Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

Uji Anti Bakteri Dengan Menggunakan Antibiotik (Resistensi Test)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
Firman O.Mohune : 2320201008
Virda Afrilia : 2320201074
Amalia Nur Gita Ibrahim : 2320201007
Armita Abdullah : 2320201017
Dwi Melani Yangka : 2320201003
Arini Anggriani Messe : 2320201028

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDIRI GORONTALO
2022
LEMBAR ASISTENSI
Laporan Bakteriologi ”Uji Anti Bakteri Dengan Menggunakan Antibiotik”
yang disusun oleh :
Kelompok : III (Tiga)
Kelas : A Semester IV (Empat)
Prodi : D-III Analis Kesehatan

No Hari/Tanggal Perbaikan Paraf

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Bakteriolgi ”Uji Anti Bakteri Dengan Menggunakan Antibiotik” yang
disusun oleh :
Kelompok : III (Tiga)
Prodi : D-III Analis Kesehatan
Pada hari ini ……………… tanggal … 2022 telah di periksa dan di setujui
oleh asisten, maka dengan ini dinyatakan diterima dan dapat mengikuti
praktikum selanjutnya.

Gorontalo, … Juni 2022


Mengetahui
Dosen Pembimbing

Yolan H. Dunggio, S.Pd., M.Pd


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, segala puji hanya milik
Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini, salam serta salawat senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW juga kepada umat beliau yang tetap isqamah di jalan Allah SWT
dalam mengarungi bahterta kehidupuan dan melaksanakan tugas kemanusiaan ini
hingga hari akhir.
Laporan ini berjudul “Uji Anti Bakteri Dengan Menggunakan Antibiotik”
kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun, senantiasa kami harapkan dari
semua pihak sebagai bahan masukan dalam penyusunan laporan selanjutnya.

Gorontalo, Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................2
C. Tujuan Praktikum .........................................................................2
D. Manfaat Praktikum .......................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................3
A. Pengertian Staphylacoccus aureus ...............................................3
B. Klasifikasi Staphylacoccus aureus ...............................................3
C. Sifat Biakan Staphylacoccus aureus ..........................................3
D. Patogenesis ...................................................................................4
E. Definisi Antibiotik .......................................................................4
F. Mekanisme Kerja Antibiotik .......................................................4
G. Sensitivitas Bakteri Terhadap Antibiotik .....................................5
H. Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotik .......................................5
I. Uji Kepekaan Antibiotik ..............................................................6
J. Uji Kepekaan Bakteri Metode Difusi Cakram .............................6
BAB III METODE PEMERIKSAAN .....................................................7
A. Waktu dan tempat........................................................................7
B. Alat dan bahan.............................................................................7
1. Alat.........................................................................................7
2. Bahan......................................................................................7
C. Prosedur kerja...............................................................................7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................8
A. Hasil.............................................................................................8
B. Perhitungan .................................................................................8

ii
C. Pembahasan..................................................................................9
BAB V PENUTUP....................................................................................11
A. Kesimpulan................................................................................11
B. Saran..........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh
penduduk di negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu penyebab
penyakit infeksi adalah bakteri .Penyakit infeksi yang banyak diderita masyarakat
di antaranya infeksi usus, antara lain karena, Escherichia coli, Salmonella typhi,
Vibrio cholera dan infeksi kulit disebabkan Staphylococcus aureus (Radji, 2014).
Staphylococcus aureus yang merupakan patogen utama bagi manusia.
Staphylococcus aureus bersifat koagulase positif, yang membedakannya dari
spesies lain. Hampir setiap orang pernah mengalami berbagai infeksi
Staphylococcus aureus selama hidupnya, dari keracunan makanan yang berat atau
infeksi kulit yang kecil, sampai infeksi yang tidak bisa disembuhkan.
Staphylococcus aureus menyebabkan pneumonia, meningitis, endokarditis dan
infeksi kulit (Jawetz, et al., 2005). (Radji, 2014).
Antibiotik adalah obat yang berasal dari seluruh bagian tertentu dari suatu
bakteri atau mikroorganisme yang di gunakan untuk mengobati infeksi suatu
bakteri. Selain penggunaannya untuk melawan bakteri, penggunaanya pun juga
membantu sistem pertahanan alami tubuh untuk memusnakan bakteri tersebut
(Hoan, 2015).
Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah
swamedikasi. Pelaksanaan swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya
kesalahan pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan
masyarakat akan obat dan penggunaannya. Tingginya penggunaan antibiotika
secara tidak tepat tersebut menyebabkan terjadinya masalah resistensi antibiotika
(Hoan, 2015).
Resistensi antibiotika dapat terjadi ketika suatu bakteri berubah dalam wujud
satu sama lain yang menyebabkan penurunan atau hilangnya efektifitas obat atau
senyawa kimia yang di gunakan untuk mengobati suatu infeksi. Penggunaanya

1
yang meluas dan irasional merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
resistensi suatu antibiotika (Utami, 2012).
Kemunculan resistensi antibiotik menjadi masalah global kesehatan
masyarakat dalam beberapa dekade terakhir. Menurut data WHO, Indonesia
menduduki peringkat ke-8 dari 27 negara di dunia yang memiliki kejadian
resistensi terhadap antibiotik yang tinggi. Antibiotik telah digunakan secara bebas
dan luas oleh masyarakat tanpa mengetahui dampak dari 2 pemakaian tanpa
aturan. Penggunaan tanpa aturan mengakibatkan keefektifan dari antibiotik akan
berkurang (Yarza et al, 2015).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaiamana cara
mengetahui kemampuan daya resistensi pertumbuhan bakteri terhadap antibiotik
C. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini agar mahasiswa bisa mengetahui
kemampuan daya resistensi pertumbuhan bakteri terhadap antibiotik.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini agar mahasiswa dapat mengetahui
kemampuan daya resistensi pertumbuhan bakteri terhadap antibiotik.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Staphylococcus aureus


Staphylococcus aureus adalah bakteri berbentuk kokus berukuran garis tengah
sekitar 1 µm yang pada pewarnaan bersifart gram positif, jika dilihat dibawah
mikroskop berbentuk seperti kelompok anggur. Staphylococcus tidak aktif
bergerak (nonmotil), tidak membentuk spora, dan bersifat katalase positif. bakteri
ini tahan panas sampai setinggi 50°C, kadar garam yang tinggi, dan tahan
kekeringan. Koloni Staphylococcus berukuran besar dengan garis tengah 6-8mm,
dan berwarna bening (Soedarto, 2015).
B. Klasifikasi Staphylococcus aureus
Menurut Radji (2014). Klasifiksi dari Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut :
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus aureus
C. Sifat Biakan Staphylococcus aureus
Staphylococcus tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi di
bawah suasana aerobik atau mikroaerofilik. Staphylococcus juga tumbuh dengan
cepat pada temperatur 20–350 C. Koloni pada media padat berbentuk bulat,
lambat, dan mengkilat. Koloni pada pembenihan padat membentuk bulat halus
menonjol berkilau-kilau, membentuk berbagai pigmen Staphylococcus aureus
berwarna kuning emas (Jawetz, 2018).

3
D. Patogenesis
Perlekatan bakteri dan kolonisasi pada jaringan host merupakan tahap awal
proses patogenesis suatu penyakit. S. aureus memiliki dinding sel yang
mengandung suatu komponen protein yang dapat mengikat bagian Fc dari
Immunoglobulin (Ig) G host. Komponen protein ini disebut Protein A. S. aureus
menjadi salah satu patogen penting dari Staphylococcus karena kemampuannya
menghemolisis darah, menyebabkan koagulasi pada plasma, dan menghasilkan
variasi enzim ekstraseluler serta menghasilkan toksin yang membuat S. aureus
virulen. Virulensi yang dimiliki S.aureustidak lepas dari faktor virulensi yang
dimilikinya. Sifat S. aureus yang merupakan flora normal di kulit juga sangat
memungkinkan bakteri bisa masuk lebih dalam melewati penghalang alami kulit
(Fredy Mardiyantoro, 2018).
E. Definisi Antibiotik
Antibiotik adalah segolongan senyawa alami atau sintetis yang memiliki
kemampuan untuk menekan atau menghentikan proses biokimiawi di dalam suatu
organisme, khususnya proses infeksi bakteri yang mampu menghambat
pertumbuhan serta reproduksi bakteri (Utami, 2012).
F. Mekanisme Kerja Antibiotik
Menurut Radji, (2014). Mekanisme kerja antibiotik adalah sebagai berikut :
1. Menghambat sintesis dinding sel mikroba
Dinding sel bakteri sangat penting untuk mempertahankan struktur sel
bakteri. Oleh karena itu, zat yang dapat merusak dinding sel akan melisiskan
dinding sel sehingga dapat mempengaruhi bentuk dan struktur sel, yang pada
akhirnya dapat membunuh sel bakteri tersebut. Antibiotik yang bekerja dengan
menghambat sintesis dinding sel mikroba antara lain penisilin, sefalosporin,
vankomisin, sikloserin, dan basitrasin,
2. Merusak membran sel
Membran sel mempunyai peranan penting dalam mengatur transportasi
nutrisi dan metabolit yang dapat keluar masuk sel. Membran sel juga berfungsi

4
sebagai tempat berlangsungnya respirasi dan aktivitas biosintesis dalam sel.
Beberapa jenis antibiotik dapat mengganggu membran sel sehingga dapat
mempengaruhi kehidupan sel bakteri, antara lain polimiksin, nistatin, dan
golongan makrolida.
3. Mengganggu biosintesis asam nukleat
Proses replikasi DNA di dalam sel merupakan siklus yang sangat penting
bagi kehidupan sel. Beberapa jenis antibiotik dapat mengganggu metabolisme
asam nukleat tersebut, sehingga mempengaruhi seluruh fase pertumbuhan sel
bakteri. Antibiotik yang termasuk dalam golongan ini antara lain asam
nalidiksat dan golongan kuinolon.
4. Menghambat sintesis protein
Sintesis protein merupakan suatu rangkaian proses yang terdiri atas proses
transkripsi dan proses translasi. Antibiotik yang dapat menghambat proses-
proses tersebut akan menghambat sintesis protein. Antibiotik yang termasuk
dalam golongan ini antara lain rifampisin, streptomisin, tetrasiklin,
kloramfenikol, dan eritromisin
G. Sensitivitas Bakteri Terhadap Antibiotik
Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap
antibiotik atau sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik yang masih baik
untuk memberikan daya hambat terhadap mikroba. Uji sensitivitas terhadap suatu
antimikroba untuk dapat menunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya
hambatnya terhadap mikroba. Suatu penurunan aktivitas antimikroba akan dapat
menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode
kimia,sehingga pengujian secara mikrobiologis dan biologi dilakukan. Biasanya
metode merupakan standar untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan
hilangnya aktivitas antimikroba (Belo, 2019).
H. Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotik
Resisten ialah ketahanan suatu mikroorgnisme pada adanya antimikroba
maupun antibitotik khusus. Resisten dapat dibedakan mendi beberapa yakni

5
resisten alamiah, resisten diakibatkan karena mutasi spontan (resisten krmonal)
dan resisten dikarenanakan adanya berpindahnya Gen yang resisten (resistensi
ekstrakromosal) atau terjadinya mikroorganise diketahui resisten pada
antimikroba, disebabkan adanya mekanisme genetik maupun non genetic (Belo,
2019).
Resistensi antibiotik berlangsung antibiotik dikarenakan bakteri memiliki
daya tahan yang dulunya bersifat sensitif pada antibiotik dan sekarang tidak
efektif digunakan untuk terapi antibiotik. Ketika ini terjadi maka dikhawatirkan
akan terjadinya kegawat daruratan 35 kesehatan global. Pada akhir waktu ini
sering ditemukan penyalahgunaan antibiotik yang mengakibatkan timbulnya
strain bakteri resisten (Belo, 2019).
I. UJi Kepekaan Antibiotik
Uji kepekaan bakteri ialah adanya metode untuk mengetahui derajat kepekaan
bakteri pada suatu zat antibakteri dan melihat senyawa murni yang mempunyai
aktivitas antibiotik. uji kepekaan ialah prosedur cara untuk melihat dan
memperoleh produk alam yang mampu digunakan sebagai anti bakteri maupun
efektifitas daya hambat tumbuhnya atau membunuh bakteri di suatu konsentrasi
sedikit (Simanullang, 2018).
J. Uji Kepekaan Bakteri Metode Difusi Cakram
Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi cakram. Cakram
kertas saring berisi sejumlah tertentu obat ditempatkan pada medium padat yang
sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Setelah diinkubasi,
diameter zona hambat sekitar cakram yang dipergunakan mengukur kekuatan
hambatan obat terhadap organisme uji. Metode ini dipengaruhi beberapa faktor
fisik dan kimia, selain faktor antara obat dan organisme (misalnya sifat medium
dan kemampuan difusi, ukuran molekular dan stabilitas obat). Meskipun
demikian, standardisasi faktor-faktor tersebut memungkinkan melakukan uji
kepekaan dengan baik (Belo, 2019).

6
BAB III
METODE KERJA
A. Waktu Dan Tempat
Praktikum tentang “Uji Anti Bakteri Dengan Menggunakan Antibiotik”
dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Bina Mandiri Gorontalo
pada hari Selasa, tanggal 14 juni 2022 pukul 08.00 WITA sampai dengan selesai.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
a. Cawan petri
b. Lumpang alu
c. Penggaris
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
a. Antibiotik
b. Biakan Staphylococcus aureus
c. Media Nutrien Agar
C. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menggerus antibiotik dengan lumpang dan alu kemudian ditambahkan
aquades
3. Memindahkan hasil gerusan kedalam cawan petri dan merendam kertas
cakram selama 15 menit kedalam antibiotik tersebut.
4. Mencampurkan suspensi mikroba kedalam media NA yang masih cair dan
dituangkan pada cawan petri selama 15 ml dan dibiarkan memadat.
5. Meletakan kertas cakram yang telah direndam antibiotik pada permukaan
media NA
6. Menginkubasi media pada suhu 37°C selama 24 jam, lalu diamati dan
melakukan pengukuran

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Adapun hasil didapatkan pada praktikum “Uji Anti Bakteri Dengan
Menggunakan Antibiotik” yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan
N Antibioti Gambar Keterangan
o k
1 Amocxili Pada uji menggunakan
n antibiotik amoxilin di
dapatkan hasil daya
hambat antibiotik adalah
7 mm yang artinya
adalah resisten

2 Ampicilin Pada uji menggunakan


antibiotik ampicilin di
dapatkan hasil daya
hambat antibiotik adalah
10 mm yang artinya
adalah resisten
B. Perhitungan
Uji menggunakan antibiotik amocxilin:
Diameter hambat total (mm) = 13 mm
Diameter kertas cakram (mm) = 6 mm
Rumus perhitungan:
Daya hambat antibiotik = Diameter hambat total – Diameter kertas cakram
Penye : Daya hambat antibiotik = 13 – 6 = 7 mm
Jadi, daya hambat antibiotik menggunakan antibiotik amocxilin adalah 7 mm

8
8
Uji menggunakan antibiotik ampicilin:
Dik: Diameter hambat total (mm) = 16 mm
Diameter kertas cakram (mm) = 6 mm
Rumus perhitungan:
Daya hambat antibiotik = Diameter hambat total – Diameter kertas cakram
Penye : Daya hambat antibiotik = 16 – 6 = 10 mm
Jadi, daya hambat antibiotik menggunakan antibiotik ampicilin adalah 10 mm
C. Pembahasan
Uji kepekaan bakteri ialah adanya metode untuk mengetahui derajat kepekaan
bakteri pada suatu zat antibakteri dan melihat senyawa murni yang mempunyai
aktivitas antibiotik. Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi
cakram. Cakram kertas berisi sejumlah tertentu obat ditempatkan pada medium
padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya dan
terbentuk diameter zona hambat setelah proses inkubasi. (Belo, 2019).
Zona hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat pertumbuhannya
akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media agar oleh antibiotik.
Adapun interpretasi terhadap daerah hambat (zona halau) tersebut yaitu daerah
hambat dengan diameter lebih dari 30mm menunjukan bahwa bakteri tersebut
peka terhadap antibiotik. Daerah hambatan dengan diameter antara 20-30 mm
menunjukan bahwa bakteri tersebut agak resisten terhadap antibiotik. Daerah
hambat dengan diameter kurang dari 20 mm menunjukan bahwa bakteri tersebut
resisten terhadap antibiotik . (Djide, 2012).
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan antibiotik amoxilin dan ampicilin
dengan menggunakan bakteri Staphylococcus aureus di peroleh zona hambat 7
dan 10 yang artinya adalah resisten.
Resisten adalah ketahan suatu mikroorganisme terhadap suatu anti mikroba
atau antibiotik tertentu. Resisten dapat berupa resisten alamiah, resisten karena
adanya mutasi spontan (resisten kromonal) dan resisten karena terjadinya

9
pemindahan gen yang resisten (resistensi ekstrakrosomal ) atau dapat dikatakan
bahwa suatu mikroorganisme dapat resisten terhadap obat-obat antimikroba
karena mekanisme genetik atau non - genetik. (Belo, 2019).
Penyebab terjadiya resisten terhadap mikroorganisme adalah penggunaan
antibiotik yang tidak tepat, misalnya penggunaan dengan dosis yang tidak
memadai, pemakaian yang tidak teratur, demikian juga waktu pengobatan yang
tidak cukup lama, sehingga untuk mencegah atau memperlambat terjadinya
resisten tersebut, maka cara pemakaian antibiotik perlu diperhatikan (Djide, 2012)
.

10
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan, uji anti bakteri dengan menggunakan
antibiotik amocxilin dan ampicilin didaptkan hasil yang resisten karena daya
hambat zona yang terbentuk di bawah dari 20 mm.
B. Saran
Pada saat melakukan praktikum di harapakan dapat menggunakan alat
pelindung diri yang baik dan benar dan bekerja secara steril agar tidak terjadi
kontaminasi bakteri lain pada saat melakukan inokulasi bakteri.

11
DAFTAR PUSTAKA

Belo, A. N. D. C. (2019). Pola Sensitivitas Bakteri Terhadap Antibiotik Pada Pasien


Infeksi Saluran kemih Di RSUD Prof. Dr. WZ Johannes Kupang Tahun 2018.
Poltekkes Kemenkes Kupang.

Djide, M. Natsir dan Sartini. 2012. Analisis Mikrobiologi Farmasi. UNHAS :


Makassar. (Hal. 28.)

Fredy Mardiyantoro. (2018). Penyembuhan Luka Rongga Mulut. Malang: UB


PRESS.

Jawetz, M. A. (2018). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Anggota IKAPI.

Radji, M. 2014. Buku Ajar Mikrobiologi. Jakarta: EGC

Soedarto, P. D. (2015). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Simanullang, S. (2018). Identifikasi dan Uji Kepekaan Antibiotika Terhadap Bakteri


Penyebab Infeksi Pasca Operasi di RS. Tk II Putri Hijau Medan. Universitas
Medan Area

Tjay , Tan Hoan dan Kirana Rahardja. (2015). Obat-obat Penting Khasiat.
Penggunaan dan Efek - efek Sampingnya . Edisi Keenam. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta.

Utami, D. P. (2012). Antibiotik Alami untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Jakarta


Selatan: PT. Agro Media Pustaka

Yarza HL, Yanwirasti Y, Irawati L. 2015 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap
Dengan Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter. Jurnal Kesehatan
Andalas. 4 (1).
LAMPIRAN

Proses penggerusan Proses penambahan aquadest

Proses pemindahan ke cawan petri Proses perendaman kertas cakram

Proses meletakan kertas cakram Proses pengukuran zona hambat

Anda mungkin juga menyukai