Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA MAKANAN DAN MINUMAN

ANALISIS KADAR AIR DAN KADAR ABU PADA BAHAN PANGAN


DAN MAKANAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
Firman O.Mohune : 2320201008
Virda Afrilia : 2320201074
Amalia Nur Gita Ibrahim : 2320201007
Armita Abdullah : 2320201017
Dwi Melani Yangka : 2320201003
Arini Anggriani Messe : 2320201028

PROGRAM STUDY DIII ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDIRI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, segala puji hanya milik
Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini, salam serta salawat senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW juga kepada umat beliau yang tetap isqamah di jalan
Allah SWT dalam mengarungi bahterta kehidupuan dan melaksanakan tugas
kemanusiaan ini hingga hari akhir.
Laporan ini berjudul “Analisi Kadar Air dan Kadar Abu Pada Bahan
Pangan dan Makanan” kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun,
senantiasa kami harapkan dari semua pihak sebagai bahan masukan dalam
penyusunan laporan selanjutnya.

Gorontalo, Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan Praktikum.......................................................................................2
C. Manfaat Praktikum.....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
A. Bahan Pangan............................................................................................3
B. Air..............................................................................................................4
C. Kadar Air....................................................................................................5
D. Abu.............................................................................................................6
BAB III METODE PRAKTIKUM.......................................................................8
A. Waktu Pelaksanaan Praktikum..................................................................8
B. Alat dan Bahan...........................................................................................8
C. Prosedur Kerja............................................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................10
A. Hasil.........................................................................................................10
B. Perhitungan..............................................................................................10
C. Pembahasan..............................................................................................11
BAB V PENUTUP................................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................14
B. Saran.........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia memiliki tingkat konsumsi (makanan ringan) yang
tinggi. Makanan yang dimakan harus memenuhi nilai gizi dan aman, yaitu
apabila menggunakan bahan tambahan pangan yang food grade harus sesuai
dengan SNI 2886:2015 dengan konsentrasi yang ditentukan sehingga tidak
membahayakan kesehatan tubuh. Menurut data BPS, pada tahun 2002, tingkat
konsumsi makanan ringan di Indonesia hanya 9.70%, dan pada tahun 2012
tingkat konsumsi mengalami peningkatan mencapai 11.65%. berdasarkan UU
No.18 tahun 2002 tentang pangan, perlu upaya untuk mencegah pangan dari
bahan kimia sehingga aman untuk dikonsumsi. Oleh karena itu perlu
dilakukannya pengolahan mengenai makanan cemilan sehat yang tidak
mengandung bahan-bahan yang membahayakan kesehatan jika dikonsumsi
oleh manusia (Lukito dkk, 2017).
Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia sebagai sumber zat gizi yang
penting bagi tubuh. Berbagai zat gizi di dalam bahan pangan dapat
dikelompokkan ke dalam golongan makronutrien seperti karbohidrat, protein
dan lemak; serta golongan mikronutrien seperti vitamin, mineral dan senyawa
lain. Pengolahan pangan bertujuan agar bahan mentah menjadi produk yang
lebih disukai konsumen dan memiliki ketahanan simpan yang lama ((Feringo,
2019).
Analisis kadar air dalam bahan pangan sangat penting dilakukan baik pada
bahan pangan kering maupun pada bahan pangan segar. Pada bahan pangan
kering, kadar air sering dihubungkan dengan indeks kestabilan khususnya saat
penyimpanan. Bahan pangan kering menjadi awet karena kadar airnya
dikurangi sampai batas tertentu. Pada pangan segar, kadar air bahan pangan
erat hubunganya dengan mutu organoleptiknya (Maks. 4%). Selain
mengandung bahan organik dan air, bahan pangan juga mengandung senyawa
anorganik yakni mineral atau abu. Walaupun jumlahnya sangat sedikit, namun
keberadaan mineral pada bahan pangan sangat dibutuhkan oleh tubuh menusia.
Di dalam tubuh, mineral berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur.
Mineral tertentu Universitas Sumatera Utara 3 dibutuhkan sebagai penyusun
tulang gigi dan jaringan lunak, otot, darah dan sel syaraf, dan sebagiannya
dibutuhkan dalam metabolisme tubuh (Feringo, 2019).
Abu total didefinisikan sebagai residu yang dihasilkan pada proses
pembakaran bahan organik pada suhu 550°C berupa senyawa anorganik dalam
bentuk oksida, garam dan juga mineral. Abu total yang terkandung dalam
produk pangan sangat dibatasi jumlahnya, kandungan abu total bersifat kritis
(Menurut SNI syaratnya maks. 0.1%). Kandungan abu total yang tinggi dalam
bahan dan produk pangan menunjukkan terdapat potensi tingginya kandungan
unsur-unsur logam dalam bahan atau produk pangan. Kandungan abu yang tak
larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran
yang lain. Analisis abu dan mineral dapat mengetahui kualitas gizi suatu bahan
pangan, selain itu juga dapat mengetahui tingkat kemurnian produk; adanya
pemalsuan pada produk selai, sari buah dan cuka; tingkat keberhasilan suatu
bahan; dan terjadinya kontaminasi mineral yang bersifat toksis(Feringo, 2019).
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini agar mahasiswa bisa mengetahui
bagaimana penetapan kadar air dan kadar abu pada bahan pangan dan
makanan.
C. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini agar mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana penetapan kadar air dan kadar abu pada bahan pangan dan
makanan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Bahan Pangan
Bahan pangan pada umumnya tidak dikonsumsi dalam bentuk seperti
bahan mentahnya, tetapi sebagian besar diolah menjadi berbagai bentuk dan
jenis pangan lain. Selain untuk menambah ragam pangan, pengolahan pangan
juga bertujuan untuk memperpanjang masa simpan bahan pangan tersebut.
Penangan bahan pangan yang tidak benar dapat mengakibatkan kerusakan yang
cukup tinggi. Sejak saat bahan pangan dipanen, dikumpulkan, ditangkap atau
disembelih, bahan tersebut akan mengalami kerusakan. Kerusakan ini akan
berlangsung sangat lambat atau sangat cepat tergantung dari macam bahan
pangan. Semua makluk hidup memerlukan makanan untuk pertumbuhan dan
mempertahankan kehidupannya. Bakteri, khamir dan kapang, insekta dan
rodentia (binatang pengerat) selalu berkompetisi dengan manusia untuk
mengkonsumsi persediaan pangannya. Senyawa organicyang sangat sensitif
dalam bahan pangan, dan keseimbangan biokimia dari senyawa tersebut, akan
mengalami destruksi oleh hampir semua variabel lingkungan di alam. Panas
dan dingin, cahaya, oksigen, kelembaban, kekeringan, waktu, dan kandungan
enzim dalam bahan pangan itu sendiri, semua cenderung merusakkan bahan
pangan (Sucipta, 2016).
Pada umumnya bahan makanan tersusun oleh tiga pokok komponen yaitu
karbohidrat, protein dan lemak serta turunannya, sedangkan sisanya yang
hanya sebagian kecil terdiri dari bermacam-macam zat organic yaitu vitamin,
enzim, zat penyebab asam, oksidan, antioksidan dan pigmen dan zat penyebab
rasa dan bau (falvor) serta air. Dalam setiap bahan makanan komponen tersebut
sangat bervariasi jumlahnya sehingga akan membentuk struktur, tekstur, rasa,
bau, warna serta kandungan gizi yang berlainan pula (Nugraheni, 2018).
Dalam proses pengolahan pangan dengan proses ekstrusi, bahan baku
harus dalam bentuk bulir, grit dan /atau bubuk atau tepung dan kondisi kering.
Grit adalah butiran kecil dengan ukuran lebih besar dari tepung tetapi masih
lebih kecil dari ukuran butiran aslinya. Ukuran butiran yang besar akan
menyulitkan proses perpindahan panas dan perpindahan massa di dalam bahan
yang diolah. Bahan baku pangan yang dapat menghasilkan sifat plastik akan
terdesak masuk ke dalam proses pemasakan ekstrusi melalui sebuah lubang
“die‟ yang, menyebabkan suhu dan tekanan menurun sepanjang die dan
menghasilkan perubahan sifat bahan dengan cepat. Salah satu karakteristik
utama produk makanan ringan ekstrudat adalah mikrostruktur tekstur yang
dapat diketahui dari kekerasan dan kerenyahan melalui penguji fisik secara
mekanis dan sensori (Amanto, dkk, 2018)
Pada umumnya, produk makanan ringan ekstrudat mengandung pati yang
tinggi dari jagung, beras, gandum dan sumber pati lainnya. Pati beras lebih
banyak digunakan dalam proses ekstrusi karena kandungan air rendah,
berwarna putih, rasa netral dan mudah dicerna dan memiliki karakteristik
ukuran granula pati kecil sesuai dengan proses ekstrusi. Selain pati beras,
bahan baku pati jagung dapat menghasilkan produk ekstrudat yang mudah
mengembang dan menghasilkan tekstur yang renyah dengan flavor rasa jagung
yang khas. Namun demikian, pati jagung dan beras memiliki kandungan nilai
gizi protein yang rendah, sehingga perlu dilakukan usaha diversifikasi produk
makanan ringan ekstrudat untuk meningkatkan kandungan protein. Makanan
ringan ekstrudat dapat ditingkatkan kandungan gizi proteinnya dari sumber
protein nabati seperti protein kedele dan protein hewani seperti tepung udang
(Amanto, dkk, 2018).
B. Air
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Hampir semua kegiatan yang
dilakukan manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri,
membersihkan ruangan tempat tinggalnya, menyiapkan makanan dan minuman
sampai dengan aktivitaslainnya. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta
makhluk hidup lainnya. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus
dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi
sekarang maupun generasi mendatang (Amsyari, 2016).

4
Air merupakanzat yang sangat dibutuhkan disetiap sektor industri
termasuk pemanfaatan untuk kebutuhan energi dan pemanasan. Kebutuhan
energi dan pemanasan di industri umumnya dipenuhi dengan cara
memanfaatkan uap yang dihasilkan pada sebuah ketel uap. (Linsley,2015)
Air merupakan komponen penting dalam pangan. Air dalam pangan
berperan dalam mempengaruhi tingkat kesegaran, stabilitas, keawetan dan
kemudahan terjadinya reaksi-reaksi kimia, aktivitas enzim dan pertumbuahan
mikroba. Kadar air merupakan parameter mutu yang sangat penting bagi suatu
produk makanan ringan karena kadar air dapat menyebabkan terjadinya reaksi-
reaksi yang dapatmenurunkan mutu suatu bahan, sehingga sebagian air harus
dikeluarkan dari bahan makanan. Semakin rendah kadar air suatu produk maka
semakin lama daya tahan simpan suatu produk(Feringo, 2019).
Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan
makanan terhadap serangan mikroba. Berdasarkanerajat keterikatan air, air
terikat dapat dibagi atas empat tipe. Tipe I adalah air yang terikat kuat. Tipe II
yaitu molekulmolekul air membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air lain,
terdapat dalam mikrokapiler. Air jenis ini lebih sukar dihilangkan dan
penghilangan air tipe II akan Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VIII, No.
2, Agustus 2015 112 mengakibatkan penurunan aw. Tipe III adalah air bebas.
Tipe IV adalah air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air murni
(Feringo, 2019).
C. Kadar Air
Kadar air adalah salah satu metode uji laboratorium kimia yang sangat
penting dalam industri pangan untuk menentukan kualitas dan ketahanan
pangan terhadap kerusakan yang mungkin terjadi.Semakin tinggi kadar air
suatu bahan pangan, akan semakin besar kemungkinan kerusakannya baik
sebagai akibat aktivitas biologis internal (metabolisme) maupun masuknya
mikroba perusak. Pengurangan kadar air bahan pangan akan berakibat
berkurangnya ketersediaan air untuk menunjang kehidupan mikroorganisme
dan juga untuk berlangsungnya reaksi-reaksi fisikokimiawi. Dengan demikian
baik pertumbuhan mikroorganisme maupun reaksi fisikokimiawi keduanya

5
akan terhambat, bahan pangan akan dapat bertahan lebih lama dari kerusakan.
Pengaturan kadar air merupakan salah satu basis dan kunci terpenting dalam
teknologi pangan (Daud, dkk, 2020).
Pengukuran kadar air dalam bahan pangan dapat ditentukan dengan
beberapa metode, yaitu: dengan metode pengeringan(thermogravimeri),
metode destilasi (thermovolumetri), metode fisis dan metode kimiawi (Karl
Fischer Method). Dari keseluruhan metode-metode yang dapat digunakan
untuk penentuan kadar air bahan pangan, pada umumnya penentuan kadar air
bahan pangan dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven suhu 105-
1100C selama 3 jam atau sampai diperoleh berat konstan. Metode ini dikenal
dengan metode pengeringan atau metode thermogravimetri yang mengacu pada
SNI 01-2891-1992 (AOAC, 2017).
Selain pemilihan metode penentuan kadar air yang tepat, jaminan mutu
hasil pemeriksaan atau analisa laboratorium juga sangat diperlukan untuk
menentukan kualitas bahan pangan yang tepat. Akurasi data hasil analisa
adalah hal penting yang menjadi perhatian dalamjaminan mutu hasil
pemeriksaan laboratorium. Akurasi menunjukkan kedekatan nilai hasil
pengukuran dengan nilaisebenarnya (gold standard). Untuk menentukan tingkat
akurasi perlu diketahuinilai sebenarnya dari parameter yang diukur, kemudian
dapat diketahui seberapa besartingkat akurasinya. Pada dasarnyaakurasi suatu
data dapat ditentukan dengancara menghitung penyimpangan data yang
diperoleh dari data yang seharusnya didapat (Daud, dkk, 2020).
D. Abu
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan pangan.
Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara
pengabuannya. Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari
bahan organik dan air. Sisanya merupakan bahan anorganik berupa mineral
yang disebut dengan abu. Pembakaran yang dilakukan pada suhu 600°C akan
merusak senyawa organik dan meningggalkan mineral pada sampel yang diuji
kadar abunya, namun jika pembakaran dilakukan pada suhu lebih dari 600°C

6
akan menghilangkan nitrogen dan natrium klorida pada bahan yang
dianalisis(Feringo, 2019).
Analisis kadar abu pada bahan makanan bertujuan untuk mengetahui
kandungan mineral yang ada pada bahan yang diuji, menentukan baik tidaknya
suatu proses pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, Universitas
Sumatera Utara 10 memperkirakan kandungan bahan utama yang digunakan
dalam pembuatan suatu produk, kadar abu juga digunakan sebagai parameter
nilai gizi bahan makanan (Feringo, 2019).

7
BAB III
METODE KERJA

A. Waktu Dan Tempat


Praktikum tentang “Analisis Kadar Air Dan Kadar Abu Pada Bahan
Pangan Dan Makanan” dilaksanakan di Labolatorium Kimia Universitas Bina
Mandiri Gorontalo pada hari Kamis, tanggal 19 maret 2022 pukul 10:00 WITA
sampai dengan selesai.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
a. Cawan berpenutup 1 buah
b. Oven 1 buah
c. Desikator 1 buah
d. Neraca analitik 1 buah
e. Kaca arloji 1 buah
f. Lumpang dan alu 1 buah
g. Spatula 1 buah
h. Tanur 1 buah
i. Gegep besi 1 buah
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
a. Mie instant 3 gram
b. Mie instant 10 gram
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja penentuan kadar air
1. Mengatur oven dengan suhu 100-105℃
2. Memasukkan cawan berpenutup kedalam oven selama 15 menit
3. Menghaluskan mie dengan lumpang dan alu
4. Mendinginkan cawan pada desikator selama 15 menit, kemudian timbang
cawan pada neraca analitik dan catat hasilnya
5. Menimbang 3 gram sampel mie instant yang sudah dihaluskan pada neraca
analitik kemudian dimasukan kedalam cawan berpenutup
6. Memasukan cawan penutup yang sudah berisi sampel pada oven selama 1
jam
7. Kemudian masukan kedalam desikator hingga dingin, lalu timbang dan catat
hasilnya
8. Menghitung kadar air pada sampel mie dengan memasukan hasil
penimbangan pada rumus kadar air
Prosedur kerja penentuan kadar abu
1. Memasukan cawan berpenutup kedalam oven selama 15 menit pada suhu
100-105℃
2. Memasukan cawan berpenutup kedalam desikator selama 15 menit,
kemudian menimbang cawan dan catat hasilnya
3. Menghaluskan sampel mie, kemudian ditimbang sebanyak 10 gram,
kemudian sampel tersebut dimasukan kedalam cawan berpenutup
4. Masukan cawan penutup kedalam tanur pada suhu 420-555℃ selama 6 jam
5. Lalu dinginkan hingga suhu 250℃ kemudian keluarkan dan masukan
kedalam desikator hingga dingin.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel A. Hasil Praktikum
No Gambar Keterangan
1
Tidak terjadi perubahan fisik pada
sampel mie instant sebelum dan sesudah
pengeringan

2
Terjadi perubahan pada sampel dari segi
teksturnya dan warna. Dari segi
teksturnya dapat dilihat dari awalnya
bubuk lalu setelah dilakukan pengabuan
menggunakan tanur berubah menjadi
abu. Lalu dilihat dari segi warna sebelum
dilakukkan pengabuan sampel berwarna
kuning pucat sedangkan setelah
dilakukan pengabuan sampel berubah
menjadi warna hitam.

B. Perhitungan
1. Analisis Kadar Air
Dik : a = 64,04 g
b=3g
c = 66,88 g
Dit : % Kadar Air ?
Peny : % Kadar Air = b – (c-a) x 100%
(c-a)
= 3 – (66,88 – 64,04) x 100%
(66,88 – 64,04)
= 3 - (2,86) x 100%
2,86
= 0,14 x 100%
2,86
= 0,05%
Jadi, kadar air pada sampel jagung sebanyak 3 gram yaitu,0,05%
2. Analisis Kadar Abu
Dik : W2 = 69,57 g
W1 = 75,32 g
W0 = 65,32 g
Dit : % Kadar Abu ?
Peny :% Kadar Abu = W2- W0 x 100%
W1 – W0
= 69,57 – 65,32 x 100%
75,32 – 65,32
= 4,25 x 100%
10
= 0, 425 x 100%
= 0, 425 %
C. Pembahasan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah mie instan 3 gram
untuk penentuan kadar air dan mie instan 10 gram untuk penentuan kadar abu.
Menurut Sudarmaji Mie adalah produk pangan yang terbuat dari terigu dengan
atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang

11
diizinkan, berbentuk khas mie. Sekitar empat puluh persen konsumsi gandum
di Asia adalah mie. Dimana komposisi dari mie instan diantaranya adalah
Tepung tapioca, Minyak sayur, Tepung Terigu, Garam, Pemantap, Pengatur
keasaman, Mineral (Zat besi), Pewarna (tartrazine Cl19140), Antioksidan
(TBHQ).

Kadar air sangat berpengaruh terhadap mutu dari sebuah produk pangan,
kadar air memiliki hubungan dengan umur simpan produk pangan. Kadar air
ialah jumlah air yang terkandung dalam suatu produk pangan. Pada penelitian
ini metode yang digunakan untuk menguji kadar air dalam produk arbanat
basah yakni metode AOAC (1995). Hasil analisa kadar air pada penelitian ini
memliki kisaran 3,05-9, 03%. Dalam SNI 3547.2-2008 syarat mutu kembang
gula lunak bukan jelly mengandung kadar air maksimal 7,5%, berdasarkanhasil
analisa kadar air arbanat basah belum memenuhi syarat mutu SNI. Kadar air
terbesar ada pada F3 dan kadar air terendah ada pada F1 hal ini disebabkan
karena bahan yang digunakan pada penelitian ini ialah sorbitol dimana
sorbitolmerupakan gula alkohol yang bersifat higroskopis dan mampu
mengikat air bebas, sorbitol memiliki struktur kimia yang terdiri dari tiga atau
lebih kelompok hidroksil yang berfungsi mengikat air bebas dan membentuk
ikatan hidrogen dengan air maka semakin tinggi penambahan sorbitol maka
semakin banyak air bebas yang terikat (Aini et al, 2016).

Kadar abu merupakan parameter yang menunjukan nilai kandungan


anorganik (mineral) yang ada didalam bahan pada produk. Kadar abu adalah
zat sisa hasil pembakaran dari bahan organik dan berhubungan dengan
kandugan mineral dari suatu bahan, mineral suatu bahan merupakan garam
organik contohnya malat, oksalat, pektat dan asetat serta garam anorganik
contohnya fosfat, karbonat, klorida nitrat dan sulfat. Kadar abu memiliki
hubungan dengan kadar air dimana kadar air berbanding terbalik dengan kadar
abu. Dalam SNI 3547.2-2008 syarat mutu kadar abu pada kembang gula lunak
bukan jelly maksimal ialah 2%. Kadar abu pada kontrol, F1, F2 dan F3
memiliki nilai berkisar 0,54-0,16% sesuai dengan SNI. Kadar abu tertinggi ada

12
pada kontrol yakni sampel semakin banyak konsentrasi sukrosa pada sebuah
produk maka semakin tinggi mineral yang dikandung, mineral yang dikandung
oleh gula yakni kalsium dan fosfor (Pratiwi et al, behind 2019).

13
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai amnalisa Kadar Air dan
Kadar Abu kesimpulan yang diperoleh ialah sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil analisa kadar air arbanat basah belum memenuhi syarat
mutu SNI. Kadar air terbesar ada pada F3 dan kadar air terendah ada pada F1
hal ini disebabkan karena bahan yang digunakan pada penelitian ini ialah
sorbitol dimana sorbitolmerupakan gula alkohol yang bersifat higroskopis dan
mampu mengikat air bebas.
2. Kadar abu memiliki hubungan dengan kadar air dimana kadar air berbanding
terbalik dengan kadar abu. Dalam SNI 3547.2-2008 syarat mutu kadar abu
pada kembang gula lunak bukan jelly maksimal ialah 2%. Kadar abu pada
kontrol, F1, F2 dan F3 memiliki nilai berkisar 0,54-0,16% sesuai dengan SNI

B. Saran
Saran yang dapat disampaikan ialah perlu melakukan ketelitian dalam
praktikum selama proses praktikum berlangsung agar hasil akhir dari praktikum
sesuai dengan yang dilakukan. Contohnya pada praktikum pembuatan Kadar Air
15
DAFTAR PUSTAKA

Amanto, Siswanti, Atmaja. 2016. Kinetika Pengeringan Temu Giring


Menggunakan Cabinet Dryer Dengan Perlakuan Pendahuluan Blanching.
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian. Vol. VIII, No 2. Universitas Sebelas
Maret Surakarta.

Amsyari, f. 2016. Membangun Lingkungan Sehat Menyambut Lima Puluh Tahun


Indonesia Merdeka. Surabaya: Airlangga University Press

Association of Official Analytical Chemistry. 2017. Official Method of


Analysis.Association of Official Analytical Chemistry 19th Edition.
Gaithersburg (US):AOAC.

Daud, A, Suriati, Nuzulyanti. 2020. Kajian Penerapan Faktor yang Mempengaruhi


Akurasi Penentuan Kadar Air Metode Thermogravimetri. Jurnal. Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep.

Feringo, Tri. 2019. Analisis Kadar Air, Kadar Abu, Kadar Abu Tak Larut Asam
dan Kadar Lemak Pada Makanan Ringan di Balai Riset dan Standardisasi
Industri Medan. Skripsi. Universitas Sumatra Utara.

Linsley R. K. 2015. Teknik Sumber Daya Air. Edisi III. Jilid II. Erlangga.Jakarta

Lukito, M.S., Guyarto., Jayus. (2017). Sifat Fisik, Kimia, dan Organoleptik
DodolHasil Variasi Rasio Tomat dan Tepung Rumput Laut. Jurnal
Agroteknologi. Vol. 11 No.01. Universitas Jember: Jawa Timur

Nugraheni, Mutiara. 2018. Bahan Ajar Pengetahuan Bahan Pangan. Universitas


Yogyakarta

Sucipta, Nyoman. 2016. Pengetahuan Bahan Pangan. Universitas Udayana.


LAMPIRAN
A. Penetapan Kadar Air

Proses pemanasan cawan Proses pendinginan cawan


selama 15 menit selama 15 menit

Menimbang cawan kosong Menimbang sampel

Memasukan sampel kedalam Proses pemanasan kembali


cawan berpenutup selama 1 jam
Proses pendinginan cawan Hasil penimbangan akhir
B. Penetapan Kadar Abu

Proses pemanasan cawan Proses pendinginan cawan


selama 15 menit selama 15 menit

Menimbang cawan kosong Proses memasukan cawan


kedalam tanur
Proses pendinginan Hasil penimbangan akhir

Anda mungkin juga menyukai