DOSEN PEMBIMBING :
drg.Puspita Hajardhini,MDSc
DISUSUN OLEH :
Viona sekar melati (J2A020005)
2020/2021
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
i
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing Mahasiswa
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kami ke hadirat Allah SWT. Sehingga penulis
telah menyelesaikan laporan Praktikum Biokimia Dan Fisiologi Cairan Rongga Mulut ini
dengan tepat waktu. Adapun laporan ini saya susun sebagai bagian dari tugas praktikum blok
Basic Dental Science 2.
Kelancaran dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
segenap pihak yang telah membantu:
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN
4.1 Hasil............................................................................................................................8
4.2 Pembahasan.................................................................................................................9
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................14
5.2 Saran...........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Manfaat Laporan
1. Dapat mengetahui aspek biokimia, fisiologi, imunologi saliva
2. Dapat mengetahui faktor neuro-endokrinologi yang mempengaruhi sekresi saliva
3. Dapat mengetahui aspek biokimia, fisiologi, imunologi cairan krevikuler gingiva
1.3 Tujuan Laporan
1. Mempelajari aspek biokimia, fisiologi, imunologi saliva
2. Mempelajari faktor neuro-endokrinologi yang mempengaruhi sekresi saliva
3. Mempelajari aspek biokimia, fisiologi, imunologi cairan krevikuler gingiva
4.
2
BAB II
DASAR TEORI
Saliva merupakan suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna,tersusun
atas campuran sekresi glandula salivarius mayor dan glandula salivarius minor yang
ada pada mukosa oral. Saliva mengandung zat antimikroorganisme, ion, protein, dan
imunoglobulin yang berperan penting dalam sistem buffer dan imunitas rongga mulut.
Viskositas dari cairan saliva terdiri atas dua jenis yaitu serosa dan mukus.
Sekresi saliva normal perharinya berkisar 800 sampai 1500 ml, dan pH normal dari
saliva antara 6,0 dan 7,0. Kecepatan aliran sekresi saliva dipengaruhi oleh ada atau
tidaknya stimulasi yang diberikan. Kecepatan aliran sekresi saliva tanpa stimulasi
memiliki nilai normal 0,250,35 ml/menit, sedangkan laju aliran saliva terstimulasi
adalah 1-3 ml/menit.
Saliva terdiri dari cairan, zat organik, dan zat anorganik. Salah satu zat organik
penyusun saliva adalah enzim α-amilase (ptialin). Enzim ini berfungsi untuk memecah
polisakarida menjadi disakarida. Enzim α-amilase bekerja optimal pada suhu 37-40 oC
dan pada pH antara 6,0-7,5.
Cairan Krevikuler Gingiva (CKG) adalah cairan yang dapat ditemukan pada
ruang fisiologis (sulkus gingiva) dan dapat merupakan ruang patologis (poket gingiva).
CKG dapat digunakan sebagai penanda diagnostic aktivitas penyakit periodontal
karena mengandung beberapa faktor kimiawi yang berkaitan erat dengan status
periodontal. Selain itu, volume CKG bisa digunakan sebagai penanda sederhana untuk
mengetahui status inflamasi jaringan periodontal.
Pada gingiva yang normal, volume CKG yang dihasilkan sulkus gingiva sangat
sedikit atau hampir tidak ada, yaitu sekitar 0,5-2,4 ml/hari. Terdapat beberapa teknik
yang dapat digunakan untuk mengukur volume CKG, di antaranya adalah metode
intrasulkuler. Metode ini menggunakan kertas saring yang dimasukkan ke dalam
sulkus gingiva kemudian diukur volumenya dengan reagen larutan ninhidrin 2%.
3
BAB III
METODE PRAKTIKUM
4
3.2 Skema Kerja
5
PENGUKURAN VOLUME CAIRAN KREVIKULER GINGIVA
1. Isolasi rongga mulut probandus dengan cotton roll
2. Gingiva dikeringkan dengan kapas
3. Kertas saring disisipkan ke dalam sulkus gingiva pada gigi anterior rahang atas (gigi
12, 11, 21, 22) sampai menyentuh dasar sulkus dan dibiarkan di sulkus gingiva selama
3 menit.
4. Kertas saring diambil dan ditetesi dengan larutan ninhidrin 2%
5. Kertas saring disimpan dalam plastik kecil
6. Ukur panjang (mm) daerah yang terwarnai oleh larutan ninhidrin 2% pada kertas
saring dengan ketentuan sebagai berikut :
Apabila pada kertas saring terwarnai seperti pada kertas 1, 2, dan, 4 maka
panjang daerah terwarnai (mm) adalah jarak area terwarnai sampai pada
puncak tertinggi.
Apabila pada kertas saring terwarnai seperti kertas 5, maka dilakukan tiga kali
pengukuran (e, f, g) dan hasilnya dirata-rata.
Hasil pengukuran pada gigi 12, 11, 21, 22 dijumlahkan dan diambil reratanya.
7. Hasil pengukuran panjang daerah yang terwarnai dikalikan lebar dan tebal kertas
saring sehingga diperoleh volume cairan krevikuler gingiva.
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
1. KOMPOSISI SALIVA
Komposisi saliva terdiri dari 99,5% air dan 0,5 % lagi terdiri dari garam-garam, bahan
organik dan anorganik serta protein, lipida, glukosa, asam amino, amoniak, vitamin,
asam lemak. Unsur-unsur anorganik yang menyusun saliva antara lain: Sodium,
Kalsium, Magnesium, Bikarbonat, Khloride, Rodanida dan Thiocynate (CNS) ,
Fosfat, Potassium. Yang memiliki konsentrasi paling tinggi dalam saliva adalah
kalsium dan Natrium. Ion kalsium dalam saliva memiliki peranan penting dalam
proses-proses tubuh terutama dirongga mulut.(MARDIYANA, 1390)
elenjar parotis (25%), submandibularis (70%), dan sublingualis (5%).
Kandungan urea dalam saliva berperan pada pengaturan pH dan kapasitas buffer
saliva. Kapasitas buffer saliva adalah kemampuan untuk menetralkan kondisi asam
pada rongga mulut sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Urea
akan dihidrolisis oleh bakteri dengan melepaskan ammonia (NH3) dan CO2 yang
dapat mengakibatkan kenaikan pH saliva. Konsentrasi urea pada saliva normal antara
2,9-6,8 mmol/l.
Komponen klorida dalam saliva berperan dalam proses sekresi saliva.Saat sekresi
saliva meningkat, maka kadar klorida dalam saliva juga akan meningkat. Konsentrasi
klorida pada saliva normal berkisar antara 5-50 mmol/l.(Latifa, 2015)
1. Komponen Anorganik
- Na+ dan K+ , mempunyai konsentrasi yang tertinggi di dalam ludah, berperan
dalam proses biolistrik
- Cl-, berperan untuk aktifi tas enzimatik á-amilase
- Ca+ dan Fosfat, penting untuk remineralisasi email dan pembentukan karang
7
gigi dan plak bakteri
- Tiocianat (CNS-), penting sebagai agensia anti bacterial dalam bekerja sama
dengan laktoperoksidase
- Bikarbonat penting dalam ion buffer
- Bikarbonat dan fosfat untuk meningkatkan Ph
2. Komponen Organik
- Amilase, mengubah pati dan glikogen menjadi kesatuan karbohidrat yang
lebih kecil
- Lisozim, membunuh bakteri tertentu berperan dalam system penolakan imun
- Kalikrein, berperan pada proses pembekuan darah
- Laktoperoksida, menghambat pertukaran bakteri dan pertumbuhan Kristal
- Protein Kaya Prolin, bagian utama pelikel muda pada email gigi yang
berfungsi sebagai bahan penghambat pertumbuhan Kristal
- Musin, membuat ludah pekat dan dapat melindungi jaringan mulut terhadap
kekeringan
- Immunoglobulin, terlibat dalam system penolakan spesifi k
- Laktoferin, berperan mengikat ion-ion Fe 3+ yang diperlukan bagi
pertumbuhan bakteri
- Gustin, berperan dalam proses pengecapan
penting adalah α-amilase, protein kaya prolin, musin, dan imunoglobulin.
Protein Beberapa jenis protein yang terdapat didalam saliva adalah :
o Mucoid
Merupakan sekelompok protein yang sering disebut dengan mucin dan memberikan
konsistensi mukus pada saliva. Mucin juga berperan sebagai glikoprotein karena
terdiri dari rangkaian protein yang panjang dengan ikatan rantai karbohidrat yang
lebih pendek.
o Enzim
Enzim yang ada pada saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva dan beberapa diantaranya
merupakan produk dari bakteri dan leukosit yang ada pada rongga mulut.
Beberapa enzim yang terdapat dalam saliva adalah amylase dan lysozyme yang
berperan dalam mengontrol pertumbuhan bakteri di rongga mulut.
o Protein
Serum Saliva dibentuk dari serum maka sejumlah serum protein yang kecil
8
ditemukan didalam saliva. Albumin dan globulin termasuk kedalam serum saliva.
o Waste Products Pada saliva juga ditemukan sebagian kecil dari waste product
pada serum, urea dan uric acid.
Ion-ion Inorganik
Ion-ion utama yang ditemukan dalam saliva adalah kalsium dan fosfat yang berperan
penting dalam pembentukan kalkulus. Ion-ion lain yang memiliki jumlah yang
lebih kecil terdiri dari sodium, potasium, klorida, dan sulfat.
Gas
Pembentukan pertama saliva, saliva mengandung gas oksigen yang larut, nitrogen
dan karbon dioksida dengan jumlah yang sama dengan serum. Ini memperlihatkan
bahwa konsentrasi karbon dioksida cukup tinggi dan hanya dapat dipertahankan
pada larutan yang memiliki tekanan didalam kelenjar duktus, tetapi pada saat
saliva mencapai rongga mulut banyak karbon dioksida yang lepas.
Zat-zat Aditif di Rongga Mulut
Merupakan berbagai substansi yang tidak ada didalam saliva pada saat saliva
mengalir dari dalam duktus, akan tetapi menjadi bercampur dengan saliva di
dalam rongga mulut. Zat aditif antara lain mikroorganisme, leukosit dan dietary
substance.
9
Faktor lainnya yang juga mempengaruhi sekresi saliva :
- Hidrasi
Jika tubuh kekurangan air, aliran saliva akan berkurang karena kelenjar saliva
mengurangi sekresi untuk mempertahankan jumlah air dalam tubuh.
- Posisi tubuh
Dalam keadaan berdiri laju aliran saliva tinggi, pada saat berbaring laju aliran
saliva menjadi lebih rendah daripada posisi duduk
- Pencahayaan
Dalam gelap, laju aliran saliva berkurang 30-40% namun tidak dipengaruhi
oleh orang buta. Jadi orang buta atau yang ditutup matanya beradaptasi
terhadap kurangnya cahaya yang diterima oleh penglihatan atau mata.
- Latihan fisik
Selama aktivitas fisik, stimulasi cukup kuat sehingga mengurangi atau
menghambat sekresi saliva.
- Jenis kelamin
Secara umum pada wanita perubahan hormonal pada wanita dapat
memngaruhi keadaan dalam rongga mulut termasuk aliran sekresi saliva.
- Usia
Aliran saliva lebih rendah pada pasien sehat umur 65 sampai 83 tahun
dibandingkan dengan individu yang berusia 18 sampai 35 tahun
- Merokok
Perokok menunjukkan aliran saliva terstimulasi jauh lebih tinggi
dibandingkan yang tidak merokok.
- Mual
Sekresi saliva meningkat sebelum dan selama muntah
- Diabetes
Diabetes dapat memengaruhi laju aliran dan komposisi saliva
- Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol berkepanjangan dapat menyebabkan disfungsi kelenjar
saliva dan pembesaran kelenjar parotid bilateral sehingga dapat memengaruhi
laju aliran saliva.(Kasuma, 2015)
10
3. MEKANISME SEKRESI SALIVA
Saliva menyekresi dua jenis protein yang utama:
- Sekresi serosa yang mengandung ptialin (suatu a-amilase), yang merupakan enzim
untuk mencernakan karbohidrat, dan
- Sekresi mukus yang mengandung musin untuk tujuan pelumasan dan perlindungan
permukaan.
Kelenjar parotis hampir seluruhnya menyekresi jenis serosa, sementara kelenjar
submandibularis dan sublingualis menyekresi mukus dan serosa. Kelenjar
bukalis hanya menyekresi mukus.
Sekresi saliva terjadi melalui dua tahap: Tahap pertama melibatkan asinus, dan yang
kedua, duktus salivarius. Sel asinus menyekresi sekresi primer yang mengandung ptialin
dan/atau musin dalam larutan ion dengan konsentrasi yang tidak jauh berbeda dari yang
disekresikan dalam cairan ekstrasel biasa.
Pertama, ion-ion natrium secara aktif direabsorbsi dari semua duktus
salivarius, dan ion-ion kalium disekresi secara aktif sebagai pengganti
natrium. Oleh karena itu, konsentrasi ion natrium saliva sangat berkurang,
sedangkan konsentrasi ion kalium meningkat. Akan tetapi, ada kelebihan
reabsorpsi ion natrium yang melebihi sekresi ion kalium, dan ini membuat
kenegatifan listrik sekitar —70 milivolt di dalam duktus salivarius, dan
keadaan ini kemudian menyebabkan ion klorida direabsorpsi secara pasif.
Oleh karena itu, konsentrasi ion klorida pada cairan saliva turun sekali,
serupa dengan penurunan konsentrasi ion natrium pada duktus.
Kedua, ion-ion bikarbonat disekresi oleh epitel duktus ke dalam lumen
duktus. Hal ini sedikitnya sebagian disebabkan oleh pertukaran pasif ion
bikarbonat dengan ion klorida, tetapi mungkin juga sebagian hasil dari
proses sekresi aktif.
Hasil akhir proses transpor ini adalah bahwa pada kondisi istiralrat,
konsentrasi masing-masing ion natrium dan klorida dalam saliva hanya
sekitar 15 mEq/L, sekitar sepertujuh sampai sepersepuluh konsentrasinya
dalam plasma. Sebaliknya, konsentrasi ion kalium adalah sekitar 30
mEq/L, tujuh kali lebih besar dari konsentrasinya dalam plasma; dan
konsentrasi ion bikarbonat adalah 50 sampai 70 mEq/L, sekitar dua
sampai tiga kali lebih besar dari konsentrasinya dalam plasma.
Selama salivasi maksimal, konsentrasi ion saliva sangat berubah karena
11
kecepatan pembentukan sekresi primer oleh sel asini dapat meningkat
sebesar 20 kali lipat. Sekresi asinar ini kemudian akan mengalir melalui
duktus begitu cepatnya sehingga penyesuaian (recnnditioning) sekresi
duktus diperkirakan menurun. Oleh karena itu, bila saliva sedang
disekresi dalam jumlah sangat banyak, konsentrasi natrium klorida kurang
lebih hanya berkisar setengah sampai dua pertiga konsentrasi dalam
plasma, dan konsentrasi kalium meningkat hanya empat kali konsentrasi
dalam plasma.(Hall, 2011)
12
5. TABUNG 1 : Hasil uji iodine untuk mengetahui kandungan pati, optimal kalau
berubah menjadi biru tua, biru tua berarti suhu memengaruhi kerja dari suatu
enzim keoptimalan enzim dimana suhunya 80 maka kerja optimal,
Missal suhu 10 ga optimal karna terlalu dingin sedangkan 80 terlalu tinggi
sedangkan malah enzimnya rusak
Biru tua menandakan bahwa zat tersebut mampu menghidrolisis pati secara
optimal
Saliva enzim amilase bekerja Suhu optimalnya 37 dengan warna kuning
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Dalam pembuatan laporan ini saya yakin masih terdapat banyak kekurangan. Saya akan
memperbaiki dengan berpedoman pada banyak sumber. Kritik maupun saran sangat
diperlukan guna untuk membangun pembuatan laporan selanjutnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Hall, J. E. (2011) GUYTON AND HALL. 12 ed. Diedit oleh Groliow Rebecca. filadelfia:
SAUNDERS ELSEVIER.
Kasuma, N. (2015) “Fisiologi dan Patologi Saliva,” Andalas University Press, hal. 54.
Tersedia pada: http://repo.unand.ac.id/3650/1/01.Buku-Fisiologi-dan-Patologi-Saliva.pdf.
Latifa, A. (2015) “Digital Repository Universitas Jember,” hal. 27. Tersedia pada:
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/65672/Ainul Latifah-
101810401034.pdf?sequence=1.
MARDIYANA, S. D. (1390) “SEKRESI ION CALSIUM DALAM SALIVA,” hal. ;8 شماره
117-99 ص.
Abrams SA, Atkinson SA. "Calsium, Magnesium, Phosporous, and Vitamin D Fortifcation of
Comlementary Foods." Journal of Nutrition 13(9) (2003): 994-9.
Lesson, Paparo. Buku Ajar Histology FKU dari textbook of Histology. Jakarta: EGC, 1996.
15