Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enzim merupakan katalisator biologis yang bertanggung jawab untuk
mendukung semuareaksi kimia sel dalam mempertahan homeostatis. Katalisator
dapat berupa enzim maupunsenyawa bukan enzim yaitu berupa logam. Karena
perannya dalam mempertahankan proseskehidupan, pemeriksaan dan pengaturan
obat-obatan yang mempengaruhi kerja enzim menjadikunci utama dalam
diagnosis klinis dan terapi. Komponen makromolekul semua enzim adalah
protein, kecuali kelas katalisator RNA yang disebut ribozim. Ribozim merupakan
molekulasam ribonukleat yang mengkatalis reaksi pada ikatan fosfodiester pada
RNA. Katalisatorenzim berbeda dengan katalisator yang terbuat dari logam
(Poedjiadi, Anna, 2006).
Biokimia adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentangproses kimia atau reaksi kimia yang terjadi didalam zat hidup (sel,
makhlukhidup), baik itu mikroorganisme, tanaman, invertebrata, avertebrata,
hewanmenyusui, dan manusia. Dalam hal ini, dapat kita ketahui bagaimana
kumpulanzat hidup bercampur atau bereaksi menghasilkan zat yang disebut
dengan zathidup. Dan peranan biokimia ini adalah sebagai dasar
pengembanganpengetahuan dasar kedokteran, pertanian, peternakan, biologi,
mikrobiologi,dan lainnya yang sehubungan. (Poedjiadi, Anna, 2006).
Dalam mengkatalis suatu reaksi enzim bersifat sangat spesifik, sehingga
meskipun jumlahenzim ribuan didalam sel-sel dan substratnya pun sangat banyak,
tidak akan terjadi kekeliruan.Apoenzim merupakan bagian enzim yang
merupakan protein, mempunyai struktur tigadimensi. Bagian yang buakn protein
disebut koenzim. Kompleks apoenzim dengan koenzimdisebut haloenzi. Struktur
tiga dimensi pada enzim tersebut sangat penting untuk aktivitaskatalis oleh karena
itu perubahan konformasi yang sedikit saja pada struktur enzim akan

1
mempengaruhi aktivitasnya. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang enzim, sifat
warna, danreaksi-reaksinya (Poedjiadi, Anna, 2006).
Dalam kehidupan sehari –hari metabolisme merupakan suatau reaksi kimia
yang terjadi didalam tubuh makhluk hidup. Reaksi metabolisme tersebut
dimaksudkan untuk memperoleh energi, menyimpan energi, menyusun bahan
makanan, merombak bahan makanan, memasukkan atau mengeluarkn zat - zat,
melakukan gerakan, menyusun struktur sel, merombak struktur – struktur sel yang
tidak dapat digunakan lagi, dan menanggapi rangsang. Tentunya dalam suatu
reaksi kimia terdapat zat - zat atau senyawa - senyawa baik yang sifatnya
menghambat (inhibitor), atau mempercepat reaksi (aktivator).Senyawa – senyawa
yang mempercepat suatu reaksi dikenal dengan sebutan katalisator. Katalisator
adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksireaksi kimia pada suhu tertentu,
tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu.Suatu katalis berperan
dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan
reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah
akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi.Katalis menyediakan suatu
jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah.Katalis mengurangi energi
yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi. (Sadikin, M. 2002).
Metabolisme yang merupakan reaksi kimia memiliki katalisator yang disebut
dengan enzim. Enzim yang tersusun atas protein dan molekul lainnya bekerja
dengan menurunkan energi aktivasi, sehingga tidak diperlukan suhu dan energi
tinggi untuk melakukan suatu reaksi kimia didalam tubuh.Jika tidak terdapat
katalisator dalam metabolisme, maka suhu tubuh akan meningkat dan
membahayakan bagi tubuh makhluk hidup. (Sadikin, M. 2002).
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, sekarang ini
banyakditemukan berbagai macam metode pengajaran. Dalam mempelajari suatu
teoritidaklah cukup jika hanya mengetahui secara bacaan saja, karena
semuabelumlah cukup sehingga perlu dilakukan suatu hal yang disebut
denganpraktikum. Adanya praktikum ini kita dapat mengetahui apakah teori

2
tersebutbenar atau salah, demikian juga dengan teori enzim yang akan dibahas
ini.Terdapat berbagai macam reaksi kimia dalam proses metabolisme
tubuh.Reaksi kimia ini merupakan bagian dari sistem yang bekerja spesifik
danmenghasilkan senyawa-senyawa kimia. Dalam aktivitas metabolisme
kitamengenal adanya katalisator. Katalisator dalam reaksi ini disebut
enzim.Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam
selhidup. Sekarang, kira-kira lebih dari 2.000 enzim telah teridentifikasi,
yangmasing-masing berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia dalam system
hidup.Sintesis enzim terjadi didalam sel dan sebagian nesar enzim dapat
diperolehdari ekstraksi dari jaringan tanpa merusak fungsinya.Dengan peran
enzim pada hampir tiap reaksi biologis, dapat dikatakanenzim memilki peran
sangat penting. Dalam mendukung perannya sebgai katalisator atau
mempercepat reaksi yang terjadi tentu saja ada faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut antara lain konsentrasi enzim
konsentrasi ion hydrogen (pH), suhu dan konsentrasi substrat.Berdasarkan latar
belakang diatas maka dilaksanakanlah praktikum mengenai enzim ini. (Sadikin,
M. 2002)
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengetahui cara kerja enzim amilosa pada saliva
2. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatik
1.3 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui cara kerja enzim amilosa pada salova
2. Menegtahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatik
1.4 Manfaat Praktikum
1. Mengetahui cara kerja enzim amilosa pada saliva
2. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruh kecepatan reaksi enzimatik

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Enzim
Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebgai pengkatalis dalam
reaksi-reaksi biologis. Enzim dapat juga didefinisikan sebagai biokatalisator yang
dihasilkan oleh jaringanyang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan
itu sendiri. Semua enzim yangdiketahui hingga kini hampir seluruhnya adalah
protein (Sadikin, Mohamad. 2002).
Enzim berperan untuk mempercepat reaksi kimia yang terjadi di dalam
tubuhmahlukhidup, tetapi enzim itu sendiri tidak ikut bereaksi. Enzim berperan
secara lebih spesifikdalamhal menentukan reaksi mana yang akan dipacu
dibandingksn dengan katalisator anorganiksehingga ribuan reaksi dapat
berlangsung dengan tidak menghasilkan produk sampingan yang beracun
(Sadikin, Mohamad. 2002).
Enzim memiliki tenaga katalik yang luar biasa dan biasanya lebih besar dari
katalisatorsintetik. Spesifitas enzim sangat tinggi terhadap substratnya tanpa
pembentukan produksamping enzim merupakan unit fungsional untuk
metabolisme dalam sel. bekerja menuruturutan yang teratur, sistem terkoordinasi
dengan baik, menghasilkan suatu hubungan yangharmonis diantara sejumlah
aktivitas metabolik yang berbeda (Sadikin, Mohamad. 2002).
Menurut Sadikin Muhammad 2002, Enzim dikatakan sebagai komponen
protein yang berperan sangat penting dalam aktivitas biologis dalam jumlah yang
sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalamkeadaan
normal tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan hasil akhir reaksinya. Enzim
ini akan kehilangan aktivitasnya akibat :
1. Panas
2. Asam atau basa kuat
3. Pengaruh lain yang bisa menyebabkan denaturasi protein.

4
Untuk aktivitasnya kadang-kadang enzim membutuhkan kofaktor yang bisa
berupasenyawa organik atau logam. Senyawa organik itu terikat pada bagian
protein enzim. Bilaikatan iitu lemah, maka kofaktor tadi disebut co-enzim. Dan
jika terikat erat melalui ikatankovalen maka dinamakan guguh prostetik. Dan
umumnya dua kofaktor itu tidak dibedakan dandisebut co-enzim saja. (Sadikin,
Mohamad. 2002).
Fungsi enzim sebagai katalis untuk reaksi kimia dapat terjadi baik di dalam
maupun di luarsel. suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substart
tertentu. Suatu enzim dapat bekerja 108-1011 kali lebih cepat dibandingkan laju
reaksi tanpa katalis (Ruddin, Choi.2010).
Enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia.
Hampir semua enzim merupakan protein. Pada reaksi yang dikatalisasi oleh
enzim, molekul awal reaksi disebut sebagai substrat,dan enzim mengubah
molekul tersebut menjadi molekul-molekul yang berbeda, disebut produk.
Hampir semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung
dengan cukup cepat. Molekul enzim meningkatkan dengan nyata kecepatan
reaksi kimia spesifik yangtanpa enzim akan berlangsung sangat lama. Enzim
tidak mengubah titik keseimbangan reaksiyang dikatalisisnya, enzim juga tidak
akan habis dipakai atau diubah secara permanen oleh reaksi – reaksinya.
(Ruddin, Choi.2010).
Fungsi penting dari enzim adalah sebagai biokatalisator, reaksi kimia secara
kolektifmembentuk metabolisme perantara sel, suatu bagian yang sangat kecil
dari suatu molekul besar protein enzim sangat berperan untuk katalis reaksi.
Bagian yang kecil ini dinamakan bagianaktif enzim. Aktivitas katalik enzim
dapat ditentukan juga melalui struktur tiga dimensimolekul enzim tersebut.
Enzim disini mempunyai peranan katalis dalam menurunkan aktivitasdari reaksi
energi. Aktivasi dapat diartikan sebagai sejumlah energi atau kalori yang

5
diturunkanoleh suatu mol zat pada temperatur tertentu untuk membawa molekul
ke dalam aktifnya ataukeadaan aktifnya (Ruddin, Choi.2010).
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masing-
masing enzim diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease, arginase
dan lain-lain. Di samping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama
lama misalnya pepsin, tripsin dan lain-lain. Oleh Commision on Enzymes of the
International Union of Biochemistry, enzim dibagi dalam enam golongan besar.
Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia di mana enzim memegang
peranan. Menurut Soewoto, Hafiz, dkk. 2000 ada enam golongan tersebut ialah:
1. Golongan I Oksidoreduktase
Enzim yang ternasuk dalam golongan ini dapat dibagi dalam dua
bagian yaitu dehidrogenase dan oksidase.
2. Golongan II Transferase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi
pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa
contoh enzim yang termasuk golongan ini adalah meeetiltransferase,
hidroksimetiltransferase, karboksiltransferase, asiltransferase dan
aminotrandferase atau disebut juga transminase.
3. Golongan III Hidrolase
Enzim ini bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Beberapa
enzim dalam kelompok ini ialah esterase, lipase, pofatase, amylase,
aminopepetidase, karboksipeptidase, pepsin, tripsin, kimotripsin.
4. Golongan IV Liase
Enzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan penting dalam
reaksi pemindahan suatu gugus dari satu substrat (bukan cara hidrolisis) atau
sebaliknya. Contoh enzim golongan ini natara lain dekarboksilase, aldolase,
hidratase.
5. Golongan V Isomerase

6
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi perubahan
intramolekuler, misalnya rekasi perubahan glukosa menjadi fruktosa,
perubahan senyawa L menjadi senyawa D, senyawa sis menjadi senyawa trans
dan lain-lain. Contoh enzim yang termasuk golongan ini antara lain
ribolosafosfat ipomerase dan glukosafosfat isomerase.
6. Golongan VI Ligase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi-reaksi
penggabungan dua molekul. Oleh karenanya enzim tersebut juga dinamakan
sintesa. Ikatan yang terbentuk anatara penggabungan tersebut adalah ikatan C-
O, C-S, C-N atau C-C. contoh enzim golongan ini antara lain glutamine
sintetase dan piruvat karboksilase.
Suatu enzim hanya dapat bekerja spesifik pada suatu substrat untuk suatu
perubahan tertentu. Misalnya, sukrase akan menguraikan rafinosa menjadi
melibiosa dan fruktosa, sedangkan oleh emulsin, rafinosa tersebut akan terurai
menjadi sukrosa dan galaktosa (Soewoto, Hafiz, dkk. 2000).
Seperti halnya katalisator, enzim juga dipengaruhi oleh temperatur. Hanya
saja enzim ini tidak tahan panas seperti katalisator lainnya. Kebanyakan enzim
akan menjadi non aktif pada suhu 500C (Soewoto, Hafiz, dkk. 2000).
Apabila suhu terlalu tinggi, struktur tiga dimensi enzim akan rusak, sehingga
substrat tidak lagi dapat terikat dengannya. Dengan demikian enzim tersebut
tidak akan dapat menjalankan fungsinya lagi sebagai biokatalisator. Pada
umumnya denaturasi ini bersifat tidak terbalikan atau permanen. (Soewoto,
Hafiz, dkk. 2000).
2.2 Suhu
Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi suhu maka reaksi
menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena
enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi
dan bagian aktif enzim akan terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan
enzim berkurang. (Bagian Biokimia FKUI. 2001).

7
2.3 pH
Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya
berkisar antara pH 4,5-8.0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversible karena menjadi
denaturasi protein. (Bagian Biokimia FKUI. 2001).
2.4 Kosentrasi Enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim
tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat
tertentu, kecepatan reaksibertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
( Bagian Biokimia FKUI. 2001)
2.5 Kosentrasi Subtrat
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan
menaikkan kecepat reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi
kecepatan reaksi, walaupn konsenrasi substrat diperbesar.( Bagian Biokimia
FKUI. 2001)
2.6 Zat-Zat Penghambat
Hambatan atau inhibisi suatu reaksi akan berpengaruh terhadap
penggabungan substrat pada bagian aktif yang mengalami hambatan. Dalam
banyak sistem akibat suhu tes reaksi enzim adalah mirip dengan tabiat bahwa
laju reaksi meningkat dengan kenaikan suhu dan akhirnya enzim kehilangan
semua aktivitas jika protein menjadi rusak akibat panas. Banyk enzim
berfungsi optimal dalam batas-batas suhu antara 25-370C. Akibat dari pH
terhadap suatu reaksi enzim menjadi rumit oleh beberapa factor yang dapat
saling bersaing. Laju rekasi berkurang di kedua sisi pH optimum untuk setiap
kombinasi dari tiga alasan yang mungkin (Bintang, M. 2010) :
1. Protein enzim dapat mengalami denaturasi akibat pH ektrem tinggi atau
rendah.

8
2. Protein enzim dapat memerlukan gugus-gugus asam amino yang
terionisasi pada rantai samping yang mungkin aktif hanya pada suatu
keadaan ionisasi
3. Substrat dapat diperoleh atau kehilangan proton dan reaktif dalam hanya satu
bentuk muatan.
Menurut Bintang, M. 2010 Kelebihan enzim sebagai katalis antara lain :
Mempunyai tenaga katalitik yang jauh lebih besar
1. Spesifikasi pada substrat sangat besar sekali
2. Mempercepat reaksi tanpa produksi samping
3. Berjalan pada suhu temperatur normal
4. Bekerja dengan urutan reaksi tertentu
5. Reaksi menyimpan dan menghasilkan reaksi kimia lain

9
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum Biokimia dilaksanakan pada hari Jumart 18
April 2021 Pukul 13.00-16.00 WITA. Tempat pelaksanaan praktikum
tentang Enzim dilaksanakan di Laboratorium Kimia Universitas Bina
Mandiri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Batang pengaduk
4. Pipet tetes
5. Thermometer
6. Gelas kimia
7. Hot plate
3.2.2 Bahan
Adapun Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Saliva
2. Iodium
3. Air suhu150
4. Air suhu 600
5. Pati 1%
6. Hci 2 m
7. Na2 Co3 2 m
8. Air suhu 400c
9. Air suhu 370c

10
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur enzim adalah sebagai berikut
a. Pengaruh temperature terhadap aktivitas enzim amylase liur
- Dengan suhu15℃
1. Masukan 0,25 ml saliva kedalam tabung reaksi
2. Kemudian tambahkan 5 ml pati kedalam tabung reaksi
3. Masukan tabung reaksi kedalam air yang bersuhu15℃
4. Tambahkan 3 tetes iodium kemudian diaduk. Pertahankan suhu
-Dengan suhu 60℃
1. Masukan 0,25 ml saliva kedalam tabung reaksi
2. Kemudian tambahkan 5 ml pati kedalam tabung reaksi
3. Masukan tabung reaksi kedalam air yang bersuhu 60℃
4. Tambahkan 3 tetes iodium kemudian diaduk. Pertahankan suhu
b. Pengaruh PH terhadap aktivitas enzim amylase liur
-pH Asam
1. Siapkan 1 tabung reaksi
2. Masukkan 5 ml pati 1% dam 5 ml HCl 2 M
3. Tambahkan 0,25 saliva saring kedalam tabung reaksi
4. Masukkan tabung reaksi tersebut kedalam penangas dengan suhu 40℃
5. Berzzzikan 3 tetes iodium, dan pertahankan suhunya agar tetap konstan
kemudian diaduk.
-pH Basa
1. Siapkan 1 tabung reaksi
2. Masukkan 5 ml pati 1% dam 5 ml Na2CO3 2 M
3. Tambahkan 0,25 saliva saring kedalam tabung reaksi
4. Masukkan tabung reaksi tersebut kedalam penangas dengan suhu 40℃
5. Berikan 3 tetes iodium, dan pertahankan suhunya agar tetap konstan
kemudian diaduk.

11
c. Pengaruh jumlah substrat terhadap aktivitas kerja enzim
1. Siapkan 2 tabung reaksi
2. Tabung I dimasukan 5 ml pati 0,5% dan tabung II dimasukan pati 1%
3. Masing-masing tabung ditambahkan 0,25 ml saliva
4. Masukan tabung reaksi tersebut kedalam waterbath yang bersuhu 37℃
dan tambahkan 3 tetes iodium. Pertahankan suhunya agar konstan.
Kemudian aduk dan amati.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Gambar Hasil
1. Dengan suhu 150c , Larutan berubah
warna biru kehitaman.
2. Dengan suhu 600c, Larutan berubah
menjadi ungu kehitaman.
3. pH Asam , Larutan berwarna biru
kehitaman.
4. pH Basa ,Larutan berwarna bening
(hijau mudah).
5. pengaruh jumlah substrat terhadap
aktivitas kerja enzim, Larutan
berwarna Kuning jernih.

4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum kita dapat menegtahui, enzim atau biokatalisator
adalah katalisator organic yang dihasilkan oleh sel. Pada enzim amylase
dapat memecah ikatan pada amilium hingga berbentuk maltose. Ada tiga
macam enzim amylase, yaitu α amilase, β amilase dan γ amilase. Yang
terdapat dalam saliva (ludah) dan pankreas adalah α amilase. Enzim ini
memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut endo
amilase sebab enzim ini bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum
(Cartono, M.Pd. 2004).

13
Pada pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim, yaitu pada suhu rendah
aktivitas enzim kecil karena tumbukan antar partikel rendah. Sedangkan
dengan adanya peningkatan suhu reaksi enzim yang dikatalisis akan
meningkat pula. Ketika terjadi peningkatan suhu yang melampaui batas
tertentu, maka enzim menjadi tidak stabil dan laju reaksi menurun. Setiap
enzim memiliki aktivitas maksimal pada suhu tertentu. Akibat terjadinya
denaturasi, ikatan kimia menjadi putus dan enzim kehilangan bentuk
spesifiknya (Cartono, M.Pd. 2004).
Pada pengaruh pH, enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Jika
dilakukan pengukuran aktivitas enzim pada beberapa macam pH yang
berlainan, sebagian besar enzim di dalam tubuh akan menunjukkan
aktivitas maksimum antara pH 5,0 sampai 9,0. Pada pH yang jauh di
luar pH optimum, enzim akan terdenaturasi. Selain itu pada keaadan
ini baik enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik
yang mengakibatkan enzim tidak dapat berikatan dengan substrat.
(Cartono, M.Pd. 2004)
Pada pengaruh jumlah substrat terhadap aktivitas kerja enzim. Suatu
reaksi enzimatik bila konsentrasi substrat diperbesar, sedangkan
kondisi lainnya tetap, maka kecepatan reaksi akan meningkat sampai suatu
batas kecepatan maksimum. Pada titik maksimum ini enzim telah jenuh
dengan substrat. Dalam suatu reaksi enzimatik, enzim akan mengikat
substrat membentuk kompleks enzim-substrat, kemudian kompleks
ini akan terurai menjadi (E) dan produk (P). Makin banyak kompleks
enzim-substrat terbentuk, makin cepat reaksi berlangsung sampai
batas kejenuhan [ES]. Pada konsentrasi substrat (S) melampaui batas
kejenuhan kecepatan reaksi akan konstan. Dalam keadaan itu seluruh
enzim sudah berada dalam bentuk kompleks enzim-substrat. (Cartono,
M.Pd. 2004).

14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Enzim merupakan katalisator biologis yang
bertanggung jawab untuk mendukung semua reaksi kimia sel dalam mempertahan
homeostatis. Katalisator dapat berupa enzim maupun senyawa bukan enzim yaitu
berupa logam. Karena perannya dalam mempertahankan proses kehidupan,
pemeriksaan dan pengaturan obat-obatan yang mempengaruhi kerja enzim.dan
berfungsi katalisator biologis yang bertanggung jawab untuk mendukung semua
reaksi kimia sel dalam mempertahan homeostatis. Katalisator dapat berupa enzim
maupun senyawa bukan enzim yaitu berupa logam. Karena perannya dalam
mempertahankan proses kehidupan, pemeriksaan dan pengaturan obat-obatan
yang mempengaruhi kerja enzim.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum ini, di harapkan pratikum lebih
memperhatikan betul alat yang akan digunakan dalam praktikum dan lebih
memperhatikan fungsi dan prinsip kerja dan alat Enzim.

15
DAFTAR PUSTAKA
Poedjiadi, Anna, 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia PRESS
Sadikin, M. 2002. Biokimia enzim. Jakarta: Widya medika.
Saidin, Muhammad. 2008. Jurnal Biokimia Enzim. Yogyakarta: Universitas Ahmad
Dahlan.
Sadikin, Mohamad. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta : Widya Medika.
Ruddin, Choi.2010. LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II PERCOBAAN II ENZIM.
Jayapura : Universitas Cendrawasih.
Soewoto, Hafiz, dkk. 2000. Biokimia Eksperimen Laboratorium.Jakarta: Widya
Medika.

Bagian Biokimia FKUI. 2001. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta:

Widya Medika.
Bintang, M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga.
Cartono, M.Pd. 2004. Biologi Umum, Bandung : PRISMA PRESS

16
LAMPIRAN

Masukan 0,25 ml saliva Masukan tabung reaksi


kedalam tabung reaksi kedalam suhu 600c

17
Masukkan tabung reaksi tersebut Hasil Enzim
kedalam penangas dengan
suhu 40℃

18

Anda mungkin juga menyukai