa rongga mulut di bagian lingual, labial,
bukal, palatinal, dan glossopalatinal.
Saliva adalah suatu cairan mulut yang kompleks, tidak berwarna, dan disekresikan
dari kelenjar saliva mayor dan minor untuk mempertahankan Cairan Rongga
Muluthomeostasis dalam rongga mulut. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm
yang melapisi seluruh jaringan rongga mulut. Sebagian besar sekitar 90 persennya dihasilkan
saat makan yang merupakan reaksi atas rangsangan yang berupa pengecapan dan
pengunyahan makanan.. Sebesar 93% saliva disekresi oleh glandula salivarius mayor dan
sisanya yaitu 7% disekresikan oleh glandula salivarius minor.
Saliva mengandung beberapa elektrolit (Na+, K+, Cl-, HCO3-, Ca2+, Mg2+, HPO42,
SCN-, dan F-), protein (amilase, musin, histatin, cystatin, peroksidase, lisozim, dan
laktoferin), immunoglobulin (sIgA, Ig G, dan Ig M), serta molekul organik (glukosa, asam
amino, urea, asam uric, dan lemak). Saliva berfungsi untuk melindungi jaringan di dalam
rongga mulut dengan cara membersihkan secara mekanis untuk mengurangi akumulasi plak,
lubrikasi, dan sebagai buffer.
Cairan sulkus gingiva (CSG) atau gingival crevicular fl uid adalah suatu produk fi
ltrasi fi siologis dari pembuluh darah yang termodifi kasi. Cairan sulkus gingiva dapat berasal
dari jaringan gingiva yang sehat. Cairan sulkus gingiva berasal dari serum darah yang
terdapat dalam sulkus gingiva baik gingiva dalam keadaan sehat maupun meradang.
Cairan sulkus gingiva bersifat alkali sehingga dapat mencegah terjadinya karies pada
permukaan enamel dan sementum yang halus. Keadaan ini menunjang netralisasi asam yang
dapat ditemukan dalam proses karies Cairan Rongga Mulutdi area tepi gingiva. Cairan sulkus
gingiva juga dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai keadaan jaringan periodontal
secara objektif sebab aliran CSG sudah lebih banyak sebelum terlihatnya perubahan klinis
radang gingiva bila dibandingkan dengan keadaan normal.

1
1.2 Manfaat Laporan
1. Dapat mengetahui aspek biokimia, fisiologi, imunologi saliva
2. Dapat mengetahui faktor neuro-endokrinologi yang mempengaruhi sekresi saliva
3. Dapat mengetahui aspek biokimia, fisiologi, imunologi cairan krevikuler gingiva
1.3 Tujuan Laporan
1. Mempelajari aspek biokimia, fisiologi, imunologi saliva
2. Mempelajari faktor neuro-endokrinologi yang mempengaruhi sekresi saliva
3. Mempelajari aspek biokimia, fisiologi, imunologi cairan krevikuler gingiva

4.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Dasar Teori

Saliva merupakan suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna,tersusun
atas campuran sekresi glandula salivarius mayor dan glandula salivarius minor yang
ada pada mukosa oral. Saliva mengandung zat antimikroorganisme, ion, protein, dan
imunoglobulin yang berperan penting dalam sistem buffer dan imunitas rongga mulut.

Viskositas dari cairan saliva terdiri atas dua jenis yaitu serosa dan mukus.
Sekresi saliva normal perharinya berkisar 800 sampai 1500 ml, dan pH normal dari
saliva antara 6,0 dan 7,0. Kecepatan aliran sekresi saliva dipengaruhi oleh ada atau
tidaknya stimulasi yang diberikan. Kecepatan aliran sekresi saliva tanpa stimulasi
memiliki nilai normal 0,250,35 ml/menit, sedangkan laju aliran saliva terstimulasi
adalah 1-3 ml/menit.

Saliva terdiri dari cairan, zat organik, dan zat anorganik. Salah satu zat organik
penyusun saliva adalah enzim α-amilase (ptialin). Enzim ini berfungsi untuk memecah
polisakarida menjadi disakarida. Enzim α-amilase bekerja optimal pada suhu 37-40 oC
dan pada pH antara 6,0-7,5.

Cairan Krevikuler Gingiva (CKG) adalah cairan yang dapat ditemukan pada
ruang fisiologis (sulkus gingiva) dan dapat merupakan ruang patologis (poket gingiva).
CKG dapat digunakan sebagai penanda diagnostic aktivitas penyakit periodontal
karena mengandung beberapa faktor kimiawi yang berkaitan erat dengan status
periodontal. Selain itu, volume CKG bisa digunakan sebagai penanda sederhana untuk
mengetahui status inflamasi jaringan periodontal.

Pada gingiva yang normal, volume CKG yang dihasilkan sulkus gingiva sangat
sedikit atau hampir tidak ada, yaitu sekitar 0,5-2,4 ml/hari. Terdapat beberapa teknik
yang dapat digunakan untuk mengukur volume CKG, di antaranya adalah metode
intrasulkuler. Metode ini menggunakan kertas saring yang dimasukkan ke dalam
sulkus gingiva kemudian diukur volumenya dengan reagen larutan ninhidrin 2%.

3
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

PENGUKURAN pH dan LAJU ALIRAN SALIVA


1. Masker
2. Handscoon
3. Stopwatch
4. Gelas ukur
5. Permen karet
6. Kertas pH indikator

UJI HIDROLISIS AMILOSA


1. Tabung reaksi
2. Bunsen dan spiritus
3. Waterbath
4. Larutan amilum
5. Larutan HCl encer
6. Larutan iodin
7. Larutan saliva

PENGUKURAN VOLUME CAIRAN KREVIKULER GINGIVA


1. Sliding caliper (Jangka sorong)
2. Kertas saring ukuran panjang 10 mm, lebar 2 mm
3. Larutan ninhidrin 2%
4. Alkohol 70%
5. Plastik kecil
6. Kapas
7. Cotton roll

4
3.2 Skema Kerja

PENGUKURAN pH dan LAJU ALIRAN SALIVA


1. Meminta probandus untuk berkumur terlebih dahulu dengan air mineral 1x
2. Probandus menampung saliva dalam beaker glass tiap 1 menit selama lima menit
3. Ukur pH saliva yang telah ditampung dengan menggunakan kertas indikator pH.
4. Catat hasilnya.
5. Pindahkan saliva ke dalam gelas ukur untuk diukur volumenya.
6. Hitung laju aliran saliva dengan rumus :

7. Mencatat hasil perhitungan ke dalam tabel.


8. Meminta probandus untuk beristirahat 15 menit sebelum melakukan percobaan
berikutnya.
9. Mintalah probandus untuk mengunyah permen karet selama 5 menit
10. Lakukan kembali langkah 2-5, kemudian catat hasilnya.

UJI HIDROLISIS AMILOSA


1. Ambil 3 tabung reaksi, masing-masing diberi nomor dan diisi 2,5 ml saliva encer
2. Berikan perlakuan sebagai berikut :
 Tabung 1 : Panaskan lalu dinginkan di bawah air ledeng. Tambahkan 2,5 ml
larutan amilum

 Tabung 2 : Tambahkan 5 tetes HCl encer. Tambahkan 2,5 ml larutan amilum

 Tabung 3 : Tambahkan 2,5 ml larutan amilum

3. Ketiga tabung dimasukkan ke dalam waterbath dengan suhu 37oC


4. Ambil setetes larutan dari masing-masing tabung tiap 30 detik, kemudian teteskan
larutan iodin. Lakukan sampai tes iodium negatif.

5. Amati reaksi yang terjadi

5
PENGUKURAN VOLUME CAIRAN KREVIKULER GINGIVA
1. Isolasi rongga mulut probandus dengan cotton roll
2. Gingiva dikeringkan dengan kapas
3. Kertas saring disisipkan ke dalam sulkus gingiva pada gigi anterior rahang atas (gigi
12, 11, 21, 22) sampai menyentuh dasar sulkus dan dibiarkan di sulkus gingiva selama
3 menit.
4. Kertas saring diambil dan ditetesi dengan larutan ninhidrin 2%
5. Kertas saring disimpan dalam plastik kecil
6. Ukur panjang (mm) daerah yang terwarnai oleh larutan ninhidrin 2% pada kertas
saring dengan ketentuan sebagai berikut :

 Apabila pada kertas saring terwarnai seperti pada kertas 1, 2, dan, 4 maka
panjang daerah terwarnai (mm) adalah jarak area terwarnai sampai pada
puncak tertinggi.

 Apabila pada kertas saring terwarnai seperti kertas 3, maka diambil di


tengahtengahnya.

 Apabila pada kertas saring terwarnai seperti kertas 5, maka dilakukan tiga kali
pengukuran (e, f, g) dan hasilnya dirata-rata.

 Hasil pengukuran pada gigi 12, 11, 21, 22 dijumlahkan dan diambil reratanya.

7. Hasil pengukuran panjang daerah yang terwarnai dikalikan lebar dan tebal kertas
saring sehingga diperoleh volume cairan krevikuler gingiva.

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

4.2 Pembahasan

1. KOMPOSISI SALIVA
Komposisi saliva terdiri dari 99,5% air dan 0,5 % lagi terdiri dari garam-garam, bahan
organik dan anorganik serta protein, lipida, glukosa, asam amino, amoniak, vitamin,
asam lemak. Unsur-unsur anorganik yang menyusun saliva antara lain: Sodium,
Kalsium, Magnesium, Bikarbonat, Khloride, Rodanida dan Thiocynate (CNS) ,
Fosfat, Potassium. Yang memiliki konsentrasi paling tinggi dalam saliva adalah
kalsium dan Natrium. Ion kalsium dalam saliva memiliki peranan penting dalam
proses-proses tubuh terutama dirongga mulut.(MARDIYANA, 1390)
elenjar parotis (25%), submandibularis (70%), dan sublingualis (5%).
Kandungan urea dalam saliva berperan pada pengaturan pH dan kapasitas buffer
saliva. Kapasitas buffer saliva adalah kemampuan untuk menetralkan kondisi asam
pada rongga mulut sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Urea
akan dihidrolisis oleh bakteri dengan melepaskan ammonia (NH3) dan CO2 yang
dapat mengakibatkan kenaikan pH saliva. Konsentrasi urea pada saliva normal antara
2,9-6,8 mmol/l.
Komponen klorida dalam saliva berperan dalam proses sekresi saliva.Saat sekresi
saliva meningkat, maka kadar klorida dalam saliva juga akan meningkat. Konsentrasi
klorida pada saliva normal berkisar antara 5-50 mmol/l.(Latifa, 2015)
1. Komponen Anorganik
- Na+ dan K+ , mempunyai konsentrasi yang tertinggi di dalam ludah, berperan
dalam proses biolistrik
- Cl-, berperan untuk aktifi tas enzimatik á-amilase
- Ca+ dan Fosfat, penting untuk remineralisasi email dan pembentukan karang

7
gigi dan plak bakteri
- Tiocianat (CNS-), penting sebagai agensia anti bacterial dalam bekerja sama
dengan laktoperoksidase
- Bikarbonat penting dalam ion buffer
- Bikarbonat dan fosfat untuk meningkatkan Ph
2. Komponen Organik
- Amilase, mengubah pati dan glikogen menjadi kesatuan karbohidrat yang
lebih kecil
- Lisozim, membunuh bakteri tertentu berperan dalam system penolakan imun
- Kalikrein, berperan pada proses pembekuan darah
- Laktoperoksida, menghambat pertukaran bakteri dan pertumbuhan Kristal
- Protein Kaya Prolin, bagian utama pelikel muda pada email gigi yang
berfungsi sebagai bahan penghambat pertumbuhan Kristal
- Musin, membuat ludah pekat dan dapat melindungi jaringan mulut terhadap
kekeringan
- Immunoglobulin, terlibat dalam system penolakan spesifi k
- Laktoferin, berperan mengikat ion-ion Fe 3+ yang diperlukan bagi
pertumbuhan bakteri
- Gustin, berperan dalam proses pengecapan
penting adalah α-amilase, protein kaya prolin, musin, dan imunoglobulin.
 Protein Beberapa jenis protein yang terdapat didalam saliva adalah :
o Mucoid
Merupakan sekelompok protein yang sering disebut dengan mucin dan memberikan
konsistensi mukus pada saliva. Mucin juga berperan sebagai glikoprotein karena
terdiri dari rangkaian protein yang panjang dengan ikatan rantai karbohidrat yang
lebih pendek.
o Enzim
Enzim yang ada pada saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva dan beberapa diantaranya
merupakan produk dari bakteri dan leukosit yang ada pada rongga mulut.
Beberapa enzim yang terdapat dalam saliva adalah amylase dan lysozyme yang
berperan dalam mengontrol pertumbuhan bakteri di rongga mulut.
o Protein
Serum Saliva dibentuk dari serum maka sejumlah serum protein yang kecil

8
ditemukan didalam saliva. Albumin dan globulin termasuk kedalam serum saliva.
o Waste Products Pada saliva juga ditemukan sebagian kecil dari waste product
pada serum, urea dan uric acid.
 Ion-ion Inorganik
Ion-ion utama yang ditemukan dalam saliva adalah kalsium dan fosfat yang berperan
penting dalam pembentukan kalkulus. Ion-ion lain yang memiliki jumlah yang
lebih kecil terdiri dari sodium, potasium, klorida, dan sulfat.
 Gas
Pembentukan pertama saliva, saliva mengandung gas oksigen yang larut, nitrogen
dan karbon dioksida dengan jumlah yang sama dengan serum. Ini memperlihatkan
bahwa konsentrasi karbon dioksida cukup tinggi dan hanya dapat dipertahankan
pada larutan yang memiliki tekanan didalam kelenjar duktus, tetapi pada saat
saliva mencapai rongga mulut banyak karbon dioksida yang lepas.
 Zat-zat Aditif di Rongga Mulut
Merupakan berbagai substansi yang tidak ada didalam saliva pada saat saliva
mengalir dari dalam duktus, akan tetapi menjadi bercampur dengan saliva di
dalam rongga mulut. Zat aditif antara lain mikroorganisme, leukosit dan dietary
substance.

2. FAKTOR SEKRESI SALIVA


a) Faktor mekanis yaitu dengan mengunyah makan yang keras atau permen
karet.
b) Faktor kimiawi yaitu melalui rangsangan seperti asam, manis, asin, pahit,
pedas.
c) Faktor neuronal yaitu melalui sistem syaraf autonom baik simpatis maupun
parasimpatis.
d) Faktor Psikis yaitu stress yang menghambat sekresi saliva.
e) Rangsangan rasa sakit, misalnya oleh radang, gingivitis, dan pemakaian
protesa yang dapat menstimulasi sekresi saliva.
f) Pembentukan ludah dan sekresi ludah yang sedikit ( Xerostomia ) (Latifa,
2015)

9
Faktor lainnya yang juga mempengaruhi sekresi saliva :
- Hidrasi
Jika tubuh kekurangan air, aliran saliva akan berkurang karena kelenjar saliva
mengurangi sekresi untuk mempertahankan jumlah air dalam tubuh.
- Posisi tubuh
Dalam keadaan berdiri laju aliran saliva tinggi, pada saat berbaring laju aliran
saliva menjadi lebih rendah daripada posisi duduk
- Pencahayaan
Dalam gelap, laju aliran saliva berkurang 30-40% namun tidak dipengaruhi
oleh orang buta. Jadi orang buta atau yang ditutup matanya beradaptasi
terhadap kurangnya cahaya yang diterima oleh penglihatan atau mata.
- Latihan fisik
Selama aktivitas fisik, stimulasi cukup kuat sehingga mengurangi atau
menghambat sekresi saliva.
- Jenis kelamin
Secara umum pada wanita perubahan hormonal pada wanita dapat
memngaruhi keadaan dalam rongga mulut termasuk aliran sekresi saliva.
- Usia
Aliran saliva lebih rendah pada pasien sehat umur 65 sampai 83 tahun
dibandingkan dengan individu yang berusia 18 sampai 35 tahun
- Merokok
Perokok menunjukkan aliran saliva terstimulasi jauh lebih tinggi
dibandingkan yang tidak merokok.
- Mual
Sekresi saliva meningkat sebelum dan selama muntah
- Diabetes
Diabetes dapat memengaruhi laju aliran dan komposisi saliva
- Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol berkepanjangan dapat menyebabkan disfungsi kelenjar
saliva dan pembesaran kelenjar parotid bilateral sehingga dapat memengaruhi
laju aliran saliva.(Kasuma, 2015)

10
3. MEKANISME SEKRESI SALIVA
Saliva menyekresi dua jenis protein yang utama:
- Sekresi serosa yang mengandung ptialin (suatu a-amilase), yang merupakan enzim
untuk mencernakan karbohidrat, dan
- Sekresi mukus yang mengandung musin untuk tujuan pelumasan dan perlindungan
permukaan.
Kelenjar parotis hampir seluruhnya menyekresi jenis serosa, sementara kelenjar
submandibularis dan sublingualis menyekresi mukus dan serosa. Kelenjar
bukalis hanya menyekresi mukus.
Sekresi saliva terjadi melalui dua tahap: Tahap pertama melibatkan asinus, dan yang
kedua, duktus salivarius. Sel asinus menyekresi sekresi primer yang mengandung ptialin
dan/atau musin dalam larutan ion dengan konsentrasi yang tidak jauh berbeda dari yang
disekresikan dalam cairan ekstrasel biasa.
 Pertama, ion-ion natrium secara aktif direabsorbsi dari semua duktus
salivarius, dan ion-ion kalium disekresi secara aktif sebagai pengganti
natrium. Oleh karena itu, konsentrasi ion natrium saliva sangat berkurang,
sedangkan konsentrasi ion kalium meningkat. Akan tetapi, ada kelebihan
reabsorpsi ion natrium yang melebihi sekresi ion kalium, dan ini membuat
kenegatifan listrik sekitar —70 milivolt di dalam duktus salivarius, dan
keadaan ini kemudian menyebabkan ion klorida direabsorpsi secara pasif.
Oleh karena itu, konsentrasi ion klorida pada cairan saliva turun sekali,
serupa dengan penurunan konsentrasi ion natrium pada duktus.
 Kedua, ion-ion bikarbonat disekresi oleh epitel duktus ke dalam lumen
duktus. Hal ini sedikitnya sebagian disebabkan oleh pertukaran pasif ion
bikarbonat dengan ion klorida, tetapi mungkin juga sebagian hasil dari
proses sekresi aktif.
 Hasil akhir proses transpor ini adalah bahwa pada kondisi istiralrat,
konsentrasi masing-masing ion natrium dan klorida dalam saliva hanya
sekitar 15 mEq/L, sekitar sepertujuh sampai sepersepuluh konsentrasinya
dalam plasma. Sebaliknya, konsentrasi ion kalium adalah sekitar 30
mEq/L, tujuh kali lebih besar dari konsentrasinya dalam plasma; dan
konsentrasi ion bikarbonat adalah 50 sampai 70 mEq/L, sekitar dua
sampai tiga kali lebih besar dari konsentrasinya dalam plasma.
 Selama salivasi maksimal, konsentrasi ion saliva sangat berubah karena

11
kecepatan pembentukan sekresi primer oleh sel asini dapat meningkat
sebesar 20 kali lipat. Sekresi asinar ini kemudian akan mengalir melalui
duktus begitu cepatnya sehingga penyesuaian (recnnditioning) sekresi
duktus diperkirakan menurun. Oleh karena itu, bila saliva sedang
disekresi dalam jumlah sangat banyak, konsentrasi natrium klorida kurang
lebih hanya berkisar setengah sampai dua pertiga konsentrasi dalam
plasma, dan konsentrasi kalium meningkat hanya empat kali konsentrasi
dalam plasma.(Hall, 2011)

4. FUNGSI CAIRAN SULKUS GINGIVA


Gingival fluid (crevicular fl uid) adalah transudat plasma darah yang ditemukan
di sulkus gingiva akibat kebocoran plasma dari kapiler-kapiler darah di gingiva
bebas.Selain IgG, IgA dan IgM, beberapa komponen komplemen C3, C4, C5 dan
proaktivator C3 telah ditemukan dalam cairan sulkus gingiva. IgG dalam cairan
krevikuler berisi antibodi spesifi k terhadap sejumlah jasad renik oral (misalnya
S. mutans dan B. gingivalis). Terdapat sejumlah komponen lainnya dalam cairan
krevikuler, termasuk albumin, transferin, haptoglobin, glikoprotein dan
lipoprotein yang fungsinya belum diketahui. Sumber lain menjelaskan bahwa
dalam cairan gingiva juga terdapat asam amino, protein plasma seperti á1, á2, â
dan ã globulin, elektrolit, sistem fi brinolitik, dan material sel.
Fungsi cairan krevikuler gingiva adalah sebagai berikut:
a. Mencuci daerah leher gingiva, mengeluarkan sel-sel epitelial yang
terlepas, leukosit, bakteri, dan kotoran lainnya
b. Protein plasma dapat mempengaruhi perlekatan epitelial ke gigi
c. Mengandung agen antimikrobial misalnya lisosim
d. Membawa leukosit pmn dan makrofag yang dapat membunuh bakteri.
Juga menghantarkan igg, iga, igm dan faktor-faktor lain dari sistem imun
e. Jumlah cairan gingiva dapat diukur dan digunakan sebagai indeks dari infl
amasi gingiv
f. Perlekatan epitelial ke gigi, mengandung agen antimikrobial misalnya
lisosim, membawa leukosit PMN dan makrofag yang dapat membunuh
bakteri. Selain itu juga menghantarkan IgG, IgA, IgM dan faktor-faktor
lain dari sistem imun(Latifa, 2015)

12
5. TABUNG 1 : Hasil uji iodine untuk mengetahui kandungan pati, optimal kalau
berubah menjadi biru tua, biru tua berarti suhu memengaruhi kerja dari suatu
enzim keoptimalan enzim dimana suhunya 80 maka kerja optimal,
Missal suhu 10 ga optimal karna terlalu dingin sedangkan 80 terlalu tinggi
sedangkan malah enzimnya rusak
Biru tua menandakan bahwa zat tersebut mampu menghidrolisis pati secara
optimal
Saliva enzim amilase bekerja Suhu optimalnya 37 dengan warna kuning

Karena saliva sudah tidak dapat menghidrolisis pati

13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

Dalam pembuatan laporan ini saya yakin masih terdapat banyak kekurangan. Saya akan
memperbaiki dengan berpedoman pada banyak sumber. Kritik maupun saran sangat
diperlukan guna untuk membangun pembuatan laporan selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hall, J. E. (2011) GUYTON AND HALL. 12 ed. Diedit oleh Groliow Rebecca. filadelfia:
SAUNDERS ELSEVIER.
Kasuma, N. (2015) “Fisiologi dan Patologi Saliva,” Andalas University Press, hal. 54.
Tersedia pada: http://repo.unand.ac.id/3650/1/01.Buku-Fisiologi-dan-Patologi-Saliva.pdf.
Latifa, A. (2015) “Digital Repository Universitas Jember,” hal. 27. Tersedia pada:
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/65672/Ainul Latifah-
101810401034.pdf?sequence=1.
MARDIYANA, S. D. (1390) “SEKRESI ION CALSIUM DALAM SALIVA,” hal. ;8 ‫شماره‬
117-99 ‫ص‬.
Abrams SA, Atkinson SA. "Calsium, Magnesium, Phosporous, and Vitamin D Fortifcation of
Comlementary Foods." Journal of Nutrition 13(9) (2003): 994-9.
Lesson, Paparo. Buku Ajar Histology FKU dari textbook of Histology. Jakarta: EGC, 1996.

Nurzaman, N.,Fatimah,D,D.S,Damiri. "Pembangunan Aplikasi Sistem Pakar untuk Diagnosis


Penyakit Gigi dan Mulut pada Manusia." Jurnal Algoritma 9(1) (2012): 104-111.

15

Anda mungkin juga menyukai