Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kita begitu banyak Nikmat dan Rahmat-Nya, sehingga dengan
nikmatnya itu penulis bisa menyelesaikan Laporan ini yang berjudul”
Mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di puskesmas kota tengah Gorontalo”.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Rasullulah SAW,
yang telah menuntun kita pada jalan kebenaran dan semoga kita selalu menjadi
pengikutnya hingga akhir zaman, Amin.
Laporan ini berisikan tentag Mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di
puskesmas kota tengah Gorontalo. Kami berharap laporan ini dapat berguna untuk
menambah pemahaman bagi penyusun ataupun pembacanya. Kami sebagai Penyusun
menyadari bahwa laporan yang kami buat ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Akhir harapan dari kami agar laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.

Gorontalo, Juni 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar belakang...................................................................................................1
B. Tujuan praktikum..............................................................................................1
C. Manfaat.............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3
A. Pengertian Nasofatingitis akut..........................................................................3
B. Penyebab Nasofaringitis akut (Common could)................................................4
C. Tanda dan gejala penyakit Nasofaringitis akut.................................................4
D. Pencegahan Nasofaringitis akut........................................................................5
E. Etiologi Nasofaringitis akut..............................................................................5
F. Patofisiologi Nasofaringitis akut.......................................................................6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................8
A. Hasil..................................................................................................................8
B. Pembahasan.....................................................................................................15
BAB V PENUTUP.......................................................................................................19
A. Kesimpulan.....................................................................................................19
B. Saran................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20
LAMPIRAN.................................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan adalah hak setiap orang, baik individu, kelompok, maupun
masyarakat, sehingga kesehatan merupakan aset yang harus dijaga, dilindungi,
bahkan harus ditingkatkan. Semua orang baik secara individu, kelompok, maupun
masyarakat di mana sajadan kapan saja, mempunyai hak untuk hidup sehat atau
memperoleh perlindungan kesehatan. Sebaliknya, setiap orang baik individu,
kelompok, maupun masyarakat, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk
melindungi kesehatan dan menjaga kesehatan dirinya sendiri dari segala ancaman
penyakit dan masalah kesehatan yang lain (Notoatmodjo, 2014).
Puskesmas merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan yang disediakan
pemerintah untuk menanggulangi penyakit. Dalam setiap bulan puskesmas
memperoleh data 10 penyakit teratas yang menjadi masalah kesehatan yang ada di
daerah tersebut seperti di puskemas kote tengah Gorontalo.
Puskesmas kota tengah Gorontalo terdiri dari 6 kelurahan yaitu kelurahan
wumialo, dulalowo timur, dulalowo, liluwo, pulubala dan keluran paguyaman.
Dalam jangka waktu dari tahun 2020-2022 puskesmas tersebut memperoleh data
10 penyakit teratas diantaranya common cold/nasofaringitis akut, essential
(primary) hypertension, dyspepsia, diabetes melitus, dermatitis kontak allergi,
myalgia, hyperlipidaemia, TB paru, ISPA dan Influenza.
Dan masalah yang paling banyak ditangan puskesmas kota tengah Gorontalo
dari tahun 2020-2022 adalah common cold/nasofaringitis akut yang berjumlah
2.248 kasus. Sedangkan berdasarkan data WHO tahun 2018 mengenai insiden
penyakit nasofaring indonesia memiliki pravelensi yang tinggi dengan jumlah
kasus pada pria 1,7/100.000 penduduk dan pada wanita, 0,7/100.000 penduduk.
B. Tujuan praktikum
Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di
puskesmas kota tengah Gorontalo.

1
C. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat ditarik dari laporan ini adalah agar mahasiswa dapat
mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di puskesmas kota tengah Gorontalo

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Nasofatingitis akut
Nasofaringitis akut (common cold) batuk pilek atau salesma adalah infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling sering diderita masyarakat. Hidung
berair/pilek (rhinorrhoea), hidung tersumbat, sakit tenggorokan dan sakit kepala
merupakan gejala khas dari batuk pilek atau common cold yang sudah diketahui
oleh masyarakat umum. Demam ringan, otot terasa sakit, badan lemah (fatigue)
juga merupakan gejala awal dari common cold. Rata-rata gejala flu atau common
cold berlangsung antara 7 sampai 10 hari sebelum penderita benar-benar sembuh
(Bagaskara, 2020).
Penyakit Common cold merupakan penyakit yang penyebabnya timbul karena
adanya virus dan faktor pendukung lainnya. Tingkat kejadian penyakit ini dari
tahun ketahun terjadi peningkatan. Common Cold merupakaninfeksi primer yang
terdapat di nasofaring dan hidung yang sering mengeluarkan cairan, penyakit ini
lebih banyakdijumpai pada bayi dan anak.Istilah nasofaring akut ditujukan untuk
anak serta common cold untuk orang dewasa,karena manifestasi klinis penyakit ini
terdapat pada orang dewasa dan anak berlainan. Kemudian pada anak infeksi lebih
luas, mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah disamping nasofaring, dan
disertai demam yang tinggi. Sedangkan pada orang dewasa infeksiinimencakup
daerah terbatas dan biasanya tidak disertai dengan demam yang tinggi (Bagaskara,
2020). .
Tingginya kasus ISPA (common cold) dipengaruhi banyak faktor, salah
satunya adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang bisa menjadi penyebab
kejadian ISPA antara lain kondisi fisik rumah, penghuni rumah terlalu padat,
polusi udara seperti asap rokok, asap pembakaran dari rumah tangga, pembakaran
sampah yang sembarangan, gas buangan sarana transportasi, gas buangan dari
industri,kebakaran hutan dan masih banyak lagi (Bagaskara, 2020).
.

3
B. Penyebab Nasofaringitis akut (Common could)
Nasofaringitis Akut (common cold) dapat disebabkan karena bakteri dan virus
seperti corona virus dan rhinovirus, adenovirus, coxsackieviruses, myxovirus dan
paramyxovirus, Human respiratory syncytial virus, atau lebih dikenal dengan
virus influenza. Meskipun masih banyak virus baru yang terus diidentifikasi (Eka
Riza Maula, 2016).
Penyakit ISPA pada anak-anak terbilang cukup sering ditemukan.Penyebab
ISPA pada anak ini sering menyerang sistem kekebalan tubuh mereka yang cukup
lemah. ISPA merupakan kondisi yang tidak begitu berbahaya, tetapijika tidak
diobati dapat menyebabkan komplikasi. Penyakit ISPA adalah kondisi yang
umumnya disebabkan karena serangan langsung ke saluran pernapasan bagian
atas melalui mata, mulut dan hidung. Penyebab ISPA adalah virus atau bakteri.
Virus utama penyebab ISPA adalah rhinovirus dan corona virus. Virus lain yang
juga menjadi penyebab ISPA adalah virus parainfluenza, respiratory syncytial
virus, dan adenovirus (Najmah, 2016).
C. Tanda dan gejala penyakit Nasofaringitis akut
Menurut Eka Riza Maula (2016), Gejala pada umumnya terlihat sekitar 1-3
hari setelah penularan dari batuk yang mengandung virus. Tanda dan gejala

meliputi :

a. Hidung berair dan tersumbat


b. Sakit tenggorokan
c. Batuk
d. Sakit kepala ringan
e. Bersin-bersin
f. Sakit kepala ringan
g. Mata berair
h. Sedikit demam atau kadang tidak ada
i. Merasa sedikit lelah

4
D. Pencegahan Nasofaringitis akut
Suplementasi Vitamin C dapat dijadikan sebagai pencegahan dan
penyembuhan infeksi saluran pernapasan seperti common cold. Untuk pencegahan
dari penyakit maupun infeksi, dibutuhkan Vitamin C paling tidak 100-200
mg/hari. Namun untuk pengobatan, dibutuhkan dosis yang lebih tinggi untuk
mengkompensasi peningkatan respon inflamasi. Vitamin C pada common cold
dapat dikonsumsi untuk tujuan mencegah maupun mengobati, karena Vitamin C
merupakan antioksidan yang sangat baik, yang dapat menangkal radikal bebas
endogen maupun eksogen, dan merupakan kofaktor dari berbagai biosintetik dan
gen enzim-enzim regulasi (Carr & Maggini, 2017).
Untuk mencegah penularan ISPA, dapat dilakukan hal-hal seperti
membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabunatau hand sanitizer
terutamasetelah kontak dengan penderita ISPA. Ajarkan pada anak untuk rajin
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan untuk mencegah ISPA dan penyakit
infeksi lainnya, serta melakukan imunisasi pada anak. Imunisasi yang bisa
mencegah ISPA yaituimunisasi influenza, imunisasi DPT-Hib /DaPT-Hib, dan
imunisasi PCV (Sofie & Erika, 2013).
E. Etiologi Nasofaringitis akut
Beberapa virus telah teridentifikasi penyebab rinitis atau lebih sering dikenal
sebagai common cold. Rhinovirus, RSV, virus influenza, virus Parainfluenza, dan
Adenovirus merupakan penyebab rinitis tersering pada anak usia prasekolah.
Presentase virus-virus ini sebagai penyebab rinitis bervariasi antara penelitian
yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan waktu
dilakukannya penelitian, metode pengambilan sampel pemeriksaan serta usia
subyek penelitian. Meskipun begitu,Rhinovirus merupakan penyebab rinitis yang
sering terjadi pada semua usia, apapun metode pemeriksaannya. Rhinovirus

5
memiliki lebih dari 100 serotipe yang merupakan penyebab 30–50% rinitis per
tahun, dan dapat mencapai 80% selama musim semi (Daroham,2016).

Meskipun jarang, Common cold bisa juga disebabkan oleh Enterovirus (Echovirus
dan Coxsackievirus), Corona virus. Corona virus ditemukan pada 7–18% orang
dewasa dengan infeksi saluran pernapasan-atas. Human metapneumovirus, virus
yang relatif baru ditemukan, selain diketahui dapat menyebabkan pneumonia dan
bronkiolitis, dapat juga menyebabkan infeksi saluran pernapasan-atas ringan Pada
sekitar 5% pasien dengan common cold ditemukan dua atau lebih virus pada saat
yang bersamaan; sedangkan 20–30% common cold tidak diketahui penyebabnya
(Daroham, 2016).
F. Patofisiologi Nasofaringitis akut
Penularan common cold bisa terjadi melalui inhalasi aerosol yang mengandung
partikel kecil, deposisi droplet pada mukosa hidung atau konjungtiva, atau melalui
kontak tangan dengan sekret yang mengandung virus yang berasal dari
penyandang atau dari lingkungannya, cara penularannya antara virus yang satu
berbeda dengan yang lainnya (Daroham, 2016).
Patogenesis common cold sama dengan patogenesis infeksi virus pada
umumnya, yaitu melibatkan interakasi antara replikasi virus dan respon inflamasi
penjamu. Meskipun demikian, patogenesis virus-virus saluran respiratori dapat
sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya karena perbedaan lokasi primer
tempat replikasi virus. Replikasi virus influenza terjadi di epitel trakeobronkial,
sedangkan rhinovirus terutama di epitel nasofaring (Daroham,2016).
Pemahaman patogenesis common cold terutama didapat dari penelitian
sukarelawan yang diinfeksi dengan Rhinovirus. Infeksi dimulai dengan deposit
virus di mukosa hidung-anterior atau di mata. Dari mata, virus menuju hidung
melalui duktus lakrimalis, lalu berpindah ke nasofaring posterior akibat gerakan
mukosiler. Di daerah adenoid, virus memasuki sel epitel dengan cara berikatan
dengan reseptor spesifik di epitel. Sekitar 90% Rhinovirus menggunakan

6
intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1) sebagai reseptornya (Daroham,
2016).

Setelah berada di dalam selepitel, virul bereplikasi dengan cepat. Hasil


replikasi virus tersebut dapat dideteksi 8-10 jam setelah inokulasi virus intransal.
Dosis yang dibutukan untuk terjadinya infeksi Rhinovirus adalah kecil, dan lebih
dari 95% sukarelawan tanpa antibodi spesifik terhadap serotope virus akan
terinfeksi setelah inokulasi intranasal. Meskipundemikian, tidak semua infeksi
menyebabkan timbulnya gejala klinis. Gejala common cold hanya terjadi pada
75% orang yang terinfeksi (Daroham, 2016).
Infeksi virus pada mukosa hidung dapat menyebabkan vasodilatasi serta
peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga menimbulkan gejala klinis hidung
tersumbat dan sekret hidung yang merupakan ejala utama common cold. Stimulasi
kolinergik dapat menyebabkan peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan bersin.
Mekanisme yang pasti tentang bagaimana virus menyebabkan perubahan di
mukosa hidung belum diketahui dengan pasti. Dilaporkan bahwa gejala timbul
bersamaan dengan influks sel-sel polimorfonuklear (PMN) ke dalam mukosa dan
selepitel hidung (Daroham, 2016).
Derajat keparahan dan kerusakan mukosa hidung berbeda antar virus. Virus
influenza dan Adenovirus menyebabkan kerusakan yang luas, sedangkan infeksi
Rhinovirus tidak menyebabkan perubahan histopatologik pada mukosa hidung.
Tidak adanya kerusakan mukosa pada infeksi Rhinovirus menimbulkan sebuah
dugaan bahwa gejala klinis pada infeksi Rhinovirus mungkin bukan disebabkan
oleh efek sitopatik virus, tetapi karena respon inflamasi pejamu. Beberapa
mediator inflamasi yang berperan pada rinitis adalah kinin, leukotrien, histamin,
interleukin (IL) 1,6,8 tumor necrosis factor (TNF), dan regulated by activaton
normal T cell expressed and secreted (RANTES). Kadar IL-6 dan IL-8
menentukan derajat keparahan common cold (Daroham, 2016).

7
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. 10 penyakit teratas dari tahun 2020-2022
No Nama penyakit Jumlah penyakit

2020 2021 2022


1 Common 1.405 1.739 787
cold/Nasofaringitis
akut
2 Essential (primary) 990 1.400 564
hypertension
3 Dyspepsia 575 1.359 364
4 Non-insulin 403 667 229
dependen diabetes
melitus
5 Dermatitis kontak 620 119 292
alergi
6 Myalgia 206 550 186
7 Hyperlipidaemia - 733 171
8 ISPA - 478 376
9 TB Paru 32 576 239
10 Influenza 601 174 -

2. 3 penyakit yang menjadi prioritas dari tahun 2020-2022


No Nama penyakit Jumlah kasus
2020 2021 2022
1 Common 1.405 1.739 787
cold/Nasofaringitis
akut
2 Essential (primary) 990 1.400 564
hypertension
3 Dyspepsia 575 1.359 364

8
3. 1 masalah kesehatan yang menjadi tantangan paling berat
No Nama penyakit Jumlah kasus
2020 2021 2022
1 Common 1.405 1.739 787
cold/Nasofaringitis
akut

4. Deskripsi 1 masalah kesehatan


a. Frequensi
Perbandingan penyakit common cold/Nasofaringitis akut berdasarkan jenis
kelamin pada tahun 2020-2022
No Tahun Jumlah kasus
Laki-laki Perempuan
1 2020 610 795
2 2021 699 1.040
3 2022 374 413

9
b. Distribusi
Di kecamatan kota tengah terdapat 6 kelurahan yaitu liluwo, wumialo,
dulalowo, dulalowo timur, pulubala, paguyaman dengan ancaman penyakit
paling tinggi yaitu Common cold/Nasofaringitis akut. Orang-orang yang paling
banyak mengalami penyakit common cold/Nasofaringitis akut berdasarkan
jenis kelamin yaitu perempuan dengan jumlah kasus 1.040 pada tahun 2021
dan pada tahun 2022 bulan mei berjumlah 97 kasus.
c. Determinan
Faktor penyebab terjadinya penyakit common cold/Nasofaringitis akut di
kecamatan kota tengah adalah kurangnya menjaga kebersihan diri dan
lingkungan.
d. Kategori penyakit
Common cold/Nasofaringitis akut dikategorikan dalam penyakit endemik.

10
e. Segitiga epidemiologi, roda epidemiologi dan jejaring epidemiologi
Segitiga epidemiologi

HOST
Manusia

Agent Environment
Virus Lingkungan fisik
Lingkungan sosial

Roda epidemiologi

Host

Ling. Fisik

Ling. Biologis

11
Jejaring epidemiologi

Tidak mencuci
tangan
Kebersihan
diri Cara batuk/bersin
& buang air liur
yang tidak benar

Common
Kepadatan
cold/Nasofaringitis
penduduk
akut

Gas buangan
transportasi

Udara yang Ggas buangan


tercemar industri

Kebakaran hutan

f. Perhitungan
Nilai Rate
Pada tahun 2020 di kecamatan kota tengah Gorontalo terdapat 1.739 kasus
common cold/Nasofaringitis akut diantara 27.469 penduduk. Maka nilai rate
dari penyakit common cold/Nasofaringitis akut adalah :

12
Jumlah kasus
Rate = x 100 %
Jumlah penduduk
1.739
= x 100 %
27.469

= 0.06%
Jadi, kemungkinan terjadi penyakit Common cold/Nasofaringitis akut
dalam 27.469 penduduk yaitu 0.06%.
Ratio
Dalam kurun waktu 1 tahun jumlah orang yang terkena penyakit karena
common cold/Nasofaringitis akut yaitu 1.739 dan orang yang tidak terkena
penyakit sebanyak 25.730. maka ratio dari kasus common cold/nasofaringitis
akut adalah
jumlah orang yang terkena penyakit dlm waktu tertentu
x 100%
Jumlah orang yang tdk terkena penyakit dalam waktu yang sama
1.739
= x 100 %
25.730
= 0.06%
Jadi, kemungkinan kematian dikarenakan penyakit common
cold/nasofaringitis akut dalam kurun waktu 1 tahun yaitu 0,06%.
Point prevalence rate
Penderita kasus baru Common cold/Nasofaringitis akut 153 dan kasus
lama 1.739 dengan jumlah penduduk 27. 469. Maka point prevalence rate dari
kasus Common cold/Nasofaringitis adalah :
Jumlah penderita kasus baru dan kasus lama pada waktu tersebeut
x 100%
Jumlah penduduk pada waktu tersebut
153+1.739
= x 100 %
27.469
= 0.06%
Jadi, kemungkinan terjadi penyakit common cold/ nasofaringitis aku pada
bulan berikutnya adalah 0.06%.

13
g. Proses transmisi

Mikrooganisme Masuk Serang Mikroorganisme


masuk melalui mukosa patogen serang
hidung hidung nasofaring

Gerakan silia mendorong mukosa


ke posterior (nasofaring) Inflamasi pada hidung

Inflamasi pada nasofaring Edema


Mukosa

Rangsang
reseptor Hidung
Rangsang batuk di
Adenold reseptor tersumbat
hidung : n
membesar batuk : n
trigeminal
glosofaringeus demam
Sekresi
mukus
Nyeri
tenggorokan

Batuk

h. Kategori wabah atau tidak


penyakit Common cold/Nasofaringitis akut tidak termasuk pada kategori
wabah.
5. Proses diseminasi informasi masalah kesehatan

14
Proses diseminasi informasi yang dilakukan pihak puskesmas kota tengah
gorontalo yaitu membentuk tim khusus setiap terjadinya suatu masalah
kesehatan. Dan dari tim yang dibentuk itulah yang akan menyampaikan
informasi kepada masyarakat dan dibantu oleh bidang promosi kesehatan.

6. proses pencegahan dan upaya penanggulangan masalah kesehatan


Proses pencegahan yang dilakukan puskesmas yaitu melakukan penyuluhan
dengan melakukan sosisalisasi dan memasang poster di beberapa tempat
mengenai cara menjaga kebersihan diri salah satunya cara mencuci tangan benar.
Kemudian upaya penanggulangan dengan cara melakukan vaksinasi berjalan
yang bertujan untuk meminimalisir terjadinya penyakit dalam jumlah yang
banyak.
B. Pembahasan
Berdasarkan data Frequensi dari puskesmas kota tengah Gorontalo penyakit
yang paling banyak diderita yaitu Common cold/Nasofaringitis akut jumlah kasus
pada tahun 2020 sebanyak 1.405, pada tahun 2021 sebanya 1.739 dan data pada
tahun 2022 dari bulan Januari sampai bulan april yaitu 787 kasus. Sedangkan data
WHO tahun 2018 China, Indonesia , Vietnam, India dan malaysia, menduduki
pravelensi yang tinggi dibandingkan dengan negara lain. Di indonesia pravelensi
sekitar 6.2/100.000 dengan hampir sekitar 13. Kasus baru dan dan paling banyak
dilaporkan di pulau Jawa.
Di puskesmas kota tengah Gorontalo terdapat 6 kelurahan yaitu kelurahan
liluowo, wumialio, Dulalowo, Dulalowo timur, Pulubala, dan kelurahan
Paguyaman yang dimana berdasarkan 6 kelurahan tersebut terjadi kasus penyakit
common cold/Nasofaringitis akut di tahun 2020 pada laki-laki sebanyak 610 kasus
dan perempuan 795 sedangkan pada tahun 2021 pada laki-laki sebanyak 699 dan
1.040 kasus pada perempuan dan berdasarkan data terbaru tahun 2022 dari bulan
Januari sampai April terjadi 374 pada laki-laki dan 433 pada perempuan.
Sedangkan data WHO tahun 2018 mengenai insiden penyakit nasofaring indonesia

15
memiliki pravelensi yang tinggi dengan jumlah kasus pada pria 1,7/100.000
penduduk dan pada wanita, 0,7/100.000 penduduk.
Faktor penyebab penyakit Common cold/Nasofaringitis akut yang terjadi di
kecamatan kota tengah dikarenakan adalah kurangnya menjaga kebersihan diri dan
lingkungan. Menjaga kebersihan merupakan langkah utama untuk mencegah
terjadinya penyakit Nasofaringitis akut.
Ada beberapa hal-hal kecil yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan
diri seperti membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun atau hand
sanitizer terutama setelah kontak dengan penderita Nasofaringitis. Tidak hanya itu
kesehatan lingkungan juga berpengaruh terutama kesehatan rumah atau tempat
tinggal. Rumah yang tidak sehat berkaitan dengan peningkatan angka kejadian
Common cold. Ventilasi yang tidak memadai dapat meningkatkan kelembaban
rumah yang menjadi tempat berkembang biak tungau, kecoa, virus, jamur dan
lainnya yang mempengaruhi terjadinya pernyakit pernapasan. Rumah yang kotor
banyak debu, alergen dan bahan kimia beracun menyebabkan penyakit alergi dan
pernapasan.
Common cold/Nasofaringitis akut merupakan penyakit endemik yang dimana
penyakit ini akan terus ada akan tetapi dalam frekuensi yang rendah. Hal ini
berdasarkan data pada tahun 2021 sebanyak 1.739 kasus mengalami penurunan
pada tahun 2022 yaitu sebanyak 787 kasus.
Berdasarkan segitiga epidemiologi, host atau faktor penjamu dari penyakit ini
adalah manusia sedangkan agen dari penyakit Nasofaringitis akut adalah virus,
yang dimana ada beberapa virus yang dapat menyebabkan Common cold yaitu
corona virus, rhinovirus, adenovirus, coxsackieviruses, myxovirus, paramyxovirus,
dan Human respiratory syncytial virus, atau lebih dikenal dengan virus influenza.
Sedangkan environment atau faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
penyakit common cold ada 2 yaitu Faktor fisik yang dimana udara yang kita hirup
apabila tercemar dengan asap pembakaran dari rumah tangga, pembakaran sampah
yang sembarangan, gas buangan sarana transportasi, gas buangan dari industri dan

16
kebakaran hutan dapat menyebabkan kerusakan mekanisme pertahanan alami
saluran pernapasan sehingga memudahkan patogen untuk masuk dan meningkatkan
kerentanan individu. Sedangkan faktor biologis yaitu penyakit ini disebabkan oleh
beberapa virus yang dimana apabila masuk ke dalam tubuh seseorang dengan
sistem pertahanan yang rendah akan sangat mudah menyebar dan dapat
menularkannya kepada orang lain.
Berdasarkan roda epidemiologi dari penyakit Common cold/Nasofaringitis
akut, lingkungan biologis merupakan faktor yang peran paling besar karena
Common cold dapat disebabkan oleh beberapa virus yang dapat menyebar dengan
cepat antara satu orang ke orang lain. Kemudian linkungan fisik yang dimana
penularan dari virus ini melalui udara yang dimana udara yang dihirup manusia
setiap hari belum tentu bebas dari mikroorganisme yang dapat menyebabkan
penyakit ditambah apabilah udara tercemar dengan berbagai polusi yang dapat
menyebabkan sistem pertahanan tubuh menurun sehingga manusia rentan terkena
penyakit. Dan yang terakhir yaitu host dari penyakit ini adalah manusia yang
dimana merupakan faktor penjamu dari penyakit common cold.
Berdasarkan jejaring epidemiologi penyakit common cold/nasofaringitis akut
ada 3 faktor penyebab yang dapat menyebabkan penyakit common cold yang
pertama tidak menjaga kebersihan diri dengan hal-hal kecil seperti tidak mencuci
tangan, cara batuk/bersin dan membuang air liur sembarangan, yang kedua
kepadatan penduduk dan yang terakhir udara yang tercemar oleh gas buangan
transportasi, gas buangan industri, dan kebakaran hutan. Dari ketiga faktor tersebut
yang dapat memutuskan rantai penularannya yaitu menjaga kebersihan diri karena
orang-orang yang sadar akan pentingnya kesehatan akan lebih mengutamakan
kebersihan. Dengan menjaga kebersihan dapat meminimalisir terjadinya penyakit
karena mikroorganisme patogen lebih mudah berkembang biak ditempat yang
kotor.
Berdasarkan perhitungan nilai rate pada tahun 2020 di kecamatan kota tengah
Gorontalo terdapat 1.739 kasus common cold/Nasofaringitis akut diantara 27.469

17
penduduk. Maka kemungkinan terjadi penyakit Common cold/Nasofaringitis akut
dalam 27.469 penduduk yaitu 0.06%. Sedangkan untuk perhitungan ratio yaitu
dalam kurun waktu 1 tahun jumlah orang yang terkena penyakit karena common
cold/Nasofaringitis akut yaitu 1.739 dan orang yang tidak terkena penyakit
sebanyak 25.730. maka kemungkinan kematian dikarenakan penyakit common
cold/nasofaringitis akut dalam kurun waktu 1 tahun yaitu 0,06%. Dan yang terkhir
untuk nilai poin prevalnce rate yaitu Penderita kasus baru Common
cold/Nasofaringitis akut 153 dan kasus lama 1.739 dengan jumlah penduduk 27.
469. Maka Jadi, kemungkinan terjadi penyakit common cold/ nasofaringitis aku
pada bulan berikutnya adalah 0.06%.
Ada beberapa point perhitungan tidak dimasukkan pada laporan ini
dikarenakan kurangnya data yang kami dapatkan dari pihak puskesmas maka dari
itu perhitungan epidemiologi seperti proporsi, nilai insiden, dan case fatality rate
tidak dapat dihitung.
Proses transmisi dari penyakit common cold/nasofaringitis akut dimulai dari
masuknya mikroorganisme patogen kemudian terbagi menjadi dua. Yang pertama
gerakan silia mendorong mukosa ke nasofaring kemudian terjadi inflamsi pada
nasofaring sehingga adenold membesar yang menyebabkan nyeri tenggoran dan
batuk, kemudian dapat merengsang reseptor batuk, dan juga dapat meyebabkan
demam dan yang kedua yaitu mikroorganisme masuk ke dalam hidung lalu
menyerang nasofarin dan terjadi inflmasi pada hidung kemudian dapat
menyebabkan demam, apabila terjadi di endema mukosa dapat meyebabkan hidung
tersumbat dan apabila terjadi serangan reseptor dihidung akan meyebabkan batuk.
Penyakit common cold/nasofaringitis akut bukan dikategorikan sebagai wabah
karena dari tahun 2021 kasus yang tinggi mengalami penurunan pada tahun 2022
yang menandakan kasus dapat ditangani oleh pihak puskesmas kota tengah.

18
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari laporan ini adalah Puskesmas kota
tengah Gorontalo terdiri dari 6 kelurahan yaitu kelurahan wumialo, dulalowo
timur, dulalowo, liluwo, pulubala dan keluran paguyaman. Dalam jangka waktu
dari tahun 2020-2022 puskesmas tersebut memperoleh data 10 penyakit teratas
diantaranya common cold/nasofaringitis akut, essential (primary) hypertension,
dyspepsia, diabetes melitus, dermatitis kontak allergi, myalgia, hyperlipidaemia,
TB paru, ISPA dan Influenza. Dan masalah yang paling banyak ditangan
puskesmas kota tengah Gorontalo dari tahun 2020-2022 adalah common
cold/nasofaringitis akut yang berjumlah 2.248 kasus.
B. Saran
Adapun saran dari kami agar makalah ini dapat di baca dan diharapkan dapat
membantu menambah wawasan mengenai masalah-masalah kesehatan yang ada
di puskesmas kota tengah Gorontalo.

19
DAFTAR PUSTAKA
Bagaskara, G. 2020. LITERATURE REVIEW: PENGETAHUAN MASYARAKAT
TENTANG PENCEGAHAN NASOFARINGITIS AKUT (COMMON COLD).
Bandung
Carr, A.C., Maggini, S., 2017. Vitamin C and immune function. Nutrients 9, 1–25.
Daroham, N.E.P. and Mutiatikum, 2016, Penyakit ISPA Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskerdas) di Indonesia, Puslitbang Biomedis dan Farmasi Jakarta, 50-55.
Eka Riza Maula, Taofik Rusdiana. (2016). Terapi Herbal dan Alternatif pada Flu
Ringan atau ISPA non-spesifik. Majalah Farmasetika. 1(2) 7-10.
Najmah. (2016). Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Trans Info Media.
Notoatmodjo . 2014. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Sofie & Erika, 2013. Mengenal Jenis Penyakit ISPA, Flu dan Pilek Pada Bayi dan
Anak-Anak (Pencegahan, Gejala, Pemeriksaan, dan Diagnosa).
https://kamidarisemua.wordpress.com/2012/03/09/kami-dari-semua-
mengenal-jenis-penyakit-ispa-flu-dan-pilek-pada-bayi-dan-anak-anak-
pencegahan-gejala-pemeriksaan-dan-diagnosa/. Diakses pada tanggal 19 juni
2022.

20
LAMPIRAN

21

Anda mungkin juga menyukai